Difference between revisions of "Folktale Balian Batur, Pisuna Lawar Jelema"
From BASAbaliWiki
(3 intermediate revisions by the same user not shown) | |||
Line 17: | Line 17: | ||
Jeg guguna munyine I Pondal tekening kramane. Makejang suryak siu nyambatang Ni Luh Made Wali ngadep lawar jlema. Ni Luh Made Wali ngancan kaplengek. Ngeling sigsigan di tongosne madagang. | Jeg guguna munyine I Pondal tekening kramane. Makejang suryak siu nyambatang Ni Luh Made Wali ngadep lawar jlema. Ni Luh Made Wali ngancan kaplengek. Ngeling sigsigan di tongosne madagang. | ||
Sinalih tunggil kramane kapiosalan tekening ipun. “Ning, bangun ning. Suud cening sedih buka keto. Ida Sesuhunan sampun uning kasujatianne, sukserahang ring ida. Mulihang ragan ceninge, gedeang bayune, da sedih buka keto,” keto raos anak istri lingsir ngetisin kenehne Ni Luh Made Wali. Ni Luh Made Wali ngisinin pituduh anak istri lingsir punika. Ipun magegampil lan majalan mulihne yadiastun mabekel sakit ati. | Sinalih tunggil kramane kapiosalan tekening ipun. “Ning, bangun ning. Suud cening sedih buka keto. Ida Sesuhunan sampun uning kasujatianne, sukserahang ring ida. Mulihang ragan ceninge, gedeang bayune, da sedih buka keto,” keto raos anak istri lingsir ngetisin kenehne Ni Luh Made Wali. Ni Luh Made Wali ngisinin pituduh anak istri lingsir punika. Ipun magegampil lan majalan mulihne yadiastun mabekel sakit ati. | ||
− | |Description text id=Dahulu kala ada seorang pria tersohor bernama Ki Balian Batur. Ia tinggal bersama keluarganya di Alas Celedu Nginyah Desa Karang Kedangkan. Ia dari golongan sengggu di Wintang Danu. Sejak masih tinggal di Wintang Danu, Ki Balian Batur tekun menjalankan ajaran agama. Dikarenakan ketekunannya melaksanakan pemujaan kepada para dewa, Dewi Danu menganugerahkan ilmu | + | |Description text id=Dahulu kala ada seorang pria tersohor bernama Ki Balian Batur. Ia tinggal bersama keluarganya di Alas Celedu Nginyah Desa Karang Kedangkan. Ia dari golongan sengggu di Wintang Danu. Sejak masih tinggal di Wintang Danu, Ki Balian Batur tekun menjalankan ajaran agama. Dikarenakan ketekunannya melaksanakan pemujaan kepada para dewa, Dewi Danu menganugerahkan ilmu gaib kepada Ki Balian Batur. Itu yang menyebabkan Ki Balian Batur sangat sakti tak tertandingi. Ki Balian Batur tidak mengetahui jiga anugerah ilmu gaib itu akan bisa menyatukan Puri Mengwi dan Puri Gelgel yang berseteru. Ki Balian Batur mendapat pertanda dari Dewi Danu jika kekuatannya bisa dikalahan oleh senjata Ki Narantaka Ki Selisik milik Puri Semarapura. |
+ | Dikarenakan kesaktiannya, Ki Balian Batur tersohor ke luar desa. Selanjutnya Ki Balian Batur mengungsi ke Desa Taro. Kemudian ia bersama istrinya, Ni Biang Dayu dan anak-anaknya Ni Luh Wayan Gero, Ni Luh Made Wali, Ni Luh Nyoman Kasub, Ni Luh Ketut Keber, Ni Luh Putu Sengkrong, dan I Ketut Lengka yang masih kecil, tinggal di Alas Celedu Nginyah. Semua anak Ki Balian Batur rajin bekerja dan saling mengasihi. Di Alas Celedu Nginyah, Ki Balian Batur menjalankan pekerjaan sebagai petani. Ki Balian Batur juga menjalankan pekerjaan sebagai penyembuh (balian). Dengan kesaktian menjalankan ilmu pengobatan Bali, itu menyebabkan ia dianugerahkan nama Ki Balian Batur karena berasal dari Desa Batur. | ||
+ | Ki Balian Batur semakin tersohor di Pulau Bali. Dia memiliki ilmu hitam dan putih. Itulah sebabnya banyak warga meminta pengajaran kepada Ki Balian Batur. Ada yang datang berobat, ada juga yang mempelajari ilmu hitam. Banyak juga yang meminta jimat seperti penglaris agar dagangannya laris manis. Meminta pengasih agar disayangi oleh istri atau suaminya. Ada juga yang meminta penangkeb agar berwibawa. Ki Balian Batur menjalanka ilmu hitam dan putih. Salah satu anak Ki Balian Batur, Ni Luh Made Wali sehari-hari menjual nasi. Setiap hari ia repot menyiapkan dagangan dibantu oleh ibu dan adik-adiknya. Ni Luh Made Wali berparas cantik, berbadan langsing, kulitnya kuning langsat, dan ada lesung pipinya. Senyumnya manis serta perkataannya lemah lembut, pintar bergurau sehingga para pemuda jatuh hati kepadanya. Setiap hari ia berjualan di pasar kecil, di pura yang sedang ada upacara, hingga berjualan di tempat sabung ayam. Saat ia berjualan, Ni Luh Made Wali selalu berias rapi, rambutnya diikat ditambah berisi bunga kenanga. Tidik kecil di telinganya membuat ia semakin cantik. Dikisahkan di Desa Cau ada sabung ayam. Sabung ayam itu dilaksanakan di wantilan desa. Pagi hari para pesabung ayam sudah ramai berdatangan ke tempat