On Ngembak Geni day (the day after Nyepi), the people of Panji Village, Buleleng, hold an exciting event called magoak-goakan. This game is similar to the “snake and eagle” game. One person plays as a raven, and five to eleven people lined up holding the waist of the person in front of them, forming a line like snakes. The raven has to catch the last person in the line.
This game is said to have been created by Ki Barak Panji Sakti, the founder of Buleleng Kingdom in 1598 AD. At that time, Ki Barak Panji Sakti wanted to take control of Blambangan (Banyuwangi) and seize it from the Jagaraga kingdom. To raise the spirit of his troops, Ki Barak Panji Sakti often played this game of magoak-goakan with his them.
Then, this traditional game was preserved by the people of Panji because Ki Barak Panji Sakti lived in Panji Village when he was young. The Buleleng district government has registered the magoak-goakan tradition as a traditional Buleleng cultural heritage.
Pada hari Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi), masyarakat Desa Panji, Buleleng, mengadakan acara seru yang disebut magoak-goakan. Permainan ini mirip seperti permainan ular naga. Ada satu orang berjaga menjadi burung gagak, dan lima sampai sebelas orang berjajar dengan memegang pinggang orang di depannya, membentuk barisan seperti ular. Yang menjadi gagak harus menangkap orang terakhir dalam barisan.
Permainan ini konon diciptakan oleh Ki Barak Panji Sakti, pendiri Kerajaan Buleleng pada tahun 1598 Masehi. Saat itu, Ki Barak Panji Sakti ingin menguasai Blambangan (Banyuwangi) dan merebutnya dari kerajaan Jagaraga. Untuk membangkitkan semangat pasukannya, Ki Barak Panji Sakti kerap memainkan permainan magoak-goakan ini bersama bala pasukannya.
Kemudian, permainan tradisional ini dilestarikan oleh masyarakat Desa Panji karena Ki Barak Panji Sakti tinggal di Desa Panji tatkala beliau masih muda. Pemerintah kabupaten Buleleng telah mendaftarkan tradisi magoak-goakan ini sebagai warisan budaya tradisional Buleleng.
Enable comment auto-refresher