Property:Biography text id

From BASAbaliWiki
Showing 500 pages using this property.
"
" KEMACETAN YANG TERJADI DI BALI " OM SWASTIASTU Yang saya Hormati Pemerintah Bali dan yang saya cintai teman-teman yang berbahagia. Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberika Asung Kertawaranya kepada kita semua sehingga kita dapat berkumpul ditempat ini.Sebelum saya menyampaikan pidato ini, terlebih dahulu saya ingin mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato harapan saya kepada pemerintah Bali yang berjudul "KEMACETAN YANG TERJADI DI BALI". Kemacetan lalu lintas timbul karena volume kendaraan bermotor tidak sebanding dengan volume jalan. Jumlah kendaraan bermotor dan bermobil bertambah setiap harinya.Akibatnya,mobil-mobil,transportasi umum dan sepeda motor bertumpuk dijalanan,Kemacetan lalu lintas pun terjadi.Kemacetan juga dapat memperlambat kinerja dari masyarakat yang terjebak macet.Para pekerja akan terlambat tiba ditempat kerja dan para pelajar akan terlambat tiba disekolah.Hal ini terutama terjadi kepada masyarakat yang memilih menggunakan transportasi pribadi dari pada transportasi umum. Kemacetan lalu lintas terjadi karena terlalu banyak penduduk yang menggunakan kendaraan bermotor atau bermobil dan juga karena banyaknya pengguna jalan yang belum tertib mematuhi peraturan lalu lintas. Pada kesempatan ini saya ingin mengajak kalian untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Bali.Kalau kita tidak dapat mengatasinya,paling tidak kita bisa mengurangi kemacetan lalu lintas di Bali. Ada 2 hal utama yang dapat kita lakukan untuk mengurangi kemacetan. Pertama,menggunakan transportasi umum jangan menggunakan kendaraan pribadi,penggunaan transportasi umum dapat mengurangi volume kendaraan dijalan raya. Pada akhirnya,kemacetan lalu lintas pun akan berkurang. Kedua,membiasakan untuk berjalan kaki jika jarak tempuh tidak terlalu jauh. Cara ini sederhana tetapi memang sulit untuk dilakukan. Padahal berjalan kaki itu menyehatkan,dan dengan berjalan kaki kita sudah ikut serta mengurangi kemacetan di Bali. Saya yakin dengan melakukan 2 tindakan tersebut kemacetan lalu lintas di Bali dapat berkurang. Akan tetapi, Pemerintah Bali diharapkan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan terhadap transportasi umum. Saya yakin,jika transportasi umum aman dan nyaman,penumpangnya pun akan lebih banyak. Akhirnya,jumlah penguna transportasi pribadi akan berkurang dengan sendirinya. Hanya ini yang bisa saya sampaikan,semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Mohon maaf jika ada salah kata dan tindakan. Atas perhatiannya saya mengucapkan Terima kasih. OM,SHANTIH,SHANTIH,SHANTIH,OM  
Di Kota Denpasar yang merupakan ibu kota, pusat pemerintahan dan ekonomi Provinsi Bali, saya melihat bahwa banjir adalah masalah utama di kota ini. Tidak mengherankan jika seratus ton sampah diperoleh di Kota Denpasar setiap hari. Hal ini sangat berbahaya jika tidak diperhatikan, karena bisa membuat tempat yang rusak semakin parah. Akibatnya banyak masalah lain yang muncul di kota denpasar karena penyakit ini. Masalah ini tidak dapat diserahkan kepada pemerintah saja, tetapi peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kebutaan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya masalah kebutaan. Sebagai siswa, bahkan di bangku SMA saya masih diajarkan oleh guru untuk selalu peduli terhadap lingkungan melalui program P5 yang dilaksanakan di sekolah. Melalui program ini saya berpikir bahwa masalah bodoh ini dapat diselesaikan dengan budidaya Magot. "Budaya Daya Maggot Untuk Mengatasi Masalah kutu di Kota Denpasar" Pemerintah Kota telah membantu mengatasi masalah kutu ini dengan teknologi canggih, dari setiap warga dapat membantu pemerintah dalam masalah kutu ini dengan budidaya maggot karena karena budidaya maggot ini dapat memecah sampah organik menjadi pupuk atau di Bali sering disebut nyanyad. Maggot berasal dari lalat Black Soldier Fly (BSF), budidaya hanya menggunakan kandang papan/kayu yang memiliki celah dan ditutup dengan kain, ruang kecil untuk menekan telur maggot dan Rak untuk tempat tumbuh maggot, dalam proses pertumbuhan maggot, ditempatkan di tempat yang terkena sinar matahari. Limbah organik seperti kulit kacang, sisa buah-buahan, dan rumput di kebun dapat ditempatkan di tempat ini. Magot untuk mengurai limbah organik atau kotoran menjadi pupuk atau pupuk. 1 Kg Maggot dapat menguraikan 4 Kg Limbah organik atau sampah setiap dua hari. Jika setiap warga kota memiliki 1 kg lemak maka tidak akan ada lagi sampah organik di kota ini. Sisa sampah plastik harus diserahkan kepada pemerintah yang memiliki peralatan canggih untuk mendaur ulang. Berikut ini adalah Manfaat Budidaya Maggot: 1. Mengurangi volume limbah di TPA karena limbah organik digunakan untuk pakan maggot 2. Buah maggot dapat digunakan sebagai pakan ternak yang mengandung protein tinggi karena maggot mengkonsumsi limbah organik seperti sayuran dan buah-buahan 3. Maggot yang dapat membuang limbah akan menghasilkan Kasgot (Residu Maggot) yang dapat dijadikan pupuk organik Budidaya maggot ini sangat menguntungkan bagi lingkungan dan para pengasuh maggot, karena selain dapat menanam sampah organik, pupuk dan bekas maggot dapat digunakan atau dijual dengan harga yang lebih tinggi, dapat dikatakan bahwa budidaya maggot lebih mudah dan memiliki nilai fungsional yang lebih tinggi.  
Om Swastyastu Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Pertama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Ida Sabg Hyang Widhi Wasa karena telah memberikan banyak sekali limpahan rahmat dan juga kesempatan bagi kita semua, sehingga kita dapat berkumpul di acara yang berbahagia ini. Dalam kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan orasi yang cukup singkat tentang tanggap berpariwisata. Karena pada dasarnya pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi dan menghibur dini. Kita semua sudah tau bahawa pulau bali adalah pulau seribu pulau, yang terkenal di mancan negara karena keindahan flora faunanya. Tapi dibalik semua itu ada masalah yang harus dicarikan solusi oleh pemerintah kedepannya terkait dengan wisatawan yang datang ke tempat wisata dikawasan tempat suci yang semena-mena. Seperti banyak wisatawan berpoto di pura dengan menaiki pelinggih pura, tidak tanggap terhadap kebudayaan Bali, penistaan budaya Bali sepeti berbuat zinah di kawasan tempat suci, Ugal ugalan di jalan, tidak mamakai helm, mengubah plat motor dan menyembunyikan Visa identitasnya agar ia dapat bekerja di Bali. Dan tidak heran lagi keberadaan wisatawan itu membuat masyarakat lokal terganggu. Itu menjadi masalah serius yang harus ditangani para pemimpin kedepannya, menegakkan aturan aturan berpariwisata ke bali. Lebih mempertimabangkan wisatawan yang bekerja di Bali, karena masyarakat lokal masih banyak sekali yang saya ketahui pengangguran, mungkin dengan adanya aturan aturan bijak tersebut bisa membantu masyarkat lokal agar mendapatkan pekerjaan dan lebih mempertimbangkan wisatawan yang membuka lapangan pekerjaan di bali sedangkan ia bukan wni  +
Pemimpin yang akan datang di Bali harus segera menangani masalah lingkungan dan pariwisata sebagai prioritas utama. Pulau-pulau ini mengalami dampak negatif dari pertumbuhan pariwisata yang tidak terkendali, seperti kerusakan lingkungan, kepadatan penduduk, dan ketidakseimbangan ekonomi. Peningkatan sampah plastik dan kerusakan terumbu karang merupakan ancaman serius bagi kelestarian lingkungan. Selain itu, pandemi COVID-19 telah menghancurkan industri pariwisata, yang merupakan tulang punggung ekonomi Bali. Calon pemimpin harus merencanakan kebijakan yang akan memulihkan ekonomi, mendiversifikasi sumber pendapatan, dan memperkuat infrastruktur kesehatan. Menangani masalah pekerjaan dan pendidikan juga penting untuk memperkuat keterlibatan masyarakat lokal. Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, para pemimpin harus melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat lokal, bisnis, dan pemerintah pusat. Sebuah visi jangka panjang yang berfokus pada pengembangan berkelanjutan dan pelestarian budaya Bali diperlukan untuk menciptakan masa depan yang gemilang bagi semua pihak. Selanjutnya, masalah kondisi tenaga kerja dan distribusi pendapatan harus diperhatikan. Para pemimpin harus merancang strategi untuk meningkatkan keterampilan pekerja lokal mereka, menyediakan lapangan kerja, dan memastikan distribusi pendapatan ekonomi. Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, dibutuhkan kepemimpinan yang ambisius dan penuh dedikasi. Pemimpin Indonesia masa depan harus memiliki komitmen yang kuat terhadap pembangunan berkelanjutan, keadilan sosial, dan pelestarian budaya. Hanya dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, Bali dapat berkembang secara berkelanjutan sambil mempertahankan keunikan dan keindahan alam dan budayanya.  +
"Infrastruktur Jalan Dan Penerangan Yang Rusak Di Bali" Pada kesempatan kali ini saya akan membahas pentingnya pengembangan infrastruktur jalan dan lampu di pulau indah ini Bali. Infrastruktur jalan yang baik adalah tulang punggung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pariwisata di Bali pengembangan umum jalan yang efisien dan aman menjadi suatu keharusan. Kami berkomitmen untuk merencanakan dan melaksanakan proyek jalan yang tidak hanya memperlancar arus transportasi tetapi juga memperhatikan kesejahteraan lingkungan. Selain itu,pencahayaan jalan yang memadai merupakan langkah penting untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan warga serta wisatawan. Dengan penerangan yang baik kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung. Kita berbicara bukan hanya tentang jalan dan lampu, tetapi tentang pondasi kehidupan yang lebih baik. Infrastruktur yang kokoh mencerminkan komitmen kita terhadap kesejahteraan bersama. Pemerintah hendaknya memberikan perhatian serius terhadap masalah ini, agar setiap langkah kita dijalani dengan aman, nyaman dan penuh harapan. Sekian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila ada salah kata. Akhir kata saya ucapkan Terimakasih.  +
Bali terkenal akan pariwisata bertajuk religinya yang sangat kental. Namun di kala pandemi Covid-19 menyerang, menyebabkan semua aspek pendukung ekonomi masyarakat khususnya pada bidang pariwisata mengalami mati suri. Bukan hanya Indonesia, namun juga hal serupa dialami oleh seluruh negara di dunia. Sebagai generasi penerus bangsa, sebaiknya kita tidak hanya berani untuk mengkritik namun juga berani untuk berinovasi guna menciptakan suatu kolaborasi yang dapat membangkitkan kiprah pariwisata Bali seperti sedia kala. Dunia yang sudah serba digital, membuat kita harus berupaya dapat berjalan seirama dengan pariwisata budaya maupun teknologi. Maka daripada itu, solusi yang dapat diciptakan yakni website bernama 'Mai Melali' dengan pemanfaatan VR (Virtual Reality) yang mengangkat tema revitalisasi pariwisata Bali bertajuk digital. VR ini dikonsepkan untuk dinikmati khususnya bagi para wisatawan yang sudah merindukan Bali sejak terakhir kali ia mengunjungi Pulau Dewata ini. Disamping itu juga, pada pemanfaatan VR ini akan menggunakan beberapa destinasi wisata contohnya seperti Pantai Kuta, Sangeh Monkey Forest, Tegenungan Waterfall, maupun destinasi wisata religi seperti Tirta Empul. Dengan membawakan Bali keluar, diharapkan timbul rasa rindu terhadap Pulau Dewata yang nantinya akan membuat rasa ingin mengunjungi bali lebih bergejolak. Terpacu dengan sektor pariwisata saja dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Disamping dapat menguntungkan karena Bali memiliki potensi yang besar, namun juga dapat merugikan karena pada saat pandemi sekarang, seluruh aspek kehidupan menjadi melemah. Dengan hadirnya Mai Melali, diharapkan seluruh penikmat destinasi pariwisata Bali dapat merasakan atmosfer yang dulu sempat dirasakan namun terpaksa meninggalkan sejenak karena pandemi Covid-19. Dengan bantuan teknologi VR (Virtual Reality) membuat kita lebih mudah untuk berkolaborasi dengan globalisasi saat ini. Maka daripada itu, mari wujudkan pariwisata Bali yang bertajuk teknologi, guna membangkitkan dan merevitalisasi pariwisata dan ekonomi penduduk Bali. Karena kami yakin, Bali Akan Kembali.  
Saudara-saudara yang saya cintai, Pemilihan umum adalah saat di mana kita sebagai warga negara memiliki kekuatan untuk membentuk masa depan kami. Bali, tanah air kita yang kita cintai, menghadapi sejumlah masalah yang memerlukan perhatian mendesak dari calon pemimpin kita. Saat kita bersiap untuk memilih pemimpin baru, perlu bagi kita untuk mempertimbangkan masalah yang benar-benar mendesak dan memerlukan solusi yang tepat. Di antara berbagai masalah yang terjadi, beberapa hal yang menonjol dan perlu segera diatasi oleh calon pemimpin Bali adalah: Pertama, lingkungan dan keberlanjutan. Bali, dengan keindahan alamnya, menghadapi tekanan besar akibat pertumbuhan yang cepat. Konservasi lingkungan dan perlindungan sumber daya alam sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada pulau ini. Calon pemimpin harus memiliki visi yang jelas untuk mempertahankan keindahan alam Bali sambil juga mengelola pertumbuhan yang berkelanjutan. Kedua, infrastruktur yang memadai. Meskipun Bali telah menjadi destinasi wisata yang populer, namun masih ada kebutuhan akan infrastruktur yang lebih baik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kegiatan sehari-hari masyarakat. Pemimpin yang efektif harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang memadai tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan. Ketiga, kesejahteraan sosial. Ada ketimpangan yang perlu diatasi di Bali. Peningkatan akses pendidikan, perhatian terhadap kesehatan masyarakat, serta peningkatan kesempatan kerja dan upah yang layak perlu menjadi fokus utama bagi calon pemimpin. Kesejahteraan sosial yang merata akan menjadi pondasi yang kuat bagi kemajuan Bali ke depan. Keempat, transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Penting bagi pemimpin untuk membangun pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Masyarakat harus memiliki kepercayaan penuh pada pemimpin mereka dan merasa didengar dalam proses pengambilan keputusan. Saudara-saudara, pemilu ini bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang memilih pemimpin yang memiliki visi yang jelas, komitmen yang kuat, dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang mendesak. Mari kita pilih pemimpin yang dapat memimpin Bali menuju masa depan yang lebih baik, yang adil dan berkelanjutan bagi kita semua. Terima kasih.  
Om Swastyastu. Dalam mengelola sampah ini, panitia Tim Basa Bali dan kita semua menghaturkan penghormatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sampah ini berdampak pada bumi kita dan telah menjadi beban bersama bagi umat manusia. Peraturan yang ditulis pada tahun 1975 mengenai pelestarian, penulisan, dan pengembangan aksara Bali telah ada, namun tidak selalu diikuti. Pengelolaan sampah seharusnya bukan hanya ritual, melainkan benang merah dalam hidup kita. Sampah ini berbahaya, dan kita, sebagai masyarakat, seharusnya menjadi warga yang suci yang tidak secara langsung berkontribusi pada pencemaran lingkungan kita. Sampah yang terus meningkat ini memengaruhi lingkungan Bali. Namun demikian, kita harus terus hidup berdampingan dengan alam dan menjalankan tanggung jawab kita. Kita perlu segera mengubah kebiasaan dalam pembuangan sampah ini. Lebih dari itu, kita harus memberikan dukungan kepada sesama Bali dan memainkan peran kita sebagai warga yang bertanggung jawab. Ketakutan besar meliputi sektor pariwisata, stabilitas ekonomi, dan reputasi global kita. Bersama-sama, mari bersatu, bersikap rendah hati, dan bekerja secara kolektif dalam mengelola sampah ini. Terima kasih. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om.  +
Sebenarnya menjadi pemimpin di parlemen sangatlah sulit, karena harus melindungi para budak dan selalu berpegang teguh pada janji-janji politik selama kampanye. Saat ini adalah. musim bagi para calon partai politik untuk bergelut dan berkampanye. Hal ini dilambangkan dengan para peziarah yang menjuntai spanduk di sepanjang trotoar dan catus pata, yang bertujuan agar semua orang dapat melihat diri mereka sebagai PEMILU. Dia sendiri juga mempertimbangkan semua hal ini dengan visi dan misi jika dia dipilih oleh partai rakyat. Jika dilihat maka sebenarnya hanya ada wakil rakyat yang menjalankan program dan memenuhi janji-janji politiknya dan ada juga yang lupa pada janjinya seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Sebagai bukti bahwa saya yang berada di Bali utara merasa menjadi korban janji politik, janji untuk membangun bandara agar perekonomian di Bali stabil tetapi sampai saat ini semua itu hanya wacana yang mengembara selama musim kampanye. Nah itu yang saya rasakan sendiri, mungkin para wakil rakyat memiliki pertimbangan lain yang mungkin bandara belum direalisasikan hingga saat ini, hanya saja menjadi wakil rakyat sangat sulit dalam mengambil keputusan karena banyak. pertimbangan dan pekerjaan yang harus dilakukan. Kami sebagai rakyat hanya. meminta kepada bapak-bapak dan ibu- ibu yang sedang bersalin untuk tidak memutuskan janji yang kondisinya sulit untuk direalisasikan agar budak atau rakyat tidak tersinggung oleh janji. Hanya saja, jika ada kesalahan, maafkan aku. Memang menjadi pemimpin sebagai wakil rakyat memang sulit, karena sebagai wakil rakyat harus selalu melindungi rakyat dan harus ingat dengan janji-janji politiknya selama masa kampanye. Sekarang adalah musim pencalonan wakil rakyat dan masa kampanye. Hal ini ditandai dengan banyaknya para caleg yang memasang baliho menghadap trotoar dan catus kematian.  +
"Om swastiastu " Kepada pembawa acara terimakasih atas waktu yang di berikan kepada saya .Para juri yang saya hormati, para penonton yang saya banggakan dan peserta lomba orasi basa bali yang saya sayangi .Judul karya saya " Peduli dengan Sampah Plastik Supaya Lingkungan Bersih". Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sanghyang Widhi Wasa dapat berkumpul dalam keadaan sehat di hari ini. Bumi yang sekarang banyak sekali masalah terhadap sampah plastik yang bisa mengakibatkan bahaya besar di bumi. Pada hadirin sekalian sampah plastik merupakan bahaya besar ketika kita tidak memperhatikan lingkungan sekitar dan bisa memberi bencana di masa depan. Lalu siapa yang akan ingat? Bukan hanya diri sendiri kita semua baik para siswa remaja orang tua semua yang hidup di bumi termasuk Bali yang terkenal dengan keindahan alamnya, patut peduli dengan keberadaan sampah plastik itu ini merupakan perilaku yang meliputi para remaja sebagai pemeran utama. Ingat, kerjaan para remaja tidak cuma berhias dan melakukan selfie di tempat yang Asri saja, tetapi sampah di depannya tidak ada yang memperhatikan itu menyebabkan bencana seperti longsor banjir polusi dan lainnya. Supaya kita tidak terkena bahaya kitab patut membuang sampah ke tempat sampah, tidak boleh membuang sampah di lingkungan sekitar seperti sungai,jalan,got, serta lainnya. Ayo kita tidak membuang sampah sembarangan supaya lingkungan sekitar tetap asri dan lestari !. Kita patut saling gotong royong bersama pemerintah dan semua masyarakat agar terciptanya lingkungan yang bersih terbebas dari sampah plastik. "Om Santhi,Santhi,Santhi Om"  +
Para hadirin yang kami hormati. Sebelum kami memulai orasi ini. Izinkan kami untuk memanjatkan puji syukur Kepada Ida Sang Hayang Widhi Wasa, karena atas karunianyalah kita dapat berkumpul pada hari yang berbahagia ini. Melalui panganjali umat Om swastyastu Hadirin yang kami hormati, orasi yang akan kami bawakan hari ini berjudul “Warga Negara Asing membuat meresahkan masyarakat bali”. Hadirin yang kami banggakan Akhir-akhir ini, wisatawan asing atau “bule” yang ada di Bali, menjadi sorotan publik karena berulah dan membuat masyarakat resah. Bukannya jera, WNA yang didapati melakukan berbagai pelanggaran di Bali justru malah melawan saat aparat kepolisian menindak lanjutinya. Tidak hanya satu pelanggaran namun banyak pelanggaran yang dilakukan oleh WNA seperti : 1. Pelanggaran Lalu Lintas yang Meningkat Data statistik mencatat peningkatan dramatis dalam pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh sejumlah WNA. Sikap kurang peduli terhadap aturan dan keselamatan di jalan raya bukan hanya mengancam masyarakat lokal tetapi juga menciptakan risiko yang signifikan bagi WNA sendiri. Peningkatan ini mencerminkan ketidakpatuhan yang meresahkan, yang menghendaki tindakan penegakan hukum yang lebih efektif dan kampanye penyadaran yang lebih intensif. 2. Masalah Imigrasi yang Merugikan Tingginya tingkat overstaying dan pelanggaran terhadap ketentuan imigrasi menciptakan beban serius pada sistem imigrasi. Dampak ekonomi dan sosial dari perilaku ini sangat nyata, dengan adanya sumber daya yang harus dialokasikan untuk menangani kasus-kasus ini. Peningkatan kontrol dan peningkatan tindakan penegakan imigrasi menjadi imperatif untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan yang ada dan menjaga integritas sistem imigrasi. 3. Pendirian Usaha Tanpa Izin yang Menyulitkan Angka pendirian usaha tanpa izin oleh sebagian WNA merugikan ekonomi lokal, menciptakan ketidaksetaraan yang tidak seimbang dalam persaingan bisnis. Masalah ini bukan hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga mengacu pada pertanyaan hak dan keadilan dalam bisnis. Evaluasi mendalam terhadap dampak ekonomi dan sosial dari praktik-praktik ini diperlukan untuk menentukan solusi yang dapat mengatasi masalah ini tanpa merugikan pihak-pihak yang patuh pada aturan. 4. Tidak Mematuhi Aturan Lingkungan Perilaku WNA yang tidak mematuhi aturan lingkungan menciptakan ancaman serius terhadap keberlanjutan ekologis di Bali. Kasus-kasus ini mencakup pembuangan sampah sembarangan, kerusakan tanaman lokal, dan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan. Evaluasi menyeluruh terhadap dampak jangka panjang dari kerusakan lingkungan ini perlu dilakukan untuk memahami implikasinya terhadap ekosistem dan kesejahteraan masyarakat lokal  
3
Terima kasih saya ucapkan kepada pembawa acara karena sudah memberikan kesempatan kepada saya. Baik para hadirin terlebih utama kepada panureksa yang saya hormati, para wantaka basa bali wiki yang saya hormati, dan para hadirin yang saya cintai.Om Swastiastu. Pertama-tama mari kita bersama-sama menghaturkan rasa bahagia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, berkat anugrahnya kita bisa berkumpul bersama-sama disini dalam rangka acara Wkithon Partisipasi Publik Bali Berorasi. Di kesempatan ini izinkan saya menghaturkan pidato yang sudah saya buat. Pemilu itu hanya sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan wakil presiden serta untuk memilih anggota DPRD, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Seperti yang terdapat pada UUD no. 7 tahun 2017tentang pemilihan umum, seluruh masyarakat bali memberikan suara merrka untuk mendukung calon pemimpin daerah bali. Calon pemimpin Bali yang baik adalah pemimpin yang mampu memimpin rakyat-rakyatnya menuju kesejahteraan. Calion pemimpin Bali harus mebndengarkan kelyuh kesah rakyatnya. Calon pemimpin bali harus dapat dengan baik menangani permasalahan yang ada di daerah Bali, antara lain: 1) pertumbuhan UMKM yang menurun, UMKM memegang peranan sangat penting di Bali terutama dalam penciptaabn lapangan kerja sehingga dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses mendorong laju pertumbuhan ekonomi. 2) pengendalian harga krebutuhan pokok, kebnaikan harga bahan pokok disebabkan adanya ekspektasi permintaan yang meningkat, penyebab utamanya dari rantai pasoknya, pasok pangan sepertii pertanian dinilai belum efisien. Jika tata niaga tersebut belum diatur dan dikendalikan dengan baik, seharusnya harga dan bahan piokok tetap stabil. 3) pembangunan infrastruktur umum, di daerah Bali masih terdapat fasilitas umum yang perlu diperhatikan dan diperbaiki. Salah satunya jalan raya, pada beberapa tempat yang masih memiliki jalan yang kurang baguus untuk dilewati. Terkadang banyak calon² pemimpin yang masih melupakan tugas-tugasnya akibatbnya permasalahan akan semakin banyak mempengaruhi faktor-faktor lainnya yang kurang baik sampai bisa menimbulkan Bencana bagi masyarakatnya. Seharusnya calon pemimpin bali bisa menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di masyatakat agar masyarakat bali hidup sejahtera. Baik maaf bila ada kesalahan ataupubn kekurangan saya tadi, saya meminta maaf saya tutup dengan. Parama shanti, "Om Shanti, Shanti, Shanti, Om"  
A
A A Ngurah Paramartha, lahir di Denpasar,14 Oktober 1974. Ia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1995 ia aktif menampilkan karya-karyanya dalam berbagai pameran bersama, seperti pameran “Kamasra” di Bali Cliff Resort Jimbaran (1996), “Colour Wheel” Indonesian artist di Galeri Lukisan Dublin Irlandia (2009), “Ulu-Teben”, kelompok MilitantArt di Bentara Budaya Denpasar (2015), dll. Pameran tunggalnya antara lain “Hasrat Rahasia” di Hide Out Fine Art Ubud (2003), “Eksplorasi kehidupan” di Ten Fine Art, Sanur (2011). Karya-karyanya cenderung figuratif dengan menampilkan sosok-sosok imajiner yang multitafsir.  +
Putra Arsana adalah dosen tetap pada Program Studi Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar.  +
Lahir di Klungkung 14 Februari 1957, menyelesaikan Sarjana Antropologi pada tahun 1982 di Universitas Udayana, menyelesaikan Magister di Universitas Indonesia pada tahun 1990, dan gelar Doktor di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2008. Menjadi dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana sejak tahun 1983 sampai sekarang. Pernah menjabat sebagai ketua jurusan antropologi tahun 1997-2000, sebagai ketua program studi S3 Agama dan Kebudayaan Universitas Hindu Indonesia tahun 2008-2011, sebagai sekretaris bidang pengabdian di Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Udayana tahun 2011-2015, sebagai Ketua Program Doktor (S3) Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dari tahun 2018 hingga 2022. Aktif mengikuti seminar dan menulis jurnal nasional dan internasional terakreditasi, dan telah menulis beberapa buku.  +
A.A. Rai Kalam, lahir di Klungkung, Bali, 24 September 1939. Ia adalah seniman drama gong legendaris. Di Bali, kesenian drama gong mulai dikenal pada era 1960-an, kemudian makin populer di era 1980-an. Rai Kalam pernah memerankan tokoh raja muda, namun namanya melambung berkat tokoh Patih Agung. Ia juga piawai memainkan peran Patih Anom. Hingga kini, perannya sebagai Patih Anom nyaris tak tergantikan. Selain pemain drama gong, ia juga seorang penulis lakon serta sutradara drama gong. Tahun 2016, ia membina drama gong duta Klungkung dalam Pesta Kesenian Bali. Ia juga ikut bermain dalam drama gong bertajuk "Sing Taen Nduk" di Bali TV. Rai Kalam adalah seorang maestro drama gong. Ia meninggal pada tanggal 20 Desember 2021.  +
A.A. Raka Sidan bernama asli A.A. Gede Raka Partana. Dia adalah seorang pencipta lagu dan penyanyi pop Bali kelahiran 27 Juni 1979. Dia menempuh pendidikan di UNHI Denpasar. Dia telah melahirkan sejumlah album, antara lain “Suud Memotoh” (2005), “Pada-pada Ngalih Makan” (2007), “Pak Boss” (2009), “Song Brerong” (2012), “Kenceng” (2015). Lagu-lagunya banyak mengandung pesan moral dan kritik sosial yang dibungkus dalam nuansa humor.  +
AG Pramono lahir di Negara, Bali, 23 Maret 1973. Mengawali keterlibatan teater dan seni sastra sejak tahun 1990. Pernah mendirikan Sanggar Susur Jembrana tahun 1991.Tulisan berupa cerpen, puisi serta artikel budaya dimuat di beberapa media. Sejumlah puisinya, terhimpun dalam buku antologi Puisi 19 ( tahun 1995), Kidung Kawijayan (1996), Detak (1997), Antologi Puisi Indonesia (KSI) Jakarta tahun 1997, Serambi Hening (1998) dan Cerita Pendek Berhenti di Rumahmu (2014).. Sejak tahun 1993 aktif di Bali Eksperimental Teater serta tahun 1998 ikut dalam Komunitas Kertas Budaya. Kini bekerja sebagai jurnalis di salah satu koran lokal di Bali dan sekarang tinggal di rumAh kecil Serambi Hening, Loloan Timur , Jembrana.  +
Bali terkenal dengan beragam budaya dan keindahan alamnya. Banyak sekali wisatawan asing yang berlomba-lomba ingin ke Bali. Banyak pula kebudayaan yang ingin diambil oleh wisatawan asing. Kita sebagai generasi penerus Bali hendaknya saling menjaga dan melestarikannya. Jadi saya harap pada calon pemimpin bali agar lebih sigap dan tegas dalam hal tersebut. Selain itu peraturan di daerah bali masih lemah mengenai pelecehan budaya yang di lakukan oleh oknum wisatawan.. Tindakan tegas ini juga harus diperhatikan oleh calon pemimpin bali agar menuju bali yang aman dan lestari. Bali harus kita jaga,Bali harus kita rawat,dan Bali harus kita lestarikan. Mengenai keindahan alamnya, tiada tanding karena luar biasa indahnya,maka dari itu kita sebagai penerus bangsa juga harus menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Calon pemimpin baliku,mari kita kembangkan,lestarikan,dan cintai budaya Bali ini karena Bali adalah aset masa depan bagi warga masyarakat Bali.  +
AS Kurnia, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 31 Juli 1960. Sejak 1990 ia bermukim di Bali. Beberapa kali pameran tunggal dan banyak terlibat dalam pameran bersama. Pernah meraih Penghargaan Pertama "Kompetisi Pelukis Muda Indonesia" tahun 1989 yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Alliance Francaise. Selain pameran bersama di dalam dan luar negeri, ia menggelar pameran tunggal di beberapa tempat. Pameran tunggalnya, antara lain Galeri Milenium, Jakarta, (2002), Bali 3000, Ubud, (2001), Genesha Gallery, Four Seasons Resort, Bali, (1996), Cemeti Contemporary Art Gallery, Yogyakarta, (1996), Balai Budaya, Jakarta, (1995), Gelar Seni Ulun Ubud, Bali, (1995), Kurnia Atelier, Ubud, (1993), Kurnia Modern Art Studio, Ubud, (1992), Cemeti Contemporary Art Gallery, Yogyakarta, (1991), Cemeti Contemporary Art Gallery, Yogyakarta, (1989). Pameran bersamanya, antara lain Festival Hujan, Bentara Budaya Bali, (2010), Indonesia – Asean Art Awards, Jakarta, (2003), Ilustrasi Cerpen Kompas 2002 Bentara Budaya Jakarta, The Gate : Pre-Discourse", Indonesia – China The 7th Nude Croquis Exhibitions, Seoul, Korea (2002), Jakarta Biennale 2006, Jakarta, Ilustrasi Cerpen Kompas 2007, Jakarta - Yogya - Surabaya – Bandung. YSRI - Philip Morris Indonesian Art Awards 1999, Jakarta, Indonesia, Group Exhibitions, Lorin & Kristy Fine Art Gallery in TRESORS, The International Fine Art Fair, Singapore (1998), dll. Selain melukis, ia juga menulis esai, artikel seni rupa yang dimuat di koran Jayakarta, Dharma, Kartika Minggu, Suara Merdeka, Jawa Pos, dan Tribun Bali. Ia meninggal di Bali pada 4 April 2023.  +
Abu Bakar, adalah seorang dramawan dan tokoh teater, kelahiran Kediri, Tabanan, Bali, 1 Januari 1944. Ayahnya berdarah Jawa dan ibunya asli Bali. Selain teater, dia juga menekuni sastra dan fotografi. Ada banyak naskah drama yang telah dia pentaskan dan sutradarai. Dia sempat mengunjungi beberapa negara untuk urusan berkesenian, antara lain, Perancis dan Amerika Serikat. Di Amerika, Abu mementaskan hasil kolaborasinya dengan seniman Ikranegara berupa pertunjukan teater “Berani-Beraninya Menunggu Godot” (1990). Dia juga menyutradarai pementasan “Kereta Kencana” dan “Indonesia Luka” (keduanya pada 2012) dan “Malam Jahanam” (2013). Dalam bidang sastra, selain dimuat di beberapa koran, karya-karyanya juga dibukukan dalam “Tuhanku Kupu-kupu”, “Amerika di Luar Jendela” dan “Kunang-Kunang”. Ia juga menulis naskah monolog berjudul “Wanita Batu” (2006) dan drama televisi “Komedi Hitam”, “Bali Menangis (2004), dan sebagainya. Abu adalah pendiri “Teater Poliklinik” dan “Teater Bumi”.  +
Achmad Obe Marzuki lahir di Jakarta, 30 Juli 1975. Ia menetap di Bali sejak tahun 2002 dan aktif berkesenian, di antaranya bermain teater, menulis puisi, membaca puisi, fotografi, dan melukis. Ia memperdalam keterampilan menulisnya melalui kursus kewartawanan di Planet Senen Jakarta Pusat pada tahun 1995. Tergabung dalam Wadah Teater Jakarta dan Lembaga Dongeng Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan (1995-1996). Membacakan puisi-puisinya dalam mimbar bebas panggung reformasi TIM 1998. Bergabung dengan Teater AGA (Anak Gudang Air) dan mendirikan Komunitas API (Anak Pasar Induk) pada tahun 2000. Mendirikan Pelangi Art Bengkel Handicraft 2001. Bersama Sanggar Poerbatjaraka ia terlibat dalam pementasan Layon (2008) dan Hong (2008) dalam Temu Teater Mahasiswa Nusantara VI di Surabaya. Kini ia bergabung dalam komunitas Jatijagat Kehidupan Puisi di Denpasar, Bali.  +
Adhy Ryadi lahir di Singaraja, 17 Januari 1960. Menyelesaikan studi Sarjana Hukum di Undiknas Denpasar. Menulis puisi sejak 1981 dan dimuat di Bali Post, Pikiran Rakyat, Berita Buana, Suara Indonesia, serta terhimpun dalam buku puisi “Hram” (1988). Dia pernah bekerja sebagai jurnalis di Bali Post. Dia meninggal pada tahun 1995.  +
Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres adalah seorang pelukis asal Belgia yang menetap di Bali dan menghibahkan rumahnya di Sanur sebagai museum. Dia lahir di Brusel, Belgia, 9 Februari 1880. Pelukis beraliran impresionis tersebut tiba di Bali tahun 1932 dan menyewa sebuah rumah di Banjar Kelandis, Denpasar. Di Kelandis pula dia berkenalan dengan Ni Nyoman Pollok, penari Legong yang berusia 15 tahun saat itu, dan kemudian menjadi model lukisan-lukisannya. Sejumlah karya Le Mayeur yang menggunakan Ni Pollok sebagai model dipamerkan di Singapura untuk pertama kalinya pada tahun 1933 dan terjual habis. Kemudian Le Mayeur membeli sebidang tanah di tepi Pantai Sanur yang dipakainya sebagai studio dan rumah. Di tempat itulah setiap hari Le Mayeur melukis dengan Ni Pollok sebagai model utamanya. Pada tahun 1935, Le Mayeur menikah dengan Ni Pollok. Tahun 1956, Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Bahder Djohan, berkunjung ke rumah Le Mayeur dan terpesona dengan karya-karya yang penuh kelembutan tersebut. Bahder kemudian menyarankan kepada Le Mayeur agar kelak rumahnya dipakai sebagai museum. Le Mayeur setuju dan bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan kualitas dan menambah koleksi lukisannya. Pada tanggal 28 Agustus 1957, Le Mayeur menandatangani testamen yang isinya Le Mayeur mewariskan semua miliknya termasuk tanah, rumah, dan seisinya kepada Ni Pollok sebagai hadiah. Di saat yang sama, Ni Pollok kemudian memindahkan semua yang diwarisi dari suaminya kepada Pemerintah Indonesia untuk digunakan sebagai museum. Pada tahun 1958, Le Mayeur menderita kanker telinga. Ditemani Ni Pollok dia berobat di Belgia. Dua bulan kemudian, tepatnya tanggal 31 Mei 1958, Le Mayeur meninggal dunia dalam usia 78 tahun dan dimakamkan di Brusel. Ni Pollok kemudian pulang ke Bali untuk merawat rumahnya hingga kematiannya pada tanggal 18 Juli 1985 dalam usia 68 tahun. Karya-karya Le Mayeur bisa dinikmati di Museum Le Mayeur yang berlokasi di tepi Pantai Sanur, Denpasar.  
Agoes Andika dilahirkan di Banjar Baleagung, Buleleng, 5 Maret 1963. Pada tahun 1981 menetap di Mataram, Lombok. Dia banyak belajar menulis pada Putu Arya Tirtawirya dan Umbu Landu Paranggi di Bali Post. Tahun 1985 berkesempatan diundang ke Taman Ismail Marzuki Jakarta dengan beberapa penyair Bali serta penyair tanah air lainnya membaca puisi. Karya puisi pernah dimuat di Bali Post, Karya Bhakti, Nusa Tenggara, Simponi, Swadesi, Nova, Berita Buana, Suara Karya, Suara Nusa, Horizon, dan beberapa buletin sastra di mataram, pontianak. Sekarang menetap di Singaraja.  +
Agung Bawantara lahir di Klungkung, 30 Januari 1968. Lulusan Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, NTB. Menulis puisi sejak 1980-an di Bali Post, Karya Bakti, Nova, Berita Buana, Swadesi, Media Indonesia, dll. Puisinya juga terkumpul dalam buku Sahayun (1994), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016). Dia adalah penggagas Denpasar Film Festival. Dia juga menulis cerpen, cerita anak, dongeng, dan novel.  +
Agung Wiyat S. Ardhi lahir di Puri Anyar Keramas Gianyar, pada 3 Februari 1946. Beliau menamatkan diri untuk gelar sarjana muda di ASTI dan sarjana Agama Hindu serta sempat menjadi guru di PR Saraswati Gianyar. Beliau juga sempat menjadi Kepala SPG Saraswati Gianyar, Kepala SMA Saraswati Gianyar, Anggota Madya Kabupaten Gianyar, Tim Penyeleksi Penerimaan Penghargaan Wija Kusuma Kabupaten Gianyar, Tim Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Gianyar, Tim Pembina Utama Dharma Gita Kabupatén Gianyar, dan Tim Pembina Nyastra Kabupatén Gianyar. Selain itu, beliau juga terkenal sebagai pemain/penari Drama Gong. Beliau mendapatkan hadiah Sastra Rancage tahun 2001 dengan karya yang berjudul “Gending Girang Sisi Pakerisan” dan atas jasanya dalam bidang sastra Bali Moderen tahun 2010. Pada tahun 2015 beliau kembali mendapatkan penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali atas karya sandiwara berbahasa Bali yang berjudul “Bogolan”.  +
Gus Teja merupakan seorang maestro alat musik tiup yaitu Suling dari sebuah desa kecil di dekat Ubud, Bali. Ia merupakan bungsu dari empat anak dari orang tuanya yaitu I Nyoman Kadjil dan Ni Wayan Darpini. Gus Teja mulai bermain suling ketika berada pada jenjang sekolah Dasar, namun ia banyak menghabiskan waktunya selama masa ini untuk berlatih gamelan (instrumen tradisional bali). Semakin tahun, ketertarikannya akan instrumen angin ini meningkat. hal ini memunculkan obsesinya untuk mempelajari semua yang berkaitan dengan instrumen udara dari seluruh dunia. Sejak masa kanak-kanak Gus Teja sangat bersemangat menjadi seorang pemain suling. Suling merupakan isntrumen dengan suara melodi yang mewakili suara kedamaian. Ia merasa bebas ketika memainkan sulit kapan saja bahkan sebagai media meditasi dalam pemujaan kepada Tuhan. Gus Teja selanjutnya menguji dirinya untuk berkarya instrumen baru sejalan dengan gairahnya terhadap suling. Mulai dari instrumen dari kayu yang dipangkas hingga suling dari bambu. Ia selalu bereksperimen dengan menciptakan kreasi musik baru dengan menggabungkannya dengan instrumen musik dari instrumen modern dengan nada tradisional. Setelah bertahun-tahun berlatih dan bersabar, Gus Teja akhirnya membentuk band musik dunia bernama Gus Teja World Music. Pekerjaan musik yang sudah diciptakan tidak hanya merepresentasikan ekspresi perasaannya dari dalam lubuk hati, namun juga mencerminkan perasaan damai, ketenangan dan ikatan kuat persaudaraan terlepas dari latar belakang budaya dari ras yang berbeda. Gus Teja mengatakan bahwa "Musik adalah universal.., bagaimanapun melalui musik mari kita bawa kedamaian dan cinta kepada dunia".  +
Agus Vrisaba adalah sastrawan kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 15 Mei 1941. Pada era 1970-an dia menetap di Bali dan bergaul dekat dengan banyak seniman Bali. Pada akhir 1980-an dia pindah ke Tawangmangu, Jawa Tengah. Dia meninggal pada 17 Februari 1992. Agus adalah penulis cerpen yang sangat produktif. Karya-karyanya diterbitkan oleh Kompas, Sinar Harapan. Belakangan juga di Suara Pembaharuan, Vista, Jawa Pos, Bali Post, Intisari, Surabaya Post, Suara Indonesia, Zaman, dan juga berbagai koran daerah lainnya. Penerbit Buku Kompas (PBK) berupaya menghadirkan kembali karya-karyanya dan menyuntingnya dalam sebuah buku kumpulan cerpen tunggalnya yang pertama berjudul “Dari Bui Sampai Nun” yang tahun 2004. Agus sendiri hingga akhir hayatnya belum sempat membukukan karya-karyanya. Hanya ada satu cerpennya yaitu “Sodom dan Gomorah” yang diikutsertakan dalam antologi “Dua Kelamin bagi Midin”, yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas tahun 2003.  +
Om Swastiastu, yang terhormat para audiens yang saya hormati hadirin sekalian sebelum memulai Mari kita panjatkan puja puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna berkat rahmat beliau kita semua bisa berkumpul dan melakukan orasi. Terkait masa masa pemilu dengan orasi ini saya ingin menyampaikan penting nya air bersih dalam mencegah stuting,ketiadaan akses air bersih ibarat anak mendapat asupan makanan bergizi dengan peralatan makan yang kotor, sehingga tidak ada penyerapan gizi di pencernaan.Ketiadaan akses air bersih juga membuat anak rentan terkena infeksi cacing. Mulanya cacing yang masuk ke dalam tubuh akan menyerap nutrisi pada tubuh anak, lalu membuat nafsu makannya menurun. Jika terus terjadi, kondisi ini akan menyebabkan anak mengalami malnutrisi dan menyebabkan pertumbuhan anak melambat, inilah yang mengakibatkan seseorang mengalami stunting , ingat prinsip kita dari rakyat untuk rakyat saya harap calon pemimpin nantinya dapat menangani stuting dengan melanjutkan program program yang ada sebelum nya dan meningkatkannya. Demikianlah orasi dari saya ,dengan ini saya tutup dengan parama santih,om santih santih santih om  +
"Ajak Wisatawan Lokal dan Nusantara, Bali Kembali Bangkit dari Pandemi Covid-19" Tak satupun masyarakat Bali (termasuk pebisnis, investor, dan pemerintah) yang menyangka akan berada pada situasi sulit pandemi covid-19. Bali yang biasanya tak henti mendatangkan pundi-pundi rupiah untuk menopang perekonomian masyarakatnya, kini sepi. Beberapa bulan setelah pandemi covid-19 mulai mereda, ramai di jagad sosial media tentang tagar #WorkFromBali. Bali, sebagai objek wisata paling populer di Indonesia, perlahan mulai bangkit dari keterpurukan pandemi covid-19. Kebanyakan masyarakat Indonesia menganggap Bali sebagai destinasi wisata elite, karena mayoritas pengunjung adalah turis mancanegara. Tidak jarang masyarakat Indonesia juga berpikir bahwa harga tiket masuk wisata dan harga makanan di tempat makannya pun tinggi (dengan standar turis mancanegara). Melihat situasi pandemi covid-19 yang masih tidak menentu, ada baiknya pemerintah Bali mulai bergerak untuk melakukan "Rebranding Bali" untuk wisatawan lokal dan nusantara. Karena wisatawan lokal dan nusantara, dirasa paling aman dan sustainable, untuk menjaga perekonomian di Bali tetap hidup dan berputar. Beberapa cara dapat pemerintah Bali lakukan untuk mengajak wisatawan lokal dan nusantara berkunjung ke Bali: 1. Memastikan bahwa Bali adalah tempat yang aman selama pandemi Covid-19, dengan memperlihatkan bahwa seluruh garda terdepan wisata Bali telah divaksin dan menjaga protokol kesehatan dengan baik; 2. Mengajak influencer untuk mengiklankan Bali. Tagar #WorkFromBali sepertinya sudah sangat baik dan powerfull untuk digaungkan kembali; 3. Melakukan penghitungan ulang harga tertinggi khusus untuk wisatawan lokal dan nusantara, seperti harga tiket masuk wisata, harga penginapan, harga makanan, dan sebagainya, dengan menyesuaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia. 4. Memberikan pengertian dan pelatihan bagi garda terdepan wisata Bali, untuk memperlakukan wisatawan lokal dan nusantara dengan cara yang sama dengan memperlakukan wisatawan asing. Semoga perekonomian Bali semakin membaik.  
Bali, pulau kecil yang sangat terkenal akan keindahan serta kekentalan budayanya. Setiap bulan ada 500.000 wisatawan mancanegara yang datang dari jauh untuk melihat kearifan lokal budaya Bali. Tapi sekarang? Bagaimana pemuda pemudi Bai? Tidak ada yang mau melanjutkan! Sawah yang luas ditanami kantor hingga tak ada lagi subak yang indah. Lihat, saat ini seberapa banyak masyarakat bali yang meninggalkan budayanya. Lihat, seberapa banyak masyarakat bali yang tidak bisa berbahasa bali? Menyama braya digantikan dengan jasa event organizer. Sulit mencari penerus penulis lontar dan kidung suci. Apakah budaya kita akan hilang ditelan zaman? Apa yang dapat dibuat? Apa yang dapat dilakukan untuk mendobrak hal ini? Lomba sudah banyak digarap, hadiah sudah banyak dikeluarkan. Namun kenyataannya masih sangat banyak yang masih tidak tertarik meneruskan budaya Bali. Ibu pertiwi menangis melihat taksu Bali musnah. Jika hal ini terus berlanjut, nama indah Bali di dunia akan perlahan memudar. Bali yang penuh budaya dan tradisi akan hilang. Apakah itu yang kita mau? Jangan mau jadi pemuda pemudi bali yang diam! Kembalikan ajeg bali, kembalikan taksu Bali! Jika semua sudah diperjuangkan, sekarang giliran kita yang melanjutkan. Bersama pemuda Bali, mantapkan taksu Bali.  +
Kecepatan memegang peran krusial dalam keselamatan di jalan raya. Meskipun terkadang tergoda untuk mengendarai dengan kecepatan tinggi, kita harus menyadari resikonya. Kecepatan berlebih dapat memicu kecelakaan serius, merugikan nyawa dan harta benda. Kita sebagai pengemudi harus bertanggung jawab, menghormati batas kecepatan, dan memprioritaskan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Jangan biarkan hasrat untuk cepat menggoda keselamatan, karena setiap detik dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati di jalan raya.  +
Aldwin bekerja sebagai senior analyst untuk AkarAsia. Ia baru lulus dengan gelar master dalam Studi Pembangunan Internasional di Elliott School of International Affairs Universitas George Washington, yang berspesialisasi dalam pengembangan sektor swasta. Dia menerima gelar S.IP dalam Hubungan Internasional dari Universitas Colorado di Boulder, dengan fokus pada politik dan ekonomi Asia Tenggara.  +
Om Swastyastu Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuk Shalom Namo Budaya,salam kebajikan Pertama tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kahadiran Tuhan yang Maha Esa. Disini saya ucapkan terimakasih atas kesempatan yang telah di berikan kepada saya, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Ni Kadek Feby Dhiyo Dharma Yanthi saya dari SMK Negeri 2 Seririt. Disini saya akan menyampaikan orasi tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian. Ini merupakan salah satu masalah yang harus di tangani oleh calon pemimpin Bali. Seperti yang kita tahu penduduk Bali semakin bertambah serta semakin banyaknya Wisatawan asing yang berkunjung,maka dari itu banyak lahan pertanian di alih fungsikan menjadi perumahan, hotel, restoran maupun bangunan lain yang menopang Industri Pariwisata. Oleh karena itu tidak ada petani di Bali yang memiliki lahan yang luas. Seperti yang di katakan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, I Wayan Sunada, menjelaskan saat ini paling luas lahan petani di Bali berkisar di 75 are/0,75 ha, sangat jarang petani yang memiliki lahan di atas satu hektare. "Kelemahan petani di Bali saat ini lahannya sempit, ada yang punya 25 are, paling banyak 75 are. Itu akibat dari Alih Fungsi Lahan yang terjadi setiap tahun". Kata Sunada kepada Bisnis, Rabu (22/6/2022). Dari permasalahan tersebut Pemerintah ataupun calon Pemerintah Provinsi Bali hendaknya betul - betul memperhatikan permalasahan Alih Fungsi Lahan ini dengan cara menjamin kesejahteraan para petani contohnya: 1. Di saat musim tanam pendistribusian pupuk bersubsidi atau tidak bersubsidi harus di perhatikan agar tidak terjadi kelangkaan pupuk. 2. Di saat musim panen, Pemerintah harus membantu para petani untuk pemasaran hasil pertanian. Apa bila pemerintah betul - betul memperhatikan kesejahteraan para petani, Alih Fungsi Lahan bisa di cegah karena masyarakat dan generasi muda akan ada keinginan untuk menjadi seorang petani. Dengan demikian program ketahanan pangan nasional bisa tercapai. Demikian orasi yang dapat saya sampaikan, jika ada kalimat yang kurang berkenan saya mohon maaf yang sebesar besarnya. Saya ucapkan banyak terimakasih Om Shanti Shanti Shanti Om Wasallamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuk Shalom Namo Budaya, salam kebajikan.  
Alit S.Rini lahir dan tinggal di Denpasar dengan nama Ida Ayu Putu Alit Susrini.Menulis puisi sejak th 1980 dan dipublikasi di koran Bali Post yang kemudian menjadi tempatnya bekerja sejak 1988, kemudian dipercaya memegang desk budaya, agama, pendidikan, opini dan tahun 1998 sebagai redaktur pelaksana, lalu terakhir memegang desk opini dan pensiun 2015. “Karena Aku Perempuan Bali” (2003) adalah kumpulan puisi tunggalnya. Puisi-puisinya juga terangkum dalam buku “Cinta Disucikan Kehidupan Dirayakan”, “Bali Living In Two World” (2002), “Dendang Denpasar Nyiur Sanur” (2016), “Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta” (2017). September 2017 lalu sekumpulan puisinya, Inferior, terbit duet dengan Nyoman Wirata berjudul “Pernikahan Puisi”.  +
"Salah satu penulis erotika wanita pertama, Anaïs Nin mungkin paling terkenal karena buku hariannya yang menyentuh jiwa, hubungan cinta bohemiannya dengan penulis Henry Miller, dan hubungan inses dengan ayahnya atas saran psikolognya. Dia juga sangat terlibat dalam dunia psikoanalis, dan tertarik untuk mengintegrasikan dan menyelaraskan diri melalui proses menulis. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ia mengidealkan pulau Bali yang indah—tempat perlindungan yang tenang di mana manusia hidup selaras dengan alam semesta.... Pada tahun 1955, Anaïs pertama kali menggunakan LSD di bawah bimbingan Aldous Huxley dan menulis deskripsi indah yang menggugah tentang penglihatan dan lanskap bawah sadarnya yang mencakup gambar candi Jawa, musik Bali, gerakan tarian simbolis sebelum akhirnya diakhiri dengan kesimpulan, “Ah, saya tidak bisa tangkap rahasia hidup dengan KATA.” Dia mulai mengungkapkan apa yang diinginkan jiwanya—bagi Anaïs, utopia adalah keadaan pikiran di mana sang seniman memiliki akses ke dunia mimpi. Mungkin itu sebabnya ia jatuh cinta pada ilmu kebatinan dan seni Bali. Dalam jurnal terakhirnya (volume 7 dari buku hariannya) dia mengakhiri dengan refleksi perjalanannya ke pulau ini, lengkap dengan deskripsi magis tentang kremasi suci, taman mewah, tarian candi, wayang kulit, bungalow berbahan alami yang digunakan sebagai hotel, the musik yang menghantui, dan cara-cara masyarakat Bali yang canggih dan lembut.”  +
Anak Agung Ayu Bulantrisna Djelantik lahir di Deventer, Belanda, 8 September 1947. Dia merupakan putri tertua dari Dr. dr. Anak Agung Made Jelantik (Dokter PBB). Dia mencintai seni tari sejak kanak-kanak. Dia adalah seorang maestro tari Legong. Selain dikenal sebagai penari, dia berprofesi sebagai dokter spesialis THT dan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung. Bulantrisna adalah cucu dari Anak Agung Anglurah Djelantik yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Karangasem, Bali. Kakeknya mencarikan Bulantrisna guru tari yang terkenal pada masa itu, antara lain Bagus Bongkasa dan Gusti Made Sengog. Pada usia sepuluh tahun, Bulantrisna diundang oleh Presiden Soekarno ke Istana Presiden di Tampaksiring, Gianyar, Bali untuk menghibur para tamu Istana. Mentor utamanya adalah Anak Agung Mandera dan Gusti Made Sengog, penari Legong generasi pertama. Selain tari Legong, Bulan juga menguasai tari lain, seperti Oleg. Menari bagi Bulan adalah pelepasan emosi, kreativitas, kegembiraan, bergerak dengan penuh penjiwaan, dan sebagai sarana berdoa. Kecintaannya pada tari tak hanya sebatas gerak saja, tetapi ia juga mendirikan sanggar tari yang diberi nama "Ayu Bulan" pada tahun 1994. Salah satu kreasi tari ciptaan yang telah dibuatnya ialah tari Legong Asmarandana. Bulantrisna meninggal pada tanggal 24 Februari 2021 di RS Siloam, Semanggi, Jakarta karena kanker pankreas yang dideritanya.  +
Anak Agung Ayu Puspa Aditya Karang alias Dita Karang, lahir di Yogyakarta, 25 Desember 1996. Ayahnya bernama Anak Agung Chandra Karang, berasal dari Karangasem, Bali. Ibunya bernama Mega Puspa Arifin, berasal dari Yogyakarta. Dita adalah seorang penyanyi yang berkarier di Korea Selatan. Ia dikenal karena menjadi anggota grup Secret Number, sekaligus sebagai perempuan Indonesia pertama yang memulai debutnya sebagai idola di industri K-pop. Ia menempati posisi sebagai penari utama dan vokalis di grup tersebut. Dita bercita-cita menjadi idola K-pop sejak masa sekolah. Setelah lulus SMA, ia menimba ilmu di Akademi Drama dan Musik Amerika di New York, Amerika Serikat. Ia menyelesaikan kuliahnya pada tahun 2017. Setelah lulus kuliah, ia mengikuti audisi K-pop dan diterima. Sebelum debut, ia menjalani masa pelatihan (trainee) di Born Star Training Center di New York. Ia juga pernah bergabung dalam komunitas menari ternama di Korea Selatan, 1MILLION Dance Studio. Dita kemudian melakukan debutnya bersama Secret Number, grup idola wanita asal Korea Selatan yang berada di bawah agensi Vine Entertainment, pada tanggal 19 Mei 2020. Album & single yang telah dirilisnya: Who Dis? (2020), Got That Boom (2020), Fire Saturday (2021), DOOMCHITA (2022), TAP (2022). Selain menyanyi dan menari, ia juga bermain film. Salah satu film yang dibintanginya adalah DJS the Movie: Biarkan Aku Menari (2022) produksi SinemArt Pictures. Pada akhir Agustus 2022, Dita dipilih oleh Duta Besar RI untuk Korea Selatan sebagai Duta Hubungan Bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan ke-50 yang dirayakan pada 2023.  +
Anak Agung Bagus Sutedja (lahir 1923 – hilang 27 Juli 1966) adalah Gubernur Bali yang pernah dua kali memimpin Bali. Ia pertama kali menjabat pada tahun 1950 sampai 1958, diangkat berdasarkan keputusan Dewan Pemerintahan Daerah sebagai pemimpin badan eksekutif Bali, sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara (DPRDS) menggantikan wewenang Paruman Agung yang terdiri dari wakil-wakil delapan kerajaan di Bali sebagai badan legislatif. Setelah diselingi oleh I Gusti Bagus Oka sebagai Pejabat Sementara Kepala Daerah Bali pada tahun 1958 sampai 1959, ia kembali terpilih pada bulan Desember 1959 sebagai Gubernur Bali. Masa jabatannya yang kedua berakhir beberapa bulan setelah terjadinya G30S/PKI tahun 1965. Selanjutnya ia digantikan oleh I Gusti Putu Martha. Ia “hilang” pada tanggal 29 Juli 1966 di Jakarta, diperkirakan menjadi korban penculikan politik yang terjadi pada masa itu.  +
Anak Agung Gde Mandera Erawan (Agung Bangli), maestro tari asal Puri Kaleran Peliatan, Ubud. Besar dengan garis darah keluarga seniman, putra dari Gung Kak Mandera, maestro tabuh pendiri Kelompok Musik dan Tari Gunung Sari dan seorang ibu yang juga penari. Gung Kak Mandera adalah salah satu dari beberapa seniman Bali yang berkeliling Eropa dan melakukan pertunjukan di Paris pada tahun 1930an. Hampir seluruh penjuru dunia sudah Gung Aji datangi untuk mempertunjukkan Tari Bali kepada dunia. Bisa dibilang seluruh hidupnya didedikasikan kepada seni tari dan musik Bali. Menjaga dan melestarikan supaya budaya ini terus ada. Beliau meneruskan peran mendiang ayahnya memimpin grup Gunung Sari Peliatan, yang setiap minggu mengadakan pertunjukan di Balerung Peliatan. Legong Nandira, yaitu Tari Legong dengan penari pria adalah salah satu sendratari ciptaannya.  +
Dr. Semadi adalah dosen aktif pada program studi Ilmu Hukum, Universitas Dwijendra, Bali Indonesia. Dengan pendidikan tertinggi adalah S3 yang diperolehnya dari Universitas Udayana pada tahun 2015, Dr. Semadi juga adalah pemerhati isu-isu sosial dan hukum di Bali serta aktif menulis di berbagai media.  +
Anak Agung Gde Rai atau biasa dipanggil Agung Rai, lahir di Peliatan, Ubud, 17 Juli 1955. Dia adalah budayawan dan tokoh seni yang berjasa besar melestarikan dan mempromosikan karya-karya seni Indonesia (khususnya Bali). Dia adalah pendiri ARMA (Agung Rai Museum of Art). Kemiskinan di masa kanak memotivasi Agung Rai untuk mengubah kehidupan keluarganya menjadi lebih baik dengan terus menerus bekerja keras. Ketika masih muda, dia pernah menjadi “pedagang acung” (pedagang asongan) benda-benda seni untuk turis yang berkunjung ke Bali. Agung Rai bercita-cita menjadi guru, namun kandas karena tidak ada biaya sekolah. Kemudian dia belajar melukis. Namun dia menyadari bakatnya tak cukup sebagai pelukis. Akhirnya dia kursus bahasa Inggris dan menjadi pemandu wisata. Dari interaksinya dengan para turis, naluri bisnisnya muncul untuk mencoba peruntungan sebagai penjual benda-benda seni yang dibikin orang-orang di kampungnya. Sejak itulah dia menjadi pedagang acung di wilayah Sanur, Kuta, hingga Padangbai. Sebagai pedagang acung, naluri bisnis dan seninya terus berkembang. Dia kemudian bergaul dengan banyak kolektor seni. Dan, pada akhirnya dia pun ikut menjadi kolektor seni karya para maestro. Dari kolektor dia menjadi kurator pameran benda-benda seni. Misalnya, tahun 1989, Agung Rai berangkat ke Jepang memboyong seratus lukisan karya lima puluh pelukis yang tergabung dalam Sanggar Seniman Agung Rai. Lukisan-lukisan itu dipamerkan di Jepang selama dua bulan. Rasa cemas dan kahwatir akan kelesatarian budaya negerinya terutama di bidang kesenian membuat Agung Rai terobsesi mendirikan museum dan galeri seni. Maka, dengan perjuangan sangat luar biasa, pada tanggal 9 Juni 1996, ARMA Museum diresmikan oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. ARMA merupakan salah satu museum dengan koleksi terlengkap di Indonesia. Mulai dari lukisan-lukisan klasik hingga kontemporer, baik karya seniman lokal maupun manca negara. Selain itu, ARMA juga secara berkali menggelar pameran seni rupa. Popularitas ARMA melejit cepat karena juga sering menghelat berbagai kegiatan seni budaya seperti pertunjukan musik, teater, menyediakan ruang baca dengan koleksi aneka buku bagi para pengunjung, menyelenggarakan seminar tentang budaya dan seni. Kegiatan-kegiatan di ARMA sebagian besar berskala internasional dan tak jarang diselenggarakan dengan berbagai pekerja seni dan budaya dari berbagai negara. Dengan berbagai rangkaian kegiatan berskla internasional tersebut, ARMA mendapat predikat sebagai museum terpopuler dan terbaik di Indonesia menurut para wisatawan sebagaimana dihimpun oleh situs traveling dunia, TripAdvisor. Berkat perjuangannya untuk melestarikan kesenian, Agung Rai dianugerahi sejumlah penghargaan. Antara lain, tahun 2000 dia dianugerahi penghargaan oleh Pemerintah Indonesia sebagai “Pelopor Memajukan Seni Rupa”. Tahun 2012 dia terpilih sebagai ketua Himusba (Himpunan Museum Bali) 2012-2017. Tahun 2016 “TripAdvisor” menobatkan ARMA sebagai museum terbaik Indonesia. Pilihan ditentukan oleh para wisatawan yang telah mengunjungi berbagai museum di Indonesia. Buku-buku tentang Agung Rai dan ARMA bisa dibaca dalam “Gung Rai, Kisah Sebuah Museum” (KPG, 2013), “Saraswati in Bali: A Temple, A Museum and A Mas” ( BAB Publishing Indonesia, 2015), “Agung Rai, Sang Mumpuni” (Lestari Kiranatama, 2017).  
Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga lahir di Denpasar, 7 Juli 1965. Ia menamatkan S-1 di Universitas Ngurah Rai, Denpasar, pada tahun 1991. Ia adalah Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Ia menjabat dari 2014 hingga 2019. Sebelum menjadi menteri, ia pernah menjabat sebagai Wali Kota Denpasar dua periode, yakni 1999-2004 dan 2005-2010. Pada periode kedua, di tengah jalan, ia terpilih menjadi Wakil Gubernur Bali periode 2008-2013.  +
Anak Agung Gede Raka Payadnya, lahir di Abianbase, Gianyar, 14 Agustus 1944. Ia menempuh pendidikan di Konservatori Karawitan (Kokar) pada tahun 1965 dan sempat kuliah di Fakultas Teknik Jurusan Seni Rupa Unud. Ia adalah perintis seni drama gong dengan mendirikan sekaa/kelompok drama gong “Wijaya Kusuma” Abianbase pada tahun 1966. Dalam pementasan drama gong ia populer dengan perannya sebagai raja muda. Atas dedikasinya di bidang seni drama gong, ia dianugerahi penghargaan Dharma Kusuma 2004 oleh Pemda Propinsi Bali. Ia meninggal pada tanggal 22 September 2022.  +
Joni Agung bernama asli Anak Agung Junni Antara adalah seorang musisi reggae kelahiran Denpasar, 1973. Kecintaannya pada musik telah tumbuh sejak remaja. Pada awalnya dia bermain musik dari kafe ke kafe di seputaran Sanur dan Kuta bersama grup band “Sunshine”. Tahun 2002 dia bertemu dengan grup band “Double T”, dan tahun 2003 menelurkan album perdana berjudul “Pocol”. Lagu berjudul “Nyoman Klepon” dan “Janjin Beline” adalah dua lagu yang sangat populer garapan Joni Agung dan Double T. Hingga kini, Joni Agung dan Double T telah menelurkan tujuh album, di antaranya “Jero Gede”, “Cinta dan Kasih Sayang”, “Semara Ratih”, “Ogoh-ogoh”. Lirik-lirik lagunya kebanyakan berbahasa Bali dengan nada humor yang menggelitik. Selain musisi, Joni Agung yang berambut gimbal ini juga dikenal sebagai pelatih yoga.  +
Anak Agung Made Cakra, lahir di Denpasar, 11 November 1928. Ia adalah seorang musisi dan pencipta lagu pop Bali yang sangat popular pada zamannya. Ia belajar seni musik secara otodidak sejak usia tujuh tahun. Tahun 1943, ketika masih SR (Sekolah Rakyat), ia ikut lomba lagu Jepang di Singaraja, dan berhasil memikat perhatian seorang pemusik Jepang yang hadir saat itu. Pemusik Jepang itu kemudian mengajarinya bermain musik yang benar. Setamat SR, ia dipekerjakan oleh Jepang dan dilatih bermain musik. Tahun 1950 ia mengumpulkan pecinta musik di Denpasar dan membentuk grup orchestra dan tahun 1953 grup itu pentas di seputar Denpasar. Ia juga bergabung dengan grup orkes keroncong Puspa Teruna pimpinan Ida Made Rai. Lalu bergabung dengan orkes keroncong Melati Kusuma pimpinan Merta Suteja, grup orkes keroncong Merta Kota dan orkes keroncong Cendrawasih. Ia juga terlibat kegiatan rutin bermusik di RRI Stasiun Denpasar. Kemudian ia membentuk dan memimpin grup orkes keroncong Fajar Baru. Selain bermusik, Gung Cakra juga menciptakan lagu dan komposisi musik. Salah satu lagunya yang paling terkenal berjudul “Kusir Dokar”. Pada 1963, lagu itu sering dimainkan oleh grup band Putra Dewata yang didirikan Gung Cakra dan rekannya. Alat-alat musik grup band itu dibuat sendiri oleh Gung Cakra dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan. Tahun 1976, Gung Cakra mulai masuk dapur rekaman lewat Bali Record. Selain “Kusir Dokar”, lagu ciptaaannya yang popular hingga kini adalah “Bungan Sandat” dan “Ada Kene Ada Keto”.  +
1919-2007: Seorang pangeran dari Karangasam yang belajar di Belanda selama Perang Dunia Kedua sebelum kembali ke Indonesia sebagai dokter. Setelah kembali ke Indonesia, ia dikirim ke berbagai daerah di Indonesia Timur, yang seringkali terlalu jauh untuk membantu masyarakatnya. Dia dan istrinya terjangkit malaria selama tinggal di sana, tetapi dia juga menjadi dokter yang menangani malaria. Dr. Djelantik bekerja untuk Organisasi Kesehatan Dunia, yang mengirimnya ke Irak, Somalia, dan Afghanistan, dan ini terbukti sangat bermanfaat. Setelah itu, ia menjabat sebagai kepala perguruan tinggi utama Bali di Sanglah dan membantu mendirikan Fakultas Kedokteran di Universitas Udayan di Denpasar. Dr Djelantik bermain biola saat masih kecil. (foto: Bulantrisna Djelantik) Dr Djelantik adalah seorang tokoh Renaisans yang juga aktif di bidang kebudayaan Bali, baik mempelajari maupun mempromosikannya. Dia adalah ketua Walter Spies Society dengan Festival Walter Spies yang berfokus pada musik dan tari. Bersama Fredrik de Boer, Hildred Geertz, dan Heidi Hinzler ia mendirikan Perhimpunan Studi Bali atau Lembaga Penkajian Kebudayaan Bali pada tahun 1985. Lembaga ini mengadakan konferensi tahunan di Bali dan juga di luar negeri dan menurut Adrian Vickers Dr Djelantik adalah pemimpin alami organisasi tersebut. . Melalui organisasi tersebut ia mempromosikan budaya Bali dan juga kajiannya. Dr Djelantik menulis makalah tentang budaya Bali dan buku tentang lukisan Bali yang mencakup sejarah seni Bali serta estetika Bali. Kemudian mengajar Estetika di Akademi Seni Rupa Bali atau Akademi Seni Bali. Ia juga menulis otobiografi berjudul “Tanda Lahir, Memoar Seorang Pangeran Bali”.  +
Anak Agung Pandji Tisna (11 Februari 1908 - 2 Juni 1978), juga dikenal sebagai Anak Agung Nyoman Pandji Tisna, I Gusti Nyoman Pandji Tisna, atau hanya Pandji Tisna, adalah keturunan ke-11 dari dinasti Pandji Sakti Buleleng, Singaraja, yang merupakan di bagian utara Bali, Indonesia. Ia menggantikan ayahnya, Anak Agung Putu Djelantik, pada tahun 1944. Pada halaman terakhir buku Pandji Tisna, I Made Widiadi, yang ditulis pada tahun 1955, ia menulis kisah hidupnya dalam urutan kronologis. Dia adalah seorang penulis dan novelis. Dia menolak menjadi raja Buleleng, tetapi sebagai putra tertua, pasukan penjajah Jepang memaksanya untuk menjadi "syucho" setelah kematian ayahnya pada tahun 1944. Selama masa pemerintahannya, ia menjadi pemimpin Dewan Raja di seluruh Bali dari tahun 1946 hingga 1947 (Paruman Agung) dan Bupati Buleleng. Pada tahun 1947, karena kepercayaan Kristennya yang unik tidak cocok dengan agama Hindu yang dominan, Pandji Tisna menyerahkan tahta kepada adiknya, Anak Agung Ngurah Ketut Djelantik atau I Gusti Ketut Djelantik, juga dikenal sebagai Meester Djelantik, hingga 1949. Dia meninggal 2 Juni 1978 dan dimakamkan di kuburan di sisi timur tanahnya dekat kapel yang dibangunnya bertahun-tahun sebelumnya. Ada sebuah museum di Lovina yang didedikasikan untuk AA Pandji Tisna dan keluarganya: https://www.facebook.com/pg/The-Little-Museum-Anak-Agung-Panji-Tanji-Tisna-KM-0-Lovina-Bali-1402058299856241/tentang/  +
Anthok Sudarwanto lahir di Denpasar, 18 April. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1996 dia rajin menggelar pameran bersama. Di antaranya adalah pameran Pameran Festival Kesenian Indonesia di Jogjakarta (1999), Kelompok HitamPutih di Museum Bali (2000), The Name of Identity di Tanah Tho Gallery, Ubud (2011), "Retrospektif" bersama Kelompok Galang Kangin di Bentara Bundaya Bali (2018). Tahun 2010 dia menggelar pameran tunggal “Transformation” di Hitam-Putih Artspace, Sangeh, Bali. Dia juga terlibat dalam Kelompok Militanarts. Karya-karyanya cenderung realis dengan tema-tema sosial dan kehidupan.  +
Antonio Blanco lahir pada tanggal 15 September 1911 di Manila, ibu kota Filipina. Kedua orangtuanya berasal dari spanyol, oleh karena itu Blanco meyakini bahwa ia terhubung secara geografis dan spiritual pada Miro and Salvador Dali. Ayahnya menetap di Manila selama perang Spanyol - Amerika, bertugas sebagai dokter. Blanco sekolah di American Central School di Manila. Semasa sekolahnya ia sangat senang kelas-kelas kesenian, literatur dan bahasa tapi kesulitan mengukuti kelas sains. Tidak heran beliau dapat berbicara enam bahasa - Spanyol, Perancis, Ingris, Tagalog, Indonesia, dan sedikit Bahasa Bali. Selulus SMA di Manila, Blanco melanjutkan pendidikannya di National Academy of Art di New York, dibawah Sidney Dickinson. Pada masa-masa awal pembentukannya tersebut, Blanco berkonsentrasi pada bentuk tubuh manusia, terutama pada bentuk tubuh wanita. Sebagai kelanjutan pendidikannya, sekaligus memenihu hasrat berkelananya, ia menjelajah keliling dunia hingga akhirnya menginjakkan kaki di Bali pada tahun 1952. Raja Ubud memberi sepetak tanah kepada Blanco untuk mendirikan rumah dan studionya di Campuan, Ubud, pada pertemuan dua sungai suci. Blanco dan istrinya, seorang penari Bali terkenal bernama Ni Ronji, tinggal di rumah tersebut. Setelah perjalanan singkatnya ke Amerika, dimana Blanco mendapat banyak kontak kolektor baru, ia dan istrinya tidak pernah meninggalkan Bali lagi. Hidup di rumah asri dengan pemandangan indah bersama empat anak mereka, Tjempaka, Mario, Orchid dan Maha Devi, Bali menjadi inti dari Blanco. Ia amat mengagumi pulau ini dan terperangkap oleh kharismanya. Blanco hidup dan berkarya di rumah atas bukitnya hingga ia meninggal pada tahun 1999, menuangkan berbagai lukisan fantasi wanita cantik pada kanvas. Dikelilingi kebun bersemi, sawah dan pohon beringin merindangi pura keluarganya, Antonia blanco menciptakan realita baru untuk dirinya. Tuangan artistiknya didalam lingkungannya yang terisolir tersebut membuahkan karya-karya yang sangat dicari dan dihargai oleh pecinta seni, kolektor, dan promotor. Dalam waktu beberapa tahun, Blanco menjadi artis asing paling terkenal yang bertempat tinggal di Bali. Ia dikenal tidak hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia, mendapat berbagai pernghargaan, dan lukisannya dibeli dengan harga tinggi pada lelang-lelang internasional. Mendekati akhir hidupnya, Blanco mulai mendirikan museum lukisan di studio seninya di Campuan. Kematiannya dramatis tidak lama sebelum pembukaan museumnya. Upacara kremasi ngaben yang cukup besar menandai kepergian beliau. Anak Blanco, Mario, memenuhi mimpi Blanco membuka museum dan melajutkan darah pelukisnya melanjutkan jejak kaki Sang Maestro. Museum Renaissance Blanco kini dibuka untuk umum, menampilkan karya-karya Sang Maestro dan Mario.  
