Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Place information text id" with value "Desa Sanda merupakan salah satu dari 14 desa di wilayah Kecamatan Pupuan, terletak + 38 Km ke arah utara dari pusat kota Tabanan.". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 25 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

    • Desa Sanda  + (Desa Sanda merupakan salah satu dari 14 desa di wilayah Kecamatan Pupuan, terletak + 38 Km ke arah utara dari pusat kota Tabanan.)
    • Patung Pahlawan Letnan Ida Bagus Putu Djapa  + (Berlokasi di perempatan jalan penghubung TBerlokasi di perempatan jalan penghubung Tanjung Bungkak, Renon, dan Sanur. Patung ini selesai pada tanggal 20 November 1987. Penggambaran Letnan Ida Bagus Putu Djapa sebagai salah satu pahlawan Bali yang gugur sebagai kusuma bangsa. Dengan mengacungkan pistol ke arah atas dan memengang sebuah pedang yang mengangtung di pinggang sebagai bentuk komando rakyat untuk terus berjuang pantang menyerah.yat untuk terus berjuang pantang menyerah.)
    • Bumi Perkemahan Blahkiuh  + (Bumi Perkemahan ini berada di desa BlahkiuBumi Perkemahan ini berada di desa Blahkiuh Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, sekitar 19 Km dari Kota Denpasar dan sekitar 2 Km ke arah Barat dari jalan raya Denpasar-Petang. Bumi perkemahan ini selain dipakai untuk perkemahan, biasanya juga digunakan sebagai tempat penelitian karya ilmiah. Lokasi bumi perkemahan ini dekat dengan obyek-obyek wisata lain seperti Taman Ayun, Sangeh, Taman Mumbul. seperti Taman Ayun, Sangeh, Taman Mumbul.)
    • Candi Tebing Jehem  + (Candi Tebing terletak di wilayah Desa AdatCandi Tebing terletak di wilayah Desa Adat Tambahan, Desa Jehem, Tembuku,Bangli, Bali. Candi ini berjarak kurang lebih 7 km arah timur kota Bangli. Candi Tebing ini mirip dengan candi di gunung Kawi di Tampaksiring Gianyar.Oleh Masyarakat sekitar candi ini diduga merupakan tempat pertapaan di masa lalu.Situasi alam disekitar candi masih sangat alami dan terdapat banyak sumber mata air alami yang mengalir turun ke sungai cahi yang ada di bawahnya. salah satu mata air tersebut berbentuk unik menyerupai kemaluan wanita.berbentuk unik menyerupai kemaluan wanita.)
    • Desa Bayung Gede  + (Desa Bayung Gede yang berasal dari kata “BDesa Bayung Gede yang berasal dari kata “Bayung” yang berarti “Bayu” atau tenaga sedangkan kata “Gede” dapat dipersonifikasi menjadi “kuat/besar”. Sehingga jika diterjemahkan, kata Bayunggede berarti tenaga yang kuat. Desa Bayung terletak 9 km ke arah barat daya dari pusat Kecamatan Kintamani.barat daya dari pusat Kecamatan Kintamani.)
    • Desa Manduang  + (Desa Manduang memiliki luas 250,340 Ha terDesa Manduang memiliki luas 250,340 Ha terletak di arah utara Kota Semarapura dengan jarak ±3 Km. Secara topografis Desa Manduang terletak pada ketinggian 154 Meter diatas permukaan air laut. Secara geografis berbatasan dengan beberapa wilayah diantaranya adalah Desa Selat dan Desa Selisihan di bagian utara, Kelurahan Semarapura Kauh di bagian selatan, Tukad Jinah Desa Aan di bagian barat, dan juga Tukad Kunyit Desa Akah dan Kelurahan Semarapura Kaja di bagian timur. Desa Manduang terdiri dari tiga dusun dan enam banjar adat sebagai berikut: Pertama, Dusun Kaleran terdiri dari dua banjar adat, yakni Banjar Kaleran dan Banjar Gingsir; Kedua, Dusun Tengah terdiri dari tiga banjar adat, yakni Banjar Tengah, Banjar Kanginan, dan Banjar Jero; Ketiga, Dusun Tubuh terdiri dari satu banjar adat, yakni Banjar Tubuh. Mengenai asal-usul kata Manduang ditinjau dari etimologi, kata Manduang berasal dari akar kata “manda” dan “wang” atau “wong”. Manda artinya gelombang atau tahap, sedangkan wang atau wong artinya orang atau manusia. Jadi, arti kata Manduang merupakan orang-orang yang datang secara bertahap atau bergelombang. Dikatakan dahulu, penduduk Desa Manduang merupakan pendatang yang berasal dari daerah-daerah yang memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Untuk melihat lebih jelas sejarah berdirinya Desa Manduang, tidak terlepas dari sejarah keberadaan banjar-banjar di Desa Manduang tersebut. Kerajinan khas Desa Manduang yakni Tenun Cakcak. Di Desa ini juga terdapat Pura Titra Gumi Uwug sebagai obyek wisata religi.tra Gumi Uwug sebagai obyek wisata religi.)
