Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Indonesian equivalent" with value "sebuah gerakan pemertahanan identitas etnik bali. gerakan ini bertujuan mengembalikan masyarakat bali dalam konteks pengamalan ajaran agama hindu dan kebudayaan bali, atau disebut pula sebagai re-balinisasi dan re-hinduisasi.". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 126 results starting with #1.

View (previous 250 | next 250) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Don Sambiloto  + (sambiloto (andrographis paniculata): sambisambiloto (andrographis paniculata): sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang umum digunakan dalam pengobatan tradisional bali untuk mengobati berbagai penyakit, seperti infeksi, demam, dan gangguan pencernaan. penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa sambiloto memiliki sifat antioksidan, antiradang, dan antimikroba yang efektif (akbar, 2011)dan antimikroba yang efektif (akbar, 2011))
  • Ampal  + (sapi atau kerbau putih dengan kuku dan tanduk berwarna hitam)
  • Pakeleb  + (sapi, kerbau, dsb yg ditenggelamkan ke laut atau danau dl rangkaian upacara untuk memohon keselamatan alam)
  • Saungin  + (sarungi)
  • Sate srapah  + (satai dari daging yang direbus kemudian dicelupkan ke dalam bumbu)
  • Sate letlet  + (satai dari usus babi yang direbus atau digoreng)
  • Sate caru  + (satai kecil-kecil dari daging binatang yang dipergunakan dalam upacara buta yadnya)
  • Asiki  + (satu)
  • Kacai  + (sayuran jenis bawang yang digunakan dalam berbagai masakan, berdaun panjang kecil-kecil, berwarna hijau〔allium odorum〕)
  • Pinaka  + (sebagai)
  • Luiripun  + (sebagai berikut)
  • Bale piyasan  + (sebuah bangunan di sanggah (pura keluarga) atau pura sebagai tempat sarana upacara)
  • Ah  + (sebuah ekspresi atau seruan ketika merasakan kekesalan atau tidak beruntung)
  • Ajeg Bali  +
  • Reong  + (sebuah instrumen gamelan di bali)
  • Lemayung  + (sebuah komposisi karawitan bali yang menggunakan gamelan smarandhana sebagai media ungkap)
  • Abulih  + (sebuah)
  • Abungkul  + (sebuah)
  • Nengah  + (sebutan untuk anak yang kedua atau keenam)
  • Ngurah  + (sebutan untuk klen tertentu dalam masyarakat bali)
  • Anantaboga  + (seekor ular raksasa di mitologi bali)
  • Eteh-eteh  + (segala perlengkapan upacara agama)
  • Bebungkilan  + (segala tumbuhan yg berakar tongkat, dipakai bumbu, boreh, atau rempah-rempah, spt kunir, jahe, dsb)
  • Kroso  + (sejenis anyaman dari bambu, dapat digunakan sebagai satuan.)
  • Rinti  + (sejenis benang sebagai perlengkapan upacara)
  • Penyon  + (sejenis binatang laut yang berkaki dan berekor menyerupai penyu, biasanya membuat lubang di pasir)
  • Rijasa  + (sejenis bunga perdu yang warnanya merah muda)
  • Rubung  + (sejenis giwang atau subang (perhiasan di telinga) untuk pria)
  • Ajang  + (sejenis hidangan dalam sesajen)
  • Sukun  + (sejenis keluih yang tidak berbiji, dapat direbus atau digoreng)
  • Gegecok mirah  + (sejenis lauk tradisional bali)
  • Taga  + (selalu tersedia makanan atau minuman)
  • Mataga-taga  + (selalu tersedia makanan atau minuman berlebihan)
  • Mataga  + (selalu tersedia makanan atau minuman secara berlebihan)
  • Kabet  + (sempit, sukar, sulit (dalam hal berpakaian))
  • Pangibing  + (seorang penari pria yang menari dengan seorang penari gadis dalam pertunjukan tari jodeg bumbung)
  • Ibingan  + (seorang penari pria yang menari dengan seorang penari gadis dalam pertunjukan tari jodeg bumbung)
  • Sugriwa  + (seorang tokoh protagonis dalam wiracarita ramayana)
  • Subali  + (seorang tokoh protagonis dalam wiracarita ramayana)
