Believe it or not, there is a mystical science in Bali that can bring or repel rain. This science is called “nerang ujan” and is usually mastered by psychics, magicians (black and white), priests or even some ordinary people. In short, this subtle magic is a kind of traditional weather control technique by using certain spells and materials from nature. People who master the science of “nerang-ujan” are like weather control superheroes (or weather controller avatars) in foreign films. They sometimes appear like ordinary people and prefer to hide their identity. But if asked for help, they are always ready.
When a big ceremony is taking place in a house or village, the organizer of the ceremony usually asks for the help of a “balian nerang” (a psychic who is an expert in regulating rain) so that it does not rain in the village until the ceremony ends. This “balian nerang” will use various materials such as incense, betel nut and certain spells to ward off rain from the ceremony venue. In traditional villages, this is still a common practice. Therefore, when you visit a big ceremony in the rainy season, sometimes you see strange weather phenomena. When it rains all over the area, only the banjar or village is sunny. This is one of Balian Nerang’s jobs.
Many balian nerang usually help villagers during ceremonies. However, this “nerang ujan” science can also be used to prank others. When there is a ceremony, suddenly heavy rain can come from nowhere. This is probably caused by people who have the knowledge of pouring rain, the opposite of the science of driving out rain.
Although some balian nerang have the ability to repel or bring rain, they only do so at certain times and cannot regulate the weather on a large scale. Normally, their powers could only function within a radius of one village. They never show off their strength, because every time they use the force, they have to lose a certain percentage of the results of their penance and austerities. It’s the same as a cell phone battery. The more often the phone is used, the battery must be recharged more often. That is why, balian nerang-ujan must always perform penance to maintain their magical strength to help others in need.
Percayakah Anda bahwa ada ilmu mistik di Bali yang mampu mendatangkan atau mengusir hujan? Ilmu ini disebut nerang ujan, dan biasanya dikuasai oleh paranormal, penyihir (hitam maupun putih), pendeta atau bahkan beberapa kalangan orang biasa. Singkatnya, ilmu ini adalah sejenis ilmu pengendalian cuaca tradisional dengan menggunakan mantra-mantra dan bahan-bahan tertentu dari alam. Orang-orang yang menguasai ilmu nerang ujan ini bagaikan superhero pengendali cuaca (atau avatar pengendali cuaca) dalam film-film luar negeri. Mereka kadang tampil seperti orang biasa dan lebih ingin menyembunyikan identitas mereka. Namun jika dimintai bantuan, mereka selalu siap.
Apabila di suatu rumah atau desa sedang berlangsung upacara besar, penyelenggara upacara itu biasanya meminta bantuan balian nerang (paranormal yang ahli mengatur hujan) agar hujan tidak turun di desa itu sampai upacara berakhir. Balian nerang ini akan menggunakan berbagai bahan seperti dupa, sirih dan mantra-mantra tertentu untuk mengusir hujan dari tempat upacara. Di desa-desa tradisional, ini masih lumrah dilakukan. Karena itu, apabila Anda berkunjung ke sebuah upacara besar di musim hujan, kadang-kadang Anda melihat fenomena cuaca yang aneh. Saat semua wilayah diguyur hujan, hanya banjar atau desa itu saja yang cerah. Ini adalah salah satu pekerjaan balian nerang.
Banyak balian nerang yang membantu warga saat ada upacara. Namun demikian, ilmu nerang ujan ini juga bisa dipakai menjahili orang lain. Saat ada upacara, tiba-tiba hujan deras bisa datang entah dari mana. Kemungkinan ini disebabkan oleh orang yang memiliki ilmu menurunkan hujan, kebalikan dari ilmu nerang atau mengusir hujan.
Walaupun beberapa balian nerang memiliki kemampuan mengusir atau mendatangkan hujan, mereka hanya melakukannya pada saat-saat tertentu dan tidak bisa mengatur cuaca dalam skala besar. Biasanya, kekuatan mereka hanya bisa berfungsi dalam radius satu desa saja. Mereka tidak pernah memamerkan kekuatan mereka, sebab setiap kali mereka menggunakan kekuatan, mereka harus kehilangan sekian persen dari hasil tapabrata dan tirakat mereka. Ini sama seperti baterai ponsel. Semakin sering ponsel digunakan, baterainya harus cepat diisi ulang lagi. Itulah sebabnya, balian nerang ujan biasanya selalu melakukan tapabrata untuk menjaga kekuatan mereka demi menolong orang lain yang membutuhkan.
Enable comment auto-refresher