Bale banjar nganggèn konsep Tri Hita Karana dados genah kreativitas para istri

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
20220725T084147444Z268778.jpg
Wikithon Winner
0
Vote
Referensi Foto
Masalah
Tahun
Kontributor
Putu Swandewi, Kadek Dinda Aryantha Sarin, Ni Putu Yuni Darmayanti
Penulis
    Wikithon competition
    Bale Banjar

    Komentar Juri

    Lomba ini sangat baik memberikan inspirasi bagi kalangan muda dan masyarakat umum untuk pemanfaatan Balai Banjar juga yang utama penggunaan tata titi mebasa Bali .

    TIA KUSUMA WARDHANI, SH., MM. (Manggala PAKIS Bali)


    Untuk kedepannya mungkin bisa lebih memperhatikan kualitas video seperti pencahayaan, tehnik video, dan lebih berani keluar dari zona nyaman. Tetapi melihat usaha dari semua peserta saya merasa bangga dengan kebranian dan antusiasnya dalam mengikuti lomba ini, semoga kedepan makin semangat lagi dalam berkarya. ECHA LAKSMI (Influencer, Seniman)


    Tidak hanya dalam teknik pembuatan/presentasi video yang baik, namun kesungguhan dalam karya juga tercermin dalam struktur wawancara karya ini, dimana ke 3 host melakukan intro yang baik bersama, kemudian masing-masing host melakukan tanya jawab dengan nara sumber, dan terakhir dikemas dengan penutup. Selain itu informasi dari nara sumber juga informatif, sesuai dengan tema lomba

    Dr. LUH RINITI RAHAYU, M.Si. (Ketua LSM Bali Sruti)


    Tambahkan komentar
    BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

    Bagaimanakah cara inovatif untuk memanfaatkan bale banjar sebagai ruang kreativitas perempuan?

    Deskripsi


    Bahasa Inggris

    Bale banjars in Bali generally apply the concept of Tri Hita Karana (balance of people, the environment, and the spiritual world) in community buildings, including "Parhyangan" which reflects the human relationship with God, "Palemahan" which reflects the relationship between humans and the surrounding environment, and "Pawongan" which reflects human relationships with other humans. By applying this concept, the bale banjar has a role as a gathering place for the residents of the banjar area. Currently, in the modern urban era, the traditional bale banjar has undergone various changes in function, form, and the appearance of the building. Bale banjar adat (customary) which has a dual function, is no longer just a place for meetings but is a place for various kinds of additional activities such as economic activities, education, health, and art. According to residents, there are many activities that women can do to share their creative ideas in utilizing the bale banjar as a space for women's creativity.

    Bahasa Bali

    Bale banjar ring bali ketah nganggen konsep Tri Hita Karana ring ngwangun wantilan bale banjar minakadi Parahyangan san nyihnayang kawentenan jadma sareng jadma sane lianan. Ring konsep punika,bale banjar nu nang peran dados genah mapupul lan sangkep para warga banjar. Sak wale ring sepamargin indik kauripam ring kota, bale banjar sami kakeni antuk makehpisan kauwah manut saking gunannyane, tur wentuk. Penelitian puniki nilikin pikobet bale banjar saking gunannyane ring adat bali. Sane mangkin akeh bale banjar adah nruwenang fungsi ganda utawi kakalih. Nenten ja kaanggen sangkep kemanten sakewala sampun kaaenggen genah pekaryan ring wawidangan ekonomi,pendidikan,kesehatan,kesenian, miwah sane tiosan.

    Yening manut saking silih tunggil warga,ak h kegiatan san dados kalaksayang para truni lan istri antuk malarapin ide ide kreatif ritatkala nganggen bale banjar dados genar kreativitas para truni lan istri.

    Bahasa Indonesia

    Bale banjar di bali umumnya menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam menata bangunan wantilan bale banjar, yaitu Parhyangan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, Palemahan yang mencerminkan hubungan manusia dengan lingkungan sekitar, dan Pawongan yang mencerminkan hubungan manusia satu dengan manusia lainnya. Dengan menerapkan konsep tersebut, bale banjar memiliki peran sebagai tempat berkumpul dan rapat para warga banjar. Tetapi, saat ini di era modern perkotaan, bale banjar adat mengalami berbagai perubahan fungsi, bentuk, maupun tampilan pada perwujudan bangunannya. Bale banjar adat yang memiliki fungsi ganda yaitu bukan lagi sekedar tempat bermusyawarah tetapi merupakan tempat berbagai macam kegiatan tambahan seperti kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesenian. Menurut salah satu warga, banyak kegiatan yang bisa dilakukan para perempuan untuk menaungi ide-ide kreatif mereka dalam berkontribusi memanfaatkan bale banjar sebagai ruang kreativitas para perempuan.

    Bahasa Daerah Lainnya ( )