Search by property
From BASAbaliWiki
This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.
List of results
- Deweknyane + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Gutguta + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Palaibne + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t … “Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
- Mapanganggo + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t … “Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
- Magelung + (“Help..help….please!” Bule itu berteriak-t … “Help..help….please!” Bule itu berteriak-teriak kebingungan sembari tolah-toleh meminta tolong. Dari atas motor, Luh Ayu Manik melihat penjambret itu lari menuju ke barat. Seketika Luh Ayu Manik menyuruh tukang ojek yang ditumpanginya untuk berhenti. Luh Ayu Manik berubah wujud menjadi Luh Ayu Manik Mas dengan mahkota emas, berbusana serba emas. Larinya kencang sekali saat mengejar si penjambret. Keduanya lalu berkelahi di tengah jalan. Banyak orang yang menonton kejadian itu, sampai jalanan macet total. kejadian itu, sampai jalanan macet total.)
- Nguntul + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Japi + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Risebin + (“Sakit hati saya mendengar perkataannya yang seperti itu, tidak mau tau akan saya sakiti orang itu dengan kekuatan jahat !” begitu kata Jero Gede.)
- Iragane + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Pangajah-ajah + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Plastike + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Tunjel + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Sesai + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Awanane + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Keslametan + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Matunjel + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Nganikaang + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Puja tri sandhya + (“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra st … “Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra standar' untuk berdoa sehari-hari sampai tahun 1950an. Penganut Hindu Bali tidak melafalkan mantra Sansekerta—mantra adalah hak istimewa para pendeta—dan praktik keagamaan mereka hanya mengandalkan doa dalam bahasa Bali saat mempersembahkan sesaji di pura. festival dan acara khusus lainnya dalam kalender Bali. Penerbitan dua buku berisi Puja Tri Sandhya (selanjutnya disebut PTS)—serangkaian mantra Sansekerta yang dipanjatkan tiga kali sehari sebagai doa sehari-hari—pada tahun 1950-an mengubah praktik keagamaan di Bali."50-an mengubah praktik keagamaan di Bali.")
- Puja tri sandhya + (“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra st … “Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra standar' untuk berdoa sehari-hari sampai tahun 1950an. Penganut Hindu Bali tidak melafalkan mantra Sansekerta—mantra adalah hak istimewa para pendeta—dan praktik keagamaan mereka hanya mengandalkan doa dalam bahasa Bali saat mempersembahkan sesaji di pura. festival dan acara khusus lainnya dalam kalender Bali. Penerbitan dua buku berisi Puja Tri Sandhya (selanjutnya disebut PTS)—serangkaian mantra Sansekerta yang dipanjatkan tiga kali sehari sebagai doa sehari-hari—pada tahun 1950-an mengubah praktik keagamaan di Bali."50-an mengubah praktik keagamaan di Bali.")
- Ngedigin + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Leplepne + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Klasak-klisik + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Ngucek-ngucek + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Maklisikan + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Di arepne + (“Wéé, Luh! Bangun, bangun.” Luh Ayu Manik … “Wéé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik tidak bergerak, seperti terlalu lelapnya ia tertidur. Wayan kembali menepuk punggungnya. </br>“Wééé, Luh! Bangun, bangun.”</br>Luh Ayu Manik baru merasa ada orang yang menepuk punggungnya, saat itu ia lalu perlahan bangun sambil mengusap-usap matanya. Luh Ayu Manik terkejut melihat teman-temannya ada di hadapannya. Dilihatnya teman sekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.ekelasnya, Ayu Kinandari, Wayan, dan Made.)
- Rubuhang + (“Yan, robohkan bangunan di utara itu, ayah akan membangun bangunan baru di sana”, begitu kata ayah.)
- Bila + (Di hari suci Siwaratri, masyarakat akan sembahyang di Pura, lalu setelah semabahyang akan mendapatkan daun bila.)
- Bila + (Di hari suci Siwaratri, masyarakat akan sembahyang di Pura, lalu setelah semabahyang akan mendapatkan daun bila.)
- Tabuh rah + ("Dengan yang akan diadakan pada hari Pagerwesi ini, diteruskan dengan tabuh rah.")
- Ngaben + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali … "Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
- Manresti + ("Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali … "Menurut kepercayaan masyarakat Hindu Bali, prosesi kremasi, atau ngaben, merupakan salah satu pijakan terpenting dalam kehidupan spiritual seseorang. Melalui proses kremasilah jiwa seseorang dilepaskan dari jasmaninya, hingga mencapai surga untuk bereinkarnasi."ingga mencapai surga untuk bereinkarnasi.")
- Lambihang + ("Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, … "Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, Luh? Risih sekali mata Ibu melihatnya. Itu bekas bisulmu di bokongmu kelihatan!" Měn Sribek marah melihat anaknya berpakaian tidak pantas sekali. Celana pendek sepaha, baju singlět ketat tipis seperti saringan santan, payudaranya I Luh terlihat tumpah. Kalau sebatas di dalam rumah, ia tidak akan mengurusinya. Duh... ini keterlaluan mau pergi keluar. Terlalu seperti dicungkil rasanya mata ibunya melihatnya. Baca selengkapnya di http://dictionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulanionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulan)
- Sawah + ("Sawah" mengangkat/mengungkap cerita seorang petani yang telah menolak tawaran uang banyak dari investor yang sudah mulai mengusik masyarakat setempat.)
