I Wayan Juniarta

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
Wayan-juniarta.jpg
Nama lengkap
I Wayan Juniarta
Nama Pena
Jun
Photograph by
Link to Photograph
http://www.ubudwritersfestival.com/writers/i-wayan-juniarta/
Website for biography
Tempat
Related Music
Related Books
Related Scholars Articles


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Biodata


In English

I Wayan Juniarta's primary profession is as a journalist who finds solace in crafting essays following his tragically failed attempt at writing poetry. His first Bungklang-Bungkling records the hilarity and ludicrousness of Balinese men. When he’s not writing essays, Jun can be found pedaling towards the island’s most serene spots while composing bite-size koans, which you can seek out using the hashtag #cyclingwithbuddha.

In Balinese

I Wayan Juniarta madue gaginan pinaka juru gatra utawi jurnalis sane makarya esai kaanggen nungkulang manah rikala sungsut, samaliha utsahanyane makarya puisi sane setata keni kapiambeng. Kakawiannyane Bungklang-Bungkling pinaka buku pangawit bilih-bilih dados buku kaping untat. Ring bukune puniki kasatuang indik saparisolah banyol wong muani Bali. Rikala nenten nyuratang esai, Jun prasida kapanggihin sedek ibuk ngungsi genah sane paling suwung ring pulone sinambi nyusunang koan-koan agugutan, sane prasida kapanggihin ring Cyclingwithbuddha.

In Indonesian

Profesi utama I Wayan Juniarta adalah seorang jurnalis yang menemukan penulisan esai sebagai pelipur lara, diikuti dengan usaha gagal dan tragis ketika mencoba menulis puisi. Buku pertama berjudul Bunklang-Bungkling, menceritakan perilaku lucu dan konyol pria Bali. Saat tidak sedang menulis esai, Jun dapat ditemukan sedang mengayuh ke arah tempat paling sepi di pulau itu sambil menyusun koan-koan seukuran gigitan, yang bisa Anda cari dengan #cyclingwithbuddha.

Contoh karya

Uled
Uled.png
Uled (Ulat)

Jika tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba desa anda diserbu oleh ribuan ulat bulu, adakah ini pertanda sesuatu?

“Itu pertanda bahwa ulat tersebut tidak tahu tukang cukur atau salon. Jika ada tukang cukur Maduratna atau salon, tentu tidak akan seragam model bulunya; ada ulat yang keriting, gundul, cepak, dan juga rebonding,” kata I Putu Tawah Matah.

Mereka pada tertawa semua. Begitulah akibatnya jika bertanya pada orang yang kurang waras, jawabannya pun menjadi tidak waras.

“Itu artinya peringatan terhadap diri kita. Mungkin ada sesaji yang kita haturkan kurang, atau baktinya yang tidak tulus, sahut I Made Tirtayatra Miratdana.

Begitulah akibatnya jika senang sekali merasa seperti paling tahu kehendak Ida Bethara (Tuhan). Ketika terjadi gunung meletus, katanya Ida Bethara murka, ketika terjadi tsunami, katanya Ida Bethara ngambek. Ada ulat mewabah, katanya Ida Bethara tersinggung karena sesaji (aci-aci) nya kurang. Sepertinya Ida Bethara tidak punya pekerjaan lain selain membuat bencana dan mala petaka. “Pola pikirmu sama seperti Ketua DPR yang dengan santainya mengatakan bahwa wabah ulat bulu merupakan peringatan Tuhan. Jika Tuhan memang senang memberi peringatan tentu “barang” ketua DPR nya yang direbut ulat bulu terlebih dahulu karena memang tidak tahu malu; tetap bersikukuh membuat gedung baru untuk dipakai tidur,” komentar I Wayan Bungut Lengut.

Jika memang setiap kali Ida Bethara emosi lantas membuat bencana—gunung meletus, gempa bumi, wabah rabies, wabah ulat—lantas apa yang akan dibuatnya jika Ida Betara merasa senang? Pasti hujan emas, gunung mengeluarkan uang serta angin yang membawa supermi.

“Karena sampai sekarangpun belum ada hujan emas, maka sampai jika kita ingin mempunyai uang kita harus bekerja mengeluarkan keringat, dan jika kepingin supermi mesti beli sendiri; artinya cuma satu: Ida Bethara tidak ada kaitannya dengan urusan gunung meletus maupun wabah ulat,” begitu kesimpulan I Wayan.

Mereka semuanya mengangguk-angguk setuju. Memang tidak ada yang suka jika dibilang Ida Betara dikatakan hipertensi atau emosi tinggi, sedikit-sedikit membuat bencana, sedikit-sedikit tersinggung.

“Ida Bethara kita memang santai, tidak senang marah-marah. Muara sungai di urug oleh investor, tanah milik pura di kontrakkan menjadi vila, pura yang dijadikan obyek wisata, upakara/upacara dijadikan proyek, tetap saja Ida Bethara kita santai.”

Ida Bethara percaya manusia sudah pintar, bisa berfikir sendiri, sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk.

“Manusia lahir sudah membawa otak. Itu artinya kita disuruh untuk berfikir, supaya tidak setiap ada bencana , kita langsung menyatakan bahwa itu kehendak Tuhan. Jika kita berfikir seperti itu, sepertinya rugi Ida Bethara memberi manusia kemampuan untuk berfikir (idep).

Artinya, urusan ulat tidak ada kaitannya dengan Ida Bethara.

“Bisa jadi wabah ulat bulu ini disebabkan oleh semakin berkurangnya populasi semut dan burung yang berfungsi memakan ulat. Bisa pula karena ulatnya tidak tahu soal KB. Apalagi sekarang ini lagi musim hujan sehingga terasa dingin , tentu ulatnya tidak mempunyai kegiatan lainnya selain sibuk “membuat anak” saja,” kata I Wayan lagi.

Mereka semua menggangguk setuju. Jika ulatnya tahu KB, tahu tingginya biaya sekolah, asuransi kesehatan, cicilan dan kredit di sana sini, tentu ulatnya tidak akan berani beranak, minimal bulunya akan lepas sehingga menjelma menjadi ulat yang botak karena stress memikirkan hidup.

Akan tetapi, sejelek-jeleknya ulat, dia tetap lebih baik dari orang jahat. Tidak ada orang jahat yang bisa berubah menjadi “kupu-kupu” (orang baik), apalagi menghasilkan benang sutra yang bagus (menghasikan sesuatu yang berguna).” Paling-paling orang jahat akan berubah menjadi orang yang bertampang insyaf dan tobat, ke sana kemari membawa-bawa nama Tuhan dan sepertinya paling tahu kehendak Tuhan.


Dari kolom ‘Bungklang Bungkling’, ‘Uled’, di harian Bali Post, Minggu, 24 April 2011, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Semiada, http://www.baliluwih.info/search/label/Opini

"Dari kolom ‘Bungklang Bungkling’, ‘Uled’, di harian Bali Post, Minggu, 24 April 2011, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Semiada, http" has not been listed as valid URI scheme.