UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Property:Place information text id

From BASAbaliWiki
Showing 100 pages using this property.
D
Desa Gelgel adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung dan terletak 3 km dari pusat Kota Semarapura. Desa Gelgel terdiri dari 6 banjar dinas yang di dalamnya terdapat 13 banjar.  +
Secara geografis, wilayah Desa Getakan sebelah utara berbatasan dengan Desa Aan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banjarangkan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Tihingan, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bakas. Sebagian besar masyarakat Desa Getakan bermata pencaharian sebagai petani, karena Desa Getakan memiliki banyak sawah dan komoditas terbesar dari Desa Getakan adalah padi dan cabai. Desa Getakan memiliki tradisi khas yang terkenal yang disebut dengan Calonarang.  +
Desa Gunaksa merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Dari segi potensi desa, Desa Gunaksa memiliki potensi pemanfaatan kelapa.Sejarah Desa Gunaksa menurut Prasasti Tutuan Bukit Buluh oleh kerajaan Tutuan dari kerajaan Keling di Jawa datang ke Bali mendirikan pemukiman disekitar dataran bebukitan yang akhirnya mencari daerah dasar sesuai dengan keperluan dari penduduk yang makin berkembang. Sampailah para Leluhur yang mendirikan Desa ini di suatu wilayah yang diberi nama Banjar Belimbing, yang sekarang bernama Banjar Patus atau nama lain wilayah tersebut bernama wilayah Dauh Bingin. Karena dibagian timur wilayah tersebut terdapat pohon beringin yaitu diwilayah atau komplek SD no. 3 Gunaksa. Pohon beringin tersebut tumbang tahun 1952, saat mendirikan sekolah rakyat Gunaksa yang terlanda lahar akibat bencana nasional meletusnya Gunaung Agung di tahun 1963.  +
Desa Gunung Salak adalah salah satu desa dikawasan Selemadeg Timur, Tabanan yang memiliki beberapa daya tarik wisata. Di desa ini kita juga dapat menemukan 3 buah air terjun yang indah air terjun Tibu Sampi, Batu Tumpuk, dan Batu Sangian.  +
Jatiluwih merupakan desa yang berada di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Jatiluwih adalah desa wisata populer yang cocok bagi wisatawan yang ingin kabur sejenak dari rutinitas perkotaan. Desa Jatiluwih ini bahkan sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia yang sayang dilewatkan begitu saja saat berkunjung di Bali. Suasananya yang sejuk dan segar dapat menyejukkan mata dan pikiran. Dengan panorama sungai, sawah dan rumah pedesaan yang sederhana, Desa Jatiluwih akan memanjakan setiap mata. Daya terik utama objek wisata di Desa Jatiluwih adalah pemandangan alamnya yang masih sangat asri dan mampu menyihir siapa pun yang berkunjung. Areal persawahan terasiring seluas 53.000 hektare di Jatiluwih menjadi panorama yang menakjubkan. Kemudian keindahan alami yang ditawarkan Air Terjun Yeh Ho yang terletak di Desa Jatiluwih membuat mata seakan tak ingin berkedip. Selain itu, adanya Pura Taksu Agung yang banyak menarik perhartian karena digunakan sebagai tempat untuk memohon taksu atau karisma dan kewibawaan kepada Ida Batara membuat Jatiluwih hampir tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Ketika berkunjung ke Jatiluwih, wisatawan bisa menikmati keindahan alam sembari berolahraga dengan menyewa sepeda yang telah disediakan. Wisatawan juga dapat menikmati pemandian serta udara segar sambil bersepeda mengelilingi desa. Jika tak ingin bersepeda, wisatawan bisa mencoba sensari baru yaitu berkeliling desa dengan menunggang kuda yang memang disiapkan bagi para wisatawan. Tak hanya itu, Desa Jatiluwih juga menyiapkan wisata kuliner yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Ada beberapa restoran dan warung yang menawarkan beragam menu kuliner, mulai dari hidangan lokal, nusantara hingga western food. Ada pula restoran yang berlokasi di tengah area persawahan, seperti restoran Gong Jatiluwih dengan bangunan material menggunakan kayu serta perabotan yang ditata rapi dan bersih, tentu akan membuat pengunjung nyaman.  
Desa Jehem terdapat destinasi wisata candi Tegeh dan Gua Raja di Desa Jehem yang mulai dikenal dimasyarakat luas.  +
Desa Jumpai memiliki luas wilayah 1,44 km2 terdiri dari dua banjar yang terdapat didalamnya yaitu Banjar Kangin dan Banjar Kawan. Desa Jumpai juga merupakan desa dengan mata pencarian masyarakat terbanyak adalah sebagai petani. Desa Jumpai terkenal dengan keseniannya berupa Tari Barong Telek yang khas.  +
Kamasan atau “Ka-emas-an” adalah nama yang cukup tua untuk komunitas orang-orang yang mempunyai pekerjaan dalam bidang memande yaitu Pande Mas sesuai dengan nama salah satu banjar di desa Kamasan. Bukti arkeologis yang ditemukan berupa tahta-tahta batu, arca menhir, lesung batu, palungan batu, monolit yang berbentuk silinder, batu dakon, lorong-lorong jalan yang dilapisi batu kali yang pernah ditemukan pada tahun 1976 dan 1977, yang tersebar di desa-desa Kamasan dan sekitarnya memberi petunjuk bahwa komunitas tersebut cukup tua umurnya. Dari temuan arkeologis tersebut juga memberi petunjuk bahwa tradisi megalitik pernah mewarnai kehidupan komunitas di Kamasan dan sekitarnya, yaitu kehidupan komunitas pra Hindu yang berakar pada masa neolitikum ( ± 2000 tahun SM). Berdasarkan monografi desa, tertulis sejarah Desa Kamasan diketahui bersumber dari prasasti yang telah ditemukan serta dari penjelasan para sesepuh atau tokoh masyarakat. Latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam Prasasti Anak Wungsu Tahun 994 Saka atau Tahun 1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama Kamasan secara etimologi terdiri dari kata Kama yang berarti bibit dan San yang berarti indah.  +
Desa Kampung Gelgel termasuk satu dari 18 Desa dan Kelurahan di Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Provinsi Bali.Menurut penuturan para orang tua-tua serta tokoh-tokoh masyarakat yang dapat dipercaya, bahwa pernah terjadi peristiwa penting dalam Pemerintahan Dalem Ketut Ngelesir sebagai Raja Gelgel I ( 1380 – 1460 ), yaitu Raja Bali pernah mengadakan kunjungan ke Kraton Majapahit pada waktu Raja Hayam Wuruk mengadakan konprensi Kerajaan-kerajaan yang ada diseluruh Nusantara. Saat raja bali Dalem Ketut Ngelesir kembali ke bali di kawal oleh 40 pengiring dari kerajaan majapahit yang beragama islam, dan sesampainya di bali 40 orang pengiring ini diberi tempat atau hadiah yaitu di daerah Gelgel  +
Desa Kayuambua yang terkenal dengan agrowisata kopi luwak.  +
Bali terkenal sebagai tempat destinasi wisata yang populer di Indonesia bahkan mancanegara. Sebagian besar orang mengenal Bali sebagai tempat yang ramai dengan kunjungan wisatwannya, sehingga membuat Bali tak ubahnya seperti kota-kota besar yang ada di Indonesia dengan segala hiruk-pikunya. Akan tetapi tak semua daerah di Bali melulu penuh kebisingan. Jika Anda sedang berlibur ke Bali dan ingin mencari tempat yang sunyi dan tenang dari keramaiaan, maka datanglah ke Bali bagian Utara, tepatnya di Desa Kayuputih, Buleleng. Lokasi Desa Kayuputih dekat dengan pantai Lovina dan berada di tengah-tengah lanskap tropis hutan perbukitan kondisi dan suasana alam yang menakjubkan. Desa Kayupautih menyuguhkan spot-spot wisata dan pemandangan-pemandangan indah yang dibalut dengan suasan hening untuk tempat liburan Anda yang romantis. Tak hanya wisata alamnya, Desa Kayuputih juga menawarkan wisata budaya yang ikonik dari kebudayaan Bali Utara yang sudah ada sejak masa prasejarah. Anda dapat mengunjungi sebuah Bangunan Cagar Budaya yang berada di Banjar Dinas Taman yang merupakan warisan dari zaman prasejarah di Desa Kayuputih. Berdasarkan penelitian arkeologi, Desa Kayuputih sudah ada sejak zaman prasejarah dengan bukti peninggalan berupa sakofagus (peti mayat) yang dahulunya ditemukan dipusat pemukiman penduduk. Selain itu, terdapat pula pabrik-pabrik tenun tradisional, museum-museum dan pura, seperti Bale Agung, Munduk Duwur, Taman Suci dan lain-lain serta kuil-kuil yang unik yang memberi ciri khas ke eksotisan Bali. Tak hanya itu, di Desa Kayuputih juga terdapat tradisi unik yang disebut dengan “Nyakan Diwang.” Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Desa Kayuputih saat Ngembak Geni, yang termasuk dalam rangkaian Hari Raya Nyepi. Tradisi ini digelar saat nyepi berakhir pukul 24.00 Wita, di mana lampu di seluruh rumah mulai menyala. Suasana gelap gulita yang sebelumnya berbaur dengan ketenangan, berubah menjadi terang. Saat itulah warga mulai keluar rumah, layaknya laron yang mencari sinar. Mereka sibuk menyiapkan peralatan memasak untuk dibawa ke tungku luar rumh atau yang disebut “Diwang” yang dibuat saat Pengerupukan. Hal ini dilakukan secara serempak oleh seluruh masyarakat, dari anak-anak sampai orang tua tak mau melewatkan momen yang unik dan rutin setiap tahun ini. Saat suasana demikian, rasa kekeluargaan mulai terasa, antarwaga saling mengunjugi, bersenda gurau, bertegur sapa dan tidak ada yang memakai kendaraan, tetapi semuanya berjalan kaki. Tradisi Nyakan Diwang memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Kayuputih, khususnya untuk mempererat rasa kekeluargaan. Selain itu, tradisi ini juga berkaitan dengan penyucian diri dari segala hal-hal yang negatif. Oleh sebab itu, Desa Kayuputih, Buleleng, Bali Utara merupakan tempat yang sangat disayangkan untuk dilewatkan saat Anda berada di Bali. Karena Desa ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk mengalami keajaiban Bali yang sebenarnya, sebuah pengalaman yang tak terlupakan dengan melihat sebuah permata sejati di Utara Bali, yakni Desa Kayuputih.  
