- Title of Work
- Catur Weda Sirah
- Type
- ⧼IdentificationMap-Weda, Stawa⧽
- Photo Reference
- Location
- Credit
- Reference
- Background information
Summary
In English
The word 'sirah' means 'head'. Therefore, Catur Weda Sirah means the main mantras taken from Catur Weda. These mantras are then collected into a lontar containing the four Veda Samhitas. In other words, the lontar Catur Weda Sirah is actually a copy of some of the main mantras of the Sanskrit Catur Veda.
However, two Dutch historians, Bermund and Kern, found that these mantras were mixed with ancient Javanese (Kawi) language and were used as initial mantras in major Balinese rituals. According to the two Dutch researchers, there are actually five mantra stanzas, but in the lontar only four are mentioned which represent the four Vedas.In Balinese
Catur
Kruna
Sakewanten
In Indonesian
Kata ‘sirah’ berarti ‘kepala’. Karena itu, Catur Weda Sirah berarti mantra-mantra utama yang diambil dari Catur Weda. Mantra-mantra ini kemudian dikumpulkan ke dalam sebuah lontar yang mengandung keempat Weda Samhita. Dengan kata lain, lontar Catur Weda Sirah sesungguhnya adalah salinan dari beberapa mantra utama dari Catur Weda berbahasa Sanskerta.
Namun, dua orang sejarawan Belanda, yaitu Bermund dan Kern menemukan bahwa mantra-mantra tersebut bercampur dengan bahasa Jawa kuno (Kawi) dan digunakan sebagai mantra awal dalam ritual-ritual besar di Bali. Menurut dua peneliti Belanda tersebut, sesungguhnya ada lima bait mantra namun dalam lontar tersebut hanya disebutkan empat yang mewakili keempat Weda.Text Excerpt
Bahasa Kawi/Kuno
yad-bhutam yaścho bhawyam nis-kalangko nirajñano nirwikalpo nirakyatah suddho dewo eko narayano na dwityo’sti kascit
yah ewam weda sa wisnur ewa bhawatiIn English
In Balinese
Hyang
In Indonesian
Index
Enable comment auto-refresher