Search by property
From BASAbaliWiki
This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.
List of results
- Tirtane + (“Apa yang digunakan untuk mengganti plasti … “Apa yang digunakan untuk mengganti plastik itu, Pak? Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Banyak, Luh, jika berbelanja ke pasar, bawalah tas kain. Jika ke pura, wadahi canang dengan sokasi. Begitu pula ketika akan memohon air suci, jangan menggunakan plastik, bawalah wadah dari rumah,” Pak Budi menyarankan pengganti plastik kepada Luh Ayu Manik. </br></br>“Jika begitu, berarti dari dulu saya salah karena selalu menggunakan plastik. Mulai saat ini saya akan mengurangi pemakaian plastik. Saya juga akan menyampaikan hal ini kepada orang tua dan teman-teman saya,” Luh Ayu Manik melanjutkan. </br></br>“Iya, Luh, semoga alam ini tidak telanjur tercemar karena plastik,” Pak Budi menambahkan. </br></br>“Iya, Pak, terima kasih telah memberikan saya nasihat.” </br></br>“Iya, Luh, terima kasih kembali.”ihat.” “Iya, Luh, terima kasih kembali.”)
- Banggiang + (“Biarkanlah (simpan) kembaliannya, saya masih punya uang,” begitu kata Gung Biang.)
- Tanpa semu + (“Bu Mantra sekarang sangat miskin karena dia tidak tahu malu” ngelantur dia berbicara)
- Tanpa semu + (“Bu Mantra sekarang sangat miskin karena dia tidak tahu malu” ngelantur dia berbicara)
- Madaar + (Ayo pergi makan nanti malam.)
- Telpun + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Gutguta + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Bayune + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Deweknyane + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Betarane + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Awake + (“Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, … “Ha….Ha…..Ha…..! Bagaimana Luh Ayu Manik, apakah kamu sudah merasa takut? Ke sana kamu sekarang, teleponlah Dewamu minta pertolongan, sudah tidak bisa lagi menolongmu sekarang,” kata raksasa itu lagi. Luh Ayu Manik saling pandang dengan Ayu Kinandari, bibirnya yang merah digigitnya tanda ia juga takut. Dua orang perempuan muda itu lalu saling berpegangan tangan.n muda itu lalu saling berpegangan tangan.)
- Bangkiangne + (“Ibu dimana? Kenapa belum menjemput saya?” … “Ibu dimana? Kenapa belum menjemput saya?” Demikian ia menelepon ibunya. </br>“Tungguh sebentar Luh Cantik, Ibu masih jualan”</br>“Saya pulang sendiri ya, Bu? Menumpang ojek daring?”</br>“Iya-ya, boleh juga, tetapi baik-baik ya nak, jika ojek daring itu lelaki, janganlah kamu memeluk pinggangnya, tas gendongmu letakkan di antara punggung ojek daring dengan dadamu.”</br>“Siap Komandaaan!!!”</br>“Laksanakan.” Seperti itu kata ibunya sambil menutup telepon.ti itu kata ibunya sambil menutup telepon.)
- Gambelan + (Gamelan yang berada di Banjar Tengah bernama gamelan Semara Pagulingan.)
- Tadah Kala + (“Jangan kemana-mana jika sudah petang, nanti dimangsa bhuta kala (sejenis makhluk halus)”, begitu nenek saya memberi tahu.)
- Nguntul + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Japi + (“Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! … “Jangan seperti ini ayah, saya tidak mau! “</br>Ujar dewa ayu ratih dengan tegas kepada mertuanya yang kian merangsek disampingnya.</br>“Tidak apa apa ayu, apalagi suamimu sudah lama pergi. Saya yang akan menjaga ayu,’’</br>“walaupun demikian jangan berpikiran yang tidak pantas terhadap saya,’’</br>“saya hanya minta, ayu peduli dengan keinginan saya”</br>“Tidak ayah, jangan! Ini salah, tidak benar!”</br>“Kalau sudah berdua, tidak ada yang tak benar”</br>Laki laki yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu menarik nafas panjang, memperhatikan perempuan yang menunduk bersimbah air mata tanpa suara. Perempuan yang merupakan menantunya itu telah mencuri hatinya sampai setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…i setiap malam dia tak bisa tidur nyenyak…)
- Risebin + (“Sakit hati saya mendengar perkataannya yang seperti itu, tidak mau tau akan saya sakiti orang itu dengan kekuatan jahat !” begitu kata Jero Gede.)