Hamparan sawah yang luas dan juga udara yang segar menjadi kenyamanan tersendiri bagi wisatawan yang suka dengan keindahan alam terasering ini. Bagi wisatawan yang suka traking persawahan dan juga sungai, busungbiu bisa di jadikan destinasi utama sebagai tujuan berwisata. Terasering ini terdapat beberapa gazebo yang bisa di gunakan untuk duduk – duduk bersama keluarga.  +
Desa Kenderan menjadi salah satu desa wisata yang diperkenalkan dalam festival holly water. Para peserta wisman juga diajak melihat 11 titik sumber mata air. Desa Kenderan juga akan dikembangkan dengan wisata air terjun Purusa dan Pradana. Air terjun itu berada di bagian hulu dan hilir desa setempat.  +
Pada jaman dahulu sebelum berdirinya Kerajaan Payangan, datanglah seorang Maha Rsi yang bernama Rsi Markandya. Pada masa perjalanan beliau Rsi Markandiya di daerah Payangan, akhirnya sampai disuatu tempat yang masih berupa hutan belantara, yang di huni oleh binatang buas. Di hutan belantara tersebut para pengikut beliau mengadakan perabasan hutan untuk dijadikan daerah pertanian, namun semua pengikut yang perabasan hutan itu diserang wabah penyakit sehingga Rsi Markandiya melakukan pemujaan dan memohon agar pengikutnya dapat disembuhkan. Dengan usaha dan kesaktian Beliau, maka pengikutnya dapat sembuh dari wabah penyakit tersebut. Di tempat Beliau melakukan pemujaan dan memohon keselamatan itu diberi nama “Alas Angker”, hingga saat ini berdiri Pura Dang Kahyangan yang disebut “Pura Alas Angker”. Di sekitar Pura Alas Angker tersebut, di daerah yang dirabas oleh para pengikut beliau tersebut, ternyata sangat cocok sebagai daerah pertanian, segala yang di tanam atau dibudidayakan oleh para pengikutnya dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan, sehingga Rsi Markandiya dan para pengikut beliau dapat hidup sejahtera atau kertha. Karena daerah tersebut memberikan kehidupan yang sejahtera atau kertha kepada para pengikutnya, sehingga daerah tersebut diberi nama “ Kertha ” sampai sekarang, yang artinya “ Sejahtera “.  +
Desa kubutambahana adalah tempat saya di lahirkan dan di besarkan,saya sangat mencintai desa saya ini dimana desa saya ini mempunyai tempat yg paling indah yaitu pantai nya,dan orang nya yg sangat ramah. Saya bangga menjadi anak kubutambahan,kenapa saya bangga dengan desa saya,karna desa saya banyak memiliki keunikan yg saya belum tau.  +
Desa Kusamba merupakan salah satu desa dari dua belas desa yang ada di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Desa ini terdiri dari 5 Banjar Dinas dan 16 Desa Adat. Desa Kusamba berbatasan dengan beberapa desa antara lain di sebelah utara berbatasan dengan Desa Dawan Klod, di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Badung, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Pesinggahan dan sebelah barat berbatasan dengan desa Gunaksa.  +
Desa Kutuh merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa ini merupakan salah satu desa terpencil yang letaknya berada di perbatasan Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng yaitu disebelah timur Desa Madenan. Desa Kutuh berada di daerah pegunungan Kintamani dan memiliki sebuah daya tarik wisata yaitu air terjun atau masyarakat disana menyebutnya “yeh mampeh”. Keberadaan air terjun tersebut memang belum begitu dikenal oleh para wisatawan karena letaknya yang berada cukup jauh dari desa. Untuk menuju ke lokasi air terjun tersebut dapat ditempuh melalui jalan setapak yaitu sepanjang kurang lebih 3 km dari Desa Kutuh. Keberadaan air terjun ini masih tetap terjaga kealamiannya karena belum banyak dikunjungi oleh para wisatawan luar maupun lokal. Untuk menuju lokasi air terjun tersebut kita akan melalui jalan setapak melewati pegunungan Desa Kutuh disana kita akan dimajakan oleh keindahan panorama disekitar yang masih asri. Disepanjang jalan menuju lokasi air terjun tersebut juga masih penuhi dengan rumput-rumput liar yang tumbuh disepanjang jalan. Dibeberapa jalan juga sudah disedikan tangga sekaligus tempat berpegangan dikarenakan jalan yang dilalui terdapat jurang-jurang terjal disekitarnya. Oleh karenanya dalam perjalanan menuju lokasi air terjun tersebut harus berhati-hati dikarenakan kondisi jalan yang terjal dan jarak yang akan ditempuh juga cukup jauh.  +
Diceritakan pada zaman dahulu sebelum Landih menjadi sebuah pemukiman penduduk, merupakan hutan yang cukup lebat dan angker. Nah disitulah kemungkinan besar Raja Bangli berpikir tentang wilayahnya yang belum bertuan, maka dengan itu beliau Sang Raja memutuskan untuk mengutus rakyatnya yang ada di Bangli untuk tinggal di hutan itu. Hutan itu dikenal juga dengan nama Alas Mengendih sering disebut Landih(bekas kobaran api) sehingga lama kelamaan Laddih menjadi Landih sampai sekarang menjadi Desa Landih.  +
Desa Les adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Wilayah Desa Les terdiri dari 9 (sembilan) dusun diantaranya Dusun Kanginan, Dusun Butiyang, Dusun Panjingan, Dusun Tegallinggah, Dusun Kawanan, Dusun Selonding, Dusun Tubuh, Dusun Lempedu, dan Dusun Penyumbahan. Batas-batas wilayah Desa Les yaitu sebelah Utara adalah Laut Bali, sebelah Selatan adalah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, sebelah Barat adalah Desa Tejakula, dan sebelah Timur adalah Desa Penuktukan.  +
Desa Manduang memiliki luas 250,340 Ha terletak di arah utara Kota Semarapura dengan jarak ±3 Km. Secara topografis Desa Manduang terletak pada ketinggian 154 Meter diatas permukaan air laut. Secara geografis berbatasan dengan beberapa wilayah diantaranya adalah Desa Selat dan Desa Selisihan di bagian utara, Kelurahan Semarapura Kauh di bagian selatan, Tukad Jinah Desa Aan di bagian barat, dan juga Tukad Kunyit Desa Akah dan Kelurahan Semarapura Kaja di bagian timur. Desa Manduang terdiri dari tiga dusun dan enam banjar adat sebagai berikut: Pertama, Dusun Kaleran terdiri dari dua banjar adat, yakni Banjar Kaleran dan Banjar Gingsir; Kedua, Dusun Tengah terdiri dari tiga banjar adat, yakni Banjar Tengah, Banjar Kanginan, dan Banjar Jero; Ketiga, Dusun Tubuh terdiri dari satu banjar adat, yakni Banjar Tubuh. Mengenai asal-usul kata Manduang ditinjau dari etimologi, kata Manduang berasal dari akar kata “manda” dan “wang” atau “wong”. Manda artinya gelombang atau tahap, sedangkan wang atau wong artinya orang atau manusia. Jadi, arti kata Manduang merupakan orang-orang yang datang secara bertahap atau bergelombang. Dikatakan dahulu, penduduk Desa Manduang merupakan pendatang yang berasal dari daerah-daerah yang memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Untuk melihat lebih jelas sejarah berdirinya Desa Manduang, tidak terlepas dari sejarah keberadaan banjar-banjar di Desa Manduang tersebut. Kerajinan khas Desa Manduang yakni Tenun Cakcak. Di Desa ini juga terdapat Pura Titra Gumi Uwug sebagai obyek wisata religi.  +
Desa Manikliyu merupakan salah satu dari 48 Desa di Wilayah Kecamatan Kintamani, yang terletak 7 Km ke arah barat daya dari kota kecamatan. Desa Manikliyu mempunyai luas wilayah seluas 605.579 Hektar. Batas-batas desa yakni; sebelah utara berbatasan dengan Desa Serai, sebelah timur berbatasan dengan Desa Belancan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lembean, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ulian. Desa Manikliyu terdiri dari dua banjar yaitu: Banjar Manikliyu dan Banjar Saap. Keunikan Desa Manikliyu yang tergolong dalam Desa Bali Aga yakni desa ini dipimpin oleh Ulu Apad yang memiliki sedikit perbedaan dengan desa-desa di Bali lainnya. Potensi Desa Manikliyu yakni arkeologi dan agrowisata. Dari sisi arkeologi, temuan benda-benda arkeologi yang menjadi salah satu rujukan kepurbakalaan di Bali. Sedangkan sisi argowisata yakni potensi perkebunanan dan lansekap lingkungan desa yang menunjang untuk wisata alam. Info: https://manikliyu.blogspot.com  +
Desa Mas salah satu desa di kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar Provinsi Bali telah dikenal oleh wisatawan Mancanegara maupun domestik sejak tahun 1930-an sebagai desa pusat pemahat (wood carvers) di Pulau Bali. Sebagian besar penduduk Desa Mas menggantungkan hidupnya menjadi pemahat kayu (Wood Carvers) disamping bertani sawah dan ladang. Desa Wisata Mas berbasis kerajinan tangan , Seni Budaya dan Alam persawahan yang sangat asri merupakan aktualisasi dari konsep kehidupan manusia Bali “ TRI HITA KARANA” Kehidupan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam lingkungan .  +
Desa Mayong merupakan salah satu desa wisata alam baru yang terdapat di Kec. Seririt, Kab. Buleleng. Banyak wisatawan yang mulai berkunjung ke sana. Hal ini di sebabkan oleh hijaunya alam dan terasering persawahan yang terbentang luas menjadikannya objek wisata alam yang menarik.  +
Desa Medewi merupakan salah satu Desa dari 4 Desa atau kelurahan di Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Desa Medewi berdiri sekitar tahun 1928 diperkirakan dari awal mulanya terpisahnya dengan Desa Pulukan.  +
Desa ini dibatasi oleh batas administrasi yaitu sebelah utara berbatasan dengan Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk, sebelah timur berbatasan dengan Sungai Pegung, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Yeh Kuning, dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Mendoyo.  +
Salah satu hal yang paling menarik dari Desa Mengesta yaitu beberapa peninggalan purbakala berupa arca, pahatan batu dan logam. Selain itu kita juga dapat menjumpai beberapa mata air panas seperti Piling Kawang dan Belulang, dan seperti kebanyakan desa di kawasan Tabanan, tentu saja kita dapat menjumpai lokasi persawahan yang indah. Sejarahnya Banjar Mengesta didirikan kurang lebih pada tahun 1909 oleh Pemerintah Belanda. http://desamengesta.zeta.co.id/  +
Pada Zaman dahulu wilayah desa nagasepaha merupakan bagian dari wilayah desa Prabakula yang sekarang berubah nama menjadi desa Padangbulia. Desa Padangbulia mempunyai wilayah yang sangat luas meliputi wilayah desa pegadungan, desa nagasepaha, Desa Gitgit, Desa Ambengan, Desa Silangjana bahkan sampai lemukih dan wilayah Nagasepaha saat itu bernama banjar kelodan.  +
