Ketika saya tinggal di sana Bali, red , saya selalu pergi dan pulang dari pusat kebugaran sambil olahraga lari. Saya lihat jalan-jalan berdebu dengan sampah berserakan di sana-sini. Jalan-jalan itu tidak terurus. Saya kira orang-orang Bali kurang begitu peduli dengan sampah. Saya kira itu bukan prioritas mereka.
Itu pernyataan Craig Smith, seorang turis Amerika yang belum lama ini berkunjung ke Bali. Ia memprihatinkan betapa kotornya jalan-jalan di Denpasar, Bali. Pria berusia 56 tahun yang gemar keliling dunia ini mengatakan, popularitas Bali sebagai tujuan wisata bisa anjlok bila masalah sampah tidak tertangani dengan baik. Ia terutama mengeluhkan sampah plastik, yang tidak mudah terdekomposisi dan merusak lingkungan.
Partisipasi Warga, sejumlah warga Bali terlibat dalam upaya tanggulangi sampah di sungai Dokumentasi Sungai Watch Partisipasi Warga, sejumlah warga Bali terlibat dalam upaya tanggulangi sampah di sungai Dokumentasi Sungai Watch
Smith hanyalah satu dari banyak turis asing yang memprihatinkan masalah sampah di Bali. Sejumlah media besar termasuk The Guardian, CNN, dan National Geographic belakangan ini sering menyorot bagaimana turis-turis asing mengeluhkan masalah sampah, dan betapa Bali kesulitan menanggulangi sampah. Sampai-sampai tak sedikit wisatawan yang menyebut Bali sebagai the Island of Trash .
Media-media asing itu menggambarkan, pantai-pantai terkenal di Bali seperti Kuta, Seminyak dan Legian, hampir setiap hari dipenuhi sampah. Padahal pantai adalah daya tarik utama pariwisata.
Masyarakat Indonesia, khususnya Bali, sebelumnya sempat bangga karena pulau itu sempat menduduki posisi nomor satu tujuan wisata dunia dalam daftar Traveler Choice Award versi Trip Advisor pada 2021. Namun, pada tahun ini, sama sekali tersingkir dalam daftar 10 besar itu. London, yang sempat digeser Bali pada 2021, tahun ini kembali ke posisi puncak seperti tahun 2020.
Enable comment auto-refresher