Bagaimana cara mengurangi sampah plastik di kantin sekolah? Ayo berkomentar tentang isu publik di sini or ajukan pertanyaan.

3 - Luh Ayu Manik Mas, Luh Ayu Manik Pahlawan Lingkungan

Sponsored byImage001.png
Cover only putu book.jpg
Penulis
Illustrator
Gus Dark
Where does this book take place
Bali
Related Ceremony or Holiday
Related Env. Initatives
ISBN
978-623-93422-0-3
Original language
Balinese
Link to Whole Story
https://www.letsreadasia.org/read/87c92403-22b4-462d-a95d-c98f27f65035?bookLang=4846240843956224
Words to Learn for this Book


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Deskripsi

Video by: A.A. Ari Laksemi


Bahasa Inggris

When walking home after watching ogoh-ogoh, Luh Ayu Manik and Putu Nita were surprised to see the young people falling up and running around, and screaming in fear accompanied by asking for help. "Tulung-tulung ..." shouted Wayan. There are people who can walk. the body is tall and made of all kinds of plastic and cork. Instantly Luh Ayu Manik remembered I Wayan's behavior with and I Made who liked to throw away the trash when making ogoh-ogoh into the river this morning.

Bahasa Bali

Bahasa Indonesia

Saat berjalan pulang setelah menonton ogoh-ogoh, Luh Ayu Manik dan Putu Nita terkejut melihat para muda-mudi lari tunggang langgang, dan berteriak ketakutan sembari meminta pertolongan. "Tolong-tolong..." Demikian Wayan berteriak-teriak. Ada ogoh-ogoh bisa berjalan. Badannya tinggi besar dan terbuat dari segala macam plastik dan gabus. Seketika Luh Ayu Manik ingat dengan perbuatan I Wayan dan I Made yang membuang sampah sisa saat membuat ogoh-ogoh ke sungai tadi pagi.

Reviews

(change interface language in upper right corner to see reviews in other languages)

  • Review by: Komang Sulasmini
Luh Ayu Manik Mas merepresentasikan sosok perempuan Bali yang tangguh dan mencintai budaya Bali. Karakter perempuan pahlawan super ini lahir dari pemikiran bersama para penulis dan ilustrator dan publik umum, di mana masyarakat diajak untuk menentukan karakter yang cocok sebagai sosok perempuan remaja pahlawan super dari Bali dan perjalanan kisahnya,

buku ini juga untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menyelamatkan ekosistem alam, pada kisah petualangannya kali ini Luh Ayu Manik Mas dihadapkan pada kenyataan betapa keberadaan plastik sangat membahayakan dan merugikan kehidupan.

Melalui cerita ini secara tidak langsung mengajak masyarakat, khususnya generasi muda untuk aktif dan kreatif dalam mengurangi pemakaian plastik dalam keseharian. Keberadaan tokoh superhero remaja Luh Ayu Manik Mas yang berasal dari Bali dan bangga berbahasa Bali ini diharapkan menjadi pemacu generasi muda untuk tetap mencintai budaya lokal sembari melestarikan lingkungan dengan cara-cara dinamis di era milenial ini.
  • Review by: A.A. Ari Laksemi
Cerita ini sangat bagus untuk dijadikan bahan pembelajan di sekolah karena berisi pesan tentang peduli lingkungan. Sampah plastik sangat memprihatinkan. Sayang sekali karena masih banyak orang yang kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan. Karakter tokoh dan cerita yang disesuaikan dengan kehidupan remaja masa kini, membuat cerita ini mengena dan dapat dijadikan teladan.
  • Review by: Renes Muliani
Cerita dengan Judul Pahlawan Lingkungan karya I Putu Supartika ini adalah cerita motivasi yang berhasil membuat terkesima sekaligus membangkitkan hasrat untuk membacanya. Selain kisahnya yang menarik juga sesuai dengan keadaan lingkungan hidup saat ini. Dimana kebanyakan orang membuang sampah plastik sembarangan ke sungai. Dengan membaca cerita ini pasti orang-orang tidak membuang sampah sembarangan lagi. Karena di dalamnya berisi pesan dan makna religius. Cerita ini memberikan teguran untuk menjaga lingkungan agar tetap kokoh dan lestari.

Ceritanya Pada suatu pagi Luh Ayu Manik akan berangkat ke sekolah, namun ia masih sibuk mencari kantong plastik yang akan digunakan sebagai wadah canang. Jikapun ibunya menegur agar tidak menggunakan kantong plastik, ia mengabaikan dan tetap menggunakan kantong plastik supaya tidak merasa repot dengan membawa sokasi. Sepulang dari sekolah tumben ia menonton televisi. Tiba-tiba ia menemukan suatu iklan di stasion televisi. Isinya agar warga Bali mengurangi penggunaan tas plastik apalagi sudah ada peraturan yang mengatur hal itu. Seusai iklan itu ia mematikan tv, mengganti pakaian dan makan. Hingga habis nasinya, masih ia memikirkan hal tersebut. Akhirnya Ia punya niat menanyakan pada ibunya. Namun Ibunya tidak tahu dan menyuruhnya untuk menanyakan pada gurunya di sekolah. Esoknya saat Luh Ayu Manik menuju kelasnya, Ia berpapasan dengan gurunya, Pak Budiadnyana. Luh Ayu Manik memberi salam terlebih dahulu kemudian menanyakan tentang pengurangan penggunaan plastik itu. Akhirnya ia mendapat jawaban dari segala pertanyaannya. “Jadi begini Luh, sampah plastik itu menyebabkan lingkungan kotor dan sulit terurai, dan apabila dibakar akan membahayakan kesehatan kita. Untuk menggantinya kita bisa menggunakan tas kain, jika kepura menggunakan sokasi, begitu pula untuk memohon air suci tidak boleh memakai plastik. Makannya pemerintah memberikan himbauan seperti itu. Agar Lingkungan alam tidak tercemar karenya plastik.” Demikian Pak Budi menjelaskan. Luh Ayu Manik merasa mendapat pelajaran baru dari Pak Budi. Iapun akan menyampaikan kepada teman-teman dan orang tuanya.

