Difference between revisions of "Folktale Anak Agung Mesir"
From BASAbaliWiki
(4 intermediate revisions by the same user not shown) | |||
Line 41: | Line 41: | ||
“Wenten Anak Agung madue rabi dadua. Rabine alitan madue putra kekalih, sane duuran tan wenten madue putra. Yan Cokor Ratu tan wenten uning, puniki I Marakarma miwah Siti Patimah, Cokor Ratu madue putrane ka oka antuk rabin Cokor Ratu sane alitan. Sadaweg anake alit embas, Cokor Ratu tan wenten di puri. Dening rabin Cokor Ratu sane duuran iri ati, daweg punika biang anake alit kari pepetengan, raris kasilurin anake alit antuk bikul kekalih, tur anake alit raris kakutang ka segara, raris kaduduk antuk puniki Pan Bekung.” | “Wenten Anak Agung madue rabi dadua. Rabine alitan madue putra kekalih, sane duuran tan wenten madue putra. Yan Cokor Ratu tan wenten uning, puniki I Marakarma miwah Siti Patimah, Cokor Ratu madue putrane ka oka antuk rabin Cokor Ratu sane alitan. Sadaweg anake alit embas, Cokor Ratu tan wenten di puri. Dening rabin Cokor Ratu sane duuran iri ati, daweg punika biang anake alit kari pepetengan, raris kasilurin anake alit antuk bikul kekalih, tur anake alit raris kakutang ka segara, raris kaduduk antuk puniki Pan Bekung.” | ||
Mara keto aturne I Kedis Nuri, lantas geluta I Marakarma muah Siti Patimah teken Ida Anake Agung, tur kandikayang mantuk ka puri, nanging okan idane tan ngiring. Dening keto atur okane, lantas Ida ngandikayang parekan idane ngalih galih rabin idane di sembere. Kacrita suba kakeniang galih rabine, nanging Ida tusing uning ngurip, lantas kaaturin Ida bungane barak baan Siti Patimah, ento anggon Ida mebehin galihe, lantas nyeneng rabin idane. Suba Ida nyeneng, karereh okanne ajaka mantuk nanging masi tan kayun. I Marakarma mapinunas mangda biang kuolomne kasedayang, wawu ngiringang ka puri. Ida Anake Agung nagingin pinunas okane. | Mara keto aturne I Kedis Nuri, lantas geluta I Marakarma muah Siti Patimah teken Ida Anake Agung, tur kandikayang mantuk ka puri, nanging okan idane tan ngiring. Dening keto atur okane, lantas Ida ngandikayang parekan idane ngalih galih rabin idane di sembere. Kacrita suba kakeniang galih rabine, nanging Ida tusing uning ngurip, lantas kaaturin Ida bungane barak baan Siti Patimah, ento anggon Ida mebehin galihe, lantas nyeneng rabin idane. Suba Ida nyeneng, karereh okanne ajaka mantuk nanging masi tan kayun. I Marakarma mapinunas mangda biang kuolomne kasedayang, wawu ngiringang ka puri. Ida Anake Agung nagingin pinunas okane. | ||
− | |Description text id=Pada jaman dahulu, | + | |Description text id=Pada jaman dahulu, ada sebuah kisah tentang seorang Raja di Negeri Mesir mempunya tiga orang istru, namun semuanya tidak memiliki anak. Karena Ida Anak Agung sangat ingin memiliki anak, itulah yang menyebabkan beliau mempersunting lagi tiga orang istri. Sama saja, semua istri barunnya juga tidak memiliki anak. Diceritakan hingga seratus beliau memiliki istri, juga tidak ada keturunan. |
Sang Raja kemudian memanggil prajuritnya, diperintahkan untuk meminta petunjuk kepada Ki Dukuh Mas di Gili Mas. Tidak dikisahkan perjalanannya, Ki Patih sudah sampai di rumah Ki Dukuh. Kemudian Ki Patih memberitahukan tujuannya datang kesana. Ki Dukuh kemudian menerawang Sang Raja di Mesir. Dari hasil terawangannya mengatakan bahwa agar Sang Raja mempersunting dua orang istri lagi. Sudah pasti salah satu diantara istri beliau yang baru akan bisa memiliki anak. Namun pada saat ngidam akan mengidamkan ikan mas. | Sang Raja kemudian memanggil prajuritnya, diperintahkan untuk meminta petunjuk kepada Ki Dukuh Mas di Gili Mas. Tidak dikisahkan perjalanannya, Ki Patih sudah sampai di rumah Ki Dukuh. Kemudian Ki Patih memberitahukan tujuannya datang kesana. Ki Dukuh kemudian menerawang Sang Raja di Mesir. Dari hasil terawangannya mengatakan bahwa agar Sang Raja mempersunting dua orang istri lagi. Sudah pasti salah satu diantara istri beliau yang baru akan bisa memiliki anak. Namun pada saat ngidam akan mengidamkan ikan mas. | ||