- Tunjel + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Plastike + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Iragane + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Pangajah-ajah + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Sesai + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Nganikaang + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Matunjel + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Awanane + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Keslametan + (“Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak … “Saya di rumah biasa membakar plastik, Pak, dan hancur. Kenapa Bapak mengatakan tidak bisa hancur?” Luh Ayu Manik bertanya lagi. </br></br>“Luh, jika plastik itu dibakar, akan semakin buruk akibatnya. Sering menghirup asap plastik terbakar bisa membahayakan kesehatan kita,” Pak Budi menjelaskan lagi. </br></br>“Oh begitu, Pak. Aduh, bahaya sekali sebenarnya plastik itu, Pak. Saya baru tahu, Pak,” Luh Ayu Manik merasa mendapatkan pelajaran baru dari Pak Budi. </br></br>“Iya, Luh, itulah sebabnya mulai sekarang kita patut mengurangi pemakaian plastik atau tas yang terbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.rbuat dari plastik,” Pak Budi menambahkan.)
- Puja tri sandhya + (“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra st … “Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra standar' untuk berdoa sehari-hari sampai tahun 1950an. Penganut Hindu Bali tidak melafalkan mantra Sansekerta—mantra adalah hak istimewa para pendeta—dan praktik keagamaan mereka hanya mengandalkan doa dalam bahasa Bali saat mempersembahkan sesaji di pura. festival dan acara khusus lainnya dalam kalender Bali. Penerbitan dua buku berisi Puja Tri Sandhya (selanjutnya disebut PTS)—serangkaian mantra Sansekerta yang dipanjatkan tiga kali sehari sebagai doa sehari-hari—pada tahun 1950-an mengubah praktik keagamaan di Bali."50-an mengubah praktik keagamaan di Bali.")
- Puja tri sandhya + (“Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra st … “Umat Hindu Bali tidak memiliki 'mantra standar' untuk berdoa sehari-hari sampai tahun 1950an. Penganut Hindu Bali tidak melafalkan mantra Sansekerta—mantra adalah hak istimewa para pendeta—dan praktik keagamaan mereka hanya mengandalkan doa dalam bahasa Bali saat mempersembahkan sesaji di pura. festival dan acara khusus lainnya dalam kalender Bali. Penerbitan dua buku berisi Puja Tri Sandhya (selanjutnya disebut PTS)—serangkaian mantra Sansekerta yang dipanjatkan tiga kali sehari sebagai doa sehari-hari—pada tahun 1950-an mengubah praktik keagamaan di Bali."50-an mengubah praktik keagamaan di Bali.")
- Rubuhang + (“Yan, robohkan bangunan di utara itu, ayah akan membangun bangunan baru di sana”, begitu kata ayah.)
- Adeng + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Adeng + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Kau + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Kau + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Manggang + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Manggang + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Papah + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Papah + (Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…te … Sekarang mau memangggang sate ikan. Ini…tempurung kelapa. Arang. Arang tempurung kelapa. Pelepah pohon kelapa, tangkainya. Ikan laut berisi kelapa, berisi bumbu, dililit. Komang masih melilitnya. Nanti akan dipanggang. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.g. Selesai memanggang, mari dimakan. Enak.)
- Ka + ("Bu, sekarang saya jadi pergi ke Klungkung")
- Tabuh rah + ("Dengan yang akan diadakan pada hari Pagerwesi ini, diteruskan dengan tabuh rah.")
- Lambihang + ("Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, … "Nggak bisa dipanjangin sedikit celananya, Luh? Risih sekali mata Ibu melihatnya. Itu bekas bisulmu di bokongmu kelihatan!" Měn Sribek marah melihat anaknya berpakaian tidak pantas sekali. Celana pendek sepaha, baju singlět ketat tipis seperti saringan santan, payudaranya I Luh terlihat tumpah. Kalau sebatas di dalam rumah, ia tidak akan mengurusinya. Duh... ini keterlaluan mau pergi keluar. Terlalu seperti dicungkil rasanya mata ibunya melihatnya. Baca selengkapnya di http://dictionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulanionary.basabali.org/Lambihang_-_Pendahulan)
- Nyuh gading + ("Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan … "Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan obat penyucian segala macam kotoran secara spirit.</br>Karana sya adalah penjelmaan Sang Brahma_Pemebersih secala bentuk ketidaksucian, dicarnpurbunga tanjung, bunga widuri, pada bagian mulutkclapa ditulisi dengan aksara Batara Siwa. Jika adaorang kena kutukan dewa, saya berhak menyucikankembali, bcgitu pula sakit lepra. Sebelunn disucikantidak dapat disembuhkan dengan pengobatan."idak dapat disembuhkan dengan pengobatan.")