  • Ngid  + (seperti rasa atau bau tanah yang dibakar)
  • Dasaksara  + (sepuluhhuruf suci sebagai pelambang siwa)
  • Bangen  + (sering mujur dalam usaha)
  • Nasi pangkonan  + (sesajen hidangan yang biasanya dipergunakan dalam upacara bhuta yadnya)
  • Nasi sasah  + (sesajen kecil yang dibentuk dengan menaburkan nasi dan serundeng di atas takir (alas dari daun pisang atau kelapa) dan dihiasi bunga)
  • Banten  + (sesajen)
  • Satia wacana  + (setia kepada kata-kata atau ucapan)
  • Kado  + (sia-sia)
  • Pancawara  + (siklus lima harian dalam wewaran)
  • Pranawa  + (simbol bunyi sakti om)
  • Petinin  + (simpan dalam peti)
  • Sipit  + (sipit)
  • Subak  + (sistem irigasi bali)
  • Somah  + (suami atau istri)
  • Sasat  + (sumpah)
  • Cubang  + (sumur atau kolam untuk menampung air hujan)
  • Rerepi  + (surat (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Gandawari  + (tabir)
  • Tabuan keh  + (tabuan yang biasanya bersarang di dalam tanah)
  • Taan  + (tahan (untuk menghentikan gerakan))
  • Baligi  + (tahapan terakhir dalam upacara kematian)
  • Bokoran  + (talam sejenis baskom terbuat dari perak, kayu, dsb)
  • Prambat  + (tali-temali yang direntangkan di sawah untuk menghalau burung)
  • Gegada  + (tanda biru atau hitam seperti penggada pada kaki ayam jago yang berwarna kuning)
  • Dangul  + (tangkai buah pisang atau enau)
  • Nglawang  + (tari barong)
  • Tayog  + (tari)
  • Oleg  + (tari hiburan tradisional bali)
  • Jauk  + (tari yang bersifat pantomim dengan memakai topeng yang memerankan tokoh yang kuat dan dahsyat (seperti siwa dan rahwana))
  • Bebali  + (tari yg disakralkan dan biasanya dipertunjukkan di pura-pura yg ada hubungannya dg upacara agama, spt tari rejang, sang hyang, pendet, dan baris upacara)
  • Joged  + (tarian bali)
  • Rejang  + (tarian keagamaan dg gerakan yg sederhana, biasanya diiringigamelan slonding, ditarikan di pura oleh sejumlah anak-anak gadis berderet ke belakang di belakang pemangku (pemuka agama))
  • Kebiar duduk  + (tarian tradisional bali)
  • Ibul-ibulan  + (tarian tradisional bali)
  • Joged bumbung  + (tarian tradisional bali)
  • Joged gandrungan, joged pingitan  + (tarian tradisional bali)
  • Jogbog  + (tarian tradisional bali)
  • Barong kedingkling  + (tarian tradisional bali)
  • Kampek  + (tas kecil dari bambu atau lontar untuk tempat sirih pinang)
  • Leneng  + (tembok rendah di samping kanan-kiri kori atau pintu masuk rumah untuk duduk-duduk)
  • Perocot  + (tempat air minum atau kendi yg terbuat dari tempurung kelapa)
  • Bale-bale  + (tempat duduk atau tempat tidur yang dibuat dari bambu atau kayu)
  • Pepelik  + (tempat suci pemujaan tuhan bagi agama hindu)
  • Penglipuran  + (tempat wisata)
  • Tampias  + (tempias)
  • Tengah  + (tengah)
  • Iad  + (terasa sakit pada punggung karena kena benda keras atau dipukul)
  • Marepah  + (terbagi-bagi (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Kanggoang  + (terimalah)
  • Karubuhin  + (tertimpa robohan)
  • Niskarya  + (tidak bertujuan)
  • Ngencet  + (tidak hadir)
  • Ngubeng  + (tidak keluar)
  • Ahimsa  + (tidak menyiksa atau membunuh)
  • Klambiung  + (tingkatan dalam silsilah kekerabatan)
  • Sawa wedana  + (tingkatan tertinggi dalam upacara ngaben)
  • Ebak  + (tinta cina)
  • Jerum  + (tipu, daya, akal)
  • Pletik  + (titik putih pada dahi atau pelipis penari)
  • Bungkling  + (tokoh dalam cerita rakyat yang banyak akalnya)
  • Saunggaling  + (tokoh patih dalam cerita jayaprana)
  • Capil  + (topi dari anyaman daun kelapa atau bambu)
  • Dewa Ruci  + (tuhan dalam manifestasinya sebagai penjaga air amerta (air kehidupan) di laut, berwujud orang kecil)
