Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Indonesian equivalent" with value "pantangan untuk tidak bersenang-senang atau berfoya-foya pada saat hari raya nyepi". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 251 results starting with #1.

View (previous 500 | next 500) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Ngarahina  + (setiap hari)
  • Sesai  + (setiap hari)
  • Kado  + (sia-sia)
  • Buncul  + (sial)
  • Dauh tepat  + (siang hari)
  • Tengai  + (siang)
  • Sumpe  + (simpai (pada sarung pisau)
  • Sipit  + (sipit)
  • Nasi dingin  + (sisa nasi hari kemarin)
  • Bentawas  + (sj pohon, kayunya putih, biasa dipakai untuk patung)
  • Somah  + (suami atau istri)
  • Mani puan  + (suatu saat)
  • Balik sumpah  + (suatu upacara kurban (buta yadnya) lebih besar dari pada rsi gana)
  • Culig  + (suka mengusik orang lain)
  • Suka  + (suka)
  • Sasat  + (sumpah)
  • Cubang  + (sumur atau kolam untuk menampung air hujan)
  • Guangan  + (sundari pada layang-layang)
  • Rerepi  + (surat (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Sawala  + (surat yang ditulis pada daun lontar)
  • Gandawari  + (tabir)
  • Bonjor  + (tabung bambu untuk tempat air)
  • Taan  + (tahan (untuk menghentikan gerakan))
  • Endet  + (tahan)
  • Ceeng  + (takaran beras dari tempurung kelapa)
  • Plantar  + (takuk pada pohon kelapa dan sebagainya untuk tempat berpijak)
  • Nyanyap  + (takut)
  • Rimrim  + (takut)
  • Bokoran  + (talam sejenis baskom terbuat dari perak, kayu, dsb)
  • Planting  + (tali yang tergantung untuk alat naik-turun)
  • Prambat  + (tali-temali yang direntangkan di sawah untuk menghalau burung)
  • Ergilo  + (tanaman mawar yg bunganya berwarna merah tua dg ukuran lebih besar dr mawar pada umumnya)
  • Gegada  + (tanda biru atau hitam seperti penggada pada kaki ayam jago yang berwarna kuning)
  • Rangdunan  + (tanduk pada kedua kaki ayam jago yang bentuknya kecil dan mengarah ke atas)
  • Jan  + (tangga)
  • Dangul  + (tangkai buah pisang atau enau)
  • Tan Pegatan  + (tanpa henti)
  • Kedetin  + (tarik tangannya untuk membantu)
  • Geblugang  + (taruh dengan keras dengan tidak tertata)
  • Kampek  + (tas kecil dari bambu atau lontar untuk tempat sirih pinang)
  • Tawar  + (tawar)
  • Tebel  + (tebal)
  • Tebas  + (tebus)
  • Tebasang  + (tebuskan)
  • Cecangkriman  + (teka-teki yang bertembang pucung, biasa dilagukan untuk menidurkan anak kecil)
  • Olol  + (telan (untuk binatang))
  • Bangkarna  + (telinga merah pada ayam)
  • Leneng  + (tembok rendah di samping kanan-kiri kori atau pintu masuk rumah untuk duduk-duduk)
  • Pangencoban  + (tempat air (untuk mengasah pisau))
  • Perocot  + (tempat air minum atau kendi yg terbuat dari tempurung kelapa)
  • Endongan  + (tempat bekal dr tapis kelapa)
  • Bale-bale  + (tempat duduk atau tempat tidur yang dibuat dari bambu atau kayu)
  • Sanggah cucuk  + (tempat sesajen terbuat dari anyaman bambu bertiang satu untuk buta kala)
  • Rangki  + (tempat yang berdinding untuk berhias para penari sebelum keluar menari.)