Desa Nusasari terletak di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Desa Nusasari terdiri dari lima banjar yaitu banjar Nusasari, Nusasari Kelod, Nusasakti, Anyarsari dan Anyasari Kelod. Desa Nusasari memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang sangat unggul, diantaranya adalah potensi perkebunan cokelat. kebanyakan dari penduduknya merupakan transmigrasi dari Kecamtan Nusapenida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.  +
Desa Nyalian yang terletak di kecamatan Banjarangkan kabupaten Klungkung merupakan Desa yang penuh dengan potensi di bidang pertaniannya. Desa dengan luas wilayah 4,97 km² , memiliki delapan dusun atau banjar yaitu antara lain dusun Dukuh, Geria, Kapit, Kelodan, Pekandelan, Pemenang, Tegalwangi, dan Umanyar.  +
Desa Nyambu berlokasi di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali dikembangkan menjadi desa wisata ekologis dengan nama program “Langgeng Ecotourism” yang diresmikan oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti.  +
Desa Nyanglan berada pada daerah dataran tinggi di wilayah utara Kabupaten Klungkung yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Bangli. Desa Nyanglan memiliki luas wilayah sekitar 175.000 Ha. Desa ini memiliki 1 (satu) Desa Adat yaitu Nyanglan Kelod dan 2 (dua) banjar yakni Banjar Tengah dan Banjar Kelod. Sumber daya Desa Nyanglan dan potensi yang dimiliki bertumpu pada tiga sektor yaitu : pertanian, peternakan, dan industri menengah.  +
Desa Paksebali merupakan satu dari 12 Desa di Kecamatan Dawan dan terletak di sebelah timur Kota Semarapura yang berjarak 1 km. Desa ini termasuk daerah dataran rendah. Desa Paksebali memiliki potensi wisata alam yang cukup melimpah, salah satunya adalah Wisata Kali Unda yang merupakan daya tarik utama dari Desa Paksebali. Objek wisata ini menyebabkan Desa Paksebali dinobatkan sebagai Desa Wisata sesuai Peraturan Bupati No 2 Tahun 2017 pada tanggal 19 Januari 2017. Batas-batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Loka Sari, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sulang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sampalan Tengah, dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Kali Unda. Potensi seni dan budaya tersebut antara lain:Tari Lente, Lukat Gni, Dewa Mesraman, dan tradisi Ngelawang. Adapun potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Paksebali yaitu: Taman Seganing, sungai Kali Unda, dan perbukitan yang dapat dijadikan sebagai area trecking.  +
Desa Pedawa yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Di Desa Pedawa ini tidak mengenal sistem kasta seperti di Bali umumnya. Nama Desa Padawa rupanya bukanlah dari jaman dahulu, terdapat beberapa nama yang terkait dengan Desa Pedawa seperti Gunung Tambleg dan Gunung Sari. Desa Pedawa secara administratif merupakan satu dari Tujuh belas desa yang berada di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng-Bali dengan Luas wilayah 16.680 Ha. Dari Luas 16.680 Ha Desa Pedawa dibagi menjadi 6 dusun. Sepeti halnya desa tua lainnya di Bali, Desa Pedawa memiliki potensi cukup besar dikembangkan menjadi desa wisata. Seperti rumah tradisional di Desa Pedawa yang bernama Bandung Rangki. Rumah Bandung Rangki memiliki Atap bambu, dindinya gedeg, lantainya tanah, dan pondasinya dari batu padas. Tak hanya itu, bagian dalamnya juga tak seperti bangunan modern atau rumah pada umumnya. Kamar tidur utama, kamar anak, dapur, dan tempat pemujaannya tidak ada sekat. Hanya posisinya diatur sedemikian rupa. Informasi lebih lanjut: https://pedawabuleleng.blogspot.com/  +
Desa Pekutatan merupakan salah satu desa di Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Lokasi Desa Pekutatan berjarak 4.5 Km dari Ibu Kota Kecamatan dan 30 Km dari Ibu Kota Kabupaten. Desa ini terdiri 4 Dusun yaitu Dusun Pasar, Dusun Dauh Pangkung, Dusun Dangin Pangkung, dan Dusun Yeh Kuning.  +
Desa Pelaga merupakan desa adat sekaligus desa seni yang sering dikunjungi wisatawan yang suka dengan konsep agrowisata. Lokasinya berada di Gunung Catur, yaitu di puncak Mangu, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Kawasan Desa Pelaga dan agrowisatanya biasa disebut sebagai Bagus Agro Pelaga. Banyaknya ragam vegetasi yang ditanam oleh para warga setempat membuat konsep agrowisata dirasa sangat tepat untuk dikembangkan di Pelaga. Aneka hasil perkebunan yang paling banyak dikembangkan di Desa Pelaga adalah sayur-sayuran, bunga potong dan buah-buahan, seperti strawberry, vanilla, kopi dan jagung. Desa Pelaga merupakan wilayah dataran tinggi dengan kondisi lahan pegunungan atau perbukitan. Oleh karena itu Desa Pelaga memiliki panorama alam dengan bentangan wilayah menghijau, sehingga udaranya masih segar dan bebas polusi. Hal menarik dari tempat ini sudah tentu keindahan alamnya yang masih hijau. Suasana yang sejuk dan dingin akan membuat wisatawan betah berlama-lama ditempat ini. Saat bertandang ke desa ini, jangan lupa untuk sempatkan diri mengunjungi salah satu jembatan tertinggi di Asia Tenggara, yaitu Jembatan Tukad Bangkung. Dari jembatan tinggi ini, pengunjung akan dapat menyaksikan keindahan luar biasa Desa Pelaga yang asri dari sudut pandang yang berbeda. Selain itu, di Desa Pelaga juga terdapat air terjun bernama Air Terjun Nungnung yang menjadi salah satu objek wisata di Pelaga. Air Terjun Nungnung memiliki ketinggian 50 meter dan luas 0.4 hektar dengan debit air cukup besar. Selain air terjun, di Pelaga terdapat pula Puncak Mangu di mana ada sebuah pura dengan ukuran 14 x 24 meter. Di puncak Mangu ada beberap pelinggih dan bangunan yang bernilai sejarah kepurbakalaan. Ketika berkunjung ke Desa Pelaga, disamping melihat keunikan alam, seperti Air Terjun Nungnung, Puncak Mangu dan Tukad Bangkung, wisatawan juga bisa memanfaatkan tempat ini untuk berolahraga (jogging), tracking dan bersepeda atau bisa juga untuk sekadar menikmati indahnya pemandangan alam pedesaan.  
Desa Penglipuran memiliki kekhasan budaya dan arsitektur yang menyatu dengan alam. Falsafah ini diimplementasikan menjadi tiga aspek yaitu aspek Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya. rumah warga yang ramah lingkungan yaitu angkul-angkul (pintu masuk) yang berbahan tanah dan beratap bambu, paon (dapur tradisional) yang dindingnya terbuat dari gedeg (anyaman bambu) dan bale saka enem yang juga beratap bambu. Untuk menjaga kenyamanan dan keasrian lingkungan, masyarakat setempat membuat taman di depan rumah mereka (telajakan) yang ditanami dengan aneka ragam tanaman bunga serta adanya pelarangan masuknya kendaraan bermotor di pekarangan induk pada jam-jam tertentu. Konsep desa yang asri dan alami menjadi daya tarik Desa Penglipuran. Kearifan warga lokal terkait pola penataan ruang menjadikan desa ini rapi dan bersih. Selain hal tersebut, desa ini berstatus salah satu Desa Bali Aga dengan adanya kekhasan konsep kepemimpinan ulu apat. Beberapa cinderamata dari desa ini yakni minuman loloh cemcem, loloh teleng, dan kudapan klepon. Sumber: Andriyani, Anak Agung Istri. 2017. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi di Desa Wisata Penglipuran Bali)”. Jurnal Ketahanan Nasional Volume 23 Nomor 1 Halaman 1-16.  +
Penglipuran merupakan salah satu desa adat dari Kabupaten Bangli. Desa ini terkenal sebagai salah satu destinasi wisata di Bali karena warganya yang masih menjalankan dan melestarikan budaya tradisional Bali di kehidupan mereka sehari-hari. Desa Panglipuran merupakan desa wisata yang paling populer di Bali. Akan tetapi warga Penglipuran tetap menjaga budaya, tradisi dan hutan bambu mereka sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana. Hal itu kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis untuk berkunjung, sehingga tahun 1993 Pemerintah Bali mempromosikan Desa Penglipuran sebagai tempat tujuan wisata. Penglipuran pun berhasil membangun wisata yang menguntungkan warga setempat tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka. Pada 1995, Desa Penglipuran mendapat penghargaan Kalpataru dari Pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka. Warga Penglipuran menyadari potensi mereka dan mengaplikasikan pariwisata berbasis komunitas untuk menghindari kapitalisme pariwisata di desa mereka. Desa Panglipuran memiliki luas wilayah sekitar 112 hektare, namun hanya 9 hektare yang digunakan sebagai pemukiman warga, sedangkan sisanya adalah hutan dan tanah tegalan atau ladang. Ditempat ini wisatawan akan melihat bagaimana konsep Tri Mandala diterapkan. Tri Mandala adalah konsep yang membagi desa menjadi tiga bagian: 1) Utama Mandala, yakni bagian paling suci yang terletak di bagian Utara desa di mana candi berada. 2) Madya Mandala, yaitu tempat penduduk desa hidup dan melakukan kegiatan mereka. 3) Nista Mandala, yaitu tempat pengkuburan. Desa Panglipuran menjadi salah satu wisata budaya yang wajib dikunjugi saat berlibur ke Bali. Rumah-rumah di desa ini dari Utara ke Selatan tampak indah dan unik dengan pintu masuk tradisional Bali yang dibuat mirip satu sama lain. Potensi budaya yang hingga kini masih dilestarikan di Penglipuran dalam bentuk Rumah Adat Tradisional semakin menambah kekhasan dan keeksotisan dari Penglipuran. Apa lagi Desa Penglipuran dikelilingi hutan bambu yang memberikan udara pedesaan yang sejuk dan segar dengan bunyi gesekan pohon bambu yang unik bila bersentuhan satu sama lain saat angin berhembus. Wisatawan yang datang kebanyakan ingin mengambil foto terbaik mereka ketika ada di sini. Jalan yang memecah kerimbunan hutan laksana jalan panjang bak sebuah lukisan. Desa ini juga menawarkan paket wisata yang terdiri dari tiga macam, di anataranya: paket 2 hari 1 malam, paket 3 hari 2 malam dan paket 4 hari 3 malam. Sementara untuk penginapan di Desa Penglipuran ada dua macam, yaitu guest house dan homestay.  