  • Pemijian  + (tukang pembawa surat)
  • Sangging  + (tukang potong gigi dalam upacara mepandes atau mesangih)
  • Balung  + (tulang yang besar)
  • Pipis glembang  + (uang kepeng besar yang dipakai dalam judi)
  • Kecer  + (uang recehan, nama sajen dalam rangkaian upacara pembakaran mayat)
  • Medangsia  + (uku atau minggu ke-empat belas dalam konsep wariga bali)
  • Gumbreg  + (uku atau wuku keenam)
  • Watugunung  + (uku ke 30)
  • Lipi lu  + (ular berkepala dua (dalam dongeng))
  • Rontek  + (umbul-umbul yang dipasang atau digunakan di tempat suci/pura)
  • Rerontek  + (umbul-umbul yang dipasang atau digunakan di tempat suci/pura)
  • Kuma  + (unsur terikat pembentuk kata yang artinya ‘berlaku seperti’ atau ‘menyerupai’)
  • Pangrebongan  + (upacara agama yang menggambarkan serbuan terhadap musuh)
  • Papegatan  + (upacara dalam rangkaian upacara kematian untuk memutuskan hubungan antara arwah yang meninggal dan sanak keluarga yang ditinggalkan)
  • Sawa karesian  + (upacara ngaben dengan mempergunakan simbol kayu cendana atau majegau sebagai pengganti jenazah)
  • Pepada  + (upacara penyucian hewan sebelum disembelih, dagingnya akan dipergunakan dl upacara)
  • Maligia  + (upacara pitra yadnya setelah mamukur (biasanya bagi raja-raja di bali))
  • Recedana  + (upacara pitra yadnya yg mengganti jenazah dg simbol air suci (tirta), biasanya dilakukan bila jenazah yg sudah dikuburkan tidak ada lagi bekas-bekasnya krn telah lama diku-burkan, atau letak kuburannya terlalu jauh)
  • Jebeng  + (utuh (tumbuh-tumbuhan yang berdaun rimbun atau berumpun))
  • Darma duta  + (utusan keagamaan (untuk menyebarkan agama))
  • Nalika  + (waktu (menurut ukuran kesatuan waktu di bali, satu hari, siang atau malam) dibagi delapan bagian))
  • Prabali  + (wanita kebanyakan yang menikah dengan golongan bangsawan dalam masyarakat bali, biasa dipanggil jero atau pemekel)
  • Prangbakat  + (wuku/uku (minggu) ke-24 (sistem tarikh tradisional bali))
  • Ajeg Bali  + (sebuah gerakan pemertahanan identitas etnik bali. gerakan ini bertujuan mengembalikan masyarakat bali dalam konteks pengamalan ajaran agama hindu dan kebudayaan bali, atau disebut pula sebagai re-balinisasi dan re-hinduisasi.)
  • Jongjong  + ((bentuk) lonjong atau agak kuncup)
  • Paplapanin  + ((lebih) berhati-hati dalam berbicara)
  • Plapanin  + ((lebih) berhati-hati dalam berbicara)
  • Miket  + ((sudah) dalam keadaan terikat-ikat)
  • Matutuh  + ((sudah) diberi obat tetes melalui hidung atau mata)
  • Caturwara  + (4 hari dalam seminggu)
  • Mamadik  + (acara meminang sebelum dilaksanakan upacara perkawinan / pawiwahan yang dalam tata cara perkawinan adat bali)
  • Krama  + (adat istiadat)
  • Satrugena  + (adik dari tokoh rama dalam kisah ramayana)
  • Yayi  + (adik)
  • Abang age  + (adonan kelapa parut dengan bumbu berwarna merah putih sebagai dasar dalam tetandingan/rangkaian kawisan (sejenis sajen) dalam upacara adat di bali)
  • Pook  + (agak cekung karena gembur (tentang tanah atau tembok))
  • Dasa sila  + (agama hindu)
  • Agama  + (agama)
  • Yeh  + (air)
  • Asta brata  + (ajaran kepemimpinan yang meneladani delapan dewa menurut agama hindu)
  • Niyama brata  + (ajaran kesusilaan tentang pengendalian diri)
  • Ajawera  + (ajaran rahasia)
  • Darma sunia  + (ajaran-ajaran untuk mencapai ketenangan abadi)
  • Ulu candra  + (aksara bali)
  • Ulu ricem  + (aksara bali)
  • Ulu sari  + (aksara bali)
  • Nania  + (aksara bali yang letaknya bergantung pada huruf pokok yang melambangkan bunyi ya)
  • Aksara wayah  + (aksara, tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.)
