- Title of Work
- Hanyang Nirartha
- Type
- ⧼IdentificationMap-Kakawin⧽
- Photo Reference
- Location
- Nusa Dua
- Credit
- Dang Hyang Nirartha
- Reference
- Agastia, I.B.P. (1998). "Di Kaki Pulau Bali". Denpasar: Upada Sastra
- Background information
Summary
In English
During his time as a royal priest, he made several holy trips around the islands of Bali, Lombok and Sumbawa to protect the existence of Hinduism. Dang Hyang Nirartha is known not only for his philosophical skills, but also because he is a qualified poet. One of the kakawin poems he wrote was Hanyang Nirartha, which he wrote on palm leaves. The Kakawin is said to have been written along the coast of southern Bali, when he saw the scenery of the beach and pudak trees (pandanus) that smelled so fragrant.
This Kakawin has been translated into Indonesian by Ida Bagus Agastia, and collected in a book titled "At the Foot of the Island of Bali". The book tells how Dang Hyang Nirartha wrote his kakawin along the coast of southern Bali to Uluwatu.
Hanyang Nirartha is a “pujasastra”. A “pujasastra” means a work of literature that aims to praise someone or something. In this kakawin, Dang Hyang Nirartha praised the omnipotence of God which is manifested in various natural beauty such as beaches, coral rocks, flowers and breezes. He attributed that beauty to the beauty of a woman. According to Hanyang Nirartha, the beauty of nature also exists in the human body, so that between humans and nature cannot be separated. What is in nature, also exists in the human body.
If nature is destroyed, then the human body and mind are also damaged. According to Hanyang Nirartha, the balance of nature will affect the balance of humans. If human’s life is in riots, there is certainly something wrong with nature. If there are many disasters in nature, we can be sure that humans have deviated from the path of truth.In Balinese
Dang
Selami ida
Kakawin
Hanyang Nirartha ngranjing
Yening
In Indonesian
Selama beliau menjadi pendeta kerajaan, beliau beberapa kali mengadakan perjalanan suci berkeliling pulau Bali, Lombok dan Sumbawa untuk mempertahankan Hindu. Dang Hyang Nirartha dikenal tidak hanya karena kemahiran filsafatnya, namun juga karena beliau adalah seorang pujangga yang mumpuni. Salah satu kakawin yang beliau tulis adalah Hanyang Nirartha, yang ditulisnya pada daun lontar. Kakawin tersebut konon ditulis di sepanjang pantai Bali selatan, tatkala beliau melihat pemandangan pantai dan pohon-pohon pudak (pandanus) yang berbau harum.
Kakawin ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ida Bagus Agastia, dan dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul “Di Kaki Pulau Bali”. Buku itu mengisahkan bagaimana Dang Hyang Nirartha menulis kakawinnya itu di sepanjang pantai Bali selatan hingga ke Uluwatu.
Hanyang Nirartha adalah sebuah pujasastra. Pujasastra berarti sebuah karya sastra yang bertujuan untuk memuji seseorang atau sesuatu. Dalam kakawin ini, Dang Hyang Nirartha memuji kemahakuasaan Tuhan yang terwujud dalam berbagai keindahan alam seperti pantai, bebatuan karang, bunga-bungaan dan semilir angin. Beliau mengaitkan keindahan itu dengan keindahan seorang perempuan. Menurut Hanyang Nirartha, keindahan alam juga ada dalam tubuh manusia, sehingga antara manusia dan alam tidak dapat dipisahkan. Apa yang ada di alam, ada juga dalam tubuh manusia.
Apabila alam dirusak, maka tubuh dan pikiran manusia juga dirusak. Menurut Hanyang Nirartha, keseimbangan alam akan berimbas pada keseimbangan manusia. Apabila sesama manusia terjadi prahara, dapat dipastikan ada sesuatu yang tidak beres pada alam. Jika terjadi banyak bencana di alam ini, dapat dipastikan bahwa manusia telah menyimpang dari jalan kebenaran.Text Excerpt
Bahasa Kawi/Kuno
Ngkanӗng nusa ri dungusing karang apandan alalah asilā ngunang parung Ryaknyanӗmbur anampuh ing watu sumong karirisan amangun kuwung-kuwung
Harsangkwi lӗyӗp ing pasir pada katungkulan ulah ika yan pasang surudIn English
In Balinese
Sabilang
translated by Arya Lawa Manuaba, 2020
In Indonesian
Index
Enable comment auto-refresher