Apa kabar semeton? Sudah sempat liburan kemana saja, pergi bekerja, atau pulang ke kampung halaman untuk menyambut hari raya? Bagaimana perjalanannya, apakah aman semulus salju atau membuat kepala pusing? Beberapa yang mengatakan bahwa jalan di Bali sudah baik dan aman digunakan, namun tidak sedikit pula yang mengatakan banyak jalan di Bali masih rusak dan tidak aman untuk dilewati. Denpasar sebagai ibukota Bali saja masih sering ditemukan beberapa jalan yang rusak dan sulit untuk dilewati. Lantas bagaimana dengan jalan yang terletak di desa-desa yang ada di beberapa kabupaten di Bali. Banyak beberapa wilayah di perdesaan yang jalannya ambruk, berlubang, bahkan tidak jarang yang jebol. Pemeliharaan dan perbaikan jalan memang sudah dilakukan namun harus lebih merata agar tidak cenderung melakukan perbaikan di beberapa jalan utama saja. Banyak daerah terpencil yang rusak dan sulit untuk dilewati hingga bertahun-tahun namun belum mendapatkan bala bantuan. Beberapa artikel dan media sosial sering mengabarkan kemacetan, kecelakaan, pengiriman barang yang terhambat, namun jarang diketahui salah faktor utama penyebabnya adalah kerusakan jalan. Jalan yang rusak cenderung akan membuat masyarakat tidak bisa melewatinya sehingga beberapa pekerjaan, pengiriman barang dan aktivitas perdagangan sekitar jalan tersebut akan terganggu yang tentu akan mengganggu ekonomi dari masyarakat. Dengan pemilu 2024 ini tentu saja menjadi harapan masyarakat agar terjadi revitalisasi pemerintah yang baru dalam perbaikan dan pengembangan masyarakat yang dapat dimulai dari masalah utama yaitu jalan. Pemerintah harus dapat mengalokasikan dana yang ada sebaik-baiknya untuk pembangunan jalan yang merata di seluruh Bali, karena walaupun memiliki dana yang sangat banyak namun tidak dialokasikan dengan benar hasilnya akan percuma dan tidak akan terjadi pemerataan yang total. Jalan menjadi sisi penting dalam setiap kegiatan yang kita lakukan, terlebih lagi Bali sebagai destinasi wisata yang dikunjungi banyak wisatawan luar. Oleh karena itu, mari lakukan perbaikan awal dengan memulai perbaikan jalan.  
Arie Smit (Adianus Wilhelmus Smit) lahir di Zaandam, Belanda pada tanggal 15 April 1916. Meninggal 23 Maret 2016 di Ubud. Dia pertama kali belajar melukis pada sebuah akademi seni di Amsterdam. Tahun 1938 di datang ke Batavia (Jakarta) sebagai seorang tentara dan bekerja pada landscape divisi. Dia memperoleh kewarganegaraan Indonesia pada tahun 1951. Tahun 1956 dia berkunjung ke Bali untuk pertama kalinya, dan akhirnya menetap di Bali. Dia mendirikan aliran Young artist di Penestanan, Ubud , Bali sekitar tahun 1960 an. Sampai umurnya 80 tahun yaitu tahun 1996, dia telah pindah tempat lebih dari 30 kali dari satu tempat ke tempat yang lain di Bali. Arie Smit merupakan sosok seniman yang selalu mencari ketenangan dan kejernihan dalam hidup, dan ia menyukai tempat yang sunyi. Sikap personal ini sangat bertolak belakang dengan karya-karyanya yang hampir semuanya kaya dengan warna yang terang dan cerah. Tema dari karya-karyanya mengikuti alur jalan. Orang Bali menyebutnya "dari kaja ke Kelod" (dari Gunung menuju laut). Atas jasa-jasanya bagi perkembangan seni di Bali, Arie Smit menerima penghargaan Dharma kusuma dari Gubernur Propinsi Bali pada tahun 1992.  +
Arif Bagus Prasetyo dilahirkan pada 30 September 1971, tinggal di Denpasar sejak 1997. Dikenal sebagai penyair, kritikus sastra, kurator seni rupa, dan penerjemah buku. Alumnus International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Menerima sejumlah penghargaan bidang penulisan, antara lain: Hadiah Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta, Hadiah Kritik Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta, dan Anugerah Widya Pataka Pemerintah Provinsi Bali. Bukunya: Saksi Kata: 18 Esai Sastra (segera terbit), Memento: Poems (2015), Memento: Buku Puisi (2009), Epifenomenon: Telaah Sastra Terpilih (2005), Stephan Spicher: Eternal Line on Paper (2005), Melampaui Rupa: Sebingkai Wajah Seni Lukis Indonesia Mutakhir (2001), Mangu Putra: Nature, Culture, Tension (2000), dan Mahasukka: Buku Puisi (2000).  +
Ida Bagus Arya Lawa Manuaba adalah penulis buku Alien Menurut Hindu (2018) yang menjadi buku fenomenal di sepanjang tahun 2018-2019. Novel pertamanya berjudul Putih Biru (2019), mengisahkan tentang petualangan remaja desa di Bali dan mendapatkan peringkat delapan besar novel pilihan dalam UNNES International Novel Writing Contest 2017 di Semarang. Novel keduanya berjudul Haricatra dengan tiga sekuel dan sedang dalam proses penerbitan. Selain buku nonfiksi dan novel, dia menulis banyak cerpen dan artikel. Salah satu cerpennya berjudul Barong Brutuk (2019) yang mengisahkan tentang mistikisme Desa Terunyan. Gus Arya, sapaan akrabnya, dikenal lewat tulisan-tulisannya. Orang yang mengenalnya selalu mengaitkannya dengan tulisan, imajinasi dan bahkan alien. Lahir di Denpasar, 24 Desember 1988, dia menyukai dunia tulis-menulis sejak kecil. Sewaktu kelas empat sekolah dasar, dia menulis cerita bersambung yang dibacakannya setiap hari kepada teman-temannya. Sepulang sekolah, dia menulis cerita horor dalam sebuah buku tulis lalu dibagikannya kepada kawan-kawannya di sekolah. Sewaktu SMP, dia beberapa kali menjuarai lomba menulis artikel dan cerpen. Semasa SMA, namanya selalu muncul di enam besar cerpen terbaik Sayembara cerpen tahunan Balai Bahasa Provinsi Bali. Di antara semua cerpen yang pernah ditulisnya, cerpen berjudul Orang-Orang Berbaju Hitam (2011) adalah yang paling berarti. Dengan cerpen itu dia menolong sahabatnya karena tidak bisa membayar uang sekolah selama satu tahun. Kini Gus Arya bertugas sebagai dosen di ITP Markandeya Bali dalam bidang prosa. Dia juga mengelola penerbitan dan layanan penulis mandiri, serta aktif dalam pelestarian bahasa dan sastra Bali di BASAbali Wiki. Hobinya jalan-jalan di desa yang sepi dan pergi ke museum.  +
BABAD ARYA DALEM BENCULUK TEGEHKORI Om Hyang Widhi semoga tiada halangan Tersebutlah pada masa silam seorang raja, Arya Dalem Bansuluk Tegehkori nama beliau, Suluk artinya kenceng. Beliau adalah putra Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan di Gelgel Klungkung. Beliau memerintah wilayah Badeng. Badeng artinya sama dengan Badung. Inilah kisah perjalanan hidup beliau. Ida Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan beristana di Puri Linggarsapura di Samprangan daerah Gianyar. Puri itu adalah bekas posko perjuangan Mahapatih Gajahmada menundukkan Prabu Bedahulu. Pada suatu hari saat Purnama Kapat, Ida Dalem Shriaji Kresna Kepakisan, bertempat di balairung kerajaan dihadap oleh para menteri dan patih kerajaan. Diantaranya yang terkemuka adalah Arya Kenceng putra Arya Damar yang dijadikan penguasa di Tabanan, Arya Sentong di Pacung, Arya Beleteng di Pinatih, Arya Kutawaringin di Kapal, Arya Binculu di Tangkas, Arya Pakisan di Abiansemal, Arya Belog di Kaba-kaba, dan tiga orang prajurit bernama Tan Kober, Tan Kawur dan Tan Mundur. Ida Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan dinobatkan menjadi Raja Bali tahun 1352 M oleh Ratu Majapahit Tribhuana Tunggadewi. Beliau memerintah hingga tahun 1380 M. Ketika itu Arya Kenceng memakai bunga cempaka ijo. Amatlah terperanjat hati Ida Dalem saat mengetahui Arya Kenceng bersunting bunga cempaka ijo. Seketika itu bangkit amarah beliau, akibat fitnah yang dilancarkan oleh Arya Pengalasan Jelantik. Dikatakan bahwa Arya Kenceng memasang guna-guna terhadap raja, agar supaya raja sayang dan tunduk kepadanya. Seketika itu juga Shri Raja menghukum Patih Arya Kenceng dengan kewajiban setiap hari membersihkan balairung. Geger di Balairung Puri Dalem Samprangan itu diperkirakan terjadi tahun 1360. Mulai saat itu pula Arya Kenceng merasakan kesedihan yang amat mendalam dan sering menangis jika teringat akan putra kesayangannya bernama Ngurah Tabanan. Adapun putra itu diberi nama Ngurah Tabanan, lantaran Arya Kenceng ikut menundukkan (naban) negeri Bali ini setelah berperang mengalahkan Si Pasung Giri patih Raja Bedahulu. Shri Prabu Astasura Ratna Bumi Banten adalah nama Raja Bedahulu. Beliau juga disebut Dalem Bedahulu atau Shri Tapolung. Setelah cukup lama tibalah saatnya Arya Kenceng menerima kemurahan Tuhan. Tersebutlah Ida Dalem mempunyai seorang putra laki-laki baru bisa merangkak berumur sebelas bulan. Putra itu cepat sekali merangkak. Pengemban-nya bernama Ni Dasa Dasih. Putra Dalem juga semakin akrab dengan Arya Kenceng karena kerap kali diembannya. Hingga pada suatu ketika muncul niat sira Arya untuk membuat daya upaya agar dirinya bebas dari hukuman. Suatu saat ketika Ida Dalem sedang duduk bersidang dihadap oleh para patih, tiba-tiba putra tersebut dilepaskan dari arah belakang Raja. Merangkaklah dengan tangkasnya lantas menggapai bahu Ida Dalem. Kemudian dihampiri oleh Arya Kenceng seraya mengangkat putra itu lebih tinggi dari punggung Ida Dalem sembari mohon maaf dari belakang Raja. Begitu Shri Raja menoleh, dilihatnya tinggian yang dibelakang. Marah besar Ida Dalem, lantas bersabda : “Pintar sekali kamu membuat siasat, Nah sekarang oleh karena anakku telah melakukan suatu kesalahan menggapai bahuku, sebagaimana tersebut dalam rontal Raja Nitisaloka Sang Mabiksu, ketika raja sudah berpakaian kebesaran selaku pemimpin negeri, tiada boleh si anak menyentuh bahu raja, anak terkena kualat namanya itu. Nah, adik Arya Kenceng ambillah anakku ini, jadikanlah anak angkatmu, upacarakanlah dengan api unggun di atasnya diisi kepala kerbau, saudarakanlah ia dengan anakmu I Ngurah Tabanan. Sekarang aku beri nama padanya Arya Dalem Baansuluk Tegehkuri. Lagi pula segala Upacara Raja Putra boleh dia memakai”. Seketika itu tiada terkira senang hatinya sira Arya Kenceng mendapat pemberian putra yang tampan bagus rupanya serta amat pintar tak ada tandingannya. Lantas dengan penuh hormat mohon diri membawa putra Dalem untuk diajak pulang. dipersaudarakan dengan Ngurah Tabanan. Demikianlah tersebut dalam Rontal Prasasti Babad Dalem Tabanan Tegehkori. Arya Kenceng kemudian melaksanakan upacara sesuai amanat Ida Dalem, demikian disuratkan. Darah yang mengalir dalam diri Arya Dalem Bansuluk Tegehkori seturun-tumurun tetap darah Ida Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan, Kini lebih enam abad telah berlalu, seluruh keturunan genetis Beliau kembali ingat untuk senantiasa datang menghaturkan sembah bakti ke hadapan Ida Bhatara Kawitan Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan di Pedharman Besakih dan Nunas Ica Kajang Kawitan di Puri Agung Klungkung ketika menggelar pitra yadnya. Sesudah cukup lama dipersaudarakan dengan Ngurah Tabanan, timbullah kesalah-pahaman diantara keduanya. Arya Tabanan memiliki istri, beliau cemburu dikira istrinya senang terhadap Arya Dalem Baansuluk. Merasa tidak enak hati, Arya Dalem lantas pergi menyingkirkan diri ke Gunung Batur melakukan pertapaan. Setelah beberapa lama bertapa di sana, didapatlah aranugerah dari Ida Batara di Gunung Batur berupa tempat kapur sirih. Kesaktian wadah kapur sirih tersebut jika Arya Dalem hendak memasukkan dirinya ke dalamnya, maka tubuh beliau bisa mengecil. Bilamana keluar dari selepa itu bisa kembali menjadi seperti sediakala. Demikianlah kesaktian wadah kapur sirih anugerah Ida Bhatara Hyang Tolangkir, lantas beginilah sabda Beliau kepada Arya Dalem Baansuluk: “Nah, inilah anugeruh-ku berupa selepa sakti, ke sanalah engkau ke Desa Tonjayu - Tanah Badeng. I Bendesa bersama saudara-saudaranya menghuni daerah itu, seperti I Pasek Bendesa, Pasek Kubayan, Dangka, Ngukuhin, Tangkas dan lagi pula mereka belum memiliki seorang raja. Kebetulan I Bendesa itu sedang punya kerja upacara di merajannya, ke sanalah engkau pergi. Sudah tentu engkau akan diangkat menjadi raja di Daerah Badeng atau Badung. Menjadilah seorang penguasa, selamat berbahagia “. Oleh karena sedemikian sabda Ida Batara Dewi Danu, lalu Arya Dalem Baansuluk berangkat menuju daerah Badeng atau Badung. Siapa pun yang hendak naik takhta menjadi pemimpin di Bali dan Nusantara, terlebih dahulu harus mendapat restu dari Ida Bhatara Dewi Danu Batur serta mendapat dukungan dari rakyat selaku pengemban taksu jagat. Bhatara Kawitan Arya Dalem Bunculuk Tegehkuri telah memahami hal itu. Namun mengapa mulai pada Dinasti IV mesti terjadi prahara?. Sesampainya di daerah Badung ternyata hari sudah malam, lantas beliau masuk ke sanggahnya I Bendesa di Tonja. Disana Beliau memusatkan daya bathin dan memuja agar bisa masuk ke dalam wadah kapur sirih yang telah Beliau letakkan di atas pintu gerbang. Terkabullah permohonan Beliau bisa memasuki wadah kapur sirih tersebut dengan sempurna. Keesokan harinya saat terbit matahari terlihatlah oleh I Bendesa ada selepa di atas pintu gerbangnya. Lantas diambil seraya dibuka tutupnya. Terlihatlah anak kecil di dalam wadah kapur sirih itu. Amat heran pikiran I Bendesa melihat kejadian yang aneh dan ajaib itu. Segera I Bendesa menyembah dan berkata : “Bhataraku yang mulia”. Baru habis berujar demikian, segeralah anak kecil yang ada dalam selepa itu keluar. Kembali dalam wujud aslinya seperti semula. Kelihatan bagus rupawan dan berwibawa. Semakin lama dipandang kian takjub perasaan I Bendesa, menyembah-nyembah dengan hidmat-nya kepada sira Arya, lantas I Bendesa bertanya siapa Beliau sebenarnya, Ida Dalem Baansuluk kemudian memperkenalkan diri. Beliau menjelaskan bahwa dirinya adalah putra Ida Dalem Kresna Kepakisan di Gelgel Swecapura. Beliau dipersaudarakan dengan Arya Tabanan di negara Tambangan (Tabanan). Diterangkan pula dengan jelas bagaimana riwayat yang Beliau alami dari awal hingga akhir. Amatlah pilu rasa hati I Bapa Bendesa mendengar kata-kata sira Arya. Baiklah, oleh karena demikian riwayatnya, maka I Bapa Bendesa membuatkan pesanggrahan. Anugerah Dewata yang Beliau terima adalah berupa Selepa, bukan dalam bentuk senjata. Anugerah itu mengandung makna yang amat luas dan mendalam. Semua keturunan Beliau hendaknya dengan cerdas memaknai anugerah itu. Simbolis bentuk selepa itu telah terukir di puncak salah satu bangunan utama di dalam Pura Dalem Benculuk. Seusai I Bendesa melaksanakan upacara piodalan, segera ia mengadakan perembugan dengan saudara-saudaranya, seperti Pasek Gaduh, Kebayan, Dangka, Ngukuhin, Tangkas, tentang perlunya membuatkan Beliau istana serta mepersiapkan penobatan Beliau menjadi raja sebagai penguasa di wilayah Badeng atau Badung, serta melaporkan ke hadapan Raja Bali Shriaji Kresna Kepakisan di Gelgel Swecapura. Raja di Gelgel pun amat menyetujui. Di usia balita Beliau terbuang dari keluarga. Di usia muda atas restu Ida Bhatara Ulun Danu Batur dan berkat persetujuan Raja Bali yang juga ayahda Beliau serta atas dukungan rakyat, Beliau naik tahta menjadi Raja Badung I. Agar supaya benar-benar Beliau menjadi seorang raja yang mulia di Negeri Badung, kembali I Bendesa mengadakan musyawarah akan mendirikan istana yang pantas untuk Beliau. Istana pun dibangun di hulu desa atau di arah Utara. Sesudahnya istana itu selesai dibangun, di sanalah Ida Arya Dalem Bansuluk bersemayam. Suluk mengandung makna bahwa sebagai putra Dalem kemudian pernah diangkat anak oleh Arya Kenceng. (suluk= kenceng) Berselang beberapa lamanya menjadi raja, didirikanlah dua buah tempat suci. Tempat memuja Bhatara Gunung Agung dibangun di sebelah timur istana. Tempat memuja Bhatara Dewi Danu Batur dibuat di sebelah barat istana bernama Pura Batursari. Sari berarti puncak, yaitu puncak gunung. Setelah berlalu beberapa lama Ida Arya Dalem pun melaksanakan perkawinan. Kemudian Beliau (Dinasti II) membangun sebuah istana lagi, juga masih di daerah Badung, berhubung semakin banyak penduduk bermukim di daerah Badung serta keadaan tanahnya yang subur. Setelah istana kedua terbangun, diberi nama Puri Satria, sebagai ciri bahwa beliau adalah keturunan Ksatria sehingga istananya itu diberi nama Puri Satria. Sedangkan istana Tegehkuri (Dinasti I) di Tonja diberi nama Puri Dalem Benculuk. Di puri yang baru selesai itu dibangun pula sepasang pintu gerbang istana yang amat tinggi, tak ada yang menyamai di seluruh Bali. Kerugiannya jika patah agak sulit memperbaikinya, kiranya demikian keinginan Beliau membikin gerbang amat tinggi di Puri Satria, agar sesuai dengan nama Beliau yang berpuri di Tegehkori. Baiklah. setelah sedemikian lamanya beristana di Satria, Beliau (Tegehkori VII) memiliki dua orang anak yaitu satu putri dan satu putra. Putri yang sulung diberi nama Ayu Genjot, yang ketika itu baru berusia 15 tahun, romannya sungguh cantik dan rupawan. Sedangkan yang bungsu Ngurah Raden berumur 13 tahun. Sangatlah sukacita dan bahagia Ida Dalem mengemban tahta di Negeri Badung. Kebijaksanaan raja di Puri Satria amat tekenal. Demikian keadaannya I Gusti Tegehkori. Dinasti Arya Tegehkori memerin-tah Badung sebanyak 5 generasi. Raja V adalah I Gusti Tegeh Tegal Kutha. Kini tersebutlah Arya Tabanan bertahta dan memerintah di Negeri Tambangan (Tabanan) memiliki putra mahkota bernama Ngurah Rangong. Oleh karena ayahnya yaitu Ngurah Tabanan terserang penyakit berat, lalu berpindah tinggal di pedusunan Kebon Tingguh. Niat si Ngurah Rangong tiada lain menunggu naik tahta menjadi Raja Tambangan. Cukup lama Arya Tabanan bermukim di Kebon Tingguh, diladeni oleh seorang perempuan bernama Luh Bendesa dari Desa Buahan. Dalam peladenan itu Luh Bendesa dijamah oleh Arya Tabanan dan kemudian menjadi hamil. Dari hubungan itu lantas Luh Bendesa menurunkan putra laki-laki diberi nama I Gusti Pucangan. Pucang ialah jambe, jambe ialah buah, karena ibunya berasal dari Desa Buahan. Masgul hati sang pelayan, karena putra mahkota sudah naik tahta di Tambangan. Suatu ketika mangkatlah Arya Tabanan, kematiannya meninggalkan kulit yang tipis mengering (kules), sehingga setelah mangkatnya beliau dikenal dengan sebutan Mur Makules. Setelah Arya Tabanan mangkat, Ngurah Rangong amat gelisah memikirkan adiknya yaitu I Pucangan, hendaknya janganlah ia menjadi raja di Tambangan. Ngurah Rangong berdaya upaya agar I Pucangan segera menemui kematiannya. Di luar istana Tambangan, ada pohon beringin yang sangat keramat. Raja Ngurah Rangong lantas menyuruh adiknya yaitu I Pucangan menebang ranting-ranting pohon itu. Namun amatlah herannya sang kakak, ternyata sang adik tetap selamat. Sejak itulah I Gusti Pucangan dinamai I Gusti Bagus Alit Notor Wandira. Semakin lama kian prihatin I Gusti Pucangan, karena selalu dicari-cari kesalahannya. Penderitaan bukan akhir dari segalanya. Bahkan jika cerdas, akan selalu ada hikmahnya. Kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional jika diasah dengan bijak bersamaan dengan kecerdasan berpikir akan menjadi modal yang amat berharga. Jika mau pasti bisa, dan langkah awal adalah penentu berhasil tidaknya langkah selanjutnya. Karena tidak tahan, ia lalu minggat dari Puri Tambangan menuju Panerajon. Dari Panerajon menuju Gunung Batur. Di tepi Danau Batur muncul Ida Bhatari Tolangkir yang bersabda demikian : “Hai Pucangan, apakah yang engkau cari kemari sendirian?”. I Gusti Pucangan menjawab : “Ya ampun Bhatari, hamba ini terlampau kesusahan. Hamba memiliki saudara tiri yang dijadikan raja oleh ayah hamba. Lagi pula hamba dimusuhi oleh kakak hamba I Gusti Rangong”. Ida Batari kembali bersabda : “Jika engkau bakti kepadaku, junjung-lah aku liwatkan air danau, bawalah aku ke Gunung Batur “. I Gusti Bagus Alit menjawab : “terbenamlah rasanya diri hamba”. Keputusannya, dijunjunglah Ida Bhatari dan dengan selamat berjalan melintasi danau sampai di Gunung Batur. Ida Bhatari bersabda : “Wahai Pucangan, sungguh-sungguh kamu bakti kepadaku, nah sekarang aku menganugerahkan sebuah cemeti dan sebuah tulup. Pergilah kamu ke Gelgel dan bunuhlah musuh Ida Dalem berupa gagak, karena sering merusak santapan Shri Raja. Pecut dan tulup inilah yang kamu pakai untuk membunuh si gagak yang jahat itu. Setelahnya berhasil, kelak engkau Pucangan akan mejadi raja di Tanah Badeng atau Badung”. Peristiwa ini terjadi ketika Kerajaan Bali yang berpusat di Klungkuug dipimpin oleh Dalem Anom Sagening (1580-1665) yang beristana di Puri Swecapura. Sedangkan Raja Badung ketika itu adalah I Gusti Tegehkori V (I Gst Tegeh Tegal Kutha). Restu dari Ida Bhatara dan persetujuan dari Raja Bali adalah modal utama yang didapat Kiyayi Pucangan (Merik) dalam menggapai keberhasilan meraih kekuasaan. Sekejap kemudian lenyaplah Ida Bhatari, lantas I Gusti Pucangan meneruskan perjalanannya, disertai seorang pengikut bernama I Tambiak dari Gunung Batur menuju Istana Swecapura di Gelgel. Tersebutlah Ida Dalem tengah berada di balairung dihadap oleh para patih. I Gusti Pucangan kemudian menghadap dan menyatakan sanggup membunuh si burung gagak yang sering merusak santapan raja. Ida Dalem terkejut, lantas bertanya : “Ini engkau anak dari mana dan siapa pula namamu?”. Pucangan menjawab : “Tuanku, hamba ini bernama I Pucangan dari Desa Buahan, anak dari Arya Tabanan Mur Makules. Hamba baru datang dari Gunung Batur”, Selanjutnya beliau menerangkan riwat dirinya dari awal hingga sekarang. Seketika itu juga teringatlah Ida Dalem tentang riwayat-riwayat yang telah lampau dan beliau merasa amat senang atas kedatangan orang yang akan menolong untuk membinasakan si burung gagak Keesokan harinya para patih sudah berkumpul menghadap Ida Dalem. Siang harinya datanglah si burung gagak yang akan merusak santapan Shri Raja. I Gusti Pucangan dengan cepat meluncurkan anak tulupnya, tepat mengenai pangkal sayap burung itu hingga patah. Setelah terkena dan jatuh, Shri Raja memerintahkan memukul dengan cemetinya, sehingga burung gagak itu menemui ajalnya seketika itu juga. Burung gagak kerap dijadikan simbol kegelapan, angkara murka dan kematian. Setelah itu, bukan main senang hati Shri Raja. “Nah, sekarang oleh karena demikian besar baktimu Pucangan kepadaku” lantas dihadiahkanlah seperangkat pakaian. Lanjut beliau bersabda : “apakah lagi yang engkau minta?”. Teringatlah I Pucangan dengan sabda Ida Bhatari Tolangkir tatkala bersua di Gunung Batur yang akan menganugerahkan wilayah di Badung. Itulah sebabnya I Gusti Pucangan meminta agar diberikan tempat di daerah Badung. Dengan senang hati Sri Raja mengabulkan, lalu bersabda : “Benar sekali permohonanmu itu Pucangan, lagi pula di situ di Tanah Badung pamanmu Arya Tegehkori di Istana Satria memerintah. Sebaiknya engkau ke sana, berangkatlah”. Sembari menghaturkan sembah I Pucangan mohon diri menuju daerah Badung tepatnya di rumah I Kaki Bendesa Lemintang di Desa Lemintang. Hambatan adalah tantangan, tantangan adalah ujian, ujian adalah pintu keberhasilan. Ketabahan (cerdas emosional) dan ketenangan (cerdas spiritual) keduanya itu disenyawakan dengan cerdas berfikir (intelegensi), hasilnya adalah keberhasilan. Selanjutnya I Kaki Bendesa Lemintang memberitahukan kepada raja tentang kedatangan I Gusti Pucangan. Amat senang hati I Gusti Tegehkori (Dinasti IV) menerima kedatangan kemenakannya itu, I Gusti Pucangan diberi hadiah rakyat sebanyak 250 orang untuk membangunkan istana di sebelah barat daya Puri Satria. Istana yang baru itu diberi nama Puri Jambe, oleh karena I Gusti Pucangan dimukimkan di sana. Arti kata pucangan sama dengan jambe yaitu buah, karena ibunya berasal dari Desa Buahan. Setelah sekian lamanya I Gusti Pucangan dijadikan Punggawa di bawah pemerintahan Tegehkori, maka putri raja yang bernama Ratu Ayu Genjot dipinang oleh (putra) I Gusti Pucangan. Sekarang tersebutlah Raja Mangui juga meminang Ratu Ayu Genjot putri Arya Dalem Tegehkori (IV) di Puri Satria (Tegal). Namun oleh karena merasa amat tidak enak hati terhadap Raja Mangui mengingat kemasyhuran Kerajaan Mangui, lantas kepada Raja Mengwi putrinya itu hendak dijodohkan. Pada waktu Raja Mengui membawa sarana upacara pinangan, lantas didengar oleh I Gusti Pucangan. Seketika itu juga ia menghimpun pasukan untuk menggempur Puri Satria. Pihak Arya Pangalasan Mangui berkehendak membela, namun pihak Puri Satria pilih meninggalkan istananya. Dengan amat tergesa-gesa penguasa di Tegehkori V menyingkir lantaran tiada tahan atas amukan prajurit I Gusti Pucangan (Merik). Hanya berlima pada malam yang gelap itu Arya Dalem Tegehkori V (I Gusti Tegeh Tegal Kutha) meloloskan diri bersama permaisuri dan kedua putranya serta seorang iparnya bernama si Munang. Kepergian beliau tiada membawa barang, hanya sekotak prasasti yang merupakan pusaka dari Puri Satria yang beliau usung. Dengan bijak Raja Badung memilih mengalah, tanpa harus terjadi pertumpahan darah. Dengan cerdas Beliau meninggalkan istana, melepas keagungan, membaur di tengah-tengah rakyat, menanggal-kan sebutan pregusti. Hanya satu Beliau bawa : Identitas!. Berikut adalah kisah Dinasti VII yang menyingkir ke Denbukit (Buleleng) hingga menjadi Punggawa Pengastulan I. Selama lima hari Beliau menyingkir di hutan pegunungan, putra beliau hampir mati karena tiada makan apa-apa. Tibalah rombongan keluarga Raja Badung itu di Desa Mambal dan langsung menuju rumah seorang pemimpin desa bernama I Pengkoh. Sangatlah hormatnya I Kelian Pengkoh sekeluarga menjamu tamu kehormatan itu. Selama dua puluh hari rombongan Raja menginap di rumah penghulu Desa Mambal. Suatu kebetulah saat itu tengah musim kemarau, hingga dalam tempo singkat persediaan padi di lumbung habis. Yang tersisa hanya berupa kotoran tikus bercampur kulit gabah, istri I Kelian Pengkoh hanya menemukan itu. I Kelian Pengkoh menyiapkan periuk di dapur untuk menanak nasi. Hingga air di periuk sudah mendidih, namun tidak sebiji beras pun didapat oleh istrinya. Itu lah yang menyebabkan bangkitnya kemarahan I Pengkoh, lantas menuangkan air panas itu dan bertengkar dengan istrinya. Kejadian yang sangat tidak mengenakkan itu disaksikan langsung oleh Raja, hingga membuat beliau merasa amat malu. Demikian besar kesusahan dirasakan oleh I Gusti Tegehkori (VII) sejak meninggalkan keagungan diPuri Satria. Setelah berembug bersama iparnya yaitu I Munang, berangkatlah mantan Raja bersama iparnya mencari beras ke gunung. Sementara itu istri dan kedua putranya ditinggal di rumah I Kelian Mambal. Sepeninggal Arya Tegehkori (VII) ke gunung, timbul pikiran jahat I Kelian Pengkoh. Kedua putra Beliau dimohon pada ibunya, dengan alasan keduanya diajak mencari beras. Ibunya mengijinkan, lantas mereka berangkat. Di tengah perjalanan kedua putra Dalem itu diperdaya hingga perjalanan mereka tembus ke wilayah Denbukit (kelak bernama Buleleng). Sesampai di Desa Kalianget kedua putra Beliau dijual oleh I Kelian Pengkoh kepada Ngurah Kalianget dengan uang sebanyak 150 kepeng belong ditambah dengan sejumlah kain. Sesudah 10 hari lamanya sang ayah bersama iparnya ke gunung, sekembalinya ditanyalah keberadan putra Beliau kepada istrinya. Diterangkan bahwa putra tuanku dibawa pergi ke gunung oleh I Kelian Mambal. Sudah 10 hari lamanya belum juga kembali. Begitu I Gusti Tegehkori VII (I Gst Made Tegeh) mendengar jawaban istrinya demikian, terkejutlah Beliau dan sadar akan kesengsaran yang tengah mereka alami. Sembari mencucurkan air mata, lalu bersabda kepada istrinya dan I Munang agar keduanya mencari putranya sampai di Karangasem. Beliau sendiri mencari ke Denbukit. Dari situ berpisahlah Beliau, ada yang ke Karangasem dan ada ke Denbukit. Setelah melintasi tanah Denbukit, tibalah Beliau di Dusun Ambengan. Dari dusun itu perjalanan menuju Desa Sangket. Dari sana Beliau menyamar untuk menyelidiki keberadaan putranya yang tiada kabar beritanya. Tersebut I Gusti Panji Sakti (I Gusti Panji Made) sebagai Raja Denbukit (yang kedua) beristana di Puri Sukasada. Ke sanalah Beliau menuju. Suatu kebetulan Raja Denbukit sedang menyaksikan pelatihan tari Gambuh. Tidak diceritakan bagaimana awal perkenalan kedua tokoh itu. Setelah sama mengenal, didaulatlah Beliau untuk ikut melatih Gambuh. Sulit mencari bandingan atas kehebatan I Gusti Tegehkori (VII) dalam hal berkesenian Gambuh. Siang malam bersukaria mementaskan Gambuh, itulah sebabnya istana raja diberi nama Puri Sukasada. Ki Barak lahir di Puri Gelgel tahun 1555 naik takhta menjadi Anglurah (Raja) Denbukit di usia 12 tahun mabiseka I Gusti Panji Sakti berpuri di Pamereman Panji. Pindah ke Puri Sukasada tahun 1584. Selama 10 tahun (1590-1600) sebanyak tiga kali melakukan ekspedisi menundukkan Kerajaan Blambangan. Setelah berlalu cukup lama dalam penyamaran yang cerdas, Arya Dalem Benculuk I Gusti Tegehkori (VII) amatlah disayang dan menjadi orang kepercayaan Raja Denbukit. Beliau dihadiahi pengikut sebanyak dua ratus orang, termasuk empat puluh orang diantaranya berusia remaja. Tidak ada yang menyamai kebijaksanaan raja Denbukit, hingga disegani oleh siapa saja, berwibawa sebagai keturunan satria raja dewa. Tidak ada yang berani menentang titah Beliau. Boleh dikatakan demikian sejahteranya kerajaan yang berpusat di Istana Sukasada. Sekarang diceritakan Ngurah Sindhuwedang (Kalianget) yang menyembunyikan putra putri Beliau. Ngurah Raden dan Ayu Genjot. Raja Kalianget memiliki rakyat 1.450 orang. Ngurah Kalianget yang berhati angkara dan sangat iri hati terhadap Raja Panji Sakti memutuskan akan memerangi kerajaan Sukasada. Namun lekasan didengar oleh Raja Panji Sakti, dan memerintahkan kepada Arya Dalem Bansuluk Tegehkuri (VII) supaya mendahului memukul Ngurah Kalianget, sebelum sempat ia mengumpulkan kekuatan-nya. Dengan secepatnya Sira Arya membawa perajurit 200 orang, berjalan menuju Desa Kalianget. Kali-anget (Sindhu-wedang) menurut sumber lain disebut Tebusalah dan penguasa di wailayah itu (Denbukit Barat) bernama Kiyayi Sasangka Adri. Penguasa di Denbukit Tengah Tengah bernama Kiyayi Pungakan Gendis, di Denbukit Timur bernama Kiyayi Alit Mandala. Tidak disebutkan selama perjalanan, sesampainya laskar Sukasada di Desa Kalianget, prajurit Ngurah Kalianget juga sudah bersiap-siap akan berangkat menyerang Sukasada. Laskar Arya Dalem Bansuluk sebanyak 200 pasukan langsung melakukan penyerangan. Serangan yang dilakukan secara tiba-tiba itu membikin rakyat Ngurah Kalianget kaget dan prajuritnya tidak bisa berkutik, bagaikan kedatangan ribuan musuh disertai makhluk halus, Prajurit Ngurah Kalianget kalah dan menyerah. Ngurah Kalianget berhasil ditawan, seluruh isi rumah bersama para penghuninya tua muda dirampas dan dibawa ke Puri Sukasada. Atas perintah raja, Ngurah Kalianget dihukum mati, tiada lain yang melaksanakan perintah itu adalah Arya Dalem Banculuk Tegehkuri (VII). Kesetiaan terhadap Raja Panji Sakti dalam ekspedisi menunduk-kan Blambangan adalah bukti persaudaraan satu genetis (trah tunggal) Dalem Shri Aji Kresna Kepakisan. Kekalahan dan kematian yang dialami oleh Ngurah Kalianget serta dirampasnya seluruh harta bendanya, baik itu berupa emas permata beserta seluruh orang-orangnya, antara lain para pelayan, pengikut tua muda lain perempuan besar kecil sampai bayi yang masih menyusui dijadikan tawanan di Puri Sukasada. Semua tawanan bercampur baur termasuk kedua putra Beliau yang sempat dijual dan disembunyikan di Kalianget. Hingga berakhirnya peristiwa penyerangan ke Kalianget itu pun Beliau tidak mengetahui keberadaan kedua putra dan putrinya. Tibalah saatnya pada suatu malam, ketika itu sudah ramai orang berkumpul di Puri Sukasada untuk menyaksikan pementasan Gambuh. Tatkala baru berlangsung sebanyak tiga tarian, tiba-tiba putra Beliau yang tengah berada di arena pertunjukan menangis sedih menyayat hati sembari melontarkan kata-kata memilukan. memanggil-manggil ayah dan ibunya : “Wahai Satria Dalem Bansuluk Tegehkori, lihatlah hamba, sudah sedemikian lamanya hingga kini belum juga kami bertemu ayah dan ibu, moga-moga Ida Sang Hyang Widhi mempertemukan selekasnya”. Oleh karena ratapan anak itu cukup menarik perhatian, didengarlah oleh Beliau dan langsung mendekati kedua anak itu. Benarlah, yang tengah menangis itu ternyata putra Beliau yaitu Ayu Genjot dan Ngurah Raden. Tersebutlah istri dan ipar Beliau yang telah cukup lama berkelana mencari putra putrinya di daerah Karangasem, kemudian mendengar kabar tentang Arya Dalem Bansuluk Tegehkuri (VII) sudah berkumpul dengan putra putri Beliau di tempat pegungsiannya di Puri Sukasada. Dengan bergegas mereka datang ke Denbukit dan menuju Istana Sukasada dan di situ mereka bertemu lain berkumpul, amatlah senang hati Beliau. Sesudah semuanya berkumpul, terbit keinginan mulia Arya Dalem hendak mengembalikan keberadaan putranya ke Kerajaan Badung. Ingat akan kelak di kemudian hari ada keturunan Beliau yang tetap melanjutkan kehidupan secara turun temurun di Negeri Badung. Putra Beliau yaitu Ngurah Raden bersama pamannya I Munang diperintahkan agar kembali ke Badung. Orang yang WasKiTa (Waspada Kinasih Tapa) tidak mengenal dendam. Sesampainya di Badung, berhubung istana di Satria sudah diduduki oleh I Gusti Pucangan alias Jambe Pule yang kemudian naik tahta menjadi Raja Badung Dinasti I (mabiseka Prabhu Bendana), menghadaplah Ngurah Raden ke Puri, menyatakan diri disuruh kembali oleh sang ayah Arya Dalem Bansuluk Tegehkori (VII). Oleh karena merasa diri bertemu kembali dengan saudara sepupu, maka dengan senang hati I Gusti Pucangan menghadiahkan rakyat sebanyak 200 orang dan sawah 40 petak kepada Ngurah Raden. Atas perintah raja, dibuatlah istana di sebelah barat sungai pada sebidang tanah hutan. Setelah selesai istana itu diberi nama Jro Kuta, untuk mengingatkan sebagai putra Satria Tegehkuri yang berasal-mula dari Bansuluk Tegehkuri. Itulah sebabnya dari sejak dulu tidak ada yang berani melupakan bersembah-bakti ke Bansuluk. Kendati pun sudah berada di Satria, oleh karena dari sana (Bansuluk) dimulainya keberadaan leluhur yang mulia, janganlah sampai lupa wahai seluruh keturunanku, semua yang ingat (datang bersembah-bakti) akan menemukan kebahagiaannya. Tersebutlah I Gusti Jambe Pule (Pucangan) menjadi raja di Negara Badung, berputra 2 orang semuanya laki-laki. Yang lebih tua diberi tempat tinggal di timur sungai serta diberikan senjata pusaka tulup. Kelak kemudian hari istana itu di disebut Puri Denpasar (karena berada di utara pasar). Sedangkan adiknya dibuat kan tempat tinggal di barat sungai serta diberi senjata pusaka pecut, karenanya istana itu kelak disebut Puri Pamecutan. Setelah cukup lama I Gusti Pucangan memerintah di Kerajaan Badung wafatlah Beliau, kemudian digantikan oleh kedua orang putranya yang sama-sama bersaing ingin menjadi raja menggantikan ayah mereka menjadi raja di Negara Badung. I Gusti Pucangan adalah generasi ke enam Arya Kenceng. Puri Jambe Denpasar & Puri Pemecutan adalah generasi ke tujuhnya yang mewarisi dua senjata anugerah Dewata, tulup dan pecut (cemeti). Kebesaran puri ini berakhir ketika perang Puputan Badung melawan agresi Belanda dengan gugurnya Raja Tjokorda Made Agung (Tjokorda Mantuk Ring Rana). Tidak diceritakan bagaimana riwayatnya selama lima tahun berselang, sekarang tersebutlah ada seorang warga puri pernama Agung Rai yang berdiam di bagian selatan puri, melarikan diri ke Negara Sasak (Lombok). Sekembalinya dari Sasak ke Badung, ia meminta tolong kepada Brahmana di Sanur, supaya Brahmana itu minta bantuan ke Gianyar guna menyerang istana di Satria. Entah bagaimana ceritanya, setelah berhasil melakukan penyerangan, di bawah pohon cempaka di Puri Jro Kuta ditemukan korban tewas. Semua orang, anjing dan ayam yang ada di istana Satria semuanya terbunuh. Begitu pula setelah Raja Badung di Satria mengalami kekalahan, pintu gerbang yang tinggi itu dirobohkan dan puncaknya dilenyapkan orang. Sehabis peperangan itu Desa Batubulan diambil oleh Raja Gianyar sebagai hadiahnya, dan semenjak itu menjadi awal permusuhan antara Raja Badung dan Raja Gianyar. Jika perang dijadikau cara uutuk mencapai tujuan, maka peradaban manusia akan terus bernoda darah dendam nafsu angkara murka. Cukup lama Arya Dalem Bansuluk Tegehkuri (VII) tinggal di sekitar Istana Sukasada Denbukit. Beliau sangat giat membantu raja memakmurkan negeri, sehingga amat dikasihi oleh raja I Gusti Panji Sakti. Putri Beliau Ayu Genjot juga jadi penari dan kemudian diperistri oleh seorang bangsawan dari Desa Patandakan. Tersebut pula sekarang I Gusti Agung Gede Mangui berkenginan ke Denbukit untuk mengunjungi Raja Panji Sakti, berhubung Beliau adalah merupakan anak menantu dari Raja Mangui. Mengingat Raja Mangui telah amat tersohor kepandaian dan kesaktianya, timbul maksud I Gusti Panji Sakti (II) untuk mencoba apa benar sebagaimana kabar tersebut. Tiada lain yang ditunjuk untuk membuktikan kesaktian Beliau itu adalah Arya Dalem Bansuluk. Dengan kawalan sebanyak 40 orang prajurit, bergeraklah Beliau bersama pasukan yang kesemuanya pemberani dan kuat-kuat, menghadang di bawah pohon kepuh di pekuburan Banyuning. Raja Mangui (Mengwi) saat itu adalah I Gusti Made Agung. Beliau juga dinamai I Gusti Agung Gede Mangui atau Dalem Mengwi. Beliau amat terkenal kebijaksanaan, kesaktian dan kecerdikannya mengalahkan Ki Balian Batur. Tibalah kemudian saat yang ditunggu-tunggunya, Raja Mengwi I Gusti Agung Gede datang, Beliau diusung dan diiring 200 orang rakyatnya. Ketika telah dekat lantas Raja Mangui yang tengah diusung dengan tandu itu dihadang dan ditombak bertubu-tubi oleh Arya Dalem Bansuluk. Namun sedikit-pun tiada terluka karena demikian kebalnya tubuh Beliau. Bersabdalah Raja Mengwi kepada para pengiringnya : “turunkanlah aku wahai prajurit”. Lantas turunlah Beliau dari tandu dan langsung mengambil sikap meditasi. Sekejap kemudian berubahlah wujud Beliau, beralih rupa menyerupai Bhuta Sungsang, bermata enam, bertangan enam, berkaki enam dan berkepala enam. Sepertinya tidak ada seorang pun yang akan mampu menandingi kesaktian Beliau di jagat ini. Di sana pasukan yang dibawa Arya Dalem merasakan ketakutan dan semuanya lari tunggang langgang. Sedangkan Arya Dalem sendiri mundur dan menyembunyikan diri cukup jauh ke arah barat di hutan bukit Pedawa. Untuk mengelabuhi kejaran pasukan Mangui dan Sukasada, lantas Beliau bersembunyi di bawah pohon jawa (jawawut). Ketika dalam persembunyian di bawah pohon jawa yang dihinggapi burung perkutut itulah Arya Dalem berkaul kepada pohon jawa dan kepada burung titiran. Bilamana tiada diketahui oleh para pengejarnya, beliau sanggup supaya saturun-temurun tiada makan biji jawawut dan daging perkutut. Kembali pada I Gusti Agung Gede Mengwi, percobaan pembunuhan yang baru saja Beliau alami tidak menyurutkan langkahnya menuju Istana Sukasada. Setibanya di Puri Sukasada dengan tertawa terbahak-bahak Beliau menerima sambutan hangat Raja Denbukit. I Gusti Panji Sakti (II) lantas berujar mohon dimaafkan. I Gusti Agung Gede Mangui bersabda : “Baiklah anakda, tidak perlu hal itu diperpanjang karena Bapa sudah tahu bahwa anakda hanya ingin mencoba Bapa. Sekarang Bapa hanya minta agar anakda memerintahkan untuk mencari sampai dapat orang yang anakda suruh menyerung Bapak. Bapak amat heran atas keberanian orang itu dan pula kesetiaannya terhadap anakda amatlah menakjubkan. Belum pernah Bapak bertemu dengan orang seperti itu, tentu dia itu adalah seorang keturunan kesatria yang mahautama”. Lantas I Gusti Panji Sakti (II) menitahkan 20 orang pilihannya mencahari Arya Dalem. Namun walau telah berhari-hari ditelusuri jejak Beliau tetap tidak jua dapat dijumpai. Konon pengejaran telah dilakukan hingga kawasan hutan dan kebun jawawut tempat Arya Dalem bersembunyi. Mereka juga paham jika ada orang di sekitar pohon jawawut, niscaya tidak seekor burung kutut pun yang sudi hinggap dan bersuara di sana. Kembalilah mereka dengan tangan hampa dan melaporkan kepada sang junjungan. Hingga sampai 7 hari lamanya Beliau berdiam diri di sana. Dengan tubuh yang lesu, kurus kering dan amat kotor, lantas Beliau berjalan pelan meninggalkan ladang jawawut itu menuju ke arah barat, mengungsi di Desa Patemon. Keadaan ketika sampai di desa itu menunjukkan hari sudah beranjak petang. Beliau menuju rumah dagang nasi, istri Dalang Patemon. Amatlah kasihan mereka melihat kondisi Beliau yang amat letih dan kurus, lantas Beliau diajak ke rumah mereka dan disuguhi makanan. Rasa simpati keluarga dalang terhadap Arya Dalem, adalah lantaran Beliau telah menceritakan dirinya tengah dikejar-kejar prajurit kerajaan. Keluarga dalang sibuk membuatkan lubang sumur untuk tempat Beliau berlindung. Saban siang Beliau menyembunyikan diri di lubang perlindungan yang ditutup dengan gedek. Jika malam tiba, Beliau dibawa keluar dari tempat perlindungan. Sudah selama 15 hari lamanya Beliau menyingkir di rumah keluarga dalang, amatlah tidak enaknya hati Beliau lama tinggal di sana. Beliau mohon diri kepada I Dalang dan lantas menyingkir di Desa Bunbunan. Di desa itu tiada kurang pula Beliau meperoleh pengikut yang bersimpati dan ikut menyembunyikan. Selama sekitar sebulan lamanya di Desa Bunbunan, bertambah gelisahlah pikiran Arya Dalem. Di kala itulah timbul keinginan Beliau untuk mengumpulkan sejumlah pengikut untuk diajak menghadap Raja Panji Sakti (II) di Puri Sukasada beserta Raja Mangui I Gusti Agung Gede, berhubung Beliau masih berada di Denbukit. Setelah diutarakan maksud dan tujuannya, maka ada sebanyak 10 orang pengikut yang benar-benar diyakini keberanian, keikhlasan dan kesanggupannya mengantar Arya Dalem Bansuluk Tegehkuri. Mereka telah bertekad bulat, hidup atau pun mati akan tetap setia mengikuti. Oleh karena sudah mantap persiapannya, maka serempaklah mereka berganti pakaian dengan busana serba putih. Ke sepuluh orang yang serba memutih itu siap mengiringkan Arya Dalem Bansuluk Tegehkori VII berjalan menuju Istana Sukasada. Maksudnya tiada lain adalah untuk menyerahkan diri dengan ikhlas kepada raja dan bersedia dengan ikhlas menerima hukuman, termasuk hukuman mati. Tidak diceritakan bagaimana perjalanan cukup jauh dari Desa Bubunan (Bangsingkayu/Bunbunan) menuju istana Raja Denbukit. Sesampainya di Puri Sukasada bertepatan saat kedua raja itu sedang duduk bersukaria di istana dihadap oleh para abdi kerajaan. Terkejutlah beliau melihat kedatangan orang-orang yang baru datang dengan berbusana serba putih. Warna putih adalah suatu ciri atau pertanda bahwa mereka akan rela mati jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Maka Arya Dalem beserta kesepuluh pengikutnya menghaturkan pangastungkara seraya memohon ampun ke hadapan kedua raja itu jika dinilai telah melakukan suatu kesalahan. Raja Mengwi lalu bersabda : “Wahai Arya, menurut pendapatku, perbuatanmu itu terhadapku sama sekali tiada kesalahannya. Aku berpikir, Arya hanya melaksanakan dharma kesetiaanmu terhadap putraku ini Panji Sakti (II), yaitu melaksanakan perintah untuk menyerang. Nah anakda Panji Sakti (II), mulai saat ini janganlah Sekali-kali anakda melupakan kesetiaan dan ketulusan pengorbanan yang telah diberikan oleh Arya untuk selama-lamanya”. Seusai bersabda demikian I Gusti Agung Gede Mengwi memanggil seorang hamba sahajanya yang masih muda, dititah mengambil sebilah keris dan sebilah tombak di tempat peraduan beliau. Baru sampai disitu sabda Raja I Gusti Made Agung Mangui, maka seluruh pengikut Beliau sebanyak 10 orang itu seketika mengalami kegelisahan dan ketakutan yang amat sangat. Tentu mereka mengira bahwa kinilah saatnya bahaya itu benar-benar mengancam jiwa mereka. Ternyata dugaan mereka akan terjadinya pembunuhan atas diri mereka meleset. Dalam Babad Mengwi nama Raja Mengwi disebut I Gusti Made Agung, Beliau pernah mengalahkan Ki Balian Batur yang sakti mandraguna. Hamba sahaja itu menyerahkan sebilah keris dan sebilah tombak, lantas diterima oleh Raja Mengwi sambil bersabda demikian : “Wahai Arya Dalem, inilah hadiahku berupa sebilah keris dan sebilah tombak. Keris ini bernama Carita Belebang, khasiatnya untuk menjaga keselamatan dan tak berani musuh melihatnya. Tombak ini namanya Lelemon, khasiatnya besar kewibawaan. Inilah sebagai buktinya agar mulai dari sekarang sampai ke turun temurun, dari hidup sampai mati janganlah engkau melupakan anakda Panji Sakti, dan pula anakda Panji Sakti (II) jangan sekali-kali melupakan Sira Arya selama-lamanyu sampai turun temurun memasang candi pemujaan agar tetap sama ingat, barang siapa yang lupa dengan amanatku ini supaya menemukan sengsara susah hati, tiada menemukan sesuatu yang diperlukan”. Demikian lagi sabda Raja Mengwi: “Dan sekarang wahai Arya tanah mana yang diminta”. Mendengar sabda Raja Mangui yang amat menyenangkan hati Arya Dalem Bansuluk, lantas Beliau berkata : “Jika sekiranya diperkenankan, Desa Bubunan yang hamba mohon, oleh karena mereka ini amat setia kepada hamba sewaktu hamba menemukan kesusahan”. Demikianlah, maka Desa Bubunan, Sulanyah, Tanguwisia dihadiahkan kepada Arya Dalem Bensuluk Tegehkori VII. Selain itu raja menghadiahkan pula seorang dara bangsawan dari Desa Padangbulia untuk menjadi istri Arya Dalem, oleh karena istri yang dari Badung sudah beranjak tua. Arya diperkenankan kembali bersama pengikutnya ke Desa Bubunan. Selama sekitar 3 tahun beliau bertempat tinggal di Desa Bunbunan, oleh karena tanah di situ kurang rata. dari sana Beliau berpindah tempat ke Desa Muntis (Pengastulan). Di Pengastulan I Gusti Tegehkori (VII) menjadi Punggawa. Tepat di sebelah barat jeroannya Beliau membangun pura pemujaan leluhur yang diberi nama Pura Badung sebagai peringatan bahwa Beliau adalah Raja Badung. Di pura itu dibikin pelinggih Dalem Duwure untuk pemujaan Raja Panji Sakti.  
Aryadimas Ngurah Hendratno lahir di Denpasar, 13 September 1975. Menulis puisi sejak remaja, pernah bergabung dalam Teater Angin (SMAN 1 Denpasar), dan bersentuhan dengan Sanggar Minum Kopi. Sejumlah puisinya dimuat di Bali Post dan buku antologi Ensiklopedi Pejalan Sunyi (2015), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016). Dia adalah “lurah” Jatijagat Kampung Puisi, mengajar sastra dan teater di Teater Tahkta SMK Saraswati 1 Denpasar, serta mengelola Rumah Belajar Seni di Denpasar.  +
"Aturan Lalu Lintas wantah Angin Lalu" Anak muda kini juga suka berkendara sembarangan, padahal belum memiliki SIM. Hal tersebut tentu saja berbahaya untuk diri sendiri dan orang lain. Sebagai anak muda, Saya yakin Kalian semua pasti ingin tahu rasanya mengendarai motor. Memang berkendara pasti terasa menyenangkan, namun ada peraturan utama yang perlu ditaati jika ingin berkendara, yaitu memiliki SIM. Jika kalian tidak memiliki SIM, maka sebaiknya tahan diri dan jangan berkendara dulu, karena berkendara tanpa SIM dapat disebut dengan berkendara sembarangan yang hanya menyebabkan kecelakaan. Tentu saja kalian tidak ingin mengalami kecelakaan di usia muda, apalagi adanya berita seperti sekarang yaitu melakukan speeding dijalan raya yang dimana itu sangat" merugikan orang lain Dan untuk pemimpin kedepannya untuk lebih memperketat peraturan yang ada agar tidak memakan korban yang dimana korbannya masi dibilang remaja dan merugikan pengendara lainnya yang sudah mematuhi peraturan. Jadi, ayooo kita patuhi peraturan lalu lintas dan jangan melakukan perbuatan nakal dengan cara berkendara sembarangan tanpa SIM atau speeding sembarangan dijalan raya dan sangat merugikan orang lain, sayangi lah nyawa kaliann  +
Augusta de Wit (25 November 1864 – 9 Februari 1939) adalah seorang penulis Belanda, lahir di Hindia Belanda dan terkenal karena menulis tentang Jawa dan Bali.  +
Ayu Diah Cempaka lahir di Gianyar, 18 Juli 1993. Ia lulusan Sastra Perancis, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Selain menulis sastra (puisi), ia adalah penulis & programmer festival film. Menjadi programmer di Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta (2015-2019) dan Balinale – Bali Internasional Film Festival (2022). Sempat menjadi Asian short film selection committee (2022) dan juri komunitas (2017) pada Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF), tim juri pada Festival Film Indonesia (FFI) 2018, serta Pengajar tamu ‘Estetika Film’ Jurusan Film & Televisi Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar 2021. Ulasan filmnya dimuat di beberapa media seperti Cinema Poetica, Film Criticism Collective – Yamagata Internasional Film Festival, Goethe Institut Indonesien, Jurnal Ruang, Bali Post, dan Balebengong. Pada 2016 – sekarang menjadi Cultural & communication officer di Alliance Francaise Bali.  +
Co-Founder dan Kepala Koki, Pengalaman Rasa "Sebagai penduduk asli Bali Utara, pelatihan memasak Ayu dimulai sejak kecil di dapur keluarganya - belajar seni memasak tradisional sambil mengasah indranya dalam menyempurnakan rasa, tekstur, dan penampilan berbagai hidangan otentik. Menggabungkan resep keluarga yang diturunkan dari generasi ke generasi dengan produk lokal berkualitas tinggi pilihan, Ayu bersemangat untuk melestarikan masakan Bali Utara dan memperkenalkannya kepada dunia." diterjemahkan dari https://www.pengalamanrasa.com/  +
Ayu Putu Feny Abrina Putri, lahir di Penestanan Kelod, Ubud, 5 Oktober 1992. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain “Ekspresi Indonesiaku” di Museum Nasional Indonesia (2014), “Brutal Art Work“ di Studio Rudolf Bonnet Tjampuhan Ubud (2016), Merdeka dalam Ekspresi di Taman Budaya Bali (2019).  +
Ayu Weda bernama lengkap I Gusti Ayu Made Wedayanti. Lahir di Singaraja, 1 September 1963. Dia adalah alumnus Universitas Airlangga, Surabaya. Pada era 1980-an, dia dikenal sebagai penyanyi lady rocker. Prestasinya di bidang tarik suara dan panggung, antara lain, tahun 1981 dia menyabet gelar Juara III dalam pemilihan Bintang Radio dan Televisi (BRTV) tingkat nasional. Dia sekaligus menggondol penghargaan sebagai Penampil Terbaik dalam kategori grup bersama dua adiknya dalam Trio Ayu Sisters, yakni I Gusti Ayu Partiwi dan I Gusti Ayu Laksmi. Tahun itu pula, Ayu Weda mewakili Bali menjadi finalis dalam ajang pemilihan Puteri Remaja Indonesia yang diselenggarakan oleh Majalah Gadis. Tahun 1982, dia berhasil merilis album musik ‘Rindu Teman Sehati’ garapan musisi nasional Adriadie. Sementara pada 1987, merilis album ‘Memetik Bintang’ garapan musisi Deddy Dores. Selain menyanyi, dia juga suka menulis. Buku kumpulan cerpennya ‘Badriyah’ diterbitkan oleh Penerbit Gambang pada tahun 2016. Buku tersebut banyak berkisah tentang kehidupan perempuan dalam berbagai suka dan dukanya.  +
B
“OM SWASTYASTU” “OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDHAM” “OM ANO BADRAH KRATAWO YANTU WISWATAH” Terimakasih saya sampaikan kepada pembawa acara, atas waktu yang telah diberikan kepada saya, yang terhormat bapak/ibu dewan juri dan calon anggota DPD Provinsi Bali, demikian juga teman-teman peserta yang saya banggakan. Sebelum itu, marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat beliaulah, kami dapat berkumpul disini dengan rasa bahagia dalam acara Wikithon Partisipasi Publik Bali berorasi, yang mengusung tema, Pemilu 2024: apa masalah yang paling mendesak untuk ditangani oleh para calon pemimpin Bali? Semoga acara seperti ini bisa sering dilaksankan untuk membangun Bali yang bermartabat. Hadirin yang berbahagia, seperti yang kita ketahui bahwasanya Bali terkenal dengan sebutan pulau seribu pura dengan lingkungannya yang sangat indah, yang sering dituju oleh wisatawan mancanegara, karena Bali merupakan salah satu fokus pariwisata yang ada di Indonesia. Hal inilah yang mendasari banyak wisatawan asing datang ke Bali. Walaupun Bali sebagai tujuan destinasi wisata hal ini bukan menjadi topik pembicaraan utama, tetapi bagaimana masalah-masalah yang berdampak signifikan di Bali. Seperti yang kita ketahui bahwasanya yang dibilang zaman kehancuran ini, jika berbicara terkait dengan masalah-masalah yang ada di Bali yang akan membuat Bali menjadi runtuh. Sayangnya masalah yang ada di Bali belum mendapat penanganan yang memang berguna bagi pulau Bali. Hadirin yang berbahagia, jika dilihat kehidupan sekarang tentu sudah berbeda dengan kehidupan terdahulu, terlebih lagi dengan masalah-masalahnya, permasalahan yang paling utama adalah berkaitan dengan lingkungan dan lahan pulau Bali yang habis dibangun dan dijadikan tempat obyek wisata, hal ini yang akan membuat pulau bali dari segi lahan dan lingkungannya akan semakin menyempit, jika semua lahan dan lingkungan yang ada di Bali dijadikan obyek wisata, dimana kita (manusia), hewan dan yang lainnya akan tinggal dan menjalankan kehidupan sehari-hari? Selanjutnya berbicara tentang lingkungan lahan yang di ubah menjadi tempat wisata pastinya banyak kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat menghasilkan sampah plastik, hal inilah yang akan menjadi permasalahan Bali selanjutnya. Keberadaan sampah di Bali sangat miris dan mendapat perhatian yang sangat sedikit, hal ini yang membuat bahaya besar, contohnya: banjir, sakit DBD dan yang lainnya. Terlebih lagi seperti yang baru-baru ini hangat terkait dengan tempat sampah atau tempat pembuangan akhir suwung ang ada di Bali sudah sangat penuh dan menyebabkan kebakaran sehingga menimbulkan asap polusi yang menyebabkan penyakit. Apakah kita semua rela hidup dan berkegiatan di tempat yang kotor? Sudah tentu banyak dari saudara sekalian yang enggan tinggal di tempat yang kotor. Hadirin yang berbahagia, jika saya simpulkan terkat dengan permasalahan yang ada di Bali, agar pemimpin Bali bisa memberikan solusi-solusi yang solutif terkait dengan permasalahan: pengalihan lahan atau lingkungan menjadi obyek wisata dan maraknya sampah yang belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Berdasarkan permasalahan tersebut jika tidak dari sekarang kita Bersama-sama menjadi garda terdepan, sudah tentu lambat laun pulau Bali akan runtuh. Pulau Bali yang mendapat julukan seribu pura akan kehilangan kesuciannya, berdasarkan permasalahan tersebut, harapan saya kepada pemimpin Bali 2024 yang terpilih agar bisa mencarikan jalan keluar yang solutif sehingga masyarakat Bali bisa menjalankan nilai luhur yang ada di Bali yakni TRI HITA KARANA, karena permasalahan tersebut berkaitan dengan nilai TRI HITA KARANA, sehingga Bali bisa kembali seperti sedia kala. Hadirin yang berbahagia demikianlah orasi yang dapat saya sampaikan, semoga saudara-saudara sekalian sadar akan kondisi Bali yang sekarang. “OM SANTHI, SANTHI, SANTHI OM”  
BALI KEMBALI Bali memiliki daya tarik tersendiri yang membuat orang-orang suka berkunjung ke Bali. Semenjak adanya pandemi covid-19 pariwisata Bali semakin terancam. Ini yang membuat pemerintah dan masyarakat Bali harus memiliki cara yang dapat digunakan untuk maningkatkan kembali Bali yang merupakan pulau wisata. Pada kemajuan jaman saat ini yang sudah menggunakan teknologi seperti Aplikasi Tiktok, kita bisa membuat konten-konten wisata kreatif, ini yang bisa dijadikan sebagai media untuk meningkatkan pariwisata Bali Membuat perlombaan konten kreatif pariwisata Bali ini juga merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk membuat pariwisata Bali dikenal kembali. Dan juga pada tempat wisata tersebut harus menjalankan 4M seperti peraturan yang sudah diterapkan.  +
Siapa yang tidak tahu tentang Pulau Bali? Pulau yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Pariwisata di Bali sebagai sumber perekonomian yang menghidupi sebagian besar masyarakat Bali. Namun seperti saat ini, pariwisata Bali meredup semenjak adanya virus Covid-19 yang mewabah di dunia. Sudah dua tahun lamanya virus Covid-19 menyerang bumi yang kita cintai ini. Beberapa kebijakan sudah dijalankan. Namun, pariwisata Bali belum bisa kembali seperti sedia kala. Kita sebagai warga khususnya sebagai pemuda Bali sudah seharusnya memberikan dan melaksanakan usaha-usaha kreatif yang bisa membangkitkan pariwisata di Bali. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, semua sudah serba digital dan canggih. Perkembangan teknologi yang sudah canggih ini bisa kita pergunakan sebagai alat agar bisa membangkitkan pariwisata di Bali. Salah satu usaha kreati yang bisa membangkitkan pariwisata di Bali seperti aplikasi yang bernama BALI MELALI. Aplikasi ini menggunakan teknologi berupa VR atau Virtual Reality. Pada aplikasi BALI MELALI ini menampilkan destinasi pariwisata yang ada di Bali. Jika menggunakan teknologi VR ini, para wisatawan atau siapa pun yang sudah mengunduh aplikasi BALI MELALI bisa melihat tempat-tempat pariwisata yang kita inginkan. Menggunakan VR ini destinasi pariwisata di Bali bisa dilihat secara nyata (real) sekali, ini bisa menumbuhkan rasa rindu ke Bali dan menyebabkan para wisatawan agar mau datang lagi ke Bali. Pada aplikasi BALI MELALI tidak hanya menampilkan desinasi pariwisata yang sudah terkenal saja, namun seharusnya juga menampilkan tempat-tempat yang belum banyak diketahui. Di Bali sebenarnya banyak sekali destinasi wisata yang belum terkenal. Jika hanya menampilkan tempat seperti Pantai Kuta, Pantai Pandawa saja, para wisatawan pasti sudah banyak yang tahu. Itula sebabnya pada alikasi ini sangat bagus jika menampillkan tempat yang belum diketahui oleh banyak orang. Tidak hanya itu, pada aplikasi BALI MELALI tidak hanya menampillkan virtual atau gambar saja, namun boleh diisi dengan suara-suara yang ada di tempat tersebut. Contohnya di Candikuning Waterfall, jika kita berwisata ke air terjun sudah pasti ada suara-suara seperti suara gemericikan air, suara pepohonan yang dihembuskan angin, suara burung-burung dan lain sebagainya. Adanya gambar dan suara pada aplikasi BALI MELALI ibi pasti bisa menimbulkan kerinduan dari para wisatawan dan berwisata ke Bali. Semoga usaha berupa aplikasi BALI MELALI bisa membantu pariwisata Bali agar kembali seperti sedia kala. Semoga pariwisata Bali segera bangkit.  
Sejak tahun 2020, pariwisata Bali mengalami penurunan bahkan hampir padam, karena adanya pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan perekonomian di Bali semakin menurun dan banyak warga yang kehilangan pekerjaan, bahkan hal ini juga yang menyebabkan terjadinya perubahan tata cara dalam tradisi Bali. Menjalani kehidupan new normal saat ini, tentu saja kita semua menginginkan pariwisata Bali kembali bersinar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kita dapat mewujudkannya dengan mengangkat tema “Pariwisata Bali Metangi”. Dengan tema tersebut langkah kreatif yang perlu dilakukan pemerintah adalah dengan melihat kepada tradisi dan melakukan modernisasi pada tempat wisata tanpa menghilangkan ciri khas Bali. Tentunya dalam pelaksanannya pemerintah harus menggerakan peran NUNI (Truna Ttruni) utamanya para influencer, sebagai generasi muda Bali yang cakap akan teknologi dan arti penting sebuah tradisi. Penggunaan teknologi ini tentunya mengacu pada modernisasi yang sangat diperlukan. Modernisasi tidak hanya melalui sikap, tetapi bagaimana cara pemerintah untuk membuat tatanan tempat wisata di Bali menjadi lebih nyaman dengan penyediaan protokol kesehatan dan melakukan penyegaran. Sehingga, suasana baru ini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung, tanpa rasa khawatir. Disini lah para Nuni harus bergerak untuk mempromosikan pariwisata Bali melalui media sosial dengan menunjukkan keindahan dan kenyamanan yang Bali berikan kepada semua orang, yang ditambah dengan pengenalan tradisi Bali yang kini mulai bangkit. Terutama peran Nuni sebagai influencer yang memiliki jangkauan lebih luas dalam menggalakkan aksi “Pariwisata Bali Metangi”. Melalui hal tersebut, pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan influencer Bali yang kini menjadi jembatan penghubung antara pemerintah dan warga dunia. Itu saja yang dapat saya sampaikan mengenai ide kreatif yang sebaiknya dilaksanakan oleh pemerintah demi bangkitnya pariwisata Bali. Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat dan dapat mewakili suara generasi muda untuk pariwisata Bali kedepannya menjadi lebih baik dan ekonomi Bali pulih kembali. Bersama generasi muda membangun Bali Bangkit, Bali Kembali, Bali Harmoni.  
Om Swastyastu. Terima kasih kepada yang terhormat, dewan juri dan seluruh pembaca atas kesempatannya. Dari tema orasi kali ini, topik mendesak yang kami angkat adalah mengenai langkah pemerintah Bali dalam mengatasi lonjakan sampah di Pulau Dewata ini, yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Untuk itu, judul orasi yang kami angkat adalah "Bali Asri, Tanpa Tumpukan Gunung Sampah" atau “Bali Resik, Bali Tan Katiben Gunung Leluu”. Pulau Bali, dengan julukan surga pariwisata dunia. Namun dibalik kalimat itu, Pulau Bali tengah menghadapi krisis mendesak akibat tumpukan sampah. Hal tersebut kian merumit dan diperjelas setelah terjadinya kebakaran pada sejumlah titik Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Bali akhir-akhir ini. Bagaimana perasaan kita jika setiap hari kita harus hidup di tengah-tengah tumpukan sampah, diikuti dengan polusi pembakarannya seperti ini? Sebagai daerah pariwisata manca negara, urgensi masalah ini harus segera diatasi karena berpotensi menimbulkan permasalahan lain yang dapat merugikan masyarakat Bali. Oleh karena itu, kehadiran pemerintah sebagai pionir yang memimpin masyarakat menjadi sangat vital dalam menanggapi urgensi ini. Calon pemimpin sudah sepatutnya memiliki tanggung jawab untuk menyusun langkah-langkah penanggulangan kegawatan ini. Kita memerlukan investasi signifikan pada infrastruktur pengelolaan sampah dengan teknologi modern ramah lingkungan. Kita juga membutuhkan rancangan kebijakan yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam program pemilahan sampah maupun daur ulang. Selain itu, kami mendorong bapak/ibu calon pemimpin bali untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan organisasi lingkungan guna menciptakan solusi kolaboratif untuk permasalahan sampah ini. Jika mengintegrasikan ide dan sumber daya dari berbagai sektor, kita dapat mencapai progres yang lebih besar dalam menjaga keberlanjutan daerah Bali. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk beraksi bersama dan memastikan bahwa Bali tetap indah dan lestari bagi generasi mendatang. Terima kasih, bapak/ibu calon pemimpin bali pada PEMILU tahun 2024 atas perhatian dan komitmen dalam menghadapi tantangan mendesak ini. Mari bersama-sama kita wujudkan Bali yang bersih, hijau, dan berkelanjutan tanpa gunung sampah. Om Santih, Santih, Santih, Om.  