Desa Peninjoan memiliki potensi wisata yang sudah dikembangkan seperti pesona alam perbukitan yang asri di dukuh hill, tempat wisata mahapraja, dan tempat wisata pantunan yang menghadirkan panorama alam berupa sawah terasering yang mirip dengan objek wisata Rice Terrace Ceking di Tegallalang.  +
Desa Penyaringan adalah desa yang berada di kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Desa Penyaringan yang terdiri atas 13 Banjar ini luasnya membentang dari puncak gunung di bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, hingga lepas pantai di bagian selatan. 13 banjar ini meliputi Banjar Anyar Kelod, Banjar Anyar Tengah, Banjar Anyar Tembles, Banjar Yeh Buah, Banjar Tibu Beleng Tengah, Banjar Tibu Beleng Kelod, Banjar Tibu Beleng Kaler, Banjar Anyar Kaja, Banjar Yeh Mecebur, Banjar sembung, Banjar Pangkung Kwa, Banjar Penyaringan, dan Banjar Tibu Tanggang. Pada sektor perkebunan, Desa Penyaringan memiliki komoditi seperti kakao, kelapa, dan cengkeh.  +
Desa Perancak merupakan desa yang berada di dataran rendah yang memiliki ketinggian ± 125 m di atas permukaan laut. Desa Perancak memiliki batas-batas wilayah diantaranya: daerah utara dibatasi oleh Desa Budeng, sebelah selatan dibatasi oleh Samudra Hindia, sebelah timur dibatasi oleh Desa Air Kuning, sebelah barat dibatasi oleh Desa Pengambengan. Daerah Perancak merupakan daerah pesisir yang indah, asri, dan memiliki potensi. Pantai Perancak adalah salah satu objek wisata di desa ini.  +
Desa Pesinggahan merupakan salah satu dari 12 (dua belas) desa yang berada di Kecamatan Dawan. Desa Pesinggahan hanya terletak ± 9 km kearah timur dari pusat kota Klungkung. Pesinggahan adalah sebuah desa yang terdiri dari 2 banjar adat dan 5 banjar dinas (Sukahati, Pundukdawe, Kanginan, Suwitrayasa, Belatung) Desa ini diperkirakan berdiri pada tahun 1950, dan mengalami pemekaran pada tahun 1580. Desa Pesinggahan memiliki objek wisata religius yang terkenal yaitu Pura Goa Lawah. Pura Goa Lawah merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan yang memiliki keunikan tersendiri, yakni di dalam pura terdapat gua yang di dalamnya terdapat banyak kelelawar.  +
Berdasarkan cerita sejarahnya, nama pikat berasal dari kata “memikat” yang berarti mencari atau menangkap burung. Desa Pikat terletak di sebelah timur Kota Semarapura yang berjarak 7 Km. Desa Pikat terdiri dari 7 Banjar Dinas yaitu Banjar Dinas Gelogor, Banjar Dinas Cempaka, Banjar Dinas Intaran, Banjar Dinas Buug, Banjar Dinas Sente, Banjar Dinas Pangi Kawan, dan Banjar Dinas Pangi Kanginan. Selain perkebunan yang salah satu komoditinya yaitu kelapa, masyarakat Desa Pikat khususnya Banjar Dinas Sente bermata pencaharian sebagai pengrajin “sendi” yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bagian pelinggih.  +
Desa Pinggan Kintamani, Bangli menjadi lokasi liburan yang tak kalah menariknya di Bali. Desa Pinggan bisa menjadi salah satu alternatif desa wisata saat berkunjung ke Bali. Apalagi bagi wisatawan yang suka berburu pemandangan sunrise. Dengan lokasinya yang berada di dataran tinggi, menjadikan Desa Pinggan sebagai tempat yang menyajikan panorama matahari terbit dan romantis yang tak terbantahakan saat menunggu pagi. Selain itu, Desa Pinggan menyajikan pemandangan desa berkabut berlatar pegunungan yang cantik. Desa Pinggan berada didekat Gunung Batur dengan danaunya yang sangat terlihat memukau dengan udara segar dan sejuk. Danau Batur itu sendiri berada di Desa Pinggan dan sudah ditentukan oleh UNESCO sebagai taman bumi atau global geopark nertwork. Jika Anda suka wisata alam pedesaan, desa ini bisa dijadikan alternatif liburan yang bisa diambil sekaligus menjadi spot foto di Bali yang menarik. Keindahan sunrise di Desa Pinggan semakin ciamik oleh adanya permadani kabut yang terhampar di areal pegunungan. Kemudian di bawahnya adalah pemandangan areal persawahan yang samar-samar tertutup kabut. Bulan terbaik untuk menikmati sunrise dan kabut di Desa Pinggan adalah sekitar bulan September sampai November. Di Desa Pinggan, wisatawan bisa berileksasi sambil menikmati segaranya udara pegunungan. Setelah menikmati matahari terbit, pengunjung juga bisa melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Gitgit yang letaknya tidak begitu jauh dari Desa Pinggan. Kini Desa Pinggan menjadi tujuan wisata istimewa bagi mereka yang ingin menyaksikan keindahan wisata di Bali selain pantai. Ditempat ini pengunjung bisa lebih mudah menikmati keindahan alam sunrise dan kabut karena lokasinya bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor dan tidak perlu bersusah payah mendaki.  +
Desa Pulukan terbagi menjadi 3 (tiga) wilayah Banjar Dinas yaitu: Banjar Dinas Pangkung Medahan, Banjar Dinas Arca, dan Banjar Dinas Pulukan.  +
keunikan di desa saya yaitu pada saat hari raya nyepi bedanya dari desa lain yaitu yang mengarak ogoh-ogo bukan yang putra-putra melainkan yang putri karena supaya putri di desa kami tujuanya kuat kuat dan di setarakan dengan yang putra supaya harapannya semoga kedepan untuk yang putri tidak bermalas malasan dan mau bekerja keras karena pada umumnya yang putri kerjaannya makan,tidur dan berdan-dan saja.  +
Secara Geografis Desa Pupuan terletak pada 8°19'4" sampai dengan 8°29'38” dan 115°15’18,8” sampai dengan 115°19’40,8” Bujur Timur dengan ketinggian 650 sampai 750 meter diatas permukaan air laut. Seperti halnya desa-desa lainya di wilayah Kecamatan Tegallalang, Desa Pupuan termasuk dataran tinggi dengan curah hujan yang cukup besar. Hal ini menjadikan Desa Pupuan sangat cocok untuk dikembangkan menjadi sentra pertanian, khususnya tanaman manggis dan tanaman jeruk. Sekitar 85% penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Desa Pupuan terletak di kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar dengan luas daerah 1.353,59 Ha yang terletak berdekatan dengan Sungai Petanu.  +
Purwakerti merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, provinsi Bali, Indonesia. Terdapat dua tempat wisata yang terkenal di Desa ini yaitu Amed dan Teluk Jemeluk.  +
Desa Saba adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Lokasi desa Saba cukup strategis, karena terletak di pusat kota Gianyar serta dapat diakses melalui Jl. Bypass Ida Bagus Mantra, sehingga akses untuk menuju desa tidaklah sulit. Desa Saba terbagi atas 7 Banjar Dinas, 1) Banjar Dinas Blangsinga, 2) Banjar Dinas Sema, 3) Banjar Dinas Kawan, 4) Banjar Dinas Tengah, 5) Banjar Dinas Tegallulung, 6) Banjar Dinas Banda, 7) Banjar Dinas Pinda, 8) Banjar Dinas Saba. Sekitar tahun 1980-1990, Desa ini terkenal dengan tanaman kunyit Bonbiyu.  +
Desa Sanda merupakan salah satu dari 14 desa di wilayah Kecamatan Pupuan, terletak + 38 Km ke arah utara dari pusat kota Tabanan.  +
Desa Sanur Kaja merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-7 meter diatas permukaan laut. luas wilayah 269 Ha dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut; (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kesiman, Desa Kesiman Petilan; (2) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Badung (Pantai Sanur); (3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kauh; (4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumerta Kelod, Kelurahan Renon. Desa Sanur Kaja terdiri dari delapan Dusun/Banjar Dinas.  +
Desa Sanur Kauh merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kota Denpasar, tepatnya di Kecamatan Denpasar Selatan. Wilayah Desa Sanur Kauh meliputi sebelas dusun yakni: Dusun Puseh, Dusun Abiantimbul, Dusun Tewel, Dusun Danginpeken, Dusun Penopengan, Dusun Pekandelan, Dusun Medura, Dusun Betngandang, Dusun Belanjong, Dusun Tanjung, dan Dusun Puseh Kauh. Desa Sanur Terletak di dataran rendah dengan ketinggian 0-10 M diatas permukaan Laut serta memiliki iklim laut tropis yang di pengaruhi oleh angin musim dan terdapat musim kemarau dan musim Hujan yang diselingi oleh musim pancaroba.  +
Desa ini terbagi menjadi enam dusun/banjar diantaranya: Dusun Satra, Dusun Tanah Embut, Dusun Sanda, Dusun Tanah Gambir, Dusun Batu Palah, dan Dusun Kembangsari. Lokasi ini dapat ditempuh dengan jalan darat, jarak dari kota Denpasar ± 65 km atau 2 jam perjalanan dan terletak 19 km dari kota Kecamatan Kintamani.  +
Desa sepang bertempat di daerah bali barat. Tepatnya di kecamatan Busung biu. Kabupaten Buleleng Desa sepang terkenal dengan hasil alam berupa hasil kebun berupa kopi dan cengkeh.Desa sepang memiliki budaya yang unik yaitu Setiap orang yang datang ke desa itu kalau dia laki laki selalu di panggil agung walaupun dalam namanya tidak terdapat kata agung dan untuk yang perempuan selalu di panggil ayu sama walaupun dalam namanya tidak terdapat kata ayu. ini bertujuan agar lebih mudah dalam berinteraksi karena orang sepang terkenal ramah walau dengan bahasa yang hampir sama dengan bahasa bali age  +