- Dungulan + ('Rabu (hari ke empat dari "sapta wara") kliwon (hari kelima dari "panca wara") dungulan (wuku yang ke- 11)' Maksud dari kalimat ini adalah jatuhnya hari raya Galungan.)
- Sau + ((Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat … (Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat, keranjang ikan yang longgar. Artinya jika seorang nelayan menangkap banyak ikan di jaring yang ditenun halus dan kemudian menaruhnya di keranjang anyaman yang kasar, mereka semua akan melarikan diri; jadi ini merujuk pada seseorang yang menghasilkan banyak uang tetapi menghabiskannya dengan cepat; terkadang 'jalane' atau 'pencare' diganti dengan 'saune'; ini adalah jaring lempar bundar, vs. sau, yang merupakan jaring segitiga., vs. sau, yang merupakan jaring segitiga.)
- Bengbenga + ((kelopak) matanya dibukanya lebar-lebar lalu ditetesinya obat.)
- Cerukcuk + (...., burung merbah bernyanyi, lalu naik ke gunung, ....dst)
- Ngayah + (..sehari-hari begitu saja anu saya..berjualan saja, dengan ngayah-ngayah kalau ada begitu itu di pura, ada upacara...)
- Beten + (..sudah ada banyak art shop-art shop, ada..ada petunjuk turun. Turun, Pak, di sana…di..di jalan di sana, turun…turun. Ee..kalau sudah jauh di bawah, ada…kalau ke selatan, Pak, ada menuju..a..Pura…e..Bukit Gundul.)
- Endang + (1. Baru hujan deras sekarang sudah reda. 2. Sekarang hujan sudah reda, mari kita pulang. 3. Beli, kalau hujan sudah reda, baru saya akan berangkat.)
- Endah + (1. Ayamnya sudah berkembang biak. 2. Cepat sekali berkembang biak pohon daun ginjalnya)
- Embok + (1. Kakak (perempuan) saya akan menikah.)
- Entil + (1. Setiap Ulian (4 hari setelah) Galungan, orang-orang di Desa Batungsel membuat entil. 2. Rapi caranya membawa. 3. Nyenyak sekali tidur bayinya.)
- Endongan + (1. Setiap hari raya Kuningan semua humat Hindu di Bali membuat endongan. 2. Endongan terbuat dari janur. 3. Isi endongan sama dengan isi sesajen, tetapi kecil-kecil supaya cukup masuk di endongannya.)
- Lintang + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal … 114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
- Ngetohang + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal … 114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
- Mayuda + (114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal … 114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?)
- Ngrundingang + (Acara ini dilanjutkan dengan merundingkan tentang upacara di pura.)
- Sasih + (Ada banyak hari baik untuk menikah pada bulan kesepuluh)
- Cangak + (Ada cerita Bali yang berjudul I CANGAK. Ca … Ada cerita Bali yang berjudul I CANGAK.</br>Cangak itu adalah sejenis burung. sejenis Kuntul yg besarnya kira sebesar ayam. Cangak itu suka banget makan ikan yg ada di kolam, sawah atau ditempat lainnya.</br>Pada suatu hari I Cangak melihat ada kolam yg airnya jernih ditumbuhi bunga tunjung dan banyak ada ikannya. Di saat itu I Cangak pingin banget supaya dapat makan ikan tersebut yg ada di kolam itu.</br>Kemudian I Cangak memikirkan daya upaya bagaimana caranya supaya ikan tersebut bisa didapat.</br></br>Setelah I Cangak mendapatkan akal tipu musliat, selanjutnya I Canfak berdiri di tepi kolam. Berpakaian serba putih dan bermahkita pendeta, tak ubahnya seperti pendeta sungguhan. Tenang dan kalem penampilannya melihat ikan ikan di kolam yang lalu lalang di depan nya I Cangak tetapi satupun tidak ada dipatuk oleh I Cangak. Itu pula yg nenyebabkan makin banyak ikan yg makin mendekat ketempatnya I Cangak berdiri, tetap juga I Cangak tidak ada mematuk ikanbikan tersebut. Terus I Cangak berkata.....ikan tersebut. Terus I Cangak berkata.....)
- Bebek + (Ada cerita tentang seorang pemelihara bebe … Ada cerita tentang seorang pemelihara bebek yang bernama Bapak Meri (bebek kecil) diberi nama meri karena dia banyak memelihara bebek, tapi sayang kesialan tidak dapat di hindarkan dua ratus bebeknya mati kena penyakit, yang tersisa hanya lima puluh saja yang badannya kurus dan buruk rupa. hanya itu sekarang yang di pelihara oleh bapak meri. pagi pagi buata Pak Meri sudah menyiapkan makanan buat bebek bebeknya yang kotor itu diajak ke sungai supaya berenang agar badannya bersih, bebek bebek itu sangat penurut dengan bapak meri, setiap memotong rumput bebek bebek itu akan mengikuti Pak Meri dengan bersuara kwek... kwek... kwek, senangnya hari bapak meri memiliki peliharaan yang penurut.pak meri memiliki peliharaan yang penurut.)
- Katil + (Ada dua meja di pura.)