    • Desa Manikliyu  + (Desa Manikliyu merupakan salah satu dari 4Desa Manikliyu merupakan salah satu dari 48 Desa di Wilayah Kecamatan Kintamani, yang terletak 7 Km ke arah barat daya dari kota kecamatan. Desa Manikliyu mempunyai luas wilayah seluas 605.579 Hektar. Batas-batas desa yakni; sebelah utara berbatasan dengan Desa Serai, sebelah timur berbatasan dengan Desa Belancan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lembean, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ulian. Desa Manikliyu terdiri dari dua banjar yaitu: Banjar Manikliyu dan Banjar Saap.</br>Keunikan Desa Manikliyu yang tergolong dalam Desa Bali Aga yakni desa ini dipimpin oleh Ulu Apad yang memiliki sedikit perbedaan dengan desa-desa di Bali lainnya. Potensi Desa Manikliyu yakni arkeologi dan agrowisata. Dari sisi arkeologi, temuan benda-benda arkeologi yang menjadi salah satu rujukan kepurbakalaan di Bali. Sedangkan sisi argowisata yakni potensi perkebunanan dan lansekap lingkungan desa yang menunjang untuk wisata alam.</br></br>Info:</br></br>https://manikliyu.blogspot.comam. Info: https://manikliyu.blogspot.com)
    • Pengeragoan  + (Desa Pengeragoan merupakan salah satu dariDesa Pengeragoan merupakan salah satu dari beberapa desa yang ada di wilayah Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Desa Pengeragoan terletak kurang lebih 45 (empat puluh lima) kilometer ke arah timur dari pusat kota Jembrana. Secara administratif, Desa Pengeragoan terbagi atas 5 (lima) Banjar Dinas antara lain Banjar Dinas Pengeragoan Dangin Tukad, Banjar Dinas Pengeragoan Dauh Tukad, Banjar Dinas Badingkayu, Banjar Dinas Mengenuanyar dan Banjar Dinas Pasut. Objek wisata yang berada di Desa Pengeragoan yakni Pantai Yeh Leh dan Rest Area Pengeragoan. Pantai Yeh Leh dan Rest Area Pengeragoan.)
    • Desa Sanda  +
    • Desa Bonyoh  + (Desa yang berada di perbukitan Kintamani, Desa yang berada di perbukitan Kintamani, Bangli. Terletak 11 km arah selatan dari kecamatan Kintamani dan 30 km arah utara dari kota Bangli. Desa ini merupakan salah satu desa kuno yang yang masih mempertahankan tradisi masa lalu mulai dari konsep pemukiman hingga masalah perkawinan. Hal unik terkait perkawinan di desa ini adalah pantangan memiliki isteri lebih dari satu bagi kaum laki-laki.steri lebih dari satu bagi kaum laki-laki.)
    • Pura Batu Pageh  + (Lokasi pura di Banjar Kangin, desa UngasanLokasi pura di Banjar Kangin, desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kab. Badung. Lokasinya sendiri berada pada sebuah tebing di goa, goa tersebut berada pada ketinggian 10 meter, sehingga perlu menaiki tangga. </br>Perlu diketahui juga di kawasan ini banyak monyet yang berkeliaran. Pura Dalem Batu Pageh berjarak sekitar 50 menit berkendara dari arah Denpasar, di bawah pura terdapat objek wisata bernama pantai Batu Pageh atau pantai Green Bowl pantai tersebut juga bernama pantai Bali Cliff, yang merupakan salah satu tempat wisata pantai di kawasan pariwisata Bali Selatan.pantai di kawasan pariwisata Bali Selatan.)
    • Pura Beji Saraswati  + (Memiliki 11 buah pancuran (pancoran solas)Memiliki 11 buah pancuran (pancoran solas) tingginya masing-masing sekitar 1 meter yang aliran airnya keluar dari pancuran berbentuk mulut naga, 6 buah pancuran menghadap ke arah Selatan dan 5 buah pancuran menghadap ke arah Barat. Pura Beji Saraswati terletak di Banjar Babakan, Desa adat Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Jika hendak melakukan pemujaan dan melukat setidaknya membawa dua buah pejati dan sejumlah canang sari. Pertama membersihkan diri di jaba pura dekat aliran sungai, di sini terdapat dua buah pancuran, selanjutnya menuju ke madya mandala untuk melakukan persembahyangan dan melakukan penglukatan di Pancoran Solas (11 pancuran) Beji Saraswati. Persembahyangan terakhir di utama mandala pura.mbahyangan terakhir di utama mandala pura.)
    • Kuta  + (Pantai Kuta Bali juga merupakan tujuan wisPantai Kuta Bali juga merupakan tujuan wisata internasional yang didukung oleh fasilitas umum yang lengkap seperti hotel, bar, restoran, klub malam, toko suvenir, pusat perbelanjaan terbaik, hiburan dll. Pantai ini cocok sebagai tempat bermain bersama keluarga, bersantai , berenang, dan berselancar.</br></br>Pantai ini memiliki ombak yang bagus untuk kegiatan bali seperti selancar termasuk pelajaran selancar bagi peselancar pemula hingga profesional. Keindahan Pantai Kuta Bali dilengkapi dengan sunset spektakuler yang menciptakan nuansa romantis yang memikat setiap pengunjung.</br></br>Pantai Kuta Bali terletak strategis di pusat pariwisata Bali yang sangat mudah diakses dari segala arah dan titik selancar terkenal lainnya dekat dari pantai ini seperti Airport Reef, Kuta Reef, Pantai Legian Bali dan Pantai Seminyak Bali. Tempat ini juga dekat dengan tempat-tempat menarik di Bali yang banyak dikunjungi wisatawan setiap harinya (https://disparda.baliprov.go.id/sunset-in-kuta-beach/2020/04/)iprov.go.id/sunset-in-kuta-beach/2020/04/))
    • Monumen Pendaratan Pasukan I Gusti Ngurah Rai  + (Pantai Pekutatan terletak di arah selatan Pantai Pekutatan terletak di arah selatan dari pusat pasar Pekutatan, Jembrana. Sangat mudah ditemui, karena lokasinya tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan Denpasar – Gilimanuk.</br></br>Yang jadi ikon dari pantai ini merupakan sebuah tugu berbentuk kapal. Tugu ini menceritakan tentang pendaratan pasukan I Gusti Ngurah Rai dari pulau Jawa. Dalam tugu ini, seharusnya ada 4 pejuang berdiri di atas kapal.</br></br>Namun sekarang, terdapat tiga orang pejuang yang satunya sudah rusak. Mereka tengah melakukan kegiatan di atas kapal dalam sebuah palayaran.</br></br>Nampak sosok I Gusti Ngurah Rai dengan kokohnya berdiri. Seiring waktu, tugu tersebut telah mengalami kerusakan di beberapa bagian akibat dihantam ombak.</br></br>Semangat perjuangan dalam patung ini jelas tergambar. Di bagian sisinya terdapat sebuah tulisan yang terpahat dalam sebuah nisan. Tulisan tersebut menyebutkan :</br>“Pada Tanggal 4 April 1946 Setelah Kembali Dari Tugas Melapor Kepada Pimpinan Negara Republik Indonesia Di Yogya“.pinan Negara Republik Indonesia Di Yogya“.)
