3 - Luh Ayu Manik Mas, Luh Ayu Manik Pahlawan Lingkungan
- Penulis
- Illustrator
- Gus Dark
- Where does this book take place
- Bali
- Related Ceremony or Holiday
- Related Env. Initatives
- ISBN
- 978-623-93422-0-3
- Original language
- Balinese
- Link to Whole Story
- https://www.letsreadasia.org/read/87c92403-22b4-462d-a95d-c98f27f65035?bookLang=4846240843956224
- Words to Learn for this Book
Deskripsi
Video by: A.A. Ari Laksemi
Bahasa Inggris
Bahasa Bali
Sedek majalan mulih suud mabalih ogoh-ogoh, Luh Ayu Manik lan Putu Nita makesiab nepukin truna-trunane pati purug malaib, sada gelar-gelur jejeh tur ngidih tulung. Tulung-tulung , keto Wayan kraik-kraik. Ada ogoh-ogoh bisa majalan. Awakne gede ganggas lan makaput aji plastik, gabus, lan botol plastik. Prajani Luh Ayu Manik inget teken solah I Wayan ajak I Made ane ngentungang luu sisan ngae ogoh-ogoh ke tlabahe tuni semengan.
Bahasa Indonesia
Reviews
(change interface language in upper right corner to see reviews in other languages)- Review by: Komang Sulasmini
buku ini juga untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menyelamatkan ekosistem alam, pada kisah petualangannya kali ini Luh Ayu Manik Mas dihadapkan pada kenyataan betapa keberadaan plastik sangat membahayakan dan merugikan kehidupan.
Melalui cerita ini secara tidak langsung mengajak masyarakat, khususnya generasi muda untuk aktif dan kreatif dalam mengurangi pemakaian plastik dalam keseharian. Keberadaan tokoh superhero remaja Luh Ayu Manik Mas yang berasal dari Bali dan bangga berbahasa Bali ini diharapkan menjadi pemacu generasi muda untuk tetap mencintai budaya lokal sembari melestarikan lingkungan dengan cara-cara dinamis di era milenial ini.- Review by: A.A. Ari Laksemi
- Review by: Renes Muliani
Ceritanya Pada suatu pagi Luh Ayu Manik akan berangkat ke sekolah, namun ia masih sibuk mencari kantong plastik yang akan digunakan sebagai wadah canang. Jikapun ibunya menegur agar tidak menggunakan kantong plastik, ia mengabaikan dan tetap menggunakan kantong plastik supaya tidak merasa repot dengan membawa sokasi. Sepulang dari sekolah tumben ia menonton televisi. Tiba-tiba ia menemukan suatu iklan di stasion televisi. Isinya agar warga Bali mengurangi penggunaan tas plastik apalagi sudah ada peraturan yang mengatur hal itu. Seusai iklan itu ia mematikan tv, mengganti pakaian dan makan. Hingga habis nasinya, masih ia memikirkan hal tersebut. Akhirnya Ia punya niat menanyakan pada ibunya. Namun Ibunya tidak tahu dan menyuruhnya untuk menanyakan pada gurunya di sekolah. Esoknya saat Luh Ayu Manik menuju kelasnya, Ia berpapasan dengan gurunya, Pak Budiadnyana. Luh Ayu Manik memberi salam terlebih dahulu kemudian menanyakan tentang pengurangan penggunaan plastik itu. Akhirnya ia mendapat jawaban dari segala pertanyaannya. “Jadi begini Luh, sampah plastik itu menyebabkan lingkungan kotor dan sulit terurai, dan apabila dibakar akan membahayakan kesehatan kita. Untuk menggantinya kita bisa menggunakan tas kain, jika kepura menggunakan sokasi, begitu pula untuk memohon air suci tidak boleh memakai plastik. Makannya pemerintah memberikan himbauan seperti itu. Agar Lingkungan alam tidak tercemar karenya plastik.” Demikian Pak Budi menjelaskan. Luh Ayu Manik merasa mendapat pelajaran baru dari Pak Budi. Iapun akan menyampaikan kepada teman-teman dan orang tuanya.
