IDK Raka Kusuma
- Nama lengkap
- IDK Raka Kusuma
- Nama Pena
- Raka
- Photograph by
- Link to Photograph
- https://suara-sakingbali.blogspot.co.id
- Website for biography
- Tempat
- Desa Getakan
- Related Music
- Related Books
- Related Scholars Articles
Biodata
In English
His essays that have been printed into books are as follows: Kidung I Lontar Rograg (Balinese Lyrical Prose, 1991, 2001), I Balar (2006), Drawing the Moon (Short Stories, 2006), Sang Lelana (Lyric Prose, 2010), Rasti (Novelet, 2010), Bégal (Short Stories, 2012), Ngantih Moon (Poetry, 2013), Batan Moning (Poetry, 2014).
In 2002 he received the Literary Rancage award for his services in the development of Balinese literature through the media of Buratwangi magazine and in 2011 with his essay entitled “Sang Lelana”. He also received the Widya Petaka award from the Governor of Bali in 2012 with his essay entitled “Bégal”. Synergizing with authors from Karangasem, he built a studio called Sanggar Buratwangi, and became one of the managers of the studio. Currently, he lives at BTN Kecicang Amlapura and works as a teacher at SD Saraswati Amlapura.In Balinese
I D wa Nyoman Raka Kusuma utawi san ketah kauningin antuk parab IDK Raka Kusuma ring kakawiandan , embas ring Getakan, Klungkung, 21 Nov mber 1957. IDK Raka Kusuma sampun seneng nyurat sastra saking ngawitin dados guru ring sekolah dasar. Dan wantah silih sinunggil pangawi s nior sastra Bali mod ren SBM . Dan nyurat makudang-kudang puisi mabasa Bali, satua bawak, esai basa Bali, miwah nov l t mabasa Bali. Lianan ring punika, dan taler nyurat puisi, cerp n, lan sai mabasa Indon sia. Kakawian-kakawian dan n san mabasa Bali kawedar ring Bali Orti Bali Post , M diaswari Pos Bali , Bali Aga, Jurnal Kawi, miwah Canang Sari. Lan kakawian dan san mabasa Indon sia kawedar ring Bali Post, Nusa Tenggara, Karya Bakti, Warta Bali, Nafiri, Warta Hindu Dharma, Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Mimbar Indon sia, Suara Nusa, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Sinar Harapan, Berita Buana, R publika, Singgalang, Analisa, Cak, Kolong, miwah Romansa. Ring sajeroning ngawi sajak mabasa Indon sia dan malajah saking Umbu Landu Paranggi, lan nyurat carita mlajah saking Putu Arya Tirtawirya. Kakawian-kakawian dan san sampun kac tak dados buku inggih punika: Kidung I Lontar Rograg Prosa Liris Basa Bali, 1991,2001 I Balar 2006 Ngambar Bulan Satua Cutet, 2006 Sang Lelana Prosa Liris, 2010 Rasti Novelet, 2010 B gal Satua Cutet, 2012 Ngantih Bulan Puisi, 2013 Batan Moning Puisi, 2014 Ring warsa 2002 dan ngamolihang Sastra Rancag antuk baktin ipun ring pangembangan sastra Bali malarapan antuk Majalah Buratwangi lan taler 2011 antuk kakawiannyan sane mamurda Sang Lelana . Ngamolihang Penghargaan Widya Pataka saking Gubernur Bali warsa 2012 antuk cakepan san mamurda B gal . Sareng pangawi saking Karangasem dan ngwangun sanggar san mawasta Sanggar Buratwangi, lan dan taler dados silih sinunggil pangremba ring sanggar punika. San mangkin dan meneng ring BTN Kecicang Amlapura lan serahina-rahina makarya dados guru ring SD Saraswati Amlapura.
In Indonesian
Karangan-karangannya yang sudah dicetak menjadi buku adalah sebagai berikut: Kidung I Lontar Rograg ( Prosa Liris Bahasa Bali, 1991, 2001), I Balar (2006), Ngambar Bulan (Cerita Pendek, 2006), Sang Lelana (Prosa Liris, 2010), Rasti (Novelet, 2010), Bégal (Cerita Pendek, 2012), Ngantih Bulan (Puisi, 2013), Batan Moning (Puisi, 2014).
