Usaba Dodol is held in Duda Traditional Village, Selat District, Karangasem Regency. This ceremony is a form of gratitude for the local community to Ida Sang Hyang Windhi or the creator. Usaba Dodol is also called Usaba Dalem. The implementation of this ceremony is determined based on two references, namely when Usaba Besakih (Dalem Puri) and Usaba Selat. Usaba Besakih is held every sasih kapitu while Usaba Selat is held every sasih kawulu. Based on the two usaba, then it can be determined when the implementation of Usaba Dodol a few days before Nyepi, around March. Before Usaba Dodol, a unique tradition was held, namely Siat Api.
There are several stages in welcoming Usaba Dodol, the first, Makutik, which is cleaning the area where the Usaba Dodol is held. Second, Ngraras is collecting dried banana leaves for bungkung snacks tempani which is a means of supporting this ceremony. Third, Noldol, namely making dodol snacks which are the main ceremony facilities. Fourth, Nganyahnyah, which is making Tempani snacks in a sangria way. Fifth, Panampahan is the activity of cutting animals as a means of ceremony. There is a belief that develops in the local community, if pigs are used in ceremonial means it will rain, and if cows are used it will be hot, and this has been proven for generations.
Usaba Dodol dilaksanakan di Desa Adat Duda, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur masyarakat setempat kepada Ida Sang Hyang Windhi atau sang pencipta. Usaba Dodol juga disebut Usaba Dalem. Pelaksanaan upacara ini ditentukan berdasarkan dua acuan yaitu pada saat Usaba Besakih (Dalem Puri) dan Usaba Selat. Usaba Besakih dilaksanakan setiap sasih kapitu sedangkan Usaba Selat dilaksanakan setiap sasih kawulu. Berdasarkan kedua usaba tersebut, barulah bisa ditentukan kapan pelaksanaan Usaba Dodol beberapa hari sebelum Nyepi, sekitar bulan Maret. Sebelum Usaba Dodol, dilaksanakan tradisi unik yakni Siat Api.
Ada beberpa tahapan dalam menyambut Usaba Dodol ini, yang pertama, Makutik yaitu membersihkan areal tempat pelaksanaan Usaba Dodol. Kedua, Ngraras yaitu mengumpulkan daun pisang kering untu bungkung jajan tempani yang merupakan sarana pendukung dalam upacara ini. Ketiga, Noldol yaitu pembuatan jajan dodol yang merpakan sarana upacara yang utama. Keempat, Nganyahnyah yakni membuat jajan Tempani dengan cara di sangria. Kelima, Panampahan adalah kegiatan memotong hewan sebagai sarana upacara. Ada satu kepercayaan yang berkembang di masyarakat setempat, jika babi digunakan dalam sarana upacara maka akan turun hujan, dan jika sapi yang digunakan maka akan panas, dan ini sudah terbukti secara turun temurun.
Enable comment auto-refresher