    • Pura Beji Sangsit  + (Pura Beji terletak di Desa Sangsit, KecamaPura Beji terletak di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan dengan jarak Sekitar 8 Km dari kota Singaraja ke arah timur. Objek ini sudah menjadi salah satu objek wisata budaya untuk kawasan Buleleng Timur dan dapat dicapai dengan kendaraan bermotor yang memakan waktu sekitar 10 menit dari kota Singaraja. Pura Beji memiliki areal seluas 2500 M² dengan perhitungan 100 M panjang dan 25 M lebar.Lokasi pura ini datar dan tidak jauh dari pantai dan lingkungan sekitarnya berupa persawahan sehingga menambah keindahan dan kesejukan objek ini.Bangunan Pura Beji dengan arsitektur khas Buleleng menghadap ke barat.</br></br>Secara historis memang agak sulit ditentukan kapan Pura Beji mulai dikenal dan dimulai dibangun, mengingat peninggalan sejarah baik berupa benda-benda purbakala maupun keterangan tertulis (prasasti) tidak ada. Tetapi setelah ditelusuri sesuai dengan nama dan keadaannya, maka “Beji” sama artinya dengan “permandian” atau sumur yang merupakan sumber kesuburan. Kenyataan di areal sebelah timur Pura Beji sendiri terdapat bekas sumber mata air yang dahulu pernah berfungsi sebagai kolam.Rupanya para petani yang sangat memerlukan air untuk pengairan persawahan sangat memuliakan sumber mata air, yang kemudian mengatur pengairan melalui subak.Subak merupakan organisasi pengairan yang sudah dikenal sejak zaman pemerintahan marakata pada tahun 1074 Masehi atau abad ke-11.</br></br>Untuk itu didirikan Pura Subak Beji. Sebutan Pura Subak Beji inilah yang dikenal oleh masyarakat luas sampai sekarang. Pencerminan lambang kesuburannya dapat dilihat pada salah satu bangunan pada Pura Beji, yakni di Gedong Simpen di atas atap terdapat patung wanita Dwi Sri, yang dikenal sebagai lambang kesuburan. Dengan demikian Pura Beji yang dikenal sekarang ini, tidak lain adalah merupakan perkembangan lebih lanjut dari Pura Subak ( Pura Ulun Suwi/Pura Bedugul) yang ada di Desa Sangsit, dan telah beberapa kali mengalami perbaikan sejak dibangunnya yang diperkirakan pada abad XV.ibangunnya yang diperkirakan pada abad XV.)
    • Pura Dalem Pingit Sebatu  + (Pura Dalem Pingit Sebatu terletak di BanjaPura Dalem Pingit Sebatu terletak di Banjar Sebatu, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali. Di tempat ini terdapat air terjun suci yang disebut Pasiraman Sebatu. </br></br>Tempat ini pertama kali ditemukan pada 19 November 2007 oleh tamu asing yang bermaksud menikmati keindahan alam yang tersembunyi di Desa Sebatu. Bersama guide-nya, ia tiba di sebuah air terjun yang tidak seberapa tinggi dengan aliran air yang begitu jernih dan menyegarkan.</br></br>Jarak tempat ini dari Denpasar sekitar 45 menit. Udara yang sejuk dan pemandangan tebing, sawah, hutan serta pegunungan menambah sakral suasana di sekitarnya.</br></br>Air terjun di kompleks pura ini dipercaya dapat melebur ilmu sihir yang masuk ke dalam tubuh seseorang. Untuk mencapai air terjun ini, orang-orang harus menuruni tangga menuju ke arah dasar tebing di mana sungai mengalir.arah dasar tebing di mana sungai mengalir.)
    • Pura Tegal Suci Pagenian  + (Pura Tegal Suci Pagenian, Stana Hyang MahePura Tegal Suci Pagenian, Stana Hyang Maheswara: </br>NAPAS, PARU-PARU, DAPUR API SUCI DI BESAKIH</br>“… RING Usabha Badrawada, pyosan ring Batang Angsoka, céléng pajuwit 1, kebo bulén 1….” demikian, antara lain, secara jelas disuratkan dalam lembar 24a naskah rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung, koleksi I Dewa Wayan Pucangan dari Jero Kangin Sidemen, Karangasem. Rontal dengan judul dan isi sama juga ditemukan dalam koleksi Gedong Kirtya, Singaraja, bernomor 1341, serta rontal koleksi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali nomor 958. </br></br>Kutipan isi rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung pada awal tulisan ini kurang lebih berarti: “… Pada bulan Purnama Badrawada [sasih Karo, sekitar bulan Agustus] dipersembahkan upacara usaba, sebagai pemujaan ke hadapan Bhatara yang berstana di Batang Angsoka, berupa babi pajuwit 1 ekor, kerbau berbulu putih 1 ekor….”. </br>Rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung secara keseluruhan berisi perihal ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang mesti dilaksanakan di Pura Besakih, di lambung Giri Tolangkir (Gunung Agung), yang tercantum dalam Piagam Raja (Dalem). Pada lembar 7b yang disambung ke lembar 8a secara jelas dinyatakan bahwa Piagam ini dikeluarkan pada Tahun Saka 929 😊 1007 Masehi). “Hai kamu manusia, taatilah titahku! Piagam ini telah direstui oleh para Dewata Nawasangga. Jika tidak menaati Piagam ini, semoga kamu sirna dan menjadi lintah,” demikian sangat jelas disuratkan. </br></br>Tidak ditemukan secara eksplisit dalam rontal ini siapa nama Raja/Dalem Bali yang mengeluarkan Piagam Besakih dimaksud. Namun, data-data efigrafi berupa prasasti-prasasti tembaga masa Bali Kuno mencatatkan bahwa pada tahun 1007 Masehi tersebut Gumi Bali dipimpin oleh Raja Dharma Udayana Warmadewa bersama permaisuri Gunapriya Dharmapatni (989-1011). Raja Udayana lantas digantikan oleh Ratu Śri Ajñadewi (1016), Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja (1022-1025), Anak Wungsu (1049-1077). Pada masa kepemimpinan Dharma Udayana Warmadewa bersama Gunapriya Dharmapatni yang didampingi Senapati Mpu Kuturan ini Bali tercatat mencapai zaman keemasan, dengan penataan ulang tatanan kehidupan secara komprehensif yang mencakup eko-sosio-budaya-religius (alam—masyarakat—budaya dan keagamaan).