Desa Sidetapa adalah desa tua atau lebih dikenal dengan istilah Desa Bali Aga. Duhulunya desa ini bernama Desa Gunung Sari Munggah Tapa. Diperkirakan Desa Sidetapa mulai didirikan pada tahun 785 Masehi oleh penduduk pendatang dari: Sektor Daerah Batur, dari Daerah Dauh Toro Ireng, dan dari Daerah Jawa. Adapun penduduk Desa Sidetapa pada waktu itu terdiri dari 3 kelompok : 1. Kelompok yang menamakan dirinya warga Pasek yang mendiami wilayah Leked 2. Kelompok yang menamakan dirinya warga Patih yang mendiami wilayah Desa Kunyit. 3. Kelompok yang menamakan dirinya warga Batur yang mendiami wilayah Sekarung. Beberapa warisan budaya Bali Aga di Desa Sidatapa yang masih bisa ditemukan adalah adanya bangunan rumah adat yang sudah tua bernama Bale Gajah Tumpang Salu. Bangunan ini dibuat bertiang empat sesuai kaki gajah dan bertumpang 3 (salu). Keunikan lain tentang beberapa rumah penduduk dibangun membelakangi jalan kesannya tersembunyi dan tidak ingin diketahui, mungkin berbeda dengan rumah pada umumnya, lebih mengutamakan akses jalan sebagai tampilan depan rumah. Dinding tembok dan lantai bangunan masih menggunakan bahan dari tanah sebagai pelengkapnya digunakan anyaman ataupun batang bambu utuh. Umumnya masyarakat di desa ini merupakan pengrajin kerajinan anyaman bambu khas Sidetapa. Beberapa tradisi budaya semisal tari-tarian dan ritual khas Desa Sidetapa yakni Tari Rejang, Tari Jangkrang, Tari Ngabuang, Ritual Sang Hyang Gandrung, dan Ngaben yang khas dari desa. Untuk informasi lebih lanjut: https://sidatapa.wordpress.com http://sidetapa-buleleng.desa.id  +
Di Desa Singapadu Tengah para wisatawan akan disuguhkan dengan Pura Dalem Desa Adat Negari. Tempat suci ini memiliki keindahan dan kemegahan pada peninggalan kori agungnya. Dalam areal pura ini terdapat banyak peninggalan arkeologi berupa arca-arca kuno yang masih disucikan hingga saat ini. Pada bagian belakang kompleks pura yang berbatasan langsung dengan tepian Sungai Oos ini juga terdapat penginggalan yang bernilai sejarah berupa sumber mata air suci, gerbang petirtan, dan peninggalan candi tebing pasraman kuno.  +
Desa Songan B adalah hasil pemekaran dari Desa Songan yang dibagi menjadi Dua yaitu Desa Songan A dan Desa Songan B pada tanggal 4 Juli 1920. Secara etimologi kata Songan berasal dari Song dan An. Yang kurang lebih artinya Songan menunjuk pada sebuah lubang besar dari Goa sedangkan An menunjukan pada sebuah benda yang lebih dari satu. Sehingga banyak yang mengartikan bahwa Songan artinya sebuah Desa yang terletak pada lubang besar yang disebut Goa ini sesuai dengan realita bahwa Desa Songan memang berada pada sebuah Goa atau lubang besar diantara Gunung Batur, Gunung Abang, Bukit Gede dan perbukitan lainnya. Desa Songan B berada di pinggir danau terbesar di Bali, yaitu Danau Batur. Pesona Danau Batur dan Gunung Batur yang menjadi daya tarik wisatawan di desa ini. Selain itu, desa ini juga memiliki tempat wisata spiritual di Pura Ulun Danu Batur Songan.  +
Desa Sulang merupakan salah satu dari beberapa desa yang ada di wilayah Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Desa ini terdiri dari 2 Banjar Dinas yakni Banjar Dinas Sulang dan Banjar Dinas Gerombong. Banjar dinas ini terbagi atas 3 lokasi yang berseberangan dengan desa tetangga yakni Banjar Dinas Sulang berada di jantung pemerintahan Desa Sulang yang terdiri dari 2 Banjar Adat yaitu Banjar Kanginan dan Banjar Kawan. Sedangkan, wilayah Banjar Dinas Gerombong terdiri dari 2 Banjar Adat yaitu Banjar Adat Mincidan yang bersebrangan dengan Desa Paksebali dan Banjar Adat Gerombong yang bersebrangan dengan Desa Sampalan Tengah. Desa ini terletak di sebelah timur Kota Semarapura.  +
Desa Suter memekarkan diri dari Desa Abang Batudinding tepatnya tanggal 1 Desember 1951. Desa Suter memiliki hutan pinus yang merupakan hutan lindung. https://suter.desa.id/  +
Desa Takmung terdiri dari 9 banjar dinas yaitu, Banjar Dinas Lepang Kawan, Lepang Kangin, Sidayu Nyuhaya, Sidayu Tojan, Losan, Umesalakan, Banda, Takmung Kawan, dan Takmung Kangin. Desa ini mempunyai tujuh banjar adat, yaitu Banjar Adat Lepang, Sidayu Nyuhaya, Sidayu Tojan, Losan, Umesalakan, Banda, dan Takmung. Desa Takmung juga memiliki lima desa pakraman, yaitu Desa Pakraman Lepang, Sidayu Nyuhaya, Sidayu Tojan, Umesalakan, dan Takmung.  +
Desa Wisata Taro ini merupakan desa tua di Bali yang kaya akan kisah dan peninggalan budaya masa lampau. Keberadaan desa ini berkaitan erat dengan lawatan seorang yang sakti di masa lalu dari Jawa Timur ke Bali sekitar abad ke 8. Desa Wisata Taro ini memiliki alam yang hijau dan asri. Udara yang sejuk serta pepohonan membuat suasana menjadi rindang. Serta rumah penduduk dengan ciri khas rumah tradisional Bali. Selain menikmati suasana alam, para pengunjung juga dapat belajar banyak hal dari desa ini.  +
Tenganan Pegringsingan adalah sebuah Desa yang terletak di bagian timur Bali. Bahkan di antara desa-desa yang sangat spiritual di Bali, Tenganan Pegringsingan masih dianggap sangat unik dan terpencil. Padahal, Desa ini adalah salah satu dari sedikit desa Aga di Bali. Tenganan Pegringsingan sangat istimewa dalam hal warisan budaya karena hampir bebas dari pengaruh luar. Penduduk desa berusaha untuk menjaga Desa mereka murni dan bersih. Alhasil, Tenganan Pegringsingan sangat unik, bahkan dibandingkan dengan desa-desa eksotis lainnya di Bali.... Salah satu ritual yang dilakukan oleh masyarakat desa Tenganan adalah Perang Pandan. Dua pemuda diadu satu sama lain di arena khusus. Setiap pemuda membawa senjata; seikat daun pandan berduri yang memiliki duri tajam. Mereka mencoba menyerang tubuh satu sama lain dengan cambuk dari duri tajam daun. Ini bukan tontonan bagi mereka yang lemah hati karena akan ada darah!  +
Trunyan atau Terunyan merupakan salah satu desa tertua di Bali yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang memiliki tradisi sangat unik dalam hal pemakaman jenazah. Keunikan Desa Trunyan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang ingin tahu lebih jauh tentang tradisi tersebut. Trunyan pun menjadi salah satu desa wisata yang populer di kalangan wisatawan. Trunyan sendiri ternyata adala sebuah nama pemakaman yang ada di Desa Trunyan. Tidak seperti jenazah pada umumnya di Bali yang dibakar atau dikubur, di Desa Trunyan memiliki tradisi pemakaman yang dikuburkan secara terbuka di bawah pohon dan diletakkan begitu saja di atas tanah atau yang disebut dengan “Seme Wayah.” Sementara anggota keluarganya cukup memberikan pagar dari bambu dan sesaji disamping jenzah tersebut. Tradisi ini pun mirip dengan tradisi pengaturan jenazah suku Toraja, yaitu hanya dipasang saja dan dibiarkan membusuk dengan sendirinya. Akan tetapi anehnya jenazah yang dimakamkan di Trunyan tidak berbau busuk. Secara logika, jenazah yang dimakamkan secara terbuka maka lama-kelamaan akan mengeluarkan bau busuk, tapi di Desa Trunyan sama sekali tidak mengeluarkan bau busuk. Ternyata, hal itu bisa terjadi karena adanya pohon Trunyan, yaitu sebuah pohon besar yang berdiri di tengah-tengah daerah pemakaman tersebut. Nama asli pohon tersebut adalah “Taru Menyam,” di mana dalam bahasa setempat Taru artinya pohon dan Menyan yang berarti harum. Pohon Trunyan tersebut diperkirakan telah berusia ribuan tahun, namun lagi-lagi anehnya pohon tersebut dari segi ukuran tidak banyak mengalami perubahan. Di bawah pohon Trunyan inilah pemakaman tersebut berada dan masyarakat setempat percaya bahwa pohon ini dapat menyerap bau busuk yang dikeluarkan jenazah. Meskipun sejauh ini belum ada penelitian yang bisa mengungkap, bagaimana pohon ini dapat menyerap bau busuk jenazah manusia yang dimakamkan di sini. Penduduk setempat memiliki ketentuan dan syarat tersendiri dalam pemakaman tersebut, yaitu jumlah jenazah di atas tanah yang dekat dengan pohon Trunyan tidak boleh lebih dari 11 jenazah. Selain itu, jenazah yang bisa diletakkan di sini adalah mereka yang meninggal secara wajar dan pernah menikah. Sementara jenazah yang sudah menjadi tulang belulang akan dikumpulkan dengan yang lainnya didekat akar pohon tersebut, agar tempatnya bisa digunakan untuk jenazah baru. Hal yang jadi keunikan lainnya adalah jenazah tersebut akan ditutupi dengan “Ancak,” yaitu sebua kurungan bambu. Sedangkan cara meninggal tidak wajar, seperti kecelakaan, bunuh diri atau membunuh orang. Maka mayatnya tidak diperbolehkan diletakkan didekat pohon Trunyan, ada tempat lain yang bernama “Sema Bantas” khusus untuk mereka yang meninggal tidak wajar. Selain Sema Bantas, ada pula “Sema Muda” sebagai tempat pemakaman untuk mereka yang masih bayi atau anak-anak dan warga yang sudah besar atau dewasa tapi belum menikah. Tempat-tempat tersebut sudah dibedakan sesuai dengan kaidah yang berlaku di Desa Trunyan.  