Hari suci Nyepi menyebabkan murid-murid mendapatkan libur. Luh Ayu Manik dan teman-temannya sangat senang dapat libur apalagi nanti akan menonton pawai ogoh-ogoh saat Pangrupukan. Pagi hari, Luh Ayu Manik disuruh ke pasar membeli bahan banten untuk membuat caru dan segehan satus kutus oleh ibunya. Agar ada teman mengobrol di jalan, ia mencari Putu Nita. Mereka pergi bersama dan tidak lupa membawa tas kain. Dalam perjalanan pergi hingga pulang dari pasar, selalu Luh Ayu Manik dan Putu Nita mendapati kelompok pemuda membuang banyak sampah seperti plastik, botol, dan gabus ke sungai. Hari sudah senja, saatnya Warga Hindu Bali pada sibuk menghaturkan caru dan segehan di rumahnya masing-masing.
Luh Ayu Manik dan Putu Nita juga sibuk membantu ibunya. Dunia semakin gelap, Luh Ayu Manik dan putu Nita menonton ogoh-ogoh. Heran dan takut melihat rupa ogoh-ogoh yang seram seperti raksasa yang bertaring tajam, berambut panjang dan berantakan. Pikirnya mungkin benar wajah ogoh-ogoh yang seram membuat makhluk halus menjadi takut, ditambah lagi dengan suara sorak-sorai pemuda karena senang saat memikul ogoh-ogoh diiringi lagi dengan suara bleganjur. Langit semakin gelap, Jalanan semakin lengang. Luh Ayu Manik dan Putu Nita pulang. Tiba-tiba dalam perjalanannya pulang, para pemuda yang duduk di balai angklung pada lari berhamburan ketakutan dan meminta tolong. “Tolong… tolong… Ada Ogoh-ogoh bisa berjalan, dari sungai, sangat seram dan menakutkan, badannya terbuat dari plastik… “Wayan dan Made Berteriak-teriak. Semua pemuda berhamburan dan bingung mencari tempat bersembunyi. Hingga Luh Ayu Manik melihat itu, Memang benar, menyeramkan sekali, badannya besar dan tinggi, badannya ditutupi plastik bebotolan plastik dan gabus. Taringnya tajam, Matanya menyala dan lidahnya panjang menyentuh tanah. Melihat semua itu, Luh yu Mnaik menyuruh Putu Nita bersembunyi. Luh Ayu Manik juga bersembunyi untuk berubah wujud menjadi perempuan cantik yang bermahkota dan berbusana serba emas, bernama Luh Ayu Manik Mas. Raksasa itu menyemburkan api hingga semua tumbuhan terbakar. Tanah serasa bergetar karena raksasa itu akan mengambil pemuda-pemuda tadi. Luh Ayu Manik Mas melesat menggunakan senjatanya yang bisa mengeluarkan air agar bisa mematikan api. Para pemuda hanya menton dan ketakutan. Pada saat api semakin padam raksasa itu berkata. “Wahai engkau manusia! Janganlah membuang sampah sembarangan, apalagi di sungai ini. Tempat ini keramat. Harusnya engkau sungguh-sugguh merawat sungai ini agar selalu bersih dan tidak tercemar. Cepat bersihkan tempat ini!” Raksasa itu berkata sembari mendelik dengan mata merah. Raksasa itu kemudian hilang dengan cepat. Luh Ayu Manik Mas berubah wujud dan mengajak Putu Nita untuk pulang dan menceritakan dengan orang tua mereka. Begitupun dengan para pemuda semuanya berlari menuju rumah masing-masing. Lusa, Pada saat ngembak geni, para pemuda begitu pun dengan Luh Ayu Manik dan Putu NIta bergotog royong membersihkan tempat keramat itu.
Cerita ini sangat bagus. Selain berisi pesan dan makna religius juga dapat menambah pengetahuan dan pengajaran pada masyarakat tentang bahaya plastik dan tentang harusnya menjaga ligkungan agar tidak tercemar dan selalu bersih terutama di sungai. Dengan cerita ini, pembaca merasa tertantang untuk melanjutkan membaca dengan konfliknya yang ada. Penulis telah dapat menyampaikan gambaran nyata tentang sebab akibat membuang sampah sembarangan.Videos
Nothing was added yet.
Aktifkan pemuatan ulang komentar otomatis