How to reduce plastic waste from religious ceremonies? Post your comments here or propose a question.

Candi Tebing Tegallinggah

19-696x501.jpg
Loading map...
Name of Place
Candi Tebing Tegallinggah
Location
Reference
Lontar
    Folktales
      Biographies
        Children's Books
          Books
            Holidays and Ceremonies


              Add your comment
              BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

              Information about place

              247657474 1624097381270330 9961829227030763 n.jpg

              In English

              Tebing Tegallinggah Temple is one of the archaeological remains in Tegallinggah Hamlet, Bedulu Village, Blahbatuh District, Gianyar Regency, Bali Province. This Cliff Temple is the southernmost of several remains along the Tukad (River) Pakerisan. Starting from Pegulingan Temple, Tirta Empul Temple, Mangening Temple, Gunung Kawi Temple, Krobokan Cliff Temple, Measuring-Size Temple, Subak Bubugan Temple, and Tegallinggah Cliff Temple. Krijgsman in 1952 when he was still the Head of the Bali National Institute of Antiquities and Heritage. Located approximately 30 km from the center of Bali Province, 5 km from the center of Gianyar City. In general, Tebing Tegallinggah Temple has boundaries, among others, in the northern part bordering land Empty areas in the form of river flows and cliff areas, in the east bordering vacant land used for fields, while in the west it is directly adjacent to an area used as a place for fish cultivation (fishing ponds) and in the south is bordered by vacant land in the form of river flows and cliff areas.

              In Balinese

              Candi Tebing Tegalinggah inggih punika silih tunggil tetamian arkeologi sane magenah ring Dusun Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Candi Tebing puniki wantah tetamian sane magenah pinih kelod saking makudang-kudang tetamian ring wewidangan Tukad Pakerisan. Ngawit saking Pura Pegulingan, Pura Tirta Empul, Pura Mangening, Pura Gunung Kawi, Candi Tebing Krobokan, Pura Pengukur-Ukuran, Pura Subak Bubugan, miwah Candi Tebing Tegallinggah. Kompleks patapan puniki katemuang olih Mr. Krijgsman duk warsa 1952 ri kala kari dados Kepala Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Bali. Genah puniki wenten sawatara 30km saking tengahing Provinsi Bali, utawi 5 km saking tengahing Kota Gianyar. Candi Tebing Tegallinggah puniki madue wates-wates inggih punika ring sisi kaler mawates sareng embahan tukad miwah wewidangan abing, ring sisi kangin mawates sareng tegal, ring sisi kauh mawates sareng genah tambak mina sakadi kolam pancing miwah ing sisi kelod mawates sareng embahan tukad miwah abing.

              In Indonesian

              Candi Tebing Tegallinggah merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang tedapat di Dusun Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.Candi Tebing ini merupakan tinggalan yang terletak paling selatan dari beberapa tinggalan di sepanjang Tukad (Sungai) Pakerisan. Dimulai dari Pura Pegulingan, Pura Tirta Empul, Pura Mangening, Pura Gunung Kawi, Candi Tebing Krobokan, Pura Pengukur-Ukuran, Pura Subak Bubugan, dan Candi Tebing Tegallinggah.Kompleks pertapaan ini ditemukan oleh Mr. Krijgsman pada tahun 1952 ketika masih menjabat Kepala Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Bali.Berjarak kurang lebih 30 km dari pusat Provinsi Bali, 5 km dari pusat Kota Gianyar.Secara umum Candi Tebing Tegallinggah ini memiliki batas-batas antara lain di bagian utara berbatasan dengan lahan kosong berupa aliran sungai dan wilayah tebing, di sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong yang dimanfaatkan untuk ladang, sedangkan di sebelah barat berbatasan langsung dengan area yang dijadikan tempat budidaya perikanan (kolam pancing) dan selatan berbatasan dengan lahan kosong berupa aliran sungai dan wilayah tebing.


              text - https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali/kajian-pengendalian-keterancaman-situs-candi-tebing-tegallinggah-desa-bedulu/


              Foto Candi Tebing 2020 courtesy Nyoman Sapta


              In English

              May 30, 2021

              Tegallinggah Cliff Temple - Gianyar Field Practice Purifying And Blessing All Nature And All Beings: Lower Realm, Middle Realm, Upper Realm

              BEAUTIFUL TREATMENT OF HOLY PLACE

              How to care for a sacred place to remain a source of peace that never dries up.

              [1]. Occasionally allow the holy place to be far from the prayers of many people who are full of worldly desires and ambitions, and far from many people whose hearts are filled with fear, which will pollute the peace of the holy place.

              [2]. Never come to a holy place with fear. It is not only self-defeating, but also polluting the holy place. Come to the holy place with a beautiful heart, the determination of compassion for the happiness of all beings. Fill your heart with sincerity. Because sincerity is a very perfecting power.

              [3]. Live the incense with the scent of sacred wood, accompanied by filling it with purifying power. To bless all beings, to purify negative energies, and to illuminate all the darkness [desire, ambition, fight] that many humans bring to the holy place.

              [4]. Clean the holy place by using tirtha [holy water]. Try to be done by people whose hearts are clean from fear and greed.

              [5]. Say prayers so that all happy beings are free from suffering. Pray in the holy place for the whole world to be happy.

              In Balinese

              In Indonesian

              30 Mei 2021

              Candi Tebing Tegallinggah - Gianyar Praktek Lapangan Memurnikan Dan Memberkahi Semua Alam Dan Semua Mahluk : Alam Bawah, Alam Tengah, Alam Atas

              MERAWAT TEMPAT SUCI DENGAN INDAH

              Cara merawat tempat suci agar tetap menjadi sumber kedamaian yang tidak pernah kering.

              [1]. Sesekali ijinkan tempat suci jauh dari doa banyak manusia yang penuh keinginan duniawi dan ambisi, serta jauh dari banyak manusia yang hatinya diliputi ketakutan, yang akan mengotori kedamaian tempat suci.

              [2]. Jangan pernah datang ke tempat suci dengan membawa ketakutan. Hal itu tidak saja membayakan diri sendiri, tapi juga mengotori tempat suci. Datanglah ke tempat suci dengan membawa hati yang indah tekad belas kasih untuk kebahagiaan semua mahluk. Penuhi hati dengan keikhlasan. Karena keikhlasan adalah kekuatan yang sangat menyempurnakan.

              [3]. Hidupkan dupa wangi aroma kayu suci, disertai mengisinya dengan kekuatan pemurnian. Untuk memberkahi semua mahluk, untuk memurnikan energi-energi negatif, serta untuk menerangi seluruh kegelapan [keinginan, ambisi, perkelahian] yang dibawa banyak manusia ke tempat suci.

              [4]. Bersihkan tempat suci dengan menggunakan tirtha [air suci]. Usahakan dilakukan oleh orang yang hatinya bersih dari ketakutan dan keserakahan.

              [5]. Ucapkan doa-doa agar semua mahluk bahagia bebas derita. Doakan di tempat suci agar seluruh alam bahagia.


              Pesraman Dharmakerti