Secara historis, dahulu sebagian besar Penduduk Desa Tiga berasal dari wilayah kabupaten Karangasem yang bernama Desa Asti.Penduduk Desa Tiga yang secara adat istiadat memiliki satu kesatuan dan terangkum didalam Gebog Satak Tiga Buungan yang terdiri dari 9 ( Sembilan ) Desa Pakraman. Dalam sejarahnya desa Tiga merupakan gabungan dari beberapa Wilayah pedesaan pada jaman kerajaan Panji Sakti disebuah wilayah Pegunungan yang gersang dilereng timur perbukitan tepatnya di desa Asti Karangasem ( daerah Bali Timur ) pada jaman kerajaan Panji Sakti desa Asti mendapat ancaman dan serangan dari Kerajaan Panji Sakti sehingga membuat penduduk Asti semuanya mengungsi ke daerah Bangli dan memohon perlindungan dari raja Bangli, atas persetujuan raja Bangli saat itu diijinkanlah penduduk Asti untuk menempati daerah yang kebetulan sesuai dengan daerah asal yaitu memiliki dasar tanah merah tepatnya ada di daerah Banjar Buungan, kemudian seiring dengan perkembangan jumlah penduduk sebagian penduduk membuka lahan baru dan menyebar ke sembilan banjar disekitarnya.  +
Berlokasi di kecamatan Banjar yaitu ± 24 km ke barat Kota Singaraja. Desa Tigawasa memiliki salah satu tradisi yang khas berbeda dengan Desa Bali Aga lainnya di Buleleng. Tradisi dimaksud adalah tradisi saat penguburan mayat. Acara penguburan mayatnya pun cukup unik, karena mayat tidak di taruh di dalam peti, melainkan hanya dibungkus dengan kain batik dan di kubur begitu saja. Dalam tradisi bahasa, penduduk Desa Tigawasa menggunakan bahasa pedalaman dalam kesehariannya yang mana bahasa kuno Wong Aga saat masuk ke Bali ( bahasa/dialek Tigawasa ). Bahasa tersebut dalam vokal bahasanya kebanyakan memakai vokal huruf “A” seperti bahasa Jawa dan juga Melayu kuno. Desa Tigawasa menawarkan objek wisata yang berbeda tepatnya di Dusun Wanasari, sejumlah masyarakat kreatif yang tergabung dalam Kelompok Kubu Alam (KuAl) memanfaatkan potensi tanaman bambu menjadikannya destinasi wisata berkonsep alam yang diberi nama Kubu Alam Desa Tigawasa yang dibangun dilahan milik warga. Untuk Informasi: http://tigawasa-buleleng.desa.id https://bulelengkab.go.id  +
Sejarah Desa Tihingan diketemukan dalam Prasasti Kumpulan Dr. Goris yang berbunyi “Kabakatin Langkah Kayu Tring Tihing Tanggung Yatna Teriya Besaraseni”, yang berarti ada suatu kelompok masyarakat yang bertugas untuk menjamin segala keperluan akan kayu dan bambu serta alat dari bambu yang berseni (dianyam) untuk dipergunakan oleh para penguasa pada saat ada aci di pura-pura dan upacara yadnya lainnya. Nama Tihingan itu sendiri berasal dari kata “Tihing” yang berarti pohon bambu yaitu dari suatu wilayah yang banyak Pohon bambu, yang dalam penulisan serta ucapan dalam perkembangan jaman selanjutnya kata Tihing akhirnya menjadi Tihingan. Desa Tihingan terdiri dari empat (4) Banjar Dinas, 3 Desa Pekraman, dan 1 (satu) Banjar Suka Duka BTN Penasan Permai.  +
Desa Timuhun merupakan satu dari tigabelas desa yang berada dalam Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Untuk mencapai ibu kota kabupaten, hanya diperlukan waktu kurang lebih 30 menit dari Desa Timuhun. Batas-batas Desa Timuhun antara lain Desa Nyanglan sebelah utara, Desa Selisihan di bagian Timur, Desa Sengkiding di Selatan, dan Desa Bungbungan di bagian Barat. Untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat, Desa Timuhun dibagi menjadi tiga dusun, yaitu: Dusun Kawan, Dusun Tengah, dan Dusun Kaleran.  +
Tista pada mulanya dari kata ” Ngetis “ Nama tersebut bermula dari pengembaraan seorang putra raja Tabanan. Pengembaraan beliau tersebut banyak melintasi daerah-daerah pegunungan yang medannya berbukit-bukit dan melintasi banyak sungai karena pada waktu itu belum ada terbuka jalan-jalan seperti sekarang ini. Dalam perjalanan tersebut beliau bertemu dengan seorang petapa sakti. Kemudian atas petunjuk pertapa tersebut beliau melanjutkan perjalanan keselatan akhirnya beliau sampai pada suatu tempat yang dituju. Oleh karena tempat itu medannya bergelombang maka beliau kembali ke Utara untuk mencari tempat yang datar untuk mendirikan istana, kemudian dipilihlah tempat yang sekarang disebut Kerambitan.  +
Desa adat tri buana sekar sari adalah desa yang indah, yang memiliki potensi tempat wisata alam yang indah dan alami.  +
Desa Banyuseri, sebenarnya salah satu desa tua di kawasan Bali Aga di kecamatan Banjar, Buleleng. Namun, banyak yang tahu bahwa komunitas desa Bali aga di wilayah ini hanyalah dari empat desa yang disebut SCTP (Sidatapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa). Pada mulanya Wilayah Desa Banyuseri merupakan hutan belantara. Suatu ketika munculah di sebelah selatan desa sumber mata air, air ini oleh penduduk setempat disebut banu yang berarti air. Air inilah dimanfaatkan untuk minum,mandi, untuk minum ternak, serta kebutuhan yang lainnya. Kemudian karena air tersebut memberikan keindahan dan kesejukan maka penduduk setempat memberi julukan manfaat air itu adalah Sri. Sri berarti kesejukan dan keindahan. Hal ini diperkuat dengan Prasasti Desa yang ditemukan oleh seorang penduduk, Prasasti ini terdiri dari 7 lempeng perunggu, 1 Buah Lontar, dan 1 Set Gambelan. Didalam Prasasti tersebut dituliskan nama Desa yaitu Desa Banusri yang merupakan desa tua yang ada di Bali. Prasasti Banyuseri pernah dibaca oleh sejumlah tim pada tahun 1988. Dalam dokumen yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Banyuseri, pembacaan prasasti dilakukan oleh tim dari kantor wilayah Depdikbud Propinsi Bali. Pembacaan dilakukan pada tanggal 28 Nopember 1988. Ada 7 lempengan prasasti yang terbuat dari baja. Namun tidak seluruh prasasti bisa dibaca karena sebagian besar huruf dari prasasti itu sudah tidak terlihat karena tertutup karat.  +
Desa Tuwed termasuk dalam wilayah Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana. Desa Tuwed dilalui oleh Jalan Nasional yang menghubungkan antara Gilimanuk dan Denpasar. Desa Tuwed memiliki beberapa kriteria topografi yaitu daerah dataran rendah, daerah tepi pantai atau pesisir, kawasan rawa, dan daerah bantaran sungai.  +
Secara administratif, Desa Ulakan berbatasan dengan beberapa wilayah, meliputi Sebelah Utara (Desa Duda), Sebelah Timur (Desa Manggis), Sebelah Selatan (Samudera Hindia) dan Sebelah Barat (Desa Antiga). Dalam tingkat pemerintahan, Desa Ulakan terbagi atas 6 Banjar Dinas, meliputi Banjar Dinas Abian Canang, Banjar Dinas Mangku, Banjar Dinas Tengah, Banjar Dinas Kodok, Banjar Dinas Belong dan Banjar Dinas Tanah Ampo. Secara geografis, Desa Ulakan terdiri atas daerah perbukitan dan pesisir.  +
Desa Umejero adalah desa yang berada di Kecamatan Busung Biu, Buleleng. Sebagian besar wilayah desa merupakan areal persawahan.  +
Menurut cerita orang terdahulu, Desa Wanagiri dibentuk pada tahun 1973, yang merupakan penggabungan dari tiga dusun yaitu dusun Alas Ambengan termasuk wilayah Ambengan, Dusun Yeh Ketipat termasuk wilayah Desa Giitgit, dan Dusun Asah Panji termasuk wilayah Desa Panji. Sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963 perkebunan masyarakat Desa Wanagiri merupakan kawasan hutan belantara, pada waktu itu penduduk Dusun Asah Panji kurang lebih 10 orang penghuni. Kesepuluh orang tersebut menemukan wilayah ini sebagai perkebunan kopi, sehingga untuk memudahkan urusan admiistrasi mereka membuka jalan setapak ke Desa Panji. Karena wilayah tersebut jumlah penduduknya semakan banyak dan pada saat pengurusan administrasi sangat sulit, ketiga dusun tersebut sepakat untuk membentuk Desa baru. Masing-masing Dusun mengajukan nama calon desa antara lain: Desa Warnasari, dengan pertimbangan bahwa yang mendiami desa ini adalah campuran (pendatang) dari berbagai daerah/kabupaten dan berbagai kasta yang berbeda. Desa Catursari, dengan pertimbangan bahwa yang mendiami desa ini adalah kasta yang berbeda seperti : Brahmana, Ksatria, Waisya dan sudra Desa Wanagiri dengan pertimbngan karena desa ini lokasinya di daerah pegunungan kawasan hutan belantara dengan pengertian "Wana" artinya hutan atau alas (Bahasa Bali) "Giri" artinya Gunung (bukit).  +
