I Gedé Gita Purnama Arsa Putra

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
1.gita-purnama (1).jpg
Nama lengkap
I Gedé Gita Purnama Arsa Putra
Nama Pena
I Gede Gita Purnama
Photograph by
Link to Photograph
Website for biography
Tempat
Related Music
Related Books
Related Scholars Articles


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Biodata


In English

I Gedé Gita Purnama Arsa Putra was born in Denpasar on October 29th, 1985. In 2008 he finished his bachelors degree in Balinese Language and Literature at Udayana University, continuing on to postgraduate studies in linguistics specializing in literary discourse also at Udayana University. He is now a lecturer at Hindu Dharma State Institute of Denpasar. He has enjoyed writing poetry, short stories, and essays since junior high school. His works are published in Bali Orti (Bali Post), Bali Post, and Mediaswari (Pos Bali). Gita Purnama is the author of the poetry collections "Dendang Denpasar Nyiur Sanur," "Denpasar lan Donpasar," and "Angripta Rum." His now published book is collection of short stories entitled "Smara Reka" written together with his wife in 2014. Additionally, he is a member of the team of writers of the biography "I Wayan Beratha: Seniman Kelas Dunia." In 2016 he received the Rancage Literary Award for his service in preserving and developing modern Balinese literature. Below is a link to one of his short stories called "Ngalih Sampi Galang Bulan" taken from the book "Smara Reka."

In Balinese

Wastan sujatin wantah I Ged Gita Purnama Arsa Putra. Embas ring D npasar, 29 Oktober 1985. Warsa 2008 muputang sarjana ring program Bahasa lan Sastra Bali Universitas Udayana, raris ngalanturang pascasarjana ring Konsentrasi Wacana Sastra, Linguistik Universitas Udayana. Mangkin makarya dados dos n ring IHDN D npasar. Oneng nyurat puisi, satua cutet miwah sai ngawit saking SMP. Kakawiannyane kawedar ring Bali Orti Bali Post , Bali Post, M diaswari Pos Bali . Gita Purnama dados pamipil ring cakepan pupulan puisi D ndang D npasar Nyiur Sanur , pupulan puisi D npasar lan Donpasar , lan pupulan puisi Angripta Rum. Cakepan san sampun kamedalang inggih punika pupulan satua cutet sareng istrinnyan san mamurda Smara R ka warsa 2014. Lianan ring punika dan taler dados silih sinunggil tim penulis Biografi I Wayan Bratha Seniman Bali Kelas Dunia. Ring warsa 2016 dan ngamolihang hadiah Sastra Rancag antuk jasannyan ring panglimbak Sastra Bali Mod ren.

Niki wantah silih sinunggil kakawian dan san marupa satua cutet mamurda Ngalih Sampi Galang Bulan san kaambil saking cakepan Smara R ka.

In Indonesian

Nama sebernarnya adalah I Gde Gita Purnama Arsa Putra. Lahir di Denpasar, 29 Oktober 1985. Pada 2008 menyelesaikan pendidikan sarjana pada program studi Bahasa dan Sastra Bali Universitas Udayana, setelah itu melanjutkan pascasarjana pada konsentrasi Wacana Sastra Prodi Linguistik Universitas Udayana. Kini menjadi dosen di IHDN Denpasar. Beliau gemar menulis puisi, cerita pendek serta esai sejak SMP. Karya-karyanya dimuat pada Bali Orti (Bali Post), Bali Post, Médiaswari (Pos Bali). Gita Purnama menjadi penyusun pada kumpulan puisi “Dendang Denpasar Nyiur Sanur”, kumpulan puisi, “Denpasar lan Donpasar,” serta kumpulan puisi “Angripta Rum”. Buku yang sudah diterbitkan adalah kumpulan cerita pendek bersama istrinya yang berjudul “Smara Reka” tahun 2014. Selain itu, beliau juga sebagai salah satu tim penulis Biografi I Wayan Bratha Seniman Bali Kelas Dunia. Pada 2016 ia mendapat hadiah Sastra Rancage atas jasa-jasanya dalam melestarikan dan mengembangkan sastra Bali Modern. Berikut adalah salah satu karyanya yang berupa cerita pendek dengan judul “ Ngalih Sampi Galang Bulan” yang diambil dari buku “Smara Reka”.

Contoh karya

NGALIH SAMPI GALANG BULAN
NGALIH SAMPI GALANG BULAN

(I Gde Gita Purnama)

Tersungkur Pan Kades sekarang di pojok, modal sudah habis, dipergunakan untuk membangun ruko. Memang benar ruko tersebut telah selesai sebanyak lima bangunan berada di pinggir jalan, yang dulunya adalah ladang kopi, kopi arabika nomor satu. Akan tetapi, harga kopinya tidak pernah nomor satu, selalu harganya jatuh tersungkur. Belum lagi dicaplok tengkulak ketika panennya banyak. Daripada selalu mengalami kerugian, memang sebaiknya didirikan ruko. Tidak hanya Pan Kades yang mengalami rasa terpukul, hampir setengah dari warga desa ikut merasa menyesal, sebab telanjur mendirikan ruko di tanah ladang yang berlokasi di pinggir jalan. Hitung-hitungan dalam hati memang sudah matang, saat ruko selesai, dikontrakkan, setelah itu tinggal menerima uang hasil kontrakan saja. Kontrakan per ruko 50 juta setahun, bila punya 5 ruko tentunya sudah memiliki 250 juta pertahun. Datangnya uang sungguh lebih baik dibandingkan dengan menyandang NIP. Apalagi bila dibandingkan dengan hasil ladang itu sendiri, aduh, sungguh jauh perbedaannya. Namun, hal baru hitungan di mimpi saja. Sekarang semua sudah buyar, niat mencari untung tapi modal justru hilang.


https://suara-sakingbali.blogspot.co.id/2016/04/i-gede-gita-purnama_30.html