Seperti yang kita ketahui, saat ini pariwisata Bali sedang berada di titik terendah sejak adanya covid-19. Banyak hotel dan tempat wisata yang tutup karena adanya anjuran pemerintah untuk mencegah terjadinya penularan covid 19. Untuk membangkitkan pariwisata agar tetap berjalan seperti dahulu pemerintah harus mengeluarkan berbagai upaya. Menurut saya, langkah yang perlu dilakukan pemerintah untuk membangkitkan pariwisata bali saat ini dan nanti ialah: 1. Berani untuk membuka tempat wisata di Bali untuk masyarakat umum dengan syarat harus tetap mematuhi protokol kesehatan saat memasuki area wisata serta wajib menunjukkan bukti vaksin 2. Adanya subsidi test swab/rapid antigen gratis dari pemerintah untuk masyarakat yang ingin datang ke Bali 3. Berani memberikan harga promo kepada masyarakat yang ingin berkunjung ke tempat wisata guna memancing daya tarik wisatawan untuk berkunjung serta melancarkan pemasukan bagi tempat wisata tersebut.  +
Paragraf 1 Nama :Ida Bagus Putu Darma Sidi No :12 Kelas :TKR 1 Alamat Rumah : Br. Blungbang, Penarungan, mengwi, badung, bali Paragraf 2 Permasalahan Masalah yang terjadi di lingkungan saya adalah adanya bau tidak sedap di selokan/got dengan adanya pembuangan limbah rumah tangga ke selokan, masyarakat sekitar pun tidak ada peduli dengan kondisi selokan tersebut, cara mengatasinya memindahkan saluran pembuangan rumah tangga ke septik tank dan mengurangi penggunaan air yg berlebih agar septik tank tidak cepat penuh. Paragraf 3 Solusi Untuk pemerintah Solusinya adalah dengan cara Bergotong royong untuk membersihkan area selokan dan membuat peraturan agar masyarakat tidak lagi membuang limbah rumah tangga.  +
Om Swastyastu, Hari ini, saya ingin berbicara tentang suatu fenomena yang menjanjikan yaitu bonus demografi, khususnya bagaimana hal tersebut berdampak pada wilayah kita yaitu, Bali. Sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita pahami apa itu Bonus demografi. Bonus demografi merupakan sebuah fenomena di mana jumlah penduduk usia produktif dalam sebuah negara melebihi jumlah penduduk nonproduktif. Dengan kata lain, ada lebih banyak orang yang bekerja dan menghasilkan output ekonomi dibandingkan dengan mereka yang tidak. Sekarang, mari kita lihat bagaimana Bali dapat memanfaatkan bonus demografi ini. Bali, dengan keunikan budayanya dan pesona alamnya, telah lama menjadi magnet bagi wisatawan domestik dan internasional. Bonus demografi dapat memberikan dorongan ekonomi tambahan dalam bentuk tenaga kerja yang lebih besar dan lebih energik, yang dapat digunakan untuk mengembangkan industri pariwisata dan sektor lainnya. Sehingga hal ini bisa membuka peluang untuk pertumbuhan ekonomi yang cepat dan peningkatan standar hidup bagi semua orang di Bali. Namun, pertanyaannya adalah kapan Bali akan mulai merasakan manfaat dari bonus demografi ini? Prediksi waktunya bervariasi, tetapi banyak ahli percaya bahwa kita berada di ambang batasnya. Dengan populasi muda yang terus bertambah yang kemudian diimbangi dengan peningkatan pendidikan dan pelatihan, maka peluang untuk memanfaatkan bonus ini akan semakin dekat. Namun, penting untuk diingat bahwa bonus demografi bukanlah jaminan untuk sukses ekonomi. Ia perlu diimbangi dengan investasi yang tepat dalam pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, serta kebijakan yang mempromosikan inovasi dan kewirausahaan. Maka dari itu kita butuh seorang pemimpin bijaksana untuk mencapai kesejahteraan masyarakat di Bali khususnya golongan bawah, dengan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan di bidang industri, pendidikan, dan kesehatan. Oleh sebab itu, diharapkan calon Pemimpin Bali serta seluruh masyarakat Bali nantinya dapat bersama-sama memanfaatkan peluang ini dengan baik. Mari kita investasikan dalam generasi muda, mendukung mereka dengan kebijakan yang benar dan memungkinkan mereka untuk berkembang. Dengan cara ini, kita tidak hanya akan memanfaatkan bonus demografi, tetapi juga memastikan masa depan yang cerah dan berkelanjutan bagi Bali. Sekian, Terima kasih Om Santih santih santih Om  
Om Swastyastu Hadirin sekalian yang saya hormati. Tidak terasa tahun 2024 akan segera tiba. Dan kita akan segera melaksanakan pemilu. Sebelum saya melanjutkan untuk berbicara, mari kita bersama-sama menghaturkan puja dan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Karena berkat anugrah dan karunianya kita dapat berkumpul disini dengan keadaan sehat walafiat. Pemilu merupakan pemilihan umum untuk memilih pemimpin rakyat secara demokrasi. Pemilu juga memiliki asas tersendiri yaitu Luber Jurdil. Yang artinya Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil. Di tahun 2024, sebagai masyarakat bali kita akan segera melaksanakan pemilu untuk memilih Calon Pemimpin Bali. Sebagai generasi muda, dalam memilih Calon Pemimpin Bali harus sesuai dengan hati kita masing-masing. Tanpa adanya paksaan dan pengaruh dari orang lain. Semoga pemimpin Bali yang baru nantinya bisa membuat keadaan Bali lebih baik dari sebelumnya. Menurut data yang saya dapat, penduduk Pulau Bali di tahun ini mencapai 4,4 juta jiwa. Yang dimana 50% nya merupakan anak-anak, remaja dan para pelajar. Dan pastinya di tahun berikutnya penduduk di Pulau Bali akan bertambah. Hal ini menjadi masalah yang paling mendesak yang harus ditangani oleh para Calon Pemimpin Bali untuk meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Bali. Salah satunya dengan memberikan beasiswa untuk membantu para siswa yang kurang mampu agar tetap bisa bersekolah. Kemudian mewajibkan literasi di semua jenjang pendidikan di Bali untuk menambah wawasan para siswa. Dan yang terakhir dengan meningkatkan sarana dan prasarana di sekolah untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Semoga dengan kualitas pendidikan yang baik, kualitas SDM di Bali meningkat dan bisa bersaing di dunia kerja. Baik hanya itu yang dapat saya sampaikan. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan dalam perkataan saya. Saya akhiri dengan paramasantih. Om Santih, Santih, Santih Om  +
Nama: Kadek Desy Sita Dewi Asal sekolah: SMA NEGERI 5 DENPASAR OM SWASTYASTU BONUS DEMOGRAFI diwilayah Bali Napi nike demografi? Demografi inggih punika ilmu sane ngenenin indik penduduk utawi manusa terutama indik kelahiran, kematian, lan perpindahan penduduk. Bali merupakan salah satu Provinsi yang ikut menikmati bonus demografi. Bali diproyeksikan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2020-2030 dengan dependency ratio terendah antara 42,2-43,2 persen. Tidak hanya itu Untuk mengetahui suatu wilayah maju, berkembang atau terbelakang dan juga mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup pada umumnya menggunakan Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia diukur dari angka harapan hidup, angka harapan sekolah, dan standar hidup atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu wilayah. Usia harapan hidup yang tinggi di Bali bisa menjadi modal pertama dalam bonus demografi, karena dengan jumlah penduduk produktif lebih banyak dibandingkan non produktif diharapkan bisa mendongkrak khususnya perekonomian di Bali Usia harapan hidup yang tinggi di Bali bisa menjadi modal pertama dalam bonus demografi, karena dengan jumlah penduduk produktif lebih banyak dibandingkan non produktif diharapkan bisa mendongkrak khususnya perekonomian di Bali. Indeks Pembangunan Manusia diukur dari angka harapan hidup, angka harapan sekolah, dan standar hidup atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu wilayah. Data menunjukkan lulusan SD, tidak punya ijazah SD, dan tidak/belum bersekolah apabila digabungkan berjumlah 37,13% yang dapat diartikan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Bali. Pendidikan menjadi salah satu penentu kualitas manusia yang ada di suatu wilayah, dan angka pendidikan Bali masih tergolong rendah apabila dikaitkan dengan bonus demografi yang menjadikan kualitas manusia sebagai faktor penentu menuju Indonesia Emas 2045. Dampak positif ring bonus demografi: 1. Kemajuan ekonomi Bonus demografi adalah kondisi ketika populasi usia produktif mampu mencukupi kehidupan mereka sendiri bahkan menopang mereka yang tidak lagi produktif. Oleh karena itu, hal ini akan berdampak langsung pada kondisi ekonomi negara. Perekonomian dan kesejahteraan akan membaik bahkan meningkat. 2. Peningkatan peluang tenaga kerja Banyak bisnis membuka kandidat kompeten untuk mengisi posisi penting perusahaan. Hal ini tentu juga menjadi peluang bagi para usia produktif untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 3.Perkembangan sektor pemerintah di bidang lainnya Peluang bonus demografi yang dipersiapkan dan dimanfaatkan dengan baik tentu tidak hanya menguntungkan sektor ekonomi. Sejumlah bidang lainnya, seperti pendidikan juga akan mengalami perkembangan dan peningkatan. Dimana sistem pendidikan akan dirancang untuk memenuhi kebutuhan bonus demografi di masa mendatang. Persiapan yang optimal tentu akan berdampak pada hasil optimal. Dampak negatif bonus demografi: 1. Jumlah pengangguran meningkat Dampak negatif pertama dari bonus demografi adalah membludaknya jumlah pengangguran. Pada masa bonus demografi, jumlah usia produktif diperkirakan berapa pada kisaran 60%-70% dari total populasi. Tanpa adanya persiapan untuk menjemput peluang, persentase angka tersebut akan menjadi ancaman bagi suatu negara. Angka pengangguran akan meningkat drastis jika tidak ada tindakan antisipasi untuk mencapai generasi berkualitas. Oleh karena itu, persiapan di sejumlah bidang terkait perlu dilakukan untuk mencegah skenario terburuk. 2. Peningkatan jumlah aging population Aging population adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan populasi lansia. Tanpa adanya persiapan yang baik untuk menyambut bonus demografi, suatu negara hanya akan didominasi oleh masyarakat usia lanjut. 3. Kualitas SDM rendah Selain menjadi peluang, bonus demografi adalah tantangan yang membutuhkan persiapan baik. Persaingan industri akan semakin tinggi dimana hanya mereka yang berkompeten akan mendapatkan kesempatan. Oleh karena itu, bonus demografi adalah bentuk tantangan bagi pemerintah untuk menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. Strategi mengoptimalkan kesempatan bonus demografi: 1. Peran pemerintah Program dan peran aktif pemerintah adalah vital untuk menentukan keberhasilan bonus demografi. Pemerintah dituntut untuk bersikap inovatif dan solutif melalui sejumlah program, terutama untuk menyiapkan sumber daya manusia berkualitas. 2. Peran pengusaha Sebagai seorang pengusaha, kita dapat turut serta untuk mewujudkan keberhasilan bonus demografi melalui pembukaan peluang kerja. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko tingginya angka pengangguran. 3. Peran setiap individu usia produktif Sebagai tokoh vital yang berperan aktif untuk kesuksesan bonus demografi, kita harus mampu mengoptimalkan setiap potensi diri. Eksplorasi dan sikap kritis dibutuhkan untuk menjangkau kesempatan-kesempatan tak terbatas. Dengan demikian, kiya bisa menggunakan kompetensi tersebut untuk menjadi individu yang berkualitas dan berkompeten. Jadi kita sebagai warga Bali harus mempersiapkan persiapan yang lebih matang lagi untuk menjalankan bonus demografi, agar terciptanya kehidupan yang lebih maju lagi kedepannya serta dapat memanfaatkan kesempatan yang ada sebaik mungkin. Om Santih, Santih, Santih Om  
Aksara Bali dalam Gunungan Wayang  +
Narkoba Semoga dalam keadaan selamat atas karunia dari Sang Hyang Widhi, Pada saat ini, Anda dapat menemukan Badung dan diberi kesempatan untuk berbicara tentakoba. Hal yang Anda katakan adalah perhatikan dalam diskusi narkoba ini adalah untuk anggota nasihat kepada pemuda-pemudi agar lebih sadar akan masalah narkoba. Sebelumnya, saya minta maaf karena sudah terlambat data ke sini. Para pemuda-pemuda sekalian, yang saat ini memasuki Era Globalisasi di Indonesia, banyak dari sini untuk informasi lebih lanjut tentang lebih lanjut tentang lebih lanjut tentang lebih lanjut tentang lebih dari satu jam, hilangnya semangat, kata krama yang tidak baik, dan banyak anak muda yang masuk ke dunia gelap narkotika. Kejadian ini sangat memicu kontroversi di Indonesia. Seharusnya, anak laki-laki tidak ada yang menggunakan narkoba tercebut. Nami, meski kami telah menegur para pemakai dengan berbagai macam cara banyak hari mereka yang masih tidak mau menerima ajakan baik tercebut. Memberi nasihat dari yayasan sesial, sekolah, guru, dan juga termasuk di Beberapa seminar. Berhari-hatilah dengan ketakwaan. Anak-anak seharusnya merokok dan meminum alkohol. Hal ini di bawah ini untuk melihat lebih banyak tentang orang-orang yang suka. Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan, mohon dimaafkan jika ada salah-salah kata, saya akan memberikan Prama Shanti. Semoga dalam keadaan baik atas karunia Sang Hyang Widhi.  +
Pemerintah pulau Bali, yang dimaksud adalah Wakil Gubernur Bali Prof. Dr. Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati pernah berkata bahwa memang Bali ini setuju apabila sektor pariwisata yang sedang mengalami penurunan efek dari pandemi Covid-19. Namun kita sebagai masyarakat yang sedang berada di pulau ini tidak bisa berkata apa-apa lagi. Untuk masyarakat sebaiknya mengikuti arahan pemerintah, seperti melakukan vaksinasi, menggunakan masker setiap hari apabila bertemu dengan orang lain, memperhatikan dan melaksanakan pola hidup sehat serta hal lainnya. Sebenarnya dari pihak saya pribadi memang tidak ingin begitu berpendapat lebih melainkan kita sendiri yang memang seharusnya sadar dengan apa yang sedang dihadapi saat ini. Hal pertama sudah pasti dari diri sendiri yang harus melaksanakan, kedua itu terdapat pihak keluarga yang sujatinya paling dekat dengan diri kita kemudian mulai melakukan pola hidup sehat ini ke masyarakat sekitar. Jika semua pihak sudah melaksanakannya, percayalah semua akan sehat dan terbebas dari wabah ini. Namun pandemi ini mengajarkan kita sepatutnya lebih bersyukur juga waspada atas keadaan yang terjadi maupun yang akan terjadi. Mari kita bersama-sama menjaga diri terlebih dahulu supaya sehat, jika sudah melakukannya percayalah semua pasti akan kembali seiring berjalannya waktu.  +
Bali Bangkit, Pada tahun 2022 ini ekonomi serta pariwisata bali harus bangkit sehingga rakyat bali dapat hidup sejahtera seperti dulu. Di pariwisata, banyak masyarakat bali menggantungkan hidupnya, seperti bibi saya, dia terkena dampak covid 19 ini, dulu dia berjualan baju di tanah lot, namun sekarang dia berhenti dan dia mulai berjualan banten. Dengan keadaan seperti ini mari kita bangkitkan ekonomi serta pariwisata bali menuju bali yang lebih sejahtera, yaitu dengan cara menaati protokol kesehatan, melaksanakan 3M (Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak), melakukan vaksinasi Covid-19, serta mewajibkan para wisatawan untuk melakukan tes pcr maupun tes antigen saat masuk maupun keluar dari bali. Dengan begitu masyarakat tidak perlu lagi mencemaskan keadaan pariwisata serta ekonomi di bali.  +
Pendapatan masyarakat Bali semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya virus yang menyerang berbagai Negara. Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak Covid. Dampak paling besar yang disebabkan oleh virus ini yaitu menurunnya pendapatan negara dalam bidang pariwisata. Sebagian besar masyarakat Bali bekerja dalam bidang pariwisata.  +
pariwisata bali sudah lama berhenti, dan menyepi. Padahal pendapat terbesar provinsi bali terdapat pada sektor pariwisatanya dan harus dipaksa berhenti oleh pandemi ini. Masyarakat Bali memang terkenal dengan semangat puputan, tak kenal menyerah dan selalu tampil habis habisan, namun berbeda halnya dengan masalah yang dihadapi oleh Bali kali ini, pandemi Covid 19, memaksa menjaga jarak, selalu membatasi mobilitas, yang mana hal tersebut adalah syarat utama berjalannya suatu interaksi pariwisata. Oleh karena itu, demi pariwisata yang kembali bangkit, harus ada solusi nyata yang segera direalisasikan, salah satunya yakni, Konsep Berani untuk memahami, kendala terbesar Bali dalam mengatasi pandemi sebenarnya ada pada pemahaman, kurangnya edukasi mengenai protokol kesehatan membuat masyarakat masih lalai dalam hal penerapan, sehingga membuat Bali belum 100% diberikan kepercayaan oleh pemerintahan pusat atau nasional. Langkah awal yang dapat diambil adalah dengan memantapkan presepsi masyarakat bali mengenai protokol kesehatan, yang kemudian barulah kita sedikit demi sedikit melangkah untuk memberanikan diri memulai lembaran baru,  +
Judul: Kemarau Penulis: Agus Adi Orasi Di beberapa wilayah kekurangan air bersih, saya harap kedepannya tidak ada lagi yang kekurangan air bersih. Tahun ini banyak kejadian yang membuat bali tidak seperti dulu lagi yang harmonis dan tidak ad kendala. Kemarin 11 november terjadi beberapa kejadian kecelakaan yang melibatkan anak muda penerus bangsa akibat speeding atau kebut kebutan Mungkin penertiban lalu lintas malam di perketat lagi  +
Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia termasuk Bali memberikan dampak yang cukup signifikan, khususnya pada sektor pariwisata yang menjadi lini utama dalam perekonomian Bali. Hal ini didukung dengan penurunan jumlah wisatawan ke Bali pada tahun 2020 sebesar 82,96% yang menyebabkan pengelola industry pariwisata tidak dapat melakukan pengembangan pada lini bisnis pariwisata yang sedang dibangun. Namun, hal ini tak semestinya menyurutkan semangat berbagai komponen masyarakat Bali dalam membangkitkan pariwisata Bali. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah adaptasi industri pariwisata dengan teknologi yang kini tengah ramai diperbincangkan, Non Fungible Token (NFT). NFT hadir sebagai representasi atas aset atau kepemilikan individu maupun kelompok yang memiliki sifat unik, tidak dapat ditukarkan, dan bernilai. Adaptasi teknologi ini diharapkan mampu menjadi jawaban atas keresahan wisatawan yakni, keamanan dan kemudahan. Cara kerja model bisnis pariwisata dengan platform NFT ini hampir mirip dengan sistem voucher pada industri pariwisata. Hanya saja, untuk menjamin keamanan dan kemudahan pengguna, platform ini nantinya akan didukung oleh teknologi blockchain. Blockchain diharapkan mampu memberikan rasa aman berkat konsep desentralisasi yang memerlukan validasi dari berbagai pihak yang menjadi server blockchain itu sendiri. Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dapat berperan sebagai validator bagi pengelola industri pariwisata (penginapan, akomodasi, kuliner, dan lainnya) yang memiliki komitmen untuk membangun ekosistem pariwisata Bali berbasis digital. Bagi wisatawan, NFT ini dapat dibeli sebagai kupon yang dapat dibeli dan ditukar pada rentang waktu yang telah ditentukan oleh pengelola industri pariwisata. Sudah saatnya kita bergerak bersama untuk mengembalikan kejayaan pariwisata Bali dengan mengakrabkan diri pada teknologi. Tentu saja, ini bukan hanya tentang kebijakan pemerintah, tapi aku, kamu, dan kita semua!  +
Om swastiastu Kebijalan pemerintah yang menutup dan membatasi jalannya sektor yang bergerak di bidang hiburan salah satunya yaitu pariwisata berdampak kepada penurunan datangnya pengunjung yang juga berakibat hingga ditutupnya secara keseluruhan program pariwisata. Dampak lainnya juga terasa kepada pekerja-pekerja yang terpaksa dirumahkan dan tidak memiliki pendapatan yang normal seperti biasanya. Hal yang dapat dilakukan guna membantu agar wisata tetap berjalan: 1.Wisata Virtual Pariwisata yang menawarkan kunjungan melalui media sosial yang memudahkan bagi wisatawan untuk tetap dapat menikmati wisata yang diinginkan dengan mudah dan praktis. Untuk pariwisata, hal ini dapat membantu agar wisata tetap berjalan walaupun terkendala penerapan protokol Kesehatan yang menutup kagiatan secara langsung ke tempat. 2.Pengaturan Jumlah Pengunjung dan Pemetaan Alur Kunjungan Tempat wisata dapat diterapkan pengaturan jumlah dan alur kunjungan sesuai protokol Kesehatan dimana dianjurkan untuk tidak adanya masyarakat berkumpul dalam jumlah banyak di satu tempat. Contohnya, setelah di observasi berdasarkan besaran muatan orang di lokasi dan lainnya dapat diterapkan jumlah perhari hanya 1 atau 2 keluarga. Selain jumlah, alurpun juga dibuat agar wisatawan tidak berkumpul di satu tempat secara bersamaan. 3.Wisata Drive Thru Program ini menawarkan kunjungan pariwisata ke tempat dengan tetap mematuhi protokol yaitu dengan dibantu fasilitas kendaraan agar wisatawan bisa aman tidak terpapar lingkungan luar. Wisatawan dapat dijemput di lokasi tempat tinggal dan dibawa ke daerah wisata menggunakan mobil dengan Program-program ini dapat diterapkan dalam jangka panjang guna mengurangi kemungkinan masalah yang timbul apabila terjadi musibah. Om santih, santih, santih Om  +
Yang perlu dilakukan  +
Sejak 2020, dunia dikabarkan pandemi. Covid-19 nama virus yang menyebabkan pandemi di dunia. Sakit ini tidak hanya menyerang fisik. Ekonomi, pendidikan, pariwisata, dan aspek lainnya turut mati. Bali terkenal dengan pariwisata yang bagus. Jika pariwisatanya mati, Bali juga disebut mati. Ini tidaklah bagus, apalagi sampai terus berlanjut. Oleh karena itu, di era new normal ada inovasi yang dapat dijalankan pemerintah supaya membangunkan kembali pariwisata di Bali. Inovasi itu bernama Bali Virtual Explorer yang berbasis website. Bali Virtual Explorer adalah solusi yang dapat membangunkan Bali di era new normal. Di website ini, pelancong bisa melihat Bali layaknya berkunjung namun secara online. Ini karena website dilengkapi fitur video 360 derajat. Video 360 derajat sangat bagus sebagai sarana di era new normal karena penerapannya sesuai dengan protokol kesehatan dimana mobilitas manusia tidak seperti dahulu. Web ini dilengkapi dengan sarana belanja online produk asli Bali supaya produk tradisional terkenal seperti endek dan songket, anyaman, topeng, perhiasan perak, dan yang lainnya. Belanja online tidaklah susah, orang-orang bisa memiliki produk asli Bali walaupun tidak bisa ke Bali. Ini juga bagus untuk UMKM. Web ini juga dilengkapi tentang informasi lengkap seputar Bali seperti tempat wisata, tempat bersejarah, informasi Pura, dan informasi lainnya seputar bali supaya banyak orang yang mengetahui informasi menarik di Bali. Website Bali Virtual Explorer ini hanya satu web, tetapi fitur yang beragam seperti video 360, belanja online, dan informasi menarik membuat website ini menjadi sarana yang baik. Di zaman internet of things, promosi online sangat cepat terkenal di dunia. Itu sebabnya, Bali Virtual Explorer adalah website yang bagus untuk promosi pariwisata dan budaya supaya Bali bangkit.  +
Bali Pulau yang indah. Terkena dampak Covid-19 tentu saja menurunkan income penduduk. Adakah langkah alternatif ke depan ? Kami berikan alternatif solusi yaitu virtual tour dan ngonthel halal dan dipaparkan dalam bentuk tanya jawab. Apa itu virtual tour ? Jawab : Kegiatan wisata secara virtual melalui internet dengan media berupa video Alasan pilih virtual tour ? Jawab : Tak semua orang bisa ke Bali dengan bermacam alasan seperti : tak bisa cuti, masih kerja, istri sedang hamil, sedang dirawat di RS, pandemi, visa dan paspor habis masa berlaku atau belum dibuat Media yang digunakan ? Jawab : Tahukah kamu Netflix, Viu ? Situs / website berlangganan nonton film secara streaming. Ya, kami mengadopsi metode seperti Netflix dengan media internet dan video. Orang yang akan mengakses dikenakan fee alias “mbayar” Mekanisme kerjanya ? Jawab : Seperti dijelaskan di atas, berlangganan seperti nonton film di Netflix. Tentunya video yang disajikan harus menyenangkan, tak formal dan kaku, seperti para vlogger dan youtuber membuat video tour wisata , mukbang, mengajak having fun dengan cara seru dan menyenangkan Apa pula ngonthel halal ? Jawab : Kegiatan olahraga sambil berwisata keliling Bali dengan mengkhususkan mereka para muslimin Alasan memilih ? Jawab : Popularitas bersepeda selama pandemi yang tiada matinya. Keluhan soal makanan halal baik dr segi jenis makanan, orang menyembelih (Harus Islam dan Ahli Kitab), mencari wisata Bali yang tak ada unsur buka aurat, sudah bosan dengan wisata itu-itu saja sehingga keliling Bali dengan sepeda bisa menjadi destinasi wisata Baru. Target : Muslim Lokal & Timur Tengah Aplikasi di lapangan ? Jawab : Para peserta diajak touring dengan sepeda keliling Bali ke beberapa destinasi yang panorama indah, sajian makanan halal, waktu sholat bisa ke masjid. Maka dengan ini menunjukkan bahwa Bali memiliki toleransi beragama yang baik.  +
Om Swastyastu saudara semua yang saya hormati, Bali sudah terkenal sampai ke mancan negara karna Bali memiliki keunikan budaya dan adat istiadat yang berisi peraturan tentang tata kehidupan masyarakat Bali. sekarang saya akan menguraikan beberapa aturan tersebut. Kita semua sebagai masyarakat Bali wajib menghormati Tuhan dan leluhur dengan cara memelihara dan melestarikan adat istiadat yang sudab diwariskan di era globalisasi saat ini budaya luar sangat mudah untuk masuk ke dalam, budaya kita dimana budaya tersebut memiliki dampak positif maupun negatif. Di tahun 2024 kita berharap pemimpin Bali memiliki visi yang memiliki kemampuan dan jujur dalam memimpin supaya Bali tetap lestari baik dari agama maupun budayanya. Dengan makin banyak nya wisatawan luar negri masuk ke bali yang berasal dari adat istiadat dan agama yang berbeda, untuk itu kami sangat mengharapkan pemimpin yang terpilih benar benar bisa melaksanakan aturan yang menjadi kesepakatan masyarakat Bali dan mampu mengarahkan, memberi petunjuk dan contoh generasi muda yang taat pada agama. Sebagai penutup kesimpulannya, kami sangat berharap sebagai generasi muda Bali bisa memberikan contoh tindakan yang baik dan bijak dalam memilih pemimpin Bali yang benar benar mampu menjalankan aturan dan taat kepada adat istiadat dan agama.  +
Saya ingin membuat karya tentang pembagian sembako untuk masyarakat yang kurang mampu.  +
Wartawan gaya hidup dan aktivis keberlanjutan Bandana Tewari percaya bahwa mendongeng dan tanggung jawab pribadi memiliki peran besar dalam reformasi industri mode. Saat Anda memulai di bidang mode, apa masalah yang dihadapi industri ini, dan menurut Anda pada titik mana sikap terhadap mode dan terutama mode cepat mulai berubah untuk memasukkan gagasan keberlanjutan? Saya bekerja di Vogue India selama tiga belas tahun. Itu adalah masa ketika pasar India terbuka untuk banjir merek-merek mewah internasional. Ada banyak optimisme dan kegembiraan tentang aspirasi penduduk India yang sangat besar, pusat perhatian perusahaan multinasional yang ingin menjalankan bisnis di anak benua India. Pada titik ini, konsumerisme yang mencolok dipuji dan didorong – menandakan India modern yang bersedia membelanjakan uang, menunjukkan kemakmuran, dan menjadi penengah busana bangsa muda. Tidak ada kesadaran konsumsi sadar, keberlanjutan dan dampak lingkungan dari limbah luar biasa dan kelebihan yang menjangkiti industri fashion saat ini. Sejujurnya, risiko konsumsi berlebihan dan bahaya mode cepat, seperti yang kita ketahui sekarang, baru saja muncul dalam kesadaran kolektif kita. Bencana Rana Plaza tahun 2013 di Bangladesh adalah simbol paling brutal dari kesalahan industri mode global. Itu mengungkap kebenaran yang mengerikan: industri multi-triliun dolar secara sistematis diganggu oleh ketidaksetaraan yang tak terbayangkan, baik ekonomi maupun sosial. Bencana Rana Plaza ini – ketika lima pabrik garmen ambruk dan menewaskan lebih dari 1.100 orang, kebanyakan wanita – menimbulkan kegemparan global. Dunia terbangun dengan industri fashion yang membayar sebagian dari upah terendah, menjalankan bisnis di lingkungan kerja yang tidak aman, hal itu menciptakan pengabaian yang tak terhitung terhadap kehidupan manusia. Dan kemudian muncul masalah lingkungan yang membuat sungai dan pertanian di negara berkembang tersumbat dan terdegradasi oleh limbah industri yang menciptakan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki bagi manusia dan planet ini. Melalui paparan rasa sakit luar biasa dari orang-orang biasa yang membuat pakaian kita yang menyebabkan perubahan besar dalam cara kita memandang bisnis mode. Seberapa serius brand fast fashion seperti, katakanlah H&M, benar-benar menganggap konsep limbah dalam industri? Apakah upaya untuk meningkatkan keberlanjutan ini hanyalah latihan dalam greenwashing? Kita tenggelam dalam pakaian – banyak dari sekitar 100 miliar pakaian yang terjual setiap tahun dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dibakar – keduanya berbahaya bagi lingkungan. Menurut Fast Company, H&M memproduksi tiga miliar garmen setahun dan hingga 2019 terdapat pakaian yang tidak terjual senilai $4,1 miliar, beberapa di antaranya, kami diberitahu, menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik di Swedia. Sementara banyak inisiatif sedang dilakukan untuk mengatasi masalah produksi dan konsumsi, tampaknya terlalu sedikit pada saat kita dengan cepat beralih dari perubahan iklim ke krisis iklim. Industri fashion menghasilkan 10 persen emisi karbon global, 20 persen dari semua air limbah, dan mencemari lautan dengan setengah juta ton mikroplastik. Jadi, jika perubahan besar tidak menghasilkan dampak yang besar – itu hanyalah greenwashing. Mengingat besarnya masalah, apapun solusi yang diberikan oleh perusahaan fast fashion, sejauh ini terkesan ala kadarnya. Kecepatan pembuatan, pembelian, dan pembuangan garmen sangat mengerikan, untuk sedikitnya. Satu truk sampah pakaian dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah setiap detik! Jadi apa pun yang dilakukan Zara, H&M atau merek mode cepat lainnya untuk memperbaiki sistem terlalu sedikit. Pemerintah dan kebijakan perlu campur tangan untuk membatasi keserakahan dan kecepatan kelebihan produksi. Lebih banyak investasi dalam R&D untuk solusi daur ulang, kain alternatif, dll, sangat penting. Konsumen perlu memainkan peran penting dalam melucuti agenda konsumeris globalisasi yang mengobarkan 'kebutuhan pemasaran' untuk semakin banyak, semakin besar dan semakin besar. Setiap manusia harus tahu bagaimana mereka memilih untuk membelanjakan uang hasil jerih payah mereka benar-benar penting! Sejauh mana menurut Anda konsumen benar-benar peduli dengan apa yang terjadi di sungai dan laut ribuan mil jauhnya yang dipengaruhi oleh proses yang digunakan untuk membuat pakaian modis kita? Konsumen memang peduli dengan sungai, laut, dan setiap aspek alam, asalkan diperlihatkan kebenaran – kebenaran tentang peran manusia dalam degradasi alam yang berasal dari keserakahan korporasi, konsumsi yang sembrono, dan sikap apatis pemerintah. Tidak ada satu manusia pun yang tidak menginginkan anaknya tumbuh dalam lingkungan yang asuh dan terpelihara. Siapa di antara kita yang ingin hidup dalam kekotoran polusi? Masalahnya adalah bahwa konsumen telah 'dijual' hanya satu bagian dari cerita – bagian yang mengatakan ketika pakaian gemerlap dan mobil bersinar dan Anda memilikinya maka Anda berhasil. Padahal, proses pembuatannya – sumber daya alam tak tergantikan apa yang dimanfaatkan untuk membuat barang, jumlah tangan yang masuk untuk membuat kaos sederhana sekalipun – dikecualikan dari narasi, ketidaksetaraan dalam sistem dan kerusakan yang dilakukan pada lingkungan kita akan tetap tidak terlihat. Ketika Anda tidak pernah diperlihatkan masalahnya, mengapa Anda mencari solusi? Beritahu kami tentang proyek terbaru Anda… Saya seorang penulis. Sayangnya, saya tidak punya proyek besar untuk dibanggakan. Namun, komitmen pribadi saya sebagai pendongeng adalah untuk selalu mengikuti empat prinsip dasar penceritaan yang otentik: Produk, Orang, Proses, Tujuan. Jika salah satu dari 'P' ini tidak terpenuhi atau tidak ditangani oleh perusahaan atau merek, saya tidak akan menulis tentang itu. Setiap insan media harus memperhatikan kekuatan pena. Nasihat apa yang akan Anda berikan kepada desainer muda yang memulai sekarang? Saya akan meminta setiap desainer yang memulai hari ini untuk membaca Small is Beautiful, sebuah buku yang ditulis oleh ekonom global suci EF Shumacher . Dalam buku ini ada bab berjudul 'Ekonomi Buddhis' yang menyoroti perlunya perhatian penuh dalam bisnis. Ini adalah panduan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari – tindakan kemanusiaan yang mulia. Ini menunjuk pada krisis kita saat ini dalam cara para pemimpin diangkat atau dibuat untuk menjarah bumi, seolah-olah manusia adalah satu-satunya makhluk hidup di dunia ini. Itu menunjuk untuk memperbaiki era yang tampaknya begitu tidak terhubung dengan ketuhanan lahir dan batin kita – bahwa kita telah menjadikan tenaga manusia menjadi tenaga kerja. Apa masa depan mode? Masa depan mode penuh kasih; bagaimana lagi kita akan bertahan? Tidak ada bisnis yang harus dilakukan di planet mati. Jadi, saya yakin kita akan bangkit menjawab tantangan sampah, keserakahan, dan degradasi lingkungan. Dengan generasi muda yang lahir di era krisis iklim ini, tanpa ragu mereka hanya akan memilih pemimpin industri yang memimpin dengan 'mentalitas biksu', pemimpin yang memperkuat wadah welas asih dan konsumsi sadar. Saya percaya bahwa masa depan mode akan memiliki pendongeng, produser, dan pencipta yang akan menunjukkan keterkaitan segala sesuatu di sekitar kita – keajaiban koeksistensi dan keanekaragaman hayati. Mereka akan menceritakan kisah t-shirt kami – terbuat dari benih kehidupan yang berkembang menjadi kapas; kapas yang sama yang mendandani kita juga tumbuh subur saat tumbuh berdampingan dengan tanaman lain yang beragam, di tanah yang kaya nutrisi tanah. Masa depan mode akan memiliki guru-guru hebat yang akan memberi tahu kita bahwa apa yang kita cerna ke dalam tubuh kita dan apa yang kita pakai di tubuh kita harus menghormati kesucian alam. IG & Twitter: @behavebandana  
Dari awal tahun 2019 di Indonesia khusnya di daerah Bali terkena wabah virus yang bernama virus covid-19, hal ini menyebabkan penurunan ekonomi yang drastis khusnya di bidang pariwisata bali. Pariwisata bali yang awalnya terkenal dengan tempat yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing manca negara, dan belakangan ini pariwisata bali tergolong cukup sepi dari sebelumnya. Kita sebagai pelajar seharusnya bisa membantu perkembangan pariwisata Bali khusnya dibidang seni tari agar bisa seperti dulu lagi, dengan cara kita mempelajari tarian tradisional yang kalian minati dan kita juga bisa memperkenalkan tarian daerah kia hingga ke manca negara agar wisatawan bisa kembali ke pulau dewata kita ini, semoga dengan cara ini pariwisata bali bisa seperti dulu lagi dan ekonomi pulau bali bisa normal dan msyarakat bali bisa bangkit seperti dulu lagi Astungkara  +
Seperti yang kita ketahui, pariwisata Bali merupakan ujung tombak perekonomian di Bali. Sudah setahun lebih pariwisata di Bali sepi karena pandemi, tempat wisata ditutup, tidak ada turis, dan perekonomian pun turun drastis. Jika terus di biarkan, maka akan berdampak sangat buruk bagi perekonomian kita di Bali. Maka dari itu, kita harus memberikan gerakan baru untuk membangkitkan pariwisata Bali ini. Menurut saya, salah satu cara awal untuk membangkitkan pariwisata Bali iyalah dengan membuka kembali tempat wisata Bali.  +
Paragraf 1 Nama : I Putu Widya prabaswara Sekolah : SMK PGRI 2 BADUNG Alamat : br. Alangkadjeng denpasar barat Paragraf 2 Permasalahan: Banyak nya penumpukan sampah di pinggir jalan kota denpasar dan itu sangat tidak enak untuk di liat masyarakat ataupun tamu tamu dari luar negeri. Dan kenapa kita tidak membuat kerja bakti rutin setiap hari minggu sekali di seluruh kota denpasar untuk membuat kota itu jadi bersih dan sehat saya ingin masyarakat kota denpasar hidup sehat. Dan pesan sayang untuk pemerintah bali agar jalan jalan yang berlobang untuk di perbaikan karna jalan yang berlubang banyak nya terjadi kecelakaan karna ban yang terselib Paragraf 2 Karna banyak nya sampah contoh nya seperti botol, pelasti kantong dan sampah lain nya karna saya melihat setiap hujan di kota denpasar pasti terkena banjir jadi ayo kita menjaga kota kita dengan cara 3R Reuse, Reduce, dan Recycle Paragraf 3 Selusinya ayo Bangkitkan semangat hidup sehat dengan mengololah sampah yang ada di sekitar kita dan jangan lah kita meremehkan sebuah sampah karna jika kita meremehkan sampah dunia ini akan hancur dengan tumpukan sampah. Jadi ayo kita mengololah dan mencegah supaya sampah tidak numpuk  +
Permasalahan Di sekitaran tempat tinggal saya, banyak sampah di jalanan/di got pada pembuangan air, Dan bisa juga menyebabkan banjir pada saat hujan. Solusinya Mari kita mengajak masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, agar di jalanan bersih tanpa ada sampah apapun, dan pada saat orang berkunjung ke tempat kita orang-orang jadi enak memandang jalanan yang bersih tanpa ada sampah, dan orang lain juga bisa menghirup udara yang segar, dan kita semua juga menjadi sehat, tanpa ada penyakit, bisa juga menginspirasi orang agar di jalanan mereka bebas dari sampah/Mereka ikut juga membersihkan jalanan di tempat tinggal mereka, pemerintah harus memberikan masing" keluarga tempat Sampah di depan rumah orang-orang agar orang-orang kalo membuang sampah di jalanan tidak sembarangan, agar bisa membuang Sampah di tempat yang sudah di berikan, itu aja dari saya sekian terimakasih.  +
Bali sekarang sudah terlalu banyak mengubur tanahnya dengan beton dan semen, yang dulu hijau tumbuhan dan suara hangat binatang namun sudah tergantikan dengan rimbunnya rumah/gedung perkotaan, suara kendaraan yang semakin keras dan hilangnya suasana yang mendukung saya untuk mengawali hari. semakin padat semakin indah dan beragam bali tapi nyatanya semakin banyak pendatang ke Bali semakin bertebaran juga daki (sampah), rumah pribadi, dan gedung tinggi. Sampah membludag mungkin ini salah satu faktor mengapa wisatawan mulai bosan dengan Bali kini yang tak tampak seperti dulu, budaya yang dahulu kental mempertimbangkan upacara keagamaan dari pada pengaruh luar sekarang semakin diabakan juga terkikis perlahan hilang dari pulau Bali.  +
Penggunaan Styrofoam di kantin sekolah sangatlah berdampak buruk bagi lingkungan dan juga kesehatan manusia. Styrofoam termasuk salah satu sampah yang tidak dapat diuraikan yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Penggunaan biofoam merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan Styrofoam. Karena sifatnya yang bias terurai, menyebabkan biofoam ini menjadi alternative yang paling efektif untuk menjaga lingkungan.  +
Hadirin yang saya hormati, Hari ini, saya akan membahas masalah yang sangat serius di sekolah kita, yakni perundungan. Perundungan adalah tindakan yang tidak bisa diterima dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di sekolah. Tindakan tersebut termasuk perilaku yang merugikan dan mempunyai dampak jangka panjang yang buruk pada kesehatan mental dan emosional korban. Tak ada alasan untuk melakukan perundungan. Saat bullying terjadi, kita menciptakan lingkungan yang tak sehat dan tak ramah bagi korban. Ini juga bisa membuat korban merasa terasing dan merasa bahwa mereka tidak punya tepat di sekolah ini. Untuk itu, marilah kita semua bekerja sama untuk mengakhiri perundungan di sekolah kita.  +
C
CALON PEMIMPIN BALI HARUS MEMPERBAIKI KUALITAS PENDIDIKAN DI BALI Om swastyastu Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk berbicara, Saya merasa sangat terhormat dan bersyukur dapat berbagi pemikiran dan ide-ide yang ingin saya sampaikan yakni sebuah permasalahan yang memiliki dampak signifikan dalam kehidupan kita sekarang dan yang akan datang UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat 1, setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu. Pemerintah menjamin pemerataan kualitas pendidikan yang mencakup dua aspek penting, yaitu persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan keadilan dalam memperoleh pendidikan yang sama dalam masyarakat.Pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang adil karena banyak anak dari keluarga yang kurang mampu susah untuk masuk ke sekolah negeri. Sekolah negeri yang mendapat subsidi dari pemerintah dengan menerima siswa dengan nilai ujian tertinggi yang dimana anak tersebut mampu, fasilitas terpenuhi,dan kebutuhan yang cukup. Sedangkan bagi anak yang kurang mampu, fasilitas belajar kurang mereka harus membantu orang tua mereka bekerja sehingga nilai ujiannya rendah, sehingga harus masuk di sekolah swasta yang bayaranny cukup mahal. Faktor ekonomi adalah fakto utama penyebab rendahnya pendidikan, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya nya pendidikan.Rendahnya tingkat pendidikan dapat menyebabkan sejumlah masalah seperti terbatasnya inovasi dan kemajuan, pendidikan yang rendah dapat menghambat inovasi dan kemajuan dalam suatu masyarakat, apalagi sekarang teknologi sudah semakin maju kita tidak mungkin menginginkan setiap orang terpuruk dalam ketidaktahuan dan tertinggal di tengah era kemajuan teknologi sehingga dengan adanya pendidikan ini kita mudah untuk lebih mengenal teknologi agar tidak ketinggalan dan bisa bersaing untuk memajukan teknologi kedepannya. Dan juga kemiskinan seringkali terkait dengan penghasilan yang rendah, kemiskinan di Indonesia terutama di Bali masih tinggi sehingga anak yang putus sekolah karena kekurangan biaya untuk membayar sekolah, akses untuk kesekolah menjadi penyebab utama banyak anak yang putus sekolah. Pemerintah dapat mengatasi tingkat pendidikan yang rendah melalui langkah-langkah seperti peningkatan anggaran pendidikan, peningkatan kualitas guru, pengembangan kurikulum yang relevan, dan penyediaan akses pendidikan yang lebih luas. Selain itu, program bantuan finansial bagi keluarga kurang mampu juga dapat membantu meningkatkan partisipasi dalam pendidikan. Sehingga, diperlukan akses pendidikan yang universal, dimana akses pendidikan harus merata untuk semua masyarakat, termasuk daerah terpencil atau penghasilan rendah. Adanya program bantuan keuangan / beasiswa, dengan bantuan beasiswa untuk membuat siswa yang kurang mampu sehingga dapat melanjutkan sekolah dengan baik.Peningkatan kualitas pengajaran, guru harus menerapkan metode pengajaran yang inovatif dan menggunakan teknologi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Menggunakan kurikulum relevan, Sesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata, memasukkan keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.Infrastruktur pendidikan yang baik, sekolah harus memiliki fasilitas dan infrastruktur yang Memadai untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal. Penelitian dan evaluasi sistem, penelitian dan evaluasi harus terus-menerus dilakukan untuk mengidentifikasi area yang perlu perbaikan dan peningkatan.Dengan demikian diperlukan calon pemimpin yang mampu mengatasi permasalahan rendahnya tingkat pendidikan di bali. Sekian dari pemikiran yang saya sampaikan, Mari kita jadikan sebagai pemicu untuk melakukan perubahan positif. Saya yakin, jika kita bersatu, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik. Terima kasih atas perhatiaannya.Semoga kita dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Terima kasih." Om Shanti, Shanti, Shanti Om  
Pariwisata adalah salah satu faktor penting dalam perekonomian bangsa khususnya bagi masyarakat bali. Terjadinya pandemi Covid-19 menimbulkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat khususnya pada bidang pariwisata di bali. Munculnya Covid 19 mengakibatkan Penghasilan pariwisata di bali menjadi turun drastis di mulai dari pedagang kecil usaha besar sepertii hotel,resort,villa,driver,restaurant-restaurant mewah juga terkena dampaknya. Dalam upaya membangkitkan kembali pariwisata bali saat ini setelah terdampak covid 19 ada beberapa cara yang perlu menjadi masukan antara dengan menerapkan CWAN (Cheap,Work Together, Available, Negosiation). Cheap dalam artian memurahkan atau menurunkan harga harga syarat inti untuk berwisata di bali seperti test swab atau PCR, dan karantina akan sangat berpengaruh bagi minat para pengunjung untuk mengunjungi bali karena tidak menghabiskan uang lebih dari seharusnya dan tidak mengurangi uang yg disiapakan buat liburan. Work Together dibutuhkannya hubungan antara satu negara dengan negara lain,hubungan daerah dengan daerah lain serta kelompok dan individu dibutuhkannya bekerjasama komitmen serta kebijakan yg tepat. Bekerjasama dengan mentri luar negeri, mentri pariwisata, dan mentri kesehatan untuk memvaksin warganya sebelum memberi ijin berwisata sehingga warga yang berkunjung dan yang dikunjungi aman dari virus covid-19. Available bisa diartikan menyediakan fasilitas seperti rujukan mengenai covid-19 yang sedang terjadi di bali sehingga wisatawan mengetahui keadaan covid-19 terkini di bali. Mampu memberikan informasi, penanganan kesehatan serta tindak lanjut yang tepat sehingga mampu memberikan rasa aman dan nyaman. Negosiation, memberi wisatawan layanan-layanan tambahan dengan harga harga yang sudah di negoisasi,misalkan ada wisatawan yang mengadakan acara ulang tahun,pernikan,dan lain lain di bali, jadi pihak tempat,dekorasi,konsumsi, bisa bernegoisasi tentang harga yang akan di berikan terhadap wisatawan dengan protokol kesehatan yang lengkap dengan harga terjangkau dan selalu meningkat kualitas layanan diimbangi dengan events nasional maupun international. Dengan tahapan tahapan diatas semoga mampu memberikan perubahan menjadikan pariwisata bali mendunia kembali meningkatkan perekonomian sehingga berkontribusi besar dalam pemasukan devisa Negara.  
“Reina Caesilia” adalah nama pena pemberian Umbu Landu Paranggi untuk “Caesilia Nina Yanuariani”. Penyair pendiam ini lahir di Surakarta, 29 Januari 1965. Dia dibesarkan di Singaraja dan bersekolah di SMAN 1 Singaraja, Bali. Dia kemudian kuliah di Fakultas Sastra, Universitas Udayana. Pernah menjadi wartawan Bali Post dan Nusa. Dia menulis puisi sejak remaja dan banyak dimuat di Bali Post, selain itu juga terhimpun dalam sejumlah buku bersama, seperti Pedas Lada Pasir Kuarsa (2009), Dendang Denpasar Nyiur Sanur (2012), Negeri Poci 6: Negeri Laut (2015), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Saron (2018). Puisinya yang berjudul “Perempuan yang Menjadi Pelaut” masuk dalam nominasi lomba cipta puisi nasional yang digelar oleh Leon Agusta Institute pada tahun 2014. Setelah sempat mengalami koma akibat terjatuh dari sepeda motornya, Reina meninggal pada tanggal 2 April 2019 karena pendarahan otak yang parah.  +
seperti yang kita ketahui Bali adalah tempat wisata terkenal dimanca negara salah satunya pantai pantai diBali. Pantai sangat diminati oleh wisatawan. Selain pantai gunung tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Jadi bagaimana agar Gunung diBali lebih diminati oleh wisatawan yang datang keBali? Banyak sekali gunung gunung dibali yang bisa dikunjungi selain pantai atau air terjun. Gunung sangat indah bila kita nikmati setiap perjalanannya. jadi untuk para wisatawan sangat di rekomendasikan untuk berwisata ke gunung. Untuk permasalah disini, bagaiamana agar para wisatawan yang datang keBali agar lebih dominan berwisata ke Gunung?  +
Calon Pemimpin Bali Harus Mampu Mengatasi Tantangan Yang Akan di Hadapi Bali Om swastyastu Terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk berbicara, Saya merasa sangat terhormat dan bersyukur dapat berbagi pemikiran dan ide-ide yang ingin saya sampaikan yakni sebuah permasalahan yang memiliki dampak signifikan dalam kehidupan kita sekarang dan yang akan datang Pemilihan umum 2024 menjadi panggung penting tidak hanya untuk memilih pemimpin di Bali, tetapi juga untuk merangkul tantangan, terutama masalah ekonomi pariwisata yang masih melanda sebagian masyarakat Bali. Salah satu masalah yang mendesak untuk ditangani oleh calon pemimpin di Bali adalah pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan. Bali menghadapi tekanan besar terkait pertumbuhan pariwisata yang pesat, yang dapat merugikan lingkungan dan keberlanjutan pulau ini. Seperti yang kita ketahui bahwa Bali memiliki potensi yang tinggi terutama dalam pariwisata, bali mempunyai kekayaan alam dan budaya yang bervariasi namun potensi itu juga dapat menjadi pisau dua sisi yang jika salah dipergunakan akan dapat merusak bali itu sendiri. Pertumbuhan pariwisata yang pesat dapat membawa berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, mengancam keberlanjutan ekosistem alam yang berharga. Di berbagai destinasi pariwisata, termasuk Bali, masalah-masalah berikut muncul sebagai hasil dari peningkatan kunjungan wisatawan yakni Pencemaran Lingkungan, Penyediaan fasilitas dan infrastruktur pariwisata yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah padat dan cair dari industri pariwisata dapat mencemari air, tanah, dan udara, merugikan keseimbangan ekosistem alam. Peningkatan jumlah wisatawan menciptakan tekanan ekstensif terhadap sumber daya alam, termasuk air, energi, dan bahan pangan.tidak kalah penting untuk di ingat dan disadari Peningkatan kunjungan wisatawan di Bali tidak hanya membawa keindahan pulau ini ke mata dunia, tetapi juga menimbulkan peningkatan signifikan dalam volume sampah, Peningkatan volume sampah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, merugikan ekosistem alam dan mengancam keberlanjutan lingkungan hidup.Pertumbuhan urbanisasi dan industri pariwisata di Bali membawa dampak signifikan pada ketersediaan sumber daya air. Pertumbuhan pesat sektor pariwisata menambah permintaan akan air, baik untuk kebutuhan hotel, restoran, maupun infrastruktur pendukung pariwisata. Peningkatan penggunaan air dapat menyebabkan degradasi kualitas air karena peningkatan limbah dan polutan dari aktivitas manusia. Keindahan di bali dapat menjadi sumber ekonomi warga sekitarnya, namun jika tidak memiliki pemimpin yang dapat memandu setiap masyarakat untuk bergerak, menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang ada tentu Bali tidak akan bertahan lama dan menuju kehancuran Bali. Untuk itu diperlukan pemimpin yang mampu melakukan Pengelolaan Pariwisata yang Berkelanjutan Menyusun kebijakan untuk membatasi pertumbuhan pariwisata yang tidak terkendali dan mempromosikan jenis pariwisata yang berkelanjutan. Inovasi dalam Manajemen Sampah Mengimplementasikan program efektif untuk mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah secara berkelanjutan. Mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya ini. Serta mendorong Konservasi Sumber Daya Air Melakukan langkah-langkah konservasi air, seperti pengelolaan irigasi yang efisien, penanaman pohon, dan edukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan air yang bijaksana, dan tentu saja Edukasi Lingkungan Melibatkan masyarakat dalam program edukasi untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan cara berkontribusi dalam upaya konservasi. Pemilu 2024 bukan hanya kesempatan untuk memilih pemimpin baru yang hanya akan mengambil hak dari gelar tetapi harus memikul kewajiban dari gelar tersebut serta untuk memilih pemimpin yang memiliki visi dan komitmen kuat untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dengan solusi-solusi yang terencana dengan baik, diharapkan Bali , Indonesia dapat melangkah menuju masyarakat yang cinta terhadap lingkungan dan mampu tumbuh menjadi masyarakat yang berdaya saing. Sekian dari pemikiran yang saya sampaikan, Mari kita jadikan sebagai pemicu untuk melakukan perubahan positif. Saya yakin, jika kita bersatu, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik. Terima kasih atas perhatiaannya.Semoga kita dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Terima kasih." Om Shanti, Shanti, Shanti Om  
Nama : Ni Kadek Ulandari Oktapiani Om Swastiastu Om Awighnam Astu Nama Sidham Sane Wangiang Titiang Ida Dane sane Wangiang Titiang Ibu Bapak Dewan Juri Saya, sebagai seorang orator, bersyukur dan bangga dapat berbicara di depan kalian semua mengenai suatu peristiwa besar yang akan segera kita saksikan, yaitu Pemilihan Umum 2024. Pemilihan Umum bukanlah sekadar ritual politik, melainkan sebuah momentum penting dalam perjalanan demokrasi kita. Pada Pemilu 2024, kita akan menentukan arah masa depan Bali, pulau indah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia. Namun, di tengah euforia demokrasi ini, kita tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa ada sejumlah masalah mendesak yang memerlukan perhatian serius dari calon pemimpin Bali. Pemimpin yang akan kita pilih harus memiliki visi yang jelas, komitmen yang kuat, dan kemampuan untuk menangani tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat Bali. Salah satu masalah paling mendesak yang harus segera ditangani oleh calon pemimpin Bali adalah isu lingkungan. Bali, yang dikenal dengan keindahan alamnya, saat ini menghadapi ancaman serius terkait kerusakan lingkungan. Pembangunan yang tidak terkendali, limbah plastik, dan kerusakan ekosistem menjadi ancaman nyata bagi keberlanjutan pulau ini. Calon pemimpin Bali harus memiliki rencana konkret untuk menjaga keindahan alam Bali, menjaga keseimbangan ekosistem, dan memastikan pembangunan berkelanjutan yang menghormati lingkungan. Selain itu, masalah ketidaksetaraan dan kemiskinan juga harus menjadi fokus utama calon pemimpin. Meskipun Bali memiliki daya tarik pariwisata yang luar biasa, masih banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Calon pemimpin harus memastikan bahwa kekayaan pulau ini dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya sebagian kecil. Program-program pengentasan kemiskinan dan peningkatan akses pendidikan serta kesehatan harus menjadi prioritas. Selanjutnya, kita juga tidak boleh melupakan pentingnya membangun tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan. Calon pemimpin harus berkomitmen untuk memberantas korupsi dan meningkatkan akuntabilitas pemerintahan. Hanya dengan tata kelola yang baik, kita dapat memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil benar-benar menguntungkan masyarakat. Sebagai penutup, mari kita jadikan Pemilu 2024 sebagai panggung untuk memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki visi besar, tetapi juga keberanian untuk bertindak. Pemimpin yang peduli terhadap lingkungan, adil terhadap semua lapisan masyarakat, dan memiliki integritas dalam menjalankan tugasnya. Mari bersama-sama membangun Bali yang lebih baik, lestari, dan adil untuk generasi yang akan datang. Terima kasih, semoga kita semua diberi petunjuk dan kebijaksanaan dalam memilih pemimpin yang tepat. Hormat kami untuk Bali, pulau yang kita cintai. "Kepemimpinan bukanlah tentang pemilihan berikutnya, ini tentang generasi berikutnya." Om Santhi, Santhi, Santhi Om  
Salah satu koresponden asing paling dihormati di Australia.  +
Dari situs web Cat: “Saya pertama kali mengunjungi Bali pada usia 18 tahun pada tahun 1969. Kenangan tersebut tidak pernah hilang pada dekade-dekade berikutnya, namun saya tidak pernah menyangka akan kembali pada tahun 2000 untuk menghabiskan sisa hidup saya di sini. Tinggal di Ubud jauh lebih multidimensi dibandingkan berkunjung sebagai seorang musafir. Setelah sepuluh tahun di Singapura yang steril, saya tidak siap menghadapi hewan pengerat di atap dan reptil di dinding kamar. Saya harus belajar menavigasi aturan birokrasi imigrasi Bizantium yang selalu berubah di Indonesia. Bahasa baru ini memiliki banyak kendala yang menarik. Masyarakat Bali, terutama keluarga yang kelak menjadi keluarga saya, adalah jendela kekayaan budaya yang mendalam dan membingungkan di sekitar saya. Tak lama setelah pindah ke sini, saya menawarkan diri untuk menulis kolom reguler di satu-satunya surat kabar berbahasa Inggris saat itu, Bali Advertiser. Hal ini membuka banyak pintu; hal ini memberi saya alasan untuk menghubungi semua orang paling menarik di pulau itu dan mengajukan pertanyaan kurang ajar tentang apa yang mereka lakukan di Bali. Dari lebih dari 18 tahun artikel dua bulanan, saya telah menerbitkan dua buku."  +
Catharina Widjaja menjabat sebagai Executive Vice President di Gajah Tunggal Group. Dari tahun 2004 sampai tahun ini pernah menjabat sebagai Direktur Corporate Communication and Investor Relations di PT Gajah Tunggal Tbk. Sebelum bergabung dengan Gajah Tunggal Group, Beliau bekerja di berbagai perusahaan multinasional, seperti Deutsche Bank AG Jakarta , menjabat sebagai Foreign Exchange Dealer selama 2 tahun dari tahun 1986-1988 dan HSBC Indonesia, selama 9 tahun, di mana Beliau terakhir menjabat sebagai Country Treasurer. Beliau memperoleh gelar Master of Science in Control Engineering dari University of Bradford pada tahun 1985 dan alumni dari MIT Sloan School of Management for the Executive program. Beliau juga menjabat sebagai Direktur di Alun Alun Indonesia, sebuah konsep ritel Indonesia yang mempromosikan produk dan pengrajin Indonesia. Selain itu, Beliau aktif dalam beberapa kegiatan sosial, di antaranya United in Diversity Foundation, CCPHI, IBCA, IBCWE, YCAB dan Yayasan Mitra Museum Jakarta. Beliau mendapatkan pengakuan sebagai Global Trade Ambassador Indonesia oleh WIT-LA pada tahun 2019, dan menerima penghargaan sebagai TOP Leader on CSR Commitment dari Business News Indonesia pada tahun 2018 dan dinominasikan sebagai penerima Telstra Business Women Awards pada tahun 2017. Cath juga anggota board BASAbali.  +
Catur Yudha Hariani, lahir tanggal 14 September di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Sejak lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 1990, dia telah menjadi aktivis lingkungan dan bergabung dalam organisasi Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1997 PPLH Bali didirikan di Sanur. Saat itu Catur bertugas sebagai pelaksana harian. Kemudian pada tahun 2002, Catur ditunjuk menjadi Direktur PPLH Bali. Ada banyak program terkait lingkungan yang ditangani oleh Catur. Di antaranya adalah pengelolaan sampah, pendidikan dan pendampingan masyarakat untuk menanggulangi masalah sampah secara swakelola, workshop penanganan sampah untuk pelajar, dan sebagainya. Catur memang konsisten mengabdikan hidupnya menjadi aktivis lingkungan. Dia juga dikenal sebagai salah satu aktivis gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa.  +
DEMOGRAFI BAGI PENDIDIKAN PARAGRAF 1: Pentingnya pendidikan PARAGRAF 2: Pendidikan di Bali PARAGRAF 3: Panyineb/kesimpulan  +
Chandra Yowani, lahir di Denpasar, 10 Februari 1971. Menulis puisi sejak 1981. Pernah bergabung dengan Sanggar Cipta Budaya di bawah bimbingan Gm Sukawidana. Puisi-puisinya dimuat di Bali Post, Nusa Tenggara, dan Majalah Gadis, juga terhimpun dalam buku Rindu Anak Mendulang Kasih, Benang-benang Bianglala, Di Tangkai Mawar Mana, dan Peladang Kata. Kini dia menjadi dosen tetap di Universitas Udayana.  +
Cok Sawitri lahir di Sidemen, Karangasem, Bali, 1 September 1968. Kini dia tinggal di Denpasar, Bali. Pertengahan tahun 2006, ia berkolaborasi dengan Dean Moss dari New York dalam acara Dance Theater. Selain sebagai aktivis teater, Cok juga menulis banyak artikel, puisi, cerita pendek dan novel. Dia juga aktif dalam aktifitas budaya sosial, pendiri Forum Perempuan Mitra Kasih Bali dan Kelompok Tulus Ngayah. Karya-karya teater Cok Sawitri adalah Meditasi Rahim (1991), Pembelaan Dirah, Ni Garu (1996), Permainan Gelap Terang (1997), Sekuel Pembelaan Dirah (1997), Hanya Angin Hanya Waktu (1998), Puitika Melamar Tuhan (2001), Anjing Perempuanku, Aku Bukan Perempuan Lagi (2004), Badan Bahagia. Novelnya adalah Janda dari Jirah, Tantri, dan Sutasoma. Biografi lebih lengkap di http://lifeasartasia.weebly.com/uploads/2/3/6/8/23681555/cok_sawitri.pdf  +
Collin McPhee lahir di Montreal, Quebec, Canada, 15 Februari 1900. Ia meninggal di Los Angeles, California, Amerika, pada 7 Januari 1964. Ia adalah seorang komposer, pianis, dan penulis yang pernah menetap di Bali dan menulis buku tentang musik tradisional Bali. Ia juga banyak membuat komposisi musik berdasarkan musik tradisional Bali. Collin McPhee menghabiskan sisa hidupnya meneliti musik Bali. Ia juga berkontribusi cukup besar bagi perkembangan musik Bali. Ia memperkenalkan musik Bali ke beberapa universitas musik di Amerika. Karyanya yang paling terkenal adalah orkestra Tabuh-tabuhan yang dipentaskan selama perjalanan musim panas ke Meksiko tahun 1936 oleh Carlos Chavez. Tabuh-tabuhan gubahan McPhee ini terdiri dari beberapa alat musik termasuk gong dan simbal khas Bali. Karya-karya Collin McPhee, antara lain Balinese Ceremonial Music (1934), Concerto for piano & wind octet (1928), Concerto for wind orchestra (1960), Kambing Slem, for flute & piano (1960), Lagoe Sesoeloelingan Ardja, for flute & piano (1960), Lagu Délem (1960), Tabuh-tabuhan, for 2 pianos & orchestra (1936), Tabuh-Tabuhan, toccata for orchestra (1936), Transitions for orchestra (1954), dll.  +
D
D. Tjandra Kirana, lahir di Denpasar, 29 Juni 1944. Ia adalah seorang fotografer kawakan yang telah puluhan tahun malang melintang dalam seni fotografi. Selain menggeluti fotografi, ia juga adalah seorang pelukis. Dalam seni fotografi, sejak 1975 ia telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri, antara lain di Singapura, India, China, Hongkong, Thailand, Malaysia, Taiwan, Filipina, Jakarta, dll. Ia kerap menjuarai lomba fotografi dan meraih berbagai penghargaan, seperti Monochrome Award Salon Photo Indonesia XXXII (Makasar, 2021), Gold Trophy Shanghai International Lung Jing Shan Photography Art Award 2009, SPC. Fuji Award Silver Medal Color Pint 1985, dll. Karya-karyanya cenderung memadukan keindahan realis dan imajinasi.  +
Denpasar merupakan ibu kota provinsi Bali, posisi wilayah yang strategis membuat kota ini berkembang sangat cepat sehingga wajah masa lalu kota Denpasar sebagai kota kerajaan berubah menjadi kota modern dan multietnik. Perkembangan kota Denpasar menyangkut pertumbuhan di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi, sosial maupun budaya yang sudah tercampur dengan budaya luar. Kota Denpasar juga sudah memiliki ciri-ciri sebagai kota besar dimana maraknya Pembangunan pusat perbelanjaan, pasar modern, pusat hiburan, perhotelan, dan masih banyak lagi. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi roda perekonomian Denpasar, namun disisi lain hal ini mempengaruhi jumlah kependudukan kota Denpasar yang juga akan mempengaruhi beberapa aspek lainnya. Jumlah penduduk menurut data BPS tahun 2023 yang baru lalu adalah 726.800 jiwa. Jumlah tersebut tentu akan semakin besar bila ditambahkan dengan jumlah penduduk dari luar bali maupun warga asing yang menetap untuk mencari penghidupan. Jumlah penduduk yang besar akan mempengaruhi daya dukung dari berbagai aspek, khususnya ketersediaan ruang yang keberadaannya sangat terbatas dan tidak bertambah. Permasalahan tata ruang di Denpasar mencakup perumahan penduduk yang semakin mengkikis lahan terbuka hijau yang harusnya berada di angka 30%. Besarnya angka penduduk membuat lahan semakin menipis, harga lahan akan semakin naik, pembangunan kota Denpasar bisa tidak berorientasi ke arah horizontal lagi namun vertikal untuk menghemat lahan yang tersisa. Hal ini dapat membuat kota Denpasar semakin sesak untuk bernapas. Kepadatan penduduk juga membawa permasalahan lainnya seperti penumpukan sampah di TPA, salah satunya TPA Biaung. Sampai saat ini, menurut saya belum ada solusi terbaik yang dilakukan pemerintah terhadap pengelolaan sampah di TPA. Berbagai ide sudah dilakukan seperti TPS3R, membeli mesin, sampai berencana membangun titik pengelolaan lain di TPA, tapi hal ini sama sekali tidak membantu, seharusnya pemerintah memberhentikan masalah dari sumber, bukan dengan solusi yang akan menimbulkan masalah baru. Permasalahan yang akhir-akhir ini Denpasar rasakan yaitu kemacetan. Kemacetan terjadi akibat jumlah penduduk yang membludak dengan masing-masing penduduknya memiliki kendaraan pribadi dan tidak memanfaatkan transportasi umum yang ada. Seharusnya pemerintah bisa mengoptimalkan program transportasi umum seperti Teman Bus atau Bus Sarbagita yang bisa digunakan terutama untuk anak sekolahan atau pekerja kantoran dengan memperhatikan dan memperbanyak rute bus serta meningkatkan fasilitas halte bus. Pemerintah juga harusnya memberikan sosialisasi mengenai manfaat dan tujuan menggunakan transportasi umum kepada masyarakat awam sehingga masyarakat tahu mengapa sebaiknya menggunakan transpotasi umum dari pada kendaraan pribadi. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kepadatan penduduk bisa memberikan efek buruk di berbagai bidang kehidupan seperti tata ruang di Denpasar, permasalahan sampah dan polusi, serta kemacetan dimana-mana. Dengan ini pemerintah diharapkan bisa memikirkan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dijabarkan tadi, jangan sampai permasalahan ini sudah terlanjur besar atau malah viral di media sosial baru ditangani oleh pemerintah. Saya harapkan juga pemerintah selalu terbuka akan pendapat dan pandangan dari masyarakat sehingga bisa dicarikan solusi bersama-sama.  