  • Gentorag  + (alak musik tradisional bali)
  • Durmanggala  + (alamat buruk)
  • Plantik  + (alat dari bambu yang dipakai untuk menjepit daun ‘gowangan’ (pita dari daun untuk menghasilkan suara) dengan batangnya)
  • Rindik  + (alat musik gamelan yang berbahan bambu seperti kulintang dengan tangga nada lagu bali)
  • Plentang  + (alat perintang yang diikatkan pada tali layang-layang atau hewan)
  • Pamelas  + (alat untuk menceraikan (dari pertunangan atau perkawinan))
  • Panampahan  + (alat untuk menyembelih)
  • Pamaji  + (alat untuk merenggangkan belahan balok yg digergaji atau dibelah)
  • Pangrekaan  + (alat untuk ‘ngreka’ (dalam prosesi atau upacara ngaben))
  • Tatebeng  + (alat yang berfungsi sebagai penghalang cahaya pada lampu)
  • Babedag  + (anak kuda)
  • Angkid  + (angkat (sst yg dimasak atau yg dibenamkan))
  • Angklung  + (angklung)
  • Embang  + (antara)
  • Paplengkungan  + (anyaman bambu sebagai penutup jenazah)
  • Klabang  + (anyaman bilah bambu berbentuk persegi panjang yang digunakan sebagai alas untuk menjemur jajan)
  • Klangsah  + (anyaman dari daun kelapa untuk dinding atau atap)
  • Penyu kambang  + (arsitektur bali)
  • Klakah  + (atap dari bambu yang dibelah)
  • Pemada  + (atap ilalang atau ijuk yang terpasang nomor dua dari bawah)
  • Utawi  + (atau)
  • Wiadin  + (atau)
  • Darma sesana  + (aturan-aturan agama)
  • Gayungang  + (ayunkan (tangan atau kaki))
  • Lingga sarira  + (badan halus manusia (disebut juga suksma sarira))
  • Luir  + (bagai)
  • Repah  + (bagi (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Jeroan  + (bagian dalam)
  • Tibu  + (bagian sungai yang dalam)
  • Bale angklung  + (balai angklung)
  • Bale sumangkirang  + (balai bertiang dua belas beratap ijuk, dahulu digunakan oleh raja-raja untuk upacara, sekarang sebagai tempat sajen di besakih)
  • Bale timbang  + (balai bertiang dua di sawah atau di balé banjar, tempat menimbang padi)
  • Wantilan  + (balai masyarakat)
  • Piasan  + (balai suci tempat menghias pratima dsb atau tempat sajen yg ada di tempat suci)
  • Bali  + (bali)
  • Bale kambang  + (bangunan bertiang 28, didirikan pada gundukan tanah yang dikelilingi kolam sebagai balai sidang raja, para pendeta, serta pejabat istana)
  • Bale mujur  + (bangunan bertiang dua belas, didirikan di bagian barat pekarangan rumah, sebagai tempat menerima tamu)
  • Bale pawedan  + (bangunan bertiang empat yang digunakan sebagai tempat duduk pendeta melakukan pemujaan saat memimpin upacara ritual keagamaan)
  • Bale pegat  + (bangunan bertiang enam dengan balai-balainya terbagi dua, terletak di bagian barat pekarangan rumah, sebagai tempat menerima tamu)
  • Bale sari  + (bangunan bertiang sembilan letaknya di bagian barat pekarangan rumah, biasa disebut balé singasari)
  • Bale lantang  + (bangunan panjang bertiang dua belas atau lebih)
  • Bale agung  + (bangunan panjang bertiang dua belas atau lebih)
  • Bale ongkara  + (bangunan persegi empat bertiang satu, beratap ijuk di kiri kanan kori agung (besakih), disebut juga balé mundar-mandir)
  • Bale pelik  + (bangunan rumah persegi empat berukuran kecil bertiang empat sebaga pengapit pelinggih atau tugu di pura-pura)
  • Bale paselang  + (bangunan rumah persegi empat bertiang delapan, sebagai tempat upacara di pura besakih)
  • Parhyangan  + (bangunan suci tempat pemujaan agama hindu)
