Search by property
From BASAbaliWiki
This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.
List of results
- Resi Yadnya + (mediksa merupakan salah satu upacara Resi Yadnya.)
- Lambat + (pelan sekali Made berjalan)
- Reong + (putu membersihkan instrumen reong di banjar)
- Nyicip + (putu menyiipi bumbu yang pedas di rumahnya made)
- Pasaran + (sampai siang si made belum keluar dari kamar)
- Samas + (saya membeli basu seharga empat ratus ribu rupiah)
- Tunggal + (saya mempunyai anak satu saja.)
- Tunggal + (saya mempunyai anak satu saja.)
- Sangkal + (sebab kalau sudah diberitahu jangan keras kepala)
- Nyetor + (sudah dari satu minggu lalu saya tidak menyetor uang)
- Nanggung + (tanggung sekalai kalau saya selesai lomba saat ini)
- Panimbangan + (timbangan itu sudah rusak, gara-gara dijatuhkan oleh si made)
- Gel + (wah, kalau begitu senanglah kita.)
- Yah + (wah, kalau seperti itu saya mau ikut ke sana)
- Sik + (yoman : Om Swastiastu, Bu! Ibu: Eh Nyoman, … yoman : Om Swastiastu, Bu!</br>Ibu: Eh Nyoman, saya kira siapa! Bagaimana, bagaimana Man?</br>Nyoman : Saya mau beli pisang satu sisir, Bu</br>Ibu: Oh, mau beli pisang, jika pisang ini harganya Rp 25.000, jika pisang ini harganya Rp 20.000. Mau yang mana, Man?</br>Nyoman: Yang ini, besar-besar.</br>Ibu: Ah, Nyoman ini bisa saja!</br>Nyoman: Tas kresek satu!</br>Ibu: Tidak boleh pakai tas kresek, di sini tidak ada! Nyoman tidak tahu? Tas kresek ini lah yang membuat kotor bumi Bali! Nyoman ini tidak tahu apa-apa!</br>Nyoman: *membawa pisang dengan bajunya</br>Ibu: Bisa saja Nyoman itu! dengan bajunya Ibu: Bisa saja Nyoman itu!)
- Madaar + (Ayo pergi makan nanti malam.)
- Gambelan + (Gamelan yang berada di Banjar Tengah bernama gamelan Semara Pagulingan.)
- Nguntul + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Japi + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Ateha + (“Made di mana, Bu? Jadi ke Badung?” tanya I Wayan. “Lah, sudah diantar oleh ayahnya!” begitu jawab Ibu.)
- Ngucek-ngucek + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Ngedigin + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Klasak-klisik + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Maklisikan + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Di arepne + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Leplepne + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Abungkul + (Sekar: Berapa harganya, Kak? Made: Kalau manggis sekilonya sepuluh ribu, markisanya lima ribu seikat, durian sepuluh ribu satu buahnya.)
- Abungkul + (Sekar: Berapa harganya, Kak? Made: Kalau manggis sekilonya sepuluh ribu, markisanya lima ribu seikat, durian sepuluh ribu satu buahnya.)
- Dangu + ("Dangu" itu termasuk "sanga wara" yang ke berapa?)
- Caratan + ("Luh, kalau ke pasar ingat beli cerek tiga buah di dagang gerabah".)
- Manresti + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali … "Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
- Ngaben + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali … "Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
- Lambihang + ("Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, … "Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, Luh? Risih sekali mata Ibu melihatnya. Itu bekas bisulmu di bokongmu kelihatan!" Měn Sribek marah melihat anaknya berpakaian tidak pantas sekali. Celana pendek sepaha, baju singlět ketat tipis seperti saringan santan, payudaranya I Luh terlihat tumpah. Kalau sebatas di dalam rumah, ia tidak akan mengurusinya. Duh... ini keterlaluan mau pergi keluar. Terlalu seperti dicungkil rasanya mata ibunya melihatnya. Baca selengkapnya di http://dictionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulanionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulan)
- Percayain + ("Tolonglah percaya pada saya" begitu kata I Made di depan rumahnya)
- Iaban + ((orang-orang) sebaya (seumur) dengan I Made sudah semuanya bersekolah.)
- Ngayah + (..sehari-hari begitu saja anu saya..berjualan saja, dengan ngayah-ngayah kalau ada begitu itu di pura, ada upacara...)
- Beten + (..sudah ada banyak art shop-art shop, ada..ada petunjuk turun. Turun, Pak, di sana…di..di jalan di sana, turun…turun. Ee..kalau sudah jauh di bawah, ada…kalau ke selatan, Pak, ada menuju..a..Pura…e..Bukit Gundul.)
- Endang + (1. Baru hujan deras sekarang sudah reda. 2. Sekarang hujan sudah reda, mari kita pulang. 3. Beli, kalau hujan sudah reda, baru saya akan berangkat.)
- Es Kuud + (1. Jangan sembarangan membeli es kelapa muda, nanti kebanyakan berisi sari manis! 2. Kalau kepingin es kelapa muda lebih baik membuat sendiri!)
- Es + (1. Kalau musim panas semua pada mencari es. 2. saya tidak berani minum es. 3. Anak-anak semua pada suka dengan es krim.)
- Empelan + (1. Subak di sini memeliki bendungan? 2. Kalau memiliki bendungan, airnya bisa dialirkan ke sawah.)
- Nepukin + (Aa…sekitar lima puluh meter dari sini, Pak, Pak, melihat pertigaan utara barat.)
- Seket + (Aa…sekitar lima puluh meter dari sini, Pak, Pak, melihat pertigaan utara barat.)
- Bicak + (Ada banyak bekas kaki di rumah Pak Made.)
- Durèn + (Ada banyak dagang durian di pinggir jalan raya)
- Baus + (Ada banyak tanaman perdu di rumah Made.)
- Kudang + (Ada berapa musim?)
- Wenten + (Ada berapa musim?)
- Bebek + (Ada cerita tentang seorang pemelihara bebe … Ada cerita tentang seorang pemelihara bebek yang bernama Bapak Meri (bebek kecil) diberi nama meri karena dia banyak memelihara bebek, tapi sayang kesialan tidak dapat di hindarkan dua ratus bebeknya mati kena penyakit, yang tersisa hanya lima puluh saja yang badannya kurus dan buruk rupa. hanya itu sekarang yang di pelihara oleh bapak meri. pagi pagi buata Pak Meri sudah menyiapkan makanan buat bebek bebeknya yang kotor itu diajak ke sungai supaya berenang agar badannya bersih, bebek bebek itu sangat penurut dengan bapak meri, setiap memotong rumput bebek bebek itu akan mengikuti Pak Meri dengan bersuara kwek... kwek... kwek, senangnya hari bapak meri memiliki peliharaan yang penurut.pak meri memiliki peliharaan yang penurut.)
- Duri + (Ada satu lapangan tenis di halaman belakang.)
- Duang + (Ada. Kembaliannya lagi dua puluh delapan ribu (28.000), kan? Ini uang dua puluhan (20.000-an) satu, lima ribuan (5000-an) satu, dan ini lagi tiga ribu (3000).)
- Ululikur + (Ada. Kembaliannya lagi dua puluh delapan ribu (28.000), kan? Ini uang dua puluhan (20.000-an) satu, lima ribuan (5000-an) satu, dan ini lagi tiga ribu (3000).)