DG Kumarsana lahir di Denpasar. Menulis puisi sejak remaja dan dimuat di berbagai media massa dan terangkum dalam buku bersama. Selain puisi, dia juga menulis cerpen, novel, dan esai, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bali. Dia pernah aktif di Sanggar Minum Kopi. Bukunya yang telah terbit: Komedi Birokrat (2010), Senggeger (2010), Kabinet Ngejengit (2012), Mata Dadu (2014). Kini mukim di desa Telagawaru, Labuapi, Lombok Barat.  +
LATAR BELAKANG DIDIRIKANNYA MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI Perjuangan dalam merebut kemerdekaan dari penjajah Belanda terjadi hampir di seluruh wilayah Republik Indonesia. Tekanan dan penindasan yang dilakukan secara sewenang-wenang oleh pihak Belanda telah memunculkan berbagai pemberontakan di beberapa wilayah kerajaan maupun kesultanan yang berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia. Namun dengan mudah pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh pihak Belanda dengan siasat devide et impera yaitu dengan memecah belah kekuatan kerajaan atau kesultanan dengan taktik mengadu domba diantara keluarga raja dengan raja, raja dengan rakyat, dan rakyat dengan rakyat. Namun pengalaman perang yang cukup panjang serta semakin banyaknya pemuda Indonesia yang dapat mencapai pendidikan tinggi telah membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan dari berbagai lapisan masyarakat dan suku bangsa yang ada di Indonesia dalam mengusir penjajah. Persatuan dan kesatuan tersebut telah dirintis oleh para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia, yang akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskan dalam pernyataan Sumpah Pemuda. Pernyataan itu diikuti oleh organisasi pemuda dari berbagai pulau dan suku di Indonesia antara lain Jong Java, Jong Pasundan, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes (Sulawesi), Jong Madura, Jong Sumatranen, Jong Batak, telah melahirkan gagasan pembentukan Jong Indonesia yang mewadahi semua suku di Indonesia. Gema Sumpah Pemuda tersebut telah membangkitkan pula berbagai organisasi kepemudaan di Indonesia. Salah satu organisasi terkenal antara lain adalah Sarekat Islam, yang semula sebagai gerakan agama semata, kemudian berkembang menjadi gerakan rakyat pertama di Indonesia, selanjutnya muncul juga partai Indische Partij yang bererak di bidang politik. Pada saat itu di pulau Jawa bermunculan tokoh-tokoh nasionalis seperti dr, Soetomo, HOS Cokroaminoto, Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantoro), Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, Agus Salim, Soekarno, Muhammad Hatta, dan sebagainya. Kepeloporan mereka akhirnya juga memberikan inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk berbuat yang sama yakni menggalang persatuan dan kesatuan dalam mengusir penjajahan Belanda, salah satunya adalah perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Bali. Pulau Bali merupakan salah satu basis perjuangan melawan Belanda, antara lain yang terkenal adalah Perang Jagaraga tahun 1848-1849 di Buleleng, Perang Kusamba tahun 1849, Perlawanan Rakyat Banjar tahun 1868, Perang Puputan Badung tahun 1906 yang dilancarkan oleh Raja Badung, Puputan Klungkung tahun 1908 dan juga Perang Puputan Margarana di Desa Marga, Tabanan yang dilakukan oleh Letkol I Gusti Ngurah Rai beserta Laskar Ciung Wanara yang telah melakukan perang habis-habisan (Puputan) melawan Belanda pada tahun 1946. Perjuangan tersebut meninggalkan kenangan yang mendalam bagi rakyat Bali, sehingga untuk mengenang jasa-jasanya didirikanlah monumen, nama jalan, nama lapangan terbang, dan sebagainya. Pemberian penghargaan atas jasa Beliau tersebut semata-mata karena Beliau telah memberikan tauladan kepada generasi muda dalam perjuangan membela kemerdekaan yang dilakukan tanpa pamrih. Perhatian pemerintah terhadap jasa para pejuang di Bali diwujudkan dengan dibangunnya sebuah monumen agung yang berlokasi di area Niti Mandala, Denpasar dikenal dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Apa yang disajikan di dalam monumen ini, adalah untuk mengenang kembali seluruh perjuangan para pahlawan Bali sebelum maupun setelah kemerdekaan, diharapkan pula bahwa monumen ini juga akan memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan apresiasi generasi muda dalam menghayati nilai-nilai patriotik yang ditunjukkan oleh para pahlawan yang telah mengorbankan seluruh jiwa dan raganya dalam membela harga diri dan martabat bangsanya tanpa pernah mengharapkan balas jasa. Yang membanggakan dari pembuatan desain Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini adalah seorang generasi muda bernama Ida Bagus Gede Yadnya yang pada waktu itu statusnya masih mahasiswa pada jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Denpasar. Beliau berhasil memenangkan dan menjadi juara dalam sayembara pembuatan desain Monumen Perjuangan Rakyat Bali yang dilakukan pada tahun 1981 dengan menyisihkan para arsitek seniornya yang ada di Bali. Setelah diadakan penyempurnaan rancangan dan gambar, pada bulan Agustus 1988 melalui anggaran Pemerintah Daerah Propinsi Bali dilakukan peletakan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan monumen. Setelah melalui berbagai hambatan dan cobaan karena terjadi depresiasi uang Rupiah di tahun 1997, akhirnya monumen ini dapat diselesaikan juga pada tahun 2001. Setelah itu, pembanguan masih dilanjutkan dengan pembuatan diorama yang menggambarkan sejarah kehidupan orang Bali dari masa ke masa. Selain diorama juga dibangun pertamanan untuk menambah keasrian dan kenyamanan monumen ini, yang secara keseluruhan dapat diselesaikan pada tahun 2003. Pada tanggal 14 Juni 2003, bersamaan dengan Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke- 25 tahun 2003, Presiden RI Megawati Soekarnoputri telah berkenan meresmikan Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Sejak saat itu monumen telah dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. . MAKSUD DAN TUJUAN DIBANGUNNYA MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI Maksud pembuatan diorama yang mengisahkan tentang perjuangan rakyat Bali adalah untuk merekonstruksi kembali peristiwa-peristiwa sejarah penting yang pernah terjadi di Bali, sehingga apa yang tersirat didalamnya akan lebih mudah diapresiasikan oleh generasi muda. Tujuannya adalah untuk mengabadikan jiwa perjuangan rakyat Bali dari masa ke masa dan mewariskan semangat patriotisme dalam wujud rela berkorban, cinta tanah air, cinta persatuan dan kesatuan, cinta perdamaian, kebersamaan kepada generasi penerus bangsa, dan yang utama adalah tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). . DASAR FALSAFAH MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI Monumen ini merupakan perwujudan dari Lingga dan Yoni. Lingga adalah Lambang Purusa (pria), sedangkan Yoni adalah Lambang Pradana (wanita). Pertemuan antara kedua unsur tersebut merupakan simbol kesuburan dan kesejahteraan. Selain falsafah Lingga-Yoni. Monumen ini juga dilandasi oleh falsafah kisah Pemutaran Mandara Giri (Gunung Mandara) di Ksirarnawa (Lautan Susu). Kisah ini bersumber dari Kitab Adi Parwa yaitu parwa pertama dari epos Mahabharata. Diceritakan bahwa para Dewa dan Daitya/Raksasa mencari Tirta Amertha (air kehidupan abadi) dengan jalan memutar Gunung Mandara di Ksirarnawa. Adapun pelaksanaan pemutaran Gunung Mandara (Mandara Giri) diatur sebagai berikut. 1. Kura- Kura (Akupa) sebagai Dasar Gunung Mandara. 2. Naga Besuki sebagai Tali Pengikat dan Pemutar Gunung. 3. Para Dewa memegang ekor naga dan para daitya memegang bagian kepala, sedangkan pada bagian atas dari gunung duduk Dewa Ciwa. Setelah bekerja dengan susah payah memutar gunung mandara maka berturut-turut keluar: Ardha Candra (bulan sabit), Dewi Sri dan Laksmi, Kuda Ucaisrawah (kuda terbang), Kastuba Mani (pohon kebahagiaan), dan yang terakhir keluar Dewi Dhanwantari yang membawa Tirta Amertha. Kisah mencari air Amertha inilah yang kemudian direfleksikan pada wujud monumen ini, dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Guci Amertha disimbolkan dengan Swamba (periuk) yang terletak pada ujung atas monumen. 2. Ekor Naga Basuki diwujudkan di dekat periuk. 3. Kepala Naga diwujudkan pada Kori Agung. 4. Bedawang Nala (Akupa) sebagai landasan monumen terletak pada pinggiran telaga dan kepalanya pada Kori Agung. 5. Ksirarnawa (lautan susu) sebagai kolam yang mengelilingi monumen. 6. Gunung Mandara (Mandara Giri) sebagai Bentuk keseluruhan bangunan monumen. Secara filosofis, para penggagas monumen ini berkeinginan memberi pesan kepada generasi muda bahwa perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan hanya dapat dilakukan dengan kerja keras, tekun, ulet, dan gotong royong seperti yang dikisahkan ketika para Dewa dan Daitya secara bersama-sama mencari kehidupan abadi. Lambang lain yang menggambarkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) yang terdapat dalam bangunan ini adalah denah bangunan yang berbentuk segi 8 dan bunga teratai yang berdaun delapan. Teratai berdaun delapan disebut Asta Dala sebagai lambang kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Asta Aiswarya, yaitu: 1. Anima : sifat yang halus bagaikan kehalusan atom. 2. Lagima : sifat yang ringan bagaikan ether. 3. Mahima : sifat yang maha besar mengisi semua tempat. 4. Prapti : sifat mencapai segala tempat yang dikehendaki 5. Prakamya : segala kehendak tercapai olehNya. 6. Isitawa : sifat merajai segala-galanya dan paling utama. 7. Wasitwa : sifat yang paling berkuasa. 8. Yatrakama Wasayitwa : tidak dapat ditentang sifat dan kodratNya. Lambang yang menggambarkan nilai kejuangan dan jiwa nasionalisme dari monumen ini adalah jumlah anak tangga Kori Agung (pintu utama) berjumlah 17 buah, Tiang Agung yang terdapat dalam gedung berjumlah 8 buah, dan tinggi monumen dari dasar sampai puncak 45 meter. Sehingga apabila angka-angka tersebut dirangkai, maka tersusun angka 17, 8 dan 45 yang menunjukkan tanggal, bulan dan tahun Proklamasi Kemerdekaan RI yaitu 17 Agustus 1945.  
sekarang ini, telah muncul virus covid varian baru yaitu omicron  +
Daniel Bahari lahir di Denpasar, 23 Maret 1948. Ia adalah pelatih tinju, manager dan promotor tinju legendaris. Ia mendirikan sasana Cakti Bali (Candradimuka Tinju Bali) dan melahirkan petinju-petinju tingkat nasional dan internasional, baik amatir maupun profesional. Petinju-petinju yang lahir dari didikannya antara lain Adi Swandana, Fransisco Lisboa,, Pino Bahari, Nemo Bahari, Daudy Bahari. Ia juga pernah menangani mantan juara IBF kelas bantam yunior, yakni petinju legendaris Ellyas Pical. Sebelum menjadi pembina tinju, ia pernah menjadi atlet tinju. Namun, prestasinya tidak begitu menonjol. Ia lebih dikenal sebagai pembina tinju bertangan emas. Daniel Bahari meninggal pada tanggal 16 Maret 2015 di Denpasar.  +
Deniek G. Sukarya sudah bergelut dalam dunia fotografi profesional selama lebih dari 43 tahun. Karyanya diterbitkan dalam bentuk buku-buku, koran, majalah, iklan, brosur, poster dan papan billboard. Dalam stok fotografi, beliau menawarkan koleksi dalam jumlah besar berupa foto-foto travelling, budaya, lanskap, alam dan fotografi seni rupa Deniek memulai karir sebagai seorang freelance fotografer dan penulis untuk banyak publikasi nasional besar dan ternama sebelum ikutserta dalam agensi fotografi international pada tahun 1981 sebagai seorang senior copywriter, dan setahun setelah itu sebagai creative director. Sebagai seorang fotografer yang teliti, Deniek mengadakan banyak lokakarya fotografi untuk kemajuan fotografi di Indonesia. Beliau juga menulis untuk berbagai publikasi: dari travel, budaya, alam hingga pada artikel yang memuat tips-tips pada berbagai aspek dalam fotografi. Sejak 1993, Deniek menerbitkan beberapa majalah: Visi, untuk STARKO (hingga 1995); RODA untuk HONDA Motorcyle Indonesia (sampai 2007); FOTO MODERN, untuk Fuji Film Indonesia (hingga 2005). Pada tahun 2005, beliau menerbitkan majalah NIKONIA, dalam Majalah Fotografi Triwulan 6 Edisi untuk Nikon Indonesia. Deniek adalah salah seorang founder dan pimpinan dari LEICA Photography Club di Indonesia serta seorang konseptor dan kurator/direktur Galeri Foto CAHYA, galeri foto seni rupa pertama di Indonesia. Beliau mengadakan berbagai lokakarya foto, termasuk tiga pameran di Galeri Foto CAHYA pada tahun 1998 dan 2000. Pada tahun 2002, beliau mengelola Harmony-Potret Indonesia Damai dan Image of Jakarta pameran foto untuk Dinas Pariwisata Jakarta. Pada tahun 2004, beliau mengadakan dua pameran di Osaka, Jepang, INDONESIA – ENCHANTED MOMENTS, untuk Konsulat Jenderal Indonesia di Osaka dan Sakata Inx Corporation. Ia juga mengelola pameran, A Tribute to Aceh, untuk Aceh Tsunami Relief Funds pada tahun 2005 bekerja sama dengan jurnalis-jurnalis foto dari koran nasional terkemuka, Kompas. Pada tahun 2005, Deniek juga menyelenggarakan pameran: Indonesia-Enchanted Moments, pada National Gallery of Zimbabwe, Harare untuk Kedutaan Indonesia yang bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Lingkungan Zimbabwe. 76 dari foto terbaik yang diambil selama perjalanannya di Zimbabwe dipamerkan dalam pameran besar, Zimbabwe-Permata Afrika di Plaza Senayan Jakarta, pada Desember 2005. Pada 2006, Deniek mengelola pameran foto, Presiden Juga Manusia Biasa, pameran ini bertemakan tentang kehidupan sehari-hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diambil oleh Abror Rizki dan Dudi Anung Anindito di Pondok Indah Mall. Pada tahun 2008, ia juga mengelola sebuah pameran foto berjudul The Allure of the Undiscovered West Bali di Sultan Hotel, Jakarta  
Desak Ayu Putu Suciati SE.,M.Si adalah salah satu staf pada Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Provinsi Balil  +
Desak Made Rita Kusuma Dewi adalah seorang atlet panjat tebing dari Bali. Dia lahir di Buleleng, 24 Januari 2001. Kini dia menempuh pendidikan di jurusan Pendidikan Olahraga Undiksha Singaraja. Dalam olah raga panjat tebing, Desak telah mengumpulkan banyak prestasi untuk kategori speed dan combined (speed, lead, boulder), antara lain Juara 1 kategori Speed Wr pada kejurnas kelompok umur di Riau (2018) dan kejurnas di Kalimantan Selatan juga meraih Juara 1 di kategori serta kelompok umur yang sama. Dia juga mpersembahkan medali emas untuk Buleleng di Porprov Bali 2019 untuk kategori speed wr. Desak telah menekuni panjat tebing sejak kelas 2 SD di bawah bimbingan tantenya yang juga seorang atlet panjang tebing. Desak meraih medali emas dengan rekor kecepatan 7,01 detik pada perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua tahun 2021. Sebelumnya, dia mengikuti kejuaraan Piala Dunia Panjat Tebing di Villars, Swiss. Ke depan, dia akan menjadi atlet proyeksi Tim Nasional Merah Putih ajang Olimpiade Paris 2024.  +
Saya lahir pada tahun 1972—atau begitulah yang diceritakan oleh salah satu orang tua teman saya yang berprofesi sebagai guru, karena tidak satu pun dari orang tua saya yang ingat tanggal pasti lahir saya—di sebuah desa kecil di utara Ubud di pulau Bali, salah satu dari sekian banyak desa yang ada di Bali. pulau-pulau di kepulauan Indonesia. Ketika saya masih muda saya merasa tidak ada pilihan lain selain meninggalkan Bali untuk melepaskan diri dari beban kemiskinan dan tradisi. Saya sering bepergian ke luar negeri, menikah, membesarkan anak laki-laki, dan bekerja di Australia sambil terus mendidik diri saya sendiri di perguruan tinggi dan universitas—yang terakhir saya peroleh adalah gelar Master dalam Bisnis Internasional dari Newcastle University, New South Wales, Australia. Saya kembali ke Bali pada tahun 2012 setelah hampir dua puluh tahun tinggal di luar negeri, dengan harapan dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik, membangun kembali keluarga saya dan menciptakan lapangan kerja bagi sesama warga Bali. Sejak kembali ke Bali, saya telah mengalami langsung tantangan yang dihadapi perempuan Bali dalam dunia paralel antara pariwisata modern dan kehidupan tradisional, di mana keluarga berjuang untuk menjaga keseimbangan antara kewajiban adat tradisional dan godaan dari taman bermain pariwisata, obat-obatan terlarang dan seks. pemandangan. Pengalaman yang penuh gejolak, kehidupan yang penuh dengan drama, tragedi, dan saat-saat bahagia yang jarang terjadi dan sepertinya tidak akan bertahan lama, telah menginspirasi saya untuk menulis buku ini sebagai bagian dari perjalanan penemuan diri saya. Saat ini saya sedang mengerjakan buku kedua sambil melanjutkan proyek lain di Bali.  +
Dewa Ayu Carma Citrawati, lahir di Getakan, Klungkung, Bali, 24 Februari 1990. Menyelesaikan kuliah S1 di Program Studi Sastra Bali FIB Universitas Udayana pada tahun 2011. Tahun 2017 menyelesaikan studi magister di program Pascasarjana Linguistik Murni FIB Universitas Udayana. Ia telah menerbitkan beberapa buku seperti Smarareka (2014), Sumanasa Sekuntum Pembebasan (Saduran Kekawin Sumanasantaka, 2019), Aud Kelor (2019). Ia memperoleh anugrah tertinggi bidang Sastra Bali dari Yayasan Kebudayaan Rancage di tahun 2017 atas buku kumpulan cerpen yang berjudul Kutang Sayang Gemel Madui (2016). Berpengalaman dalam bidang mengajar, pernah menjadi guru bahasa Bali di SMPN 3 Denpasar (2011-2018), Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung (2016-2017). Sampai saat ini masih aktif terlibat dalam berbagai kegiatan pengembangan yang berhubungan dengan Bahasa, Sastra dan Aksara Bali. Dari tahun 2018 hingga sekarang, aktif menulis artikel berbahasa Bali di Wikipedia Bali di bawah naungan komunitas Wikimedia Denpasar. Atas dedikasinya terhadap komunitas wikimedia, perkembangan Bahasa dan Aksara Bali, Wikimedia Foundation menganugrahi penghargaan Wikimedian of the year, sebagai The Newcomer of the year 2021.  +
Dewa Ayu Eka Putri adalah seorang seniman dan antropolog yang saat ini menjabat sebagai sekretaris dan guru tari di Sanggar Seni Çudamani. Lulusan Sarjana Antropologi dari Universitas Udayana sekaligus sebagai generasi pelopor serta pemimpin dari group gamelan wanita di Bali. Lahir dari keluarga seniman, Dewa Ayu telah dikenal dalam karya-karyanya yang bernuansa tradisional dan kontemporer baik dalam teater, musik dan tari tradisi, sekaligus secara aktif bekerja sebagai asisten peneliti. Karya-karyanya banyak terinspirasi dari semesta perempuan.  +
Dewa Ayu Posmaningsih adalah dosen tetap pada Politeknik Kesehatan Lingkungan di Jurusan Kesehatan Lingkungan. Posmaningsih menamatkan studi master pada bidang Kesehatan Masyarakat dari Universitas Udayana.  +
Dewa Ayu Putu Rai alias Sukerti lahir di Ubung, Denpasar, 6 Juli 1961. Ia adalah bintang panggung drama gong era tahun 1980-an. Kemampuan akting dan kecantikannya memesona banyak orang pada masa itu. Dalam bermain drama gong ia berperan sebagai "Tuan Putri" dan sering dipasangkan dengan Wayan Lodra yang berperan sebagai "Raja Muda" yang tampan. Popularitasnya melejit lewat kelompok Drama Gong Bintang Bali Timur (BBT) saat ia berperan sebagai “Sukerti”. Berkat lakon “Panji Sumirang”, ia semakin banyak penggemar dan meraih pujian. Pujian bukan hanya di panggung, tapi ratusan pengggemarnya bahkan berkirim surat untuk Sukerti. Pada masa jayanya, ia pernah memperkuat lima kelompok (sekaa) drama gong, yaitu Drama Gong Dewan Kesenian Denpasar (DKD), Bintang Bali Timur (BBT), Kerthi Bhuwana Sari, Duta Bon Bali, dan Bhara Budaya. Pada tahun 1982, bersama Sekaa Drama Gong BBT, ia pernah tampil 40 kali dalam sebulan di panggung untuk menghibur masyarakat di berbagai pelosok Bali.  +
Dewa Gede Purwita adalah dosen pada bidang Visual Communication Design di Institut Desain dan Bisnis Bali. Dewa adalah juga seorang pelukis dan penulis yang dikenal dengan nama pena Purwita Sukahet. Ketertarikannya yang mendalam terhadap karya I Ketut Gede Singaraja dituangkannya dalam sebuah pameran tunggal membedah karya-karya pelukis asal Buleleng ini yang terkenal dengan gaya pictorial realism pada tahun 2019.  +
Dewa Made Beratha lahir di Gianyar, Bali, 12 Juli 1941. Ia adalah mantan Gubernur Bali yang menjabat dua periode, yakni periode 1998-2003 dan 2003-2008. Jauh sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Bupati Bangli periode 1968-1970. Ia menamatkan pendidikan Ilmu Sosial Politik di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia memulai karir pada tahun 1967 sebagai staf sekretaris daerah Kabupaten Bangli, dan satu tahun kemudian terpiih menjadi Bupati Bangli. Kemudian ia menjadi anggota DPRD Bali dari tahun 1970 hingga 1998, sebelum akhirnya menjadi Gubernur Bali.  +
Dewa Putu Bedil lahir di Ubud, Bali, pada tahun 1921. Meninggal tahun 1999. Bedil adalah salah satu anggota termuda dari kelompok Pita Maha yang ia ikuti pada tahun 1936. Dengan dorongan dan arahan dari Rudolf Bonnet, ia mengembangkan gaya lukisan yang unik dengan warna-warna yang elegan. Dia sering menggambarkan kehidupan sehari-hari, ritual, atau tarian dalam lukisan-lukisannya. Figur-figur lukisannya ramping dan terkesan surealis. Karya-karyanya dikoleksi oleh Taman Budaya Bali (Denpasar, Bali), Tropen Museum (Amsterdam, Belanda), Rijksmuseum voor Volkenkunde (Leiden, Holland), Museum Nasional (Jakarta), dan banyak kolektor kelas dunia. Ia pernah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri, seperti di Museum Nasional Jakarta dan pada acara Festival Persahabatan Indonesia-Jepang (Morioka , Tokyo, 1997).  +
Dewa Putu Kantor, lahir di Sukawati, Gianyar, 1957. Dia adalah seorang pelukis tradisional yang menganut gaya seni lukis Batuan. Dia belajar melukis teknik Batuan kepada pelukis Dewa Putu Mangku, Dewa Made Jaya, dan Made Tubuh. Lebih dari sembilan tahun ia menyerap teknik melukis gaya Batuan yang terkenal dengan konsep ruang gambar yang penuh, rumit, bernuansa gelap dan tanpa fokus yang jelas. Ia kemudian menyederhanakan gaya yang rumit itu menjadi tarikan-tarikan dan liukan-liukan garis yang membentuk wujud tertentu tanpa ada proses pelapisan tinta Cina. Gambar-gambarnya melulu bersandar pada kekuatan garis yang berpengaruh pada keutuhan karya. Tema-tema karyanya juga mengalami perubahan, dari cerita pewayangan menjadi tema-tema keseharian masyarakat pedesaan. Ia kemudian dikenal sebagai pelukis neo-tradisional karena mengangkat kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan Bali pada era kontemporer. Dia mengembalikan kekuatan lukisan khas Bali kepada intinya, yaitu: garis. Sepintas karya-karya drawingnya mengingatkan orang pada karya-karya I Gusti Nyoman Lempad. Keutuhan dan kekuatan karyanya bertumpu pada kesederhanaan dan ketajaman tarikan garis. Dengan menggunakan tinta Cina dan kuas bambu ukuran kecil, ia menggambar suasana pasar, warung penggak, tajen, upacara di pura, pemuda desa menabuh gamelan, mobil dengan muatannya, bocah-bocah dengan permainannya, cerita rakyat, gadis mandi di sungai, dan berbagai aktivitas kehidupan desa. Subjek matter yang digarapnya mengesankan kelucuan, lugu, konyol, satire, penuh ironi dan tentu saja menyegarkan. Karya-karyanya pernah dipamerkan secara tunggal maupun bersama di sejumlah galeri, antara lain pameran tunggal di Gallery Duta Fine Arts, Jakarta (1999), pameran bersama “Ibu Rupa Batuan” di Bentara Budaya Bali (2019).  +
Dewa Putu Sahadewa lahir di Denpasar, 23 Februari 1969. Sejak remaja aktif dalam seni sastra, jurnalistik, dan teater. Dia pernah aktif dalam Sanggar Minum Kopi dan turut menggagas Jatijagat Kampung Puisi. Antologi puisi tunggalnya: 69 Puisi di Rumah Dedari (2015), Penulis Mantra (2016). Kini dia menetap di Kupang dan berprofesi sebagai dokter ahli kandungan.  +
Artis dan penulis. Dewi Dian adalah pendiri Sawidji Gallery & Co. Dewi Dian Reich lahir di Australia dari orang tua campuran Indonesia dan Eropa. Dewi memiliki kecintaan yang mendalam terhadap Alam, seni, sejarah, dan tradisi warisan Indonesia. Dia menyebut Bali sebagai rumahnya selama hampir 20 tahun. Dian adalah lulusan Australian National Art School in Fine Arts jurusan Fotografi dan disiplin seni lukis dengan penekanan pada sejarah dan teori seni. Melakukan studi pasca sarjana di Media Digital, Linguistik dan Studi Asia. Dian fokus pada pengembangan Galeri dan Studio Sawidji yang sedang berjalan. Perubahan ekonomi yang disebabkan oleh Pandemi Covid di Bali menjadi katalisnya. Sudah ada kebutuhan untuk menilai kembali kondisi yang mempengaruhi integritas Seni Rupa di Bali. Yang tidak pernah lepas dari seluk-beluk kebudayaan itu sendiri. Sawidji mungkin mengeksplorasi tema-tema tersebut. Namun, kami hanya ingin merayakan talenta, komunitas, dan Alam dimana kita beruntung menjadi bagiannya.  +
Dewi Pradewi bernama lengkap Ni Putu Dewi Ariantini lahir, di Denpasar, Bali, 12 Januari 1987. Dia adalah salah satu penyanyi lagu pop Bali papan atas yang telah memulai karirnya sejak tahun 2000-an. Album lagunya, antara lain “Bungan Tresna” (2001), “Muani Buaya” (2015), “Bermain Cantik” (2017, duet bersama Dek Arya). Dia sering diundang menyanyi atau menjadi pembawa acara (MC) di berbagai event besar di Bali. Kesibukannya yang lain adalah menjadi asisten Ketua PHRI Bali dan pelatih yoga. Pada masa remaja, dia juga aktif mengikuti lomba baca puisi. Selain itu, beberapa kali dia pernah terlibat dalam kegiatan musikalisasi puisi. Dia menamatkan kuliahnya di Kajian Budaya, Pasca Sarjana, Universitas Udayana dengan tesis berjudul “Konstruksi Stigma pada Perempuan Bali Bertato di Kota Denpasar”.  +
Dewi Susiloningtyas adalah dosen di Departemen Geografi Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Sarjananya dalam perencanaan pembangunan daerah dari Universitas Gajah Mada, di mana ia juga mendapatkan gelar Magister dalam studi ilmu lingkungan. Dr Susiloningtyas mengajar berbagai mata pelajaran yaitu Geografi Industri, Geografi Asia Regional, penelitian Kerja Lapangan, dan Sosiologi untuk beberapa nama. Beberapa tahun terakhir ini, Dr. Susiloningtyas fokus mengembangkan mata pelajaran yang lebih fokus pada siswa, atau SCL (Student Center Learning).  +
Penulis tercinta tentang budaya dan masyarakat Bali yang telah menerbitkan banyak esai dalam buku dan majalah.  +
Didon Kajeng bernama asli Dwi Ari Swandana, lahir di Denpasar, 5 Maret 1976. Sejak kanak-kanak ia aktif dalam berbagai kegiatan kesenian, seperti baca puisi, menyanyi, main drama/teater. Ia sering menjuarai lomba baca puisi, nyanyi, musikalisasi puisi. Ia juga jago merangkai bunga dan telah menerbitkan buku seni merangkai bunga berjudul “Bali Bloom, Inspirational Balinese Floral Art”. Sekitar 2013 ia kehilangan penglihatan akibat glukoma. Belakangan ia harus menjalani cuci darah dua kali seminggu. Namun ia tak pernah patah semangat menjalani hidup. Ia tetap masih bisa bermain teater, misalnya ia tampil di Bentara Budaya Bali dengan monolog “Orgil” pada tahun 2014, ia membaca puisi di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 2016. Ia membina anak-anak tunanetra di Denpasar berkesenian, berteater, menyanyi, menulis puisi. Ia adalah guru, sahabat, panutan bagi anak-anak tunanetra di Denpasar. Bersama anak-anak tunanetra ia mendirikan Komunitas Seni Teratai Bali (Kostra). Didon meninggal 10 Agustus 2021.  +
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Jalan Ir. Djuanda No.1, Renon, Civic Center Niti Mandala Denpasar 80235 Phone : (0361) 264474, 245297. Fax. (0361) 245297 Website: www.disbud.baliprov.go.id Email : infodisbud@baliprov.go.id  +
KONTAK KAMI Alamat : Jalan S. Parman No. 1 Renon – Denpasar No. Telp : 0361-222387 Fax : 0361-226313 Website : disparda.baliprov.go.id E-Mail : dispar@baliprov.go.id  +
Ahli foto dari Bali  +
Donald Stuart Leslie Friend lahir Cremorne, Australia, 6 Februari 1915. Ia meninggal tanggal 16 Agustus 1989 di Sydney, Australia. Ia adalah seorang pelukis berkebangsaan Australia yang lama menetap di Bali. Ia belajar seni di Sydney Long (1931) dan Antonio Dattilo Rubbo (1934-1935), kemudian di London (1936-1937) di Sekolah Seni Westminster. Ia pernah menjadi tentara saat Perang Dunia II. Sebagian besar kehidupan dan kariernya dihabiskan di luar Australia, di berbagai tempat seperti Nigeria (akhir 1930-an), Italia (1950-an), Sri Lanka (akhir 1950-an – awal 1960-an), dan Bali (dari 1968 - 1980). Ia pernah memenangkan Hadiah Blake untuk Seni Keagamaan pada 1955. Namun belakangan, karya-karyanya sebagian besar menampilkan figur laki-laki muda telanjang. Selain pelukis, ia dikenal sebagai penulis buku harian. Ia menulis buku harian sejak usia 14 tahun. Buku hariannya diterbitkan secara anumerta sebanyak empat jilid pada tahun 2001 hingga 2006 oleh Perpustakaan Nasional Australia. Buku hariannya yang jilid IV banyak membahas kehidupannya di Bali dan hubungannya dengan laki-laki muda Bali.  +
Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si., lahir di Br. Petak, Desa Petak Kaja Gianyar Bali, pada 21 April 1963. Ia menyelesaikan pendidikan S1 (Bahasa dan Sastra Bali) pada Fakultas Sastra Universitas Udayana (1987) dan meraih Master of Cultural Studies pada Program Pascasarjana Universitas Udayana (2004). Pada 2012, ia meraih gelar Doktor Linguistik dengan Konsentrasi Wacana Sastra pada Program Pascasarjana Universitas Udayana dengan judul disertasi “Wacana Siwa-Buddha dalam Kakawin Nilacandra: Analisis Resepsi”. Ia pernah bekerja di bagian Manuskrip Perpustakaan Nasional RI Jakarta (1990-1996). Selain itu, ia adalah Dosen Luar Biasa pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta (1990-1996). Selain itu, Badan Perpustakaan Provinsi Bali juga adalah tempatnya mengabdi pada 1997-2005. Sejak 2006, ia menjadi Dosen PNS Dpk pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, IKIP PGRI Bali, LLDIKTI Wilayah VIII. Ia telah meneliti sejumlah manuskrip lontar. Bukan hanya meneliti, ia juga membuat katalogisasi, transliterasi, serta menerjemahkannya. Beberapa buku telah ditulisnya. Antara lain, Geguritan Uwug Kengetan (2014), Musala Parwa (2015), Prastanika Parwa (2016), Bhomakawya (2017), Wacana Siwa-Buddha dalam Kakawin Nilacandra (2018), Ala-ayuning Dina Mwah Sasih (2018), dan Kakawin Nilacandra Abad XX (2019).  +
Drs. I Nyoman Aris adalah sastrawan yang berasal dari Banjar Kebayan, Desa Tangeb, Kelurahan Abianbase, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Drs. I Nyoman Aris lahir pada tanggal 19 September 1984. Beliau adalah putra dari Alm. I Wayan Lanus dan Alm. Ni Nyoman Namrug. Riwayat pendidikan beliau yaitu pernah menempuh Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1962, smp pada tahun 1965, KPG pada tahun 1978, PGSLP pada tahun 1980 dan S1 jurusan Bahasa dan Sastra Bali pada tahun 1990. Drs. I Nyoman Aris adalah seorang tenaga pendidik di SMK Seni Ukir Tangeb. Selain itu, beliau juga seorang petani dan sering menjadi juri sekaligus pembina dalam perlombaan utsawa dharma gita. Banyak penghargaan yang beliau raih salah satunya juara 1 mekidung/makakawin. Karya terbesar beliau adalah Kidung Yadnya, karya lainnya seperti imba tembang (pupuh), tuntunan malajah makakawin, dan tuntunan malajah makidung lengkap disertai tangga nada dan notasinya sehingga memudahkan kita untuk belajar makidung.  +
Dibalik indahnya sebuah Karya Sastra, tentunya terdapat seorang pengarang/sastrawan yang membuatnya. Seorang yang mampu menghasilkan Karya Sastra tentunya memiliki alasan maupun asal-usul yang membuat ia berhasil dalam membuat Karya Sastra. Tidak menutup kemungkinan, berawal dari rasa kagum, seseorang dapat menghasilkan sebuah Karya Sastra yang luar biasa dan membuat banyak orang tertarik. Salah seorang sastrawan yang berhasil menghasilkan karya sastra yang berasal dari rasa kagum dan tertarik dengan dunia sastra, yaitu Bapak Drs. Wayan Selat Wirata. Beliau lahir di Badung, 20 Juli 1959. Beliau adalah putra dari Bapak I Ketut Biasa (alm.) dan Ibu Ni Nyoman Rajug (alm.). Beliau beralamat di Br. Umakepuh, Ds. Buduk, Kec. Mengwi, Kab. Badung. Saat ini beliau menjabat sebagai Ketua Widya Sabha Kabupaten Badung. Adapun penghargaan yang bernah beliau raih diantaranya: Juari I Lomba Palawakya Kab. Badung, Juara 2 Lomba Palawakya Prov. Bali, Kerti Budaya Kab. Badung. Adapun Karya Sastra yang beliau buat diantaranya: Puisi (Besakih, Kisi-kisi Pasisi Seseh), Cerpen (Cetik Dadong Tanggu), Geguritan (Matatah, Melasti, Sri Tatwa). Dari seluruh karya sastra beliau, beliau lebih tertarik dengan karyanya yaitu Geguritan yang berjudul Geguritan Melasti, karena di dalam karyanya tersebut dapat memberikan tattwa tentang melasti, pengrupukan/tawur agung, nyepi dan ngembak geni. Kemudian ada Geguritan Matatah yang berisi makna dan filosofi tentang matatah/potong gigi, dan Geguritan Sri Tattwa yang berisi tentang pertanian di sawah. Beliau menciptakan Karya Sastra karena keinginan beliau sendiri yang gemar mempelajari sastra dan ingin menciptakan Karya Sastra seperti pendahulu.  +
Drs. Ida Bagus Ratu Sanca, M.Si adalah sastrawan Bali yang berasal dari Karangasem. Beliau lahir pada hari Jumat Pon Julungwangi pada tanggal 4 April 1952. Beliau merupakan putra dari pasangan alm. Ida Pedanda Wayan Pidada dan Ida Pedanda Istri Agung. Disini saya akan membahas karya geguritan beliau yang beliau karang sendiri yang berjudul “Geguritan Gering Agung Pandemi Covid Sembilan Belas”. Isi dari geguritan ini berisikan tentang seputaran covid-19 yang marak saat ini. Dimulai dari mana asal covid ini dan cara pencegahannya. Geguritan ini berisikan 4 jenis pupuh yaitu pupuh dandang gula (2 bait), pupuh sinom (11 bait), pupuh ginada (11 bait) dan pupuh durma (11 bait).  +
"Musik membikin koneksi" Duo Saraswati adalah duo cello-piano yang terdiri dari kakak beradik Jan dan Kris van der Plas. Keduanya sama-sama besar dan studi musik di Belanda, mereka menghubungkan antara musik tradisional Indonesia dan musik klasik Eropa melalui latar belakang mereka Bali. Baru-baru ini kami tampil di Concertgebouw di Amsterdam. Selama pertunjukan, kami di liput dan di wawancarai langsung oleh NPO Radio 4 Amsterdam. Kebersamaan melalui perbedaan Di dunia yang cenderung berpikir lebih kontras, keduanya merangkul perbedaan mereka karena itulah yang mendefinisikan mereka. Perpaduan dua budaya merupakan cara bagi mereka untuk menyatukan orang-orang dari berbagai budaya. Indonesia dan Belanda jadi satu Programa Duo Saraswati beragam dan selalu berusaha menemukan keterkaitan antara musik Eropa dan Indonesia. Contohnya adalah musik gamelan yang digubah oleh Colin McPhee dimainkan dengan cello dan piano, dan menyatukan lagu-lagu Mochtar Embut dan sonata Francis Poulenc. Duo Saraswati juga punya hubungan melalui sering bermain di lokasi konser yang berbeda-beda. Jan van der Plas (1997) pernah bermain di Amsterdam Sinfonietta dan selama studinya ia menampilkan banyak karya kontemporer. Komposer muda sangat ingin bekerja sama dengan Jan. Dia belajar di Conservatorium van Amsterdam dengan Gideon den Herder dan Jelena Očić, dan dia lulus masternya pada tahun 2021. Jan memainkan cello buatan tahun 1967 yang dibuat oleh Jaap Bolink, disediakan oleh National Instrument Fund. Kris van der Plas (2002) adalah seorang pianis muda dengan motivasi kuat untuk membuat dengan grup musisi yang kecil. Pada tahun 2020 dia pemenang pertama dari final regional Princes Christina Concours di mana dia juga menjadi finalis nasional. Kris sering diminta untuk bermain oleh penyanyi dan instrumentalis karena dia fleksibel dan pengetahuan repertoarnya yang luas. Saat ini Kris sedang belajar dengan Frank Peters di Conservatorium van Amsterdam.  +
Dwitra J. Ariana adalah pembuat film, penulis dan pegiat teater yang lahir di Jeruk Mancingan, Bangli, 1 Juli 1983. Ia pernah aktif di Sanggar Cipta Budaya SLTP 1 Denpasar dan Teater Angin SMU 1 Denpasar. Kemudian ia merambah ke dunia film. Film-filmnya pernah terpilih sebagai Official Selection Ganesha Film Festival (Ganffest) 2008 Bandung, Surabaya Film Festival (S13FFEST) 2007, Festival Film Dokumenter (FFD) Jogjakarta 2006. Pernah tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Teknik Arsitektur Universitas Udayana, Graphic Design WEC, Fakultas Hukum Universitas Udayana, dan Institut Seni Indonesia Denpasar jurusan Desain Komunikasi Visual; namun semua tidak ia tamatkan. Kini, ia menetap di kampung halamannya dan memilih hidup sebagai petani.  +
Berbagai tempat wisata di Bali mengadakan berbagai macam promo-promo menarik agar para wisatawan tertarik mengunjungi tempat tersebut. Gunakan promo seperti potongan harga (diskon) dan tawaran menarik dari tempat wisata tersebut. Sebar promo ini di media sosial atau bisa menggunakan jasa influencer untuk membantu mempromosikan tempat.  +
E
om swastyastu, membahas sebuah aspek penting dalam membangun masa depan bangsa, yaitu edukasi sejak dini tentang pemilu. Edukasi ini memiliki peran besar dalam menciptakan bonus demografi yang bermakna pada tahun 2045. Dengan memberikan pemahaman sejak usia dini, kita membuka pintu menuju generasi yang paham akan hak dan kewajiban demokrasi. Dalam memberikan edukasi sejak dini tentang pemilu, kita tidak hanya menyediakan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan kesadaran partisipatif. Anak-anak kita, sebagai penerus bangsa, perlu diberdayakan dengan pemahaman bahwa setiap suara mereka memiliki dampak besar dalam membentuk masa depan Indonesia. Edukasi ini adalah investasi jangka panjang untuk menghasilkan bonus demografi yang berkontribusi positif pada pembangunan negara kita. Melalui pendekatan edukatif yang holistik, kita bisa menciptakan generasi yang paham akan nilai-nilai demokrasi, memiliki kritis berpikir, dan siap berpartisipasi dalam setiap proses pemilu. Dengan demikian, kita membentuk bonus demografi bukan hanya dari segi jumlah, tetapi lebih penting lagi, dari segi kualitas warga negara yang paham dan menghargai demokrasi. Mari bersama-sama berkomitmen untuk menyebarkan edukasi pemilu sejak dini, agar bonus demografi pada tahun 2045 menjadi sumber kekuatan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Terima kasih.  +
Edward, atau Eddy begitu ia lebih suka dipanggil, adalah Managing Editor NOW! Bali dan tuan rumah NOW! Podcast Bali. Dia menikmati fotografi, perjalanan pedesaan dan senang bahwa karyanya memperkenalkan dia kepada orang-orang dari semua lapisan masyarakat.  +
Langkah kreatif harus dilakukan pemerintah guna membangkitkan sektor pariwisata di Bali. menurut saya langkah awal yang harus segera diambil adalah memberikan ruang kepada alam-alam di Bali untuk dilakukan Konservasi, mengingat pada masa pandemi ini adalah kesempatan untuk membuat alam kembali merekah. langkah kedua, pemerintah harus lebih peduli lagi terkait pembersihan sampah-sampah di are pantai-pantai dan tempat-tempat pariwisata di Bali guna mewujudkan konservasi yang baik. Langkah berikutnya adalah membuat suatu konten yang memberikan infomasi terkait sektor-sektor pariwisata di bali yang belum banyak masyrakat tahu. berikan konten mengenai pariwisata bali yang menginduk pada budaya bali karena budaya bali merupakan salah satu yang terkenal sampai tingkat internasional. menurut saya Pariwisata Budaya Bali harus lebih diperluas lagi dengan syarat-syarat ketat demi menjaga kelestarian alam dan budaya itu sendiri. caranya, dengan mendatangkan publik figure yang mempunyai sebuah power positif dalam menyuguhkan konten untuk masyarakat luas. Namun, sebelum itu dilaksanakan Pemerintah diharapkan dapat memberikan seminar untuk para masyarakat Bali yang sudah bergerak dan membantu dalam sektor Pariwisata di Bali. Hal ini untuk mencegah adanya ketidakpahaman dalam penerapan sektor wisata pada masa pandemi Covid-19. Dan langkah yang satu ini juga bisa dijadikan sebagai wadah dalam gotong-royong mewujudkan impian bersama untuk membangkitkan kembali Pariwisata di bali saat kini dan nanti... Mengingat era digital telah mempermudah kita dalam membuat konten dan menjadikan konten tersebut sebagai media dalam promosi. Dan, Era digital telah banyak melahirkan Publik figure yang lebih kreatif dalam memberikan konten bermanfaat. Oleh karena itu berkerjasama dengan Publik Figure dan masyarakat Bali yang bergerak dalam pariwisata adalah langkah yang harus dicoba dan direalisasikan dalam membangkitkan sektor pariwisata di Bali oleh Pemerintah. Tapi tentu, Konservasi alam harus lebih diutamakan demi memberikan pengalaman estetik pada setiap turis dalam negeri atau asing ketika berpariwisata/bepergian di Bali.  
Ema Sukarelawanto. Lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 2 Juli 1965. Setelah lulus dari Fakutas Peternakan Universitas Udayana pada 1990 ia menjadi wartawan Bali Post hingga 1994. Kemudian menjadi redaktur di Harian NUSA (1994-1998) dan mengelola majalah pariwisata Bali Tribune hingga ditutup pascatraged bom Bali 2002. Berikutnya ia bergabung ke Harian Bisnis Indonesia dan menjadi editor Bisnis.com hingga pensiun dari grup media ini. Selain menjadi wartawan, ia terlibat aktif dalam beberapa proyek seni rupa sejak 1993 serta penerbitan buku, baik sebagai penulis maupun pengemasan tata letak dan desain grafis. Beberapa di antaranya Berbagai Dimensi Perupaan Made Wianta (Kumpulan Esei, 1998), Kitab Suci Digantung di Pinggir Jalan New York (Kumpulan Puisi Made Wianta, 2003), The Sound of Calligraphy Made Wianta (2001), Dreamland-Made Wianta (2003), Calligraphy in Song-Made Wianta (2005), 4+1=Venezia (Panji Tisna, Made Kaek, Suklu, Made Wianta, 2003), Eternal Line-Stephan Spicher (2005), To Be World Class Services, Proses Metamorfosis PLN Distribusi Bali (2006), Jero Wijaya: Inspirasi dari Kaldera Batur (2007), Menembus Batas (Wahyoe Wijaya), Konflik Tak Jadi Pelik (Biografi Nyoman Sudiantara, 2010), Leafscape (Nyoman Sujana Kenyem), Ida Bagus Kompyang dan Mirah Astuti; Pasangan Pionir Pariwisata Bali (Nyoman Darma Putra, 2012), Hadi Taryoto: Mewujudkan Impian melalui Pariwisata (Nyoman Darma Putra, 2014), Wisata Kuliner: Atribut Baru Destinasi Ubud (Putu Diah Sastri Pitanatri & Nyoman Darma Putra, 2016), dan Tjokorda Gde Putra Sukawati: Mengemban Tutur Leluhur (Nyoman Darma Putra, 2016). Kini ia bergiat di Komunitas Kertas Padi, Komunitas Nitirupa, serta membanguan situs berita inibali.com dan katarupa.id.  +
Eric Buvelot adalah reporter dan penulis senior yang tinggal di Bali sejak tahun 1995. Ia memulai karirnya di Perancis pada publikasi harian di mana ia tinggal selama 10 tahun dan mempelajari seluk beluk jurnalisme. Dia telah menulis ratusan artikel tentang Bali dan Indonesia, dalam bahasa Perancis atau Inggris, sebagian besar untuk majalah bulanan Bali La Gazette de Bali, sebagai pemimpin redaksi selama 13 tahun, tetapi juga untuk media berbahasa Inggris terkemuka di Indonesia seperti The Jakarta Post, Indonesia Expat , Sekarang Bali atau bahasa Perancis Le Banian. Ia meluncurkan surat kabar multibahasa The Communities of Indonesia dan majalah gaya hidup Saga. Selain Bali, 50 Tahun Perubahan – Percakapan dengan Jean Couteau, ia juga merupakan penulis novel kriminal Bali Club Hotel yang ditulis pada tahun 1994-1995.  +
Erick Est lahir di Medan, 7 Februari 1980. Ia adalah sutradara film dan video klip. Ia menetap di Bali sejak 1999. Setamat SMA di Medan, ia melanjutkan kuliah di Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) Universitas Udayana, Bali. Film berjudul “Kenapa Aku?” adalah awal mula ia berkarir dalam bidang perfilman. Kini sudah sekitar 280 video klip dan 20 film disutradarainya, di antaranya film dokumenter tentang layangan sakral Bali, “Janggan”. Sebelumnya, karya-karya garapan Erick di antaranya video klip band-band Bali seperti Nanoe Biroe, D Ubud N Band, The Wheels, Navicula, hingga band nasional seperti Superman Is Dead dan Taboo. Bahkan, Erick pernah mendapat kepercayaan menggarap video klip bintang Norwegian Idol, Jonas Thomassen. Ia juga mendapar order ke Amerika bersama band Prison of Blues untuk membuat video klip. Erick telah meraih sejumlah penghargaan dalam dunia film. Antara lain, filmnya yang berjudul “Terakhirku” dan “Rapuh” mendapatkan penghargaan pada festival film di Australia.  +
Etika Wisatawan pada tempat sakral di Bali Om swastyastu, Dewan juri yang saya hormati dan tim Bahasabali wiki yang saya banggakan. Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan orasi tentang “Etika Wisatawan pada tempat sakral di Bali”. Pulau Bali adalah destinasi wisata terpopuler di Indonesia. Bali memiliki objek wisata yang sangat beragam, baik wisata alam, wisata budaya dan wisata bahari. Bali dan pariwisata tidak bisa dipisahkan. Objek wisata yang tidak kalah menarik, yaitu budaya masyarakatnya. Kehidupan masyarakat Bali sangat erat dengan agama hindunya sehingga setiap upacara keagamaan merupakan objek yang sangat khas. Pura merupakan tempat ibadah umat hindu yang menarik tersebar di seluruh pelosok Bali. Oleh karena itu, Bali juga memiliki julukan Pulau Seribu Pura. Namun keindahan tempat wisata di Bali masih sering terancam salah satunya yaitu tempat tempat sakral. Kehadiran wisatawan asing yang mengunjungi tempat sakral masih membawa pengaruh negatif pada pulau Bali. Kasus yang sering kita dengar yaitu etika wisatawan yang masih kurang, baik dari segi pakaian maupun moral wisatawan itu sendiri. Seperti yang terjadi di Pura Dalem Prajapati Banjar Dadakan, Desa Adat Kelaci Kelod, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Wisatawan tersebut memanjat pohon yang disakralkan, di duga wisatawan tersebut tidak mengetahui bahwa tempat tersebut adalah tempat sakral. Hal ini kerap terjadi, penyebabnya adalah Kebebasan pergaulan dan pakaian di banyak tempat wisata, Kebutuhan konten komersial dan, Ketidaktahuan turis asing seputar tempat sakral di Bali. Dengan ini, kami berharap pemimpin Bali di tahun 2024 agar memperketat aturan aturan yang ada pada tempat tersebut dengan upaya yang dapat dilakukan yaitu, 1. Membentuk suatu komunitas untuk penjagaan yang lebih ketat pada tempat tersebut. 2. Pihak pengelola agar memberikan informasi rambu rambu makna dan tempat suci. 3. Memberikan sanksi kepada pengunjung yang melarang aturan tersebut baik sanksi moral maupun sanksi social. 4. Wisatawan diharapkan Didampingi pemandu wisata yang memiliki izin/berlisensi (memahami kondisi alam, adat istiadat, tradisi, serta kearifan lokal masyarakat Bali} saat mengunjungi daya Tarik wisata.. Sekian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat,dan orasi ini dapat di realisasikan oleh pemimpin Bali tahun 2024 agar tempat tempat sakral di Bali selalu terjaga dan dilestarikan. Mohon maaf apabila terdapat salah kata, kami ucapkan terimakasih. Om Shanti, Shanti, Shanti Om.  
Om swastyastu, Dewan juri yang saya hormati dan tim Bahasabli wiki yang saya banggakan. Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan orasi tentang “Etika Wisatawan pada tempat sakral di Bali”. Pulau Bali adalah destinasi wisata terpopuler di Indonesia. Bali memiliki objek wisata yang sangat beragam, baik wisata alam, wisata budaya dan wisata bahari. Bali dan pariwisata tidak bisa dipisahkan. Objek wisata yang tidak kalah menarik, yaitu budaya masyarakatnya. Kehidupan masyarakat Bali sangat erat dengan agama hindunya sehingga setiap upacara keagamaan merupakan objek yang sangat khas. Pura merupakan tempat ibadah umat hindu yang menarik tersebar di seluruh pelosok Bali. Oleh karena itu, Bali juga memiliki julukan Pulau Seribu Pura. Namun keindahan tempat wisata di Bali masih sering terancam salah satunya yaitu tempat tempat sakral. Kehadiran wisatawan asing yang mengunjungi tempat sakral masih membawa pengaruh negatif pada pulau Bali. Kasus yang sering kita dengar yaitu etika wisatawan yang masih kurang, baik dari segi pakaian maupun moral wisatawan itu sendiri. Seperti yang terjadi di Pura Dalem Prajapati Banjar Dadakan, Desa Adat Kelaci Kelod, Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Wisatawan tersebut memanjat pohon yang disakralkan, di duga wisatawan tersebut tidak mengetahui bahwa tempat tersebut adalah tempat sakral. Hal ini kerap terjadi, penyebabnya adalah Kebebasan pergaulan dan pakaian di banyak tempat wisata, Kebutuhan konten komersial dan, Ketidaktahuan turis asing seputar tempat sakral di Bali. Dengan ini, kami berharap pemimpin Bali di tahun 2024 agar memperketat aturan aturan yang ada pada tempat tersebut dengan upaya yang dapat dilakukan yaitu, 1. Membentuk suatu komunitas untuk penjagaan yang lebih ketat pada tempat tersebut. 2. Pihak pengelola agar memberikan informasi rambu rambu makna dan tempat suci. 3. Memberikan sanksi kepada pengunjung yang melarang aturan tersebut baik sanksi moral maupun sanksi social. 4. Wisatawan diharapkan Didampingi pemandu wisata yang memiliki izin/berlisensi (memahami kondisi alam, adat istiadat, tradisi, serta kearifan lokal masyarakat Bali} saat mengunjungi daya Tarik wisata.. Sekian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat,dan orasi ini dapat di realisasikan oleh pemimpin Bali tahun 2024 agar tempat tempat sakral di Bali selalu terjaga dan dilestarikan. Mohon maaf apabila terdapat salah kata, kami ucapkan terimakasih. Om Shanti, Shanti, Shanti Om.  
F
Om Swastiastu Puji syukur kita panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kita nikmat kesehatan. Hari ini, dengan penuh kebanggaan, saya ingin membahas sebuah fenomena yang semakin meluas di Indonesia, yaitu penggunaan kendaraan listrik. Fenomena ini bukan hanya sekadar perubahan tren, tetapi juga mencerminkan kepedulian kita terhadap lingkungan, khususnya dalam mengatasi masalah polusi udara. Sebagai negara dengan posisi pertama udara terburuk se-Asia Tenggara, langkah menggunakan kendaraan listrik adalah keputusan yang bijak untuk mengurangi emisi, jejak karbon dan menghadapi tantangan perubahan iklim. Namun, di tengah dukungan terhadap langkah positif ini, kita perlu menghadapi realita bahwa implementasinya masih belum optimal. Mengingat Indonesia masih menggunakan batu bara dan gas bumi sebagai pembangkit listrik, serta penambangan bahan baku seperti lithium, nikel dan cobalt juga berdampak pada kerusakan lingkungan apabila tidak di regulasi secara tepat. Selain itu masa penggunaan baterai yang terbatas sekitar 10-20 tahun mendatang berpotensi terjadinya penumpukan limbah baterai apabila belum adanya fasilitas pengelolaan limbah baterai yang baik. Maka saya meminta pemerintah untuk lebih meningkatkan infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik, menangani kemungkinan resiko penumpukan limbah baterai dan solusi untuk alternatif pembuatan baterai yang lebih ramah lingkungan. Kita menyadari bahwa perkembangan teknologi ini membutuhkan dukungan yang lebih besar agar menjadi solusi yang efektif dalam mengurangi polusi udara di Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mendorong pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pengisian daya, memberikan solusi dan penanganan tepat terhadap resiko terburuk penggunaan motor listrik serta memberikan dukungan lebih lanjut bagi penggunaan kendaraan listrik. Dengan demikian, kita dapat bergerak menuju Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. Terima kasih. Om Shanti Shanti Shanti Om  
Rhamadani menamatkan studi S1 pada program studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Saat ini, Rhamadani berprofesi sebagai marketer pada sebuah perusahaan jasa pariwisata sejalan dengan pengalamannya terdahulu.  +
Tingginya Prevalensi Stunting hingga kini masih menjadi tantangan bagi Kabupaten Jembrana. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Stunting tidak hanya menyebabkan perkembangan fisik menjadi tidak maksimal, tetapi juga mempengaruhi kekuatan daya tahan tubuh hingga perkembangan otak. Penyebab terjadinya stunting pada anak karena seorang ibu menikah dan hamil di Usia Muda sehingga praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelumnya, pada masa kehamilan dan setelah melahirkan. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Jembrana sebesar 14,2 persen yang dapat dikatakan tertinggi dibandingkan dengan Kabupaten lain yang ada di Provinsi Bali. Karena tingginya prevalensi Stunting di Kabupaten Jembrana sehingga perlu mendapat perhatian khusus dari seluruh masyarakat. Kontribusi Remaja sangat penting dalam penurunan angka stunting di Kabupaten Jembrana, sehingga Solusi yang dapat saya berikan untuk penurunan angka stunting yang cukup tinggi di Kabupaten Jembrana adalah memperkuat kolaborasi dan melakukan Pencegahan Stunting dari Hulu ke Hilir yaitu melalui kerja sama Pemerintah dengan Remaja. Program Forum GenRe Jembrana merupakan bentuk kerja sama pemerintah dengan remaja Jembrana dalam menangani permasalahan stunting. Forum GenRe Jembrana dibentuk OLEH, DARI, DAN UNTUK REMAJA sebagai tempat untuk memberikan edukasi kepada seluruh Remaja di Jembrana untuk tidak salah bergaul yang menjadi faktor penyebab Pernikahan Dini, yang pada akhirnya kesiapan fisik dan psikis remaja yang menikah di usia muda yang mejadi salah satu penyebab angka kelahiran bayi atau anak yang menderita stunting di Kabupaten Jembrana. Beberapa Program yang sudah dilaksanakan Forum GenRe Jembrana salah satunya program RUMAH PENTING(Rumahnya Remaja Peduli Stunting) yang dimana tujuan dari program ini adalah untuk mengajak Para Remaja untuk ikut memberikan edukasi kepada remaja remaja yang ada di Kabupaten Jembrana seputar Bahaya Stunting, bagaimana pencegahan stunting, dan memahami faktor-faktor penyebabnya. dengan begitu Remaja memiliki kesiapan yang matang sebagai calon ibu, mengetahui gizi seimbang, dan bisa menerapkan pola asuh yang benar sehingga dapat menurunkan resiko anaknya nanti terkena stunting. Dilaksanakan juga pemeriksaan kesehatan dan pengecekan Anemia pada Remaja Perempuan. Selain itu, program ini juga menyasar ke rumah-rumah warga yang kurang mampu untuk memberikan donasi berupa makanan dengan gizi seimbang untuk mencegah stunting seperti Telur. Keterlibatan Remaja dalam upaya pencegahan stunting sangat diperlukan, sebab remaja merupakan agen perubahan yang bisa turut diberdayakan dari sisi pemikirannya. Keberhasilan pemerintah dalam menurunkan angka stunting baik melalui Program dinas terkait, juga tidak terlepas dari peran remaja yang ada di kabupaten jembrana untuk ikut menkampanyekan seputar bahaya Stunting. Stunting merupakan masalah yang sangat serius, jangan sampai kita biarkan generasi muda yang akan menjadi pemimpin bangsa rusak. Ini merupakan langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan indonesia emas 2045. melahirkan generasi muda yang unggul dan berkualitas demi terwujudnya bangsa indonesia yang lebih baik lagi. CEGAH STUNTING SEBELUM GENTING  
Frans Nadjira lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 3 September 1942. Sejak 1974 dia menetap di Bali. Dia dikenal sebagai sastrawan dan pelukis. Tahun 1979 dia mengikuti program penulisan kreatif International Writing Program di University of Iowa, Iowa, USA. Dia pernah belajar seni rupa di Akademi Seni Lukis Indonesia (ASLI), Makassar. Saat melukis dia memilih dan menggunakan metode seni lukis otomatis (psikografi) yang ditekuni hingga sekarang. Irama, gerak, komposisi, dan warna menjadi ruh dalam karya-karyanya. Dalam bidang sastra, terutama puisi, dia banyak menggembleng calon penyair di Bali yang belajar menulis puisi kepada dirinya. Tulisan-tulisannya dimuat di berbagai massa lokal dan nasional serta luar negeri, antara lain Bali Post, CAK, Kalam, Horison, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia. Juga terangkum dalam antologi Laut Biru Langit Biru, Puisi ASEAN, Spirit That Moves Us (USA), On Foreign Shores, Ketika Kata Ketika Warna, Teh Ginseng, A Bonsai’s Morning. Buku-buku sastranya yang telah terbit adalah Jendela (Kumpulan Puisi, 1980), Bercakap-Cakap di Bawah Guguran Daun-daun (Kumpulan Cerpen, 1981), Springs Of Fire Springs Of Tears (Kumpulan Puisi, 1998),Curriculum Vitae (Kumpulan Puisi, 2007), Pohon Kunang-Kunang (Kumpulan Cerpen, 2010), Catatan di Kertas Basah (Kumpulan Puisi, 2015), Keluarga Lara (Novel, 2016), Jejak-Jejak Mimpi (Novel, 2016), Peluklah Aku (Kumpulan Puisi, 2017).  +
G
Gede Ngurah Surya Hadinata adalah ketua Pekumpulan Filatelis Indonesia Pengurus Daerah Bali sekaligus anggota Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia. Dia telah lebih dari dua puluh tahun aktif dalam dunia perangko dan pos. Selain menjadi salah satu filatelis terkemuka di Bali, dia juga mendirikan sekolah menengah kejuruan di kampung halamannya, Nusa Lembongan. Dalam dunia pendidikan, dia aktif pula sebagai anggota pembina dan pelatih Pramuka yang memang ditekuninya sejak kecil. Pak Surya, atau Kak Surya, demikian sapaan akrabnya dalam dunia kepramukaan, rutin menyelenggarakan pameran filateli berskala lokal, regional, nasional maupun internasional.  +
GDE ARTAWAN lahir di Klungkung, 20 Februari 1959. Dosen di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha. Pendidikan terakhir S3 program doktor Linguistik Universitas Udayana. Menulis esei,puisi, cerpen di beberapa media massa.Sering diundang menjadi pembicara dalam kegiatan sastra dan temu ilmiah, serta ditunjuk menjadi juri dalam kegiatan pembacaan dan penulisan sastra. Menerima Anugerah Seni Wija Kusuma dua kali dari pemerintah Buleleng, tahun 1999 dan tahun 2007. Di Singaraja menjadi koordinator Dermaga Seni Buleleng ( DSB) yang kerapkali menggelar kegiatan apresiasi sastra dan beberapa kali menggelar lomba penulisan puisi se-Bali memperebutkan Singa Ambara Raja Award dalam rangka hari ulang tahun kota Singaraja. Kumpulan cerpennya ‘Petarung Jambul’ mendapat Anugerah Seni Widya Pataka dari Pemerintah Propinsi Bali tahun 2008. Buku karya sastranya terhimpun dalam ‘Kaki Langit’(1984). ‘Buleleng dalam Sajak’(1996), ‘Kesaksian Burung Suksma’(1996), ‘Spektrum’ (1997), ‘Tentang Putra Fajar’ (2001), ‘Puisi Penyair Bali’ (2006), Dendang Denpasar, Nyiur Sanur (2012). Buku puisi tunggalnya adalah “Tubuhku Luka Pesisir, Tubuhmu Luka Pegunungan” (2014).  +
Gde Aryantha Soethama, lahir di Bali, 15 Juli 1955. Namanya dikenal melalui sejumlah karya sastranya berupa cerpen, novel, dan esai yang dipublikasikan di berbagai media massa, seperti Kompas, Bali Post, Sinar Harapan, dll. Pada tahun 2006, buku kumpulan cerpennya yang berjudul “Mandi Api” meraih penghargaan Kusula Sastra Khatulistiwa untuk kategori Prosa. Gde Aryantha Soethama mengawali debutnya sebagai penulis sejak usia muda. Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Dia pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi mingguan Karya Bhakti (1981-1987) dan redaktur harian Nusa Tenggara (1989-1990). Pada tahun 1979 sampai dengan 1981, setiap dua pekan, dia menulis skenario penyuluhan peternakan dan memerankannya untuk Stasiun TVRI Denpasar. Kini ia aktif menulis esai budaya serta cerita pendek, sembari mengurus penerbitan dan percetakannya. Buku-bukunya, antara lain: Wawancara Jurnalistik (karya jurnalistik), Koran Kampus (karya jurnalistik), Menjadi Wartawan Desa (karya jurnalistik), Tak Jadi Mati (kumpulan cerpen, 1984), Langit Dibelah Dua (naskah drama, 1984), Daerah Baru (kumpulan cerpen, 1985), Koran Kampus (1986), Suzan/ Wanita Amerika Dibunuh di Ubud (novel), Pilihanku Guru/Senja di Candi Dasa (novel), Bali is Bali (kumpulan esai, 2003), Basa Basi Bali (kumpulan esai, 2002), Bali Tikam Bali (kumpulan esai, 2004), Bolak Balik Bali (kumpulan esai), Mandi Api (kumpulan cerpen, 2006, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Vern Cock dengan judul Ordeal by Fire), Dari Bule Jadi Bali (Kumpulan esai, 2010), Jangan Mati di Bali (Kumpulan esai, 2011), Menitip Mayat di Bali (kumpulan esai, 2016).  +
Gde Dharna lahir di Sukasada, 27 Oktober 1931. Beliau adalah pensiunan PNS dari kantor Perdagangan Buleleng. Sejak tahun 1953 beliau menulis sajak dan drama pentas, drama radio, serta drama televisi baik berbahasa Indonesia maupun berbahasa Bali. selain daripada itu,beliau juga menulis cerpen, lagu berbahasa Indonesia maupun berbahasa Bali, lagu Janger, Genjek, Dolanan, Geguritan dan lagu Paduan Suara. Karangan-karangan beliau yang telah dipublikasikan maupun didokumentasikan seperti: Puisi berbahasa Indonesia 75 yang dimuat pada Koran Suluh Marhaen, Bali Post, Nusa Tenggara, dan dimuat pada kumpulan puisi berjudul “Pantai-Pantai”, “Kaki Langit”, “Penyair Asean”, dan “Perang Jagaraga dalam puisi”. Puisi berbahasa Bali 80, yang dimuat pada majalah Burat Wangi, Canang Sari, dan dikumpulkan menjadi kumpulan yang berjudul “Kobarang Apine” (Drama dan Puisi), “Perang Bali” serta “Leak Macolek Bunga”. Drama berbahasa Indonesia ada 20, berupa naskah yang dipentaskan dalam masyarakat, RRI Singaraja, dan TVRI Denpasar. Skenario film yang berjudul: “Ngawit Saking Banjar” (film PKB diputar keliling Bali), “Ki Bayan Suling” (diputar di Bali dan Lombok), dan “Ni Jempiring” (diputar di Bali dan Lombok). Tembang-tembang pop diperkirakan sudah ada 50 yang dikumpulkan menjadi kumpulan oleh Dinas Pengajaran Provinsi Bali sebagai tembang anak-anak SD (jilid I, II, III), dan sudah juga dijadikan kumpulan oleh Listibiya Kabupaten Buleleng. Nyayian Janger sebanyak 50, Nyanyian paduan suara berbahasa Bali ada 12, dan nyanyian yang berjudul “Dagang Tuak” dinyanyikan oleh duta Bali ke Tingkat Nasional. Lagu pop daerah kategori dewasa ataupun anak-anak. Nyanyian genjek ada sekitar 30 dan sempat mendapatkan juara lomba Genjek se-Bali. Gegitan ada sebanyak 15, dan dua dari tembang tersebut yang berjudul Gili Menjangan dan I Pepaka mendapat penghargaan dari gubernur Bali. Tembang Dolanan sebanyak 12, dan Mars serta Hymne ada 10 seperti mars TP 45, “Singa Ambara Raja”, “Porda Bali”, dsb. Juga menulis dua cerita pendek berbahasa Bali yang berjudul “Tusing Ada Apa Dé” (2003), serta “Dasa Tali Dogen” (2009). Ada juga Novel berbahasa Indonesia berjudul Bintang Den Bukit (2015) berbagai juara dan penghargaan juga pernah didapatkan seperti: Juara I Lomba Penulisan Puisi Kartini se-Nusa Tenggara, Juara Lomba Bintang Radio Se-Bali, Jenis Seriosa dan Keroncong (Juara II tahun 1956; Juara II tahun 1957, Juara I tahun 1958, Juara II tahun 1959, tahun 1960, lan tahun 1974), Juara I Lomba Penulisan Naskah Drama Berbahasa Bali yang dilaksanakan oleh Listibya Bali tahun 1986, Juara I Lomba Menulis Lagu Bali Anak-Anak (tahun 1987; tahun 1988, dan tahun 1994), Juara I Menulis Lagu Pop Bali jenis déwasa tahun 1989, Juara II Menulis Lagu Pop Bali jenis remaja tahun 1994, penghargaan Wijaya Kusuma dari Bupati Buléléng tahun 1981, penghargaan Dharma Kusuma dari Gubernur Bali tahun 1989, Hadiah Sastra Rancagé dari Yayasan Rancagé Indonésia, dan penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali dengan kumpulan cerita pendek “Dasa Tali Dogén”. Lain daripada itu, Gde Dharna juga aktif dalam berbagai bidang organisasi seperti menjadi Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN) (1963-1971), Ketua Anak Cabang PNI Kecamatan Sukasada (1963-1987), Ketua Bagian Seni Budaya dan Kerohanian DPD Kabupaten Buleleng dan sebagai anggota DPRD Buleleng dua periode (1075-1985), Ketua Markas Ranting LVRI Kecamatan Sukasada sejak tahun 1987, Sekretaris Markas Cabang LVRI Kabupatén Buléléng sejak tahun 1986. Beliau berpulang meninggalkan dunia pada hari Minggu, 13 Séptémber 2015. Segala hasil karya beliau dan juga prestasi beliau akan senantiasa dikenanang di dunia ini khususnya pada hati masyarakat Bali.  
Hartanto alias Gde Hariwangsa lahir di Surakarta, 1958. Menetap di Bali sejak 1980-an. Dia menulis puisi sejak SMP. Karyanya dimuat di Bali Post, NusaTenggara, Suara Karya, Suara Pembaharuan, Tempo, Hai, Ceria, Basis, Femina, Wanita Indonesia, dan Jurnal Kebudayaan CAK. Buku puisi tunggalnya berjudul Ladrang (1995). Puisinya juga terhimpun dalam buku Dendang Denpasar, Nyiur Sanur (2012), Ibunda Tercinta (2021). Dia juga menulis buku seni rupa, antara lain Arie Smit Memburu Cahaya Bali (2000), Siluhet Perempuan (2000), Tree of Life (2018). Pernah bekerja sebagai wartawan majalah Matra. Belakangan dia memilih menjadi petani di kawasan Bali utara.  +
Gede Geruh, lahir di Pedungan, Denpasar, Bali, 17 Juli 1915. Ia adalah maestro seni tari Gambuh. Menekuni seni tari sejak usia enam tahun. Meski buta huruf alias tak bisa baca-tulis, namun segala jenis tembang berbahasa Jawa Kuna (Kawi) yang mengiringi pertunjukan Gambuh mampu dikuasainya di luar kepala. Gambuh diperkirakan masuk dari Jawa ke Bali sejak pemerintahan Raja Udayana di Bali, sekitar abad ke-10 Masehi. Pertengahan dasawarsa 1960-an, Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI, kini ISI) Denpasar, menjadikan Geruh narasumber penting untuk riset dan merekonstruksi tari Gambuh yang langka itu. Geruh pernah diangkat menjadi Dosen Luar Biasa di ASTI Denpasar. Dari Geruh inilah ASTI kemudian dapat memadukan Gambuh dengan Gong Semar Pagulingan sebagai pengiring sehingga lahir istilah Gambuh Anyar. Aslinya, tarian Gambuh banyak diiringi instrumen rabab dan suling.  +
Gede Gunada adalah seorang pelukis kelahiran Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Dia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar, kemudian melanjutkan kuliah di STKIP Amlapura, Karangasem. Sejak 1995 dia banyak terlibat dalam pameran bersama, antara lain: Pameran Gebyar Sekolah Menengah Kesenian (SMK) se-Indonesia (1995), Pameran Kelompok Komunitas Lempuyang di Hilton Hotel, Surabaya (1999), Pameran “Sensitive” Komunitas Lempuyang di Danes Art Veranda, Denpasar (2006). Dia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indoneisa di kampus UNHI Denpasar. Karya-karyanya banyak mengangkat tentang manusia dan alam dengan gaya yang ekspresif.  +
Berprofesi sebagai Arsitek, Gede merancang dan membangun Rumah Intaran - rumah dari Pengalaman Rasa. Pengalamannya membawa pengetahuan yang luas tentang produk lokal dan pandangan yang tajam terhadap peluang bisnis potensial. Dia bersemangat untuk menyelami kekayaan budaya dan hasil alam Bali Utara untuk menemukan bahan, produk, dan pengalaman terbaik. diterjemahkan dari https://www.pengalamanrasa.com/  +
Gede Prama (Guruji Gede Prama) adalah seorang penulis buku spiritual, pembicara, motivator dan pembimbing meditasi asal Bali. Ia lahir di Desa Tajun, Buleleng, 2 Maret 1963. Pada tahun 1993, ia meraih gelar Master of Art di Human Behavioral Science dari Lancaster University, Inggris dan mengikuti top management course di INSEAD Fontainebleau, Perancis. Ia pernah menjadi dosen MBA Sekolah Manajemen di Universitas Prasetiya Mulya (1990-1993), bekerja di PT Air Mancur Solo sebagai anggota Dewan Komisaris, sebagai direktur SDM hingga akhirnya sebagai CEO (presiden direktur) dengan ribuan karyawan (1997-2002). Tahun 2002 ia menarik diri dari dunia usaha dan memulai perjalanan spiritual. Pada tahun 2008 ia pergi ke India dan berguru pada Dalai Lama. Ia telah menerbitkan lebih dari seratus buku, puluhan buku audio, ribuan artikel yang dimuat di media-media ternama di Indonesia seperti Kompas, Media Indonesia. Ia sering diundang sebagai motivator, baik dalam dunia korporasi, pendidikan maupun keagamaan. Selama beberapa tahun ia memberikan bimbingan meditasi untuk umum di Brahma Vihara Arama, Buleleng, mengajarkan cinta kasih dan menyebarkan pesan kedamaian. Dari kediamannya yang dikenal dengan nama Ashram Avalokiteshvara, ia memberikan pelayanan bimbingan meditasi tanpa pernah memungut bayaran. Pelayanan lainnya yang telah berlangsung bertahun-tahun diantaranya pusat layanan melalui telepon 24 jam tanpa bayar. Di antaranya P3A (Pusat Pelayanan dan Perawatan Anak-anak berkebutuhan khusus), P3B (Pusat Pelayanan dan Pencegahan Bunuh diri), P3C (Pusat Pelayanan dan Pencegahan Perceraian). Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain Praktik Kepemimpinan Berdasarkan Air (1997), Inovasi atau Mati (2000), Memimpin dengan Hati (2001), Cinta Membuat Kita Bersayap (2003), Kaya Raya Selamanya (2003), Jalan-Jalan Penuh Keindahan (2004), Percaya Cinta Percaya Keajaiban (2004), Jejak-Jejak Makna (2004), Rumah Kehidupan Penuh Keberuntungan (2005), Kebahagiaan Yang Membebaskan (2006), Pencerahan dalam Perjalanan (2006), Dengan Hati Menuju Tempat Tertinggi (2007), Simfoni di Dalam Diri (2009), Pencerahan dalam Perjalanan (2010), Compassion (2013), Nyanyian Kedamaian (2015).  