</br></br>Piagam Raja/Dalem sebagaimana disuratkan dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung ini mencatatkan secara jelas, tegas, rapi, dan terperinci bagaimana tatanan (tata titi) tata kelola ritual, sosial, bahkan asset padruwen Pura Agung Besakih mesti dilaksanakan: oleh siapa, kapan, di mana, apa jenis upakara yang utama mesti dipersembahkan. Di mana, berupa apa, berapa, dan digarap atas nama siapa asset (padruwen) Pura Agung Besakih juga dicatatkan sangat rapi dan terperinci. Bahkan bentuk bangunan palinggih utama sampai pertanda alam terkait dengan Dewata atau Bhatara yang hadir saat dihaturkan upacara tertentu di masing-masing Pura/Palinggih dalam lingkup Pura Agung Besakih pun diperinci sangat jelas. Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung ini tak ubahnya dengan “buku pegangan” (handbook) yang memuat lengkap dan terperinci tentang tatanan dan tata kelola Pura Agung Besakih. </br></br>Dalam rontal yang tiada ubahnya dengan “buku pegangan” (handbook) Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung inilah Batang Angsoka secara jelas disuratkan. Ada apa dengan Batang Angsoka? </br>Secara geografis, Batang Angsoka berada tepat di sisi sebelah tenggara Pura Panataran Agung Besakih. Meskipun agak “tersembunyi” atau “terpencil”, namun Batang Angsoka masih sebagai bagian utuh tak terpisahkan dari wewidangan [wilayah] Desa Adat Besakih dan Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Batang Angsoka kini menjadi dua Banjar Adat, yakni Banjar Adat Batang di bagian selatan, dan Banjar Adat Angsoka di bagian utara. Krama/Warga di kedua Banjar Adat ini hidup rukun, tenang, damai. Lahan pertaniannya pun sangat subur, dengan hasil utama yang sangat khas endemik Gunung Agung, antara lain, berupa bunga kasna berwarna abu-abu layaknya warna Dewa Sambhu, dan ubi kuning nan lezat serta manis. </br>Penyebutan secara eksplisit nama Batang Angsoka dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung menunjukkan betapa penting posisi, peran, fungsi, dan makna Batang Angsoka dalam kesatuan kosmologi dan eko-sosio-kultural-religius-spiritual kawasan suci Pura Agung Besakih. Tentu Pura yang ada di Batang Angsoka pun sangat penting, karena Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung memasukkan Pura ini menjadi bagian siklus pelaksanaan pyosan Usaba yang bersiklus setahun sekali pada bulan yang sangat khusus: Badrawada, yakni bulan penuh waranugraha kemuliaan, bulan terakhir Matahari berada di posisi sebelah utara garis Katulistiwa—sebelum akan tegak lurus (equinox) dengan garis Katulistiwa/Equator pada 21-23 September.</br></br>Pura apakah yang dimaksudkan di Batang Angsoka itu? </br>Satu-satunya pura kahyangan jagat yang sampai sekarang ini ada di wewidangan Batang Angsoka adalah Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Angsoka. Pura Tegal Suci ini memiliki beji berupa mata air (klebutan) di suatu lembah di sebelah timur jalan yang menembus Banjar Adat Batang. Pura Tegal Suci di Angsoka dengan mata air beji di Batang ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena itu dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung disebutkan sebagai satu-kesatuan nan harmonis: Batang Angsoka. </br>Ilmu arsitektur tradisional kuno yang tersurat dalam Wastu Sastra menegaskan betapa pentingnya tempat suci pura berelasi dengan sumber mata air (klebutan). Bila tidak ada sumber mata air (klebutan) di kawasan terdekat, maka air bisa dialirkan di sekitar tempat suci yang dibangun. Itu sebab dalam tradisi Bali pura sebagai tempat suci, terlebih yang berkategori Pura Kahyangan Jagat, senantiasa berkaitan erat dengan sumber air, berupa Pura Beji, Telaga, Taman, atau Tirta. </br>Di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, rata-rata Pura yang berkategori Sungsungan Jagat, bersifat umum, seperti Catur Lawa, Catur Lokapala (Pangempat/Dik), Catur Eswarya (Panyirang/Widik) berelasi dengan Pura Beji, Telaga, Taman, atau Tirta. Tak terkecuali Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Angsoka memiliki relasi satu-kesatuan dengan Pura Beji di Banjar Batang—yang kini dinamakan Pura Beji Bhatara Giri Tohlangkir. Dalam bentuk tinggalan arkeologis, di lokasi Pura Beji ini ditemukan tinggalan kuno berupa genta dan mangkuk kecil berbahas dasar tembaga. Artefak ini ditemukan dari onggokan batu yang terbelah di areal Beji. </br></br>Tinggalan kuno berupa genta dan mangkuk kecil tersebut membuktikan bahwa Beji di Banjar Adat Batang ini di masa lampau memang merupakan bagian integral Kawasan Suci Pura Tegal Suci di Banjar Adat Angsoka. Dari Beji di Banjar Adat Batang inilah tirta wangsuh pada Ida Bhatara Sasuhunan yang di-sungsung di Pura Tegal Suci – Pagenian katunas untuk setiap upacara di Pura Tegal Suci – Pagenian, termasuk juga untuk upacara lingkup keluarga Krama di Banjar Batang dan Banjar Angsoka. </br></br>Diyakini Batang-Angsoka inilah di kawasan Besakih yang lebih awal ditapaki dan dijadikan tempat tinggal oleh Rsi Markandeya beserta para pengiring dari Gunung