  • Bale tegeh  + (bangunan tinggi di pojok halaman istana atau pura)
  • Bale gong  + (bangunan yang terletak di jaba tengah atau jaba sisi pada sebuah pura yang berfungsi sebagai tempat menabuh gong dan gamelan)
  • Bale gede  + (bangunan yg terletak di bagian selatan atau timur pekarangan rumah, bertiang dua belas, berdinding tembok di bagian selatan dan timur)
  • Tibuan  + (banyak bagian sungai yang dalam)
  • Ngengengan  + (banyak cakap)
  • Pakeek  + (banyak orang mengeluarkan bunyi "keek" sebagai tanda mengejek)
  • Padlepek  + (banyak yang duduk atau tidur di lantai)
  • Paras  + (batu paras)
  • Paso  + (bejana atau jambangan besar yang dibuat dari tanah untuk tempat air dan sebagainya)
  • Bekel  + (bekal)
  • Bekelne  + (bekalnya)
  • Saruron  + (bekerja sama)
  • Sibakan  + (belahan)
  • Bintul  + (bengkak kecil sebagai bekas di gigit nyamuk)
  • Ngrompak  + (beradu kaki dalam permainan sepak bola)
  • Mapeed  + (berarak-arakan dalam upacara)
  • Baas mes  + (beras yang direndam dalam air selama sekitar satu jam untuk membuatnya mudah digiling, biasanya digunakan untuk membuat loloh)
  • Jotjotan  + (berbagai makanan yang akan dibagikan sebagai bentuk silaturahmi dan membina persahabatan)
  • Mapatung  + (berbagi dalam satu piring)
  • Mlapanin  + (berbicara hati-hati)
  • Malelambatan  + (berburu dengan bedil atau senapan)
  • Ngacep  + (berdoa)
  • Puja tri sandhya  + (berdoa)
  • Mageduhan  + (bergerak-gerak (tentang bayi dalam kandungan))
  • Maplawah  + (berisi plawah(kerangka alat musik tradisional bali yang biasanya diukir, sebagai tempat menyusun ‘bung-bung’ atau bambu resonansi ))
  • Maprambat  + (berisi ‘prambat’ (tali-temali yang direntangkan di sawah untuk menghalau burung)
  • Magayung-gayungan  + (berjuntai dengan mengayun-ayunkan kaki atau tangan)
  • Makata  + (berkata dalam bahasa yang dianggap asing)
  • Matempek  + (berkelompok)
  • Mapenpenan  + (berkemas - kemas)
  • Ngendon  + (berkunjung atau datang ke tempat jauh)
  • Ajum-ajuman  + (berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu)
  • Geduh  + (berlumpur dalam (tentang sawah))
  • Mendut-endutan  + (bermain-main dalam lumpur)
  • Ngrerep  + (bermalam)
  • Matabih  + (beroda)
  • Masaat-saatang  + (bersaing dalam melakukan sesuatu)
  • Masaung  + (bersarung)
  • Nyangut  + (bersifat seperti "sangut")
  • Resik  + (bersih (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Mareresik  + (bersih-bersih (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Masomah  + (bersuami atau beristeri)
  • Nyadigin  + (bertingkah laku kasar atau berkata kasar)
  • Warang  + (besan)
  • Banggras  + (besar dan keras (berkata-kata))
  • Ijengin  + (biarkan dalam keadaan bertandan)
  • Medori putih  + (biduri atau widuri putih)
  • Pragiwaka  + (bijaksana (bentuk alus singgih/jenis bahasa bali untuk berbicara dengan orang yang harus dihormati))
  • Klabet  + (biji-bijian yang biasanya digunakan sebagai campuran minyak rambut atau bedak)
  • Reng  + (bilah-bilah kayu atau bambu yang dipasang pada kasau tempat memasang genting)
  • Rimpung  + (binasa (basa alus mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Kuuk  + (binatang sejenis musang)
  • Sawan ai  + (binatang sejenis uir-uir atau tonggeret)
  • Blaganjure  + (blaganjur/baleganjur (salah satu jenis musik tradisional bali))
  • Ruak  + (buka lahan)