Gedong Bagoes Oka lahir di Karangasem, Bali, 2 Oktober 1921. Dia adalah tokoh, intelektual, cendekiawan dalam pembaruan Hindu dan gerakan anti kekerasan di Indonesia. Dia dilahirkan dengan nama Ni Wayan Gedong dari pasangan I Komang Layang dan Ni Komang Pupuh. Gedong menempuh pendidikan di Yogyakarta. Di kota itu dia banyak ditempa dengan nilai-nilai demokrasi dan kebinekaan. Kemudian dia melanjutkan sekolah di sekolah tinggi Kristen di Bogor. Pada 1941, Gedong kembali ke Bali dan mengajar di sebuah Sekolah Lanjutan Atas di Singaraja. Pada 1964, Gedong mendapatkan gelar sarjana muda dari Universitas Udayana, Bali. Dia kemudian mengajar bahasa Inggris di Fakultas Sastra Universitas Udayana pada 1965 – 1992. Gedong menikah dengan I Gusti Bagoes Oka. Dia banyak mendapat dukungan dan dampingan rohani dari suaminya, yang sama-sama merupakan pengagum dan pengikut ajaran-ajaran Gandhi. Gedong sangat konsisten menerapkan ajaran-ajaran Mahatma Gandhi dalam kehidupannya. Dia kemudian mendirikan Ashram Gandhi di Denpasar dan Candidasa, Karangasem, Bali. Gedong bersahabat baik dengan Gus Dur dan Romo Mangunwijaya yang sama-sama memperjuangkan nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan. Gedong meninggal pada 14 November 2002. Wajahnya diabadikan dalam perangko terbitan Indonesia.  +
Geg Ary Suharsani, lahir di Mengwitani, Badung, Bali, 13 Oktober 1980. Menamatkan pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Dia aktif menulis sejak remaja, berupa cerpen, esai, novel. Semasa mahasiswa dia aktif di pers kampus Akademika, Universitas Udayana. Dia juga pernah menjadi jurnalis di Majalah Pantau. Tulisan-tulisannya dimuat di Majalah Pantau, Bali Post, tatkala.co, Denpost, Nusa Bali, dll. Bukunya yang telah terbit adalah kumpulan cerpen “Cubang” (2019) dan novel “Kunang-kunang Hitam” (2020). Kini dia bekerja sebagai pegawai Bank Negara Indonesia (BNI).  +
HAL YANG BESAR DATANG DARI HAL YANG KECIL indonesia adalah negara yang beragam baik suku, agama, ras, dan antar golongan keberagaman tersebut menjadikan indonesia negara yang kaya akan sumber daya alamnya saking banyaknya keberagaman yang begitu indah masalahnya juga sangat amat banyak, banyak sekali masyarakat yang kurang pendidikan sejak dini, pada masa sekarang banyak sekali orang tua yang saat ini tidak sekolah hingga jenjang sekolah menengah atas maupun lulus sarjana bahkan ada yang tidak sekolah sehingga orang tua banyak tidak bisa mendidik dengan anak dengan benar karena hal tersebut orang tua mendidik dengan caranya sendiri seperti sering membentak anak bahkan hingga memukul anak dengan hal tersebut banyak siswa yang mencontoh dan mengikuti perilaku orang tuanya tersebut dan perilaku tersebut dan melakukan hal yang sama di sekolah yang hal inilah yang menyebabkan pendidikan indonesia merosot ini lah mengapa pendidikan itu penting bagi seluruh masyarakat yang ada di indonesia, hampir seluruh karakter pelajar yang ada diseluruh indonesia baik antara siswa dengan guru atau pengajar bisa juga antar teman karakter siswa ini akan membentuk jati diri siswa baik dalam membentuk kebiasaan siswa namun tidak seluruh siswa mengikuti aturan dengan baik bisa jadi jati diri siswa dirusak karena suasana atau pergaulan disekolah yang kurang baik banyak siswa yang ditemui di seluruh indonesia, menurut data yang dirilis oleh worldtop20.org merilis peringkat pendidikan di indonesia sangat memprihatinkan indonesia berada di peringkat 67 dari 209 negara di seluruh dunia, dengan banyak masalah yang ditemui kita perlu menggali mengapa siswa menjadi kurang pintar dan banyak yang melawan guru dan mengapa pemerintah harus memperhatikan hal tersebut dengan banyaknya masalah indonesia yang beragam ini kami sebagai warga sekolah sadar bahwa jika dibiarkan seperti ini maka kita sebagai generasi muda perlu mewujudkan program nasional yakni indonesia emas 2045, tidak perlu dengan hal yang besar kita cukup dengan mulai dari hal yang kecil banyak program yang dapat dilakukan mulai dari hal yang amat kecil yang sering ditemui di rumah, sekolah, maupun di masyarakat yakni sampah, sampah merupakan suatu limbah ataupun barang yang tidak memiliki nilai fungsi lagi atau bisa dikatakan barang yang tidak berguna banyak sekali siswa yang kurang akal memilih untuk membuang sampah sembarangan mulai di kolong meja, di depan kelas, di toilet, dan tempat tempat yang seharusnya tidak untuk membuang sampah, dengan banyaknya siswa yang melakukan hal tersebut membuat lingkungan kita tidak sehat, kotor, apalagi dengan banyaknya siswa yang ada pada lingkungan sekolah membuat sampah membeludak dalam satu waktu, meski telah diperingati agar tidak membuang sampah sembarangan dengan masalah yang begitu banyak kami sebagai warga sekolah SMA Negeri 3 Kuta Selatan mengambil tindakan untuk membuat sebuah tim bebas sampah dengan cara memilah sampah dengan dengan membagi bagi sampah sesuai dengan jenisnya, dengan hal ini kami mengharapkan agar seluruh siswa sadar membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan kategori sampahnya masing masing, namun sayangnya karena kurangnya pendidikan yang baik dan dengan sikap yang di terima saat siswa sedang didik di rumah membuat program ini tidak berjalan dengan baik banyk siswa yang hanya membuang sampah dan tidak memilahnya dengan baik seperti memasukkan sampah organik di non-organik, dengan hal tersebut kami sebagai tim menghimbau dan bertindak langsung dalam mengolah sampah, dengan perilaku yang kami lakukan kami berhasil mengempati siswa siswa untuk memisahkan sampah sesuai dengan kategorinya demi mewujudkan kebersihan di lingkungan sekitar kami warga SMA Negeri 3 Kuta Selatan bekerja sama dengan plastic exchange kuta selatan untuk membantu kami dalam mengolah sampah tersebut dengan baik, kami sebagai warga sekolah belum mampu mengolah sampah khususnya sampah organik menjadi pupuk kompos dengan banyaknya permasalahan yang ada di indonesia kami telah mampu menyelesaikan masalah sampah walau tidak sempurna, masih banyak sampah yang berserakan namun kami dengan kesadaran untuk membuang sampah membuang sampah dengan memilahnya terlebih dahulu sebelum sampai ke tempat pembuangan sampah dan diolah dengan baik, kami juga ingin mewujudkan sekolah yang disiplin baik dari segi pendidikan maupun etika, khususnya dalam membuang sampah dengan prilaku tersebut kami ingin mewujudkan indonesia emas 2045 karena jika tidak mulai dengan hal yang kecil maka hal yang besar tidak dapat terjadi  
Bangkit dari Balada Keterdiaman Saat ini, kita tidak hanya sekadar bersama sebagai individu-individu, melainkan sebagai bagian dari satu generasi, generasi yang memiliki peran besar dalam membentuk masa depan kita, generasi Z. Bangkitlah, wahai generasi Z, dari balada keterdiaman yang sering kali membisu suara-suara kita. Dalam dinamika sosial politik yang semakin kompleks, kita dituntut untuk tidak hanya menjadi penonton yang pasif, melainkan pelaku yang aktif. Ini adalah panggilan untuk menunjukkan identitas kita, mengemukakan pendapat, dan memperjuangkan nilai-nilai keadilan sosial. Terlalu lama kita terperangkap dalam keterdiaman, merasa dikekang oleh norma-norma yang mungkin tidak selalu sejalan dengan aspirasi kita. Saatnya kita memahami bahwa hak kita untuk bersuara dan berpendapat adalah hak yang tidak bisa dipertanyakan. Bangkitlah dari rasa takut, ketakutan akan konflik atau penolakan. Inilah saatnya mengubah keterdiaman menjadi sebuah pemberontakan yang konstruktif. Mari kita hentikan sikap apatis dan membiarkan masalah sosial politik tumbuh tanpa adanya respons yang nyata. Ingatlah, kebijakan dan keputusan yang diambil oleh generasi sebelum kita akan membentuk dunia yang akan kita warisi. Jangan biarkan mereka yang di atas kita menentukan jalan kita tanpa adanya sorotan dari bawah. Saya mengajak kita semua untuk merangkul perbedaan, untuk mendengarkan tanpa prasangka, dan untuk berbicara dengan integritas. Kita adalah suara yang mampu mengguncang fondasi ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Dalam keterbukaan dan keberanian, mari bersama-sama menciptakan perubahan yang kita harapkan. Jadilah pionir perubahan, generasi Z. Bangkitlah dari balada keterdiaman, bersuara, dan tunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah agen perubahan yang mampu membawa keadilan sosial dan politik. Terima kasih.  +
Georges Breguet adalah penulis banyak karya tentang seni rupa di Indonesia.  +
Bali pernah diberi predikat sebagai destinasi wisata dunia terfavorit di PVK awards tahun 2020 mengalahkan empat nominator lain yaitu: paris, barcelona, venesia dan london, penerimaan penghargaan bergengsi ini tentu menjadi suatu kebanggaan bagi khususnya bali dan indonesia secara umum, namun tentu ada tanggung jawab besar bagi pariwisata bali, bagaimana kedepan dapat mempertanggung jawabkan penghargaan tersebut, hal ini harus dibantu dari segala lini, termasuk melalui berbagai inovasi di platform digital, Apalagi pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar devisa negara Indonesia, dimana banyak masyarakat bergantung dari sektor ini kata Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Muhammad Neil EL Himam. Dalam upaya membangkitkan pariwisata di bali, tentu tidak dapat dilakukan hanya oleh beberapa stakeholder, seluruh komponen baik masyarakat, pemerintah dan swasta harus bekerjasama dalam upaya peningkatan pariwisata khususnya di bali, Ada beberapa ide dari sekian banyak ide yang dapat dikembangkan, salah satunya adalah program Sebagai contoh, dimana semua mitra penerbangan, hotel, dan tempat wisata yang telah menerapkan protokol kesehatan diberi tanda pada aplikasi agar pelanggan/ para wisatawan merasa yakin dalam berwisata, atau contoh lain bagi wisatawan yang masih bingung kapan bisa berwisata kembali, para mitra dapat membuat inovasi paket fleksibilitas, dimana wisatawan dapat bertransaksi dulu dan dapat memilih kapan ingin menggunakannya, ada banyak inovasi yang dapat diterapkan para mitra pariwisata dalam upaya meningkatkan pariwisata khususnya di bali  +
Gm. Sukawidana lahir di Bali, 16 Juli. Menulis puisi sejak 1979. Dia salah satu pendiri Sanggar Minum Kopi dan Sanggar Cipta Budaya (SMPN 1 Denpasar). Puisi-puisinya dimuat di Bali Post, Nafiri, Swadesi, Simphoni, Berita Buana, Republika, dll. Puisinya juga terangkum dalam buku Lukisan Magis Tanah Bali (2000). Buku puisi tunggalnya: Upacara Tengah Hari (1993), Upacara Senja Upacara Tanah Moyang (2000). Kini dia sedang menyiapkan buku puisi terbarunya.  +
Om Swastyastu. Yang Terhormat bapak dan ibu dewan juri. Serta para permirsa yang saya cintai dan saya banggakan. Yang pertama mari kita menghaturkan puja dan puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa karena atas limpahan anugrah dari beliau kita semua dapat berkumpul disini dalam acara Wikithon Partisipan Publik Bali Berorasi.Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya menyampaikan pidato atau orasi yang berjudul “PERMASALAHAN PEMERATAAN INFRASTRUKTUR JALAN RAYA DI WILAYAH PELOSOK BALI YANG BELUM MERATA MENJANGKAU MASYARAKAT BALI’’. Seperti yang kita ketahui bersama Bali dikenal karena pesona alamnya, bahkan perekonomian masyarakat Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata. Tidak mengherankan apabila pemerintah Bali menggenjot pembangunan infrastruktur di daerah – daerah yang mempunyai peluang sebagai destinasi wisata, terutama adalah pembangunan jalan untuk mempermudah akses masyarat serta para wisatawan yang akan mengunjungi suatu wilayah tertentu. Akan tetapi pembangunan infrastruktur jalan tersebut justru tidak merata menjangkau masyarakat Bali sepenuhnya, hal tersebut karena pemerintah hanya fokus memperbaiki dan membangun infrastruktur di daerah – daerah yang mempunyai peluang untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancannegara. Saat ini banyak daerah – daerah di Bali terutama daerah pelosok yang jarang diketahui dan dijangkau wisatawan belum mendapat infrastruktur dari pemerintah daerah. Banyak ditemui jalan yang rusak bahkan tidak diaspal, padahal jalan tersebut banyak digunakan masyarakat berlalu – lalang. Jalan yang rusak sangat membahayakan bagi pengguna jalan hal tersebut karena kebiasaaan masyarakat yang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi tanpa menggunakan helm sehingga banyak ditemukan kasus kecelakaan lalu – lintas karena jalan yang rusak. Perbaikan jalan raya terutama di daerah – daerah pelosok belum maksimal dijalankan oleh pemerintah daerah, banyak jalan di daerah Bali yang masih rusak dan hanya dibiarkan. Sehingga saya berharap siapapun yang nantinya terpilih sebagai pemimpin Bali 2024 mendatang supaya infrastruktur terutama jalan di daerah pelosok Bali segera mendapatkan perhatian dan penanganan lebih lanjut serta agar daerah – daerah pelosok Bali lebih dikenal oleh masyarakat maupun wisatawan, sehingga dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat. Mari kita bersama wujudkan pemerataan infrastruktur untuk seluruh lapisan masyarakat.Baik itu orasi yang bisa saya sampaikan, saya mohon maaf apabila ada perbuatan dan perkataan saya yang kurang berkenan saya tutup dengan parama santhi Om Sanhti Sanhti Sanhti Om.  
politik dinasti merupakan sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga ( MK 10 Juli 2015 ). Ini juga merupakan ancaman kita sebagai bangsa yang berdemokrasi untuk menjaga cita cita reformasi tahun 1998, dengan adanya isu politik dinasti yang dilakukan oleh presiden ke -7 Republik Indonesia, yakni Bapak Ir. Joko Widodo, yang menjadikan anaknya sebagai calon wakil presdien dan juga ketua umum salah satu partai politik di Indonesia, ini yang melandasi isu yang muncul berupa dinasti politik yang dibangunnya. belum lagi pernikahan antara adik jokowi dan ketus MK membuat presepsi masyarakat mengenai politik dinasti yang dilakukan Jokowi. Kebijakan yang dibuat MK mengenai batas umur Capres, dan Cawapres menjadi sebuah isu yang memperkuat isu politik dinasti ini. Pengangkatan Prabowo sebagai mentri pertahanan yang dilakukan oleh Jokowi, juga merupakan suatu hal yang menguntungkan bagi dirinya ( majalah trempo ). Isu ini terus menjadi topik hangat dimasa tahun politik ini. Pertahanan konstitusi untuk mengatasi ancaman politik dinasti sangat penting, terutama didalam pengawasan KPU, maka demi keberlangsungan demokrasi sangat penting kita melaksanakan demokrasi dengan demokrasi yang sesungguhnya  +
Gus Dark adalah seorang kartunis kelahiran Karangasem, Bali, 21 Juli 1982. Dia belajar seni grafis di Sekolah Desain Modern, Yogyakarta. Karakter kartunnya dinamai “Mang Ogel” oleh seorang editor dan diterbitkan di surat kabar secara berkala. Pada 2013, Gus Dark dianugerahi (marine awareness through environmental cartoons) untuk Superstar Supporter Award oleh ROLE Foundation. Tahun 2014 dia bergabung dalam gerakan Relawan Jokowi dengan mengirimkan karya seninya ke "Kolak Kotak". Dia pernah memamerkan kartunnya dalam pameran “Call of Duty” (Pameran Kartun Peduli Sampah Jilid II) di Singaraja; “Show Off” dalam pameran Kartun Surabaya dengan Komunitas Kartun Indonesia. Gus Dark pernah menjadi Juara II dalam acara Kartun Walhi (Wahana Lingkungan Hidup). Bersama Komunitas Kartun Malang, dia bergabung dengan gerakan pameran kartun "Menolak Lupa, Penghargaan untuk Munir". Kemudian bergabung dengan Pakarti (Persatuan Kartunis Indonesia) dan berpartisipasi di acara Indonesia World Record (MURI) "KARTUN KORUPSI TERBANYAK" dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia juga berpartisipasi dalam “Mabesikan: Art for Social Change” yang digelar oleh Search for Common Ground-USA. Dia juga pernah menjadi pemenang ke-2 untuk lomba poster anti korupsi yang digelar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia berpartisipasi dalam Rekor Dunia Indonesia "Komik Terpanjang" dengan 31 seniman dari seluruh Indonesia, berpartisipasi dalam “Ketemu Project” yang digelar Bekraf Indonesia dan British Council. Gus Dark adalah salah satu founder dari “Seni Lawan Korupsi Bali”, sebuah komunitas lintas seniman dalam melawan korupsi. Selain aktif dalam gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa, dia juga aktif menyebarkan ide dan kritik melalui seni propaganda di media sosial. Kartun-kartunnya juga banyak ditayangkan di BasaBali Wiki. Contoh-contoh kartunnya bisa dilihat dalam www.artinbali.blogspot.com.  +
H
Om Swastyastu, Namo Budaya, Om Awighnam Astu Namo Sidham. Pulau Bali adalah pulau yang sudah memiliki sumber daya alam yang banyak. Sumber daya alam tersebut menjadi penarik wisatawan untuk datang ke Bali. Pulau bali sudah terkenal hingga ke luar negara. Pulau bali yang yang berkembang di pariwisatawan inilah yang menyebabkan banyak para investor membangun bangunan di Bali. Berbeda dengan dulu, Pulau Bali banyak memiliki sawah, dan tumbuh-tumbuhan, serta air jernih yang membuat pikiran terhanyut. Dulu masyarakat Bali mudah mendapatkan hasil-hasil pertanian seperti cabai, sayuran, dan yang lainnya. Sesudah lahan sawah di Bali ini dijadikan bangunan, sedikit lahan yang dijadikan tempat untuk menanam tanaman tersebut. Ini karena yang menyebabkan harga kebutuhan pokok kita di Bali semakin naik. Kalau kita ingat-ingatkan, sepatutnya kita di Bali yang mendatangkan tamu yang banyak membuat Pulau Bali sebagai pulau yang mempunyai pendapatan daerah yang tinggi. Namun, kita semua sudah merasakan yang sekarang harga kebutuhan pokok di Bali semakin naik. Sumber daya alam di Bali semakin sedikit, sawah-sawah di Bali semakin habis. Siapa yang bisa disalahkan kalau sudah seperti ini? Bukannya di sumber daya alam saja tapi, perkembangan teknologi yang semakin mahu membuat kita manja atau bergantung dengan teknologi. Berbeda dengan dulu, Masyarakat Bali di rumah masing-masing mempunyai lahan sawah yang bisa digunakan tempat menanam tanaman yang berguna untuk Masyarakat Bali seperti tanaman cabai, pohon pisang, tanaman tomat, sayuran, dan yang lainnya. Sekarang ada kah saudara sekalian yang menanam tanaman tersebut? Masih ada kah yang mempunyai lahan sawah? Sekarang di Bali banyak yang punya rumah yang sudah kena pengaruh budaya luar. Ini karena sedikit yang mempunyai sawah atau tanaman yang bisa dipakai kebutuhan pokok atau karang kitri. Kalau dikaitkan dengan kenaikan harga bahan pokok di Bali sepantasnya karang kitri ini bisa memulihkan pemenuhan kebutuhan pokok kita di rumah masing-masing. Kalau setiap pekarangan atau halaman rumah di Bali memiliki karang kitri pasti harga pokok di pasar tidak melunjak karena tidak ada kelangkaan barang kebutuhan pokok. Karang kitri ini bisa dimasukan ke pertauran desa adat agar masyarakat semuanya mengembangkan karang kitri di rumah masing-masing dan di desa adat membuat sekeha yang diambil oleh masing-masing kepala keluarga di setiap karang untuk mendapatkan informasi indik karang kitri serta karang kitri di rumah masing-masing bisa dijuan di tingkat desa pekraman. Sekeha itu dijadikan sebuah gerakan Ratribraskita yang memiliki arti Karang Kitri Berbasis Digital, yang memiliki tujuan untuk melestarikan Karang Kitri sane sampun punah lan ngaryanin kehijauan di lingkup rumah tangga. Semoga dengan adanya program RATRIBRASKITA ini dapat memberikan guna yang baik. Mohon maaf saya ucapkan apabila terdapat kekurangan, saya tutup dengan Parama Santih. Om Santih, Santih, Santih Om  
Om Swastyastu, Yang sangat saya hormati, para juri sekalian Yang saya hormati, tim BASAbali Wiki Yang saya hormati, para peserta Wikithon Partisipasi Publik sekalian, Izinkanlah saya berbicara sedikit mengenai masalah hak-hak masyarakat adat. Nama saya I Komang Sapa. Dari dunia lahar Karangasem, saya tinggal di lereng Gunung Agung yang paling megah di Bali, yakni di Desa Jungutan. Sebagai warga negara Indonesia, masyarakat adat harus memiliki hak yang sama dalam hal kepemilikan tanah, kegiatan ekonomi, juga hak sosial. Namun, ada Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja, terutama pada pasal kepemilikan investasi sebagai langkah pembukaan lapangan kerja baru, bisa menjadi bumerang pada hak-hak masyarakat adat atau masyarakat yang tinggal di desa. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) pernaj berpendapat bila UU Cipta Kerja ini dapat membuka jalan pada para investor yang akan menjalankan usahanya dan mengolah sumber daya alam. Namun, akan menjadi masalah yang dapat membuat masyarakat di desa tersebut rugi. Karena masyarakat di desa adat masih mencari penghidupan melalui tanah adat, hutan, sawah dan yang lainnya. Bukan hanya dijadikan tempat mencari penghidupan saja, ada juga yang tinggal, membuat pindik, atau memakai lahan tersebut sebagai tempat membangun rumah. Apa lagi, sejak proses RUU Cipta Kerja ini, masyarakat adat tidak disertakan dalam berdiskusi, padahal masyarakat di desa tersebut yang paling terdampak. Baik saudara, karena ada kepentingan yang berbeda di sini, antara masyarakat adat dan investor ini membuat pemerintah merasa dilema, akan mengesahkan RUU Masyarakat Adat ini. Seperti contoh kasus Taman Wisata Alam (TWA) di Batur, Kintamani, Bangli, masih ada pihak dari masyarakat adat atau di desa tersebut yang merasa rugi dengan kedatangan investor. Saudara sekalian, kenapa kita harus bersuara dengan keadaan seperti ini ? Itu karena, kita sebagai Generasi Penerus Bangsa harus ikut melestarikan budaya, nilai-nilai Budaya yang sejak dahulu sudah menajdi identitas bangsa. Terlebih lagi pada perkembangan zaman seperti sekarantg, penting sekali kita ikut dan setuju dalam melestarikan nilai-nilai adat. Ini tidaklah seperti memelihara warisan adat saja, tetapi ada makna pendidikan karakter dan moral kita sebagai manusia yang mudah sekali terkena pengaruh dari luar negeri. Tidak lupa juga, kita harus mengukuhkan adat, mengakui hak-hak masyarakat adat tersebut, melindungi, menghormati, dan memenuhi hak asasi manusia sekalian. Harapan saya kepada calon pemimpin, agar menyelesaikan masalah ini dengan cepat melalui kebijakan yang benar-benar menjadikan Desa Adat lestari meskipun ada investor yang masuk ikut serta dalam mengembangkan wilayah agar semakin kukuh. Begitu pula pemerintah harus datang ke Desa Adat, menimbang-nimbang bersama masyarakat di sana sebelum mengeluarkan izin, apa lagi kebijakan. Baik, sekian yang dapat saya sampaikan kepada hadirin sekalian, apabila ada kesalahan ucap, maka permaklumkanlah. Sebagai penutup, saya akhiri dengan parama santhi. Om Santih, Santih, Santih, Om.  
Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Ia lulusan Magister Manajemen Universitas Warmadewa, Denpasar. Sejak kanak ia gemar membaca buku yang berkaitan dengan seni dan sastra. Di sela-sela kesibukannya sebagai pebisnis, ia gemar mengoleksi lukisan dan menyalurkan hobinya pada bidang seni, terutama fotografi dan seni rupa. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), pameran di Devto Studio (2021), pameran Argya Citra di Gourmet Garage (2021). Lukisannya juga pernah menjadi cover buku puisi Amor Fati (Pustaka Ekspresi, 2019) karya Wayan Jengki Sunarta dan ilustrasi cerpen Wisanggeni karya Yanusa Nugroho yang dimuat di Kompas (Minggu, 19 Desember 2021).  +
Hanifah Puji Utami merupakan perempuan kelahiran 04 Agustus 1995 yang saat ini berdomisili di Bekasi. Hanifah menempuh pendidikan menengah pertama hingga menengah atas di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 sebagai seorang santriwati. Setelah lulus, ia mengajar beberapa pelajaran di pondok selama satu tahun. Pada tahun 2018, Hanifah berhasil menyandang status sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi (Jurnalistik) di Universitas Pancasila, Jakarta dan memperoleh predikat Cumlaude. Hanifah kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Padjadjaran dengan mengambil jurusan Kajian Budaya dan lulus pada tahun 2021 dengan predikat Cumlaude. Thesisnya mengangkat isu perempuan dan budaya Bali yang hadir dalam sebuah komik lokal. Hanifah pernah bekerja sebagai seorang penyiar di Radio Elgangga, Bekasi selama satu tahun saat ia kuliah. Saat ini, ia bekerja sebagai Freelance Media Analyst di salah satu perusahaan media di Jakarta, yaitu Digivla. Hanifah pernah mendapat penghargaan sebagai 100 penulis terbaik dalam lomba menulis cerpen Literasi Bangsa tingkat nasional pada tahun 2021. Beberapa publikasi jurnal milik Hanifah juga dapat dilihat pada http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/ dengan judul "Luh Ayu Manik Mas Sebagai Representasi Superhero Perempuan Bali dalam Komik" dan pada https://journals.itb.ac.id/ dengan judul "Pencarian Sensasi pada Pengalaman Perempuan Pendaki Gunung (Studi pada Pendaki Perempuan di Komunitas Wanita & Gunung".  +
Om swastyastu. Yang terhormat Bapak/Ibu dewan juri serta saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai. Saya ucupkan terimakasih kepada Wikithon karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti perlomban kali ini dan marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunianya, kita semua dapat mengikuti perlombaan pada acara kali ini dalam keadaan sehat. Pada kesempatan kali ini saya akan membawakan teks orasi yang berjudul Harapan Terhadap DPD periode 2024. Dewan perwakilan daerah (DPD) memiliki peran yang penting dalam sistem politik Indonesia. sebagai lembaga yang mewakili kepentingan daerah, DPD memiliki tanggung jawab besar dalam memperjuangkan kepentingan daerah dan memastikan bahwa suara daerah didengar tingkat nasional. Oleh karena itu, harapan untuk DPD periode 2024 sangatlah penting. Harapan untuk DPD periode 2024 terkait masalah pariwisata di Bali. Bali adalah salah satu destinasi wisata terkenal di Dunia, namun sektor pariwisata di pulau ini menghadapi beberapa masalah yang perlu ditangani. Pertama-tama, harapan utama adalah agar DPD meningkatkan keamanan dan kenyamanan di sektor pariwisata Bali. Keamanan adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jadi diharapkan DPD untuk berkerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan bahwa wisatawan merasa aman dan nyaman saat berlibur di Bali. Ini melibatkan peningkatan kehadiran polisi, pengawasan yang lebih ketat di tempat-tempat wisata, dan penanganan tindak kejahatan dengan cepat dan efektif. Harapan lainnya adalah agar DPD dapat meningkatkan kualitas infrastruktur pariwisata di Bali. Seperti perbaikan jalan terutama di jalan menuju tempat pariwisata yang jalannya kebanyakan rusak atau susah untuk dilalui. DPD juga diharapkan dapat menjaga kelestarian lingkungan di Bali. Pariwisata yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keindahan alam dan budaya pulau ini. Sehingga DPD dapat mendorong penerapan praktik ramah lingkungan di sektor pariwisata, seperti pengolahan sampah yang baik, penggunaan energy terbarukan, dan perlindungan terhadap ekosistem alam. Dengan demikian, Bali dapat tetap menjadi destinasi wisata yang indah dan lestari bagi generasi mendatang. Dalam kesimpulanya, saya berharap untuk pemimpin yang akan terpilih dipemilu 2024 agar memiliki peran yang lebih kuat dalam pembuatan kebijakan yang mewakili kepentingan daerah dengan lebih baik, dengan meningkatkan keamanan dan kenyamanan disektor pariwisata di Bali serta meningkatkan kualitas infrastruktur pariwisata di Bali seperti jalannya. Dengan memenuhi harapan-harapan ini, DPD dapat menjadi lembaga yang efektif dalam memperjuangkan kepentingan daerah dan memastikan bahwa suara daerah didengar ditingkat nasional. Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan di hati hadiri saya mohon maaf. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Om santhi, santhi, santhi, Om.  
Di tahun ini, harga sembako sedang naik dan tidak ada tanda akan normal kembali atau turun dari harga biasanya. Apakah karena banyak gagal panen di musim sekarang sehingga harga melonjak naik? Atau harga pupuk yang sedang naik? Jika memang benar adanya gagal panen dan pupuk yang sedang naik, saya ingin pemerintah daerah bertindak secepatnya untuk mengatasi naiknya harga sembako ini. Seperti mensubsidi kan pupuk dan mengajak para petani dan masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang kecil untuk bertani dengan metode hidroponik. Dengan diadakannya sistem program bertani hidroponik dari pemerintah daerah, ini akan membantu seluruh masyarakat yang ada di Karangasem maupun di luar Karangasem, atau mungkin di seluruh Indonesia untuk mengatasi harga sembako yang terus naik hingga saat ini. Bertani dengan metode hidroponik ini tidak membutuhkan biaya yang sangat besar dan tidak membutuhkan tanah yang sangat-sangat luas, yang dibutuhkan hanyalah konsistensi dalam membuat alat-alatnya. Alat yang dibutuhkan juga tidak harus baru, bisa menggunakan barang-barang bekas seperti paralon yang sudah tidak terpakai namun masih bagus kondisinya dan juga ember/bekas kaleng cat. Jadi, Saya berharap diadakannya progam seperti ini untuk mengatasi bahan sembako yang naik. Dan dengan diadakannya program ini bisa membantu mengurangi angka kemiskinan di karangasem maupun sekitarnya.  +
Helmi Y. Haska, lahir di Bandung, tumbuh dalam lanskap budaya keluarga Minangkabau. Sejak usia dini menulis sajak di Harian Semangat, Padang (1982). Ketika merantau di Bali, 1989, dia banyak menulis di Bali Post Minggu yang diasuh oleh Umbu Landu Paranggi. Sajak-sajaknya terhimpun dalam antologi puisi, antara lain, Bali The After Morning (1997), Dendang Sanur Nyiur Sanur (2015), Cumi-Cumi (2017). Selain itu, menulis buku kajian Bob Marley, Rasta, Reggae, Revolusi (2007). Kini bermukim di Talbingo, Snowy Mountains, NSW, Australia. Aktif dalam komunitas Talbingo Bush Poets Club.  +
Hendra Utay adalah aktor, penulis naskah, sutradara, pelukis, yang lahir di Cimahi, Jawa Barat, 14 Oktober 1976. Ia menetap di Bali. Pernah bergabung dengan Sanggar Posti (1992–1997). Pengalaman di dunia akting dimulai di tahun 1993 dengan bermain di TVRI Denpasar. Juga bermain dalam pementasan Aum (1994), Peti Mati (1997), Dalam Dunia Diam (2000), Sembahyang Kamar Mandi (2000), Monolog Karyo (2001), kolaborasi dengan Commedian de Altre (2002) dari Italia di ARMA Ubud, Oedipus Sang Raja (2005), Racun Tembakau (2005) untuk Pesta Monolog di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Kisah Cinta Dan Lain-Lain (2006), dan Eidipus Sang Raja (2006) kolaborasi kecak dan tari dengan sutradara William Maranda. Menjadi Sutradara dalam Tanah Air Mata (2003), sutradara dan penulis naskah film indie Hitam (2006), The Voice (2007), menyutradarai dan menulis naskah Lakon Di Layon (2008) dan Hong (2008), dan sebagainya. Aktif mengajar teater di beberapa sekolah di Bali.  +
Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_can_the_government_best_promote_literacy_in_Bali%3F  +
Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_can_the_ocean_be_used_to_help_our_economy_in_an_environmentally_sustainable_way%3F  +
Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_should_billboards_be_regulated_to_save_the_environment%3F  +
Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_Russian_Village_in_Bali,_how_should_we_get_cope_with_it%3F  +
Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_to_avoid_sexual_abuses_in_Bali%27s_educational_communities%3F  +
Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_How_to_reduce_waste_at_school_canteen%3F  +
I
Dari keluarga seniman di desa Pengosekan, Ubud, Dewa Alit adalah seorang seniman yang mandiri dan diakui sebagai komposer terkemuka di Bali yang berpengaruh untuk musik gamelan, baik di Bali dan luar negeri. Secara reguler ia diundang ke luarnegeri sebagai komposer dan guru gamelan. Karyanya “Geregel” (2000) adalah karya yang sangat berpengaruh untuk musik gamelan, baik di Bali dan luar negeri, serta karya tersebut merupakan subyek dari analisis 50 halaman dalam “Perspektif tentang New Music”. Karyanya dimainkan oleh sekehe gong di Bali dan di luar Bali. Salah satu karya yang berjudul “Semara Wisaya” yang dimainkan di New York Carnegie pada tahun 2004 dan komposisi yang lain pula berjudul “Pelog Slendro” muncul di Bang on a Can Marathon pada bulan Juni 2006. Selain dari karya-karya untuk gamelan, Dewa berkarya untuk grup non-gamelan seperti grup percusi NY yang namanya Talujon, Gemalan Electrika dari MIT, AS. Dewa dipilih sebagai salah satu komposer untuk mengikuti proyek “Ruang Suara” oleh Ensemble Modern dari Frankfurt, Germany pada tahun 2015. Dia juga diundang bulan Januari 2017 untuk ikut proyek artist-in-residence oleh The Cultural Department of the City of Munich, Germany. Dewa Alit diundang untuk mengajar dan berkarya di luar Bali, yang meliputi Gamelan Gita Asmara di University of British Colombia, Kanada, Gamelan Galak Tika di Massachusetts Institute of Technology, Helena College di Perth, Australia dan Gamelan SingaMurti di Singapura. Sebagai kolaborator, Dewa Alit telah bekerja dengan musisi dan penari dari seluruh dunia. Diantaranya adalah produksi teater kontemporer “Buddha 12″ disutradarai oleh Alicia Arata Kitamura (Teater Annees Folles) di Tokyo pada tahun 2007, kolaborasi dengan maestro Butoh Jepang Ko Murobushi di Asia Tri Festival Jogya, Jogyakarta, pada tahun 2008, dan penari kontemporer Jepang Kaiji Moriyama dalam karya “Hagoromo” di New National Teatre Tokyo, Japan pada tahun 2014. Dewa Alit mendirikan grup Gamelan Salukat pada tahun 2007, dengan kemauan untuk mengekspresikan pendekatan untuk musik baru. Gamelan ini merupakan satu set barungan baru yang dituning dan didesain oleh Dewa Alit sendiri.  
Bapak I Dewa Made Ariawan, S.Ag., M.Pd.H dan Bapak I Nengah Asrama Juta Ningrat, S.Ag., M.Fil.H merupakan pengawi dari geguritan Catur Bhujangga Bali Mula. Bapak I Dewa Made Ariawan, S. Ag., M.Pd. H atau pak Dewa Mangku Dalang lahir di Dusun Serai, Desa Penglumbaran, Kec. Susut, Kabupaten Bangli, pada tanggal 6 Agustus 1986 dari pasangan I Dewa Nyoman Reka & Jro Nyoman Munet. Keseharian beliau yaitu tenaga Pendidikan di Lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bangli, namun di sela kesibukan beliau diluar bapak dewa ariawan ini sampai sekarang masih aktif dibidang seni yaitu Dalang. Belia juga pendapatkan Juara 2 Utsawa Dharma Githa tingkat kekawin dewasa pada tahun 2017 di Palembang dan Juara 1 Lomba kekawin tingkat dewasa di Bali pada tahun 2016. Bapak I Nengah Asrama Juta Ningrat, S.Ag., M.Fil.H merupakan pelakon seni yang masih aktif dalam menyusun buku, sudah banyak buku yang dihasilkan. Beliau juga pernah mendapatkan prestasi yaitu menjadi Juara 1 Guru Agama Hindu berprestasi di tingkat Provinsi pada tahun 2015. Bapak Juta Ningrat lahir di lingkungan rohaniawan disebelah Utara Lereng Gunung Batur, Songan A, Kec. Kintamani, Kabupaten Bangli, pada tanggal 15 Juni 1980 dari pasangan Jro Gincang & Jro Suwiti. Keseharian beliau selain menyusun buku yaitu sebagai staf pengajar di lingkungan Kementrian Agama Kabupaten Bangli dari tahun 2014 hingga sekarang. Secara garis besar geguritan Catur Bhujangga Bali Mula ini berisi tentang awal mula trah Bhujangga Bali Mula tepatnya warga Kayu Selem di tampur Hyang Gwa Song. Di harapkan bagi warga Kayu Selem yang berada di Bali maupun di luar Bali ini patut terus mengingat leluhurnya sebagai penuntun didalam menjalankan kehidupan sebagai damuh warih Ida Mpun Semeru.  +
Salah satu sastrawan Bali yang berasal dari Bangli yaitu di Guliang Kangin - Taman Bali adalah I Dewa Ngakan Gede Keramas . Telah melahirkan sebuah karya sastra gaguritan yang berjudul TIRTHA HARUM pada tahun 2000. Dalam gaguritan Tirtha Harum menggunakan beberapa pupuh diantaranya , Pupuh Sinom , Pupuh Durma , Pupuh Ginada , Pupuh Kumambang . Dan didalamnya menceritakan atau mengisahkan bagaimana penamaan Tirtha Harum serta tonggak awal dari kerajaan Taman Bali .  +
I Dewa Nyoman Sarjana lahir tahun 1964. Dia adalah seorang guru SMP dan gemar menulis artikel, cerpen, puisi, baik dalam bahasa Bali maupun bahasa Indonesia. Dia kerap menggunakan nama pena DN Sarjana dalam tulisannya. Tulisan-tulisannya dimuat di Bali Post, Nusa, Denpost, dll. Dia telah menerbitkan beberapa buku, antara lain antologi puisi “Perempuan Berpayung Hitam”, kumpulan cerpen “Penari”, antologi puisi berbahasa Bali berjudul “Kunang-Kunang”. Dia termasuk guru yang berprestasi dan meraih penghargaan Juara I Kepala Sekolah SMP tingkat Kabupaten Tabanan dan Provinsi Bali (2010). Juara I Kepala Sekolah SMP tingkat nasional (2010). Dia juga meraih penghargaan “Widya Kusuma” dari Gubernur Bali (2012).  +
I Dewa Putu Mokoh adalah anak pertama dari enam bersaudara. Dia dilahirkan di Pengosekan, Ubud, 1936. Ayahnya, Dewa Rai Batuan, adalah seorang undagi (arsitek tradisional Bali) dan penabuh gamelan yang terkenal. Ibunya, Gusti Niang Rai, adalah ahli pembuat lamak (hiasan untuk sesajen). Mokoh hanya sempat mengenyam pendidikan selama tiga tahun di Sekolah Rakyat (SR), setingkat SD sekarang. Mokoh mulai belajar menggambar sekitar umur 15 tahun. Namun, keinginannya menjadi pelukis telah mengusik hatinya sejak kanak-kanak. Sayangnya, sang ayah sangat keras menentang keinginan Mokoh menjadi pelukis. Ayahnya ingin Mokoh menggarap sawah, mengembalakan bebek dan sapi. Bagi ayahnya, melukis hanya membuang-buang waktu dan tidak menghasilkan uang. Mokoh remaja tidak kehabisan akal. Di tengah kesibukan menggarap sawah, dia sering mencuri-curi waktu untuk bermain ke rumah pamannya, I Gusti Ketut Kobot dan I Gusti Made Baret. Dia senang memerhatikan dan mengagumi Kobot dan Baret ketika sedang melukis. Dari Kobot dan Baret pula Mokoh banyak belajar melukis dengan teknik tradisional, seperti nyeket, ngabur, ngasir, nyigar, ngontur, dan sebagainya. Mokoh kemudian bertemu Rudolf Bonnet (1895-1978), pelukis Belanda yang menetap di Ubud sejak 1929. Bonnet adalah salah seorang penggagas dan pendiri Pita Maha (1936) dan Golongan Pelukis Ubud (1951). Kepada Bonnet, Mokoh rajin menunjukkan gambar atau lukisan yang dipelajarinya dari Kobot dan Baret. Bonnet kemudian mengajari Mokoh prinsip-prinsip seni lukis modern. Antara lain teknik pengenalan warna, mencampur warna, komposisi, penggalian kreativitas, dan prinsip kebebasan dalam melukis. Bonnet selalu menyarankan agar Mokoh mencari kreasi sendiri, tidak mengikuti jejak Kobot dan Baret yang berkutat pada tema-tema tradisional. Mokoh mengalami pencerahan. Kepercayaan dirinya semakin tumbuh. Dia mulai menyadari, lukisan yang bagus tidak harus bertema Ramayana dan Mahabarata dengan komposisi rumit memenuhi bidang gambar. Mokoh menilai, terkadang lukisan seperti itu dipakai untuk menyamarkan ketidakbecusan pelukisnya dalam mengggarap bidang gambar. Bagi Mokoh, lukisan yang bagus juga bisa digali dari objek-objek di sekitar pelukisnya, atau dibuat berdasarkan fantasi dan imajinasi, dengan teknik pewarnaan dan pengolahan bidang gambar secara sederhana. Seorang pelukis harus berani melukis dengan gaya dan objek yang berbeda, harus berani menggali berbagai kemungkinan baru. Seiring perjalanan waktu, tematik lukisan Mokoh menjadi sangat beragam. Dia melukis tentang kehidupan sehari-hari, flora dan fauna, cerita rakyat, dunia anak-anak, fantasi, erotika, atau hal-hal sederhana yang mengusik perhatiannya. Dalam konteks seni rupa di Bali, Mokoh adalah sosok anomali. Dengan belajar pada Kobot dan Baret, dia sesungguhnya dilahirkan dari ranah seni lukis tradisional. Namun, petuah-petuah Bonnet dan persahabatannya dengan Mondo, membuka wawasannya untuk lebih mengembangkan diri dalam pemikiran seni rupa modern. Karakter personal sangat kuat muncul pada lukisan-lukisan Mokoh yang seringkali dianggap nyeleneh. Dia tidak tertarik melukis hal-hal dekoratif yang biasa muncul dalam seni lukis tradisional. Namun, dengan sapuan-sapuan lembut, dia langsung menukik pada pokok persoalan (subject matter) yang disampaikannya lewat narasi-narasi yang jenaka, polos, dan seringkali mengejutkan. Mokoh telah melakukan terobosan baru pada gaya seni lukis Pengosekan atau seni lukis tradisional yang cenderung mapan dan terpola. Dengan kemampuan menggunakan teknik seni lukis tradisional, dia mengolah gagasan dan tematik yang modern atau bahkan kontemporer pada bidang-bidang kanvasnya. Namun, jejak teknik seni lukis tradisional seringkali tidak terlihat pada lukisan-lukisannya. Mokoh adalah seorang inovator, pembaharu, sekaligus pendobrak gaya seni lukis Pengosekan. Selain di dalam negeri, lukisan-lukisan Mokoh banyak tampil dalam pameran bersama di luar negeri, antara lain di Amerika, Australia, Denmark, Finlandia, Belanda, Jerman, Italia, Venesia. Pada 1995, lukisan-lukisan Mokoh dipamerkan secara tunggal di Fukoaka Art Museum, Jepang.  
I. G. W. Murjana Yasa, adalah Guru Besar Madya pada Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Denpasar-Bali. Penelitiannya tentang ekonomi kreatif dan pertanian, serta industri kecil dan menengah di Bali.  +
I Gde Agus Darma Putra, lahir di Selat Tengah, Bangli, Bali, 2 Agustus 1991. Dia menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pernah bekerja sebagai guru dan dosen. Dia terlibat aktif dalam Yayasan IBM Dharma Palguna yang bergerak di bidang pemeliharaan, penerjemahan, serta penelitian sastra Jawa Kuna, Bali, dan Lombok. Dia juga aktif dalam Bangli Sastra Komala yang bergerak di bidang Sastra Bali modern. Tulisan-tulisannya berupa puisi, esai, artikel dimuat di beberapa media massa, seperti tatkala.co, Bali Post, dll. Sebuah puisinya juga terangkum dalam antologi “Tutur Batur” (2019).  +
Kepala Tim Ahli BASAbali Wiki, Kepala Badan Pembina Bahasa Aksara dan Sastra Bali Provinsi Bali, Vice Dean, Universitas Udayana  +
Nama : I Gede Anom Ranuara, S.Pd., S.Sn., M.Si., M.Ag. Tanggal lahir : 7 September 1968 Pekerjaan : Seniman Status : Sudah berkeluarga  +
I Gede Ardhika lahir di Singaraja, Bali, 15 Februari 1945. Ia adalah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia pada Kabinet Gotong Royong (2001-2004). Ia adalah almamater STIA LAN, Bandung. Sebelum menjadi menteri, ia pernah bekerja sebagai Direktur Akademik Perhotelan dan Pariwisata Sahid (1988-1991), Sekretaris Ditjen Pariwisata (1996-1998), Dirjen Pariwisata, Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya (1998-2000), Wakil Ketua Badan Pengembangan Pariwisata dan Kesenian (2000). Ia pernah mendapatkan Penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah Indonesia. Ia meninggal di Bandung, 20 Februari 2021.  +
I Gede Ari Astina alias Jerinx adalah seorang musisi dan aktivis terkait isu sosial dan lingkungan. Dia lahir di Kuta, 10 Februari 1977. Dia adalah drummer grup musik “Superman is Dead” (SID) yang berdiri sejak 1995. Band beraliran rock ini telah menelorkan tujuh album, antara lain “Angels and the Outsiders” (2010) yang membuat SID diundang dalam “Warped Tour Festival” untuk melaksanakan konser di beberapa kota di Amerika Serikat. SID merupakan satu-satunya band Indonesia dan band kedua di Asia yang pernah tampil di festival tersebut. Lagu-lagu popular dari SID, antara lain “Sunset di Tanah Anarki” (2013), “Jadilah Legenda” (2013). Tidak hanya aktif dalam dunia musik, Jerinx juga menaruh perhatiannya pada isu lingkungan hidup dan sosial. Pada tahun 2015 silam, dia pernah mendatangi Presiden Jokowi untuk berdiskusi terkait kebijakan reklamasi di Tanjung Benoa, Bali. Selain itu, Jerinx juga merupakan seorang pengusaha sukses dan brand ambassador dari beberapa brand streetwear.  +
I Gede Aries Pidrawan adalah seorang guru dan sastrawan kelahiran Pidpid, Karangasem, 2 April 1987. Dia menjadi guru di SMA PGRI 1 Amlapura. Dia menulis sastra dalam bahasa Bali dan Indonesia. Buku-bukunya yang telah terbit adalah “Sang Guru” (kumpulan karya bersama terbit 2020), “Nyujuh Langit Duur Bukit” (karya bersama, Pustaka Ekspresi, 2019), “Perempuan Pemuja Batu” (antologi cerpen, Mahima, 2019), “Ulat Bulu di Rahim Ibu” (antologi cerpen, Mahima, 2019), “Gerubug” (cerita anak, Balai Bahasa Bali, 2018), “Bidadari Telaga Emas” (cerita anak, Balai Bahasa Bali, 2017). Dia juga sering menjuarai lomba penulisan sastra.  +
I Gede Robi Supriyanto adalah seorang musisi dan penyanyi kelahiran Palu, Sulawesi Tengah, 7 April 1979. Dia adalah salah satu pendiri grup band Navicula. Selain penyanyi dan musisi, Robi juga dikenal sebagai aktivis sosial dan lingkungan. Dia adalah salah satu pendukung gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Dia juga mengisi waktunya dengan menekuni pertanian organik. Robi mewakili Indonesia dalam Asia 21 Young Leader yang diselenggarakan Asia Society pada tahun 2016 untuk membahas aktivitasnya di bidang pertanian organik. Album-album lagu yang telah lahir bersama grup band Navicula, antara lain Self Potrait (1999), Alkemis (2005), Beautiful Rebel (2007), Love Bomb (2013), Tatap Muka (2015).  +
I Gede Robi Supriyanto lahir di Palu, Sulawesi Tengah, 7 April 1979. Ia adalah musisi, aktivis sosial dan lingkungan, dan petani organik. Ia merupakan vokalis sekaligus salah satu pendiri grup musik Navicula. Robi pernah mewakili Indonesia dalam ajang Asia 21 Young Leader yang diselenggarakan oleh Asia Society pada tahun 2016 untuk membahas aktivitasnya di bidang pertanian organik. Dalam bidang musik, ia meluncurkan beberapa singel, antara lain Kisah Secangkir Kopi (2014), Freedom Skies (2014), Kids (2016), Metamorfosa Kata (2016), Open Road (2018), Biarlah Terjadi (2018), Wujud Cinta (2021).  +
Nama sebernarnya adalah I Gde Gita Purnama Arsa Putra. Lahir di Denpasar, 29 Oktober 1985. Pada 2008 menyelesaikan pendidikan sarjana pada program studi Bahasa dan Sastra Bali Universitas Udayana, setelah itu melanjutkan pascasarjana pada konsentrasi Wacana Sastra Prodi Linguistik Universitas Udayana. Kini menjadi dosen di IHDN Denpasar. Beliau gemar menulis puisi, cerita pendek serta esai sejak SMP. Karya-karyanya dimuat pada Bali Orti (Bali Post), Bali Post, Médiaswari (Pos Bali). Gita Purnama menjadi penyusun pada kumpulan puisi “Dendang Denpasar Nyiur Sanur”, kumpulan puisi, “Denpasar lan Donpasar,” serta kumpulan puisi “Angripta Rum”. Buku yang sudah diterbitkan adalah kumpulan cerita pendek bersama istrinya yang berjudul “Smara Reka” tahun 2014. Selain itu, beliau juga sebagai salah satu tim penulis Biografi I Wayan Bratha Seniman Bali Kelas Dunia. Pada 2016 ia mendapat hadiah Sastra Rancage atas jasa-jasanya dalam melestarikan dan mengembangkan sastra Bali Modern. Berikut adalah salah satu karyanya yang berupa cerita pendek dengan judul “ Ngalih Sampi Galang Bulan” yang diambil dari buku “Smara Reka”.  +
I Gedé Putra Ariawan lahir di Désa Banjar Anyar Kediri, Tabanan, tanggal 16 Juni 1988. Dia menyelesaikan studi S1 di Undiksha, Singaraja Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2010 dan tahun 2014 menyelesaikan S2 di Pascasarjana Undiksha. Sekarang dia bekerja sebagai guru Bahasa Indonésia di SMAN 1 Kediri. Karya-karyanya yang berupa cerita pendek, opini pendek, artikel dan puisi dimuat di Bali Orti (Bali Post), Média Swari (Pos Bali), Majalah Éksprési, dan Majalah Satua. Dia sudah mengeluarkan buku berupa kumpulan cerita pendek yang berjudul “Ngurug Pasih” tahun 2014 dan mendapatkan hadiah Sastra Rancagé 2015. Pada 30 Januari 2016 ia menjadi pembicara di acara Sandyakala #49 yang diadakan Bentara Budaya Bali.  +
I Gusti Agung Rai Kusuma Yudha alias Ade Rai, lahir 6 Mei 1971. Ia lulusan FISIP Universitas Indonesia, Jurusan Hubungan Internasional. Ia adalah seorang binaragawan Indonesia, berprestasi nasional dan internasional. Sebagai binaragawan, pada 1994 ia meraih juara nasional untuk pertama kalinya di kelas berat. Gelar juara di kelas ini secara konsisten dipertahankannya hingga tahun 2007. Tahun 1995 ia meraih prestasi internasional pertamanya, yakni Mr. Asia. Tahun 1996, ia mengikuti kejuaraan dunia drug-free paling bergengsi waktu itu, Musclemania World, dan ia berhasil juara umum. Tahun 1997 ia mengikuti SEA Games dan meraih juara pertama serta menyumbangkan medali emas untuk Indonesia. Tahun 1998 ia kembali mewakili Indonesia ke ajang Mr. Asia Pro/Am Classic dan meraih gelar juara di sana. Tahun 2000 ia terakhir bertanding di ajang binaraga internasional. Dua gelar Juara Dunia, Superbody Professional dan Musclemania Professional, diraih pada tahun yang sama. Selain binaraga, Ade Rai juga mempelajari karate sejak tahun 2000. Ia merupakan DAN II Kyokushin Karate. Ia memperoleh penghargaan Kyokushin Karate Indonesia Award tahun 2002. Ia pernah menampilkan jurus-jurus Kyokushin yang dipadukan dengan silat pada Kyokushin International Tournament 2011 di Istora Senayan Jakarta. Setelah pensiun sebagai atlet, Ade Rai aktif di dunia bisnis dengan membuka waralaba gym, penjualan produk suplemen dan institusi program pelatihan sertifikasi untuk para profesional di bidang fitness. Ia juga aktif mengkampanyekan gaya hidup sehat melalui fitness dengan menerbitkan buku dan majalah serta berbagai talkshow di radio dan televisi. Selain itu, ia pernah menjadi sampul novel “King Of The Sun Majapahit” (2012) karya Damien Dematra; ia digambarkan sebagai Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.  +
I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani, lahir di Jakarta, 2 Desember 1967. Ia adalah penyair yang juga dosen di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana. Meraih gelar magister dan doktor bidang Ilmu Sastra di Universitas Indonesia (UI). Selain menulis puisi, ia juga melakukan kajian tentang sastra modern, seperti Perempuan Bali di Mata Oka Rusmini: Telaah Terhadap Karya-Karya Kreatifnya (Penelitian Kajian Wanita, 2008) dan Kolaborasi Budaya Masyarakat Tradisional dengan Budaya Modern dalam Drama Tuyul Anakku karya W.S.Rendra (Penelitian Prodi Sastra Indonesia, 2012). Kerap diundang sebagai juri berbagai event sastra, seperti Juri Duta Bahasa Provinsi Bali, serta berbagai perlombaan menulis. Bukunya yang telah terbit, antara lain “Book Mencari Pura” (2011), “Book Aku Lihat Bali” (2015).  +
I Gusti Ayu Bintang Darmawati atau biasa disapa Bintang Puspayoga, lahir di Denpasar, 24 November 1968. Ia adalah Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Ia adalah perempuan Bali pertama yang terpilih sebagai menteri. Ia menempuh pendidikan sekolah menengah atasnya di SMAN 3 Denpasar. Kemudian ia melanjutkan kuliah di Universitas Ngurah Rai, Denpasar. Ia memperoleh gelar S-2 Kajian Budaya di Universitas Udayana, Denpasar. Sebelum menjadi menteri, ia mengawali karir dengan mengikuti ajang Puteri Indonesia 1992 mewakili provinsi Bali dan berhasil meraih Juara Harapan 2. Ia juga dikenal sebagai atlet tenis meja. Ia pernah menjuarai Kejuaraan Tenis Meja PB Perwosi Oktober 2010 di GOR Sumantri Brojonegoro, Jakarta. Ia diangkat menjadi Ketua Umum Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Provinsi Bali periode 2010-2014. Ia juga merintis kejuaraan tenis meja antar PKK banjar se-Kota Denpasar pada 2002.  +
I Gusti Ayu Diah Yuniti adalah seorang doktor dan dosen Biologi Molekuler di Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati, Bali. Studi doktoralnya diperoleh dari Program Doktor Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali Indonesia pada tahun 2018. Diah Yuniti juga telah menerbitkan sejumlah karya ilmiah antara lain Dampak Covid-19 terhadap Kehidupan Masyarakat di Provinsi Bali , Indonesia. Selain sebagai dosen pengajar, Diah Yuniti juga aktif dalam organisasi kemasyarakatan Dewan Desa Adat Provinsi Bali.  +
I Gusti Ayu Kadek Murniasih alias Murni lahir di Bali, 21 Mei 1966. Ia adalah seorang pelukis yang banyak menyuarakan penderitaan kaum perempuan lewat karya-karyanya yang bergaya naif. Pada masa kanak, Murni ikut orang tuanya bertransmigrasi ke Sulawesi. Di sana ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga Tionghoa yang kemudian menyekolahkannya, namun kandas sampai kelas 2 SMP. Murni kemudian diajak keluarga itu hijrah ke Jakarta dan bekerja di garmen sebagai tukang jahit. Pada tahun 1987, ia memutuskan pulang ke Bali dan bekerja sebagai pengerajin perak di Celuk, Sukawati, Gianyar. Murni menikah dengan lelaki Bali, namun tidak dikaruniai anak. Karena suaminya menginginkan anak, ia lalu mendekati perempuan lain. Murni menggugat cerai suaminya pada 1993. Ia adalah perempuan Bali pertama yang berani menggugat cerai suaminya di pengadilan. Murni belajar melukis pada Dewa Putu Mokoh, seorang pelukis dari Pengosekan, Ubud. Di sana ia bertemu dengan Edmondo Zanolini alias Mondo, seorang seniman dari Italia, yang juga belajar melukis pada Dewa Putu Mokoh. Mondo kemudian menjadi pasangan hidup Murni. Dari Mokoh dan Mondo, Murni banyak belajar menuangkan imajinasinya ke dalam kanvas. Meski menggunakan teknik melukis tradisional Pengosekan, tematik dan visual lukisan-lukisan Murni sangat modern. Keliaran, kebrutalan, kenakalan dan kelembutan seolah berkelindan dalam karya-karyanya yang banyak mengangkat tema seksualitas yang ganjil. Hal itu bersumber dari pengalaman traumatis yang dideritanya. Ia menyembuhkan pengalaman traumatis itu dengan melukis. Lukisan-lukisan Murni sangat otentik. Murni pernah memamerkan karya-karyanya secara tunggal di Seniwati Gallery, Ubud (1995); Stand Bar, Kuta (1996), Meat Market Craft Cetre, Melbourne, Australia (1998); Studio Cristofori, Bologna, Italia (1998), Nokia Gallery Fringe Club, Hongkong (1998); The Flour Market, Fiera Padova, Italia (1998); Estro Gallery, Padova, Italia (1999); Old Bakery Gallery, Sidney, Australia (1999), Cemeti Art House, Yogyakarta (1999), Nadi Gallery (2000). Selain itu, karya-karyanya juga ditampilkan dalam puluhan pameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Murni meninggal tahun 2006 akibat sakit kanker yang dideritanya. Pada tahun 2016, untuk mengenang sepuluh tahun wafatnya, Ketemu Project Space dan Mondo menginisiasi sebuah pameran bertajuk “Merayakan Murni” di Sudakara Art Space.  
Ayu Laksmi bernama lengkap I Gusti Ayu Laksmiyani, lahir di Singaraja, Bali, 25 November 1967. Dia adalah penyanyi, penulis lagu, penari, aktris film dan teater. Sempat dikenal sebagai lady rocker di awal 90-an. Pada tahun 2011, dua puluh tahun tahun sejak album pertamanya dirilis, ia muncul kembali dengan album terbarunya, Svara Semesta. Saat ini Ayu Laksmi kembali aktif dalam berbagai Music Festivals/event berskala lokal, nasional maupun International. Ayu dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mencintai seni, terutama seni musik. Sejak mengenal dunia panggung pada usia 4 tahun, Ayu mulai aktif berpartisipasi dalam berbagai festival seni, baik dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional. Nama Ayu Laksmi mulai dikenal sejak menjuarai BRTV tingkat Provinsi Bali di Tahun 1983 untuk versi Trio bersama kedua kakaknya Ayu Weda dan Ayu Partiwi dalam Trio ,"Ayu Sisters", yang kemudian pada tahun yang sama meraih penghargaan sebagai Juara III dan sekaligus sebagai Trio Berpenampilan terbaik BRTV untuk Tingkat Nasional. Ayu Laksmi juga dikenal sebagai salah satu lady rocker di blantika musik nasional di era tahun 1984-1993 dimana Ayu juga merupakan salah satu penyanyi asal Bali yang berhasil menembus industri musik nasional, ketika beberapa single dan soundtrack film yang dinyanyikannya, cukup akrab di telinga para pecinta musik Indonesia pada masa itu. Pada tahun 1989 Ayu kontribusi dalam album kompilasi Indonesia's Top 10 dengan single Tak Selalu Gemilang ciptaan Didi AGP, Sound track film Catatan Si Boy 2 dengan lagu Hello Sobat ciptaan Harry Sabar. Pada tahun 1991 meluncurkan albumnya yang pertama berjudul Istana yang Hilang dengan arranger Raidy Noor. Namun setelah album itu beredar namanya langsung menghilang dari industri musik Indonesia. Ayu kembali hijrah ke Bali pada tahun 1992 guna melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana, dan lulus sebagai Sarjana Hukum pada tahun 1993. Di Tahun 1995-1997 Ayu Laksmi bergabung dengan kelompok Band ternama di Bali Tropical Transit, yang dimotori oleh Riwin, salah satu anggota group Pahama, tergabung dalam band ini Ayu Laksmi belajar sebagai entertainer, dia juga menjelajah berbagai aliran musik seperti Jazz, Latin, dll. Ayu Laksmi bernyanyi di berbagai venue, dari cafe, restaurant, hotel, sampai kapal pesiar dan sempat berlayar menjelajah lautan Karibia. Tahun 2002 Ayu kembali meramaikan pentas musik Indonesia dengan image baru, menggabungkan unsur musik tradisi timur dan modern, saat itu ia juga terlibat aktif dalam program Bali For The World, acara ini adalah program recovery karena musibah Bom Bali. Tahun 2004 kembali bergabung dengan Tropical Transit sampai tahun 2008. Di tahun 2006 ia sempat pula memperkuat kelompok musik rohani Hindu Nyanyian Dharma yang dimotori oleh Dewa Budjana. Di penghujung tahun 2010 Ayu Laksmi resmi mengundurkan diri dari berbagai kelompok musik, kemudian meluncurkan album Svara Semesta. Bersamaan dengan peluncuran albumnya, ia juga membentuk group musik yang dimotori oleh dirinya sendiri diberi nama sama dengan judul albumnya, Svara Semesta. Seiring dengan berjalannya waktu, group beraliran World Music ini berkembang menjadi sebuah komunitas seni, anak anak muda yang kreatif yang terdiri dari : musisi, penari, teater, berbakat, berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Bersama group inilah Ayu Laksmi kembali menjelajah panggung panggung besar festival seni budaya baik di Indonesia juga dunia international. Di bawah arahan sutradara kenamaan Garin Nugroho dalam film “Under The Tree”, Ayu sempat menjajal seni peran, di mana dalam film pertama yang dibintangi ini Ayu Laksmi memperoleh penghargaan sebagai salah satu nominator pemeran utama wanita terbaik FFI tahun 2008. Film Under The Tree juga masuk dalam daftar nominasi International Film Festival di Tokyo. Kini Ayu merasa semua penjelajahan dari panggung ke panggung telah memberinya pelajaran berharga. Ia kembali meluncurkan album solo bertajuk Svara Semesta. Album ini mempunyai warna sangat berbeda dengan album sebelumnya. Dalam Album Svara Semesta Ayu Laksmi mengemasnya dengan Genre World Music, serta berthemakan cinta kasih antara manusia dengan manusia, semesta dan Sang Maha. Syair syair dari lagu Ayu Laksmi dalam Album Svara Semesta ditulis dalam 5 Bahasa yaitu; Sanskrit, Kawi, Bali, Indonesia, Inggris. Dalam album ini, Ayu sekaligus berperan menjadi produser, penulis lagu, juga menciptakan sendiri komposisi musik dasar di awal proses penciptaan. Untuk penggarapan album, Ayu bekerja sama dengan Eko Wicaksono, music director dan arranger berprestasi yang berdomisili di Bali. Beberapa arranger lainnya yang menggarap lagu-lagunya antara lain Bujana. Ayu juga merangkul arranger asing, Peter Brambl dan Robert Webber. Masih banyak musisi pendukung dan penyanyi yang turut berpartisipasi memberi sentuhan dalam albumnya kali ini. Ayu Laksmi juga merangkul komunitas Sastrawan asal Bali seperti Cok Sawitri, Sugi Lanus, dll. Pada tahun yang sama Ayu Laksmi membentuk group band yang juga diberi nama Svara Semesta, kini Svara Semesta bukan hanya menjadi nama dari Album Ayu Laksmi, tapi juga berkembang sebagai salah satu Komunitas Seni di Bali, yang terdiri : musik, tari, sastra,theater, photography, videographer, film/movie maker, spiritualist. Ayu Laksmi berpesan untuk para seniman muda agar terus berkarya, "10 persen bakat, 90 persen kerja keras, dengan kata lain bakat tak perlu banyak, yang penting "never give up, fokus dan konsisten , serta tak ragu menampilkan yang berbeda. "be your self". Ayu pernah bermain dalam film Under the Tree (2008), Ngurah Rai (2013), Soekarno (2014), The Seen and Unseen (2017), Pengadi Setan (2017). Album lagunya adalah Istana Yang Hilang (1991), Svara Semesta (2011), Svara Semesta 2 (2015). Penghargaan yang pernah diraih Ayu Laksmi: 2018 : Indonesia Box Office Movie Award sebagai Pemeran Pendukung Wanita Terbaik dalam Film Pengabdi Setan. 2017 : Year in search 2017 - Google 2017 : Festival Film Tempo — Aktris Pendukung Pilihan - Film Pengabdi Setan. 2017 : Saraswati Award - Rishikesh Uttarakhand India 2015 : Duta Perdamaian oleh Komunitas Gema Perdamaian. 2012 : Album Svara Semesta dinominasikan dalam 5 besar Design Grafis terbaik versi Anugrah Musik Indonesia - AMI 2012 : Terpilih sebagai "Ibu Budaya" oleh Komunitas Spiritual Puri Agung Dharma Giri Utama. 2011: Album Svara Semesta dinominasikan dalam 20 Album Terbaik 2009: 10 Wanita Tercantik di Bali oleh para pendengar Hard Rock Radio FM Bali 2008: Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik, Festival Film Indonesia. 2008: Nominasi Tokyo International Film Festival - Film Under The Tree 2005: Bali’s Environment Ambassador (Duta Lingkungan Hidup Bali) 1983: The Ayu Sisters Juara ketiga kategori nasional pada Indonesian Radio & Television Star Contest 1983: The Ayu Sisters menjadi penampil terbaik kategori nasional pada Indonesian Radio & Television Star Contest 1983: The Ayu Sisters menjadi juara pertama tingkat provinsi, Bali, pada Indonesian Radio & Television Star Contest 1987: Top 7 pada All Indonesian Rock Festival 1972: Juara pertama Children’s Pop Singer  
I Gusti Ayu Natih Arimini lahir di Batuan, Gianyar, Bali, 1963. Dia menekuni seni lukis gaya Batuan sejak umur 8 tahun. Dia belajar melukis pada kakaknya, I Gusti Ngurah Muryasa. Kemudian dia berguru kepada pelukis Batuan terkenal, I Made Djata. Sejak tahun 1985 dia rajin memamerkan karya-karyanya dalam pameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri, seperti di Bentara Budaya Bali, Taman Budaya Bali, Jepang. Selain tema kehidupan sehari-hari, karya-karya Arimini banyak mengangkat mitologi Bali dan dunia pewayangan. Melukis baginya adalah sebuah upacara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.  +
I Gusti Ayu Putu Mahindu Déwi Purbarini, SS, lahir di Tabanan, 28 Oktober 1977. Mengenyam kuliah Sastra Indonésia di Fakultas Sastra Universitas Udayana Dénpasar sampai tamat dan mendapatkan gelar sarjana sastra (SS) Indonésia, 8 Méi 2004. Puisi-puisinya dimuat di Tabloid Wiyata Mandala, Bali Post, Majalah Buratwangi, Canang Sari. Ia pernah menjadi sampul majalah gumi Bali “Sarad” (édisi no.19, Juli 2001). Serta dimuat di buku “Bali Tikam Bali” karangan Gdé Aryanatha Soéthama di halaman 86 yang berjudul ‘Cuntaka’ Luwes Saja (hal.87). Kini menjadi dosén Sastra Indonésia di IKIP PGRI Dénpasar dan FKIP Mahasaraswati Dénpasar. Juga ikut jaga menjadi pengasuh majalah sastra remaja “Akasa”, Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) Bali di Tabanan. “Apang ja Bisa Masekolah”, cerpénnya menjadi juara harapan I perlombaan Menulis Satua Bali seluruh Bali (1994). “Lombok Yang Bali”, cerita pendek tentang tamasya, perlombaan di Bali Post, menjadi juara II (1995). “Dara Dalam Botol Perahu”, juara harapan I perlombaan menulis puisi se-Bali dalam ‘Pekan Orientasi Kelautan’ Dénpasar (1999). Puisinya “Bulan di Kamar Transparan” masuk dalam “Antologi Puisi Getar II”, Kota Batu, Malang (1996). Selain itu, kumpulan puisinya yang mengangkat judul “Bulan di Kamar Transparan” diterbitkan oleh Pusat Balai Bahasa Dénpasar (2006). Dilanjutkan dengan kumpulan Puisi Bali modern berjudul “Taji”, yang diminati oleh majalah sastra Bali modern “Buratwangi” Menulis sastra Indonésia berupa puisi dan cerpén sejak di majalah Era SMP Negeri 2 Tabanan (1989-1991). Ketua Rédaksi majalah Widya, SMA Negeri 2 Tabanan (1994-1995). Menjadi staf rédaksi majalah Kanaka, Fakultas Sastra dan tabloid UKM Akademika Universitas Udayana Dénpasar (1996-1997). Mengikuti diklat Jurnalistik ring Dénpasar, Yogyakarta dan Malang (1995, 1996, 1997). Selain itu pernah bersama Sanggar Purbacaraka. Paling menyenangkan saat masa TK dan SD (1982-1988) sering menari di TVRI Dénpasar dalam acara “Aneka Ria Safari Anak-anak Nusantara.”  