Raung, Banyuwangi, sebelum akhirnya sang Guru Suci ini mendem pancadatu di situs yang dinamakan Basukihan. Di Angsoka ini ketajaman jnana batin Ida Rsi Markandeya melihat api padupaan, sehingga kelak di situs ini dinamakan Tegal Suci. Artinya, sepadan dengan Dapur Suci. </br></br>Kenapa Pura Tegal Suci dan mata air beji di Batang-Angsoka menjadi penting dalam tatanan kosmologis, ritual, dan spiritual Kawasan Suci Pura Agung Besakih? </br></br>Secara kosmologis, Pulau Bali divisikan oleh Guru-Guru Spiritual Suci di masa silam sebagai Padma Bhuwana: pulau yang ditata sebagaimana layaknya bunga teratai (bunga Padma/lotus) yang terpola, terstruktur rapi, dan tersistem berlapis-lapis ke delapan penjuru arah angin dan satu di tengah-tengah sebagai putik sari bunga padma/tunjung. Bunga padma/tunjung ini saban hari mengembang dan menguncup. Gerakan mengembang dan menguncup bunga padma/tunjung ini dalam kepustakaan susastra Bali disepadankan dengan gerakan jantung (padma hredaya) manusia. </br></br>Secara fisik di delapan penjuru arah angin kosmologi Bali ditandai dengan bangunan pura kahyangan jagat, tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam aspek perwujudan Dewata tertentu (istadewata), masing-masing, Pura: Lampuhyang (timur, Dewa Iswara/Hyang Gni Jaya); Andakasa (selatan, Dewa Brahma/Hyang Tugu), Batukaru (barat, Dewa Mahadewa/Hyang Tumuwuh); Hulun Danu Batur (utara, Dewa Wisnu). Ini empat pura di arah Pangempat/Dik ([empat arah utama/tanda tambah/+]. Adapun empat Panyirang/Widik (empat arah diagonal/tanda silang/X) masing-masing, Pura: Goa Lawah (tenggara, Dewa Maheswara/Mahesora); Huluwatu (barat daya, Dewa Rudra); Pucak Mangu (barat laut, Dewa Sangkara); dan Pangubengan, Besakih (timur laut, Dewa Sambhu). Sebagai titik pusat Padma Bhuwana adalah gunung (lingga acala, lingga yang tidak bergerak) yang tertinggi di Balidwipa Mandala. Itulah: Giri Tohlangkir atau Gunung Agung. Karena itu, Pura Agung Besakih merupakan titik pusat di tengah-tengah tatanan kosmologi Pulau Bali, sehingga disebutkan sebagai “madyanikang bhuwana”, sentrum dunia.</br></br>Sebagai titik pusat atau madyanikang bhuwana, Pura Agung Besakih pun ditata sedemikian rupa, menyerupai tatanan bunga padma/tunjung yang terpola, terstruktur, dan tersistem berlapis-lapis. Ada Catur Lawa sebagai empat helai kelopak daun terluar, masing-masing, Pura: Ratu Dukuh, Ratu Pasek, Ratu Panyarikan, dan Ratu Pande. Lebih dalam lagi ada Catur Lokapala, empat helai Pangempat/Dik, masing-masing, Pura: Gelap (timur); Kiduling Kreteg (selatan); Ulun Kulkul (barat), dan Batu Madeg (utara). Lalu, ada Catur Eswarya, empat helai Panyirang/Widik. </br>Dalam konsep Dik Widik atau Pangempat—Panyirang tatanan Padma Bhuwana Kuncup-Kembang di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, Pura Tegal Suci Pagenian di Banjar Angsoka ini menempati posisi arah GNENYA/Tenggara. Dalam konsep Dewata Nawa Sangga, 9 (Sembilan) Dewata utama penyangga 9 penjuru arah mata angin, arah Gnenya merupakan Stana/Linggih Dewa/Bhatara MAHESWARA/Mahesora. Warna: DADU/merah muda/pink sebagai perpaduan warna putih (arah timur/Purwa/Dewa Iswara/berupa Angin/Bayu) dan merah (arah selatan/Daksina/Dewa Brahma/berupa Api/Gni/Teja). Senjata: PAGENIAN/DUPA. Aksara suci: NANG. Dalam konsep Padma Bhuwana Bali, posisi ini ditempati Pura Goa Lawah di ujung timur wilayah Kabupaten Klungkung. </br>Selain Pura Tegal Suci – Pagenian, Catur Eswarya lainnya di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, masing-masing, Pura: Pasimpangan (barat daya, Rudra); Paninjoan (barat laut, Sangkara); dan Pangubengan (timur laut, Sambhu). </br></br>Sebagai putik sari Padma Bhuwana Kuncup-Kembang di Kawasan Suci Pura Agung Besakih adalah Pura Panataran Agung Besakih dengan palinggih Padma Tiga di titik pusat terinti. </br></br>Dewa MAHESWARA yang distanakan di Pura Tegal Suci – Pagenian merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran. Sakti-NYA: DEWI LAKSMI, Dewi Kemakmuran, Keberuntungan (lucky). </br>Dalam tubuh manusia/Bhuwana Alit/mikrokosmos, DEWA MAHESWARA menempati organ sangat vital: PARU-PARU. Menjadi penghubung utama tubuh/Bhuwana Alit dengan Alam Semesta Raya/Bhuwana </br>Agung/makrokosmos. Menyerap PRANA, energi penghidup kehidupan, lewat napas yang terdiri atas unsur: angin/bayu, api/agni/teja, dan air/apah. Prana lewat napas inilah yang menjadikan manusia hidup. </br>Dapatkah manusia hidup tanpa PRANA, NAPAS, dan PARU-PARU? Tidak! Dapatkah keluarga melanjutkan kehidupan tanpa API DAPUR? Tidak! Sedemikian vital-lah sejatinya posisi Pura Tegal Suci Pagenian dalam Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Dapat dipahami kenapa rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung menyuratkan: “Pada bulan Purnama Badrawada [sasih Karo, sekitar bulan Agustus] dipersembahkan upacara usaba, sebagai pemujaan ke hadapan Bhatara yang berstana di Batang Angsoka”. Upacara usaba ini sebagai rangkaian upacara usaba yang dilaksanakan secara bergiliran di Pura Dik-Widik atau Pangempat-Panyirang [Catur Lokapala—Catur Eswarya] sampai di Catur Lawa. Dimulai dari usaba Srawana (Juli, sasih Kasa) sampai pada usaba Waisaka (Maret, sasih Kadasa) berupa upacara Batara Turun Kabeh yang dipusatkan di titik sentrum: Padma Tiga Panataran Agung Besakih. </br></br>Terlupakan