Sexual education is an important think that parents can do to prevent free sex and it effects in adolescent. It is possible because family is the first place of education, but it appears to be inadequately practiced in Indonesia. This study aims to determine parent experience to provide sexual education in adolescents. We used a phenomenology interpretative approach in this study. We collected the data through in-depth interviews with ten parents. We found five themes: (1) good perception about sexual education, (2) sexual education delivered assisted by social media, (3) the topic is free sex, (4) difficult to start because of taboo and shame, (5) need support from health worker. The study reveals that sexual education is limited and need to be increased. It is essential that Indonesian parents become better informed and skilled, so that they may be involved in the sexual education of adolescent start from their family.
Pendidikan seksual merupakan pemikiran penting yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah terjadinya seks bebas dan dampaknya pada remaja. Hal ini dimungkinkan karena keluarga adalah tempat pendidikan pertama, tetapi tampaknya kurang dipraktikkan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman orang tua dalam memberikan pendidikan seksual pada remaja. Kami menggunakan pendekatan interpretatif fenomenologi dalam penelitian ini. Kami mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan sepuluh orang tua. Kami menemukan lima tema: (1) persepsi yang baik tentang pendidikan seksual, (2) pendidikan seksual yang disampaikan dengan bantuan media sosial, (3) topiknya adalah seks bebas, (4) sulit untuk memulai karena tabu dan malu, (5) perlu dukungan dari petugas kesehatan. Studi tersebut mengungkapkan bahwa pendidikan seksual masih terbatas dan perlu ditingkatkan. Sangat penting bagi orang tua Indonesia untuk menjadi lebih terinformasi dan terampil, sehingga mereka dapat terlibat dalam pendidikan seksual remaja mulai dari keluarga mereka.
Enable comment auto-refresher