I Gusti Ayu Raka Rasmi adalah seorang penari Bali kelahiran Peliatan, Ubud, Gianyar, 10 Maret 1939. Raka Rasmi adalah orang yang pertama menarikan tari Oleg Tamulilingan yang diciptakan oleh I Ketut Maria, koreografer dari Tabanan, Bali, atas permintaan John Coast. Raka Rasmi memperkenalkan tari romantis tersebut ke mancanegara lewat lawatan seninya yang pertama kali ke Paris, Eropa, dan Amerika Serikat pada 1953. Raka Rasmi telah menari sejak usia dua belas tahun dengan bergabung dalam Sekaha Gong Peliatan, Ubud. John Coast menobatkan Raka Rasmi sebagai penari bintang, berkat penampilannya yang memukau saat menari. Raka Rasmi telah menari di berbagai belahan dunia, seperti China (1959), Pakistan (1964), Jepang (1964), Australia (1971), Eropa (1971), AS (1982), dan Singapura (1996). Raka Rasmi mendedikasikan hidupnya untuk seni tari, terutama tari Oleg Tamulilingan yang tersohor itu. Dia memiliki banyak murid dari dalam dan luar negeri. Raka Rasmi meninggal dunia pada tanggal 17 Maret 2018.  +
Universitas Dhyana Pura Dosen di Universitas Dhyana Pura Br. Tegaljaya, Dalung, Kuta Utara Badung, Bali Denpasar, Bali 80351 Indonesia http://www.undhirabali.ac.id  +
I Gusti Bagus Sugriwa lahir di Bungkulan, Buleleng, Bali, 4 Maret 1900. Ia adalah sosok yang memperjuangkan Agama Hindu di Bali diakui Pemerintah Republik Indonesia. Ia menjadi tokoh panutan dan Bapak Peradaban Hindu. Berkat perjuangannya, Agama Hindu di Bali secara resmi diakui pemerintah pada tanggal 5 September 1958 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI. Ia juga memiliki kepedulian pada kemajuan pendidikan. Ia pernah mengajar di Sekolah Rakyat di Bungkulan, lalu mengajar di Sekolah Rakyat di Jinengdalem, Buleleng, 1921. Ia pernah menjadi Kepala Sekolah Vervogcshool di Kubutambahan tahun 1935. Ia juga pernah mengajar bahasa Jepang di sejumlah sekolah. Pada tahun 1946 ia menjadi anggota Dewan Perjuangan Republik Indonesia. Kepeduliannya terhadap kemerdekaan Indonesia membuat ia ditangkap Belanda tahun 1948. Pada tahun 1950, ia dipilih menjadi anggota Dewan Pemerintah Daerah Bali. Ia pernah menjadi pemimpin redaksi Majalah Damai yang diterbitkan oleh Yayasan Kebhaktian Pejuang di Denpasar. Tahun 1957, ia diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi anggota Dewan Nasional yang dibentuk sebagai lembaga penasihat kabinet presiden dan anggota DPA perwakilan Hindu Bali. Tahun 1970, ia mengajar di lembaga Pendidikan Dwijendra, Perguruan Rakyat Saraswati, Pendidikan Guru Agama Hindu Negeri (PGAHN) yang kemudian menjadi IHDN Denpasar. Selain menjadi tenaga pengajar, ia juga menulis sejumlah buku berkaitan dengan Agama Hindu, seperti Sutasoma, Dwijendra Tatwa, Pelajaran Agama Hindu Bali, Ilmu Pedalangan/Pewayangan. Ia meninggal pada tahun 1973. Untuk mengenang jasa-jasa besarnya, namanya diabadikan menjadi nama kampus Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (dulu IHDN Denpasar). Sosoknya juga diabadikan menjadi patung yang kini berdiri di depan kampus tersebut.  +
Direktur kreatif dan aktivis Dibal Ranuh adalah seniman visual multidisiplin yang karyanya secara konsisten dan kuat memperjuangkan suara Nusantara. Dalam bentuknya yang paling murni, karya seninya mencerminkan idealisme kreatif yang menunjukkan kekuatan transformatif seni. Gusti Dibal Ranuh dari Singaraja Bali, lulusan desain grafis Trisakti Jakarta. Pendiri Yayasan Matahati Kitapoleng dalam bidang ruang kreatif penciptaan seni rupa kontemporer yang konsen dalam mengembangkan bakat-bakat penyandang disabilitas di bidang seni, khususnya penyandang tuna rungu dan difabel. Sebagai Artistic Director dan Film Director, Dibal menciptakan karya seni pertunjukan dan film yang mengacu pada akar budaya tradisi nusantara. Pada tahun 2018, Dibal meluncurkan buku Perjalanan Dang Hyang Nirartha di Borobudur Writers & Cultural Festival. Pada tahun 2020, Dibal Ranuh dianugerahi penghargaan Sinematografi Terbaik dalam kompetisi film D(E) Motion Festival Indonesia. Dan lewat film Lukat, Dibal berhasil meraih juara pertama EURASIA Project International di Italia. Pada tahun 2021, film Wong Gamang; Perjalanan Dewi Melanting yang disutradarai Dibal berhasil meraih banyak penghargaan, antara lain Sutradara Film Fiksi Terbaik, Film Artistik Terbaik, dan Penyuntingan Terbaik. Pada tahun 2022, BWCF, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan UNESCO mempercayakan penyutradaraan film tari Mahendraparvata yang bekerja sama dengan kebudayaan Kamboja dan Indonesia. Percakapan dengan Dibal Ranuh Arahan kreatif puitis Dibal Ranuh dalam film dan pertunjukan panggung bermula dari kecintaannya pada perjalanan dan fotografi. Mempelajari desain visual, kecintaannya pada perjalanan dan eksplorasi bersama dengan kameranyalah yang membuka jalan pembingkaian visual dan kecenderungan alami terhadap pengisahan cerita visual. Kecintaan seniman terhadap warisan suku kami yang kaya memicu tekstur artistik yang memperkaya gaya visualnya. Semangat untuk Warisan Nusantara “Saya suka bepergian ke hutan. Saya suka pergi ke suku-suku seperti Badui, Dayak, dan Toraja dan tinggal selama berbulan-bulan di komunitas tersebut. Bisa dibilang di sanalah saya menemukan kehidupan baru. Saya menemukan sesuatu yang sangat unik di antara suku-suku tersebut. Dari sana, saya kembali ke universitas. Sebagai seorang desainer, saya mendapat banyak ide selama saya berada di komunitas suku. Ketertarikan saya terhadap keberagaman suku kami dimulai sejak saat itu. Indonesia sangat dinamis, banyak suku yang bisa menginspirasi kita dalam berkreasi.”  
I Gusti Gde Raka adalah seorang politikus Indonesia asal Bali. Pada masa Jepang, ia bekerja pada bagian Kemakmuran dan kemudian pada Perbendaharaan. Pada bulan September 1945, ia diangkat sebagai Kepala Perbendaharaan Provinsi Sunda Kecil Pemerintah Republik Indonesia. Dari Maret 1946 sampai Juli 1949, ia ditawan oleh tentara Belanda. Pada bulan Juli 1949, ia dilepaskan, berangkat ke Yogyakarta dan bekerja sebagai ahli Kepala Keuangan pada Kementerian Keuangan RI. Dari November 1949 sampai Februari 1950, ia diangkat sebagai Inspektur Kepala Keuangan dan anggota Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan wakil Golongan Sunda Kecil.  +
I Gusti Gedé Djelantik Santha salah satu penulis sénior yang membela sastra Bali Modéren. Ia lahir di Désa Selat Karangasem, pada 12 Agustus 1941. Menulis sastra sudah disenanginya saat masih bersekolah di Sekolah Rakyat (1949). Djelantik Santha menulis bermacam-macam puisi, cerita pendek, dan novél, dan sudah mengeluarkan beberapa buku, berupa novél dan kumpulan cerita pendek. Tahun 1979 cerpennya yang berjudul “Gamia Gamana” mendapat juara II mengarang cerpen saat Pésta Kesenian Bali. Tahun 2001 ia mendapatkan penghargaan “CAKEPAN” dari Majalah Sarad karena dédikasinya di sastra Bali modérn. Tahun 2002 iia mendapatkan hadiah Sastra Rancagé dengan novél yang berjudul “Sembalun Rinjani.” Tahun 2003 ia juga mendapat juara harapan II lomba penulisan novel yang diselenggarakan Bali Post dengan novel yang berjudul “Di Bawah Letusan Gunung Agung”. Buku- buku yang sudah diterbitkan adalah: Tresnané Lebur Ajur Setondén Kembang (Novél, 1981), Sembalun Rinjani (Novél, 2000), Gitaning Nusa Alit (Novél, 2002), Di Bawah Letusan Gunung Agung (Novél berbahasa Indonesia, 2003), Suryak Suwung Mangmung (Novél, 2005), Benang-Benang Samben (Novél, 2014), Vonis Belahan Jiwa (Novél berbahasa Indonésia, 2015), Kacunduk ring Besakih (kumpulan cerita pendek, 2015). Berikut ini salah satu karangannya, berupa cerita pendek yang berjudul “Majogjag.”  +
I Gusti Ketut Jelantik lahir di Tukadmungga, Buleleng, 1800. Ia berasal dari Karangasem, Bali. Ia menjadi patih di Kerajaan Buleleng. Ia memimpin laskar Buleleng melawan penjajahan Belanda dalam Perang Bali I, Perang Jagaraga, Perang Bali III, yang terjadi pada tahun 1846 – 1849. Peperangan bermula karena pemerintah kolonial Hindia Belanda ingin menghapuskan Hak Tawan Karang yang berlaku di Bali, yaitu hak bagi raja-raja yang berkuasa di Bali untuk mengambil kapal yang kandas di perairannya beserta seluruh isinya. I Gusti Ketut Jelantik gugur dalam Perang Bali III. Ia gugur di Perbukitan Bale Pundak, Kintamani, Bali, tahun 1849. Atas jasa-jasanya melawan penjajah Belanda, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 14 September 1993.  +
I Gusti Ketut Pudja (19 Mei 1908 – 4 Mei 1977) adalah pahlawan nasional Indonesia dari Bali. Ia ikut serta dalam perumusan negara Indonesia melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa Tenggara). Ia juga hadir dalam perumusan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Ia kemudian diangkat Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil pada tanggal 22 Agustus 1945. Pudja dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1908 di Singaraja, Bali. Pada tahun 1934, ia lulus dari perkuliahannya di Rechtshoogeschool di Batavia (Jakarta). Pada tahun 1935, ia mulai bekerja di Kantor Residen Bali dan Lombok. Setahun kemudian, ia ditempatkan di Raad Van Kerta, yang pada masa itu merupakan kantor pengadilan yang ada di Bali. Ia ikut berjuang mengusir penjajah Jepang. Ia memerintahkan para pemuda untuk melucuti senjata Jepang yang pada saat itu sebagian masih berada di Bali. Ia sempat ditangkap tentara Jepang di akhir 1945. Pudja meninggal pada tanggal 4 Mei 1977 di Jakarta. Atas jasanya, Presiden Soeharto menganugerahkan Pudja penghargaan Bintang Mahaputera Utama. Pada tahun 2011, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Pudja sebagai pahlawan nasional. Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia mengabadikan Pudja di uang logam pecahan seribu rupiah.  +
I Gusti Komang Sugiartha, Beliau yang lahir di Desa Subamia Tabanan, Bali pada tanggal 24 April 1949. Adapun riwayat pendidikan Beliau yaitu, Tahun 1962 Beliau tamat SD Subamia, tahun 1965 Beliau tamat SMP Negeri 1 di Mataram, tahun 1969 Beliau tamat Sekolah Pertanian (SPMA) Negeri Mataram. Tahun 1970 Beliau bekerja di Dinas Pertanian Provinsi Bali, bagian Tanaman industri yang resmi memisahkan diri menjadi Dinas Perkebunan Provinsi Bali tahun 1973. Sejak Sekolah Dasar Beliau telah belajar seni (Sekar Alit, Seni Tabuh, dan Seni Tari) dari Ayah Beliau Gst.Kd. Dibya dan pernah merasakan sentuhan tangan I Ketut Maryo, seniman legendaris di Tabanan. Beliau sering menjadi juara nembang Sekar Alit di tingkat SD. Sampai saat ini Beliau masih aktif mengikuti kegiatan pesantian di Pemda Bali, di Sanggar Seni Getar Basutalina Bali Kecamatan Kuta Utara, menjadi pembina Santi di Desa Subamia, dan Santi Ambara Santha Budhi Kabupaten Tabanan. Beliau telah menyelesaikan beberapa Geguritan dengan judul Lubdhaka, Bima Dados Caru, Angling Darma, Kedis Cacetrung, Pan Balang Tamak, Pandawa Swarga, Ulam Agung (Matsya Awatara), Waraha Awatara, Dharma Udyoga, Dwarawati Pralaya, Senapati Abimanyu, Dyah Sri Tanjung, Babad Pande, Menteri Jajar Pikat dan Aji Pelayon.  +
I Gusti Made Deblog lahir di Banjar Taensiat, Denpasar, 1906. Ia meninggal pada tahun 1986. Ia adalah seorang pelukis dan bergabung dengan Kelompok Pita Maha dan Kelompok Pelukis Citra. Ia belajar melukis pada pelukis dan fotografer Tiongkok, Yap Sin Tin, yang datang ke Bali pada tahun 1930-an. Kebanyakan lukisan Deblog hitam-putih dengan nuansa magis dan mistis. Lukisan-lukisannya sangat khas dan orisinal. Tematik karya-karyanya adalah adegan-adegan dalam kisah Mahabarata dan Ramayana. Atas dedikasinya dalam seni lukis, ia menerima penghargaan Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali.  +
I Gusti Made Raka Ngetis lahir di Denpasar, 17 Juli 1917. Ia adalah seorang pengukir topeng yang terkenal pada zamannya. Ia menekuni seni topeng sejak remaja. Jenis topeng yang dibuatnya adalah topeng bebondresan dengan ekspresi yang lucu. Selain membuat topeng, ia ahli membuat wadah atau bade (menara jenazah) dan patung serta pratima sakral untuk pura. Bakat seni Ngetis telah tumbuh sejak kanak, namun orang tuanya melarangnya menekuni seni, sebab takut anaknya akan menjadi miskin secara meteri. Akan tetapi Ngetis tetap ngotot berkesenian. Ia belajar membuat topeng pada kakak sepupunya, I Gusti Ketut Kandel dan Anak Agung Rai dari Jro Gerenceng, Denpasar. Waktu telah membuktikan ia tumbuh dan besar menjadi sosok seniman yang disegani pada zamannya. Ngetis meninggal pada 1981 dengan mewariskan banyak karya seni.  +
Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Komputer dan Informatika STIKOM Bali  +
I Gusti Ngurah Gede Pemecutan, lahir di Denpasar, 1936. Ia adalah pelukis dan pendiri Museum Seni Lukis Sidik Jari di Denpasar. Ia menimba ilmu seni lukis pada Made Kaya, jebolan ASRI Yogyakarta. Ia mengagumi pelukis Affandi. Dari teknik Affandi, ia membuat percobaan melukis dengan berbagai alat dan media, termasuk memakai tangan dan sekali-kali menyodokkan jari-jcmarinya. Dari sinilah muncul teknik melukis dengan jari. Pada tahun 1969 majalah Horizon yang terbit di Filipina memuat khusus ulasan lukisannya. Tak pelak lagi ini membuat kaget scorang Staf USIS di Surabaya, dan staf ini lalu mendatangi Gusti Ngurah Gede Pamecutan. Staf ini lalu menetapkan bahwa lukisan dost painting ditemukan tahun 1970, dan tokoh satu-satunya adalah I Gusti Ngurah Gede Pamecutan. Dcngan gaya "sidik jari" nama Pamecutan mcnjadi lebih terkenal di luar negeri ketimbang di dalam ncgeri sendiri. Dengan dikelolanya Puri Pamecutan sebagai hotel, maka banyak lukisannya diboyong ke luar ncgeri Scdangkan di dalam negeri ia jarang pameran. Selain pelukis, I Gusti Ngurah Gede Pamecutan juga adalah seorang organisatoris dan kurator seni handal. Tahun 1964-1983 ia menghimpun pelukis, pemahat, penabuh dan penari dalam bentuk Sanggar Kesenian Puri Pamecutan dengan kegiatan pameran tetap dan pementasan tari-tarian untuk pariwisata. Ia juga pernah menjadi illustrator untuk koran Bintang Timur yang terbit di Malang. Tahun 1972 ia menjadi kurator dan penata pameran senirupa di Taman Budaya Denpasar. Selanjutnya ia bekerja di Kanwil Perindustnan Provinsi Bali untuk membina pengembangan industri kecil, dan sebagai desainer seni kerajinan, tahun 1981-1987. Sejak tahun 1986 - 1997 ia menjadi anggota Badan Pcrtimbangan dan Pcmbinaan Kebudayaan Propinsi Bali (Listibya). Tahun 1994 ia mendirikan museum pribadi dengan nama “Museum Lukisan Sidik Jari Ngurah Gede Pamccutan” untuk menyimpan dan merawat karya-karyanya. Museum ini juga membuka kursus seni tari dan lukis. Sebagai seniman, ia dianugerahi sejumlah penghargaan, di antaranya Kerti Budaya dari Pemerintah Daerah Tingkat II Badung tahun 1980. Tahun 1984 ia mcmproleh Piagam Dharma Kusuma Madia dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali, dan Piagam Werdi Budaya dari Kepala Taman Budaya Denpasar, tahun 1987  
I Gusti Ngurah Made Agung (5 April 1876 – 22 September 1906) adalah Raja Badung VII dan seorang pejuang yang menentang pemerintahan Hindia Belanda di Bali yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 November 2015. Dia menentang penjajahan Belanda melalui karya sastranya, seperti Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Nengah Jimbaran, Kidung Loda, Kakawin Atlas, dan Geguritan Hredaya Sastra  +
I Gusti Ngurah Parsua, lahir di Bondalem, Buleleng, Singaraja., 22 Desember 1946. Dia menulis puisi, cerpen, novel, esai, dll. Karya-karyanya pernah dimuat di Bali Post, Karya Bakthi, Nusa Tenggara, Bali Cuier, Merdeka, Berita Buana, Beritha Yudha, Suara Karya, Sinar Harapan, Simponi, Swadesi, Eksperimen, Srikandi, Suara Pembangunan, Mutu, Arena, Bukit Barisan Minggu Pagi, Prioritas, Suara Pembaharuan, El Horas. Majalah Umum dan Budaya: Ekspresi, Basis, Horison, Topik, Tifa Sastra, Dewan Budaya maupun Dewan Sastra, Malaysia. Kumpulan puisinya: “Matahari” (1970), “Setelah Angin Berembus” (1973), “Sajak-sajak Dukana” (1982), “Sepuluh Penyair Indonesia Malaysia” (1983), Duka Air Mata Bangsa” (1998), “Bahana Di Margarana”, (2005), dll. Di bidang prosa antara lain: “ Hakikat Manusia dan Kehidupan” (Esai Seni Budaya, 1999), “Sekeras Baja” (Kumpulan cerpen, 1984), “Sembilu Dalam Taman” (Novel, 1986), “Rumah Penghabisan” (kumpulan cerpen, 1995), “Perempuan Di Pelabuhan Sunyi” (Kumpulan cerpen 2001), “Senja Di Taman Kota” (Kumpulan cerpen, 2004), dll. Puisinya berjudul “Khabar” diterjemahkan oleh Kemala (penyair dan peneliti Sastra asal Malaysia) kemudian dimuat pada majalah Asia Week (1983). Puisinya berjudul “Kepada Bali” diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Vern Cork dam terbit bersama penyair Bali lainnya dengan judul “The Morning After” (2000).  +
I Gusti Ngurah Putu Buda adalah seorang perupa kelahiran Sangeh, Badung, Bali. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 2002 dia aktif dalam banyak pameran bersama, di dalam maupun luar negeri, antara lain TANDA HATI at Tony Raka Gallery Mas Ubud (2012), Ten Years After at Sinsin Fine Art Anex Villa Hongkong (2013), Ulu Teben art Bentara Budaya Bali (2015). Pameran tunggalnya, antara lain Time is like to Bomb at kiridesa the Gallery Singapore (2006), Black and White world Copsa Gallery London (2006), Mystical Spirit II at Kiridesa The Gallery & Oorja zone, Dubai (2007), Seizing A Space at 6 Point Café-Shops-Offices, Sanur Bali (2013). Tahun 2004 dia meraih Top Finalist in 2004 :Sovereign Annual Contemporary Asian art Prize Hongkong. Kini, dia aktif dalam Komunitas Militans Arts.  +
I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau yang lebih dikenal dengan Putu Wijaya merupakan budayawan sastra Indonesia asal Bali, yang telah menghasilkan kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esai, artikel lepas, dan kritik drama. Putu Wijaya juga menulis skenario film dan sinetron. Putu sendiri sebenarnya adalah bungsu dari lima bersaudara seayah maupun dari tiga bersaudara seibu. Ia tinggal di kompleks perumahan besar, yang dihuni sekitar 200 orang, yang semua anggota keluarganya dekat dan jauh, dan punya kebiasaan membaca. Budayawan yang khas dengan topi pet putihnya ini semula diharapkan bisa menjadi dokter oleh ayahnya, I Gusti Ngurah Raka, seorang pensiunan punggawa yang keras dalam mendidik anak. Namun Putu ternyata lebih akrab dengan dunia sastra, bahasa, dan ilmu bumi. Cerpen pertama Putu yang berjudul "Etsa" dimuat di harian Suluh Indonesia, Bali. Drama pertama yang Putu mainkan adalah ketika ia masih SMA. Drama tersebut Putu sutradarai dan mainkan sendiri dengan kelompok yang didirikannya di Yogyakarta. Setelah 7 tahun di Yogyakarta, ia kemudian pindah ke Jakarta dan bergabung dengan Teater Kecil. Selanjutnya dengan Teater Mandiri yang didirikan pada tahun 1971, dengan konsep "Bertolak dari Yang Ada". Gaya Putu menulis novel tidak berbeda jauh dengan gayanya menulis drama. Seperti dalam karya dramanya, dalam novelnya pun ia cenderung menggunakan gaya objektif dalam pusat pengisahan dan gaya yang penuh dengan potongan-potongan kejadian yang padat, intens dalam pelukisan, dan bahasanya ekspresif. Putu lebih mementingkan perenungan ketimbang riwayat. Penggemar musik dangdut, rock, klasik karya Bach atau Vivaldi dan jazz ini total dalam menulis, menyutradarai film dan sinetron, serta berteater. Bersama teater itu, Putu telah mementaskan puluhan lakon di dalam maupun di luar negeri. Bahkan puluhan penghargaan diraih atas karya sastra tersebut.  +
Widyatmaja adalah dosen di Fakultas Pariwisata Universitas Udayana dan menyandang gelar doktor di bidang kepariwisataan yang diperolehnya dari Program Studi Doktor Pariwisata, Universtas Udayana dengan disertasi berjudul ‘Model Tata Kelola Tenaga Kerja Disabilitas pada Industri Perhotelan di Bali.’  +
I Gusti Ngurah Windia, lahir di Carangsari, Badung Utara, Bali, 31 Desember 1946. Ia adalah maestro topeng Tugek Carangsari. Ia mementaskan seni topeng di berbagai pelosok Bali hingga luar negeri, seperti Jerman, Amerika, Venesia, Roma. Ia mulai menekuni seni tari topeng tahun 1966. Pada tahun 1969 ia terkenal di seluruh Bali. Tahun 1970-an dan 1980an, ia adalah seniman topeng paling laris di Bali dan pertunjukan topengnya direkam dalam kaset. Kehebatan Ngurah Windia terletak pada kemampuannya menari topeng, matembang, dan membawakan narasi seni pertunjukan topeng. Ia memadukan humor, komedi, parodi, nasihat, petuah, kisah pada setiap pementasan tari topengnya. Dalam pertunjukan Topeng Tugek Carangsari, ia menciptakan tiga tokoh kaum jelata yang kemudian sangat terkenal, yakni Si Gigi Sumbing, Si Tuli, dan Si Tugek (tokoh cewek yang kocak). Ketiga karakter tokoh ini kemudian menjadi trend dalam pertunjukan topeng di Bali. Ia mementaskan pertunjukan topeng untuk terakhir kalinya pada tanggal 3 Desember 2021. Kemudian ia jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit Mangusada, Kapal, Badung. Dan, pada tanggal 13 Desember 2021, ia meninggal pada usia 75 tahun.  +
Berikut ini adalah cuplikan film dokumenter yang berkisah tatkala Lawrence dan Lorne Blair mengunjungi sang maestro berusia 116 tahun, I Gusti Nyoman Lempad, di Ubud . Keduanya beruntung bisa mengabadikan Lempad jelang wafatnya. Banyak orang mengatakan bahwa sang maestro itu wafat pada hari yang dipilihnya sendiri. Gusti Nyoman Lempad adalah seorang pematung dan arsitek dimana karya - karyanya banyak kita temui di Puri dan Pura di Ubud saat ini. Di Denpasar, Patung Catur Muka di perempatan lapangan Puputan adalah salah satu karyanya yang masih bisa kita lihat. Di dalam naungan pengaruh keluarga Puri, Lempad mengasah bakat seninya dalam arsitektur tradisi Bali, termasuk dalam seni pahat dan ukir. Tak hanya soal seni, Lempad juga memiliki pemahaman tentang ritual dan spiritual ketika mendirikan tempat suci. Selain pematung (Undagi), ia juga terkenal dengan karya - karya lukisanya yang lebih banyak bercerita tentang mitologi Hindu Bali. Pada akhir 1920-an, Lempad mulai berkarya menggunakan media kertas. Dia masih menggunakan cara melukis tradisional, menggunakan kuas dan tinta hitam. Rudolf Bonnet dan Walter Spies mendukungnya dengan memberikan kertas seni kepada Lempad. Bersama Bonnet dan Spies, dia turut mendirikan Pita Maha, sebuah kelompok seniman yang mendefinisikan ulang seni lukis Bali pada 1930-an. Kelak kelompok seniman tersebut menggelar pameran lukisan pertama mereka di Bali dan luar negeri, yang menjadi salah satu pemicu mengapa Bali mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Tidak ada yang mengetahui kapan pastinya ia dilahirkan. Yang ia ingat, ia menikah saat Gunung Karakatu meletus pada tahun 1883. Ia meninggal pada 25 April 1978 (Selasa ke 4 pada bulan ke 4) di rumahnya di Ubud . Sebelum ia meninggal, ia mengumpulkan semua keluarga dan meminta mereka untuk memandikannya.  +
I Gusti Putu Bawa Samar lahir di Tabanan, Tegal Belodan 27 Séptembér 1949. Ayahnya bernama I Gusti Gedé Pegug dan ibunya Gusti Ayu Nyoman Rerep. Ayahnya hanya seorang penari dan pada zaman belanda menjadi tentara Gajah Merah NICA. Samar Gantang bersekolah di SR (Sekolah Rakyat) tahun 1955 di Pengabetan, Dauh Pala, Tabanan, dan lulus tahun 1963. Melanjutkan ke SMP 1 Tabanan, dan mulai saat itu ia gemar membaca buku sastra. Mulai menulis sastra Bali modérn dan Indonésia pada 1968 saat masih sekolah di SMA Tabanan (sekarang SMAN 1 Tabanan). Tahun 1973 ia menjadi guru honorér di SMP Harapan, dan ia juga menjadi guru di SMP TP 45 (sudah tidak ada), SMPN 3, SMP Pemuda, SMP Dharma Bhakti, dan SMPN 2 Tabanan. Tahun 1974, ia menjadi guru tetap di SMP Negeri 2 Tabanan dan mengajar mata pelajaran seni lukis. Karya- karyanya dimuat di koran Bali Post, Nusa Tenggara, DenPost, Warta Minggu, Santan, Simponi, Swadesi, Suara Karya, Sinar Harapan, Media Indonesia, Karya Bhakti, Suara Nusa, Fajar, Zaman, Top, Aktuil, Sarwa Bharata Eka, Varianada, Canangsari, Buratwangi, Merdeka Minggu, Baliaga, Taksu, dan Majalah Éksprési. Selama 10 tahun mengisi siaran membaca puisi di RRI Studio Dénpasar, Menara Studio Broadcasting, Cassanova, Kini Jani Tabanan. Melalui jalan dari Tabanan ke Dénpasar dengan selalu menaiki sepeda ontél. Selain itu juga mendapat undangan dari LIA Surabaya atau PPIA, Museum Bali, IKIP Saraswati, Balai Budaya Dénpasar, STSI Surakarta, STSI Dénpasar, ISI Yogyakarta, Taman Izmail Marzuki, Gallery Nasional Jakarta, dan Yayasan Hari Puisi. Dia juga mendapat undangan membaca puisi di Malaysia dan Singapura tahun 1986. Di Tabanan ia mendirikan Sanggar Pelangi tahun 1976 dan sekarang berubah nama menjadi Sanggar Sastra Remaja Indonésia (SSRI) Bali, yang menyebarluaskan sastra Bali modern dan Indonésia kepada siswa SD, SMP, SMA/SMK dan para remaja muda yang menggemari sastra. Mendapatkan juara I menulis puisi se-Bali tahun 1979, juara perlombaan menulis puisi nasional di Yogyakarta tahun 1982, delapan besar pagelaran sastra di Taman Ismail Marzuki tahun 1989, juara I menulis puisi pariwisata yang diadakan Yayasan Komindo Jakarta tahun 1991. Di bidang sastra Bali mendapatkan tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya, juara I menulis puisi; ésai; tembang macepat; se-Bali tahun 2000 dan 2001. Ia memperoleh penghargaan “CAKEPAN” tahun 2001 dari Majalah Sarad dan mengeluarkan buku kumpulan puisi yang berjudul “Aab Jagat”, serta penghargaan Sastra Rancagé 2003. Buku yang sudah dikeluarkan berisi karyanya adalah Hujan Tengah Malam (1974), Kisah Sebuah Kota Pelangi (1976), Kabut Abadi (1979) bersama Diah Hadaning, Antologi Puisi Pendapa Taman Siswa Sebuah Episode (1982), Antologi Puisi Asean (1983), Antologi Puisi LIA (1979), Kalender Puisi (1981), Antologi Festival Puisi XI PPIA (1990), Spektrum (1988), Taksu (1991), Antologi Potret Pariwisata dalam Puisi (1991), Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara I (1994), Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara II (1995), Antologi Puisi Kidung Kawijayan (1995), Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara III (1996), Antologi Puisi Pos Nusantara Lokantara (1999), Aab Jagat (2001), Perani Kanti (2002), Onyah (2002), Somya (2002), Sagung Wah (2002), Macan Radén (2002), Berkah Gusti (2002), Sang Bayu Telah Mengiringi Kepergiannya (2002), Puisi Modré Samar Gantang (2002), Antologi Puisi HP3N Nuansa Tatwarna Batin (2002), Bali Sané Bali (Pupulan Durmanggala, 2004), Awengi ring Hotél Séntral (2004), Pakrabatan Puisi Tegal DIHA Tebawutu (2004), Kesaksian Tiga Kutub (puisi lan cerpén, 2004), Léak Raré (2004), Léak di Bukit Pecatu (2005), Léak Satak Dukuh (2006), Ketika Tuhan Menyapaku (2006), Dipuncakmu Aku Bertemu (2008), dan Jangkrik Maénci (2009). Dia terkenal dengan puisi modré, membuat para penonton sungguh ingin melihat. Karyanya kebanyakan menggunakan tema-tema mistik seperti “léak”, dan itu bisa dilihat di buku- bukunya yang berbahasa Bali seperti di buku Léak Kota Pala, Puisi Modré Samar Gantang, Léak Bukit Pecatu, Jangkrik Maénci, dan yang lainnya.  
I Gusti Putu Gede Wedhasmara, lahir di Denpasar, 10 September 1932. Dia adalah pengarang lagu asal Bali. Lagu-lagunya populer pada era 1960-an dan 1970-an dan hingga kini masih banyak dinikmati oleh penggemarnya. Majalah “Rolling Stone Indonesia” pada edisi Februari 2014 memasukkan Wedhasmara dalam “100 Pencipta Lagu Indonesia Terbaik”. Wedhasmara sejak kecil menyukai dunia tarik suara. Setelah menyelesaikan pendidikan SMP di Denpasar Bali, Wedhasmara melanjutkan pendidikan di SMA Santo Thomas di Kota Yogyakarta. Pada 1956-1963, Wedhasmara bekerja di Jawatan Pertanian Jakarta. Wedhaswara tercatat pernah bergabung dalam berbagai kelompok musik seperti Orkes Gabungan Denpasar, Orkes Keroncong Denpasar, Kuartet Mulyana Sutedja Yogyakarta, Orkes Keroncong pimpinan Sukmini Yogyakarta, Orkes Melayu Ria Bluntas, Zaenal Combo, dan Empat Nada. Lagu-lagu ciptaan Wedhasmara yang dikenal luas antara lain “Senja di Batas Kota” dan “Kau Selalu di Hatiku” yang dipopulerkan penyanyi Ernie Djohan, “Berpisah di St. Carolus” yang dipopulerkan penyanyi Lilis Surjani. Lagu-lagu tersebut adalah lagu abadi yang selalu dikenang, dan sampai hari ini masih sering diputar di radio-radio dalam versi aslinya. Tahun 2011, Wedhasamara mendapatkan penghargaan Seni dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Sebelumnya, Wedhasamara juga mendapatkan penghargaan dari Walikota Denpasar (2003), Gubernur Bali (2003). dan Menteri Kesehatan RI (1982). Wedhasmara meninggal di Denpasar pada tanggal 17 April 2017.  +
Dosen di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer STIKOM Bali  +
Biografi Nama : I Gusti Putu Windya. Alm. Beliau meninggal pada tahun 2010. Istri : Gusti Ayu Nyoman Tanggal Beliau memiliki 6 anak salah satu anak beliau sudah meninggal dan informasi ini saya dapat dari anak beliau yang ke-4 bernama Gusti Ayu Agustini. Beliau beralamat di banjar pasar desa Yehembang, kecamatan Mendoyo, kabupaten Jembrana. Prestasi : Beliau meraih banyak penghargaan diantaranya yang paling tinggi ialah penghargaan Kusuma Madya (tahun 1990), dengan karyanya yang paling terkenal ialah Geguritan Cangak. Selain itu beliau juga mengarang beberapa geguritan diantaranya Geguritan KB yang membawa beliau menjadi juara 2 lomba geguritan tingkat provinsi. Selain itu beliau juga banyak memiliki karya yang lainnya namun karya-karya beliau banyak yang mengklaim karena belum memiliki hak cipta. Pekerjaan : Selain mengarang geguritan beliau juga aktif melukis dan mengukir, serta beliau juga mendirikan sanggar lukis dan ukir, dan beliau ini belajar nyastra itu secara otodidak. Beliau juga dahulu pernah ditawari kontrak kerja di jerman untuk mengajar melukis tetapi ditolak. Dan beliau pernah menjadi anggota tim penilai pemberian penghargaan seni Dharma Kusuma provinsi daerah tingkat I Bali pada tahun anggaran 1994/1995. Catatan khusus : Informasi ini saya dapat dari narasumber yaitu Gusti Ayu Agustini yang mana merupakan anak ke 4 beliau yang juga pewaris alm. Gusti putu windya. Beliau mengatakan bahwa alm. Bapak gusti putu windya memiliki buku biografi akan tetapi saat ini tidak ada di tempat karena dibawa ke jerman dan belum dikembalikan dan beberapa dokumen2 terkait karya2 beliau yang juga dulu dipinjam dan belum dikembalikan hingga saat ini. Selain itu pada tahun 2015 juga geguritan cangak disadur oleh malaysia dengan membuat tokoh kartun 'bangau dan kepiting' dalam animasi pada zaman dahulu tanpa izin dari pewaris alm. Gusti putu windya.  +
Biografi Nama : I Gusti Putu Windya. Alm. Beliau meninggal pada tahun 2010. Istri : Gusti Ayu Nyoman Tanggal Beliau memiliki 6 anak salah satu anak beliau sudah meninggal dan informasi ini saya dapat dari anak beliau yang ke-4 bernama Gusti Ayu Agustini. Beliau beralamat di banjar pasar desa Yehembang, kecamatan Mendoyo, kabupaten Jembrana. Prestasi : Beliau meraih banyak penghargaan diantaranya yang paling tinggi ialah penghargaan Kusuma Madya (tahun 1990), dengan karyanya yang paling terkenal ialah Geguritan Cangak. Selain itu beliau juga mengarang beberapa geguritan diantaranya Geguritan KB yang membawa beliau menjadi juara 2 lomba geguritan tingkat provinsi. Selain itu beliau juga banyak memiliki karya yang lainnya namun karya-karya beliau banyak yang mengklaim karena belum memiliki hak cipta. Pekerjaan : Selain mengarang geguritan beliau juga aktif melukis dan mengukir, serta beliau juga mendirikan sanggar lukis dan ukir, dan beliau ini belajar nyastra itu secara otodidak. Beliau juga dahulu pernah ditawari kontrak kerja di jerman untuk mengajar melukis tetapi ditolak. Dan beliau pernah menjadi anggota tim penilai pemberian penghargaan seni Dharma Kusuma provinsi daerah tingkat I Bali pada tahun anggaran 1994/1995. Catatan khusus : Informasi ini saya dapat dari narasumber yaitu Gusti Ayu Agustini yang mana merupakan anak ke 4 beliau yang juga pewaris alm. Gusti putu windya. Beliau mengatakan bahwa alm. Bapak gusti putu windya memiliki buku biografi akan tetapi saat ini tidak ada di tempat karena dibawa ke jerman dan belum dikembalikan dan beberapa dokumen2 terkait karya2 beliau yang juga dulu dipinjam dan belum dikembalikan hingga saat ini. Selain itu pada tahun 2015 juga geguritan cangak disadur oleh malaysia dengan membuat tokoh kartun 'bangau dan kepiting' dalam animasi pada zaman dahulu tanpa izin dari pewaris alm. Gusti putu windya.  +
Dar http://sejarahtaribali.blogspot.com/2011/05/i-ketut-mario.html I Ketut Mario dalam Denpasar Culture adalah sosok penari dan juga salah satu pencipta tarian Bali dan dia mulai belajar menari sejak tahun 1906. Saat belajar menari, usianya kira-kira sebaya dengan anak mulai masuk SD. Dengan demikian Mario diperkirakan lahir 1897. Ia bersaudara lima orang. Orangtuanya hidup dari bercocok tanam. Ketika hasil pertanian kurang baik dan ditambah lagi entah bagaimana kondisi Denpasar kala itu, orangtuanya pindah ke Tabanan. Kurang jelas pula kapan meninggalnya sang ayah, dan hanya ibunyalah yang membesarkannya dengan menjadi abdi di Puri Kaleran Tabanan. Berkat pengabdiannya itu, diberilah tempat tinggal. Dalam pengabdiannya di Puri Kaleran, tentu I Ketut Mario melakukan segala aktivitas abdi di puri termasuk belajar menari. Anak Agung Made Kaleran melihat Mario punya bakat di bidang menari. Tahun 1906 Mario belajar tari pada dua orang guru tari, yakni Pan Candri dan Salit dari Mengwi Gede. Dengan cepat tarian Sisia Calonarang dapat dikuasainya. Tariannya menawan, gerakannya berkarakter sehingga penggemar Calonarang mengaguminya.  +
I Kadek Surya Kencana lahir di Dalung, Bali, 24 Januari 1986. Lulusan Universitas Pendidikan Ganesha, Bali. Pernah meraih Juara II Tingkat Nasional Lomba Penulisan Puisi Pelajar (Departemen Pendidikan Nasional, 2005) dan Juara I Lomba Penulisan Puisi se-Bali (2007). Puisi-puisinya dimuat di Bali Post dan berbagai media lain, serta terangkum dalam buku Herbarium (2007), Penari Buleleng (2008), Mengunyah Geram (2017). Kini dia bekerja sebagai wartawan di Denpasar.  +
I Ketut Alon (1932 – 1993) adalah seorang pematung kelahiran Banjar Tarukan, Desa Mas, Ubud, Bali. Ia belajar memahat pada pematung Ida Bagus Nyana. Ia banyak membuat patung kayu bertema pewayangan (Mahabarata dan Ramayana) dan juga tema-tema kehidupan sehari-hari yang bersifat humanis. Karya-karyanya banyak dikoleksi oleh wisatawan mancanegara. Ia pernah diundang berpameran di Jepang pada tahun 1981, 1982, dan 1985. Pada 1968, ia mendirikan “I Ketut Alon Balinese Art Shop & Wood Carver” yang kemudian berubah menjadi “Galeri Alon” sejak tahun 1991. Galeri tersebut berada di Jalan Raya Mas, Ubud dan dikelola oleh salah seorang putranya, I Kadek Ariasa. Di galeri itu juga terdapat Sanggar Githa Ariswara yang dirintis pada tahun 2000 dan bergerak di bidang seni tari dan tabuh yang berada di bawah Yayasan I Ketut Alon. Yayasan itu juga mendirikan Taman Pendidikan Sarin Rare yang banyak bergerak di bidang pendidikan seni untuk anak-anak.  +
Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak SMA saat bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Puisi-puisinya pernah dimuat di Warta Bali, Jembrana Post, Independent News, Riau Pos, Bali Post, Jogja Review, Serambi Indonesia, Denpost, Tribun Bali, tatkala.co, balebengong.id, qureta.com, galeribukujakarta.com, simalaba.net dan Antologi Puisi Dian Sastro for President! End of Trilogy (INSIST Press, 2005) serta Mengunyah Geram (Seratus Puisi Melawan Korupsi) yang diterbitkan oleh Yayasan Manikaya Kauci, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Jatijagat Kampung Puisi (2017). Buku kumpulan puisinya berjudul “Catatan Pulang” diluncurkan pada Januari 2018. Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.  +
I Ketut Aryawan Kenceng lahir di Banjar Bendul, Klungkung, 22 Desember 1959. Menyelesaikan SD hingga SMA di Klungkung. Pernah kuliah di Fakultas Inggris Universitas Udayana hingga lima semester, lalu bekerja di sektor pariwisata di Denpasar. Dia menulis sastra dalam bahasa Bali dan Indonesia. Puisi-puisi bahasa Indonesianya dimuat di Bali Post, Simfoni, Swadesi. Puisi bahasa Balinya dimuat di Bali Orti Bali Post dan Pos Bali. Kumpulan puisi bahasa Balinya telah terbit dengan judul Beruk (2014), Bikul (2014), Bubu (2015), Rwa Bhineda (2015).  +
I Ketut Eriadi Ariana lahir di Bangli, 1994. Saat ini tengah menyelesaikan studi pascasarjana di Prodi Magister Linguistik Konsentrasi Wacana Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana. Kesehariannya adalah seorang jurnalis dan penyarikan di Pura Ulun Danu Batur, Desa Adat Batur, Bangli (sejak 8 Januari 2020). Sejumlah puisi berbahasa Bali dan esainya terbit di media massa seperti Tatkala.co, Media Bali, Pos Bali, Suara Saking Bali, dan Majalah Nuansa Bali. Puisi berbahasa Bali terbit dalam antologi tunggal Ulun Danu (2019). Tulisannya juga diterbitkan dalam buku kumpulan tulisan bersama seperti Prabhajnyana: Mozaik Kajian Pustaka Lontar Universitas Udayana (2020), Jurnal Sastra Gocara Prodi Sastra Jawa Kuno Universitas Udayana, dan Sarasastra: Pusparagam Pemikiran Kebudayaan Bali (2020). Sementara itu, buku esai tunggal pertamanya berjudul Ekologisme Batur (2020). Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris DPK Peradah Indonesia Badung (2016-2017), sebelum kemudian dipercaya mengemban tugas sebagai Ketua DPK Peradah Indonesia Bangli (2018-2021).  +
Penyair senior I Ketut Rida lahir di Banjar Kanginan, Désa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung, 11 September 1939. Dia menyelesaikan sekolah di SGA Stella Duce/ Kanisius Yogyakarta tahun 1958, lalu melanjutkan B1 Bahasa Indonesia di Dénpasar, namun tidak sampai tamat. Mulai tahun 1960 sampai 1987 diangkat menjadi guru di Sekolah Dasar. Kurang lebih 20 tahunan, I Ketut Rida menjabat sebagai Kepala SD. Selain itu, diangkat menjadi pengawas TK, SD dan SDLB. Di désa juga pernah dipercaya menjadi bendésa adat Désa Sulang Ketut Rida mengatakan, menekuni menulis atau mengarang sudah ada sejak masih kecil, setiap hari Ketut Rida dapat cerita dari neneknya. Itu sebabnya Ketut Rida merasa senang sampai sekarang. Setelah menyelesaikan B1 Jurusan Bahasa, perhatiannya pada kegiatan mengarang semakin tumbuh. Ketut Rida sangat tekun mempelajari bahasa Kawi khususnya di Adiparwa. Beberapa karangan sastra Bali anyar dan sastra Indonésia yang sudah dihasilkannya, antara lain cerpén, dan novel. Ketut Rida sudah dipercaya , dan juga sudah mendapatkan beberapa piagam penghargaan, seperti : Tahun 1977–1978, Ketut Rida menjadi pemenang II Sayembara Mengarang Bahasa Indonésia guru-guru SD Tingkat Provinsi Bali. Tahun 1979 menjadi pemenang I perlombaan mengarang prosa dalam Pésta Kesenian Bali (PKB). Tahun 1980, mendapat juara I Sayembara Mengarang Novel Bahasa Bali dalam rangka Bulan Bahasa. Tahun 1982, menjadi pemenang II Mengarang Geguritan di PKB. Tahun 1991 mendapatkan Juara I Lomba Cerpén Bahasa Bali di harian Bali Post. Tahun 1995, mendapat juara harapan I Lomba Cerpén Bahasa Bali di PKB. Mulai tahun 1970 sampai tahun 1980, banyak karangan Ketut Rida yang dimuat harian Bali Post. Kumpulan puisinya yang berjudul “Nyiksik Bulu” diterbitkan Balai Bahasa Dénpasar tahun 2004. Novel bahasa Balinya yang berjudul “Sunari” diterbitkan Yayasan Obor, Jakarta tahun 1999. Novel “Sunari” ini membuat I Ketut Rida mendapatkan Hadiah Sastera Rancagé dari Yayasan Kebudayaan Rancagé Bandung tahun 2000. Tahun 2014 Ketut Rida mendapatkan Widya Pataka dari Gubernur Bali dengan bukunya yang berjudul “Lawar Goak”.  
I Ketut Sadia, beralamat di Br Pekandelan, Batuan, Sukawati, Gianyar, Bali. Dia belajar melukis pada I Wayan Taweng (ayah) dan I Wayan Bendi (kakak). Dia aktif berpameran di dalam dan luar negeri, antara lain di Museum Arma, Museum Puri Lukisan, Museum Neka, Museum Nasional Jakarta, Singapure Art Museum, Tempera Art Museum, Finlandia, Fukuoka Art Museum, dan KBRI Washington DC. Pernah meraih penghargaan Jakarta Art Award 2008, Finalis Jakarta Art Award (2010, 2012), Finalis UOB Painting Of The Year (2012, 2013, 2014).  +
I Ketut Sandika lahir di Desa Nyalian, Klungkung, Bali 11 Februari 1988. Ia menempuh pendidikan di IHDN Denpasar. Ia menulis buku tentang kearifan lokal dan budaya Nusantara, khususnya Bali. Ia gemar memelajari ilmu mistik Bali lewat kajian-kajian terhadap naskah-naskah kuno, terutama naskah-naskah berbahasa Jawa Kuno. Hasil kajiannya itu dituangkan dalam beberapa buku, antara lain “Tantra, Ilmu Kuno Nusantara”, “Siwa Tattwa, Ajaran Spiritual Leluhur Nusantara”, “Sedulur Papat, Kalima Pancer, Ilmu Rahasia Kelahiran dan Kematian”, “Pendidikan Menurut Veda”.  +
I Ketut Santosa lahir di Desa Nagasepaha, Buleleng, Bali, 21 Juli 1970. Ia adalah seniman lukis wayang kaca generasi ketiga dari keturunan Jero Dalang Diah, penemu teknik melukis media kaca di Nagasepaha. Santosa pernah bekerja menjadi tukang kebun di SMP Negeri 3 Sukasada dan mengajar ekstrakurikuler lukis kaca di sekolah itu. Pada September 2022, ia diangkat menjadi tenaga pengajar di SMK Negeri 1 Sukasada. Lukis kaca Nagasepaha telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda yang tercatat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Santosa sukses membawa lukis wayang kaca bertema kontemporer ke kancah internasional. Karya-karyanya banyak diminati dan dikoleksi turis asing dan pecinta seni. Ia pernah mengikuti sejumlah pameran bergengsi, seperti di Bentara Budaya Bali dan Taman Budaya Bali. Ia juga kerap diundang menjadi narasumber dalam workshop dan bincang-bincang seni. Pada tanggal 23 November 2022, Santosa mengalami kecelakaan di daerah Baturiti, Tabanan. Saat itu ia sedang dalam perjalanan ke Denpasar untuk membawa lukisan yang hendak dipamerkan di Taman Budaya Provinsi Bali. Ia sempat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Mangusada, Badung. Namun pada tanggal 26 November 2022 ia menghembuskan napas terakhirnya. Seorang seniman lukis wayang kaca telah pergi selama-lamanya.  +
I Ketut Suasana alias Kabul, lahir di Apuan, Tabanan, 30 Desember 1978. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Karya-karya Kabul banyak mengangkat tentang kehidupan lebah/tawon. Bagi Kabul, lebah adalah metafora untuk menggambarkan kehidupan manusia. Sejak 2003, Kabul rajin terlibat dalam banyak pameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Pameran tunggalnya antara lain "Suasana Lebah" di Sudana Gallery, Ubud, Bali (2009) dan "Suhu Lebah" di Maha Art Gallery, Renon, Bali (2010). Selain seni lukis, Kabul juga rajin menggelar seni pertunjukan (performance art) dan mural.  +
I Ketut Sudarsana lahir di Desa Ulakan, Manggis, Karangasem, Bali pada tanggal 4 September 1982. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan I Ketut Derani (Alm.) dan Ni Ketut Merta. Menikah dengan Adi Purnama Sari dan dikaruniai empat orang anak; Saraswati Cetta Sudarsana, Kamaya Narendra Sudarsana, Ganaya Rajendra Sudarsana dan Gayatri Metta Sudarsana. Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah SDN 4 Ulakan (1994), SMPN 1 Manggis (1997), dan SMKN 1 Sukawati (2000). Pendidikan Sarjana (S1) Pendidikan Agama Hindu di STAHN Denpasar (2004), dan Magister (S2) Pendidikan Agama Hindu di IHDN Denpasar (2009). Tahun 2014 menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) Pendidikan Luar Sekolah di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Pengalaman kerja dimulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai sekarang sebagai dosen tetap Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.  +
Ketut Sugantika alias Lekung lahir di Singapadu, Gianyar, Bali, 1975. Dia menamatkan pendidikan seni lukis di ISI Denpasar. Karya-karyanya banyak bercorak abstrak dengan mengambil inspirasi dari alam. Pameran tunggalnya adalah Life Lines, Tadu Contemporary Art, Bangkok, Thailand, 2016; Intimate Bali, Conrad Hotel Nusa Dua, Bali, 2014, Findings Object, Hitam Putih Art Space, Sangeh, Bali, 2010; Sign, Art Centre Denpasar, Bali, 2003. Selain itu, sejak 1998, dia rajin terlibat dalam pameran bersama, antara lain Artfordable Hongkong Art Fair, With Gundang Gambar & 37Tong Gallery, Hongkong, 2018; Imago Mundi, Bentara Budaya Bali, Yogyakarta, Jakarta, 2016. Dia juga aktif dalam kegiatan performance arts. Kini dia bergiat dalam Komunitas seni rupa Militant Arts.  +
I Ketut Sumarta menulis puisi sejak remaja dengan nama pena Dommy Lavawan dan banyak dimuat di Bali Post. Dia lantas rajin berteater dan menulis esei di media massa, hingga menekuni dunia jurnalistik. Dia bergabung dengan Majalah Berita Mingguan EDITOR di Jakarta—yang akhirnya dibredel rezim Orde Baru pada 1994. Setelah pulang ke Bali sejak 1995, dia dipinang sebagai Redaktur Pelaksana harian NUSA hingga dipercaya sebagai Direktur. Sejak awal tahun 2000 bersama kawan-kawannya di Bali dia menerbitkan sekaligus memimpin majalah bulanan kebudayaan Bali, SARAD. Tulisan-tulisannya perihal budaya Bali, antara lain, pernah dimuat di Kompas, Majalah Gatra, Majalah Budaya BASIS. Buku-buku karyanya yang telah terbit, antara lain: Sosok Seniman dan Sekaa Kesenian Denpasar (1999), Batur: Jantung Peradaban Air Bali (2015), dll.  +
I Ketut Suwidja, lahir di Singaraja, 20 November 1939. Dia adalah seorang sastrawan dari Bali yang menulis dalam bahasa Bali dan Indonesia. Dia juga menulis di atas daun lontar. Puisi-puisinya banyak dimuat di Bali Post, Karya Bakti, Nusa, dll. Juga terkumpul dalam sejumlah antologi bersama, seperti “Hram” (1988). Antologi puisi tunggalnya yang berbahasa Bali adalah “Panah Surya” (2000) diterbitkan oleh Sanggar Buratwangi dan Balai Bahasa Bali. Berbagai penghargaan telah diraihnya, antara lain Penghargaan Listibiya (1982), Penghargaan Pemerintah Provinsi Bali (1998), Penghargaan Sastra Bali dari Yayasan Rancage (2001). Dia pernah bekerja di museum lontar Gedong Kertya di Singaraja. Dia meninggal tahun 2009.  +
I Ketut Tjekeg, lahir di Banjar Tarukan, Desa Mas, Ubud, 25 Januari 1942. Ia adalah salah seorang tokoh penting di Desa Mas, Ubud, yang banyak berkontribusi bagi kemajuan desa. Sejak kanak ia sudah aktif berkesenian, antara lain bermain drama, membuat patung dan ukiran, serta aktif dalam berbagai organisasi. Ia tamat sekolah PGAA Hindu Dwijendra tahun 1962. Sempat menjadi guru honorer Agama Hindu di SMP Negeri Gianyar. Kemudian ia menjadi wartawan di koran “Suara Indonesia” yang kini jadi “Bali Post”. Ia juga sempat bekerja di Hotel Bali Beach Sanur. Pada era 1960-an ia aktif menjadi pengurus PNI/Front Marhaenis Ranting Mas. Ia ikut membidani kelahiran banyak organisasi di Desa Mas, antara lain Persatuan Pelajar Mas (P.P.M.), sekaa teruna/karang taruna, organisasi kesenian Janger, dan sebagainya. Ia menerbitkan buku Autobiography dan Pembangunan Phisik & Mental Spiritual (2022) yang banyak berisi kisah kehidupannya dan sejarah pembangunan dan perkembangan Desa Mas, Ubud.  +
I Ketut Wiana, lahir di Denpasar, 14 September 1945. Ia pernah menjadi dosen di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar. Ia juga aktif di lembaga Hindu PHDI dan sering diundang memberikan dharma wacana untuk umat Hindu di berbagai pelosok Indonesia. Selain rajin mengisi rubrik Mimbar Agama Hindu di Bali Post, ia banyak menerbitkan buku berkaitan dengan Agama Hindu, antara lain “Suksmaning Banten”, “Memelihara Tradisi Veda”, "Beragama Pada Zaman Kali", “Tri Hita Karana Menurut Konsep Hindu”, “Kasta dalam Hindu”. Ia meninggal di Denpasar pada tanggal 19 April 2023.  +
Komang Alit Juliartha alias Alit Joule lahir di Bekasi, 15 Juli 1991. Dia alumni program studi Pendidikan Bahasa Bali IHDN Denpasar. Karya-karya sastra berbahasa Balinya dimuat di Bali Orti Bali Post , Pos Bali. Karya-karyanya sudah dibukukan dengan judul Swecan Widhi Wasa (2015) dan meraih hadiah Sastra Rancage pada tahun 2016. Pada tahun 2016 pula ia menerbitkan novel berbahasa Bali berjudul Satyaning Ati.  +
I Komang Darmayuda lahir di Br. Tameng, Sukawati, Gianyar, 1970. Darah seni musik mengalir dari ayah ibunya yang pernah tergabung dalam grup keroncong Puspa Kencana, yang biasanya mengiringi pertunjukan sandiwara di era tahun 1960-an. Pada tahun 1999 ia diangkat sebagai dosen di STSI Denpasar yang sekarang menjadi ISI Denpasar, dan mulai tahun 2013 sampai tahun 2022 menjadi Ketua Jurusan Musik. Selain menjadi tenaga pendidik, Darmayuda juga mendirikan Sanggar Cressendo Griya Musika Sukawati pada tahun 2008. Di Sanggar ini menggembleng anak-anak dalam bermusik seperti bermain piano, gitar, dan bernyanyi. Pada tahun 2011 – 2016 Sanggar Cressendo sering mewakili Kabupaten Gianyar dalam Ajang Lomba dan Parade Lagu Daerah Bali di PKB. Pernah beberapa kali meraih juara I dalam ajang tersebut dan mengharumkan nama Kabupaten Gianyar. Lagu-lagu yang diaransemen dan ditampilkan saat meraih juara antara lain Lagu Gianyar Jagat Seni dan Lagu Tangis Pertiwi ciptaannya sendiri. Darmayuda juga pernah meraih juara I lomba cipta lagu di ajang PKB kategori lagu Remaja/Dewasa dengan judul lagu “Bencana Ring Bali” (Bom Kuta 2022) dan Juara I kategori lagu anak-anak yang berjudul “Muda Lara” (anak-anak yang mengemis di jalan) di tahun 2004. Sampai saat ini ia telah menciptakan 109 lagu-lagu Bali, 102 lagu Mars dan Hymne, dan puluhan lagu Indonesia. Ia berpandangan bahwa seni merupakan denyut nadinya orang Bali, darah seni selalu mengalir pada manusia Bali yang menyebabkan dunia seni tak akan mati di pulau tercinta ini.  +
I Made “Romi” Sukadana, lahir di Denpasar, 22 Januari 1973. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1993 dia telah aktif dalam banyak pameran bersama, seperti “Horizon”, Maya Gallery, Sanur (2019), “On Fire” Kaktus Art Space, Sanur (2018), “Magic of Bali”, Ira Kitzki art Gallery, Frankfurt Germany (2014), “Hidden Code” Mayya Gallery, Frankfurt, Jerman (2013). Pameran tunggalnya, antara lain “Sides of Woman” di Paros Gallery, Sukawati, Bali (2001), “Dialogue with the Reality” di Kamandalu Resort, Ubud (2007), “Sebuah Nama” di Ten Fine Art, Sanur (2009), “Hidden Connection” di Ayucious Socialite House, Denpasar (2012), “Hidden Connection III” Tryst’s Resto Kemang, Jakarta (2013). Karya-karya Romi menunjukkan keberagaman tematik dan aliran namun selalu mengandung cita rasa tersendiri. Dia mampu melukis realis dengan baik, namun juga bisa melukis abstrak yang mengesankan.  +
I Made Arik Wira Putra, lahir pada tanggal 23 April 1991, ia putra dari Ni Nyoman Wangi dan I Nyoman Sulara. Menempuh pendidikan S1 di Universitas Udayana dan S2 di Universitas Hindu Indonesia, ia banyak memiliki prestasi dari kecil salah satunya "Juara 1 Nasional Palawakya tahun 2011". Ia merupakan seorang pengarang dan ia ingin dirinya disebut sebagai "Seorang Peminat Sastra" tidak sebagai Sastrawan. Ia sudah memiliki beberapa karya Sastra Bali Purwa salah satunya yaitu Kakawin Usadhi Negari.  +
Dr. I Made Mahadi Sanatana, S.STP, MAP Merupakan birokrat yang melaksanakan tugas di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali, pernah mengikuti pelatihan dan sertifikasi manajemen SDM, pelatihan asesor kompetensi. Saat ini juga bertugas sebagai asesor sumber daya manusia di UPT Assessment Centre Prov Bali. Beberapa kali ditunjuk sebagai narasumber pada pelatihan manajemen SDM dan pengajar bidang administrasi publik. Menyelesaikan pendidikan S3 ilmu ekonomi Universitas Udayana konsentrasi ekonomi kelembagaan. Tersertifikasi CHRM dari BNSP.  +
Abstrak menjadi bahasa rupa yang dipilih Made Mahendra Mangku untuk berekspresi. Berbagai eksplorasi abstrak dihadirkannya, seperti permainan garis, warna, dan cipratan. Sebagai seniman yang tumbuh di tubuh Sanggar Dewata Indonesia (SDI), karyanya cenderung berbeda dibanding dengan rekan-rekan Kelompok Sebelas; kelompok yang berisi sebelas anggota dari generasi 90-an SDI. Ia tidak memenuhi kanvasnya dengan sapuan cat yang bertubi-tubi, begitupun dengan ikon-ikon dan simbol Bali yang riuh, tampak absen di karya Mangku. Dalam lukisannya, Mangku cenderung menggunakan satu warna sebagai dasar lalu mengisinya dengan beberapa warna dan garis. Kadang ia juga menabrakkan warna-warna yang kontras dengan komposisi tertentu yang tetap menenangkan. Ia menghadirkan keheningan yang terasa sentimental, bak ruang-ruang kontemplasi di tengah kehidupan duniawi. Segelap apapun warna yang digunakannya, karya-karya Mangku tetaplah manis, menenangkan dan meditatif, bahkan ia sering disebut sebagai “Pelukis Puitis”. Meski kini dikenal lewat karya abstraknya, Mangku sempat bereksplorasi dengan gaya realis dan figuratif saat masih di bangku kuliah. Bahkan di tahun pertamanya di ISI, ia sudah mendapat dua penghargaan sekaligus untuk sketsa terbaik dan lukisan cat air terbaik. Sedangkan saat bersekolah di SMSR Denpasar, ia  lebih menekuni medium cat air dengan teknik percik yang membuatnya dipanggil Mangku (pendeta dalam adat Bali yang memercikkan air suci saat memberi berkat, red.). Pilihannya untuk menekuni abstrak dimulai sejak 1993, karena abstrak lebih memberi ruang untuk improvisasi dan eksplorasi. Sejak lulus dari ISI Yogyakarta, Mangku kembali ke Sukawati dan aktif berkarya di studio pribadinya, De’carik Art Studio. Ia baru saja memamerkan 15 karya lukis dan cat air di Singapore International Artist Fair (SIAF) 2018 pada 10-13 Mei di Suntec City, Singapura. Rencananya, Mangku akan menyelenggarakan pameran tunggal pada Agustus 2018 di Art:1 Gallery, Jakarta dan Komaneka Art Gallery, Ubud. Lahir di Sukawati, Bali, 30 Desember 1972 Pendidikan: 1988-1992 SMSR Denpasar 1992-1997 ISI Yogyakarta Penghargaan: 1998 Penghargaan dari Menteri Seni dan Budaya Republik Indonesia1997 Karya Lukis Terbaik Dies Natalis ISI Yogyakarta1996 Finalis Philip Morris Indonesia Art Award1992 Lukisan Cat Air Terbaik ISI Yogyakarta1992 Sketsa Terbaik ISI Yogyakarta Milestone: 1992 Pada tahun pertamanya kuliah, Mangku menerima dua penghargaan sekaligus untuk lukisan cat air terbaik dan sketsa terbaik ISI Yogyakarta 1998 Lulus kuliah, Mangku kembali dan menetap di Bali. Di tahun ini pula ia menggelar pameran duet dengan Toris Mahendra di Sika Gallery. 2000 Pameran tunggal pertamanya Between Two Side, Arisma Gallery, Ubud, Bali. Pameran Penting: Pameran I Made Mahendra “Mangku” dan Made Toris Mahendra, Sika Gallery, 1998.Pameran Tunggal Pertama: Between Two Side, Arisma Gallery, Ubud, Bali, 2000.Pameran Terakhir: Singapore International Artist Fair (SIAF), Suntec City, Singapura, 2018  
I Made Mangku Pastika lahir di Seririt, Buleleng, 22 Juni 1951. Ia adalah seorang politikus dan purnawirawan polisi Indonesia. Ia menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) mewakili Provinsi Bali sejak 2019. Sebelumnya, ia menjabat Gubernur Bali dua periode dari 2008 hingga 2018. Ia lulusan Akabri Kepolisian pada tahun 1974. Pangkat terakhirnya dalam kepolisian adalah Komisaris Jenderal Polisi. Ia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Bali (2003 – 2005).  +
"Kecil namun berisi", demikian ungkapan yang pantas untuk mengenalkan seorang siswa SMP Negeri 1 Selemadeg yang berasal dari kaki gunung. I Made Adi Saputera yang akrab disapa Nanda, lahir di Mendek, 8 Oktober 2004. Sesungguhnya dia berasal dari SD 3 Wanagiri yang tidak terdapat dalam zonasi SMP Negeri 1 Selemadeg. Namun tidak menyurutkan hatinya memohon kepada Sang Hyang Aji Saraswati berdasarkan jalur prestasi. Siswa kelas VIII B ini senang berorganisasi. Dia termasuk dalam jajaran pengurus OSIS masa bakti 2017-2018 dan baru saja dikukuhkan sebagai pengurus OSIS masabakti 2018-2019. Sebagai pengurus OSIS, dia tidak pernah ingkar dalam melaksanakan kewajiban. Lain daripada itu, Nanda juga mengikuti ekstrakurikuler Nyastra Bali. Dia juga memiliki hobi sepak bola dan menggambar. Anak kedua dari Ida Ayu Komang Yunika dengan I Wayan Merdana dari banjar Mendek, Desa Wanagiri Kauh, Kecamatan Selemadeg Tabanan ini sangat menggemari mempelajari sastra khususnya menulis aksara Bali. Menurutnya, menulis aksara Bali sebagai seni yang didasarkan pada perasaan. Hobinya itu otodidak dan didapatkan sejak masih bersekolah di Sekolah Dasar. Saat itu gurunya melihat tulisannya sudah bak tulisan orang mahir menulis. Didasari atas hal tersebut, gurunya memberikan pembinaan untuk mengikuti lomba. Tentang prestasi yang didapatkan, tidak usah diragukan lagi. Sejak SD sudah mendapatkan juara pada berbagai perlombaan. Ketika berada di Sekolah Dasar pernah mendapat juara I lomba Nyurat Aksara Bali tingkat Kecamatan Selemadeg tahun 2017 serta juara I pada perlombaan Nyurat Aksara Bali tingkat Tabanan dalam rangka Porsenijar tahun 2017. Berkat prestasi-prestasinya itulah dimanfaatkan untuk mendapatkan sekolah di SMP Negeri 1 Selemadeg. Ketika di SMP, dia memulai dengan belajar menulis Aksara Bali di lontar. Berkat ketekunannya belajar, diraihlah beberapa juara seperti Juara I menulis Aksara bali di lontar tingkat kabupaten Tabanan pada Porsenijar tahun 2018, juara I menulis lontar undangan kabupaten Tabanan pada acara Balipost Goes to School tahun 2018serta sebagai duta kabupaten Tabanan pada acara lomba menulis Aksara Bali pada acara Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2018. Prestasi-prestasi itu didapatkan karena keuletannya belajar serta menuruti perintah guru. Seperti siswa pandai lainnya, setelah tamat belajar di SMP Nanda berniat melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Tabanan. Dia juga berkeinginan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi unggulan seperti Universitas Indonesia (UI) atau Institut Teknologi Bandung (ITB). Siswa 14 tahun yang memiliki cita-cita sebagai pelukis ini mengatakan, prestasi yang didapatkan tidak terlepas dari motivasi kedua orang tuanya dan juga gurunya. Dia menekankan, tiap-tiap anak memiliki hak untuk belajar, tidak memandang siapapun, dari mana, serta di manapun bersekolah. Intinya, PENDIDIKAN ADALAH HAK, BERUSAHA ADALAH KEWAJIBAN.  
Selesai mengikuti studi di S-3 Kajian Budaya Unud angkatan 2012 dan selesai tahun 2015, di lahir di Baturiti Tabanan tanggal 31 Desember 1962. Lulus S-1 FKIP Jurusan Pendidikan Sejarah/Antropologi UNUD di Singaraja tahun 1986. Pada tahun 1988 diangkat menjadi staf edukatif di Almamaternya. Tahun 1994 I Wayan Pageh mendapat kesempatan melanjutkan studi ke UGM Yogyakarta, dengan perjuangan berat melalui ampulen selama setahun agar dapat diterima di S-2 Sastra Sejarah UGM, diselesaikan studi tahun 1988 dengan tesis “Dari Tengkulak Sampai Saudagar: Perdagangan Komoditas Lokal di Bali Utara Masa Kolonial Belanda, 1850-1942”. Tesis dibuat dalam kondisi politik sangat tidak menguntungkan, namun sangat beruntung karena tesisnya mendapat bantuan dari Toyota foundation sehingga dapat membantu penyelesaian lebih cepat. Langsung setelah selesai studi diangkat menjadi Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dua periode (1998-2002) jabatan belum berakhir ditinggalkannya untuk menduduki jabatan sebagai Pembantu Bidang Kemahasiswaan (PD III) Fakultas Ilmu Sosial, selama dua periode (tahun 2002-2010). Pageh mendapat penghargaan sebagai peneliti nasional termuda di Sawangan Bogor tahun 1991, sehingga mendapat penghargaan khusus dari Prof. Dr. Yayah Koeswara. I Wayan Pageh juga berpengalaman dalam menulis buku diantaranya Metodologi Pendidikan Sejarah: dalam Perspektif Pendidikan, Sejarah dan Kearifan Berbangsa : Bunga Rampai Perspektif Baru Pembelajaran Sejarah, Kepahlawanan dan Perjuangan Sejarah Sekitar Proklamasi Kemerdekaan NKRI: Konteks Lampah Mr. I Gusti Ketut Pudja.  +
Alm. I Made Sanggra merupakan sosok sastrawan hebat yang lahir pada Sabtu Pon Gumbreg, 01 mei 1926 di Banjar Gelulung Desa/kecamatan Sukawati (Gianyar) dan meninggal pada Jum'at Umanis Klawu, 20 Juni 1997. Ia merupakan sosok ayah dari sastrawan hebat I Made Suarsa. Bahkan tahun 1938 saat itu beliau sudah mampu mengawi/mengarang gending (Sastra Bali Purwa) yang saat itu beliau menempuh pendidikan di Vervolg School. Buku terakhirnya yaitu Bir Bali (pupulan Cerpen dan Puisi Bali Anyar) yang pada tahun ini (2022) Bir Bali diterjemahkan ke dalam Bahsa Indonesia oleh Balai Bahasa Denpasar (sedang dalam proses). Beliau dikenal sebagai pelopor karya sastra modern dengan karyanya yaitu Cerpen Ketemu Ring Tampak Siring (2004) yang merupakan karya hebat dari beliau sewaktu hidup kemudian memperoleh penghargaan Sastra Rancage pada tahun 1988 dengan bukunya yang berjudul Kidung Republik (1997) dan masih banyak lagi penghargaan yang diterima beliau. Selain menulis karya sastra modern beliau juga banyak menulis karya sastra Bali Purwa seperti Kidung dan Geguritan salah satunya Geguritan Pan Balang Tamak (1993). Beberapa karya beliau yang lain yaitu Hikayat Prabu Maya Denawa (karya pertama yang berupa Geguritan Sinom) dan yang sudah dibukukan yaitu, Geguritan I Gede Basur (1958), Babad Timbul/Sukawati (1971), Geguritan Pan Balang Tamak (1993), dan beberapa geguritan yang telah disumbangkan yaitu mengenai keluarga berencana, sapta usaha tama, pat sehat lima sempurna, dll. Dalam karya Bali Purwa beliau yang terunik yaitu Geguritan Pan Balang Tamak (1993) yang menggunakan Bahasa Indonesia dalam penulisannya, dalam Geguritan Pan Balang Tamak memakai 7 Pupuh diantaranya: Pupuh Ginada, Pupuh Pangkur, Pupuh Mijil, Pupuh Durma, Pupuh Ginada, Pupuh Semarandana, dan Pupuh Sinom. Geguritan Pan Balang Tamak berasal dari kata "Walang" yang artinya menghalangi dan "Tamak" yaitu ketamakan jadi tokoh Balang Tamak sengaja dihadirkan untuk menghalangin/mencegah/menghilangkan sifat-sifat tamak dari raja/penguasa. Pesan moral yang disampaikan pun bagimana kita hidup di bali agar terhindar dari raja tamak itu, sehingga perlunya pencegahan.  