Sejak Gunung Agung Meletus Tahun 1963</br>Para panglingsir Desa Adat Besakih yang sempat diwawancarai memberikan kesaksian bahwa sebelum Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus tahun 1963, tatanan upacara Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Adat Angsoka berjalan sepatutnya, sebagai bagian tak terpisahkan dengan tatanan upacara Pura Agung Besakih. Dalam ingatan para panglingsir Besakih yang sudah berusia belasan tahun saat Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus tahun 1963, di sebelah barat Pura Tegal Suci ada jalan setapak cukup lebar tembus sampai di depan Pura Kiduling Kreteg—sebelah kanan dari Panataran Agung Besakih. Jalan tembus inilah yang lazim dilalui oleh Krama Adat Besakih secara umum manakala hendak tangkil ke Pura Tegal Suci di Banjar Adat Angsoka. Begitu pula sebaliknya, bila Krama Banjar Adat Batang dan Angsoka hendak nangkil mabhakti ke Pura Kiduling Kreteg hingga ke Pura Panataran Agung Besakih dan Pura lain yang ada di sebelah barat Banjar Adat Batang dan Banjar Adat Angsoka. </br></br>Saat Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus mulai 18 Februari 1963 sampai Januari 1964, seluruh Krama Banjar Adat Batang dan Angsoka pun mengungsi jauh, menyelamatkan diri. Pura Tegal Suci di Angsoka hancur. Tidak terurus. Kondisi ini berlanjut menyusul terjadi peristiwa G-30S/PKI tahun 1965-1966. Baru sekitar akhir dasawasra 1960-an atau awal 1970-an, beberapa Krama Adat Batang dan Angsoka mulai pulang ke kampung asal. Dalam masa paceklik ekonomi, Pura Tegal Suci terabaikan. Ketika Pemerintah Daerah Tingkat I Bali menata kembali Kawasan Suci Pura Agung Besakih pascagempa 1963 dan seterusnya, Pura Tegal Suci tetap saja terabaikan, karena lokasinya memang lumayan jauh, “terpencil” di sebelah tenggara Pura Panataran Agung Besakih. Para pemimpin formal dan pemimpin nonformal Bali, termasuk pamucuk-pamucuk di Desa Adat Besakih pun, lupa, melupakan, atau tidak tahu tentang keberadaan Pura Tegal Suci linggih stana Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Maheswara/Mahesora dalam tatanan Padma Bhuwana Kembang-Kuncup di Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Yang mengetahui keberadaan Pura Tegal Suci di Angsoka ini pun tidak menginformasikan kepada pihak yang berwenang untuk mengembalikan Besakih ke dalam tatanan sepatutnya. Krama Adat Angsoka dan Batang yang rata-rata masih polos, tampak kimud menyuarakan perihal linggih stana Hyang Maheswara/Mahesora. </br>Kini, hampir 60 tahun Pura Tegal Suci terabaikan dalam kesatuan tatanan ritus dan situs Padma Bhuwana Kembang-Kuncup Pura Agung Besakih. Padahal, dalam setiap ritus berskala besar di Pura Agung Besakih, sulinggih senantiasa menguncarkan puja stuti stawa Nawa Graha, mengundang Dewata Nawa Sangga [Dewata dari sembilan penjuru arah] untuk menurunkan Tirta Nawa Ratna sebagai tirta utama. Namun, dalam aspek situs Pura Tegal Suci di Angsoka sebagai stana Hyang Maheswara tidak katuur dan/atau katuran apa pun secara Sakala. Ada yang kurang jangkep, tentu, dalam konteks tatanan kehidupan masyarakat Bali yang sangat mengedepankan prinsip Niskala-Sakala. </br>Hangayubagia, ada sejumlah Krama Adat Angsoka dan Batang yang terpanggil untuk ngaturang ayah dan mapunia sakasidan secara perseorangan. Kumpulan Krama ini sebagai Sekaa Demen, kelompok sukarelawan, mencoba berswadaya nangiang mawali linggih stana Ida Bhatara Sasuhunan di Pura Tegal Suci, sejak 5 tahun terakhir. Didukung oleh Krama Bali yang mendapat tuntunan, panggilan, dan/atau petunjuk dari luar Besakih agar ngélingin linggih stana Ida Bhatara Sasuhunan di Pura Tegal Suci, Sekaa Demen ini pun mampu membeli lahan seluas ± 14 are untuk tegak linggih Pura Tegal Suci. Meskipun masih dalam kondisi yang sangat sederhana—tinimbang palebahan Pura lain di Kawasan Suci Pura Agung Besakih yang difasilitasi resmi lewat APBD—secara Sakala terwujudlah kini Pura Tegal Suci – Pagenian di wewidangan Banjar Adat Angsoka. Jajaran kemiri palinggih utama yang ada, antara lain: Padmasana, gedong simpen, gedong masari mascatu, sapta patala. Adapun palinggih pagenian atau pasucian berupa tungku pembakaran (dalam bahasa Bali: jalikan) sebagai ciri khas Pura Tegal Suci yang merupakan Lingga Stana Hyang Maheswara, sampai kini masih berupa turus lumbung. </br></br>Pujawali atau piodalan di Pura Tegal Suci – Pagenian dilaksanakan setiap Sukra Paing, wuku Gumbreg, bersamaan dengan pujawali Pura Beji di Banjar Batang. Berlangsung hanya satu malam, langsung masineb. Biaya pujawali setiap 210 hari sekali (6 bulan kalender Pawukon Bali) dikumpulkan dari aturan punia atau sumbangan sukarela di antara Sekaa Demen serta Krama Bali lain yang terpanggil untuk ngaturang bhakti sakasidan.</br></br>Dumugi, Sameton dan Sahabat, berkesempatan ngaturang rasa suksmaning manah, rasa hangayubagia ke Pura Tegal Suci - Pagenian di Angsoka, Besakih ini: menyadari anugerah sang Maha Penghidup Kehidupan berupa Napas, Paru-paru, Dapur Suci Diri ini. Bila "tangkil" ke Pura Tegal Suci Pagenian ini, sempatkanlah terlebih dahulu tangkil dan malukat di Pura Beji Giri Tolangkir di Banjar Batang, sekitar 200 meter di sebelah selatan Banjar Angsoka, di sisi timur jalan. Untuk menuju ke lokasi Pura Tegal Suci - Pagenian ini, Sameton dan Sahabat bisa ketik di google maps: Pura Tegal Suci Pagenian, Angsoka, Besakih, Karangasem. Rahayu sareng sami. </br>Besakih, Saniscara Pon, Matal, 22.01.2022</br>@ I Ketut Sumartaa Pon, Matal, 22.01.2022 @ I Ketut Sumarta)