Ki Patih bertolak dari rumahnya Ki Dukuh. Kemudian Ki Patih memberitahukan hasil penerawangan kepada Sang Raja. Tak lama kemudian, Sang Raja mempersunting dua orang istri lagi. Istrinya yang berjumlah seratus dibuang. Benar adanya penerawangan Ki Dukuh Mas, istri Sang Raja yang muda mengidamkan ikan mas. Setibanya Sang Raja di tempat ikan mas tersebut, tak disangka datang ratusan raksasa. Beliau diserang oleh para raksasa itu. Raksasa itu berhasil dikalahkan. Ikannya juga berhasil diambil dan di bawa ke istana. | Ki Patih bertolak dari rumahnya Ki Dukuh. Kemudian Ki Patih memberitahukan hasil penerawangan kepada Sang Raja. Tak lama kemudian, Sang Raja mempersunting dua orang istri lagi. Istrinya yang berjumlah seratus dibuang. Benar adanya penerawangan Ki Dukuh Mas, istri Sang Raja yang muda mengidamkan ikan mas. Setibanya Sang Raja di tempat ikan mas tersebut, tak disangka datang ratusan raksasa. Beliau diserang oleh para raksasa itu. Raksasa itu berhasil dikalahkan. Ikannya juga berhasil diambil dan di bawa ke istana. | ||
Sekarang dikisihkan istri beliau melahirkan anak laki-aki dan perempuan. Setelah bayinya lahir, ibunya sakit, tidak sadarkan diri. Pada saat itu Sang Raja belum datang dari mencari ikan mas. Istri tua beliau iri karena madunya saja yang bisa memiliki anak. Kemudian kedua orang anak beliau itu ditukarjan dengan dua ekor anak tikus. Kedua bayi tersebut dimasukkan ke dalam peti kemudian dibuang ke laut. | Sekarang dikisihkan istri beliau melahirkan anak laki-aki dan perempuan. Setelah bayinya lahir, ibunya sakit, tidak sadarkan diri. Pada saat itu Sang Raja belum datang dari mencari ikan mas. Istri tua beliau iri karena madunya saja yang bisa memiliki anak. Kemudian kedua orang anak beliau itu ditukarjan dengan dua ekor anak tikus. Kedua bayi tersebut dimasukkan ke dalam peti kemudian dibuang ke laut. | ||
− | Singkat cerita, sampailah Sang Raja di istana. Beliau melihat istri mudanya sedang bersedih dikarenakan ia memiliki anak berupa tikus. Sang Raja berbicara menanyakan perihal yang terjadi. Kemudian dijawab oleh istri tuanya. Terlebih lagi istri tuanya mengatakan bahwa madunya itu manusia hina dikarenakan melahirkan anak tikus. Terlebih lagi Sang Raja diminta untuk membunuh istri mudanya agar tidak | + | Singkat cerita, sampailah Sang Raja di istana. Beliau melihat istri mudanya sedang bersedih dikarenakan ia memiliki anak berupa tikus. Sang Raja berbicara menanyakan perihal yang terjadi. Kemudian dijawab oleh istri tuanya. Terlebih lagi istri tuanya mengatakan bahwa madunya itu manusia hina dikarenakan melahirkan anak tikus. Terlebih lagi Sang Raja diminta untuk membunuh istri mudanya agar tidak mencemari bumi. Senantiasa Sang Raja menarik istri mudanya dan mencempungkannya ke dalam sumur. Kemudian istrinya meninggal. |