Desa Warnasari adalah desa yang berada di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Wilayah Desa Warnasari terdiri dari 3 banjar diantaranya Banjar Warnasari Kelod, Banjar Warnasari Kaja, dan Banjar Pucaksari. Mayoritas penduduk Desa Warnasari bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Hasil pertanian yang banyak dijumpai di Desa Warnasari antara lain padi, kakao, kopi, dan palawija. Sedangkan peternakannya seperti sapi, babi, ayam, dan bebek. Desa Warnasari, memiliki beragam potensi seni dan budaya seperti baleganjur, tari tradisional (joged bumbung), kerajinan tangan (kerajinan lampu dari bambu) terakhir dekorasi. Serta memiliki potensi spiritual seperti tempat dan alat peninggalan sejarah. Pada tempat peninggalan sejarah khususnya pura berfungsi sebagai tempat persembahyangan seperti Pura Puseh, Pura Mrajapati, Pura Dalem serta Pura Kawitan. Sedangkan alat peninggalan sejarah yaitu keris, batu besar, tedung (payung besar), kain kasa dan arca lainnya.  +
Desa Baha terletak sekitar 5 km di sebelah utara Desa Mengwi. Terdapat rumah penduduk yang masih menggunakan arsitektur Bali kuno dengan menggunakan bahan tembok dari tanah liat (tanah popolan).  +
Desa Belok Sidan masuk dalam wilayah Kecamatan Petang dengan melewati desa Plaga melalui jembatan Tukad Bangkung. Desa Belok Sidan merupakan desa paling utara bagian timur wilayahKabupaten Badung yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bangli. Perkembangan Desa Wisata di desa ini berawal dari satu banjar yaitu Banjar Lawak atau Desa Lawak.  +
Desa Bongkasa Pertiwi berada di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Pada awalnya ketertarikan tersebut berawal dari potensi wisata yang dimiliki yaitu lembah sungai ayung dimanfaatkan oleh investor untuk wisata rafting. Sampai saat ini lebih dari 5 perusahaan rafting berlokasi di Sungai Ayung.  +
Desa Carang Sari terletak di Kecamatan Petang bagian Selatan, Kabupaten Badung bagian Utara. Desa Carang Sari sudah terkenal sebagai asal dari pahlawan nasional asal Bali I Gusti Ngurah Rai. Di ujung Utara desa tepatnya di kuburan setempat terdapat Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Sebagai desa wisata, di Desa Carangsari terdapat aktivitas rafting/ arung jeram di Sungai Ayung dan atraksi wisata gajah.  +
Desa Kapal terletak di Kecamatan Mengwi di bagian tengah Kabupaten Badung yang dilintasi jalur jalan utama Denpasar - Tabanan. Desa Kapal merupakan desa yang banyak terdapat kerajinan terutama kerajinan yang terkait dengan pembangunan tempat ibadah maupun rumah tradisional, serta peralatan upacara Agama Hindu. Selain itu Desa Kapal memiliki Pura Kahyangan Jagat yang terkenal di Desa Kapal, Mengwi, Badung adalah Pura Sada. Terletak di daerah pemukiman di Banjar Pemebetan Desa Kapal, Mengwi, Badung.  +
Desa Kerta terletak di Kecamatan Petang.  +
Desa Mengwi terletak di pusat Pemerintahan Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Desa Mengwi sudah terkenal dengan adanya daya tarik wisata Pura Taman Ayun yang menjadi daya tarik wisata yang sudah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Keberadaan pura Taman Ayun tidak terlepas dari kebesaran Kerajaan Mengwi (Puri Ageng Mengwi) yang pada masa kejayaannya memiliki kekuasaan sampai ke Tanah Blambangan (Banyuwangi) Jawa Timur. Di sekitar Pura Taman Ayun juga terdapat Museum Manusa Yadnya; Galeri Ogoh-Ogoh; dan pasar seni yang telah di bangun oleh Pemda Badung.  +
Desa Munggu yang terletak di Kecamatan Mengwi bagian Selatan Kabupaten Badung merupakan daerah dekat pantai. Terdapat tradisi makotekan yakni semacam atraksi yang mempergunakan bambu yang dibawa oleh masyarakat lokal yang mempunyai makna keperwiraan dalam peperangan, atraksi seperti ini sudah menjadi daya tarik wisata khusus di Desa Munggu.  +
Desa Pangsan terletak dekat dengan pusat pemerintahan Kecamatan Petang, Kabupaten Badung Utara. Di daerah ini juga sudah berkembang atraksi arung jeram/ rafting di Sungai Ayung.  +
Desa Plaga terletak di Kecamatan Petang bagian Utara wilayah Badung Utara. Desa Plaga sudah terkenal dengan adanya Air Terjun Nungnung. Di Desa Plaga juga terdapat Pura Pucak Mangu yang merupakan Pura Khayangan Jagat. Potensi Desa Petang lainnya yang sangat potensial dengan telah dibangunnya Jembatan Tukad Bangkung yang menghubungkan Desa Plaga dengan Desa Belok Sidan.  +
Desa Sangeh terletak di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung bagian utara yang sudah terkenal dengan adanya cagar alam dan suaka marga satwa dengan hutan dan ditumbuhi pohon pala yang dihuni ribuan kera yang sudah menjadi daya tarik wisata sejak awal berkembangnya pariwisata di Bali.  +
Desa Yeh Embang Kangin adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana terletak 23,8 km dari pusat kabupaten Jembrana.  +
Desa Wisata Sedit terkenal dengan wisata spiritual Pura Tirta Sudamala yang terletak di tepi sungai Tukad Singsing  +
Dusun yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kintamani ini dahulu mampu menjadi salah satu sentra kopi arabika Kintamani terbaik. Kopi Langkan yang berada di bawah naungan Subak Abian Suka Maju menjadi satu-satunya subak abian di wilayah Kecamatan Bangli yang masuk dalam daftar MPIG Kopi Arabika Kintamani, Bali  +
E
Sejarahnya, pada masa kejayaan atau ketika masih difungsikan EX Pelabuhan Buleleng digunakan sebagai tempat bongkar muatan barang sekaligus tempat persinggahan kapal pesiar asing. Tempat ini juga saksi bisu akan sejarah perjuangan rakyat Bali disaat berjuang melawan sengitnya penjajahan bangsa Belanda. Di kawasan Ex Pelabuhan Buleleng dibangun sebuah monumen dengan nama Yudha Mandala yang dimaksutkan untuk mengenang peristiwa tersebut. Monumen tersebuat berbentuk sebuah tugu yang berupa laskar rakyat dengan memegang bendera merah putih, bertelanjang dada yang mana tangan tangan menunjuk ke arah laut.  +
G
Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan taman budaya (cultural park) terbesar di Bali yang terletak kurang lebih 40 kilometer dari kota Denpasar, tepatnya di desa Ungasan, Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali. Luas dari GWK mencapai 240 hektar dan sering menjadi tempat berbagai pertunjukkan kesenian tradisonal (tari kecak, tari barong dll) maupun modern (Viral Fest Asia, Soundrenaline, Dreamfields dll). Taman Budaya GWK merupakan salah satu tempat wisata di Bali yang saat ini menjadi wisata favorit non pantai. Keberadaan patung Dewa Wisnu yang menunggangi Garuda (Patung GWK) dalam Taman Budaya GWK telah menjadi magnet bagi wisatawan dari mancanegara. Patung GWK dibuat hampir dengan 3000 ton tembaga oleh seniman asal Bali yaitu I Nyoman Nuarta dengan total biaya anggaran sekitar Rp 450 miliar. Gagasan atau ide mengenai pembangunan patung GWK sudah sejak tahun 1989, namun peletakan batu pertamanya baru dimulai pada tahun 1997 di Desa Ungasan, Bukit Jimbaran, Badung – oleh I Nyoman Nuarta dan Joob Ave menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada waktu itu. Secara teknis patung GWK rampung pada 1 Agustus 2018, namun masih diperlukan pengelasan sebagai ‘finishing’ agar modul-model yang terbuat dari lempeng tembaga-perunggu yang berjumlah 754 buah tersebut benar-benar menyatu. Hingga akhirnya Patung GWK sempurna diselesaikan pada 4 Agustus 2018. Selanjutnya Patung GWK diresmikan pada 22 September 2018 oleh presiden Jokowidodo. Tinggi patung tersebut mencapai 121 meter dengan lebar 64 meter. Kabarnya patung ini menjad patung tertinggi ketiga di dunia saat ini. Patung GWK menurut Nyoman Nuarta merupakan symbol dari misi penyelamatan lingkungan. Wisnu adalah inspirasi pemeliharaan alam dan harmoni, sedangkan Garuda adalah symbol pengorbanan dan kejayaan. Makna Garuda menurut Nyoman Nuarta ialah manusia yang berjanji terhadap kehidupan untuk memelihara, mengembangkan dan melindunginya. Sebab manusia yang bisa menghancurkan dan memperbaiki keadaan lingkungan. http://gwkbali.com/  
Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, secara administratif terbagi atas Lima banjar dinas yang meliputi: Banjar Dinas Telengan, Banjar Dinas Kalanganyar, Banjar Dinas Gegelang, Banjar Dinas Pakel, Banjar Dinas Babakan. Desa Gegelang mempunyai potensi desa sebagian besar sebagai lahan perkebunan, dan sebagian pertanian.  +
Secara Geografis dan secara administratif Desa Gesing merupakan salah satu dari 148 Desa di Kabupaten Buleleng. Desa Gesing mulai ada Pemerintahan kurang lebih dari Tahun 1930 yang berstatus Kelian Banjar Dinas. Nama " Desa Gesing" diambil dari situasi wilayah, dimana pada waktu itu banyak tumbuh Pohon Bambu/Gesing, maka atas kesepakatan masyarakat dan tokoh tokoh masyarakat dinamailah desa ini dengan "Desa Gesing"sampai sekarang.  +
Gianyar merupakan salah satu dari sembilan Kabupaten/Kota di Propinsi Bali, terletak antara 08° 18' 48" - 08° 38' 58" Lintang Selatan 115° 13' 29" - 115° 22' 23" Bujur Timur. Berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar di sebelah Barat, Kabupaten Bangli di sebelah Utara, Kabupaten Bangli dan Klungkung disebelah Timur serta selat Badung dan Samudra Indonesia disebelah Selatan. Gianyar dikenal dengan seni budaya dan panorama alamnya yang indah. Warisan budaya yang dapat ditelusuri dari tinggalan-tinggalan arkeologi yang melimpah dan menjadi daya tarik wisata semisal goa gajah dan candi tebing gunung kawi. Seni dan tradisi masyarakat yang menjadi keunikan dan memberikan kenyamanan jika berkunjung semisal daerah ubud. Serta hasil karya berupa patung, lukisan, ukiran, yang menjadi oleh-oleh jika berkunjung di pasar sukawati. Sejarah Kota Gianyar ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar No.9 tahun 2004 tanggal 2 April 2004 tentang Hari jadi Kota Gianyar. Sejarah dua seperempat abad lebih, tepatnya 245 tahun yang lalu, 19 April 1771, ketika Gianyar dipilih menjadi nama sebuah keraton. Sejak itu dan selama periode sesudahnya Kerajaan Gianyar yang berdaulat, ikut mengisi lembaran sejarah kerajaan-kerajaan di Bali yang terdiri atas sembilan kerajaan di Klungkung, Karangasem, Buleleng, Mengwi, Bangli, Payangan, Badung, Tabanan, dan Gianyar. Secara administratif berdasarkan kondisi tahun 2016, Kabupaten Gianyar terbagi menjadi 7 kecamatan yaitu Kecamatan Sukawati (12 desa/kelurahan, 111 banjar dinas/lingkungan), Kecamatan Blahbatuh (9 desa/kelurahan, 67 banjar dinas/lingkungan), Kecamatan Gianyar (17 desa/kelurahan, 67 banjar dinas/lingkungan), Kecamatan Tampaksiring (8 desa/kelurahan, 70 banjar dinas/lingkungan), Kecamatan Ubud (8 desa/kelurahan, 67 banjar dinas/lingkungan), Kecamatan Tegallalang (7 desa/kelurahan, 65 banjar dinas/lingkungan), dan Kecamatan Payangan (9 desa/kelurahan, 59 banjar dinas/ lingkungan). https://gianyarkab.go.id/  
Gili Mimpang (yang juga dikenal dengan Batu Tiga) terdiri atas tiga batu besar dan sisanya batu-batu kecil yang terletak di Amuk Bay antara Padangbai dan Candidasa. Selain berbagai jenis ikan karang, Anda juga dapat menikmati berbagai jenis biota seperti Pari bintik biru, napoleon wrasse, cumi, sotong, belut pita biru-kuning, triggerfish, butterflyfish, belut moray, trevalies, jackfish, tuna.  +
Gili Putih Sumberkima secara administratif berada di Desa Sumberkima Gerokgak, Buleleng, Bali. Gili Putih Sumberkima merupakan daratan yang sudah sejak dulu ada. Seiring perjalanan waktu, daratan berpasir tersebut lama-lama menjadi lebih luas.  +
Kelurahan Gilimanuk terletak di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Desa ini memiliki jarak ±122 km dari pusat Kota Denpasar.Di Kelurahan Gilimanuk terdapat beberapa objek wisata yang menarik, yaitu Museum Purbakala, Teluk Gilimanuk, Taman Nasional Bali Barat, Karang Sewu, dan Pulau Kalong. Selain itu di Kelurahan Gilimanuk terdapat juga objek wisata religi, yaitu wisata religi Patung Budha di Vihara Empu Astapaka. Untuk wisata kuliner, di Kelurahan Gilimanuk terkenal dengan Ayam Betutunya. Di kelurahan ini terdapat Pelabuhan Gilimanuk yang melayani penyeberangan feri ke Pelabuhan Ketapang, Jawa Timur. Terdapat tugu naga yang diberi nama Gelungkori.  +
Air Terjun Gitgit dapat ditemukan di utara Bali, hanya sekitar 20 menit ke selatan dari Singaraja. Air terjun yang populer ini paling dikenal sebagai “air terjun kembar” atau dalam bahasa lokal “Air Terjun Kembar Gitgit” karena alirannya yang terbagi menjadi dua aliran air yang sama. Air terjun dapat dengan mudah dicapai dari jalan utama dan setelah perjalanan singkat menuruni lembah. Berenang diperbolehkan tetapi ada pantangan setempat yang mengatakan bahwa pasangan yang mandi bersama di air terjun ini, mereka akan segera putus. Baca selengkapnya di https://balibuddies.com/  +
Pura Gua Lawah adalah sebuah gua alam yang dikelilingi beberapa bangunan pelinggih. Terletak di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung. Menurut beberapa catatan sejarah, antara lain Lontar Usana Bali dan Lontar Babad Pasek, Pura Goa Lawah didirikan sekitar abad 11 Masehi. Pura ini didirikan pada tahun 929 Saka atau 1007 Masehi atas prakarsa Mpu Kuturan, penasihat Raja Anak Wungsu.  +
Gunung Abang merupakan puncak tertinggi ketiga di Bali, dengan ketinggian 2.152 meter di atas permukaan laut. Gunung Abang merupakan bagian dari kaldera Gunung Batur yang tercipta dari letusan hebat. Berlokasi di Desa Abang Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Pejalan akan menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari Denpasar menuju Desa Suter di kawasan Kintamani. Di puncak gunung terdapat Pura Puncak Tulukbiyu. Panduan Mendaki Gunung Abang Pendaki wajib membayar tiket masuk Rp24.000 per orang (sumbangan masuk DTW Pendaki Gunung Abang Rp15.000, karcis masuk Kawasan Hutan Lindung UPTD KPH Bali Timur Rp6.000, dan asuransi Rp3.000). Demi alasan keamanan dan kesehatan, bawa sendiri peralatan mendaki dan berkemah. Pengunjung wajib menerapkan protokol kesehatan saat mendaki, antara lain mengenakan masker, menjaga jarak aman, dan membatasi kuota di tenda (maksimal dua orang untuk tenda berukuran kecil). Hindari pendakian di musim hujan karena trek menjadi becek dan licin. Dilarang mendirikan tenda di area Pura Puncak Tulukbiyu.  +
Gunung Agung adalah gunung tertinggi di pulau kecil di Indonesia, pulau Bali. Meskipun puncak yang lebih tinggi terletak di Irian Jaya, Sumatera, Lombok, dan Jawa, namun status Bali sebagai tujuan wisata paling populer di Indonesia menjadikan Agung mungkin puncak tertinggi yang paling banyak didaki di negara ini. Agung adalah gunung berapi dengan kawah sangat besar dan sangat dalam yang terkadang mengeluarkan asap dan uap. Titik tertinggi adalah di bagian barat daya dari lereng, sebuah bukit tandus dan berbatu dari batuan vulkanik halus. Area puncak berada di atas garis pepohonan, dengan angin kencang dan efek sterilisasi dari aktivitas vulkanik baru-baru ini. Menurut pemahaman saya, puncak Gunung Agung tidak pernah berisi salju. Namun, cuaca di sekitar hutan hujan Bali lebih sering berawan, dan berpotensi dapat melihat pemandangan yang menakjubkan dari keseluruhan pulau yang terbentang di bawah. Hal ini sangat jarang ditemukan. Gunung Rinjani (12.224'/3726m) di pulau Lombok sering terlihat berada di atas awan. Pada umumnya ketinggian Gunung Agung adalah 3142m/10.308', tetapi angka ini belum diperbaharui berdasarkan letusan Gunung Agung pada tahun 1963. Ketika saya berada di Bali, saya mengkalibrasi altimeter saya ke nol di permukaan laut, dan menemukan bahwa ketinggian puncak Gunung Agung adalah 2920 m. Saya mengatur ulang ke 3142 m ketika berada di puncak, tetapi ketika sampai di permukaan laut terbaca -222 m. Saya belum pernah mengalami perbedaan altimeter sejauh itu, sehingga ini membigungkan. Sampai ada seseorang yang melihat akun saya di web dan memberi tahu saya bahwa ketinggian sebenarnya adalah 3014 m, jadi perbedaan altimeter saya hanya 94 m, ini tidak seburuk yang saya pikir.  +