    • Pura Andakasa  + (Pura ini berada di Desa Adat Angantelu, KePura ini berada di Desa Adat Angantelu, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Dari Denpasar, pura ini dapat dicapai dengan jarak sekitar 60 km - arah ke timur, atau 20 km di timur kota Semarapura - ibu kota Kabupaten Klungkung. Sebuah prasasti terdapat di Pura Panyimpenan Pura Luhur Andakasa, namun tidak tertulis pada prasasti itu keberadaan pura ini. Seperti dikemukakan dalam berbagai lontar, Pura Luhur Andakasa berstatus sebagai salah satu Kahyangan Jagat, juga Sad Kahyangan. satu Kahyangan Jagat, juga Sad Kahyangan.)
    • Eks. Pelabuhan Buleleng  + (Sejarahnya, pada masa kejayaan atau ketikaSejarahnya, pada masa kejayaan atau ketika masih difungsikan EX Pelabuhan Buleleng digunakan sebagai tempat bongkar muatan barang sekaligus tempat persinggahan kapal pesiar asing. Tempat ini juga saksi bisu akan sejarah perjuangan rakyat Bali disaat berjuang melawan sengitnya penjajahan bangsa Belanda.</br></br>Di kawasan Ex Pelabuhan Buleleng dibangun sebuah monumen dengan nama Yudha Mandala yang dimaksutkan untuk mengenang peristiwa tersebut. Monumen tersebuat berbentuk sebuah tugu yang berupa laskar rakyat dengan memegang bendera merah putih, bertelanjang dada yang mana tangan tangan menunjuk ke arah laut. mana tangan tangan menunjuk ke arah laut.)
    • Taman Nusa  + (Taman Nusa Bali berdiri di atas lahan seluTaman Nusa Bali berdiri di atas lahan seluas 15 hektar di jalan Taman Bali, Banjar Blahpane Kelod, Desa Sidan, Kabupaten Gianyar – sekitar 30 km arah timur laut kota Denpasar. Taman Nusa merupakan taman wisata budaya yang memberikan pengetahuan menyeluruh tentang budaya dari berbagai etnis Indonesia dalam suasana alam pulau Bali. Taman Nusa menyuguhkan panorama perjalanan waktu bangsa Indonesia yang dimulai dari masa prasejarah dengan alamnya yang tua dan primitif, jaman perunggu dan masa kerajaan dengan salah satu mahakaryanya yang berbentuk Candi Borobudur. Taman Nusa juga menampikan keanekaragaman budaya dari beragam kelompok etnis di Indonesia dengan suasana kehidupan kampung yang sederhana dan menyaksikan berbagai keterampilan serta pertunjukkan seni tradisional di kawasan kampung budaya. Tidak hanya itu, Tama Nusa juga menggambarkan tentang masa awal Indonesia pada era kemerdekaan, di mana terdapat figure Bapak Proklamator Soekarno dan Hatta dengan latar belakang teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya sampai diharapan masa depan Indonesia, di mana terdapat perpustakaan dan dua museum yang menampilkan berbagai warisan budaya Indonesia seperti: wayang, batik, tenunan dan sulaman.</br> Selain itu, Taman Nusa menyuguhkan pemandangan alam pegunungan Gianyar di Bali yang berpadu dengan arsitektur Indonesia yang tidak hanya satu bentuk, tetapi dari berbagai daerah yang mempunyai identitas khas dari satu masa ke masa lain. Mulai dari adat vernacular kuno, masa Hindu dan Budha, kemudian arsitektur islam dan arsitektur colonial atau gaya Hindia. Ke semuanya membentuk alam surgawi yang mengagumkan dan menjadi saksi bahwa lingkungan alam bisa dipertahankan. Misi Taman Nusa adalah untuk menjadikan taman budaya sebagai sarana pelestarian, rekreasi dan didaktika bagi para pengunjung, baik lokal maupun mancanegara untuk lebih memahami budaya Indonesia dengan cara yang menarik dan interaktif.</br>http://www.taman-nusa.com dan interaktif. http://www.taman-nusa.com)
    • Taman Laut Pemuteran  + (Wisata Bahari Pemuteran terletak di desa PWisata Bahari Pemuteran terletak di desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali Utara atau sekitar 56 km arah barat kota Singaraja merupakan daerah wisata diantara gugusan perbukitan serta hamparan laut utara Bali sehingga membuat daerah ini indah, tenang, jauh dan dari keramaian.</br>Wilayah desa Pemuteran terkenal sebagai kawasan dengan konservasi laut untuk proyek terumbu karang artifisal “Biorock” yang terbesar di dunia. Beberapa yayasan beserta masyarakat setempat yang bergerak secara aktif dalam mengelola usaha pelestarian terumbu karang. Selain terumbu karang, posisi Desa Pemuteran terletak di pesisir Barat Pulau Bali membuat daerah wisata itu memiliki posisi yang sangat strategis.</br>Wisata Bahari Pemuteran menyuguhkan taman bawah laut kelas dunia di Pulau Menjangan yang ditempuh sekitar 15 menit dari Pemuteran dengan perahu sewaan. Kegiatan diving dan snorkeling menjadi andalan wisata di sini dengan suguhan taman bawah laut kelas dunia di Pulau Menjangan. Banyak gua besar serta kecil di lokasi bawah laut tersebut dapat ditemui keanekaragaman terumbu karang dalam berbagai tipe dan warna serta biota laut yang lain.</br>Ada yang menarik bagi penyelam yaitu pemandangan Pura (Candi) di tengah laut. Pura bawah laut menjadikan keindahan bawah laut yang unik dan elok dipandang mata. Untuk bisa ke Pura bawah laut itu, wisatawan dapat menyewa perahu untuk menuju lokasi . Setelah sampai di lokasi tersebut, kedalamannya hanya sekitar 30-40 meter sehingga sangat tepat dinikmati dengan menyelam.ga sangat tepat dinikmati dengan menyelam.)