Pada tahun 2002 ia mendapatkan penghargaan Sastra Rancage karena jasanya dalam pengembangan sastra Bali melalui media majalah Buratwangi dan pada 2011 dengan karangannya yang berjudul “Sang Lelana”. Ia juga mendanpatkan penghargaan Widya Petaka dari Gubernur Bali tahun 2012 dengan karangannya yang berjudul “Bégal”. Bersinergi dengan pengarang yang berasal dari Karangasem, ia membangun sanggar yang bernama Sanggar Buratwangi, dan menjadi salah satu pengelola pada sanggar tersebut. Sekarang ini ia tinggal di BTN Kecicang Amlapura dan sehari-hari bekerja sebagai guru di SD Saraswati Amlapura.Contoh karya
DI LAPANGAN PUPUTAN (IDK Raka Kusuma) /1/ Di lapangan Puputan, Lirang saban malam aku menunggu duduk di ujung yang dekat dengan trotoar hingga terbit matahari seperti sebelum-sebelumnya. Akan aku ajak mengobrol hingga air liur berkecipratan membahas demokrasi membicarakan suksesi hingga urat leher kencang tidak mempedulikan orang-orang yang mengerumuni kami. Geleng-geleng, bingung sampai tak mempedulikan
anjing yang menggonggong.
Lirang, Lirang, Lirang selalu, selalu aku menunggu /2/ Ada yang memberitahuku bahwa dikau tidak sedang pergi tapi diberangkatkan ke tempat yang sangat sepi di wilayah Sukabumi konon bila sudah di tempat tersebut akan sulit kembali bila sudah di tempat tersebut akan hilang, hilang untuk selama-lamanya yang memberi tahu aku tanyakan tempatnya itu di mana orang tersebut pucat pasi dan gemetar saat menjawab; Jangan tanyakan aku lalu pergi. Masih juga pucat wajahnya berjalan menunduk. Lemas jalannya. /3/ ada juga yang memberitahuku bahwa dikau tidak hilang namun sengaja dihilangkan di tempat yang sunyi dan tersembunyi disembunyikan bagai menyembunyikan kayu bakar konon mencari tempat tersebut katanya sangat sulit, konon juga sepanjang jalan ke sana dijaga oleh singa, dijaga buaya dijaga macan, dijaga raksasa semua galak dan menakutkan apapun itu yang lewat diterkamnya, dicabik-cabik sebelum dimakan tulangnya berserakan dibiarkan baru aku berkata akan pergi ke sana tak terduga tersegesa-gesa dia pergi.
/4/
Lirang, Lirang, Lirang apakah benar dia diberangkatkan? Benarkah dia dihilangkan? Malam kemarin, saat memperhatikan bintang ingat aku dengan dikau, empat belas tahun yang lalu berbicara teramat senang: demokrasi akan menang suksesi akan dilaksanakan aku bertanya: menang bagaimana? Dilaksanakan bagaimana pula? Sehabis tertawa berkatalah dia sang kuasa yang menginginkan kekuasaan seumur hidup bersifat raksasa akan berakhir memegang kekuasaan segera, secepatnya akan diganti. /5/ malam ini kusudahi menatap bintang walau sedang tengah malam walau dingin tak terkira di ujung lapangan dekat trotoar aku bernyanyi, Lirang, Lirang, Lirang, masih saja aku menunggu dikau, aku akan memberitakan demokrasi sekarang, kesana-kemari menebarkan racun dengan gambaran penyakit sang penguasa yang dipercaya para rakyat setelah suksesinya lewat, takut, takut dan selalu merasa takut terhadap bayangan seram jingkrak-jingkrak yang amat jauh sungguh senang hati ini bila dikau datang berbicara di sini hingga terbit matahari
/2008-2012/
Aktifkan pemuatan ulang komentar otomatis