  • Tampias  + (tempias)
  • Iad  + (terasa sakit pada punggung karena kena benda keras atau dipukul)
  • Marepah  + (terbagi-bagi (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Mapleking  + (tercekak sampai mengecil pada bagian tengah)
  • Mapraceda  + (tercela)
  • Kabelet  + (terhalang)
  • Rikat  + (terhalang)
  • Kanggoang  + (terimalah)
  • Pincat  + (terjatuh (karena tidak seimbang))
  • Mageblag  + (terjatuh (pada bagian kepala))
  • Babang  + (terkejut-kejut pada waktu tidur)
  • Kayak-kayak  + (terlentang tidak bertenaga)
  • Maplintutan  + (terpilin-pilin tidak teratur)
  • Sukak  + (tersedak)
  • Ilid  + (tersembunyi)
  • Pengging  + (tersisih)
  • Mapranata  + (tertaklukkan)
  • Gangan  + (tertarik untuk melakukan sesuatu)
  • Karubuhin  + (tertimpa robohan)
  • Ganjing  + (tiang dipasang di dua titik di mana tali diikat untuk mengukur tingkat permukaan)
  • Sari-sari  + (tiap-tiap hari)
  • Tusing  + (tidak)
  • Nenten  + (tidak)
  • Tan  + (tidak)
  • Tong  + (tidak)
  • Endo  + (tidak)
  • Tuara  + (tidak)
  • Ing  + (tidak)
  • Adwitia  + (tidak ada duanya (tentang sifat tuhan))
  • Empad  + (tidak ada habis-habisnya (tentang pekerjaan))
  • Kepud  + (tidak ada yang melanjutkan (tentang keturunan))
  • Sing kénkén  + (tidak apa-apa)
  • Ala  + (tidak baik)
  • Nyukuh  + (tidak becus)
  • Pendeng  + (tidak berani makan)
  • Ngudiglig  + (tidak berbaju)
  • Ngediglig  + (tidak berbaju)
  • Gundili  + (tidak berbulu)
  • Doglag  + (tidak berbulu)
  • Sangkur buntut  + (tidak berekor)
  • Maplekes  + (tidak bergerak)
  • Nirguna  + (tidak berguna)
  • Nispala  + (tidak berguna)
  • Nirgawe  + (tidak berguna)
  • Tusing magutulan  + (tidak berhasil apa-apa, tidak mampu berbuat sesuatu)
  • Nirdon  + (tidak berhasil)
  • Nirwiweka  + (tidak berhati-hati)
  • Nlenging  + (tidak berkedip-kedip (mata))
  • Ogan - Ogan  + (tidak bermoral)
  • Nirmala  + (tidak bernoda)
  • Tan padosa  + (tidak bersalah)
  • Dongol  + (tidak bertanduk)
  • Nirwikara  + (tidak bertangan)
  • Raya  + (tidak bertenaga)
  • Niskarya  + (tidak bertujuan)
  • Tungul  + (tidak berujung)
  • Bongok  + (tidak bisa berbuat sesuatu karena sesuatu hal)
  • Runyam  + (tidak bisa diam)
  • Ejep-ejep  + (tidak bisa mengambil keputusan)
  • Sing dadi  + (tidak boleh)
  • Sing baanga  + (tidak)
  • Sing  + (tidak)
  • Eteng  + (tidak canggung)
  • Ogong  + (tidak cekatan)
  • Singsal  + (tidak cocok)
  • Kandung  + (tidak dapat melanjutkan perjalanan)
  • Kapencakang  + (tidak diakui)
  • Tulusang  + (tidak dibatalkan)
  • Daga  + (tidak diberikan makan)
  • Tan Porat  + (tidak dihiraukan)
  • Tanporatanga  + (tidak dihiraukannya)
  • Tombahanga  + (tidak diizinkan)
  • Kelema  + (tidak disampaikannya, digelapkannya)
  • Tabahina  + (tidak diseganinya)
  • Kanengin  + (tidak ditanami padi)
  • Neng  + (tidak ditanami padi (tentang sawah))
  • Liked  + (tidak enak, gelisah)
  • Ngencet  + (tidak hadir)
  • Ngluara  + (tidak hati-hati)
  • Nglewara  + (tidak hati-hati)
  • Nglewa  + (tidak hati-hati)
  • Tan mari  + (tidak henti-hentinya)
  • Madees  + (tidak henti-hentinya)
  • Nirupeksa  + (tidak hirau)
  • Ten durus  + (tidak jadi)
  • Ngrebek  + (tidak jelas)
  • Garo  + (tidak jelas (tt suara))
  • Luntang-lantung  + (tidak karuan)
  • Ngubeng  + (tidak keluar)
