Putri Bening
Summary
In English
In Balinese
Kaceritayang ada
In Indonesian
Pada suatu sore menjelang matahari tenggelam, sang ayah berangkat ke laut. Sebelum meninggalkan gubuk ia berpesan kepada Putri Bening. “Anakku, malam ini ayah tidak mendongeng. Sekarang musim panen ikan, dan malam ini adalah hari baik. Masaklah makanan! Bila sampai larut malam ayah belum pulang, makanlah terlebih dahulu!” Malam pun tiba. Putri Bening mempersiapkan makanan untuk ayah dan dirinya sendiri. Walaupun perutnya lapar, ia tidak mau mendahului ayahnya makan. Ia teringat dongeng Cinderella, Bawang Merah Bawang Putih, dan Malin Kundang yang selalu diceritakan ayahnya. Ia termenung dan berdoa semoga ayahnya selamat dan memperoleh banyak ikan. “Tok, tok, tok…!” Putri Bening segera membuka pintu. Ia mengira ayahnya datang. Bukan! Yang berdiri di depannya adalah seorang kakek tua. “Berilah aku sesuap nasi, Anak Kecil! Aku tersesat pulang dan kelaparan,” kata kakek itu. Orang tua bungkuk itu berjalan tertatih-tatih dengan tongkatnya. Putri Bening sangat iba. Ia memapah kakek itu masuk, lalu mempersilakan makan. Makanan untuk dirinya sendiri, ia berikan kepada orang tua renta itu. Sehabis makan, Putri Bening memapah sang kakek beristirahat di kamarnya. “Tok, tok, tok….!” Putri Bening yakin yang mengetok pintu itu adalah ayahnya. Ia segera membukakan pintu. Ia senang sekali melihat ayahnya pulang dengan selamat. Apalagi membawa banyak ikan. Ketika sang ayah mengajak makan bersama, Putri Bening menggelengkan kepala. Ia katakan bahwa makanannya telah ia berikan kepada seorang kakek yang sedang beristirahat di kamar. Sang ayah penasaran, lalu segera menemui orang tua itu. Apa yang dilihatnya? Tidak ada kakek di dalam kamar. Yang ada adalah setongkol jagung yang belum dikupas. Sang ayah teringat kepada orang tua bertongkat yang meminta seekor ikan di pantai. Sang ayah memberinya dan orang tua itu membalasnya dengan setongkol jagung. Sang ayah mengambil jagung itu, lalu mengupasnya di depan Putri Bening. Merah! Putri Bening juga mengupas jagung yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Putih! Mereka berdua saling pandang. Mereka tidak mengerti apa makna dari kejadian itu.
“Jagung merah dan putih itu adalah anugerah, Anakku! Peliharalah baik-baik! Besok kita semai, kemudian kita tanam di kebun. Sesungguhnya Tuhan bermurah hati terhadap kehidupan yang sederhana, rukun, setia, jujur, dan saling mengasihi satu sama lain.”
Enable comment auto-refresher