Earth on dew, as they say. It is very cool in this area which is why people like to come here. Not only local guests, brothers from the west side also came here a lot. Everyone Amazed by the beauty of Mount Batur and Lake Batur, many people also take the time to taste the sweetness of Kintamani oranges. Traffic jams were not spared because there were many vehicles taking guests around on the road, so my head was dizzy to see it. But all that was in the past, before the Corona virus existed on this earth. Now, it's hard to find guests who come to see the beauty of Kintamani from Penelokan. It doesn't exist anymore, because no one dares to go out for a walk. The bracelet seller who usually goes around offers bracelets to guests who are traveling. Even though in the foggy conditions, now many have switched professions to look for other jobs. There are no more cycling tourists passing in front of the house and I always say "hello !!" . Now only the Banjaran brothers and sisters are passing by in front of the house cycling looking for sweat. Oranges are also piling up every day because there are no purchases. Hahh, until when the earth is lonely like this?
Bumi di atas embun , seperti itu kata orang . Memang sangat sejuk di daerah ini karena itulah banyak orang suka datang kesini . Bukan hanya tamu lokal, saudara-saudara dari sisi barat juga banyak datang kemari. Semua Takjub dengan keindahan gunung Batur dan danau batur, banyak orang juga meluangkan waktunya untuk mencicipi manisnya jeruk Kintamani. Macet pun tak terhindar karena banyak kendaraan yang mengantar tamu-tamu keliling di jalan, sampai-sampai kepala saya pusing liatnya. Tetapi semua itu waktu dulu, sebelum virus Corona ada di bumi ini . Sekarang, susah mencari tamu yang datang melihat indahnya kintamani dari penelokan . Sudah tidak ada, karena tidak ada orang yang berani keluar jalan-jalan. Penjual gelang yang biasanya keliling menawarkan gelang kepada tamu yang sedang jalan-jalan Walaupun dalam dituasi berkabut, sekarang sudah banyak beralih profesi mencari pekerjaan yang lain. Sudah tak ada lagi turis bersepeda yang lewat di depan rumah dan yang selalu ku sapa "hallo!!" . Sekarang hanya saudara-saudara Banjaran disini saja yang melintas depan rumah bersepeda mencari keringat . Jeruk juga makin hari makin menumpuk karena tak ada pembelian. Hahh, sampai kapan bumi sepi seperti ini?
Enable comment auto-refresher