  • Rengked  + (tidak kuat (berjalan))
  • Rompod  + (tidak kuat berjalan)
  • Jlempah-jlempoh  + (tidak kuat berjalan karena lesu)
  • Rempe  + (tidak kuat)
  • Repe  + (tidak kuat)
  • Mabangkluk  + (tidak laku)
  • Anglu  + (tidak laku)
  • Bangkluk  + (tidak laku)
  • Redut  + (tidak lancar)
  • Buleh  + (tidak lancip)
  • Gesar  + (tidak lengket)
  • Makenta  + (tidak makan)
  • Mapendeng  + (tidak makan)
  • Pegih  + (tidak mau mengaku)
  • Magelengan  + (tidak membawa apa-apa)
  • Geleng-geleng  + (tidak membawa apa-apa)
  • Tengah-tengah  + (tidak memihak)
  • Ngedaglig  + (tidak mempunyai pekerjaan)
  • Plintat-plintut  + (tidak mempunyai pendirian)
  • Piwal  + (tidak menurut)
  • Sing nuutang  + (tidak menuruti)
  • Ahimsa  + (tidak menyiksa atau membunuh)
  • Padlatdat  + (tidak merata)
  • Celut  + (tidak mudah ditangap)
  • Pacadang kuang  + (tidak penting)
  • Kedi  + (tidak pernah haid, wanita yang tidak dapat dewasa)
  • Mabeles  + (tidak putus-putusnya (tentang kedatangan))
  • Rumik  + (tidak ramai)
  • Onggang  + (tidak rapat)
  • Roron-roron  + (tidak rata)
  • Degeng  + (tidak rewel)
  • Puik  + (tidak sapa)
  • Kedap  + (tidak seimbang)
  • Pundit  + (tidak seimbang)
  • Cadot  + (tidak sempat)
  • Elik  + (tidak senang)
  • Sing ngelapang  + (tidak sengaja)
  • Celor  + (tidak setia)
  • Bedog  + (tidak simetris)
  • Ambuak  + (tidak sopan)
  • Ngembakin  + (tidak stabil (tentang suara pria menjelang dewasa))
  • Centula  + (tidak suci)
  • Leteh  + (tidak suci)
  • Ocoh  + (tidak sungguh - sungguh)
  • Gamit  + (tidak sungguh-sungguh)
  • Awih  + (tidak tahu)
  • Mata tuh  + (tidak tahu malu)
  • Tandruh  + (tidak tahu)
  • Nirbaya  + (tidak takut)
  • Ngimur  + (tidak tenang, khawatir)
  • Makale  + (tidak teratur)
  • Plintut  + (tidak teratur)
  • Rambug  + (tidak teratur)
  • Sing ngenah  + (tidak terlihat)
  • Niskala  + (tidak terlihat)
  • Tan pagantulan  + (tidak tersisa)
  • Eep  + (tidak tumbuh untuk sementara (tt gadung, kunir, dsb))
  • Kecacungan  + (tindakan tidak menentu karena terlalu banyak pekerjaan)
  • Ebak  + (tinta cina)
  • Jerum  + (tipu, daya, akal)
  • Pletik  + (titik putih pada dahi atau pelipis penari)
  • Kingsanin  + (titipkan)
  • Capil  + (topi dari anyaman daun kelapa atau bambu)
  • Lingsir  + (tua)
  • Sangging  + (tukang potong gigi dalam upacara mepandes atau mesangih)
  • Balung  + (tulang yang besar)
  • Balung gending  + (tulang yang terdapat pada persendian)
  • Awar-awar  + (tumbuh-tumbuhan semak yg getahnya dapat digunakan untuk mengobati mata ayam)
  • Dadag  + (tumbuh-tumbuhan untuk makanan babi)
  • Buu  + (tumbuhan yg batangnya baik untuk pagar)
  • Tongosang  + (tunggui)
  • Sesari  + (uang pelengkap pada sesajen)
  • Panumbas  + (uang untuk membeli)
  • Medangsia  + (uku atau minggu ke-empat belas dalam konsep wariga bali)
  • Gumbreg  + (uku atau wuku keenam)
  • Gabung  + (ukuran untuk satu ikatan besar)
  • Rontek  + (umbul-umbul yang dipasang atau digunakan di tempat suci/pura)
  • Rerontek  + (umbul-umbul yang dipasang atau digunakan di tempat suci/pura)
  • Kuma  + (unsur terikat pembentuk kata yang artinya ‘berlaku seperti’ atau ‘menyerupai’)
  • Mantuka ring  + (untuk)
  • Nyicip  + (untuk merasakan)
  • Tutug kambuhan  + (upacara 42 hari)