    • Tempat Melukat di Badung  + (Lokasinya tempat penglukatan ini di areal Lokasinya tempat penglukatan ini di areal Pura Taman Mumbul Sangeh, kalau dari arah Denpasar sekitar 100 meter sebelum objek wisata Sangeh dan belok kanan. Tempat atau genah melukat ini dipercaya menetralisir berbagai kekuatan jahat yang ada dalam tubuh manusia, baik itu karena pengaruh mistis orang lain ataupun karena sifat pribadi yang secara alami dimiliki oleh manusia. Seperti namanya terdapat 11 buah pancoran dalam sebuah areal permandian.ah pancoran dalam sebuah areal permandian.)
    • Tempat Melukat di Badung  + (Memiliki 11 buah pancuran (pancoran solas)Memiliki 11 buah pancuran (pancoran solas) tingginya masing-masing sekitar 1 meter yang aliran airnya keluar dari pancuran berbentuk mulut naga, 6 buah pancuran menghadap ke arah Selatan dan 5 buah pancuran menghadap ke arah Barat. Pura Beji Saraswati terletak di Banjar Babakan, Desa adat Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Jika hendak melakukan pemujaan dan melukat setidaknya membawa dua buah pejati dan sejumlah canang sari. Pertama membersihkan diri di jaba pura dekat aliran sungai, di sini terdapat dua buah pancuran, selanjutnya menuju ke madya mandala untuk melakukan persembahyangan dan melakukan penglukatan di Pancoran Solas (11 pancuran) Beji Saraswati. Persembahyangan terakhir di utama mandala pura.mbahyangan terakhir di utama mandala pura.)
    • Pura Goa Raja  + (Pura Goa Raja, yang terletak di Desa TajunPura Goa Raja, yang terletak di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Pura yang berada di kedalaman 177 meter, tepatnya di dasar jurang dijaga oleh tiga ekor Naga, yakni Naga Basuki, Naga Taksaka dan Naga Ananta Bhoga. Dengan menyusuri jalan menuju arah Desa Bayad, Pura ini terletak di sebelah timur Pura Bukit Sinunggal. Pemedek yang nangkil harus menuruni ribuan anak tangga dengan kedalaman 177 meter dari jalan raya. Sebelum dilukat, para pemedek terlebih dahulu menghaturkan banten pejati atau canang sari yang dibawa. Namun sebelum persembahyangan dimulai, para pemedek wajib dilukat terlebih dahulu dengan menggunakan sumber air di dalam goa. Sehingga setelah bersih, barulah bisa melakukan persembahyangan di depan areal Pura Goa Raja.</br>Selesai melukat di Pura Goa Raja bisa sekalian melakukan persembahyangan di Pura Dasar Bhuana (Pura Siwa Budha). Setelahnya mendaki sekitar 20 menit menuju Pura Bukit Sinunggal.itar 20 menit menuju Pura Bukit Sinunggal.)
    • Pura Goa Peteng Alam  + (Tempat melukat yang terletak di Jimbaran BTempat melukat yang terletak di Jimbaran Bali ini dikenal dengan nama Pura Tunjung Mekar atau Goa Peteng Alam, seperti namanya untuk menuju tempat melukat memasuki sebuah goa menuruni puluhan anak tangga untuk menuju dasar goa, sehingga tempat tersebut memang benar-benar gelap, walaupun anda datang pada siang hari, sehingga lampu penerangan wajib anda bawa. Di balik pura ini terdapat dua goa. Pertama goa yang menuju arah utara dengan kedalaman 250 meter. Kedua adalah goa yang menuju arah selatan dengan kedalaman 300 meter. Sedangkan yang digunakan untuk melukat hanya goa yang menuju arah utara. </br>Melukat (meruwat) di Pura Goa Peteng sendiri dipecaya dan diyakini warga bisa menyembuhkan penyakit atau hal-hal negatif pada tubuh manusia. Urutan melaksanakan panglukatan di Pura Goa Peteng Tunjung Mekar dimulai dari menghaturkan canang di pererepan suci pemangku yang berada di rumahnya. Selanjutnya menuju pura untuk melaksanakan matur piuning. Setelah itu dilanjutkan dengan melukat di Goa yang berada di arah utara dengan terlebih dahulu menghaturkan canang dan mengucap keinginan serta harapan.nang dan mengucap keinginan serta harapan.)