UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Indonesian definition" with value "sebuah; sebutir (biasanya untuk menyatakan jumlah buah pisang dan telor)". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Galang bulan  + (terang bulan; suatu keadaan dimana sinar bulan (umumnya bulan Purnama) sangat terang dan menerangi bumi pada malam hari)
  • Nempahang dewek  + (Sebuah kata kiasan yang berasal dari kata 'nempahang' berarti 'memesankan' dan 'dewek' berarti 'diri' sehingga kemudian 'nempahang dewek' bermakna 'meminta perlindungan kepada seseorang'.)
  • Laad  + (sebuah kata yang digunakan untuk menyatakan asal mula sesuatu atau yang terjadi terdahulu. bisa juga menunjukkan bekas suatu benda di tempat tertentu)
  • Arama  + (sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya)
  • Tajen  + (sebuah kegiatan yang mempertarungkan antara dua ekor ayam jantan.)
  • Ngratna  + (bagaikan bunga ratna/kenop (Gomphrena globosa))
  • Lemayung  + (sebuah komposisi karawitan Bali yang menggunakan gamelan Smarandhana sebagai media ungkap; komposisi ini berbentuk tabuh kreasi pepanggulan)
  • Empek-empekan  + (sebuah mainan bunyi-bunyian seperti terompet kecil yang terbuat dari sepotong busung, jerami padi (somi), atau cabang tanaman pepaya.)
  • Tangi  + (sebuah morfem pra-kategorial; mendapat prefiks ma- menjadi matangi yang artinya bangun (dari tidur); bangkit; berdiri)
  • Ning  + (jernih: terlihat terang (tentang air); bening; tidak keruh)
  • Grudug  + (guruh; gemuruh)
  • Laapan  + (sebuah panggung (biasanya memanjang) yang diletakkan di depan tempat suci untuk menaruh sesajen)
  • Bah bedeg  + (sebuah peribahasa yang artinya meninggal karena kena wabah)
  • Gala-gala  + (aspal)
  • Nyimpangang adegan  + (salah satu bagian dari upacara Ngaben)
  • Acekel  + (sebuah satuan ukuran menggunakan jari)
  • Badah  + (jinak; tidak liar; tidak buas; tidak garang; tidak galak)
  • Loba  + (Sebuah sifat seseorang yang tidak pernah puas akan sesuatu dan menginginkan banyak hal di luar dari apa yang telah dimiliki sebelumnya; loba; rakus;)
  • Momo  + (Sebuah sifat seseorang yang tidak pernah puas akan sesuatu dan menginginkan banyak hal di luar dari apa yang telah dimiliki sebelumnya; loba; rakus)
  • Bares  + (Sebuah sifat yang senang memberi sesuatu kepada orang lain; mudah memberi; murah hati)
  • Gadung kasturi  + (sebuah tari kreasi baru yang ditarikan olesebuah tari kreasi baru yang ditarikan oleh sekelompok penari wanita yang mengekspresikan keindahan perasaannya lewat taburan gerak-gerak tari yang gemulai dan ekspresif, bagaikan bunga Gadung yang menebarkan wanginya kepada setiap orang yang menyaksikannya, diciptakan oleh N.L.N Suasthi Widjaja Bandem, SST., M.Hum dengan iringan tabuh oleh I Ketut Garwa, S.Skar, M.Sn.an tabuh oleh I Ketut Garwa, S.Skar, M.Sn.)
  • Ceraken  + (Sebuah tempat obat berbentuk kotak (bujurSebuah tempat obat berbentuk kotak (bujur sangkar/persegi panjang) di dalamnya dibuat kotak-kotak kecil berisi berbagai rempah-rempah seperti lada, cengkih, pala, dan sejenisnya berfungsi sebagai penghangat untuk obat luar; juga digunakan sebagai kotak bumbu dapur; juga digunakan sebagai kotak bumbu dapur)
  • Urung  + (sebuah tempat untuk menyimpan ketupat)
  • Abungkul  + (sebuah, sebutir, sebiji)
  • Apepel  + (sebuah; satu; satu pipih)
  • Abulih  + (sebuah; sebutir (biasanya untuk menyatakan jumlah buah pisang dan telor))
  • Abongkos  + (satu kata penggolong untuk benda yang dibalut dengan kertas (daun, plastik, dan sebagainya))
  • Babah  + (pucuk enau (Buleleng))
  • Ratu Ngurah  + (sebutan kepada kekuatan gaib yang melindungi pekarangan rumah berserta penghuninya)
  • Kapaba  + (sebutan tentang leyak yang kekuatannya lemah dan tidak efektif karena ia menggunakan cara yang tidak pantas untuk mencapai tujuannya, sehingga orang awam tahu bahwa ia mempelajari pangiwa tanpa hasil)
  • Gede  + (besar)
  • Wayan  + (sebutan untuk anak pertama)
  • Nengah  + (sebutan untuk anak yang kedua atau keenam)
  • Acarya  + (guru)
  • Ngurah  + (sebutan untuk klen tertentu dalam masyarakat Bali)
  • Putu  + (cucu)
  • Wewalén  + (sebutan untuk tari-tarian sakral.)