  • Papegatan  + (upacara dalam rangkaian upacara kematian untuk memutuskan hubungan antara arwah yang meninggal dan sanak keluarga yang ditinggalkan)
  • Nyaag  + (upacara kurban untuk memulai turun ke sawah yang dilaksanakan di bendungan)
  • Sawa karesian  + (upacara ngaben dengan mempergunakan simbol kayu cendana atau majegau sebagai pengganti jenazah)
  • Biyu kukung  + (upacara pada saat tanaman padi sedang berbuah)
  • Pepada  + (upacara penyucian hewan sebelum disembelih, dagingnya akan dipergunakan dl upacara)
  • Recedana  + (upacara pitra yadnya yg mengganti jenazah dg simbol air suci (tirta), biasanya dilakukan bila jenazah yg sudah dikuburkan tidak ada lagi bekas-bekasnya krn telah lama diku-burkan, atau letak kuburannya terlalu jauh)
  • Ngrupuk  + (upacara sehari sebelum hari raya nyepi)
  • Tumpek Kandang  + (upacara selamatan untuk hewan yang jatuh pada sabtu kliwon wuku uye)
  • Resi Yadnya  + (upacara untuk menjadi pendeta)
  • Pawintenan  + (upacara untuk penyucian diri)
  • Pitra Yadnya  + (upacara untuk roh leluhur yang sudah meninggal.)
  • Bhuta Yadnya  + (upacara yadnya yang dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan bhuta hita yang dibangun dari panca maha bhuta yang merupakan unsur-unsur dasar dari bhuwana agung (alam semesta) maupun bhuwana alit itu sendiri.)
  • Kecicingan  + (urat darah kelihatan membesar kebiru-biruan (biasanya pada betis))
  • Urung  + (urung)
  • Gayot  + (usungan untuk mengarak orang yang dibuatkan upacara (biasanya bangsawan))
  • Jebeng  + (utuh (tumbuh-tumbuhan yang berdaun rimbun atau berumpun))
  • Darma duta  + (utusan keagamaan (untuk menyebarkan agama))
  • Nalika  + (waktu (menurut ukuran kesatuan waktu di bali, satu hari, siang atau malam) dibagi delapan bagian))
  • Dugas pidan  + (waktu)
  • Singit  + (waktu)
  • Daweg  + (waktu)
  • Kali tepet  + (waktu tepat tengah hari)
  • Atelahan  + (waktu yang dihabiskan untuk menghabiskan sesuatu)
  • Dugase  + (waktu, saat)
  • Prabali  + (wanita kebanyakan yang menikah dengan golongan bangsawan dalam masyarakat bali, biasa dipanggil jero atau pemekel)
  • Amati lelanguan  + (pantangan untuk tidak bersenang-senang atau berfoya-foya pada saat hari raya nyepi)
  • Jongjong  + ((bentuk) lonjong atau agak kuncup)
  • Kelik-kelik  + ((mata) terbuka terus (tidak mau terpejam))
  • Saang pamuun  + ((seikat kecil) kayu api yang dimantrai oleh pendeta untuk menyulut mayat pertama kali)
  • Matutuh  + ((sudah) diberi obat tetes melalui hidung atau mata)
  • Ajakanan  + ((ukuran) cukup untuk satu kali tanak)
  • Dadia  + (1) hubungan kekerabatan (satu leluhur))
  • Mejunin  + (1. berak di tempat tidur dengan tidak sengaja)
  • Caturwara  + (4 hari dalam seminggu)
  • Kambuhan  + (42 hari setelah lahir)
  • Aet  + (aba-aba kepada sapi saat membajak sawah agar sapi berjalan membelok)
  • Kek  + (aba-aba kepada sapi saat membajak sawah agar sapi berjalan membelok)
  • Ngrapu  + (abai pantangan (tentang makan))
  • Mapantes - pantesan  + (ada yang sesuai ada yang tidak)
  • Adake  + (adakah)
  • Ariang  + (adik)
  • Gus  + (adik)
  • Yayi  + (adik)
  • Pook  + (agak cekung karena gembur (tentang tanah atau tembok))
  • Rereng  + (agak tuli)
  • Yeh  + (air)
  • Panembak  + (air suci untuk menyiram jenazah)
  • Darma sunia  + (ajaran-ajaran untuk mencapai ketenangan abadi)