- Pungkusan + ("Siapa nama panggilannya sekarang pakde? Saya tidak mendengar kabarmu ternyata sudah mempunyai seorang anak" tanya Ketut pada teman lamanya)
- Uber + ((Ha ha ha kena tembak!!!) Dulu anak-anak … (Ha ha ha kena tembak!!!)</br>Dulu anak-anak bermain perang-perangan memakai tulup, saling kejar di luar rumah hingga berkeringat bersama teman-temannya …</br></br>(Seraaaaang…lawan! Jangan dibiarkan kendor.)</br>Anak-anak zaman sekarang asyik menunduk memegang gadget, bermain sendiri tidak peduli dengan teman…bermain sendiri tidak peduli dengan teman…)
- Ngorok + ((Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil ke … (Pepatah) Menusuk ikan teri (ikan kecil kecil dari laut yang biasanya dijual kering atau asin). Jika Anda menusuknya, itu tidak mengeluarkan darah. Ungkapan ini mengacu tentang seseorang yang melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan apa yang dia ingin capai. Terutama digunakan jika seorang pria menikahi wanita kurus yang kemudian tidak memiliki bayi karena dia tidak memiliki energi yang kuat. Pria itu kecewa pada wanita itu. Biasanya mengacu pada makhluk hidup, bukan benda atau ide. pada makhluk hidup, bukan benda atau ide.)
- Sau + ((Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat … (Peribahasa) Jaring ikan yang sangat rapat, keranjang ikan yang longgar. Artinya jika seorang nelayan menangkap banyak ikan di jaring yang ditenun halus dan kemudian menaruhnya di keranjang anyaman yang kasar, mereka semua akan melarikan diri; jadi ini merujuk pada seseorang yang menghasilkan banyak uang tetapi menghabiskannya dengan cepat; terkadang 'jalane' atau 'pencare' diganti dengan 'saune'; ini adalah jaring lempar bundar, vs. sau, yang merupakan jaring segitiga., vs. sau, yang merupakan jaring segitiga.)
- Celekutan + (...., makan menyuapi bibir, yang lainnya cekukan, dia I Bagus Diarsa, sekarang kasihan melihatnya,..... dst)
- Endang + (1. Baru hujan deras sekarang sudah reda. 2. Sekarang hujan sudah reda, mari kita pulang. 3. Beli, kalau hujan sudah reda, baru saya akan berangkat.)
- Endah + (1. Ayamnya sudah berkembang biak. 2. Cepat sekali berkembang biak pohon daun ginjalnya)
- Endahang + (1. Biakan saja ayamnya! 2. De, kembang biakkan dulu pohon sirihnya!)
- Erang-erang + (1. Di mana menangkap ikan erang-erang? 2. Yang bagaimana bernama ikan erang-erang?)
- Embon + (1. Di sini teduh. 2. Di bawah pohon kayu teduh.)
- Es blok + (1. Es blok dapat digunakan untuk mengawetkan mayat. 2. Ikan yang tidak laku di pasar diisi es blok.)
- Es Kuud + (1. Jangan sembarangan membeli es kelapa muda, nanti kebanyakan berisi sari manis! 2. Kalau kepingin es kelapa muda lebih baik membuat sendiri!)
- Embok + (1. Kakak (perempuan) saya akan menikah.)
- Nyeb + (1. Mual-mual mau muntah. 2. Mual-mual perut ini mencium ikan.)
- Enden + (1. Nanti dulu berjalan! 2. Sebentar, jangan diambil dulu uang itu! 3. Tidak bisa dibilangin sebentar, pokoknya ia memaksa mengambil barang.)
- Entik + (1. Sudah tumbuh pohon kambojanya? 2. Jagung saya sudah tumbuh. 3. Tanaman kacangnya tidak mau tumbuh karena kurang siraman (air).)
- Empal + (1. pelepah kelapanya terkylai. 2. Sampai terkulai rasanya tangannya karena capek bekerja.)