Gde Hariwangsa

Dari BASAbaliWiki
Lompat ke:navigasi, cari
1-hartanto-.jpg
Nama lengkap
Gde Hariwangsa
Nama Pena
Hartanto
Photograph by
Link to Photograph
Website for biography
Tempat
Related Music
Related Books
Related Scholars Articles


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Biodata


In English

Hartanto alias Gde Hariwangsa was born in Surakarta, 1958. He has lived in Bali since the 1980s. He has been writing poetry since middle school. His works have been published in Bali Post, Nusa Tenggara, Suara Karya, Suara Renewal, Tempo, Hai, Ceria, Basis, Femina, Indonesian Women, and the CAK Cultural Journal. His book of poetry is entitled Ladrang (1995). His poetry is also compiled in the book Dendang Denpasar, Nyiur Sanur (2012), The Beloved Mother (2021). He has also written art books, including Arie Smit Hunting the Light of Bali (2000), Siluhet Perempuan (2000), Tree of Life (2018). Previously he worked as a journalist for Matra magazine and later chose to become a farmer in the northern Bali area.

In Balinese

Hartanto alias Gde Hariwangsa embas ring Surakarta, warsa 1958. Sampun meneng ring Bali saking warsa 1980-an. Dan sampun nyurat puisi saking SD. Kakawiannyan kawedar ring Bali Post, Nusa Tenggara, Suara Karya, Suara Pembaharuan, Tempo, Hai, Ceria, Basis, Femina, Wanita Indonesia, miwah Jurnal Kebudayaan CAK. Buku puisi tunggalnyan mamurda Ladrang 1995 . Puisinnyan taler kapupulang ring buku Dendang Denpasar, Nyiur Sanur 2012 , Ibunda Tercinta 2021 . Dan taler nyurat buku seni rupa, minakadi Arie Smit Memburu Cahaya Bali 2000 , Siluhet Perempuan 2000 , Tree of Life 2018 . San dumun makarya dados wartawan ring majalah Matra. Raris ida dados petani ring Bali utara.

In Indonesian

Hartanto alias Gde Hariwangsa lahir di Surakarta, 1958. Menetap di Bali sejak 1980-an. Dia menulis puisi sejak SMP. Karyanya dimuat di Bali Post, NusaTenggara, Suara Karya, Suara Pembaharuan, Tempo, Hai, Ceria, Basis, Femina, Wanita Indonesia, dan Jurnal Kebudayaan CAK. Buku puisi tunggalnya berjudul Ladrang (1995). Puisinya juga terhimpun dalam buku Dendang Denpasar, Nyiur Sanur (2012), Ibunda Tercinta (2021). Dia juga menulis buku seni rupa, antara lain Arie Smit Memburu Cahaya Bali (2000), Siluhet Perempuan (2000), Tree of Life (2018). Pernah bekerja sebagai wartawan majalah Matra. Belakangan dia memilih menjadi petani di kawasan Bali utara.

Contoh karya

Elegi Sebuah Kedai
Hartanto

Elegi Sebuah Kedai


Dingin senja di jalan Wang Fu Jing serasa menusuk tulang tualangku. sayup, kudengar nyanyian misa di gereja tua dilapis riuh kanak-kanak yang bermain gasing nasib, seirama putaran rembulan. Di kedai perempuan cantik, bir tak mampu menghangatkan tubuh dan ruh meski pendiangan hanya sedepa di sisiku dan gerimis kembali menyentuh ingatanku tentang gereja tua yang terhimpit keriuhan para pejalan dan masa silam

“Ni hao ma”, sapa dan senyum manis Gadis penjaja bir buyarkan lamunan dan angananku yang mengembara di altar tanpa jiwa, tanpa darah penebusan. Hujan memacu malam, dan jiwa-jiwa kian membeku di dingin alam. Siapa sembunyi di remang lampu ketika kudengar derit bambu milik para dinasti yang beranjang di singgasana sunyi.

Di mata beningmu, tergurat nganga luka dari kuil di desamu yang roboh dilanda air bah sebab, rahib dan para pemuja kesunyian kehilangan jejak perjalanan silam. Cahaya bulan malam ini semburat jadi simponi pemandu hati ketika kau memuja Sun Yat Sen dari serpihan duka purbamu.

Mari bersulang, melupakan perang kemarin petang ketika candu mengkoyak rumpun suku. Kudengar lirih gemertak gigi rapimu di tengah malam kian kelam. Ada yang meleleh dari kelopak matamu Itu bukan air mata, tapi perih dan rintih Yang mengkristal di putaran waktu


Beijing – Denpasar, 2012-2020.
Lapangan Tiananmen
Lapangan Tiananmen


Di sini, aku mendengar suara seruling yang menyayat hati, dilapis keluh lapar dari orang-orang terkapar. Dan aku hanyut dalam keriuhan gumam yang tak kupahami maknanya namun, aku bisa merasakan rintih lirih para kurcaci yang sembunyi di bilik jantungku. Darahku mengalir deras ketika terik matahari membakar aspal jalanan tak bisa kubedakan derap sepatu lars dan cerita tentang peradaban keindahan. Aku hanya ingat seorang gadis kecil menaruh seikat mawar putih di tengah jalan mungkin bunga itu untuk kita yang memahami bahwa kebenaran bisa terbaca pada kematian yang tertera di kelam awan atau meredupnya pelangi senja hari


Beijing, 2012