  • Pamuputne  + (akhirnya)
  • Nania  + (aksara bali yang letaknya bergantung pada huruf pokok yang melambangkan bunyi ya)
  • Durmanggala  + (alamat buruk)
  • Plantik  + (alat dari bambu yang dipakai untuk menjepit daun ‘gowangan’ (pita dari daun untuk menghasilkan suara) dengan batangnya)
  • Sipat  + (alat dari benang berjelaga untuk membuat garis lurus)
  • Gancan  + (alat penggulung benang saat memintal)
  • Pamlesteran  + (alat penyemenan)
  • Bangkil  + (alat penyiang untuk padi huma)
  • Panyiratan  + (alat penyiram, alat untuk meneteskan air suci biasanya digunakan oleh orang ketika mengetiskan tirta)
  • Plentang  + (alat perintang yang diikatkan pada tali layang-layang atau hewan)
  • Pangesan  + (alat sejenis seligi (tombak) untuk menguliti kelapa)
  • Pamentelan  + (alat seperti busur untuk membersihkan kapas sebelum dipintal)
  • Pangabasan  + (alat untuk membabat)
  • Panundun  + (alat untuk membangunkan)
  • Pangempugan  + (alat untuk membelah)
  • Pamilesan  + (alat untuk membengkokkan sesuatu)
  • Pamentangan  + (alat untuk membentangkan sesuatu)
  • Pangandengan  + (alat untuk membonceng)
  • Pangapok  + (alat untuk membuat jera)
  • Pamesengan  + (alat untuk memeras)
  • Pangrenteb  + (alat untuk memeriahkan)
  • Pangecekan  + (alat untuk memeriksa)
  • Panegenan  + (alat untuk memikul)
  • Pangikalan  + (alat untuk memilin tali)
  • Pangijukan  + (alat untuk memintal tali)
  • Pamasah  + (alat untuk memisahkan)
  • Wayang-wayang  + (alat untuk memudahkan memanggang sate)
  • Papanggulan  + (alat untuk memukul gamelan)
  • Pangedetan  + (alat untuk menarik)
  • Pamelas  + (alat untuk menceraikan (dari pertunangan atau perkawinan))
  • Pangedukan  + (alat untuk mengeruk)
  • Pangandongan  + (alat untuk menggendong)
  • Geguden  + (alat untuk mengiris)
  • Panatingan  + (alat untuk menjinjing)
  • Panebekan  + (alat untuk menusuk)
  • Pamantet  + (alat untuk menutup)
  • Panampahan  + (alat untuk menyembelih)
  • Odor  + (alat untuk menyiangi padi)
  • Panumplu  + (alat untuk menyodok)
  • Pangrapuh  + (alat untuk meratakan)
  • Pamaji  + (alat untuk merenggangkan belahan balok yg digergaji atau dibelah)
  • Pangrekaan  + (alat untuk ‘ngreka’ (dalam prosesi atau upacara ngaben))
  • Tatebeng  + (alat yang berfungsi sebagai penghalang cahaya pada lampu)
  • Prangkatan  + (alat-alat untuk bersantap/makan (alus singgi))
  • Amplas  + (amplas)
  • Rare dia-diu  + (anak haram)
  • Babedag  + (anak kuda)
  • Singkuh  + (aneh)
  • Soleh  + (aneh)
  • Angkid  + (angkat (sst yg dimasak atau yg dibenamkan))
  • Anggapan  + (ani-ani)
  • Embang  + (antara)
  • Kelap-kelap  + (antara kelihatan dan tidak)
  • Paplengkungan  + (anyaman bambu sebagai penutup jenazah)
  • Klabang  + (anyaman bilah bambu berbentuk persegi panjang yang digunakan sebagai alas untuk menjemur jajan)
  • Klakat  + (anyaman dari bambu berbentuk bujur sangkar, biasanya untuk alas sesajen)
  • Klangsah  + (anyaman dari daun kelapa untuk dinding atau atap)
  • Tebog  + (anyaman)
  • Tadah Uuk  + (anyaman untuk pelengkap upacara)
  • Api takep  + (api yang ditaruh pada dua keping sabut kelapa yang diletakkan bersilang, yang di atas menelungkup menutupi yang di bawah, dipakai pada waktu upacara buta yadnya)
  • Tunon  + (areal pembakaran jenazah untuk bangsawan (lazimnya di pekuburan))