sabung ayam. Para pesabung ayam datang memekai kamben berkancut, ada juga yang memakai pullet ginting, dilengkapi dengan saput dan udeng. Ada yang menggunakan udeng dara menunduk, tegak dan kaput nangka. Para pesabung ayam ke arena sabung ayam menggendong basket. Semakin siang semakin banyak pesabung ayam yang datang. Ada yang membawa ayam biing, ejo, buik, klau, brumbun, putih dan yang lainnya. Ada aya ijo sambu, Sa budi, Biing Pangajaran, Wangkas Kuning, Tegil cakcak, Klau Biru Jambul Bang Karna Dimpil Karo serta yang lainnya. Banyak jenis ayam yang dipercayai akan menjadi juara. Pesabung ayam ke arena ada yang membawa taji dan membawa saling banyak membawa taruhan. Para petugas penilai mempersiapkan ayam-ayam yang akan bertarung di arena sabung ayam. Sabung ayamnya sangat ramai. Ni Luh Made Wali berjualan di Timur Laut, dibawah pohon beringin besar yang rindang. Sudah banyak yang menunggunya. Ni Luh Made Wali segera menyiapkan dagangannya. Rame sekali masyarakat yang berbelanja. Ada yang sampai nambah karena dagangannya Ni Luh Made Wali enak-enak. Ia berjualan sendiri hingga terlambat melayani masyarakat yang berbelanja. Walaupun demikian, ia juga bisa tersenyum membuat yang berbelanja senang menunggu. Tak lama kemudian ada seorang laki-laki bertubuh pendek dan gemuk, kepalanya botak, berkumis tebal berjanggut panjang datang ke lapaknya Ni Luh Made Wali. Jalannya sempoyongan, matanya merah, dan perkataannya ngelantur. Mulutnya bau arak, sudah pasti ia orang mabuk. Warga yang berbelanja di lapaknya Ni Luh Made Wali tidak terlalu mengetahui orang itu. I Gundul mendekati Ni Luh Made Wali yang sedang sibuk berjualan. Ni Luh Made Wali tidak menghiraukannya. Namun I Gundul semakin mendekati dan merayu Ni Luh Made Wali. Suaranya kasar serta jorok. Isi mencolak-colek, meludah dan kencing sembarangan. Warga yang sedang berbelanja kesal melihat I Gundul yang mabuk. Ni Luh Made Wali kesal melihat tingkahnya I Gundul yang mengganggu. Namun ia tetap berusaha tersenyum kepada warga lainnya yang berbelanja. I Gundul yang jorok ditambah tidak berbelanja tidak dihiraukan. Merasa tidak dihiraukan, I Gundul yang kemudian diketahui bernama I Pondal berteriak-teriak dan muntah-muntah. Uek uek, penjual ini menjual olahan daging manusia. Olahan daging, sayur dari tunas pisang, kuah berbahan darah dan daging yang telah dicincang dan dicampuri bumbu, brengkes, sate semuanya dibuat dari daging manusia, begitu katanya I Pondal memfitnah Ni Made Wali. I Pondal juga menyebutkan orang tuanya Ni Made Wali sakti, bisa menjadi leak. Pedagang yang lain, pasa pesabung ayam semuanya mengerumuni lapaknya Ni Made Wali. I Pondal terus pura-pura muntah, berteriak-teriak, berjalan sempoyongan kemudian pergi dari lapaknya Ni Made wali. Penjual itu menjual olahan daging manusia, begitu ucapnya sembari meninggalkan arena sabung ayam. Perkataan I Pondal dipercayai oleh para warga. Warga yang dari pagi ramai berbelanja ada yang membuang alas makan dari daun pisang, muntah-muntah, menghardik, menyumpahi, ditambah semuanya tidak mau membayar. Ni Luh Made Wali sangat sedih. Ia menangis sesegukan. Air matanya mengalir seperti pancuran. Sekadi Drupadi, tidak ada yang membela di luar. Ia mengerahkan tenaganya dan berusaha menjelaskan kepada para warga. Saya tidak menjual daging manusia. Dagangan saya berbahan daging babi. Saya berani bersumpah, jika saya menjual daging manusia, agar saya terkena karma dan menjadi manusia nisata. Jika saya benar, semoga Tuhan memberikan anugerahNya. Saya difitnah oleh I Pondal, menjelekkan dagangan dan keluarga saya. Setelah berkata demikian, entah dari mana datangnya, I Pondal datang menyahuti. Bohong jangan dipercaya. Ia menjual olahan daging manusia. Ayahnya sakti, Dimana-mana menjual ilmu hitam. Malah dipercayai perkataan I Pondal oleh para warga. Semuanya bersorak sorai mengatakan Ni Luh Made wali menjual olahan daging manusia. Ni Luh Made Wali semakin tidak berdaya. Menagis sesegukan ditempatnya berjualan. Salah satu warga kasihan kepadanya. Nak, bangun nak. Berhenti sedih seperti itu nak. Tuhan sudah mengetahui kebenarannya, serahkan kepadaNya. Kembalilah pulang nak, kuatkan tenagamu, jangan bersedih seperti itu, begitu ucap perempuan tua menyejukkan harinya Ni Luh Made Wali. Ni Luh Made Wali mengikuti perintah perempuan tua itu. Ia berberes dan berjalan pulang walaupun berbekal sakit hati. | ||
|Topic=Tantri Stories | |Topic=Tantri Stories | ||
|Winner=No | |Winner=No | ||
}} | }} |
Enable comment auto-refresher