- Title of Work
- Banawa Sekar
- Type
- ⧼IdentificationMap-Kakawin⧽
- Photo Reference
- Location
- Credit
- Mpu Tanakung
- Reference
- Zoetmulder, P.J. (1983). Kalangwan: Selayang Pandang Sastra Jawa Kuno. Jakarta: Djambatan.
- Background information
Summary
In English
There are only 12 stanzas in this kakawin, divided into three chapters. The first chapter describes the magnificence of the sraddha ceremony performed by Raja Hayam Wuruk. Many priests, royal families, nobles and all Majapahit officials were present to offer prayers and respect for the deity of Rajapatni Gayatri which was seated on a white throne.
The second chapter describes various offerings from many descendants of the Majapahit aristocracy. There are offerings in the form of poetry, dances and so on. The last offering was a flower boat by King Hayam Wuruk. He offered a boat made from a variety of colorful flowers. There are gadung flowers, lotus, kayu mas, sanggalangit, jasmine, magnolia and so on. The boat was very beautiful.
The final chapter expresses regret of the poet for not being able to explain the grandeur of the ceremony as the king expected. He hoped that the kakawin would be received by the king and make him happy before the kakawin was later copied in the form of palm-leaf manuscript.
Zoetmulder (1983) transliterated this kakawin into Latin script and translated it into Dutch and Indonesian.In Balinese
BA Silih
Wantah
Sargah
Sargah
Zoetmulder 1983 nyalin kakawin
In Indonesian
Hanya ada 12 bait dalam kakawin ini, dibagi menjadi tiga bab. Bab pertama mendeskripsikan tentang betapa megahnya upacara sraddha yang dilakukan oleh Raja Hayam Wuruk. Banyak pendeta, keluarga kerajaan, para bangsawan dan semua pejabat Majapahit hadir untuk melakukan persembahyangan dan penghormatan kepada arca Rajapatni Gayatri yang distanakan di sebuah singgasana putih.
Bab kedua menjelaskan tentang beraneka macam persembahan dari banyak keturunan bangsawan Majapahit. Ada persembahan berupa puisi, tarian dan sebagainya. Persembahan terakhir adalah persembahan berupa perahu bunga oleh Raja Hayam Wuruk. Beliau mempersembahkan sebuah perahu yang terbuat dari bermacam-macam bunga berwarna-warni. Ada bunga gadung, teratai, pohon mas, sanggalangit, melati, magnolia dan sebagainya. Perahu itu sangat indah.
Bab terakhir menyatakan penyesalan penulis kakawin karena tidak dapat menjelaskan kemegahan upacara itu sebagaimana yang diharapkan baginda raja. Dia berharap agar kakawin itu diterima oleh raja dan membuar beliau senang sebelum kakawin itu disalin dalam bentuk lontar.
Zoetmulder (1983) menyalin kakawin ini ke dalam aksara Latin dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Belanda dan Indonesia.Text Excerpt
Bahasa Kawi/Kuno
atyantadhikaning sukarya winangun sri jiwanendradhipa / tan lyan sraddha bhatara mokta malweng somyalayadhiprabhu / mangke murtinira cinarwan apageh ring sweta singghasana / sakwehning bala-mukhya sang nripa kabeh dampatyamuspa krama //
[translated by an expert]In English
In Balinese
Dahat
In Indonesian
Index
Enable comment auto-refresher