  • Klakah  + (atap dari bambu yang dibelah)
  • Pemada  + (atap ilalang atau ijuk yang terpasang nomor dua dari bawah)
  • Utawi  + (atau)
  • Wiadin  + (atau)
  • Siap bakakap  + (ayam panggang utuh yang tidak berisi empedu dan usus (isi perut))
  • Gayungang  + (ayunkan (tangan atau kaki))
  • Sargah  + (bab pada kakawin ramayana)
  • Culuung  + (babi)
  • Repah  + (bagi (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Pangambean  + (bagian sesajen pada upacara ngambe untuk memanggil dan menyongsong leluhur, tuhan dan sebagainya)
  • Kendel  + (bahagia)
  • Bijik  + (bahan untuk membuat minuman cendol)
  • Rasmen  + (bahan-bahan untuk membuat sajen)
  • Rompi  + (baju yg tidak berlengan)
  • Bale angklung  + (balai angklung)
  • Bale sumangkirang  + (balai bertiang dua belas beratap ijuk, dahulu digunakan oleh raja-raja untuk upacara, sekarang sebagai tempat sajen di besakih)
  • Bale timbang  + (balai bertiang dua di sawah atau di balé banjar, tempat menimbang padi)
  • Piasan  + (balai suci tempat menghias pratima dsb atau tempat sajen yg ada di tempat suci)
  • Pering  + (bambu)
  • Bangkrut  + (bangkrut)
  • Bale kambang  + (bangunan bertiang 28, didirikan pada gundukan tanah yang dikelilingi kolam sebagai balai sidang raja, para pendeta, serta pejabat istana)
  • Bale manguntur  + (bangunan bertiang delapan belas menghadap ke selatan tempat bersemayam dewa-dewa pada waktu upacara batara turun kabéh)
  • Bale pawedan  + (bangunan bertiang empat yang digunakan sebagai tempat duduk pendeta melakukan pemujaan saat memimpin upacara ritual keagamaan)
  • Pangubengan  + (bangunan darurat di halaman luar pura untuk tempat pemujaan)
  • Bale salunglung  + (bangunan kecil segi empat bertiang tiga untuk tempat perlengkapan pembakaran mayat)
  • Bale lantang  + (bangunan panjang bertiang dua belas atau lebih)
  • Bale agung  + (bangunan panjang bertiang dua belas atau lebih)
  • Bale murda  + (bangunan persegi empat bertiang sebelas untuk tempat upacara adat di puri (istana raja))
  • Bale pelik  + (bangunan rumah persegi empat berukuran kecil bertiang empat sebaga pengapit pelinggih atau tugu di pura-pura)
  • Bale wongkilas  + (bangunan segi empat panjang, bertiang enam dengan rangkaian rusuk dibuat sedemikian rupa sehingga tampak seakan-akan tidak memiliki sambungan)
  • Bale tegeh  + (bangunan tinggi di pojok halaman istana atau pura)
  • Bale gong  + (bangunan yang terletak di jaba tengah atau jaba sisi pada sebuah pura yang berfungsi sebagai tempat menabuh gong dan gamelan)
  • Bale gede  + (bangunan yg terletak di bagian selatan atau timur pekarangan rumah, bertiang dua belas, berdinding tembok di bagian selatan dan timur)
  • Bracuk  + (banyak bicara dan tidak berujung pangkal)
  • Ngengengan  + (banyak cakap)
  • Padlepek  + (banyak yang duduk atau tidur di lantai)
  • Petias  + (barang tambahan untuk menjadikan harganya sebanding dg yg lain)
  • Buung  + (batal)
  • Ambeg paramarta  + (batin seseorang yang sudah sampai pada tujuan)
  • Paras  + (batu paras)
  • Paso  + (bejana atau jambangan besar yang dibuat dari tanah untuk tempat air dan sebagainya)
  • Bekel  + (bekal)
  • Bekelne  + (bekalnya)
  • Biket  + (bekas luka (pada kulit nampaknya mengkerut))
  • Ceget  + (bekas luka pada pipi)
  • Maguru  + (belajar pada seseorang)
