[EN] Otonan means 'birthday'. In Bali, birthdays are calculated by combining urip (values) from Pancawara, Saptawara and Wuku. A 'wara' from eka (one) to dasa (ten) is a count of days in the wuku calendar. So, Pancawara repeats every 5 days and Saptawara repeats every seven days. Therefore, every 35 days, there is the same combination of Pancawara and Saptawara. Because all Wuku count are repeated every 30 weeks, someone’s otonan repeats every 210 days. Such a system is called the Pawukon system which is based neither on the circulation of the moon nor the sun.
On someone's otonan day, a simple set of offerings is made by a family. This offering is called 'banten otonan'. The essence of an otonan ceremony is to remind someone that their age has increased and they should add more good deeds, thoughts and words. Otonan is usually done in merajan (family temple). After praying and drinking holy water (tirtha), the person celebrating otonan wears a white thread called "benang tetebus" accompanied by a prayer that he will live long, be healthy and continue to cultivate goodness.
In some areas in Bali, otonan is done only once in a person's lifetime, ie when one is six months old. Some families have a tradition of doing otonan until their children get married or get tooth-filling ceremony (metatah). But there are also families who perform otonan ceremonies throughout one’s life. It all depends on one's belief and ability.
[ID] Otonan berarti ‘hari lahir’. Di Bali, hari lahir dihitung dengan menggabungkan urip (nilai) dari Pancawara, Saptawara dan Wuku. Sebuah ‘wara’ mulai dari eka (satu) hingga dasa (sepuluh) adalah hitungan hari pasaran dalam kalender wuku. Jadi, Pancawara terdiri atas 5 hitungan hari dan Saptawara terdiri atas tujuh hari. Karena itu, setiap 35 hari sekali, ada gabungan Pancawara dan Saptawara yang sama. Karena hitungan Wuku berulang setiap 30 minggu, maka otonan seseorang berulang setiap 210 hari. Sistem seperti ini disebut sistem Pawukon yang tidak berpatokan pada peredaran bulan maupun matahari.
Di hari otonan seseorang, seperangkat persembahan sederhana dibuat oleh keluarga. Persembahan ini disebut ‘banten otonan’. Inti upacara otonan adalah mengingatkan seseorang bahwa usianya telah bertambah dan seharusnya dia menambah lagi perbuatan, pikiran dan perkataan yang baik. Otonan biasanya dilakukan di merajan (pura keluarga). Setelah bersembahyang dan meminum air suci (tirtha), orang yang berulang tahun memakai benang putih yang disebut “benang tetebus” disertai doa agar dia panjang umur, sehat dan terus menanam kebaikan.
Di beberapa daerah di Bali, otonan dilakukan hanya sekali seumur hidup seseorang, yaitu ketika dia berusia enam bulan. Beberapa keluarga memiliki tradisi melakukan otonan hingga anak mereka menikah atau potong gigi (metatah). Namun ada juga keluarga yang melakukan upacara otonan selama dia hidup. Ini semua tergantung dari tingkat keyakinan dan kemampuan seseorang.
Enable comment auto-refresher