Hari suci Nyepi menyebabkan murid-murid mendapatkan libur. Luh Ayu Manik dan teman-temannya sangat senang dapat libur apalagi nanti akan menonton pawai ogoh-ogoh saat Pangrupukan. Pagi hari, Luh Ayu Manik disuruh ke pasar membeli bahan banten untuk membuat caru dan segehan satus kutus oleh ibunya. Agar ada teman mengobrol di jalan, ia mencari Putu Nita. Mereka pergi bersama dan tidak lupa membawa tas kain. Dalam perjalanan pergi hingga pulang dari pasar, selalu Luh Ayu Manik dan Putu Nita mendapati kelompok pemuda membuang banyak sampah seperti plastik, botol, dan gabus ke sungai. Hari sudah senja, saatnya Warga Hindu Bali pada sibuk menghaturkan caru dan segehan di rumahnya masing-masing.

Luh Ayu Manik dan Putu Nita juga sibuk membantu ibunya. Dunia semakin gelap, Luh Ayu Manik dan putu Nita menonton ogoh-ogoh. Heran dan takut melihat rupa ogoh-ogoh yang seram seperti raksasa yang bertaring tajam, berambut panjang dan berantakan. Pikirnya mungkin benar wajah ogoh-ogoh yang seram membuat makhluk halus menjadi takut, ditambah lagi dengan suara sorak-sorai pemuda karena senang saat memikul ogoh-ogoh diiringi lagi dengan suara bleganjur. Langit semakin gelap, Jalanan semakin lengang. Luh Ayu Manik dan Putu Nita pulang. Tiba-tiba dalam perjalanannya pulang, para pemuda yang duduk di balai angklung pada lari berhamburan ketakutan dan meminta tolong. “Tolong… tolong… Ada Ogoh-ogoh bisa berjalan, dari sungai, sangat seram dan menakutkan, badannya terbuat dari plastik… “Wayan dan Made Berteriak-teriak. Semua pemuda berhamburan dan bingung mencari tempat bersembunyi. Hingga Luh Ayu Manik melihat itu, Memang benar, menyeramkan sekali, badannya besar dan tinggi, badannya ditutupi plastik bebotolan plastik dan gabus. Taringnya tajam, Matanya menyala dan lidahnya panjang menyentuh tanah. Melihat semua itu, Luh yu Mnaik menyuruh Putu Nita bersembunyi. Luh Ayu Manik juga bersembunyi untuk berubah wujud menjadi perempuan cantik yang bermahkota dan berbusana serba emas, bernama Luh Ayu Manik Mas. Raksasa itu menyemburkan api hingga semua tumbuhan terbakar. Tanah serasa bergetar karena raksasa itu akan mengambil pemuda-pemuda tadi. Luh Ayu Manik Mas melesat menggunakan senjatanya yang bisa mengeluarkan air agar bisa mematikan api. Para pemuda hanya menton dan ketakutan. Pada saat api semakin padam raksasa itu berkata. “Wahai engkau manusia! Janganlah membuang sampah sembarangan, apalagi di sungai ini. Tempat ini keramat. Harusnya engkau sungguh-sugguh merawat sungai ini agar selalu bersih dan tidak tercemar. Cepat bersihkan tempat ini!” Raksasa itu berkata sembari mendelik dengan mata merah. Raksasa itu kemudian hilang dengan cepat. Luh Ayu Manik Mas berubah wujud dan mengajak Putu Nita untuk pulang dan menceritakan dengan orang tua mereka. Begitupun dengan para pemuda semuanya berlari menuju rumah masing-masing. Lusa, Pada saat ngembak geni, para pemuda begitu pun dengan Luh Ayu Manik dan Putu NIta bergotog royong membersihkan tempat keramat itu.

Cerita ini sangat bagus. Selain berisi pesan dan makna religius juga dapat menambah pengetahuan dan pengajaran pada masyarakat tentang bahaya plastik dan tentang harusnya menjaga ligkungan agar tidak tercemar dan selalu bersih terutama di sungai. Dengan cerita ini, pembaca merasa tertantang untuk melanjutkan membaca dengan konfliknya yang ada. Penulis telah dapat menyampaikan gambaran nyata tentang sebab akibat membuang sampah sembarangan.

Videos


Nothing was added yet.