  • Pungkuran  + (belakangan)
  • Pontang  + (belang)
  • Guun  + (benang yang agak besar)
  • Banteh  + (bengkak (tt luka lama yg tidak dirawat))
  • Entelan  + (bengkak berisi nanah pada telapak kaki)
  • Maploncor  + (ber-ploncor)
  • Tabah  + (berani)
  • Macadeng  + (berani)
  • Baas mes  + (beras yang direndam dalam air selama sekitar satu jam untuk membuatnya mudah digiling, biasanya digunakan untuk membuat loloh)
  • Jrebu  + (berat mulut)
  • Matuntunan  + (berbaris tidak putus-putusnya)
  • Mogpog  + (berbohong)
  • Malelambatan  + (berburu dengan bedil atau senapan)
  • Macengeng  + (berdering pada telinga)
  • Mendep  + (berdiam diri)
  • Ngacep  + (berdoa)
  • Mapunditan  + (bergerak-gerak karena tidak seimbang)
  • Majadeng  + (berhadap-hadapan dengan sikap menantang untuk berkelahi)
  • Wai-waian  + (berhari-hari)
  • Maplawah  + (berisi plawah(kerangka alat musik tradisional bali yang biasanya diukir, sebagai tempat menyusun ‘bung-bung’ atau bambu resonansi ))
  • Maprambat  + (berisi ‘prambat’ (tali-temali yang direntangkan di sawah untuk menghalau burung)
  • Boncoh  + (berjalan cepat tidak menoleh-noleh)
  • Masliahan  + (berjalan-jalan untuk menghilangkan rasa lesu)
  • Magayung-gayungan  + (berjuntai dengan mengayun-ayunkan kaki atau tangan)
  • Gaak-geek  + (berkata keras-keras tidak menentu)
  • Ngemikmik  + (berkata-kata sendiri dengan tidak jelas kedengaran)
  • Ngemigang  + (berkata-kata sendiri dengan tidak jelas kedengaran)
  • Ngemigmig  + (berkata-kata sendiri tidak menentu)
  • Lolo  + (berkata-kata tidak menentu (sering terjadi ketika orang setengah terjaga karena mimpi buruk))
  • Alpaka  + (tidak taat)
  • Ngendon  + (berkunjung atau datang ke tempat jauh)
  • Kumalipan  + (berlaku seperti lipan (tentang anak yang banyak bergerak pada masa belajar merangkak/berjalan))
  • Makramas  + (berlangir)
  • Ngrerep  + (bermalam)
  • Matabih  + (beroda)
  • Masidakep  + (berpangku tangan)
  • Maplanting  + (berpemberat)
  • Mabesen  + (berpesan (untuk disampaikan kepada seseorang))
  • Masaung  + (bersarung)
  • Nakti  + (bersemadi pada tempat-tempat keramat)
  • Mabrarakan  + (berserakan)
  • Makinkin  + (bersiap-siap)
  • Resik  + (bersih (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Mareresik  + (bersih-bersih (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Masomah  + (bersuami atau beristeri)
  • Maplantar  + (bertakuk untuk naik-turun)
  • Nyahjah ulangun  + (bertamasya untuk menikmati keindahan alam)
  • Mamongah  + (bertindak dengan tidak tahu malu)
  • Nyadigin  + (bertingkah laku kasar atau berkata kasar)
  • Nengin  + (biarkan (untuk tidak ditanami padi))
  • Nengang  + (biarkan tidak ditanami padi)
  • Pijer  + (bibit kelapa yg sudah tumbuh: zat semacam tawas, biasa untuk mencampur obat minum)
  • Medori putih  + (biduri atau widuri putih)
  • Pragiwaka  + (bijaksana (bentuk alus singgih/jenis bahasa bali untuk berbicara dengan orang yang harus dihormati))
  • Klabet  + (biji-bijian yang biasanya digunakan sebagai campuran minyak rambut atau bedak)
  • Reng  + (bilah-bilah kayu atau bambu yang dipasang pada kasau tempat memasang genting)
  • Rimpung  + (binasa (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Kalimayah  + (binatang berkaki seribu yang mengeluarkan sinar pada waktu malam)