+ | Dikisahkan Pan Bekung dan Men Bekung sedang mencari kayu bakar, melihat peti di pesisir pantai. Setelah peti itu dibuka, tiba-tiba ada dua orang bayi laki-laki dan perempuan yang masih hidup. Pan Bekung dan Men Bekung merasa sangat bahagia. Bayi itu kemudian dibawa pulang. Bayi kembar laki perempuan itu diberi nama I Marakarma dan Siti Patimah. Singkat cerita dikisahkan sekarang I Marakarma dan Siti Patimah sudah besar, diketahuilah oleh istri Sang Raja tentang Pan Bekung yang dapat memungut dua orang bayi di pesisir pantai. Itulah yang menyebabkan beliau gelisah, dikarenakan beliau sudah mengetahui bahwa I Marakarma dan Siti Patimah adalah anak dari madunya. Takut akan rahasianya terbongkar, kemudian beliau membuat daya upaya agar kedua anak itu bisa mati. Kemudian di situlah beliau memerintahkan seorang pembunuh. | ||
+ | “Hei kamu pembunuh, ke sana kamu ke rumahnya Men Bekung, tanyakan anaknya yang perempuan, katakana begini, Nak, Nak, apakah kamu suka buah delima? Jika nanda suka, suruh kakakmu yang laki-laki mencari!” Begitu perkataan beliau diikuti oleh Si Pembunuh, kemudian ia berjalan menuju rumah Men Bekung. Sesampainya di sana, kemudian Si Pembuhun bertanya kepada Siti Patimah, demikian pertanyaannya seperti yang diperintahkan oleh Sang Ratu, setelah bertanya seperti itu, kemudian ia pergi. Ituah yang menyebabkan Siti Patimah kemudian meminta agar kakaknya mencarikan buah delima. | ||
+ | I Marakarma memenuhi permintaan adiknya. Dikisahkan sudah sampai di tempat delima itu, tiba-tiba pohon delimanya terlihat berbuah hanya sebiji. Kemudian dipetik oleh I Marakarma dibawa pulang diberikan kepada adiknya. Dikisahkan Sang Ratu sudah mendengar berita I Marakarma berhasil mengambil buah delimanya. Kemudian beliau kembali memerintahkan Si Pembunuh agar menanyakan kepada Siti Patimah perihal burung nuri. Jika senang suruh kakakmu mencarikan! Si Pembunuh kemudian ke rumah Men Bekung, bertanya kepada Siti Patimah. Kemudian Siti Patimah meminta kepada kakaknya agar mencarikannya burung nuri. | ||
+ | Walaupun mengatakan sulit dan dijaga oleh macan dan ular berbisa, dikarenakan rasa sayangnya, I Marakarma tetap memenuhi permintaan adiknya. Dikisahkan perjalanan I Marakarma melihat sebuah sungai, di sanalah ia berhenti di adat batu yang pipih dan membuka bekalnya. Selesai makan kemudian ia melanjutkan perjalanan, kemudian ia melihat ladang. Di sana ada pohon kayu yang berbunga emas, bernama kayu kastuban. Kayu itu merupakan tempat burung nuri hinggap. Konon I Marakarma bergumam, | ||
+ | “Duh, di mana tempatnya Si Burung Nuri?” | ||
+ | Baru seperti itu perkataan I Marakarma, Kemudian Si Burung Nuri menjawab. | ||
+ | “Ih siapa itu yang menanyakan akau?” | ||
+ | “kamu akan aku ajak ke rumahku”. | ||
+ | “Oh, jikalau seperti itu, kemari mampir dulu ke rumahku” begitulah perkataan Si Burung Nuri. Mau katanya I Marakarma mampir. | ||
+ | Dikisahkan setelah I Marakarma tiba di depan pintu masuk rumah Si Burung Nuri, kemudian pintunya tertutup, kemudian I Marakarma diserang oleh hewan penjaga Si Burung Nuri dan dicabik-cabik dimakan oleh mereka semua. | ||
+ | Sekarang dikisahkan Siti Patimah ingat dengan pesan kakaknya, kemudian dilihatnya daun keloryang disematkan pada dinding yang sudah kering dan layu. Di sana kemudian ia segera menyusul kakaknya. Dikisahkan perjalanan Siti Patimah sampai pada sungai di tempat kakaknya berhenti makan ketupat. Ada sisa ketupat dilihatnya di sana, itu kemudian dimakan oleh Siti Patimah. Selesai ia memakan ketupat itu, kemudian ia berjalan. Tidak memiliki rasa curiga dengan apa pun, karena ia orang sakti, makan buah delima itu yang menyebabkan. | ||
