Bagaimana cara mengurangi sampah plastik di kantin sekolah? Ayo berkomentar tentang isu publik di sini or ajukan pertanyaan.

Agung Bawantara

Agung-bawantara.-foto-e1516711181958.jpg
Nama lengkap
Agung Bawantara
Nama Pena
Photograph by
Link to Photograph
Website for biography
Tempat
Related Music
Related Books
Related Scholars Articles


Tambahkan komentar
BASAbaliWiki menerima segala komentar. Jika Anda tidak ingin menjadi seorang anonim, silakan daftar atau masuk log. Gratis.

Biodata


In English

Agung Bawantara was born in Klungkung on January 30, 1968. He graduated from the Faculty of Animal Husbandry at the University of Mataram, NTB. He has been writing poetry since the 1980s in Bali Post, Karya Bakti, Nova, Berita Buana, Swadesi, Media Indonesia, etc. His collected poems can be found in Sahayun (1994), and in Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016). He initiated the Denpasar Film Festival. He has also written short stories, children's stories, fairy tales, and novels.

In Balinese

Agung Bawantara embas ring Klungkung, 30 Januari 1968. Lulusan saking Fakultas Peternakan Universitas Mataran, NTB. Ida ngawi puisi ngawit saking warsa 1980an ring Bali Post, Karya Bakti, Nova, Berita Buana, Swadesi, Media Indonesia, dll. Puisinya juga terkumpul dalam buku Sahayun 1994 , Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta 2016 . Ida pinaka sang sane ngawitin Denpasar Film Festival. Ida taler ngawi cerpen, satua, miwah novel.

In Indonesian

Agung Bawantara lahir di Klungkung, 30 Januari 1968. Lulusan Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, NTB. Menulis puisi sejak 1980-an di Bali Post, Karya Bakti, Nova, Berita Buana, Swadesi, Media Indonesia, dll. Puisinya juga terkumpul dalam buku Sahayun (1994), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016). Dia adalah penggagas Denpasar Film Festival. Dia juga menulis cerpen, cerita anak, dongeng, dan novel.

Contoh karya

Di Tengah Kabut
Agung Bawantara

Di Tengah Kabut


Lima kali sudah Pesawat ini berputar-putar Kabut begitu tebal Tujuh bukit kapas Tak menyamainya Landasan buat mendarat Sama sekali tak terlihat Di satu kursi dengan pinggang terikat ketat Aku seketika renik Kebimbangan di kiri Harapan di kanan Dari bingkai jendela kudengar: Hidup adalah perjalanan dari utang ke utang Kau harus berderap saban hari Berputar Bersama Semesta Lunasi setiap janji

Dua kali lagi Berputar pesawat ini Kabut masih tebal saja Nyatanya sembilan bukit kapas pun tak serupa Landasan untuk mendarat tetap tak terlihat Tapi Sang Kapten telah bersiap Mengunci radar dan menukikkan pesawat Ada celah tersingkap oleh cahaya Jangan tanyakan dari mana cahaya itu Kau sudah tahu. Kau kerap bercumbu Sabuk di pingganggku semakin erat Seperti tangan Ibu yang selalu membuatku jadi bocah Kulirik jendela sebelah Kudengar jua: Hidup hanyalah perjalanan dari piutang ke piutang Berputarlah terus Berputar Bayar tunai piutang sendiri Para penerima adalah malaikat-malaikat zakat Membuatmu mengecil jadi zat Menyatu dengan apa saja

Ada yang keluar dari badan pesawat yang siap mendarat miring ke kiri miring ke kanan tegak kemudian Pramugari pun meraih pengeras suara: Karena pasti telah senantiasa Dia beri selimut kabut Lebih tebal Dari yang kusyukuri saban hari Harus kuperdalam sujud syukur Agar menebal Selimut kabut yang kusyukuri esok hari

Karena pasti telah senantiasa Dia beri cahaya Lebih terang Dari yang kusyukuri saban hari Harus kulipatgandakan rasa syukur Agar semakin terang Selimut cahaya yang kusyukuri esok hari


(Bandung-Denpasar PP, Agustus-September 2018)