  • Kuuk  + (binatang sejenis musang)
  • Sawan ai  + (binatang sejenis uir-uir atau tonggeret)
  • Andar  + (bor kecil untuk membuat lubang pd kayu, sarung keris, dsb)
  • Pusut  + (bor kecil yang dipilin dengan tangan untuk melubangi sesuatu)
  • Royal  + (boros)
  • Pabanci  + (buah kelapa yang dagingnya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda yang dapat dipakai sayur)
  • Bebanci  + (buah kelapa yang dagingnya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda yang dapat dipakai sayur)
  • Raka-raka  + (buah-buahan untuk sesajen)
  • Neb  + (bubungan)
  • Ruak  + (buka lahan)
  • Ruakang  + (bukakan lahan)
  • Kales  + (bulu yang tumbuh pada bagian belakang pipi)
  • Rumbah  + (bumbu cincang)
  • Cecunduk  + (bunga yang ditusukkan pada rambut)
  • Bungkem  + (bungkam)
  • Buntil  + (bungkus dg kain atau selendang yg melilit di pinggang)
  • Gabuag  + (bunyi benda jatuh atau bunyi benda dipukul)
  • Ngiung  + (bunyi kumbang atau nyamuk beterbangan)
  • Paderep  + (buruh untuk memotong padi)
  • Bocok  + (buruk rupa)
  • Dedali  + (burung layang atau walet)
  • Sembuuk  + (busuk dan tidak mau menetas (tentang telur))
  • Semuuk  + (busuk dan tidak mau menetas (tentang telur))
  • Plispisan  + (butir-butir nasi yang jatuh pada waktu makan)
  • Porong  + (cacat hitam pada kulit)
  • Garot  + (cangkul bergigi dari kayu untuk menggaruk)
  • Kejen  + (cangkul yang biasanya digunakan untuk membersihkan pematang sawah)
  • Jegeg  + (cantik)
  • Jeruk  + (cara mengasah keris atau taji)
  • Nglindeng  + (cari angin)
  • Glindeng  + (cari angin)
  • Rerehang  + (carikan (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Cemil  + (cembung dan tebal pada pipi)
  • Satuain  + (ceritai)
  • Sipok  + (congkak dan tidak tau aturan)
  • Putu  + (cucu, sebutan untuk anak pertama)
  • Aklambian  + (cukup untuk sebuah baju)
  • Cukur  + (cukur)
  • Rumbah Gile  + (daging babi cincang yang dicampur dengan bumbu cincang untuk kelengkapan sesajen upacara pengabenan (pembakaran jenazah))
  • Seguk  + (daging pada dada unggas)
  • Dumi  + (daging pada tulang punggung)
  • Enteban  + (daging yg dicencang untuk adonan lawar)
  • Mariin-riinan  + (dahulu-mendahului(basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Riinin  + (dahului (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Riinang  + (dahulukan)
  • Ngeepin  + (dalam keadaan tidak tumbuh)
  • Sajeroning  + (dalam lingkup)
  • Purian  + (dalam puri atau istana)
  • Ngarenin  + (datang pada saat paling akhir, menjamin sepenuhnya segala kekurangan)
  • Macelig  + (datang tiba-tiba dengan tidak disangka)
  • Ruan  + (daun (alus singgih: tingkatan bahasa (anggah-ungguhin basa) yang digunakan untuk menghormati atau menjunjung lawan bicara yang dihormati))
  • Lontar  + (daun lontar yang bertuliskan huruf bali)
  • Don sembung  + (daun sembung dapat digunakan untuk mengobati pilek,rematik dan diare)
  • Rudra  + (dewa rudra)
  • Sig  + (di)
  • Ri Kala  + (di saat)
  • Ri sedek  + (di saat)
  • Tengaine  + (di siang hari itu)
  • Wanita  + (dia untuk wanita)
  • Mamegeng  + (diam dengan memusatkan pikiran)
  • Rempuyuk  + (diam merunduk karena lesu atau sakit)
  • Neking  + (diam tidak berkata-kata)
  • Karepah  + (dibagi-bagi (oleh) (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))