+ | Dikisahkan perjalanan Siti Patimah tiba di ladang di bawah pohon kayu kastuban, baru sampai di sana Siti Patimah bergumam, “Duh, kemana ya perginya kakakku?” | ||
+ | Begitulah perkata Siti Patimah, didengar oleh Si Burung Nuri, dan ia menjawab, “Wahai kamu manusia, kenapa menanyakan kakak laki-lakimu?” | ||
+ | Baru demikian perkataan Si Burung Nuri, kemudian begini sahut Siti Patimah,” Oh init oh Si Burung Nuri?, Yang menyebabkan aku mananyakan kakak laki-lakiku, karena ia aku minta untuk mencari burung nuri, lama tidak datang”. | ||
+ | “Oh kakakmu I Marakarma? Ia sudah mati dimakan binatang buas”. | ||
+ | “Walau pun kakak laki-lakiku sudah meninggal, aku ingin mencarinya, walau hanya jasadnya saja yang aku temui”. | ||
+ | “Baiklah, kalau begitu, sini aku bantu! Akan aku tunjukkan tempat kakakmu mati,” begitu ucap Si Burung Nuri, kemudian diikutilah Si Burung Nuri oleh Siti Patimah. Setelah ia tiba di sana pintunya tidak mau tertutup, dan binatang buas penjaganya juga semuanya menurut. Di sana kemudian Siti Patimah masuk ke dalam ke tempat Si Burung Nuri. Di sana ia melihat bunga-bunga yang sangat cantik. Siti Patimah bertanya kepada Si Burung Nuri, “Wahai Burung Nuri, bunga yang berwarna merah ini bagus digunakan untuk apa?” | ||
+ | “Hei Siti Patimah, jika kamu tidak tahu bunga ini bisa digunakan untuk menghidupkan semua makhluk yang sudah mati”. | ||
+ | Baru demikian ucapan Si Burung Nuri, kemudian dipetiklah bunga itu oleh Siti Patimah, kemudian ia menanyakan di mana tempat jasad kakak laki-lakinya. Kemudian diberitahu oleh Si Burung Nuri. “Di sana di samping pintu ia dibunuh, namun jasadnya mungkin telah habis dimakan penjaga”. | ||
+ | Begitu ucapannya Si Burung Nuri, kemudian ia ke tempat kakak laki-lakinya meninggal. Tiba-tiba yang dilihatnya hanya sebuah kancing baju saja terhimpit di dekat pintu, kemudian itu yang ditaburi dengan bunga merah yang ia petik. I Marakarma , beserta para raja yang sudah wafat terdahulu ikut di sana. Setelah I Marakarma hidup kembali, kemudian dicarilah Si Burung Nuri oleg Siti Patimah, diajak ikut pulang ke rumah Men Bekung, Si Burung Nuri tidak menolak. Setelah Si Burung Nuri mau ikut, kemudian berjalan I Marakarma bersama Siti Patimah, diikuti oleh para raja yang dihidupkan tadi. | ||
+ | Dikisahkan Men Bekung dan Pan Bekung bersedih hati karena I Marakarma dan Siti Patimah lama pergi dari rumah. Karena tersiksa batinnya memikirkan anaknya, Pan Bekung dan Men Bekung sakit kemudian meninggal dunia. Diceritakan saat ini I Marakarma dan Siti Patimah, baru sampau di rumah ditemui rumahnya sudah sepi. Halaman rumahnya dipenuhi semak belukar dan Pan Bekung serta Men Bekung yidak ada. Ada di bekas bangunan rumahnya sebuah pohon kutuh, berbuah hanya sebiji berupa bantal. Itu batu kapuk bantalya Pan Bekung, konon yang tumbuuh itu Men Bekung. Karena itu bekas rumahnya konon kemudian ditaburi bunga merah oleh Siti Patimah, kemudian hiduplah Pan Bekung, Men Bekung, serta rumahnya kembali bagus seperti sedia kala. Pan Bekung dan Men Bekung terheran-heran. Di sanalah kemudian I Marakarma mendekati dan menceritakan tentang perjalanannya mencari Burung Nuri. Senang sekali hatinya Pan Bekung dan Men Bekung mendengar cerita I Marakarma. | ||
+ | Dikisahkan Si Burung Nuri ikut tinggal di rumahnya Pan Bekung. Saat Sang Raja Mesir bersembahyang di Pura dan beliau berzikir. “Oalah, jelak sekali suara sang raja seperti suara sapi. Begitulah ucap Si Burung Nuri, kemudian ia terbang. Keesokan harinya lagi Sang Raja sembahyang ke pura, kembali diolok-olok suara beliau oleh Si Burung Nuri. | ||