  • Akebis  + (secabik, sedikit (barang yang cabik))
  • Waduk Bererong  + (Secara Etimologi Waduk Bererong terdiri daSecara Etimologi Waduk Bererong terdiri dari dua kata yaitu Waduk yang artinya perut (dunia) dan Brerong yang artinya mengerikan, menakutkan, sadis, dahsyat. Jadi Waduk Brerong artinya; isi dunia yang penuh mengerikan dan menakutkan yang dipenuhi oleh sifat-sifat kebinatangan seperti keangkara murkaan, ketamakan, kebuasan, kedahsyatan, dan sifat kebatilan lainnya. Sebagai pemersatu dari semua sifat unsur ini diwakili oleh pralingga Barong yang berwujud binatang/makhluk.gga Barong yang berwujud binatang/makhluk.)
  • Gambelan  + (gamelan; alat musik tradisional)
  • Kangin-kauh  + (secara harfiah "timur-barat" berarti bingung; hilang)
  • Abetekan lelintah  + (secara harfiah berarti suatu waktu yang disecara harfiah berarti suatu waktu yang diperlukan seekor lintah untuk merasa kenyang (menghisap darah). Secara kias ungkapan ini bermakna waktu yang singkat atau sebentar, karena seekor lintah yang kecil tidak memerlukan waktu yang lama untuk kenyang (mengenyangkan perut). lama untuk kenyang (mengenyangkan perut).)
  • Titih di pedeman  + (secara harfiah bermakna kutu busuk di tempat tidur)
  • Dempet munyine  + (cadel)
  • Apanginangan  + (kata kiasan yang artinya sebentar)
  • Nunas baos  + (Secara leksikal terdiri dari kata nunas yaSecara leksikal terdiri dari kata nunas yang berarti meminta/memohon dan kata baos yang berarti perkataan/kata-kata. Istilah ini merujuk pada sebuah ritual untuk berkomunikasi dengan eksistensi dunia supranatural, biasanya para balian atau paranormal akan berusaha berkomunikasi dengan roh-roh, para dewa dewi, bhatara bhatari atau mengundang roh para leluhur dari keluarga yang datang kepada mereka, dengan kemampuan mistik dan mantra. Dalam ritual ini, tubuh Balian atau Jero Dasaran ini akan dirasuki oleh roh atau leluhur yang diundang. Setelah itu para anggota keluarga yang datang dipersilahkan mengajukan pertanyaan atau tujuan mereka mengundang mereka untuk hadir di dunia. Pertanyaan umumnya berkisar diantara sebab musabab terjadinya sebuah musibah, sakit ataupun kematian ataupun hal – hal lain yang mungkin menjadi ganjalan dalam hati mereka.ungkin menjadi ganjalan dalam hati mereka.)
  • Tri Hita Karana  + (konsep dalam Hindu yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dengan manusia (Pawongan), manusia dengan alam (Palemahan) dan manusia dengan Tuhan (Parahyangan))
  • Informasi  + (penerangan; pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu)
  • Engkes  + (Secara morfolofis merupakan bentuk dasar yang berkategori adjektive. Secara semantik leksikal 'engkes' berarti mengempis; mengecil)
  • Empag  + (Secara morfologis 'empag' merupakan bentuk dasar yang berkategori nomina (kata benda))
  • Empas  + (Secara morfologis merupakan bentuk dasar yang berkategori nomina. Secara semantik leksikon 'empas' berarti kura-kura darat.)