I Made Santika merupakan seorang Mahasiswa dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dengan Program Studi Sastra Bali. Beliau lahir pada tanggal 4 Januari tahun 2000. Beliau juga merupakan anak dari seorang sastrawan hebat yaitu Bapak I Made Degung dengan Ibu Ni Ketut Sutarmi.  +
I Made Suantha lahir di Sanur, 24 Juni 1967. Menulis puisi sejak remaja di tahun 1980-an. Puisinya dimuat di Bali Post, Mutiara, Pelita, Berita Buana, dll. Buku puisinya, antara lain Peniup Angin (1989), Togog Yeh, Pastoral Kupu-kupu (2008). Dia menerima penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali (2008).  +
I Made Suarsa adalah sastrawan Bali yang berasal dari bumi seni yaitu Banjar Gelulung, Desa lan Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Beliau lahir pada hari sabtu wage dukut tanggal 15 Mei 1954. Beliau merupakan anak kedua dari pengawi sastra Bali Anyar yaitu alm. I Made Sanggra. Bapak I Made Suarsa dalam proses kreatif menciptakan karya sastra telah melahirkan sangat banyak karya sastra Bali Anyar, maupun karya sastra Bali Purwa seperti Geguritan Tarunantaka, Geguritan Udayanotama Tattwa, Geguritan Kanakaning Kanaka, serta Geguritan Korona Karana lan Kirana, naskah puisi dengan judul “Ngiring Sayang Manyangin”, satua Bali Modern dengan judul “Beli, Tiang Ten Ngalih Tunangan, Ten Ngalih Kurenan” dan masih banyak lagi karya-karya luar biasa beliau. Disini saya akan membahas mengenai satu Geguritan beliau yaitu Geguritan Korona Karana lan Kirana, yang secara sederhana geguritan ini memuat tentang dari awal munculnya virus covid-19 sampai dengan bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus ini. Jika dilihat dari padanan kata Geguritan Korona Karana lan Kirana ini memiliki arti Korona yang artinya covid-19 ini, Karana yang artinya yang menyebabkan atau sebab, Kirana yang artinya sinar matahari. Jadi dapat disimpulkan Korona Karana lan Kirana memiliki arti yang menyebabkan penyakit (grubug) salah satu yang bisa menyebuhkan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.  +
I Made Suartana yang biasa dikenal Made Suar-Timuhun pada karya-karyanya, lahir di banjar Tengah, Timuhun, Klungkung, 17 Juni 1987. Dia memulai menulis sastra Bali modern ketika masih kuliah dan aktif menulis pada tahun 2013. Puisinya mulai dimuat pada Bali Orti (Bali Post) bulan April tahun 2013 dan tahun 2014 sudah dimuat pada Mediaswari (Pos Bali). Sebagai pembicara pada acara Ubud Writers and Readers Festival 2016. Kumpulan pertama yang diluncurkan adalah buku kumpulan puisi Bali yang berjudul “Mlajah”, diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi tahun 2014. Tahun 2015 oleh penerbit yang sama, bisa menerbitkan kembali kumpulan kedua yang berupa buku kumpulan cerita pendek yang berjudul “Book Jaen Idup di Bali” berisi delapan belas (18) cerita pendek.  +
Prof. DRS. I Made Suastra, Ph.D adalah guru besar di Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Udayana. Prof. Suastra banyak menulis mengenai isu sosiolinguistik dan mempublikasikan karyanya pada berbagai jurnal internasional terkemuka.  +
I Made Sujaya merupakan dosen tetap di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS), IKIP PGRI Bali. Pendidikan S1 diselesaikan di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Unud, sedangkan pendidikan S2 diselesaikan di Prodi Magister Ilmu Linguistik, Konsentrasi Wacana Sastra, Program Pascasarjana, Unud. Sejak Agustus 2016 menempuh pendidikan S3 di Program Studi Doktor Ilmu Linguistik, Konsentrasi Wacana Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Unud. Dua bukunya yang sudah diterbitkan, yakni Sepotong Nurani Kuta: Catatan Atas Sikap Warga Kuta dalam Tragedi 12 Oktober 2002 (2004) serta Perkawinan Terlarang: Pantangan Berpoligami di Desa-desa Bali Kuno (2007). Buku kedua mengantarkannya menerima penghargaan “Widya Pataka” dari Gubernur Bali. Pada tahun 2013, bersama sejumlah dosen Unud menerbitkan buku Dinamika Bahasa Media Televisi, Internet, dan Surat Kabar. Selain mengajar, Sujaya juga seorang wartawan dan editor lepas di harian DenPost yang terbit di Denpasar sejak tahun 1999. Dipercaya mengasuh halaman sastra dan budaya sejak tahun 2005 hingga sekarang. Pernah menjadi koresponden tabloid pelajar Wiyata Mandala (1996—1999). Dia juga pernah menjadi kontributor The Jakarta Post serta sempat turut mengasuh halaman berbahasa Bali, “Bali Orti” di Bali Post Minggu. Kini juga mengasuh blog khusus tentang Bali, balisaja.com.  +
I Made Suparsana, S.Kom, pria yang lulus dari Institute Teknologi & Bisnis STIKOM Bali. Lulus pada tahun 2021 dan mulai mengembangkan perusahaan digital yang bernama PT Foxbyte Global Inovasi yang berlokasi di Denpasar, Bali. Bisnisnya berfokus pada penyediaan solusi perangkat lunak untuk industri perbankan, retail, transportasi serta startup. I Made Suparsana, S.Kom menjabat sebagai Project Manager di perusahaannya. Perusahaan ini lahir ketika pandemi melanda Indonesia. Banyak bisnis yang mulai gulung tikar dan beralih ke layanan digital. Dari momentum tersebut Made Suparsana dan timnya melihat bahwa perubahan tren sedang terjadi dimana pengguna sudah mulai beralih ke layanan digital. Perusahannya memiliki visi “To Be Global Digital Solution Provider in the 4.0 Revolution Era”.  +
I Made Supena lahir di Singapadu, Gianyar, 12 Januari 1970. Dia kuliah seni rupa di Program Seni Rupa dan Desain (PSRD) Universitas Udayana (1991-1997). Dia putra pematung legendaris I Ketut Mudja. Karya-karya Supena beraliran abstrak dengan mengambil inspirasi dari alam. Selain seni lukis, dia juga membuat patung, seni instalasi, dan menggarap seni pertunjukan (performance art). Supena juga aktif dalam kelompok seni rupa “Galang Kangin” dan “MilitanArts”. Sejak 1991 Supena rajin terlibat dalam pameran seni rupa bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Sedangkan pameran tunggalnya adalah pada 1998 di Galleri The Chedi Payangan, Bali. Kemudian pameran Reality of Abstrak Painting (Art Center Bali, 1999), Landscape und Abstraction (bersama Susena, Frankfrut, Jerman, 2000), New painting (Suli Art Gallery, Denpasar, 2002), About Hature (Gallery Mon Décor, Jakarta, 2002), The Likeness of Nature (Ganesha Gallery, Bali, 2004), StudiAlamSupena (Danes Art Veranda Denpasar, 2005), Lanskap Made Supena (Gracia Gallery, Surabaya, 2007), Emotion (Santrian Gallery Sanur, 2008), Genealogi (Jogja Gallery, Yogyakarta, 2010), Solitude of Child (Kubu Kopi Denpasar, 2015), Ritus Gunung (Maya Gallery, Sanur, 2017), Interpreting Feelings (Griya Santrian, Sanur, 2018). Penghargaan seni rupa yang pernah diraih oleh Supena antara lain Award for Sculpture Museum Negeri Bali, Denpasar (1991), Award of the Governor of Bali (1994), Award of the Embassy of Peru in Jakarta (1995), Award of Phillip Morris Arts Foundation (1997), Finalist of the Winsor-Newton Competition, Jakarta (2000), Certificate of Ownership, Museum Wellculturen Frankfrut, Jerman (2010), Certificate Art Work Golden Land, BIAB Bejing, Cina (2015), Top 9 Titian Art Foundation (2017). Pada tanggal 16 April 2019 Supena meninggal di RSUP Sanglah. Dia mengalami pendarahan di bagian otak yang parah akibat serangan hipertensi. Bali kehilangan salah satu perupa terbaiknya.  +
I Made Sutarjaya lahir di Banjar Bantas, Selemadeg, Tabanan, Bali, 3 Juli 1978. Dia adalah pelukis yang banyak mengangkat penari Bali dalam goresan dan sapuan kuas yang indah dan lembut penuh nuansa warna. Sejumlah pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Indonesia Internasional Watercolor Online Competition and Exhibition (2021), “Jejak Putra Sang Fajar” di Blitar, Jawa Timur (2021), Indonesia Watercolor Submit di Komaneka Fine Art Gallery, Gianyar (2021), pameran “Mengalir” di Sangkring Art Space, Yogyakarta (2022), pameran “Meet in Bali” di Batu 8 Studio, Batubulan, Gianyar (2022), “Jejak on the Spot Painting” di Kayuputih Restaurant, Nusa Dua, Bali, “Pesan dari Barat” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2023).  +
I Nengah Jati lahir di Banjar Sama Undisan, Desa Jehem, Bali, 5 Oktober 1990. Buku puisinya bertajuk “Silunglung” (Pustaka Ekspresi, 2018). Karya-karyanya juga dimuat di Suara Saking Bali.  +
Dia adalah I Nengah Jati, dia biasa disapa Jati. Ia lahir di sama undisan, bangli pada tanggal 5 Oktober 1990. Ia berasal dari bangli tetapi sekarang tinggal di Ubud. Mengenai riwayat pendidikannya, ia lulus dari SMK TP 45 Bangli kemudian melanjutkan studi S1 bahasa Bali di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa dan atas prestasi yang telah diraihnya, ia menjadi juara menulis puisi Bali. Setelah menyelesaikan pendidikannya saat ini ia bekerja sebagai penyuluh bahasa Bali.  +
I Ngurah Suryawan, dilahirkan di Denpasar Bali 25 Februari 1979. Pendidikan formal ditempuhnya di Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Bali (2006) dengan skripsi berjudul “Bertutur Di Balik Senyap: Studi Antropologi Kekerasan Pembantaian Massal 1965-1966 di Kabupaten Jembrana, Bali.” Pendidikan Magister diselesaikannya di Program Magister Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana (2009) dengan tesis berjudul “Bara di Tepi Kuasa: Genealogi Kekerasan dan Pergolakan Subaltern di Kabupaten Buleleng Bali.” Pendidikan Doktor diselesaikan di Program Ilmu-ilmu Humaniora (Antropologi) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2015) dan menulis disertasi yang berjudul “Siasat Elit Mencuri Kuasa Negara di Papua Barat”. Program penelitian pascadoktoral dimulainya dari tahun 2016-2017 tentang ekologi budaya orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua dalam skema ELDP (Endangered Languages Documentation Programme) dan Australian National University (ANU). Menjadi peneliti tamu di KITLV (Koninklijk Instituut voor taal-, Land- en Volkenkunde), Universiteit Leiden 2017 – 2018 untuk menulis penelitiannya tentang terbentuknya elit kelas menengah di pedalaman Papua. Bukunya tentang Papua diantaranya adalah: Jiwa yang Patah (2014), Mencari Sang Kejora: Fragmen-Fragmen Etnografi (2015), Papua Versus Papua: Perpecahan dan Perubahan Budaya (2017), Suara-Suara yang Dicampakkan: Melawan Budaya Bisu (2017), Ruang Hidup yang Redup: Gegar Ekologi Orang Marori dan Kanum di Merauke, Papua (2018), Kitong Pu Mimpi: Antropologisasi dan Transformasi Rakyat Papua (2018), Mencari Bali yang Berubah ( 2018).  +
Dr. I Nyoman Cerita SST, MFA adalah seniman sekaligus akademisi seni pertunjukan khususnya seni tari di Bali yang berasal dari Banjar Sengguan, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Beliau telah mampu membangun sebuah upaya pengembangan kesenian khususnya tari di Bali. Berbagai karya-karya yang hingga kini telah memberikan catatan penting terhadap perkembangan seni tari, I Nyoman Cerita mampu menciptakan karya tari dengan cara Nyeraki. Istilah Nyeraki bermakna serba bisa. Kemampuan nyeraki yang dimaksud disini adalah kemampuan Nyoman Cerita menciptakan tabuh (musik iringan tari), menciptakan gerak tari, serta mampu menciptakan konsep kostum. Kemampuan nyeraki sangat jarang dimiliki oleh seniman tari pada umumnya. I Nyoman Cerita juga seorang seniman yang inovatif, beliau banyak memunculkan ide-ide baru seperti pengolahan properti tari yang dapat digunakan dalam berbagai fungsi. Dalam salah satu karya trinya Satya Brasta, penari membawa property pajeng dan kipas, pajeng dapat di fungsikan sebagai tombak, roda kereta, dan simbol awan, sedangkan properti kipas dapat digunakan sebagai gada dan kereta kencana. Karya-karya Tari Bali beliau menjadi inspirasi bahan ajar di sanggar dan sebagai sajian seni pertunjukan.  +
I Nyoman Darma Putra adalah guru besar Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. He menyelesaikan pendidikan doktor di School of Languages and Comparative Cultural Studies, University of Queensland, tahun 2003, di mana dia juga melakukan Postdoctoral Program dari 2007-2009. Selain mengajar sastra dan budaya di FIB Unud, Darma Putra juga mengajar bidang pariwisata di Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3) Pariwisata Universitas Udayana. Darma pernah menjadi Ketua Program Studi S-2 Pariwisata tahun2014-Februari 2018. Minat penelitiannya meliputi sastra Indonesian, sastra Bali, dan pariwisata Bersama Michael Hitchcock, dia menerbitkan buku Tourism, Development and Terrorism in Bali (Aldershot: Ashgate, 2007), sedangkan buku karyanya sendiri adalah s A literary Mirror; Balinese Reflections on Modernity and Identity in the Twentieth Century (Leiden: KITLV Press, 2011). Dia menerbitkan sejumlah artikel di jurnal internasional bereputasi seperti Asian Ethnicity, Indonesia and the Malay World, Current Issues in Tourism, The Journal of Hindu Studies, and Tourism Geographies. Sejak 2011, dia menjadi ketua editor Jurnal Kajian Bali (akreditasi Sinta-2)  +
I Nyoman Darma Putra mengajar sastra Indonesia di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana (Bali) dan merupakan guru besar di School of Language and Cultures, University of Queensland. Dia adalah penulis A cermin sastra: refleksi Bali pada modernitas dan identitas di abad kedua puluh (KITLV/Brill, 2011).  +
I Nyoman Ekaputra S.Sos M.AP lahir pada tanggal 1 Juni 1965 di Denpasar. Bertempat tinggal di Br. Pengukuh, Peguyangan Kangin, Denpasar Utara, Bali, Indonesia. Beliau berprofesi sebagai PNS juga menjadi Pemangku disalah satu pura di Peguyangan dan membantu jika ada yang membutuhkan bantuan untuk tulisan nyastra Aksara Bali serta membina anak - anak di pasraman desa. Pendidikan terakhir beliau yakni di Universitas Ngurah Rai Bali jurusan Magister Administrasi Publik.  +
I Nyoman Kaler lahir pada tahun 1892 di Desa Pamogan, Kecamatan Denpasar Selatan . Ayahnya I Gde Bakta adalah seorang seniman serba bisa pada zamannya. Sang ibu, Ni Ketut Taro, juga memiliki seni Kakeknya, I Gde Salin, kemudian darah ayahnya sendiri merupakan guru tari dan tabuh yang punya nama. Kaler sendiri berguru kepada kakek dan ayahnya, yang nantinya mewariskan padanya tari nandhir, baris kupu-kupu, sisia Calonarang, wayang wong, dan parwa. Kaler tak pernah mengenyam pendidikan formal, sebab seingatnya, sampai tahun 1900 di Denpasar belum dibuka sekolah-sekolah. Namun kemampuannya baik baca tulis aksara Bali maupun huruf Latin tak bisa diragukan. Kepandaian ini didapat dari pendidikan non-formal di sela-sela kesibukannya memperdalam seni tari dan tabuh. Dalam penguasaan tari dan tabuh pagambuhan ia sempat dididik oleh I Gusti Gede Candu, I Made Sariada, I Made Nyankan. semuanya dari Denpasar, dan I Made Sudana dari Tegal Taniu. Pada tahun 1918, dalam usia 26 tahun, I Nyoman Kaler memperdalam tari Legong Kraton pada gurunya, Ida Bagus Boda dari Kaliungu Klod, Denpasar. Tahun 1924 memperdalani tari dan tabuh pada Anak Agung Rai Pahang dari Sukawati. Gianyar. Kaler sangat terkesan pada gurunya yang satu ini. Cara mengajar gurunya yang luar biasa itu meinungkmkan Nyoman Kaler memahami seluk-beluk dan gerak tari dengan mendalam. Kaler pun menjadi murid kesayangan karena bakatnya yang mengagumkan. Sampai-sampai sang guru menganugerahkan seekor kuda pada murid yang rajin ini. Kaler menguasai hampir seluruh perangkat gambelan Bali dan memahami betul semua gending-gending pegongan, gender, angklung, semar pagulingan, dan sebagainya. Dari pengetahuan yang dimiliki maka Nyoman Kaler telah mulai mengajar sejak tahun 1918.  +
I Nyoman Loka Suara adalah pelukis kelahiran Bali, 13 Februari 1970. Dia menempuh pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 1993 aktif dalam berbagai pameran bersama, antara lain Pameran kelompok Palet di Come Out festival Australia (1998), Beijing International Art Biennale, China (2015), Asian Art Biennale II, Hongkong (2017). Dia juga terbagung dalam Komunitas Seni Rupa Militant Arts. Karya-karya Loka banyak menampilkan figur-figur berwajah murung dengan teknik distorsif. Leher figurnya dibikin panjang seperti jerapah sehingga memunculkan kesan yang unik pada lukisannya.  +
I Nyoman Mayartayasa alias Man Ata adalah penulis buku cerita “Luh Ayu Manik Mas” (buku 4 – 6). Sejak kanak ia telah gemar menggambar, melukis, membuat kartun, mengarang cerita anak-anak. Ia terus mengolah bakatnya hingga kini. Ia juga membuat ilustrasi dan desain untuk buku cerita anak-anak. Ia tamatan Universitas Warmadewa, Bali.  +
I Nyoman Pidada alias Dadap, lahir di Sukawati, Gianyar, Bali, 1942. Ia adalah seorang pelawak dan pemain drama gong kawakan. Ia biasa berperan sebagai punakawan bernama Dadap berpasangan dengan Kiul. Dadap sangat enerjik, sementara Kiul sangat lambat dan cenderung pemalas. Nama “Dadap” sangat populer pada masa kejayaan drama gong di Bali era 1980-an hingga 1990-an. Ia bermain drama bersama kelompok (sekaa) drama gong “Bintang Bali Timur” yang sangat terkenal pada masanya. Dengan hiasan wajah dan kostum yang khas dan lucu, lawakan dan banyolannya dalam drama gong selalu ditunggu-tunggu penggemarnya dan sangat menghibur masyarakat pada masa itu. Selain bermain drama gong, ia juga aktif dalam pertunjukan tari barong. Ia meninggal pada tanggal 30 Januari 2019 karena serangan stroke.  +
I Nyoman Rembang lahir di Sesetan, Denpasar, 1931. Ia adalah seorang musisi, komposer, guru, dan pembuat gamelan. Ia termasuk komponis Bali paling berpengaruh di abad kedua puluh. Ia pernah mengajar gamelan di Summer School, Barkeley, California, Amerika selama lima bulan pada tahun 1974. Rembang memulai karier musiknya ketika ia bergabung dengan kelompok gambuh lokal di desanya, Sesetan. Pada usia tujuh tahun, ia sudah mahir memainkan gender wayang. Pada usia delapan, ia mulai belajar memainkan gamelan Legong. Pada masa remajanya, ia mengajar gamelan Bali di Konservatorium Surakarta, Jawa Tengah. Ia juga menjadi spesialis gamelan Jawa di bawah bimbingan R.M. Yudoprawiro, seorang bangsawan istana Surakarta. Pada tahun 1960, bersama Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra, Rembang memelopori pembentukan Konservatif Bali. Pada 1963, Rembang mengundurkan diri dari Conservatorium Surakarta dan berkonsentrasi di Bali di mana ia mengajar di Sekolah Tinggi Musik SMKI. Dia juga sering diundang untuk mengajar di Eropa sebagai artis tamu, komposer dan pemain. Setelah selesai sebagai guru di Sekolah Seni Denpasar pada pertengahan 1980-an, ia menciptakan Gamelan Bungbang yang fenomenal. Gamelan itu terbuat dari bambu panjang yang dapat menghasilkan nada tertentu berdasarkan panjangnya. Untuk memainkan gamelan tersebut setidaknya diperlukan 32 musisi. Gamelan tersebut sering dipentaskan di berbagai ajang kesenian, seperti Pesta Kesenian Bali. Rembang meninggal pada tanggal 30 Agustus 2001 di kediamannya di Denpasar pada usia 71 tahun.  +
I Nyoman suprapta lahir pada tanggal 11 november 1962 beliau sudah membuat geguritab dari tahun2000 sekarang sudah menerbitkan 219 judul geguritan, karena beliau menyerahkan hidupnya untuk sastra bali beliau mendapat penghargaan sastera rancage tahun 2013 dari yayasan kebudayaan rancage, bandung dari bidang jasa. Selasa 9 april 2019 yang sudah lalu.  +
Nyoman Tusthi Eddy lahir di Pidpid, Karangasem, Bali, 12 Desember 1945. Ia kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Singaraja, tamat 1969. Selain menjadi guru, ia menulis puisi, cerpen, esai, artikel, kritik sastra, dalam bahasa Bali maupun Indonesia. Karya-karyanya dimuat di Bali Post, Kompas, Suara Karya, Horison, Basis, Warta Hindu Dhrama, Sarad, dan sebagainya. Ia memperoleh sejumlah penghargaan, antara lain dari Sabha Sastra Bali (1999), piagam Penatar Sastra Bali Modern dari Dinas Pendidikan Karangasem (2002), hadiah sastra Rancage (2004 dan 2009). Selain itu, ia juga menerjemahkan sastra Indonesia dan Inggris ke dalam bahasa Bali. Buku-bukunya yang telah terbit: Kenangan demi Kenangan (1981), Puisi Seputar Dunia (1984), Sajak-sajak Timur Jauh (1985), Gumam Seputar Apresiasi Sastra: Sejumlah Esai dan Catatan (1985), Perbandingan Kata dan Istilah bahasa Malaysia-Indonesia (1987), Mengenal Sastra Bali Modern (1991), Kamus Istilah Sastra Indonesia (1991), Wajah Tuhan di Mata Penyair (1994), Cerita Rakyat dari Bali (1997), Duh Ratnayu: Tembang Kawi Mendamba Cinta (2001), Tafsir Simbolik Cerita Bagus Diarsa (2002), Ning Brahman (2002), SungaiMu (2004), Somah (2008).  +
I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa atau bisa dikenal sebagai Wahyu Angga beliau lahir pada tanggal 21 Mei 1997 di Denpasar. Beliau merupakan salah satu alumni dari program studi Sastra Bali angkatan 2015, ia juga merupakan pengarang dari karya sastra parwa yaitu kakawin Prapanca Suddhani. Saat ini beliau sedang melanjutkan pendidikan S2 di Pascasarjana Universitas Udayana Fakultas Ilmu Budaya.  +
I Nyoman Wardi adalah salah satu dosen di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Bali - Indonesia. Dia juga adalah seorang peneliti di bidang lingkungan hidup, sosial, dan budaya di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana.  +
Nyoman Windha adalah komponis kelahiran Banjar Kutri Desa Singapadu, Gianyar, Bali, 4 Juli 1956. Lingkungan seni sangat melekat dengan kesehariannya sebagai masyarakat Bali. Tak heran jika Nyoman sudah pandai menabuh gamelan sejak masa kanak-kanak. Nyoman meneruskan pendidikan setingkat SMA di Konservatori Karawitan Denpasar (sekarang SMKN 3 Sukawati). Kemudian, ia melanjutkan studi Karawitan di Akademi Seni Tari Indonesia-ASTI (sekarang Institut Seni Indonesia-ISI) Denpasar dan program studi Master of Music di Mills College California. Masa kuliahnya di ASTI menjadi awal mula proses kreatifnya bersama rekan-rekannya yang kemudian menjadi pelopor pembaharu seni karawitan, tari dan pedalangan di Indonesia. Di kampus ini, ia bertemu dengan I Made Bandem, I Wayan Dibia, I Nyoman Astita, Wayan Rai, Made Berata, Wayan Suweca, Ketut Suryantini, I Made Arnawa, dan lain sebagainya. Debutnya sebagai komponis dimulai saat mengikuti Pekan Penata Tari dan Komponis Muda Dewan Kesenian Jakarta 1983, ajang bergengsi bagi para komponis muda di Indonesia. Karya musik Nyoman berpusar pada permainan bunyi dan ritme dengan kecepatan tempo, dinamika dan teknik tinggi yang melodis. Nyoman menggarap karyanya dengan berbagai jenis gamelan dan alat musik Bali, terutama gong kebyar. Meski demikian, ia juga mengeksplorasi beragam alat musik selain gong kebyar, misalnya penggunaan gamelan selonding dalam “Simponi Bambu” dan “Bali Age”. Bahkan, Nyoman juga bereksperimen dengan memadukan gamelan dengan instrumen biola, klarinet, tabla dan sebagainya dalam “Jaya Baya” (2005). Pengalaman eksperimentalnya itu akhirnya melahirkan karya kolaborasi bersama seniman lain. Sebut saja karya “Rumpun Bambu”, hasil kolaborasinya bersama musisi jazz Indra Lesmana yang menggunakan gamelan jegog dan selonding berbaur dengan musik jazz. Selanjutnya bersama musisi jazz etnik Dwiki Darmawan, Nyoman menciptakan Gamelan JES yang terdiri atas jegog dan semar pagulingan berpadu dengan instrumen musik jazz. Selain sebagai komponis, Nyoman aktif tampil dan mengajar musik karawitan Bali di berbagai belahan dunia, di antaranya Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia, Hong Kong dan Singapura. Kini, Nyoman Windha adalah pengajar karawitan dan komposisi di ISI Denpasar.  
I Putu Agus Adnyana adalah dosen pada STIE Satya Dharma Indonesia dan mengajar pada program studi manajemen. Agus mendapatkan gelar magister manajemen dari Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) pada tahun 2018 dengan tesis berjudul Peningkatan Kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Melalui Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia Desa Tigawasa.  +
I Putu Agus Juli Sastrawan adalah seorang penulis dan penerjemah kelahiran Klungkung, 1993. Dia pernah menjadi pemenang kedua Festival Literasi Nasional (2016) yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Karyanya pernah masuk 10 esai terbaik mahasiswa se-Bali (2014) dan menjadi salah satu pemenang dalam lomba esai Festival Anti Korupsi (2017) yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Zinenya pernah dipamerkan dalam Singapore Art Book Fair, Deszinenation; Ground Zero! (2019). Bukunya yang telah terbit antara lain Kulit Kera Piduka (2020; novel), Lelaki Kantong Sperma (2018; kumpulan cerpen). Dia juga sempat menjadi co-writer script film Lasagna; Eve without Adam, Europe on The Screen (2018). Dia sering diundang dalam berbagai festival sastra, seperti Ubud Writers and Readers Festival.  +
I Putu Arya Deva Suryanegara lahir di Denpasar, 17 Desember 1996. Ia adalah seorang komposer internasional. Ia menamatkan SMK Negeri 3 Sukawati (KOKAR) pada tahun 2014, lulusan ISI Denpasar ini menyelesaikan pendidikan Master dalam Bidang Musik di Universite de Montreal, Kanada. Selain sebagai komposer, ia adalah Asisten Direktur Insitu Recordings; Guest Artistic Director, Guest Artistic Director Gamelan Giri Kedaton. Artikel tentang musiknya tersebar di berbagai media Insitu Recordings Magazine, Kalangwan dan La Revue Musical OICRM. Ketertarikannya terhadap gamelan bermula Ketika ia mendapat kesempatan bermain kendang untuk persiapan lomba kendang tunggal. Pada tahun 2011, di desa asalnya, Kerobokan, ia mendirikan Sanggar Seni Naradha Gita (NAGi) - secara rutin mementaskan repertoar musik gamelan tradisional dan komposisi baru untuk gamelan. Dalam perjalanan dan proses kreatifnya, ia telah berkolaborasi dengan beberapa komposer internasional di antaranya Evan O’Donnell, Zachary Hejny, Sarah Lecompte-Bergeron, dan lain-lain. Tahun 2019, ia berpartisipasi dalam Young Composers Show. Dalam acara itu, ia mementaskan sebuah komposisi bertajuk “On Train Jkpws” yang menampilkan kuartet suling Bali.  +
I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn lahir di Pujungan, Bali, 2 Oktober 1988. Saat ini ia menjadi Koordinator Program Studi Animasi dan Dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar. Adapun beberapa mata kuliah yang diampu yaitu Wawasan Animasi, Produksi Animasi 2D, Editting Animatic, Multimedia dan Tipograi. Selain itu, ia juga rajin menulis perihal animasi di sejumlah jurnal ilmiah. Ia pernah mengikuti sejumlah pameran seni, antara lain: pameran di OPUA Library University Okinawa Jepang (2016), pameran Dosen dan mahasiswa DKV ISI Denpasar bertajuk Kini Jani (2018), pameran pada Festival Seni Bali Jani yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali (2018), pameran Virtual Bertajuk Tumpah Rasa Covid 19 (2020), pameran Bali Dwipantara Adirupa (2021), dan pameran Bali Natta Bhuwana di Universitas Kristen Petra Surabaya (2022). Selain itu, ia juga pernah sebagai juri pada berbagai ajang lomba FSL2N bidang poster tingkat provinsi, juri lomba kemasan tradisional, juri lomba mewarnai, dan juri lomba poster tingkat nasional pada Festival Adikara Rupa.  +
I Putu Eka Prayoga,S.Pd.H.,M.Pd adalah satu satu guru di SD Negeri 26 Pemecutan sudah mengajar sejak tahun 2018 sampai sekarang. Beliau berasal dari Desa Pakraman Ubung, Kota Denpasar dan beliau lahir pada tanggal 23 Maret 1994. Menuntut ilmu dan menyelesaikan S1 Pendidikan Agama Hindu ring IHDN Denpasar selanjutnya beliau menyelesaikan S2 Magister Pendidikan Agama Hindu di Pascasarjana IHDN Denpasar  +
I Putu Gedé Raka Prama Putra atau yang biasa dikenal dengan Tudékamatra dari karya-karyanya lahir di Gianyar, pada Selasa, 18 Désémber 1990. Walaupun masih muda, tetapi ia salah satu pengarang yang mempertahankan sastra Bali modérn. Pengarang lulusan Fakultas Ékonomi Universitas Mahéndradatta ini belajar menulis sejak masih sekolah di SMAN 1 Blahbatuh. Karangan-karangannya pernah diterbitkan di Majalah Éksprési, Majalah Satua, Bali Orti (Bali Post), Bali Post, Pos Bali, Médiaswari (Pos Bali), dan Dénpost. Bukunya yang sudah dikeluarkan adalah : Padang Tuh (Puisi, 2013), Belog (Kumpulan Cerita Pendek, 2014), Ombak Raré Bali (Puisi, 2015). Sekarang Ia bekerja sebagai wartawan di Pos Bali dan menjadi rédaktur rubrik Gema Siswa di Pos Bali.  +
I Putu Karang Adi Saputra, lahir di Abiansemal, 9 Juni 1985. Sejak 2003 aktif dalam sejumlah pameran bersama, antara lain pameran bersama “Maestro Seni Lukis Bali” di Bali Post, Denpasar (2007); “Kelompok 72” di Galeri Paros, Sukawati (2007), pameran “Bersama Dosen ISI Denpasar” di Neka Art Museum Ubud (2008), pameran di LV 8 Hotel bersama Sanggar Mangu Rupa Badung (2018), “Merdeka dalam Ekspresi” di Taman Budaya Bali (2019).  +
I Putu Pradnyana Anggara adalah seorang sastrawan muda kelahiran Kuta, )4 Juli 2000. Saat Ini beliau beralamat di Jl. Raya Semat, Gg. Jalak Xll/7, Br. Pelambingan, Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung. Beliau merupakan putra dari pasangan (ayah) I Made Widia, S.Ag , M.Si dan (ibu) Ni Wayan Murtini. Adapun riwayat pendidkan beliau adalah: 1. TK Indraprasta Kuta 2. SDN 2 Tibubeneng 3. SMPN 1 Kuta Utara 4. SMAN 2 Mengwi 5. UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar (hingga sekarang)  +
I Putu Sudiana alias Bonuz adalah perupa kelahiran Nusa Penida, Klungkung, Bali, 30 Desember 1972. Sejak kanak dia telah tertarik dengan seni lukis. Saat di kampungnya, dia sering diminta melukis bagian dinding perahu (jukung) nelayan. Setelah menamatkan SMP di kampung halamannya, dia melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Batubulan, Bali. Pada tahun 1995, dia melanjutkan pendidikan seni rupanya di ISI Denpasar, hingga tamat. Selain melukis, dia juga membuat seni instalasi, bermain musik, dan menulis puisi. Bonuz telah banyak memamerkan lukisan-lukisannya yang bergaya abstrak, antara lain: Solo exhibitions 2018 A Land to Remember. Santrian Gallery, Sanur Bali 2017 Tetabuhan-tatabumi, Bidadari Art Space. Mas,Ubud-Bali 1015 Because Life is Delicious at Kubu Art Space. Ubud. 2014 Magic Sound at Maya Galerry. Singapore. 2013 Be Happy, water color paintings at Sand Fine Art Gallery. Sanur-Bali. 2012 Harmony, at Rumah Seni Maestro Art Space. Sanur-Bali 2011 Inside of Bonuz at Tony Raka Gallery. Mas,Ubud-Bali 2011 Refleksi Nafas, at Hitam-Putih art Space. Sangeh-Bali. 2008 Pleading Life’s Tenacity at Kemang Village. Jakarta. 2006 Journey of the Soul at Relish Café and Pool. Jakarta. 2003 Esensi Abstrak at Art Centre Denpasar. Bali. 2003 Universal Spirit at Jenggala Keramik Jimbaran. Bali. 2000 Melintas Batas at Merah-Putih Forum. Denpasar Bali. Selected Group exhibitions 2018 NU-Abstract at Langgeng Art Foundation, Jogjakarta 2018 B to B #2, Komaneka Gallery, Ubud Bali 2018 at Gedung DPR/MPR RI, Kemayoran Jakarta 2017 ColourFul at Hadiprana Gallery, Jakarta. 2017 AtUH Art the Universal Habit by Militant Arts, Santrian Gallery Sanur Bali 2017 B to B at Raos Gallery, Kota Batu. Malang. 2017 The grand opening VIP Fine Arts, Jakarta. 2016 Ubud Writer Bali 2016 Militant for Happiness at CLC. Krobokan Bali 2015 Violent Bali atTonyraka Gallery. Mas-Ubud Bali 2015 SoulScape in Progress at Bentara Budaya Bali 2015 Ulu Teben Militant Arts at Bentara Budaya Bali. 2015 Sama-sama. Indonesia, Malaysia, Philipina at Bentara Budaya Bali. 2014 Rel(ART)ionship at Sangkring Art Space. Jogjakarta. 2014 Malaysia Contenporary Art Tourism at Kuala Lumpur, Malaysia. 2014 Tandur: Menyemai diri at Bentara Budaya Bali. 2013 Encore at Maya Gallery. Singapore. 2013 ASIA Contemporary Art Fair at Luxe Art Musium. Singapore. 2013 Golden Harvest at Hadiprana Gallery. Jakarta 2012 An Artistic Journey at Sudamala art space. Sanur-Bali. 2012 Dialogue II at Gaya art space with G-13 Gallery. Sayan-Ubud, Bali 2012 The Journey of Gallery Hadiprana. Jakarta. 2011 Dialogue I at G-13 Gallery. Kuala Lumpur,Malaysia 2010 Return of the Abstraction atTony Raka Gallery. Mas-Ubud, Bali. 2010 Gerakan Abstrak Indonesia atTaman Budaya Yogyakarta. 2010 Behind the funny make-up at Hadiprana Gallery. Jakarta. Awards 1999 Semi Final of The Philip Morris Art Award VI From YSRI , Jakarta 1995, 1997, 1998 The Best Artwork from Kamasra, STSI Denpasar.  
I Putu Sukreta Suranta lahir di Klungkung, 11 April 1938. Ia adalah seorang perwira tinggi angkatan darat dari Bali dan pejabat pemerintahan. Ia merupakan salah satu tokoh organisasi Parisada Hindu Dharma Indonesia dan Paguyuban Ngesti Tunggal. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan ke Akademi Militer Nasional di Magelang. Setelah lulus, ia diangkat sebagai letnan dua pada tahun 1961. Sepanjang karirnya di militer, ia memegang berbagai posisi strategis seperti Wakil Komandan Kontingen Garuda VII dan Asisten Operasi Kepala Staf Kodam Jaya. Ia meraih pangkat brigadir jenderal sekitar tahun 1986 dan menjadi Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat. Ia dipromosikan menjadi mayor jenderal sekitar dua tahun kemudian dan menjadi Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Darat pada 17 Maret 1988. Ia kemudian diangkat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI pada 21 Oktober 1989. Ia digantikan dari jabatannya pada 16 April 1993 dan pensiun dari militer beberapa bulan kemudian. Setelah pensiun dari militer, ia diangkat sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan Keamanan pada 24 April 1993.] Pengangkatannya sebagai inspektur jenderal departemen di luar kelaziman, karena posisi ini biasanya dipegang oleh perwira militer aktif bintang tiga. Oleh karena setelah pensiun dari militer, pemerintah memutuskan untuk menaikkan pangkatnya menjadi letnan jenderal kehormatan pada 1 September 1997. Ia digantikan oleh Farid Zainuddin pada tahun 1998. Ia kemudian diangkat oleh Presiden BJ Habibie menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada 13 Juni 1998 dan menjadi Wakil Ketua Komisi Kesejahteraan Rakyat di DPA. Ia terpilih sebagai Ketua Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) pada Mahasabha PHDI ke-7 yang berlangsung pada bulan September 1996. Sebelumnya, sejak tahun 1992, ia sudah mewakili PHDI di MPR. Ia juga menjadi penasehat Himpunan Pemuda Hindu Indonesia dan Prajaniti Hindu Indonesia. Selain itu, ia juga pernah menjadi anggota organisasi spiritual Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). Ia meninggal dunia di Jakarta Selatan pada Jumat, 16 September 2022 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.  
Putu Sutawijaya (lahir 1970) disebut-sebut sebagai salah satu seniman muda yang patut diwaspadai. Kanvas-kanvasnya sangat sarat dengan energi, atau qi, yang menunjukkan para master kaligrafi Tiongkok. Sementara kaligrafi Cina mempengaruhi tekniknya, materi pelajarannya menangkap esensi dari ritual keagamaan dan suku Bali. Dampak visual dari kanvasnya eksplosif namun kontemplatif. Mereka mencerminkan keinginan bersama untuk harmoni dalam keteraturan dan kekacauan, kesatuan dengan alam semesta. Manusia sebagai figur sentrifugal dalam lukisan adalah khas Sutawijaya dan terus menonjol dalam karya-karyanya. Putu Sutawijaya mengambil inspirasi dari berbagai ritual keagamaan Bali. Dia sangat terpesona dengan cara persekutuan terjadi, di mana pencerahan spiritual dicapai melalui trans, mabuk dan bahkan kekerasan. Gerakan, energi, dan trans adalah tiga rangsangan paling kuat dalam kanvasnya. Gerakan dan jurus tari kecak merupakan simbol Dewa Agung (sanghyang). Tarian kecak adalah tarian spiritual yang intens oleh sekelompok besar orang. Sebuah klimaks mental dan spiritual tercapai ketika jiwa tiba-tiba naik ke tingkat pengalaman yang jauh lebih mendalam daripada kesadaran sehari-hari. Saat itulah muncul puncak rasa percaya diri dan kebahagiaan luar biasa seperti kesurupan, diikuti pencerahan. Dari lukisan-lukisan ini lahir lukisan-lukisan dengan ekspresi yang sedemikian intens sehingga mencapai batas-batas terjauh dari konsep-konsep universal.  +
I Putu Swaryandana Ichi Oka atau akrab disapa Ryan tumbuh besar di Banjar Pande, Desa Sayan, Ubud. Ryan adalah seorang komposer muda yang saat ini menempuh pendidikan master di Institute Seni Indonesia, Denpasar. Komposer muda ini aktif berkesenian di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud. Sebagian besar karya-karya Ryan mencerminkan gaya tradisi yang kental seperti Swasti Prapta (untuk komposisi tari) dan Sundih, namun ada bebapa karyanya yang lebih kontemporer seperti Su3lim (instrumental) dan Kalatalaraga (body music). Karya-karya Ryan dapat dinikmati di YouTube Channel : Ryan Swaryandana.  +
Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seniman-cendekiawan yang saat ini memegang posisi sebagai staf pengajar di Metropolitan State University of Denver dan University of Colorado, Colorado Springs. Penelitiannya menginterogasi konsepsi diskursif tentang “noise” di Bali dan Amerika Serikat yang bersinggungan dengan Kosmologi, Pribumi, dan Pertunjukan. Dia berfokus pada bagaimana orang-orang di tempat-tempat dengan sejarah kolonial yang panjang merebut kembali identitas Pribumi melalui idiom populer. Sebagai praktisi musik dan komposer, Hiranmayena terus tampil dalam improvisasi/ansambel noise dan menciptakan karya kontemporer untuk Gamelan dan Heavy Metal. Dia adalah salah satu pendiri proyek eksperimental Bali, ghOstMiSt dan direktur artistik Denver, organisasi nirlaba Colorado, Gamelan Tunas Mekar.  +
I Putu Tangkas Adi Hiranmayena adalah seorang seniman dan cendekiawan Indonesia. Ketertarikan Putu berakar pada gamelan, improvisasi, dan musik metal, dengan fokus utama pada aktivitas adrenalin tinggi, perwujudan, dan teori kosmologi. Karya musiknya secara langsung menyoroti urgensi kinerja dalam kondisi fisik puncak, yang memprovokasi praksis mikro-temporalitas. Putu telah tampil dengan gamelan dan ansambel improvisasi di seluruh Amerika Serikat dan Indonesia; terakhir dengan Gamelan Pandan Arum dari Los Angeles, Gamelan Tunas Mekar di Denver, dan Sanggar Manik Galih di Bali. Ia juga bertindak sebagai direktur ansambel gamelan di Sekolah Museum San Diego serta Universitas San Diego. Putu menyandang gelar B.A. dari Universitas Colorado Colorado Springs dalam Seni Visual dan Pertunjukan dan MA dari Universitas California San Diego dalam Studi Integratif. Dia baru saja memulai gelar Ph.D. program di University of Illinois Urbana-Champaign dalam bidang etnomusikologi di mana ia berencana untuk melanjutkan studinya dalam musik baru dan gamelan.  +
I Putu Udayana Wasista adalah seorang dosen pada Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar Bali. Udayana banyak menulis mengenai topik-topik terkait arsitektur dan eco-design yang dipublikasikan pada jurnal-jurnal ilmiah lokal maupun regional.  +
I Wayan Aris Sarmanta, lahir di Gianyar, 8 April 1995. Sejak 2011 aktif berpameran, antara lain di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Allcaps Gallery, Bentara Budaya Bali, Titian Artspace Ubud, Paradiso Ubud, Griya Santrian Gallery, Bale Banjar Sangkring Jogja. Pada 2017 dia menggelar pameran tunggal “Rebirth” di Titian Art Space, Ubud. Dia meraih Penghargaan Nine Finalist Titian Prize 2017 dan Winner of Titian Prize 2018.  +
I Wayan Arya Bisma seorang musisi dan komposer muda yang tumbuh besar di Pujung Kelod, Sebatu, Gianyar. Saat ini Bisma masih menempuh pendidikan sarjana di Institute Seni Indonesia Denpasar. Bisma aktif sebagai penabuh dan komposer di Sanggar Seni Çudamani, Pengosekan, Ubud.  +
I Wayan Bendi, lahir tahun 1950 di Desa Batuan, Gianyar, Bali. Dia belajar melukis pada ayahnya, Wayan Taweng. Dia adalah salah satu ikon seni lukis gaya Batuan yang sangat popular di kalangan kolektor. Karya-karyanya sangat kuat menampilkan gaya Batuan dengan tema-tema kontemporer. Dia telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri, seperti Museum Rudana, ARMA, Museum Puri Lukisan, Museum Neka, Museum Fukuoka Jepang, Bentara Budaya Bali, Taman Budaya Bali, Singapura, Amerika, dan sebagainya. Ciri khas lukisannya adalah kecenderungan menggunakan warna oker dan munculnya ikon pesawat terbang dan helikopter yang berpadu dengan suasana pedesaan Bali. Dia banyak melukiskan perkembangan Bali dengan pariwisatanya yang riuh padat. Dia adalah pelukis yang sangat produktif. Prinsip hidupnya adalah melukislah terus selagi masih bernafas. Dia meninggal pada tanggal 15 Juli 2020 karena penyakit diabetes.  +
I Wayan Diana, lahir di Batuan, 1977. Pernah berpameran di Museum Puri Lukisan, Museum Arma, Museum Neka, Griya Santrian Gallery, dll. Dia meraih penghargaan sebagai Finalis Jakarta Art Award (2008 dan 2010), Finalis UOB Painting Of The Year (2012, 2013, 2014). Dengan teknik melukis gaya Batuan, lukisan-lukisannya banyak menyuarakan kritik sosial.  +
I Wayan Dibia lahir di Singapadu, Gianyar, Bali, 12 April 1948. Sejak 1999, ia menjadi guru besar (profesor) koreografi di ISI Denpasar. Ia juga terkenal karena karyanya dalam seni tari kecak, seperti Kecak Subali dan Sugriwa (1976), Kecak Dewa Ruci (1982). Ia pernah berkolaborasi dengan Keith Terry menciptakan "The famous Body Tjak" (1990). Sebagai seniman tari, ia sangat terkenal di tingkat internasional. Dalam bidang tari, ia menciptakan Tari Manuk Rawa bersama I Wayan Beratha tahun 1981, Tari Puspa Wresti, Tari Wirauda, dll. Ia mendapatkan anugerah seni “Padma Shri Award” (2021) dari Pemerintah India atas dedikasinya dalam menjalin karya seni antara budaya Bali dan India. Pada tahun 1969, ia pertama kali tampil di India dengan tari Hanoman. Selain menciptakan puluhan karya seni tari, ia juga menulis sejumlah buku, di antaranya “Dramatari Gambuh dan Tari-Tarian yang Hampir Punah di Beberapa Daerah di Bali (1979), “Kecak, the Vocal Chant of Bali” (2000), “Balinese Dance, Drama, and Music: a Guide to the Performing Arts of Bali” (2012), “Tari Komunal” (2015), “Kecak: Dari Ritual ke Teatrikal” (2017), “Arja Anyar” (2017), “Tari Barong Ket: Dari Kebangkitan Menuju Kejayaan” (2018). Pada tahun 2021 ia menerbitkan lima buku puisi bertajuk “Puitika Tari”. Ia juga menulis buku puisi berbahasa Bali, antara lain berjudul “Kali Sengara”. Ia juga menulis novel tentang penari berjudul “Bintang Panggung” (2023). Tahun 2022, ia menerima anugerah “Bali Jani Nugraha” dari Gubernur Bali. Buku puisi berbahasa Bali-nya “Kali Sengara” meraih anugerah “Rancage” dari Yayasan Kebudayaan Rancage (2023).  +
I Wayan Gunayasa lahir di Desa Ulakan, Manggis, Karangasem pada 3 Agustus 1967. Dia seorang wiraswasta dan fotografi adalah salah satu hobinya. Dia juga terlibat dalam kegiatan sosial, misalnya untuk anak-anak disabilitas dan yatim piatu dan juga ikut dalam memerangi sampah plastik. Foto-fotonya pernah dimuat di beberapa majalah, seperti Emvee Magazine, Bali Travel dan Tropical Life. Ia juga ambil bagian dalam pameran di Mall Bali Galeria, pameran tunggal dan juga pameran bersama fotografer lain. Wayan lebih suka memotret budaya dan alam karena dengan begitu dia bisa berkeliling dan mengenal lebih dekat budaya; budaya di Bali khususnya dan alam Indonesia. Dia pernah bekerja untuk mahasiswa Norwegian yang sedang belajar di Bali tahun 1993-2014.  +
Profesi utama I Wayan Juniarta adalah seorang jurnalis yang menemukan penulisan esai sebagai pelipur lara, diikuti dengan usaha gagal dan tragis ketika mencoba menulis puisi. Buku pertama berjudul Bunklang-Bungkling, menceritakan perilaku lucu dan konyol pria Bali. Saat tidak sedang menulis esai, Jun dapat ditemukan sedang mengayuh ke arah tempat paling sepi di pulau itu sambil menyusun koan-koan seukuran gigitan, yang bisa Anda cari dengan #cyclingwithbuddha.  +
I Wayan Karta atau yang akrab disapa Cover merupakan seorang seniman sekaligus pengerajin suling yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud. Kecintaannya terhadap suling besar disebabkan karena beliau terlahir dari keluarga yang menggemari suling. Selain itu berkat ajakan seorang teman yang bernama I Nyoman Dayuh serta pengalamannya dicaci oleh sorang tak dikenal dimasa silam membuatnya semakin termotivasi menjadi seorang pemain suling handal hingga saat ini. Dalam proses belajar bermain suling terdapat beberapa orang guru yang mengajari Wayan Karta bermain suling diantaranya Pak Mangku Regig (Abian Nangka, Denpasar), Pak Rangsi (Kerta Payangan), I Made Sadra (Pinda, Blahbatuh), Cokorda Bagus (Peliatan, Ubud) dan seniman lainnya. Terhitung sejak Wayan Karta berusia belasan tahun tepatnya pada tahun 1998, saat itulah beliau mulai mendalami mengenai cara pembuatan suling. I Made Sadra yang berasal dari Banjar Pinda, Kecamatan Blahbatuh merupakan gurunya dalam membuat suling khususnya dalam mencari keselarasan nada. Setelah itu, Wayan Karta melanjutkan proses belajarnya di rumah Bapak Rangsi untuk mendalami teknik pembuatan siwer suling. Setelah berselang berapa lama, Wayan Karta akhirnya memutuskan untuk menjadi pengerajin suling hingga saat ini. Suling buatannya banyak diminati oleh konsumen di Bali sekaligus di luar Bali bahkan hingga ke luar negeri diantaranya Jepang, Amerika, Jerman, Italia, Australia, dan Spanyol. Beberapa suling hasil karyanya bernama suling jungket dan suling sunari. Sebagai seniman suling dan pengerajin suling Wayan Karta juga mendirikan sebuah sekaa atau sanggar suling yang bernama “Sanggar Suling Semeton Nika Manu” pada tahun 2012 serta mendapatkan ijin resmi pada tahun 2017. Selain itu dalam perjalanan karirnya, Wayan Karta juga pernah pentas di sembilan kota di Amerika bersama Sanggar Cudamani Pengosekan dalam rangka Tour Balinesse Gamelan tahun 2010, Pentas di Taman Ismail Marzuki ( Jakarta ) dalam rangka Pementasan Music Baru bersama Group Pendro Made Arnawa tahun 2010, kerap mendukung Pentas di ISI Denpasar, kerap pentas di Pesta Kesenian Bali ataupun di pura – pura yang ada di Bali serta aktif melakukan pelatihan bermain suling di beberapa tempat di Bali.  
Dr. I Wayan Kiki Sanjaya, SST, PAR, SE.,M.Par adalah dosen pada International Institute of Tourism and Business, Indonesia. Dr. Sanjaya termasuk kedalam salah reviewer internasional pada Journal of Hospitality and Tourism Management.  +
Mangku Bajra bernama asli I Wayan Langgeng, lahir di Sanur Kaja, 1 Juli 1963. Ia adalah seorang pemangku yang bertugas memimpin dan menuntaskan (memuput) upacara Panca Yadnya. Sebelum menjadi mangku, ia pernah menjadi guru bahasa Bali dan Agama Hindu di sebuah SD di Sanur. Pada masa remajanya, ia suka bermain teater atau drama dan menulis puisi. Puisi-puisinya pernah dimuat di Bali Post Minggu. Selain itu, ia juga gemar menulis lontar. Karena kegemarannya menulis dan membaca lontar, ia paham tentang ilmu pengobatan tradisional Bali (usada). Selain menjadi mangku, ia adalah pinisepuh adat di Sanur Kaja.  +
I Wayan Mudita Adnyana, lahir di Desa Tenganan, Karangasem, Bali, 16 September 1931. Ia ahli dalam menyalin lontar kuno, menembang kakawin, memainkan gamelan Gender dan Selonding. Ia belajar menyalin lontar dari I Gusti Bagus Sugriwa dari Singaraja pada tahun 1943. Sejak usia muda ia telah menyalin banyak lontar, antara lain lontar Bhagawad Gita, Mahabharata, Ramayana, Purusada Santa, Sutasoma, Arjuna Wiwaha, Bomantaka, Gatotkacasraya, dan sebagainya. Pada tahun 1970 ia turut membangun perpustakaan desa bernama Widhi Sastra. Pada era 1972, ia memelopori menyalin lontar berisi gambar pewayangan di Tenganan. Ia juga membuat sekaa (grup) wayang bernama Dharma Kusuma pada tahun 1980. Salinan lontarnya banyak dikoleksi oleh kolektor dalam dan luar negeri serta pejabat negara, antara lain oleh Presiden Italia, Sandro Pertini (1983); Perdana Menteri Selandia Baru, Hellene Clark (1988); presiden Megawati Soekarno Putri (2001). Salinan lontarnya yang berjudul Kakawin Sutasoma pernah ditawar kolektor asing dengan harga ratusan juta rupiah, namun ia tidak melepaskannya. Sebab lontar kesayangannya itu akan ia wariskan kepada anak dan cucunya. Pada tahun 1984, ia meraih Juara II Lomba Menyalin Lontar Tingkat Provinsi Bali. Tahun 1987, ia mendapatkan Penghargaan Dharma Kusuma Madya dari Gubernur Bali, Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia (2019), Penghargaan Tingkat Internasional Bali Bhuwana Nata Kerthi dari ISI Denpasar (2023), Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024 dari Pemerintah Provinsi Bali. Di usianya yang sangat sepuh, ia masih aktif menyalin lontar. Sehari-hari ia bisa ditemui di kediamannya di Desa Tenganan.  +
Dr. I Wayan Muka, ST.,MT adalah dosen tetap pada program studi Teknik Sipil di Universitas Hindu Indonesia. Gelar doktornya diraih dari Universitas Diponegoro pada tahun 2015. Selain mengajar, Dr. Muka juga aktif mengkaji aspek risiko pembangunan infrastruktur dan mempublikasikan hasil penelitiannya pada berbagai jurnal ilmiah.  +
I Wayan Pande Sumardika adalah salah satu Sastrawan Bali. Beliau lahir di Desa Ngis, 31 Desember 1993. Beliau berasal dari Banjar Dinas Kajanan, Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Beliau juga merupakan alumni Mahasiswa Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana angkatan 2012.  +
Bapak I Wayan Phala Suwara S.Pd.H.,M.Pd beliau lahir di Denpasar, 22 Mei 1993. Bertempat tinggal di Jalan Gemitir, Gang Suli  B Biaung- Denpasar.  Orang tua beliau bernama I Wayan Sujana dan  Ni Nyoman Sariani.Beliau bekerja sebagai Guru di SMA Negeri 3 Denpasar. Pendidikan terakhir beliau S2 di IHDN.  +
Pengarang dan kartunis I Wayan Sadha lahir di Jimbaran, pada 29 Juli 1948. Ia pernah bersekolah jaga sampai kelas 2 Sekolah Rakyat. I Wayan Sadha memiliki banyak pengalaman mengenai réalitas sosial karena ia pernah bekerja sebagai nelayan, buruh, dagang, tukang kebun, fotografer keliling, sampai menjadi wartawan dan yang paling terakhir menjadi kartunis dan pengarang. Ia yang menciptakan tokoh kartun anjing “Somprét” yang khas dengan unsur satir mengenai problematik sosial dan budaya Bali. Ia sering mengikuti pameran kartun dengan para perupa di Denpasar, pernah diundang paméran bersama Prakarti di ARMA Muséum, Ubud, Bali Biénnalé dan lain- lain. Pernah mendapat juara III Photo “Pariwisata Bali 1981” dan hadiah Sastra Rancagé 2010 dengan bukunya yang berjudul “Léak Pamoroan”. Karangan-karangannya berupa kartun dan cerita pendek pernah dimuat di majalah The Archipélago, Énglish Corner, Bali Écho, Harian Nusra, Majalah Sarad, Majalah Poléng, dan Majalah Taksu. Pernah menjadi narasumber di acara Sandyakala Sastra #5 tahum 2010 bersama Ida Bagus Wayan Widiasa Kenintén di Bentara Budaya Bali. Ia meninggal pada 28 Januari 2015. Buku- bukunya yang sudah terbit adalah: Bali di Mata Somprét (Kartun, 1994), The dog of Bali Somprét Celotéh Anjing Bali (Kartun, 2008), Léak Pemoroan (kumpulan cerita Pendekt, 2009), Paruman Betara (kumpulan cerita Pendek, 2014).  +
I Wayan Sadra lahir di Denpasar, Bali, 1 Agustus 1954 dan meninggal 14 April 2011. Dia adalah seorang komposer berkelas internasional. Sejak usia muda, dia sudah menggeluti seni musik tradisi. Dia dapat memainkan gamelan hanya dengan cara sekali melihat/mendengar saja. Pada usia 11 tahun, dia bahkan sudah melatih sebuah kelompok gamelan di Puri Kendran, Gianyar. Sadra mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Musik Konservatori Karawitan Spesialisasi Musik Tradisional Bali (1972), kemudian melanjutkan di Jurusan Seni Rupa Lembaga Kesenian Jakarta namun tidak ia tamatkan. Dia pindah ke Surakarta dan kuliah pada Jurusan Karawitan, ISI Surakarta, lalu pascasarjananya ditempuh di perguruan tinggi yang sama. Sadra menjadi pengajar musik, terutama musik gamelan Bali di beberapa perguruan tinggi antara lain ISI Surakarta, Institut Kesenian Jakarta (1975–1978), dan di Universitas Indonesia (1978–1980). Sejak tahun 1979, ia telah membuat musik untuk konser, musikalisasi puisi, teater, ilustrasi untuk film kartun, iringan tari, dan seni instalasi. Di samping mencipta musik, ia juga menulis artikel, kritik musik untuk beberapa media massa, antara lain Kompas, Tempo, Jawa Post, Bali Post. Tahun 1973, Sadra bergabung dengan grup Sardono W. Kusumo mementaskan Dongeng dari Dirah, dan turut serta berkeliling Eropa bersama grup ini. Tahun 1988, dia menjadi pembicara dalam Pekan Komponis Nasional di Jakarta. Tahun 1989, dia menghadiri California The Pacific Rim Festival. Tahun 1990, dia berpartisipasi dalam acara Composer to Composer di Telluride, Colorado, Amerika Serikat. Tahun 1991, dia menjadi composer-residence di Dartmouth College, Hanover, New Hampshire, Amerika Serikat. Tahun 1993, dia menjadi komposer tamu Pan Festival Pacific di Wellington, Selandia Baru. Tahun 1991, Sadra menerima penghargaan New Horizon Award dari International Society for Art Science and Technology, Berkeley, California, Amerika Serikat. Beberapa karya musiknya diterbitkan dalam bentuk compact disc oleh Broadcasting Music Incorporation (BMI), Prog Peak Composer Collective, American Gamelan Institut (AGI), Leonardo Journal Publication dan The Japan Foundation. Karyanya antara lain Snow's Own Dream (1992) dan Interactions/New Music untuk Gamelan. Karya-karya tersebut disiarkan oleh beberapa radio di dalam dan di luar negeri, termasuk dipentaskan di beberapa negara. Salah satu perlawanan Sadra terhadap penyeragaman selera musik adalah dengan mementaskan karyanya, Borderless, pada bulan Juli 2009 di Teater Salihara dan Pasar Minggu, Jakarta. Borderless adalah sebuah musik yang berangkat dari instrumen drum, keyboard, saksofon, flute dan bass tapi dimainkan dengan cara yang berbeda. Karya-karya Sadra, antara lain Ludludan (1978), Snow’s Own Dream Interactions/New Music untuk Gamelan (1992), Otot Kawat Tulang Besi (1993), Oaeo (1993), Gatra Swara (1994), Mulutmu Tong Sampah (1995), Bunyi Bagi Suara yang Kalah (1997), Dialog dengan Sapi (1997), Suitasuit (1999), Borderless (2009).  
I Wayan Seregeg lahir di Desa Timpag, Kerambitan, Tabanan, 31 Desember 1940. Ia adalah penekun Sastra Jawa Kuno. Selain itu, ia juga piawai dalam mesanti (matembang lagu-lagu suci). Karena itu, ia sering diminta sebagai pembina kakawin dan seni sastra Bali. Seregeg sering dipercaya sebagai guru penatar Bahasa Bali, serta menjadi juri dalam lomba bidang sastra Bali. Ia juga menjadi pembina sekar agung dan kekawin untuk pelajar tingkat SMA dan Porseni Pelajar. Ia juga tampil sebagai narasumber, salah satunya dalam rangka Temu Kekeluargaan dan Orientasi Studi oleh Fakultas Sastra Universitas Udayana. Seregeg merupakan pembina Sastra Jawa Kuno di Yayasan Bangun Sastra Denpasar, serta aktif dalam organisasi sebagai Ketua Widya Sabha Kecamatan Gerokgak, Wakil Ketua Widya Sabha Kabupaten Buleleng, pendiri dan pembina Sekaa Santi Widya Sabha, dan pembina kekawin. Seregeg memang mendedikasikan hidupnya untuk aksara, bahasa dan sastra Bali. Ia menerima Penghargaan Wija Kusuma dari Pemerintah Kabupaten Buleleng, Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali, Penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama 2024 dari Pemerintah Provinsi Bali, dan penghargaan dari instansi lainnya. Kini, ia menetap di Gerokgak, Buleleng, Bali.  +
Bapak I wayan suardika adalah seorang pengawi yang berasal dari wilayah nusa penida,beliau bertempat lahir di pelilit 08 juni 1989, beliau beralamat di dusun pelilit des pejukutan kecamatan nusa penida kab klungkung, bapak I wayan suardika menempuh pendidikansekolah dasar di SDN 8 suana, menempuh pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Nusa penida, menempuh pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 NusaPenida, kemudian menempuh pendidikan s1 dan s2 di universtas pendidikan ganesha dengan mengambil program studi pendidikan bahasa bali.beliau sejak tahun 2017 sudah menulis karya sastra bali purwa  +
I Wayan Suartha lahir di Klungkung tahun 1957. Pensiun sebagai guru ASN ( Aparatur Sipil Negara ) di SMA Pariwisata-PGRI Dawan, Klungkung. Setelah pensiun tahun 2017, ditugasi sebagai ketua bidang literasi di sekolah yang sama. Suartha menulis sajak sejak SMP, tetapi baru dipublikasikan tahun 1977 di sejumlah Media Massa, seperti Bali Post, Karya Bakti, Warta Mahasiswa, Nusa Tenggara, Majalah Hai, dan Merdeka. Di samping menulis sajak, Suartha juga aktif menulis cerpen, naskah drama, serta catatan kecil apresiasi sastra dan teater. Puluhan fragmennya pernah dimainkan di TVRI Stasiun Denpasar. Sajak-sajaknya dimuat dalam sejumlah antologi bersama penyair lain, antara lain Pintu Ilalang, Spektrum, The Ginseng, Nuansa Tata Warna Batin, Antologi berbahasa Bali Pupute Tan Sida Puput, serta Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta. Karya Sastra Sejarah berjudul Lebur Ring Klungkung dalam bentuk cerita bergambar ditulisnya bersama Ida Bagus Gde Parwita, dengan berpedoman pada Sejarah Peristiwa Puputan Klungkung. Tahun 2005 bersama I.B.G Parwita diundang membacakan sajaknya dalam Ubud Wirters and Readers Festival. Kumpulan naskah Dramanya rantai Putus terbit tahun 2012 yang mengantarkannya meraih penghargaan Widya Pataka dari Pemerintah Provinsi Bali. Suartha kini tinggal di Banjar Pekandelan Kelod, Semarapura, Klungkung.  +
Bapak I Wayan Turun merupakan sastrawan yg berasal dari Desa Kesiman Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar, beliau lahir pada tahun 1951, sebagai sastrawan beliau kerap menciptakan karya sastra berupa geguritan, kidung, purana dan lainnya. Geguritan Penataran merupakan salah satu dari 108 karya sastra bapak I Wayan Turun. Geguritan ini merupakan karya mengenai pengobatan lontar yang dulu menggunakan kertas tisu. Sebelum menulis geguritan Penataran, beliau sudah menulis banyak karya sastra lainnya seperti Kidung Kidalang Pricek, Geguritan Busana, Geguritan Balian Batur. Kiprah dalam seni sastra sudah beliau tekuni sejak usia muda menjadi pengalaman yang sangat gemilang gemilang saat ini seperti : menjadi staff di museum Bali, membuat purana dan prasasti, peneliti Gama Sesana Aji Loka Trestih dan Aji Loka Kertih dan masih banyak lainnya. Dengan karya yang luar biasa, beliau seringkali membuat karya sastra untuk beberapa pura yang ada di Kesiman. Dari beliau, saya mengetahui bahwa masih banyak pengawi karya sastra Bali yang ada di sekitar kita saat ini, meskipun untuk letaknya yang masih berada di sisi modern dan keramaian Kota Denpasar.  +
Nanoq da Kansas bernama asli Wayan Udiana, lahir di Moding, Candikusuma, Jembrana, 2 Desember 1965. Dia adalah pendiri Teater Kene, Bali Eksperimental Teater, Komunitas Kertas Budaya. Dia juga pernah bersentuhan dengan Sanggar Minum Kopi. Karya sastranya dimuat di Bali Post, Kompas, Nusa Tenggara, Karya Bhakti, Swadesi, Nafiri, dll. Buku-bukunya yang telah terbit adalah: Ladang Angin (1993) dan Berabad-abad Setelah Perempuan Bersembunyi dalam Tubuhku (2006), Sebuah Negeri Jangan-jangan Tak Sempat Mendengar, Martabak & Kabinet, Anak Desa Penantang Zaman.  +
Penulis dan Budayawan yang mendapatkan Hadiah Sastra Rancage tahun 2014 dengan kumpulan essay yang berjudul “Tutur Bali” (2013) bernama I Wayan Westa. Tamatan FKIP Universitas Dwijendra Denpasar, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali ini lahir di Klungkung, 27 Januari 1965. Tahun 1889-1993 beliau menjadi guru di SLUA Saraswati Klungkung dan dosen pada berbagai perguruan tinggi swasta. Pada tahun 1999 beliau bekerja di ford foundation, beliau juga sebagai redaktur Majalah Gumi Bali SARAD pada tahun 2000-2009, dan pada tahun 2010-2012 menjadi Pemimpin Redaksi Majalah SABDA. Karangan-karangan beliau sempat dimuat pada berbagai media massa, seperti: Mingguan Karya Bakti, Harian Nusa, Bali Post, Kompas, Pos Bali dan Radar Bali. Sebagai penyunting berbagai tulisan yang diterbitkan oleh yayasan Obor Indonesia, Wulan Sedhuwuring Geni (Antologi Cerpen dan Puisi Daerah), Seribu Kunang-Kunang di Manhatan (terjemahan dalam 13 Bahasa Daerah), dan Sunari (Novel Bahasa Bali Karya Ketut Rida), dan Rabindranath Tagore, Puisi Sepanjang Zaman, Penerbit Yayasan Darma Sastra, 2002. Beliau juga sempat menjadi pembicara pada Sadyakala Sastra #39 Wayan Westa: Nasionalisme Dan Pemuliaan Bahasa Daerah tanggal 14 Maret 2014 dan Sandyakala Sastra #43 Obituari I Wayan Sadha tanggal 12 Maret 2015 pada Bentara Budaya Bali.  +
Semoga kedepannya Bali bisa lebih maju, dan jalan yang rusak agar bisa bagus  +
IBM Dharma Palguna lahir di Tabanan, 10 Januari 1962. Ia menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Udayana, kemudian melanjutkan S-2 dan S-3 di Facultiet der Leterren, Rijksuniversiteit, Leiden. Sejak remaja telah aktif menulis puisi, esai, opini, dan banyak dimuat di Bali Post. Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain Lawat-lawat Suwung (puisi; 1995), Shiwarartri dalam Padma Purana (1997), Ida Pedanda Ngurah, Pengarang besar Bali Abad ke-19 (1998), Dharma Sunya: Memuja dan Meneliti Shiwa (1999), Cara Mpu Monaguna Memuja Shiwa (2000), Dewa Manusia Raksasa (2007), Shintany Rabbhana (novel; 2009), Lumut-Lumut Watulumbang (2011), Sekar Ura (2012), Perempuan Shakti (2014), Watulumbang Watumadeg (2014), Manusia Tattwa (2018), dll. Karya-karyanya menggambarkan penjelajahan kreatif dan perenungan mendalam terhadap kehidupan berikut dinamika sosial budaya yang lintas zaman, serta menceminkan penghayatannya yang tinggi dan tekun pada spiritualitas. Dia meninggal pada tahun 2017.  +
I Dewa Nyoman Raka Kusuma atau yang sering dikenal dengan nama IDK Raka Kusuma di dalam karangannya, lahir di Getakan Klungkung, 21 November 1957. IDK Raka Kusuma sudah memiliki kegemaran mengarang karya sastra sejak mengawali menjadi guru di sekolah dasar. Ia adalah salah satu pengarang senior sastra Bali modern. Ia menuliskan berbagai macam puisi berbahasa Bali, cerita pendek, esai berbahasa Bali, serta novelet berbahasa Bali. Selain itu, ia juga menulis puisi, cerpen dan esai berbahasa Indonesia. Karangan-karangannya yang berbahasa Bali dimuat pada Bali Orti (Bali Post), Mediaswari (Pos Bali), Bali Aga, Jurnal Kawi, serta Canang Sari. Karangan-karangannya yang berbahasa Indonesia dimuat pada Bali Post, Nusa Tenggara, Karya Bakti, Warta Bali, Nafiri, Warta Hindu Dharma, Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Mimbar Indonesia, Suara Nusa, Pikiran Rakyat, Suara Karya, Sinar Harapan, Berita Buana, Republika, Singgalang, Analisa, Cak, Kolong serta Romansa. Dalam upaya mengarang sajak berbahasa Indonesia ia belajar dari Umbu Landu Paranggi, dan mengarang cerita dipelajari dari Putu Arya Tirtawirya. Karangan-karangannya yang sudah dicetak menjadi buku adalah sebagai berikut: Kidung I Lontar Rograg ( Prosa Liris Bahasa Bali, 1991, 2001), I Balar (2006), Ngambar Bulan (Cerita Pendek, 2006), Sang Lelana (Prosa Liris, 2010), Rasti (Novelet, 2010), Bégal (Cerita Pendek, 2012), Ngantih Bulan (Puisi, 2013), Batan Moning (Puisi, 2014). Pada tahun 2002 ia mendapatkan penghargaan Sastra Rancage karena jasanya dalam pengembangan sastra Bali melalui media majalah Buratwangi dan pada 2011 dengan karangannya yang berjudul “Sang Lelana”. Ia juga mendanpatkan penghargaan Widya Petaka dari Gubernur Bali tahun 2012 dengan karangannya yang berjudul “Bégal”. Bersinergi dengan pengarang yang berasal dari Karangasem, ia membangun sanggar yang bernama Sanggar Buratwangi, dan menjadi salah satu pengelola pada sanggar tersebut. Sekarang ini ia tinggal di BTN Kecicang Amlapura dan sehari-hari bekerja sebagai guru di SD Saraswati Amlapura.  