+ | “Pecaya diri sekali Sang Raja berzikir, suaranya lebih jelek daripada suara sapi. Jika rajaku mau berzikir, barulah suaranya merdu sekali. Siapa pun yang mendengarkan akan terpukau”. | ||
+ | Karena demikian ucapan Si Burung Nuri, Sang raja merasa sangat marah kepada Si Burung Nuri. Si Burung Nuri bergegas terbang melapor kepada rajanya. “Paduka Raja Oka, cobalah paduka raja berzikir”. Konon I Marakarma bersedia kemudian berikir. Suaranya sangat merdu. Sehingga banyak orang yang datang ke sana menonton I Marakarma berzikir. Sang Raja juga datang ke sana. Lama beliau di sana, beliau terpaut karena terpukau mendengar suaranya I Marakarma, dan juga terpukau melihat rupa anak- anak cantik dan tampan. Setelah I Marakarma selesai berzikir, tiba-tiba beliau menginginkan kedua anak itu, namun tidak diberikan oleh Men Bekung. | ||
+ | Kemudian Si Burung Nuri berkata, “Baiklah Tuanku Raja mari kita tebak-tebakan. Jika hamba kalah silahkan ambil kedua tuan hamba ini! Begitu kata Si Burung Nuri. | ||
+ | “Baiklah Tuanku Raja, Ini ada dua buah semangka silahkan ditebak, masing-masing bijinya ada berapa?” | ||
+ | Sang Raja berkata,”Yang kecilan ini berbiji seratus, yang besaran barbiji dua ratus.” | ||
+ | Si Burung Nuri berkata, “Tidak ada Tuanku Raja, semangka yang kecilan ini bijinya dua, dan yang berasan tanpa biji. Jika paduka tidak percaya, silahkan belah sekarang!” | ||
+ | Kemudian semangkanya dibelah kedua-duanya, benar saja yang kecilan berbiji dua, yang besaran tidak berbiji. Kemudian berkata Si Burung Nuri, “Buah semangka ini hamba umpamakan seorang wanita, bijinya itu adalah anak wanita itu”. | ||
+ | Baru demikian ucapan Si Burung Nuri Sang raja pun berkata, “ya lanjutkan ceritakan sekarang!” | ||
+ | “Ada seorang raja memiliki dua orang istri. Istri mudanya mempunyai dua orang anak, istri tuanya tidak memiliki anak. Jika Baginda Raja tidak mengetahui, I Marakarma dan Siti Patimah ini, Baginda Rajalah yang punya anak ini, anak yang dilahirkan oleh istri muda Baginda Raja. Saat bayi itu lahir, Baginda Raja tidak ada di istana. Dikarenakan istri tua Baginda Raja iri hati, pada saat itu ibu sang bayi belum sadarkan diri, kemudian kedua bayi itu ditukar dengan dua ekor tidus, kemudian bayi itu dibuang ke laut, kemudian ditemukan oleh Pan Bekung.” | ||
+ | Baru demikian perkataan Si Burung Nuri, kemudian dipeluklah I Marakarma dan Siti Patimah oleh Sang Raja, dan diminta untuk pulang ke istana, namun anaknya tidak mau. Karena demikian ucap anaknya, kemudian beliau memerintahkan pelayan istana untuk mencari tulang belulang istrinya di sumur. Diceritakan sudah ditemukan tulang belulang istrinya, namun beliau tidak bisa menghidupinya, kemudian beliau diberikan bunga merah oleh Siti Patimah, itu yang beliau gunakan untuk menaburkan tulangnya, kemudian istri beliau hidup kembali. Setelah beliau hidup, dicarilah anaknya diajak kembali pulang namun masih tidah mau. I Marakarma meminta agar ibu tirinya dibunuh, baru akan ikut pulang ke istana. Sang Raja memenuhi permintaan putranya. | ||
|Linked place=Place Bali | |Linked place=Place Bali | ||
|Topic=Tantri Stories | |Topic=Tantri Stories | ||
|Winner=No | |Winner=No | ||
}} | }} |
Latest revision as of 03:47, 18 July 2022
- Location
- Bali
- Main characters
- Event
- Dictionary words
Summary
In English
In Balinese
In Indonesian
Nothing was added yet.
Enable comment auto-refresher