Ibed Suryana Yuga lahir di Jembrana, Bali, 14 Agustus 1983. Ia lulusan Progam Studi Teater ISI Yogyakarta. Ia mendirikan Kalanari Theatre Movement, sebuah lembaga pergerakan budaya melalui teater, dan menjadi sutradara dan penulis lakon di sana hingga kini. Pada 2011, Ibed menginisiasi Kalabuku, sebuah gerakan literasi teater dan seni pertunjukan melalui penerbitan buku-buku bersubjek teater dan pertunjukan. Sebagai penulis lakon teater, Ibed pernah menerima penghargaan sayembara penulisan lakon dari Federasi Teater Indonesia (2008 & 2011) serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017). Buku kumpulan lakon teaternya yang sudah terbit berjudul Kintir (Yogyakarta, 2011) dan Janger Merah (Yogyakarta, 2021) yang diganjar Penghargaan Sastra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021. Beberapa karya lakonnya juga terkumpul dalam beberapa buku bersama, seperti Perbuatan Serong (Yogyakarta, 2011), Di Luar 5 Orang Aktor (Yogyakarta, 2013), Sepuluh Lakon Teater Indonesia 2017 (Jakarta, 2017), New Indonesian Plays (London, 2019), dan States of Crisis (Yogyakarta, 2020). Ibed telah menggelar karya-karyanya, memberikan workshop dan berkolaborasi di beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Irlandia, Inggris, dan Tiongkok.  +
Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar, Bali, 24 Juli 1921. Ia adalah ahli sejarah dan tokoh politik Indonesia. Di Bali ia juga berposisi sebagai Raja Gianyar menggantikan ayahnya Anak Agung Ngurah Agung. Ia meraih gelar doktor dalam bidang sejarah dari Universitas Utrecht, Belanda. Pada 1947, ia menjadi Perdana Menteri Negara Indonesia Timur (NIT). Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri maupun Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Dubes RI di Belgia (1951), Portugal, Prancis (1953), dan Austria. Ia meninggal di Gianyar pada tanggal 22 April 1999. Pada tanggal 6 November 2007 berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 068/TK/Tahun 2007, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia menulis sejumlah buku. Di antaranya adalah Twenty Years Indonesia Foreign Policy 1945-1965 (1973), Kenangan Masa Lampau: Zaman Kolonial Hindia Belanda dan Zaman Pendudukan Jepang di Bali (1993), Persetujuan Linggarjati: Prolog & Epilog (1995).  +
Guru seni rupa dan juga pelukis cat air. Lulus dari Pendidikan Seni Rupa di Universitas Pendidikan Ganesha, memberikan dia bekal yang cukup untuk memberikan pembelajaran dalam menggambar secara manual dan melukis cat air, tentu saja dari tingkat dasar. Sudah berkecimbung dalam dunia seni lukis cat air sejak tahun 2016, dan memiliki cukup pengalaman dalam kursus menggambar. Praktik kreatif seniman Bali yang sedang naik daun, Ida Ayu Komang Sartika Dewi, menghilangkan lapisan tak terlihat dari dirinya dalam pencarian pengetahuan dan pemahaman diri. Dengan melakukan itu, dia mengeksplorasi potensi kreatifnya sambil melakukan terapi yang kuat. Dilumpuhkan oleh berbagai penyakit yang menyakitkan sejak usia dini, seni telah menjadi tempat perlindungan Dayu yang sempurna. Dayu lahir pada tahun 1998 di Buleleng.  +
Oka Rusmini bernama lengkap Ida Ayu Oka Rusmini, lahir di Jakarta, 11 Juli 1967. Dia menulis puisi, cerpen, esai, novel. Ia juga seorang wartawan. Pada 2014, meraih penghargaan Kusala Khatulistiwa Award untuk buku puisi Saiban. Sosok dan karya-karyanya fenomenal dan seringkali kontroversial karena mengangkat sejumlah persoalan adat-istiadat dan tradisi Bali yang kolot dan merugikan perempuan, terutama di lingkungan griya, rumah kaum Brahmana. Oka juga dengan lugas mendobrak tabu, mendedahkan persoalan seks dan erotika secara gamblang. Semuanya itu dengan jelas bisa dinikmati pada novel Tarian Bumi (2000) yang telah dicetak ulang dan terbit berbahasa Jerman dengan judul Erdentanz (2007). Novel tersebut juga banyak diilhami kesenian Joged Bumbung, tari pergaulan penuh gerakan erotis yang sangat populer di Bali. Ia telah beberapa kali diundang dalam acara kesusastraan di dalam dan luar negeri. Pada 1992 ia diundang sebagai penyair tamu dalam Festival Kesenian Yogya IV. Mengikuti Mimbar Penyair Abad 21 di TIM, Jakarta, 1996. Mewakili Indonesia pada temu penulis se-ASEAN pada bulan Oktober 1997 yang bertajuk Bengkel Kerja Penulisan Kreatif ASEAN" di Jakarta. Pada tahun 2002 dan 2003 ia diundang pada Festival Puisi International di Surabaya dan Denpasar. Pada 2003 ia menjadi tamu undangan Festival Winternachten yang diadakan di Haque dan Amsterdam. Ia juga menjadi penulis tamu di Universitas Hamburg, Jerman, 2003. Sejumlah sajak dan cerpennya muncul di berbagai media massa serta jurnal kebudayaan, termasuk Matra, Kalam, Horison, dan Ulumul Quran. Cerpennya "Putu Menolong Tuhan" pernah meraih penghargaan cerpen terbaik majalah Femina pada tahun 1994. Novelnya Sagra menerima penghargaan novelet terbaik Femina pada tahun 1998, dan penghargaan cerpen terbaik pada masa 1990 - 2000 dari majalah sastra Horison atas karyanya Pemahat Abad. Novelnya Tarian Bumi meraih penghargaan Penulisan Karya Sastra 2003 dari Pusat Bahasa, Jakarta. Karya-karyanya adalah Monolog Pohon (puisi, 1997), Tarian Bumi (novel, 2000), Sagra (cerpen, 2001), Kenanga (novel, 2003), Patiwangi (puisi, 2003), Warna Kita (puisi, 2007), Pandora (puisi, 2008), Tempurung (novel, 2010). Novelnya Tarian Bumi telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul Earth Dance, dan bahasa Jerman dengan judul Erdentanz.  
Ida Ayu Wayan Arya Satyani, akrab disapa Dayu Ani, lahir di Denpasar, 17 September 1977. Dia adalah seorang penari, koreografer dan dosen di Institut Seni Indonesia Denpasar. Dia telah melahirkan berbagai karya tari. Dayu Ani bahkan dipercaya mengerjakan koreografi tari untuk film Sekala Niskala (Seen and Unseen) yang disutradarai Kamila Andini, termasuk teater tari The Seen and Unseen, yang melibatkan beberapa seniman lintas negara (Jepang-Australia-Indonesia) produksi bersama Performing Lines, Fourcolours, dan Komunitas Bumi Bajra. Dayu Ani telah menekuni dunia tari sejak usia 14 tahun di Sanggar Maha Bajra Sandhi, dan hingga kini terus bergiat membina anak-anak muda di sanggar yang sekarang bernama Yayasan Bumi Bajra Sandhi itu. Seni Tari membawanya melawat ke berbagai negara dan berkolaborasi dengan seniman-seniman internasional lintas bidang. Dia pernah terlibat dalam Body Tjak The Celebration bersama Prof. Dr. I Wayan Dibia dan Keith Terry (San Francisco, 1999), koreografer untuk The Missing Sun bersama Nelson Chia (Singapura, 2000-2001), terlibat dalam Cultural Olympiad bersama Maha Bajra Sandhi (Athena, 2004). Ia juga adalah koreografer dalam program Recovery Bali yang ditampilkan di enam negara Eropa (2006).  +
Ida Ayu Wayan Sugiantari lahir di Karangasem, Bali, 29 April 1983. Mencoba menulis puisi sejak tahun 1998 ketika duduk di bangku SMP. Pada tahun 1999-2001 saat mengenyan bangku SMA karya-karyanya sering dimuat di Bali Post Minggu. Pada tahun 2003 menamatkan pendidikan DII pada program studi PGSD IKIP Negeri Singaraja, lalu diangkat menjadi guru negeri di SDN 1 Culik pada tahun yang sama lalu 3 tahun kemudian dimutasi ke SDN 1 Manggis. Setelah 11 tahun mengajar di SDN 1 Manggis, pada April 2017 hingga sekarang dia diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah di Satuan Pendidikan SDN 1 Selumbung. Dia menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Dwijendra pada tahun 2008, dan menyelesaikan studi Pasca Sarjana (S2) Pendidikan Dasar, di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) pada Agustus 2019.  +
Ida Bagus Aditya Putra Pidada lahir di Denpasar, 23 Juni 1996. Anak pertama dari dua bersaudara. Mengalami disabilitas netra sejak kelas 1 SMA. Menamatkan studi S1, Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penerangan Agama di Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar pada tahun 2019. Ia menulis puisi dan cerpen. Karya-karyanya termuat dalam buku Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (Museum Gunarsa, 2016), Dua Puluh Cerita Perjalanan Terbaik (UKMP Universitas Negeri Malang, 2016), Mengunyah Geram (JKP, 2017), Saron (JKP, 2018), Sebermula adalah Bali (Kanaka Media, 2020). Selain itu, ia kerap menjadi juara dalam lomba penulisan. Antara lain, Juara 1 Lomba Cipta Cerpen tingkat Nasional “Lautan Sastra” yang digelar SMAN 1 Denpasar (2019), Juara 2 dalam “Kumpulan 15 Cerpen Terbaik” yang digelar oleh DENUSC (2017), dan Juara 2 Lomba Penulisan Autobiografi tingkat ABK Se-Bali yang digelar Kanaditya (2020). Ia juga menjadi salah satu penyair yang diundang dalam kegiatan Seminar Internasional Sastra Indonesia (2019). Beberapa puisinya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dan masuk dalam kumpulan puisi tingkat Internasional oleh Yayasan Bina Ilmu Bali (2021). Sembari menulis, kini ia mengelola massage clinic bernama Bali Mahasadu Refleksi dan Pijat Kesehatan. Selain itu, ia juga bekerja sebagai penyiar di Radio Publik Kota Denpasar 92, 6 FM.  +
Ida Bagus Anggara merupakan seorang guru olahraga Sekolah Dasar yang sangat menyukai musik, olahraga, dan komedi tentunya. Memulai karir stand up comedy sejak 2019 dengan bergabung di Komunitas Standupindo Bali. Pernah mengisi acara secara ofline maupun online dengan berbagai macam latar belakang penonton, baik sebagai stand up comedian ataupun MC. Pernah menjuarai lomba stand up comedy tingkat nasional maupun lokal Bali, dan juga sebagai kontestan di program TV Nasional. Beberapa prestasi nasional telah ia raih diantaranya Finalis Liga Komunitas Kompas TV, Juara Liga Komedi Daihatsu Season, Juara Yuasa Standup Bolahraga League dan banyak lagi prestasi tingkat regional Bali yang telah ia raih. Ia juga pernah membuat show tunggalnya berjudul “Ide Bagus” pada tanggal 8 Oktober 2022 yang dihadiri oleh 100 lebih penonton. Kini selain aktif mengisi acara sebagai Stand Up Comedian, ia juga aktif menjadi MC dalam beberapa acara.  +
Ida Bagus Anom Suryawan adalah seorang pemahat kayu, pembuat topeng dan wayang, penari dan dalang yang diakui secara internasional. Kesuksesannya membawanya ke Amerika Serikat untuk bekerja di San Francisco Asian Art Museum dan Sante Fe Folk Art Festival. Dia telah mengadakan lokakarya pembuatan topeng, lukisan topeng, dan tarian topeng di seluruh Amerika Serikat dan dia mengadakan pameran topeng permanen di San Francisco Exploratorium. Dia lahir dari keluarga pemahat kayu di Desa Mas, Ubud, Bali. Lebih dari tiga puluh tahun dia menekuni seni pahat topeng. Karya-karyanya dikoleksi oleh kolektor topeng dari berbagai negara. Dia juga menurunkan ilmu seni pahat topeng kepada siswa-siswa dari berbagai penjuru dunia. Tidak hanya itu, dia juga ahli dalam seni ukir kayu dan pembuatan wayang.  +
Ida Bagus Arya Lawa Manuaba adalah salah seorang sastrawan Bali yang berasal dari kecamatan Abiansemal, kabupaten Badung. Beliau lahir pada tanggal 24 Desember 1988. Berprofesi sebagai dosen tetap di Institut Teknologi dan Pendidikan Markandeya Bali selain itu Beliau juga aktif sebagai Penulis, Wirausahawan, Aktivis bahasa Bali dan juga Content Creator. Beliau memiliki banyak karya di bidang Cerpen, Novel dan juga Buku di antaranya cerpen Barong Brutuk (2019), buku Putih Biru (2019), Alien Menurut Hindu (2018), Meniti Tangga Emas : Setengah Abad Perkumpulan Pendidikan Nasional (2019), Mongah : Belajar Hidup Dari Manusia Pakis (2020) Luh Ayu Manik Mas : Planting Local Fruits (2021), Gadis Yang Lahir Dari Rembulan (2021) dan masih banyak lagi karya - karya beliau lainnya. Disini saya memilih dan akan membahas salah satu karya beliau yang baru saja berhasil menang dan masuk ke dalam lima karya kakawin terbaik pada kategori lomba menuslis kakawin dalam bahasa Jawa kuna atau bahasa Kawi dan beraksara bali di lomba Sastra Saraswati Sana yang di selenggarakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud pada bulan Agustus 2021 lalu dan karya beliau mendapatkan juara ke 4. Kakawin itu berjudul Kakawin Korona Parisuddha.  +
Ida Bagus Darmasuta, seorang sastrawan Bali, fotografer, pelukis, serta pernah pula menjabat Kepala Balai Bahasa Bali (2000-2005). Dia lahir di Denpasar, 10 April 1962. Dia menamatkan kuliahnya di Fakultas Sastra Universitas Udayana. Sejak mahasiswa dia telah aktif dalam kegiatan sastra, di antaranya menulis puisi, cerpen, naskah drama, esai, dan sebagainya. Tahun 2007 dia memperoleh Penghargaan Sastra Rancage atas jasanya membina dan memfasilitasi penerbitan buku sastra Bali modern. Selain aktif dalam dunia sastra, dia juga dikenal sebagai fotografer dan pelukis. Tahun 2014 dia meluncurkan buku puisi dan fotografi berjudul “Jejak Kanvas: Puisi-Fotografi” di Bentara Budaya Bali. Pada 2016 dia ikut memamerkan seni fotografinya di Bentara Budaya Bali dalam program "Mahendradatta: Jejak Arkeologis dan Sosok Historis". Dia meninggal dunia pada tanggal 9 Agustus 2019.  +
Ida Bagus Dharmadiaksa lahir di Denpasar, 21 Agustus 1956. Menulis puisi sejak remaja (1979) dan banyak dimuat di Bali Post. Pernah menjadi pemenang II kompetisi Bali Dalam Puisi Bali Post (1979), pemenang lomba cipta puisi di Universitas Udayana (1979). Kini dia menjabat Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar yang menaungi ITB Stikom Bali Group (SMKTI Bali Global) dan Pengawas Koperasi PNS Univ. Udayana serta Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Unud.  +
Ida Bagus Gde Parwita dilahirkan di Desa Tihingan, Klungkung, 19 Nopember 1960. Mulai menggemari Puisi secara aktif sejak mengajar di SMP-PGRI Klungkung tahun 1980. Hingga tamat Sarjana Pendidikan Sejarah dan Pasca Sarjana S.2 bidang Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Undiksha masih konsisten menulis Puisi dan Catatan Kebudayaan. Sekarang ini menjabat Kepala Sekolah di SMA Pariwisata-PGRI Dawan, Klungkung. Karya- karya Puisi dan Catatan Kebudayaan dipublikasikan tahun 1982, dimuat di Bali Post, Nusa Tenggara, Karya Bhakti, Berita Buana, DenPost, dan sejumlah Media On-line seperti Jendela Sastra, Loker Puisi, dll. Antologi Puisi berbahasa Indonesia yang pernah diterbitkan bersama Penyair lainnya: Pintu Ilalang, Spektrum, Teh Ginseng, Puisi Indonesia 87, Antologi Puisi Indonesia (API) 1997, Nuansa Tata Warna Batin bersama Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusanatara (HP3N), serta Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta. Lebur Klungkung adalah karya sastra sejarah dibuat dalam bentuk Cerita Bergambar, yang digarap dengan inti sejarah Puputan Klungkung bersama I Wayan Suartha. Buku kumpulan puisi tunggalnya adalah “Luka Purnama” (2020)  +
Ida Bagus Gede Ngurah Rai, lahir di Kesiman, Denpasar, 1926. Ia adalah seorang rohaniawan/pendeta/peranda Hindu di Geria Bajing, Kesiman. Ia dikenal dengan panggilan Ida Peranda Geria Bajing. Pada masa mudanya ia dikenal sebagai dalang wayang kulit yang populer di Bali. Selain pentas di berbagai pelosok Bali, ia pernah ikut dalam Festival Wayang di Jakarta, Solo, dan Yogyakarta. Kecintaannya pada wayang telah muncul sejak kanak-kanak karena suka mendengar cerita pewayangan dari ayahnya, Ida Bagus Putu Mergeg. Ia pernah menjadi guru seni pedalangan di SMKI dan dosen di Institut Hindu Dharma (IHD) Denpasar. Ia juga tertarik pada seni teater dan pernah pentas teater bersama dramawan IB Anom Ranuasa. Pada masa mudanya ia juga pernah menjadi bintang film “Jayaprana dan Layonsari” yang kemudian membuat ia dikenal dengan panggilan Ida Peranda Jayaprana. Ia meninggal pada tahun 1998.  +
Ida Bagus Gede Paramita adalah penulis berbagai isu yang terkait dengan topik antropologi, pariwisata, dan budaya spiritual Bali maupun Hindu. Paramita menamatkan studi S1 dan S2 di Universitas Udayana. Saat ini, Paramita bekerja sebagai dosen di STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Bali Indonesia pada Program Studi Pariwisata Budaya Hindu.  +
Ida Bagus Ketut Adnyana atau dengan nama pena Ratu Aji Baskara. Beliau merupakan sastrawan yang berasal dari desa Dharma Tengah Riang Gede, kecamatan penebel Tabanan, beliau saat ini sudah berusia 82 tahun. Adapun karya Sastra yang sudah dikarang beliau. Dari karya tersebut karya yang paling berbeda diantara yg lain ialah geguritan karmasadhi Di dalam Gaguritan Karmisadi karya Ida Bagus Adnyana (Ratu Aji Baskara) gaguritan ini diikat oleh 4 pupuh yaitu, Pupuh sinom, Pupuh ginada, Pupuh mijil, dan Pupuh Sinom. Dalam Gaguritan Karmisadi berceritakan tentang seorang anak yang cerdas, pintar, dan bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu walaupun anak tersebut tidak berpendidikan dan berasal dari keluarga yang tidak mampu yang berasal dari desa riang gede dan menceritakan tentang keadaan pada masa itu di desa riang gede yang memang minim akan kesejahterahan rakyatnya. Adapun terkandungnya juga nilai kebajikan yang menjadin pesan moral dari gaguritan ini. Dari kata "Karmisadi" berarti tingkah manusia memiliki 6 sifat yang mulia dari cerita geguritan ini lah bercerita sifat yang mulia tidak perlu dari orang yg berpendidikan namun hati yang tulus iklas untuk mewujudkannya.  +
Ida Bagus Ketut Dharma Santika Putra atau akrab disapa DS Putra, lahir di Negara, Jembrana, Bali, 27 Juli 1964. Sejak remaja telah aktif menulis puisi, cerpen, esai di Bali Post dan beberapa koran lokal. Selain pernah menjadi wartawan, ia juga aktif sebagai pemikir kebudayaan dan menggerakkan komunitas seni budaya di Negara, Jembrana. Salah satunya adalah gerakan sastra dan teater Rembug Apresiasi Bali Barat (Rajer Babat) pada tahun 1990-an. Ia juga bergiat di Pondok Seni Praba Gita. Tahun 2000 ia membidani kelahiran tabloid Jembrana Post dan tahun 2002 membidani kelahiran tabloid Ge-M. Bukunya yang telah terbit, antara lain Merangkai Tutur Tradisi Mekepung, Pohon-Pohon Kemesraan 2, Lubang Kunci (2021). Atas dedikasinya di bidang sastra dan kritik seni, ia dianugerahi Bali Jani Nugraha oleh Gubernur Bali pada tahun 2021. Sebelumnya, ia juga menerima penghargaan Dharma Kusuma pada tahun 2018 dari Gubernur Bali. Ia meninggal pada tanggal 21 Januari 2022 karena sakit.  +
Ida Bagus Made Poleng lahir di banjar Tebasaya, Gianyar pada tahun 1915. Ayahnya Ida Bagus kembeng (1897-1952) adalah seorang pelukis ternama yang memenangkan Medali Perak bergengsi pada tahun 1937 pada Pameran Seni Kolonial Internasional di Paris. Ida Bagus Made pertama kali belajar melukis dan mengukir dari ayahnya. Ia kemudian belajar melukis di bawah bimbingan Rudolf Bonnet. Bonnet pernah menulis bahwa Ida Bagus Made adalah salah satu artis paling berbakat di Bali. Ida Bagus Made adalah seorang pelukis produktif yang sangat tidak percaya pada pedagang dan kolektor seni. Dia meneliti pengagumnya dan hanya segelintir kolektor yang lulus ujiannya. Almarhum Presiden Indonesia Sukarno adalah salah satu kolektor yang dipuja Ida Bagus Made. Karya-karyanya banyak dicari dan menjadi koleksi banyak museum di dunia. Bagi pelukis yang akrab disapa Gus Made ini lukisan adalah sebagian dari jiwanya. Baginya seorang pelukis hidup dua kali, pertama di dunia fana, kedua dalam lukisannya. Oleh karena itu ia dikenal sangat mencintai lukisannya dan tidak mau menjual karyanya. Ida Bagus Made adalah seorang pelukis yang sering dianggap sebagai ‘orang gila’. Dalam kesehariannya, Ida Bagus Made tidak mengenakan pakaian, dia hanya mengenakan sarung yang dililitkan di pinggang. Ia yang tak pernah mengenyam pendidikan formal, membuatnya hanya bisa menulis dalam aksara bali. Karya-karya lukisan Ida Bagus Made sering menjadi buruan banyak orang terutama orang-orang asing pada saat itu, Ia menyatakan tak mampu melihat lukisannya di beli orang. Ia lebih memilih untuk melukis beberapa lukisan yang dibungkusnya rapi dan disimpan. Ia meninggal dunia setelah lama sakit pada tahun 1999 dan meninggalkan lebih dari seratus lukisan dan sketsa yang sekarang disimpan di Museum Puri Lukisan.  +
Ida Bagus Made Togog (1913–1989) adalah pelukis tradisional gaya Batuan, Gianyar, Bali. Sejak kecil Togog sangat akrab dengan pustaka berupa lontar, cerita mitologi, dan cerita rakyat. Hal-hal itu banyak menjadi sumber inspirasinya dalam melukis. Ketika dua antropolog, Gregory Bateson dan Margaret Mead melakukan penelitian tentang karakter orang Bali di Desa Batuan pada 1936 hingga 1938, Togog diminta melukiskan ekspresi mimpinya. Saat itu, Togog menghasilkan puluhan lukisan di atas kertas dengan tematik alam mimpi dan alam niskala (gaib) yang bernuansa magis. Karya-karya Togog bisa dijumpai di Museum Puri Lukisan, Museum ARMA, Museum Bali, Museum Neka, Tropenmuseum, Museum Etnografi di Leiden.  +
Ida Bagus Nyoman Rai, lahir di Sanur, Bali, antara tahun 1907 dan 1920 dan meninggal tahun 2000. Ia merupakan pelukis yang banyak dibicarakan dan diapresiasi para pengamat seni rupa dalam dan luar negeri karena keunikan karya-karyanya. Kebanyakan karyanya berbahan kertas dan tinta serta bertemakan kehidupan sehari-hari (terutama nelayan) dan peristiwa-peristiwa yang menarik perhatiannya. Misalnya ia menggambar ikan paus yang terdampar di Sanur atau masa-masa penjajahan Jepang di Bali. Karya-karyanya cenderung bergaya polos, naif, dan nakal. Ia melukis sejak remaja dan terlibat dalam perhimpunan seni Pitamaha pada era 1930-an. Ia berkawan dekat dengan Neuhaus yang membuka toko ikan tropis di Sanur. Ia juga berkawan dengan pelukis Swiss, Theo Meirer (1908 – 1982) dan pelukis Australia, Donald Friend (1915 - 1989), yang menetap di Sanur tahun 1968 hingga 1980-an. Karya-karyanya dikoleksi oleh kolektor dari berbagai belahan dunia. Karyanya juga dikoleksi oleh Museum Puri Lukisan, museum ARMA, Galeri Nasional Australia, Tropenmuseum di Amsterdam, Museum Etnografi di Leiden, dan Museum Den Kulturen di Basel, Swiss. Kecuali foto karyanya yang banyak bertebaran di internet, hingga detik ini saya belum berhasil menemukan foto profil pribadinya.  +
Ida Bagus Oka (16 April 1936 – 8 Maret 2010). Ia adalah Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN (1998 – 1999) dalam Kabinet Reformasi Pembangunan pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Gubernur Bali ke-7 dengan masa jabatan 1988 –1998. Ia menjadi Gubernur Bali menggantikan Ida Bagus Mantra. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Udayana, Bali. Pada tahun 2001, ia diadili berhubungan dengan kasus korupsi dan dihukum selama satu tahun.  +
Ida Bagus Pawanasuta, lahir di Gianyar, 21 November 1966. Beliau menulis dalam Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia. Beliau adalah sastrawan, beliau juga menjadi seorang guru di salah satu sekolah menengah atas di Klungkung. Beliau juga banyak memiliki karya-karya yang telah diterbitkan, antara lain “Pangasih Pamero” tahun 2005 diterbitkan oleh Balai Bahasa Bali, Gaguritan Aji Palayon Transformasi Kakawin Aji Palayon tahun 2006 diterbitkan mandiri, dan Kumpulan Essay “Berguru pada Giri” tahun 2009 diterbitkan mandiri. Masih banyak karya-karyanya, tetapi beliau juga sebagai pendiri Sanggar Tutur (1999) dan Komunitas Sastra Lentera (2008).  +
Sindu Putra bernama lengkap Ida Bagus Sindu Putra, lahir di Sanur, Bali, 31 Juli 1968. Kini dia bermukim di Lombok, NTB. Menulis puisi sejak remaja. Pernah aktif dalam Sanggar Minum Kopi. Puisi-puisinya dimuat Bali Post, Kompas, Koran Tempo, Kalam, dll. Dia meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk buku puisinya Dongeng Anjing Api. Buku puisi lainnya yang telah terbit adalah Kemah Malam Burung Malam (2000), Rumah Ilalang (bersama IAO Suwati Sideman , 2003), Segara Anak, Burung Origami, Dongeng Anjing Api, Di Lombok Aku Dapatkan Puisi (2018).  +
Ida Bagus Tilem adalah seorang seniman patung kelahiran Mas, Ubud, Gianyar, Bali, pada 13 Desember 1936 dan meninggal 20 November 1993. Sejak kecil dia belajar memahat pada ayahnya, Ida Bagus Nyana. Karya-karyanya menampilkan visual yang memikat pencinta seni. Setelah perjalanan pertamanya ke luar negeri ketika terpilih mewakili Indonesia pada New York World Fair tahun 1964, dia rajin menggelar pameran di luar negeri, seperti Thailand, Hongkong, Australia, Jerman, Austria, dan Meksiko.  +
Ida Bagus Tugur lahir di Griya Cucukan, Klungkung, Bali, 29 Mei 1926. Ia adalah seorang maestro arsitek tradisional Bali (undagi) yang banyak membuat bangunan-bangunan monumental di Bali. Hasil karyanya antara lain panggung terbuka Ardha Candra di Taman Budaya Bali, Monumen Bajra Sandhi di Renon, Patung Kanda Pat Sari atau Catus Pata di Kota Semarapura (Klungkung), Gedung DPRD Bali, bangunan arsitektur Bali di Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta), serta bangunan suci untuk beberapa pura di Bali. Ia meninggal pada tanggal 21 Desember 2020 di Denpasar dalam usia 94 tahun.  +
Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten lahir di Geria Gelumpang, Karangasem. 20 Januari 1967. Buku-buku yang sudah ditulisnya berupa karya sastra maupun kajian sastra antara lain (1) Buduh Nglawang (memeroleh Rancage); (2) Bangke Matah; (3) Warisan Jagal; (4) Kuda Putih; (5) Novelet Kania; (6) Bor; (7) Sabdaning Sepi; (8) Mekel Paris; (9) Pohon Jiwa; (10) Perempuan Malam; (11) Dongeng Sandal Jepit, (12) Genjek Persepsi Sosio-Kontekstual, (13) Eksistensi Basur, (14) Jro Lalung Ngutah (Memeroleh Penghargaan Widya Pataka), (15) Manukan Sidang Para Burung. Pemenang Pertama Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013 dan Penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan Tahun 2013 dari Presiden, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, 27 November 2013 di Istora Senayan Jakarta. Tahun 2014 ikut Program Kunjungan (Benchmarking) ke Jerman, selanjutnya ke Paris (Prancis), Belgia, dan Amsterdam (Belanda). Kamis, 14 Agustus 2014 menerima penghargaan Widya Kusuma dari Gubernur Bali. Tahun 2015 memeroleh Widya Pataka atas bukunya Jro Lalung Ngutah.  +
Karangasem, 20 Januari 1967 merupakan tanggal sesosok anutan lahir ke dunia ini, anutan yang mengajarkan kita arti penting sastra dalam kehidupan sehari-hari. Ida Bagus Wayan Widiasa Keniten nama yang tersebar luas dengan kepiawaiannya dalam menulis kata demi kata karya sastra. Terbukti dari gemerlap namanya tersebut beliau telah meraih beberapa prestasi yang sangat gemilang diantaranya Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan Tahun 2013 dan masih banyak lainnya. Tak dapat dipungkiri rasa cinta terhadap kebudayaan Bali menjadi salah satu alasan beliau untuk bersemangat dalam mengarang sebuah karya sastra. Sudah berpuluh-puluh buku yang beliau karang dan pasarkan salah satu buku tersebut ialah Gaguritan Wang Bang Sunaran. Gaguritan ini menceritakan tentang pergulatan hidup dan kehidupan. Pergulatan itu terjadi antara seorang guru spiritual (Sang Dyah) dengan para siswanya yang bernama Jagul Anom, Pucung, Ginanti, Ginada, Kumambang, Sinom, dan juga Wang Bang Sunaran. Perekat dialog dilakukan oleh Wang Bang Sunaran. Tokoh ini sebagai tali penghubung antara guru spiritual dengan siswa-siswanya. Gambaran diri Wang Bang Sunaran sebagai siswa yang malas belajar, jarang membantu sesama, susah diatur, dan merasa diri serba tahu. Karena itulah, ia ingin mencari jalan kebenaran. Jalan itu ditemukan pada Sang Dyah yang menurutnya sebagai tokoh pencerah dalam kegelapan jiwanya.  +
Beliau adalah Ida Ketut Jelantik, sastrawan asal buleleng yang tepatnya di Geria Tegeha Banjar, Desa Tegeha, Kecamatan Banjar. Beliau lahir pada tahun 1905 di Desa Tegeha dan merupakan keturunan dari pasangan Ida Ketut Manggis dan Ida Ayu Putu Tangi. Semasa kecil beliau dibesarkan di lingkungan Gria yang kesehariannya cenderung disibukkan dengan kegiatan sosial, beliau memiliki keinginan untuk mendalami ajaran agama dan filsafat serta dorongan moral untuk lingkungan desa tempat beliau dibesarkan Jenjang pendidikan beliau hanya sampai SR atau Sekolah Rakyat dan itu tidak sampai tamat, dengan keinginan beliau itu mendalami tattwa, etika dan filsafat beliau mempelajari itu secara otodidak sampai mendapatkan pengakuan dari warga setempat dan pemerintahan belanda pada saat itu. Karena prestasi dan kemampuannya yang tinggi, pada tahun 1938 beliau diangkat bekerja di Staff Agama di Kantor Agama Provinsi Sunda Kecil pada saat itu di Singaraja. Beliau juga ditugaskan oleh Gubernur Jendral Belanda ke Bogor untuk menerjemahkan buku dan lontar Bahasa Sansekerta ke Bahasa Indonesia dan Bahasa Kawi atas kemampuan sastra yang beliau miliki. Pada tahun 1950 beliau bekerja di Kodam Raksa Buana yang sekarang dikenal Kodam 11 Udayana sebagai Rohdam Hindu, beliau juga ikut serta dalam menyusun lambang Pataka Kodam Udayana. Kemudian, beliau meninggal pada tahun 1961 tepatnya pada tanggal 18 bulan November  +
Ida Pedanda Gede Made Gunung (1952 – 18 Mei 2016) adalah seorang Pedanda (ulama/pendeta) Hindu dari Blahbatuh, Gianyar, Bali. Ia adalah seorang pedanda yang memiliki pandangan progresif jauh ke depan. Pedanda yang dilahirkan di Gria Gede Kemenuh Purnawati ini, seolah-olah mengubah citra Pedanda (Pendeta Hindu) dari sekadar memimpin pelaksanaan upacara, menjadi pen-Dharma Wacana. Ia sangatlah terampil dalam menerjemahkan filsafat Agama Hindu yang rumit kepada masyarakat umum dengan bahasa yang sederhana, jelas dan lugas disertai selera humor yang tinggi. Tidak mengherankan jika ia acapkali muncul di berbagai media, baik media elektronik maupun media cetak, untuk memberikan Dharma Wacana (wejangan suci) kepada umat Hindu. Tidak hanya di Bali, ia memberikan juga dharma wacana di luar Bali, dari Pulau Jawa hingga ke Kalimantan. Selain aktif tampil di berbagai media cetak maupun elektronik, ia juga aktif menulis di dunia maya melalui situs website. Terlahir dengan nama Ida Bagus Gede Suamem, ia menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Blahbatuh pada tahun 1965. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN di Gianyar sampai tamat pada tahun 1968. Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke Taman Guru Atas di Sukawati. Ia sempat bekerja sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Gianyar tahun 1972 sampai 1974. Lalu beralih profesi menjadi guru Sekolah Dasar di Banjar Mawang, Lodtunduh, Ubud, tahun 1975 sampai 1983, kemudian pindah mengajar ke SD 3 Pering pada tahun 1983 sampai 1985. Ia ditunjuk sebagai Koordinator Penyuluh Lapangan Agama Hindu Kecamatah Blahbatuh dari 1985 sampai 1987 dan selanjutnya kembali mengajar sebagai guru di SD 7 Saba pada tahun 1987 sampai 1994. Tahun 1992 ia sempat mendapat peringkat sebagai guru teladan Kecamatan Blahbatuh. Disela-sela kesibukannya mengajar sebagai guru, ia melanjutkan pendidikan di Institut Hindu Dharma (sekarang beralih menjadi Universitas Hindu Indonesia) hingga memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1986. Selain sebagai guru sekolah, ia juga adalah seorang pemegang sabuk hitam karate dan pernah bergabung dalam DPD Gojukai (Dewan Sabuk Hitam) tahun 1988 – 1991. Ia mediksa atau menjadi pedanda pada tahun 1994. Sejak tahun 2002 sampai menjelang akhir hayatnya, ia menjadi dosen luar biasa di Fakultas Usada Universitas Hindu Indonesia. Ia juga dikenal sangat kritis dalam menyikapi permasalahan pelaksanaan upacara ritual Hindu di Bali, terutama Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya, yang selama ini kerap digelar dengan megah dan banyak menghabiskan biaya.  
Ida Pedanda Gede Oka lahir di Banjar Kualon, Denpasar, 1909. Selain mengabdikan hidupnya sebagai pendeta, ia dikenal sebagai undagi (arsitek tradisional Bali). Bakat itu menurun dari ayahnya, Ida Bagus Anom, seorang undagi dan pematung terkenal pada zamannya. Sejak usia delapan tahun ia telah belajar membuat patung pada sang ayah. Sebagai seorang undagi, ia sangat memahami kitab Asta Kosala-Kosali, Asta Bumi, Wismakarma dan sejenisnya. Ia tidak hanya ahli dalam membuat bangunan tradisional Bali dan bangunan suci Hindu, namun juga ahli dalam membuat wadah, jempana, dan lembu untuk keperluan ritual Ngaben.  +
Ida Poetu Taman adalah seorang pematung (1873-1953) kelahiran Desa Mas, Ubud, Bali. Dia sangat ahli dalam urusan seni ukir kayu. Dia juga ahli mengukir batu cadas untuk pembangunan tempat suci agama Hindu di Bali. Selain pematung, dia dikenal dalam drama tari “ Calon Arang” sebagai Patih Pandung yang melawan kejahatan Nateng Dirah. Dia pernah bergabung dalam komunitas seni Pitamaha.  +
Ida Wayan Eka Werdi Putra atau yang sering disapa Gus Eka adalah penggagas SAGARAGIRI Outdoor. SAGARAGIRI berasal dari kata Sagara/Segara yang berarti laut dan Giri yang berarti gunung. Sagara-Giri merupakan sebuah konsep kearifan lokal Bali yang menggambarkan kesakralan dimensi ruang. Sagara (gunung)-Giri(laut), Pasir-Wukir, dan hulu-teben (hilir) adalah istilah lainnya yang juga menjadi simbol kesatuan dan saling mempengaruhi. Beberapa pustaka tradisional Bali menyebutkan bahwa para Kawi Wiku atau pendeta pujangga menulis karya sastranya di tempat-tempat yang indah. Pendeta pujangga atau pengarang tersebut menyusuri gunung dan pesisir untuk menuangkan keindahan visualnya dalam bentuk karya sastra sebagai bentuk pemuliaan terhadap Sang Pencipta. Hal inilah yang menjadi inspirasi bagi pendirian SAGARAGIRI Outdoor. Memuliakan alam adalah salah satu jalan yang digunakan pendahulu di Bali untuk menikmati hidup, bahkan sebagai laku spiritual. Di zaman yang semakin hingar-bingar seperti sekarang, kami ingin mengadaptasi konsep dan laku tersebut untuk mengajak sahabat SaGi kembali ke alam, menjaganya, sekaligus menikmatinya dari sudut pandang yang berbeda.  +
Bapak Ida Bagus Wiryanatha ,beliau yang lahir pada 19 Mei 1961 di desa Pejeng Gianyar. Merupakan warga asli dari Br Puseh Desa Pejeng,Gianyar. Saat ini,beliau menjadi salah satu Dosen di Universitas HINDU INDONESIA di Fakultas Kesehatan. Beliau sudah menyelesaikan pendidikan terkahir S1 Dr Umum di Universitas Udayana serta S2 Agama dan Kebudayaan di Universitas Hindu Indonesia. Bapak Ida Bagus Wiryanatha adalah putra dari Alm. Ida Peranda Wayan Ngenjung dan Alm Ida Peranda Istri Bun. Bapak ida bagus wiryanatha memiliki 1 orang istri yang sangat cantik bernama Ida Ayu Wimba Ruspawati dan dari pernikahan beliau dengan istri di karunia 3 orang anak.  +
Pariwisata di Bali pada akhir-akhir ini mengalami penurunan karena beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor pandemi COVID-19.  +
Pariwisata di Bali saat ini belum berjalan baik karena adanya pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut menyebabkan ekonomi masyarakat Bali semakin berkurang. Dengan mengangkat tema "Pariwisata Bali Metangi", langkah kreatif yang perlu dilakukan pemerintah untuk membangkitkan pariwisata Bali adalah dengan adanya peran anggota Sekaa Teruna Teruni sebagai generasi muda Provinsi Bali yang cakap akan teknologi berupa sebuah promosi yang nantinya akan diunggah pada media sosial yang ada, seperti aplikasi TikTok, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya. Hal tersebut dikarenakan pada era sekarang ini yang disebut era digital semua sudah dapat dilakukan dengan hanya menggunakan gawai. Dimulai dari kita berwirausaha, berbelanja, dan bergaul kita sudah bisa hanya dengan menggunakan gawai dan media elektronik lainnya. Dari media elektronik dan media sosial ini kita sudah dapat menginformasikan mengenai keasrian dan keindahan Bali pada wisatawan mancanegara dan domestik. Namun pada kondisi seperti sekarang ini adanya pandemi Covid-19, sudah sepatutnya pelaku usaha di Bali selalu menjaga protokol kesehatan agar Bali tetap aman dan para wisatawan merasa aman dan nyaman berkunjung ke Bali. Itu saja yang dapat saya sampaikan mengenai ide kreatif yang sebaiknya dilaksanakan oleh pemerintah agar dapat membuat pariwisata Bali pulih. Semoga apa yang saya sampaikan berguna untuk pariwisata Bali agar dapat kembali seperti semula.  +
Lihat komentar dari fitur What'sUp kami di tautan ini: https://dictionary.basabali.org/Question_In_your_opinion,_what_impact_will_the_massive_construction_of_large_malls_have_on_the_local_Balinese_community%3F  +
"Om Swastyastu, Terimakasih atas waktu yang diberikan kepada saya. Nama saya Ni Luh Ari Purnama Yanti saking SMA Negeri 1 Tabanan. Kepada, para juri yang sangat saya hormati dan hadirin sekalian yang sangat saya cintai. Bahagia sekali rasanya saya bisa membawakan orasi yang berjudul "Infrastruktur jalan" Hadirin sekalian, seperti yang kita ketahui, infrastruktur jalan sangat mempengaruhi perekonomian di zaman sekarang. Kalau tidak ada infrastruktur jalan atau jalannya rusak tidak bagus, apa lagi yang dipakai untuk mencari nafkah di zaman sekarang? bagaimana cara membawa dagangan ke luar negeri? di zaman milenial dan era Globalisasi ini, Infrastruktur jalan sangat diperlukan di kehidupan sekarang. Banyak masyarakat zaman sekarang mencari nafkah di jalanan, ada yang menjadi Ojol, ada juga yang menjadi saudagar dan lainnya.; sudah seharusnya calon pemimpin 2024 bisa melihat keadaan masyarakatnya di Desa dan juga kota, supaya bisa tidak menimbulkan kesenjangan sosial. Supaya sama jalan di desa dan kota, agar bagus bahannya bisa lama untuk dilalui dan masyarakat bisa mencari nafkah dengan jalan yang lancar. Dan Calon Pemimpin 2024 supaya bisa jujur dengan adanya bantuan jalan dan pembangunan, supaya tidak kejadian dananya cair tapi jalan dan pembangunannya tidak selesai apalagi tidak ada? Apakah Calon Pemimpin tidak merasa iba ketika melihat masyarakatnya nya mencari nafkah melewati jalan yang rusak? Di Jembatan goyang untuk lewat ke timur kebarat melewati sungai dan laut? ada juga yang tidak bisa keluar dari desa karena jalannya rusak tapi dikota jalanannya bagus. Tapi, ada juga jalan yang di kota rusak, yang membuat truk besar susah untuk lewat dan menimbulkan kemacetan. Seharusnya Calon Pemimpin 2024 sekarang bisa adil dan jujur kepada masyarakatnya semua. Calon Pemimpin 2024 supaya bisa lebih perhatian kepada masyarakatnya, supaya tidak waktu kampanye saja berjanji manis kepada masyarkatnya supaya tidak disebut Janji Manis Calon Pemimpin. Baik, hanya itu orasi saya, semoga apa yang saya sampaikan bisa didengar oleh Calon Pemimpin 2024. Terimakasih untuk perhatian hadirin semuanya. "Meli bungkung aba ke pura sambilang ngayah, Kirang Langkung nunas ampura titiang sisya wawu melajah". Saya akhiri dengan paramashanti "Om Shanti Shanti Shanti Om".  
Om Swastiastu. Yang saya hormati para dewan juri serta saudara sebangsa dan setanah air yang saya cintai. Pada kesempatan yang baik ini marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa karena atas karunianya, kita semua dapat mengikuti perlombaan pada acara kali ini dalam keadaan sehat, serta saya ucapkan terimakasih kepada tim bahasa bali wikithon karena telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti perlombaan pada kali ini. Pada kesempatan kali ini saya akan membawakan teks orasi yang berjudul Infrastruktur Jalan Cecah. Cecah merupakan salah satu daerah yang berada di dusun Sebuluh, desa Bunga Mekar, kecamatan Nusa Penida, kabupaten Klungkung, provinsi Bali, ada banyak anak sekolah yang berasal dari sana. Jalan yang rusak merupakan akses jalan mereka untuk pergi ke sekolah melewati jalan terjal dan berbatu sudah biasa dilakukan siswa dari dusun sebuluh banjar cecah demi bisa berangkat kesekolah Mereka melalui jalan tersebut setiap hari, banyak dari mereka yang jatuh karena bebatuan dan terluka. Para siswa tidak memiliki pilihan lain karena jalan itu merupakan jalan satu-satunya yang harus dilalui untuk pergi ke sekolah bahkan kondisi jalan bisa lebih membahayakan jika musim hujan, batu yang berkeliaran bisa membuat pengendara terpeleset. Selain anak sekolah, penduduk juga melewati jalan tersebut saat pergi bekerja, selain itu juga ada tempat wisata disana yang bernama seganing waterfall namun, tidak banyak turis yang berani berkendara sampai di seganing waterfall karena jalannya yang rusak, tidak rata, dan banyak batu yang berkeliaran. Kami juga memiliki pura yang berada disana seperti gunung cemeng dan melajeng, susah bagi para penduduk saat berkendara sembari membawa gebogan apalagi pada saat malam hari. Jalan yang rusak juga merupakan akses jalan untuk meningkatkan perekonomian penduduk. Kami berharap pemimpin yang memimpin dimasa depan melakukan perbaikan jalan secara merata dan juga memperhatikan perbaikan jalan didaerah kami. Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dihati hadirin saya mohon maaf. Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Om, Santih, Santih, Santih, Om.  
Pemilu tahun 2024, sudah terdata sesiapa saja wajah baru maupun wajah lama yang menjadi calon-calon pemimpin. Bagaimana dengan harapan Saya kedepan? masih sama yaitu sejahtera. Sebelumnya, disini saya mendapat kesempatan untuk bersuara sebagai bentuk prihatin saya terhadap banyaknya hal yang masih terabaikan dari pemimpin rakyat Bali, Sudah banyak dikenal dimanca negara. Dikenal dengan banyaknya tempat wisata yang begitu indah menjadikan Bali banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun lokal. Namun, tempat-tempat yang bukan merupakan daerah kunjungan wisata, nampaknya kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Hal ini yaitu seperti kurangnya pemerataan pembangunan di Bali. Menurut salah satu artikel menyebutkan, bahwa pembangunan antara Bali bagian selatan dengan bagian utara masih terjadi ketimpangan, sehingga perekonomian pun tidak merata. Dengan ketimpangan tersebut sudah tentu akan menimbulkan permasalahan kemiskinan terhadap masyarakat, karena selama ini pembangunan penunjang sektor pariwisata berada di Bali bagian selatan. Hal ini bisa dilihat seperti dari bagian fasilitas mobilitasi. Adanya jalan berlubang yang bahkan hingga sampai membentuk sebuah genangan yang terlihat bak seperti kolam. Prihatinnya lagi itu adalah salah satu jalan yang merupakan jalan umum menuju ke sekolah. Bagi negara yang menganut paham demokrasi, kesejahteraan rakyat merupakan hal yang utama dalam mewujudkan negara yang maju dan merdeka.  +
Inten Sukma Pratiwi lahir di Klungkung, 27 September 1986. Sejak 2006 ia menjadi guru SD dan sejak Mei 2021 ia bertugas sebagai Kepala Sekolah di SD Negeri 2 Semarapura Klod Kangin, Klungkung. Sejak remaja ia telah tertarik dengan dunia sastra dan tulis menulis. Ia menulis puisi, esai, prosa, cerita anak, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Bali. Prestasi yang pernah diraih adalah Juara 3 Menulis Cerita Anak dan Juara 2 Menulis Cerita Remaja yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Klungkung pada tahun 2018. Pada Tahun 2019 karya puisinya masuk nominasi dalam lomba menulis puisi bagi guru-guru se-Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Dermaga Seni Buleleng. Selain itu di tahun 2019 ia juga lolos 7 besar dalam penulisan cerita anak yang diselenggarakan oleh Bali Muda Foundation. Pada tahun 2020 ia memperoleh Juara 1 Menulis Pengalaman Mengajar dalam Masa Pandemi yang diikuti oleh guru-guru SD se-Provinsi Bali yang selenggarakan oleh Er Institut. Tahun 2021 karya dongeng berbahasa Balinya menjadi karya terbaik dalam Sastra Saraswati Sewana yang diselenggarakan oleh Puri Kauhan Ubud. Selain itu, pada tahun 2021 juga karyanya masuk 10 besar dalam Sayembara Penulisan Bahan Bacaan siswa SD Kelas Awal yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Bali dan diterbitkan menjadi buku.  +
RINDU BALI YANG DULU Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat Pemerintah terpaksa membatasi kunjungan dari para turis lokal ataupun asing, hal ini menyebabkan hingga saat ini Bali masih sepi kunjungan, situasi ini dikarenakan dari berbagai sebab, mulai dari sempat meningkatnya kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga perizinan yang dianggap memberatkan bagi pengunjung. Berbicara tentang pariwisata Bali berarti kita fokus pada sektor budaya dan alam yang menjadi nilai jual utama. Melihat dari problema dan situasi yang terjadi saat ini, diharapkan agar pemerintah memanfaatkan kondisi Bali yang masih sepi dari turis dengan fokus pada pemeliharaan alam dan memperkuat nilai budaya yang dimiliki. Bagaimana caranya, yaitu dengan mengambil langkah besar dalam pembatasan pembangunan instruktur yang tidak perlu dan tidak memiliki dampak dalam menarik minat turis asing. Kita semua tau Bali bahkan lebih dikenal didunia Internasional dari pada negara kita sendiri, kita dikenal dengan uniknya budaya dan asrinya alam yang ditawarkan. Saya sempat mencari beberapa informasi disekitar, baik dari pemandu wisata ataupun dari turis yang sudah menetap di Bali, saya memberikan beberapa pertanyaan mengenai apa yang biasanya para turis asing sukai dan membuat mereka nyaman berada di Bali, jawaban mereka hampir sama pada intinya yaitu budaya dan alam yang ditawarkan, bukan dari segi teknologi maupun kemegahan bangunan modern yang ada disini. beberapa hal menarik yang saya temukan dalam jawaban yang diberikan oleh para narasumber yang saya berikan pertanyaan, yaitu mereka rindu akan suasana Bali yang dulu, mereka rindu akan budaya dan alam tradisonal Bali saat mereka baru pertamakali datang ke Bali. Harapan terbesar saya sebagai generasi milenial yang belum pernah merasakan apa itu “Bali Yang Dulu”, yang hanya tahu dari cerita orang tua, gambar dari Google dan video dari Youtube, semoga Pemerintah bisa memprioritaskan dan membuat program yang mampu membentuk Bali Tradisonal yang dirindukan, karena yang dicari wisatawan bukan Bali dengan teknologi maju ataupun infrastruktur megah, melainkan Bali yang asri dengan lingkungan yang ramah.  
Om swastyastu Para pembaca yang saya hormati, kali ini saya membawa isu masalah yang perlu ditangani oleh calon pemimpin bali tahun 2024 yang berkaitan dengan bidang pariwisata bali. Saat ini tak jarang tamu asing yang berlibur ke Bali banyak membuat masalah yang membuat warga resah, merusak fasilitas, dan tidak menghormati budaya bali. Saya harap pemimpin yang terpilih di tahun 2024 peduli dengan daerah Bali dengan membuat peraturan untuk tamu asing yang berlibur di bali, dan memperketat sanksi yang diterima apabila melanggar. Itu saja yang saya sampaikan, saya tutup dengan paramasanthi. Om santih santih santih Om  +
J
Turis / wisatawan adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana orang tersebut tinggal dengan tujuan mencari tempat yg populer dan terkenal diantaranya pantai, pegunungan, perbukitan, restoran, kafe serta berbagai objek wisata lainnya. Tetapi sayangnya turis yang datang ke Bali kini semakin membuat warga Bali resah di karenakan turis yg menggunakan jalan secara ugal-ugalan, memasuki kawasan suci dengan keadaan kotor (menstruasi), menduduki tempat suci , bertelanjang di tengah pentas seni, bahkan ada turis yg berfoto tidak senonoh di area suci Diperlukan tindak tegas untuk WNA yg datang ke Bali di harapkan pemerintah menunjuk bawahannya agar lebih ketat menjaga area suci yg di datangi turis asing, memberikan tugas kepada polisi agar menjaga keamanan lalu lintas jika melihat WNA ugal'an harus di tindak langsung dan memberikan sanksi/hukuman Tak hanya aparat yg boleh menindak tegas, kedepannya diberikan wewenang juga untuk warga Bali yg melihat kelakuan meresahan turis  +
Jaga Kawasan Suci Pura di Bali Bukan Sekadar Mencari Komisi Salam damai, salam akal sehat, salam sejahtera, untuk kita semua! Hidup mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia! Bali mendapat anugerah memiliki keindahan alam yang bervariatif, seperti pantai, laut, sungai, danau, gunung, dan hutan. Semua objek alam ini sangat potensial untuk dijadikan objek wisata. Namun tidak dipungkiri Bali merupakan pulau dewata dan pulau seribu pura sehingga pembangunan resort, hotel, atau tempat akomodasi sejenisnya perlu diperhatikan tata letak pembangunannya agar tidak memasuki atau berdekatan, dan bahkan mengganggu keberadaan kawasan suci pura. Pembangunan resort atau objek wisata sejenis seharusnya memiliki persetujuan masyarakat setempat, bukan hanya aparat. Akan tetapi, masyarakat juga harus turut terlibat! Perlu adanya diskusi terbuka! Perlu sosialisasi kepada masyarakat! Pembangunan resort atau sejenisnya yang berdekatan dengan kawasan suci pura perlu dilakukan pengkajian di awal agar tidak sampai menimbulkan dampak di kemudian hari, seperti izin dan kesepakatan kontrak, serta melakukan kompromi dengan masyarakat sekitar untuk menampung aspirasi masyarakat sekitar atau yang bertanggung jawab terhadap lingkungan pura tersebut. Kasus semacam ini mencuat, salah satunya di Karangasem, yakni pembangunan Detiga Neano Resort yang dibangun di Bukit Enjung Ngawit yang lokasinya berdekatan dengan kawasan suci pura Gumang. Pembangunan sedang berjalan, tiba-tiba ada permasalahan yang dialami karena kurangnya koordinasi dan sosialisasi dengan pihak terkait, terutama masyarakat penanggung jawab kawasan suci Pura tersebut. Jika terjadi konflik semacam ini, masyarakat perlu dimediasi dan diberikan ruang untuk menampung aspirasi mereka, untuk dibantu dicarikan solusi atau jalan tengah. Jika aspirasi mereka tidak tersalurkan, aksi emosional dalam situasi menolak keadaan pasti akan terjadi, sehingga tampak sebagai aksi anarkis. Pada keadaan demikian, masyarakat melakukan dengan aksi-aksi spontanitas! Bukan Kriminalitas! Masyarakat tampak anarkis! Karena tak digubris! Oleh karena itu, besar harapan saya Pemimpin terpilih di tahun 2024 nanti pro terhadap rakyat dan mau mendengar aspirasi masyarakat. Jangan sampai pemimpin Bali dibutakan mata hatinya hanya demi persenan komisi. Pemimpin Bali selanjutnya harus memperhatikan hal ini, agar kawasan suci pura di Bali tidak rusak dengan adanya pembangun resort, hotel, ataupun akomodasi sejenisnya yang tidak memperhatikan Kesucian Kawasan Pura. Jika ini dibiarkan semakin lama kesucian Kawasan Suci Pura di Bali akan tergerus dengan resort-resort mewah yang hanya mementingkan keuntungan duniawi semata. Rakyat memerlukan pemimpin yang cepat tanggap! Pemimpin yang mau berdiskusi dengan rakyat! Pemimpin yang memperhatikan suara rakyat! Pemimpin yang bisa menjaga Kawasan Suci Pura di Bali!  
Jalan Rusak di Kabupaten Buleleng Penghubung Desa Bukti dan Desa Tanjung Perlu Perhatian oleh Pemerintah Bali. Om Swastyastu, Yang kami hormati Bapak Guru dan para saudara yang kami sangat sayangi. Pertama-tama, puji syukur kami haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkatNya lah kami dapat menyampaikan opini terkait masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah Bali. Dimana bisa diliat bahwa banyak sekali jalanan rusak yang ada di Bali, seperti di Jalan Merak Kabupaten Buleleng tepatnya penghubung antara Desa Bukti dan Desa Tanjung. Dari info yang kami dapat, jalanan ini rusak sudah cukup lama bahkan hingga bertaun taun ucap warga disana. Kata warga sekitar jalanan ini sudah pernah di tambal memakai semen dengan dana warga seadanya tetapi rusak kembali bahkan waga mengatakan jalanan ini viral juga dulu sampai ditanami pohon pisang. Saking rusaknya jalan tersebut, warga serasa menaiki kuda, akibat jalanan rusak tersebut juga warga sering terjatuh hingga terperosok apalagi saat hujan jalanannya licin. Perbekel Desa Bukti Gede Wardana mengatakan jalan tersebut sudah rusak dari lama. Pihak desa tidak bisa memperbaiki jalan tersebut karena bukan kewenangannya. Solusi dari permasalahan ini adalah pemerintah menjajikan bahwa jalanan tersebut akan diperbaiki 2024. Begitu saja yang dapat kami sampaikan. Kurang lebihnya mohon maaf. Kami tutup dengan paramasanthi. Om Santhi,Santhi,Santhi Om.  +
Di desa pandak gede kecamatan kediri kabupaten tabanan banyak jalan yang rusak.biasanya banyak orng yang jatuh karna jalannya berlubang.sekarang saya mengusul siapa yang akan jadi pemimpin bali tolong benerin jalan jalan yang ada di desa saya. Terima kasih  +
Di jalan raya yang rusak di mambal, jalan raya mambal tempat nya di jalan yang ngelewatin pasar mambal itu sangat rusak, banyak orang" bilang jalan itu cocok buat trek"an Karena rusak  +
Perkenalkan nama saya Ni Made Dwi Riskayanti, dan teman saya Ni Kadek Dwi Kusuma Wardani dan Kadek Aulia Sari. Kali ini kami ingin mengangkat peremasalahan tentang jalan yang rusak di daerah Kami. Yang disebabkan oleh kendaraan roda empat yang bermuatan besar. Jalan umum yang dilalui oleh masyarakat di daerah Kami ini banyak yang rumpang/berlubang. Mulai dari lubang - lubang yang kecil hingga besar. Bahkan kerap terjadi kecelakaan di lokasi ini karena kurangnya lampu penerangan sehingga beberapa pengendara kendaraan bermotor sering terperosok dan jatuh. Jadi Kami harapkan agar pemerintah dapat memperbaiki jalan yang rusak tersebut dan langsung turun ke lokasi. Sehingga mengurangi resiko kecelakaan. Serta tidak menghambat aktivitas masyarakat.  +
13 April 1934 - 21 October 2013. James Danandjaja gelar sarjana Antropologi diperolehnya pada tahun 1963 dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Gelar doktor dalam bidang Antropologi Psikologi diperolehnya juga dari Universitas Indonesia pada tahun 1977. Untuk penulisan karya ilmiahnya ia mengadakan penelitian selama kurang lebih setahun di daerah Trunyan Bali, dan menghasilkan buku Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali, yang diterbitkan pada tahun 1980. James Danandjaja yang mempunyai nama asli James Tan, dengan panggilan akrab Jimmy, diangkat menjadi Guru Besar Universitas Indonesia pada tahun 1983. Ia merupakan ahli folklor Indonesia yang pertama, mulai menekuni ilmu itu sejak ia belajar di Universitas California, Berkeley, pada tahun 1969. Pembimbingnya waktu itu Alan Dundes, seorang ahli folklor terkemuka dari Amerika Serikat. Dengan karya tulis berjudul An Annotated Bibliography of Javanese Folklore, yang kemudian dijadikan buku, ia memperoleh gelar master dalam bidang folklor dari universitas itu pada tahun 1971. Sekembalinya ke Indonesia, 1972, ia mengajarkan ilmu tersebut di Jurusan Antropologi FISIP Universitas Indonesia. Menurut dia, folklor yang merupakan bagian budaya berupa bahasa rakyat, ungkapan tradisional, teka teki, legenda, dongeng, lelucon, nyanyian rakyat, seni rupa, dsb, sangat erat kaitannya dengan kebudayaan suatu masyarakat. Untuk itu, ia menugaskan para mahasiswanya untuk mengumpulkan berbagai folklor yang ada di tanah air. Bahan-bahan tulisan tersebut kemudian dijadikannya buku dengan judul Folklor Indonesia (1984). Selain itu, ia juga menulis beberapa buku lain yang berhubungan dengan folklor, seperti Penuntun Cara Pengumpulan Folklore bagi Pengarsipan (1972), dan Beberapa Masalah Folklor (1980).  +
Jero Made Puspawati alias Jero Puspa lahir di Denpasar, 1933. Ia adalah seorang penari legendaris. Pada usia remaja, ia belajar menari pada maestro tari I Wayan Rindi dari Banjar Lebah, Sumerta, Denpasar. Sebelum kawin dengan Tjokorda Bagus Sayoga dari Puri Satria, ia bernama Ni Made Rupawati. Tahun 1955, setelah kawin, ia resmi menjadi keluarga puri dan berganti nama menjadi Jero Made Puspawati. Ia dikaruniai seorang putra bernama Anak Agung Ngurah Puspayoga. Tahun 1950, ia untuk pertama kalinya pentas di luar Bali, yakni di Kota Surabaya. Pada 1973 hingga 1979, ia menjadi dosen luar biasa di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI), Denpasar. Setelah itu, ia bergabung di padepokan seni milik sastrawan Sutan Takdir Alisjahbana di Toyabungkah, Kintamani. Di padepokan seni ini, ia menciptakan beberapa tarian kreasi baru dan menggelar sejumlah pementasan. Ia termasuk penari kesayangan Presiden Soekarno. Setiap kunjungan Presiden ke Bali, ia pasti diundang menari di Istana Tampak Siring dan di sejumlah tempat di Bali di mana Presiden Soekarno melakukan kunjungan. Beberapa kali ia sempat dikirim sebagai duta seni ke luar negeri di antaranya India, Singapura dan sejumlah negara di Eropa.  +
Jero Mangku Liyer lahir di Banjar Pengosekan Kaja, Ubud, Bali, 1922. Dia meninggal tahun 2016. Liyer adalah seorang pemangku, peramal, dan balian usada. Selain itu, dia juga menekuni seni lukis, terutama rerajahan untuk kepentingan ritual Hindu-Bali. Nama Liyer semakin terkenal berkat dia ikut main dalam film “Eat, Pray, Love” (2010) yang diangkat dari novel berjudul sama karya Elisabeth Gilbert. Film tersebut dibintangi Julia Robert. Berkat film tersebut banyak wisatawan asing berkunjung ke rumah Mangku Liyer dengan tujuan konsultasi spiritual.  +
Joged bumbung adalah budaya tari tarian yang berasal dari bali.joged bumbung sudah lama adanya. Tetapi di jaman yang modern sekarang,banyak yang salah menggunakan tari tarian ini,dan lebih ke hal pornografi. Hal tersebut membuat budaya Bali yang awal nya di cap bagus,namun sekarang di cap sebagai budaya yang asal asal.pemerintah yang mengurus kebudayaan di daerah Bali harus bersitegas memberikan sanksi dan tindakan terhadap warga warga yang salah menggunakan budaya bali  +
Johan Rudolf Bonnet adalah seorang pelukis dan pemikir seni kelahiran Amsterdam, Belanda, 30 Maret 1895. Dia tertarik dengan keindahan dan keunikan kebudayaan Bali. Bonnet tiba di Bali pada Januari 1929, sempat menetap di Tampaksiring dan Peliatan, kemudian menetap di Campuhan, Ubud. Di Ubud dia berkenalan dengan pelukis dan koreografer Jerman, Walter Spies, dan Raja Ubud, Tjokorda Gede Agoeng Soekawati. Bersama dua sahabatnya itu, Bonnet kemudian mendirikan perkumpulan pelukis yang sangat terkenal, yakni Pita Maha pada tahun 1936. Perkumpulan ini menghimpun banyak pelukis dan pematung dari Ubud maupun luar Ubud. Bonnet dan Spies banyak memperkenalkan media dan teknik modern dalam melukis kepada anggota perkumpulan tersebut, bahkan mempromosikan dan menjual karya-karya mereka. Pada tahun 1943, Bonnet ditangkap tentara Jepang dan diasingkan ke Sulawesi (Bolong dan Makassar) hingga 1947. Pada tahun 1951, Bonnet kembali ke Ubud, dan mendirikan Golongan Pelukis Ubud. Namun, komunitas ini tidak berjalan sukses. Pada tahun 1957, Bonnet pulang ke Belanda. Selama di Belanda, Bonnet menghabiskan waktunya untuk menyusun inventaris dan katalog Museum Puri Lukisan yang didirikan tahun 1956. Tahun 1972, Bonnet kembali ke Bali dan melanjutkan penyusunan katalog untuk Museum Puri Lukisan, Ubud. Bonnet meninggal pada tanggal 18 April 1978 di Laren, Belanda. Karena Bonnet sangat mencintai Bali, pada tahun 1979 jenazahnya dibawa ke Ubud dan dikremasi bersama jenazah sahabatnya, Tjokorda Gede Agoeng Soekawati yang meninggal pada tahun yang sama.  +
Cendekiawan Australia yang terkenal dengan biografinya yang komprehensif tentang seniman Jerman Walter Spies yang pengaruhnya pada seni Bali terkenal.  +
Jong Santiasa Putra adalah seorang penulis dan seniman pertunjukan. Lahir di Denpasar, 1991. Setelah menamatkan kuliah di jurusan Antropologi Ragawi Unair Surabaya, Jong aktif di Teater Kalangan. Ia juga menjadi founder KacakKicak Puppet Theatre, kelompok bermain teater boneka yang khusus mengembangkan pemberdayaan pertunjukan bagi anak-anak. Praktik artistik Jong bergerak cair sebagai penulis lakon dan puisi, produser, sutradara, aktor, dan performer melalui pendekatan intermedia. Buku puisinya diterbitkan pada 2019 bertajuk “Sendainya Kata-kata Pecah di Keningmu”.  +
K
K.Landras Syaelendra lahir di Banjar Pengembungan, Pejeng Kangin, 1959. Belajar menulis sejak remaja. Dia pernah aktif di Sanggar Minum Kopi Bali. Karya-karyanya dimuat di Merdeka Minggu, Tabloid Nova, Bali Post, Nusa Tenggara, Bali Echo, Majalah Sastra Horison, Bernas, Minggu Pagi, Nafiri, Karya Bakti, Bali Tribun. Pada tahun 1987 masuk sepuluh Besar Lomba Cerpen Se-Bali – NTB yang diselenggarakan harian Bali Post bekerja sama dengan PERADAH. Pada tahun 1990 menjadi juara II dalam Lomba Cipta Cerpen se-Indonesia dalam rangka HUT Bali Post. Tahun 1994 dia meraih Taraju Award. Beberapa puisinya terhimpun dalam buku Taksu, Teh Gingseng, Kembang Rampai Puisi Bali, Bali The Morning After, A Bonsai’s Morning, Dendang Denpasar Nyiur Sanur, Sahayun, dll. Kini dia bekerja sebagai pegawai negeri di Denpasar.  +
OM SWASTYASTU Pertama tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada tuhan. karena atas karunianyalah kita dapat hadir di tempat yang berbahagia ini dengan keadaan sehat walafiat. Rabies di Bali sudah berlangsung sekitar 3 tahun dan banyak data yang telah di kumpulkan. Hasil analisis menujukkan bahwa tingkat kejadian rabies tertinggi pada kelompok anjing lepasan (81%),Disusun kelompok anak anjing (17%) dan terendah pada anjing rumahan (2%), dari total anjing rabies yang di konfirmasi secara laboratorium.  +
OPTIONAL  +
Kadek Ayu Sri Handayani alias Ayu Carmen lahir di Denpasar, 13 Juli 1970. Ia adalah seorang penyanyi yang telah merintis karir sejak 1987. Ia sering menyanyikan lagu-lagu pop dan balada. Album yang telah dipublikasikannya, antara lain Coverversion 1 (1989), Coverversion 2 (1993), Melody Kenangan (1999), Oldies (2003), Sanur (2010), Cinta (2012), Cinta Tak Bertepi (2014).  +
Kadek Dedy Sumantra Yasa, lahir di Apuan, Tabanan, Bali, 7 Desember 1980. Dia kuliah seni lukis di ISI Yogyakarta. Dia terlibat dalam banyak pameran bersama, antara lain tahun Glory Fyng Colours Sanggar Dewata Indonesia di Musium Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa (2016). Ironi In Paradise, Sanggar Dewata Indonesia di Agung Rai Museum of Art (2013). Tahun 2016 dia menggelar pameran tunggal bertajuk "Ritme Impuls" di Gallery Biasa, Yogyakarta. Selain melukis dia juga menggeluti seni performance art, misalnya, tahun 2009 dia menggelar performance art “Undisclosed Teritory #3”, Ilusi Beban, di Padepokan Lemah Putih, Solo. Tahun 2008 dia menampilkan Penjagalan Ular Naga (kolaborasi dengan Astrid Reza) di Jogja National Museum. Tahun 2002 dia meraih Certificate of Recognition Indonesia Art Award, tahun 2000 meraih Certificate From ALIF dan karya Seni Lukis Cat Air Terbaik dari FSR ISI Yogyakarta. Tahun 2020 dia menggelar pameran tunggal dan performance art di Jatijagat Kampung Puisi, Denpasar. Kini, selain tetap melukis, dia juga mengaransemen lagu yang dinyanyikannya sendiri.  +
Kadek Desi Nurani lahir di Sanih, Buleleng, Bali, Desember 1995. Ia adalah seorang aktor, penulis dan manajer seni. Praktik artistiknya banyak mengelaborasi perihal posisi perempuan dan anak-anak dalam hubungannya dengan konteks keluarga, pendidikan sekolah, dan sosial masyarakat yang berkelindan di sekitarnya. la mulai menekuni dunia sastra dan teater sejak bergabung di Teater Ilalang SMA Lab, Undiksha-Singaraja. Kemudian meneruskan proses di Teater Kampung Seni Banyuning dan Komunitas Mahima. Usai menamatkan kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha, ia bekerja sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Dharma Wiweka, Denpasar. Di sana ia aktif sebagai pembina Sanggar Seni Kelakar, melatih para siswanya menekuni sastra dan teater. Di luar sekolah, ia juga kerap berkolaborasi sebagai aktor, manajer, dan tim kreatif dalam sejumlah produksi teater, fashion dan film di Bali. Sementara tulisan berupa puisi, prosa dan esai pernah dimuat di sejumlah media, menjadi pemenang beberapa sayembara penulisan sastra, serta terhimpun dalam buku antologi bersama. Buku kumpulan cerpennya adalah “Manisan Gula Merah Setengah Gigit” (2020).  +
Kadek Desi Nurani Sari, lahir di Sanih, Buleleng, 31 Desember 1995. Dia menamatkan pendidikannya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha, Singaraja. Dia mulai menulis puisi dan prosa sejak SMA. Karya-karyanya dimuat di banyak buku antologi bersama, seperti “Hadiah untuk Langit” (2012), “Ginanti Tanah Bali” (2013), “Lingga” (2015), “Gita Candra Nyanyian Bulan” (2018”, “Wiwaha” (2019). Kumpulan cerpen perdananya yang telah terbit adalah “Manisan Gula Merah Setengah Gigit” (2020). Selain menulis, dia aktif dalam kegiatan teater, seperti Teater Ilalang, Teater Kampung Seni Banyuning, Teater Kampus Seribu Jendela, Komunitas Cemara Angin, Komunitas Mahima. Kini dia bekerja sebagai guru Bahasa dan Sastra Indonesia.  +
Kadek Eko, lahir di Gianyar, Bali, 11 November 1989. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 2008 dia giat menampilkan karyanya dalam pameran bersama, antara lain pameran “NuansaAlam” 2009 di Gedung Kriya Art Center, “Bali On the Move” (di Maha Art Gallery, Denpasar, 2013), “Tat Twam Asi” (di Ubud Writers and Readers Festival, 2016), “ATUH” (Griya Santrian Gallery, Sanur, Bali 2017). Karya-karya lukisnya memadukan corak tradisi dan modern dengan tematik alam dan kehidupan sehari-hari. Dia merupakan anggota komunitas seni rupa Militanarts.  +
Kadek Sonia Piscayanti lahir di Singaraja, 4 Maret 1984, merupakan Dosen Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Ganesha. Ia mengajar bidang sastra seperti puisi, prosa, dan drama. Ia pernah diundang sebagai pembicara pada Ubud Writers and Readers Festival (2012-2013), Creative Writing Progra, Griffith University, Gold Coast, Australia (2011-2012), serta pada ajang OzAsia Festival, Adelaide Australia (2013). Ia menulis sekaligus menyutradarai naskah “Layonsari” di Belanda dan Prancis pada acara Culture Grant dari Direktorat Pendidikan Tinggi Indonesia (2014). Ia juga telah menerbitkan beberapa buku diantaranya, “Karena Saya Ingin Berlari Saya Ingin Berlari” (Akar Indonesia, Yogyakarta, 2007), Buku Sastra “Literature is Fun” (Pustaka Ekspresi, 2012), “The Story of A Tree” (Mahima Institute Indonesia, 2014), The Art of Drama, The Art of Life (Graha Ilmu, 2014), A Woman Without A Name” (Mahima Institute Indonesia, 2015). Sonia menjadi mentor buku petualangan Luh Ayu Manik Mas ke-6.  +
Kadek Sudiasa adalah seorang penari tradisional khususnya Tari Topeng Bali, penabuh Gamelan, pemahat kayu dan pembuat topeng. Ia juga memiliki keahlian yang unik dalam memainkan dan membuat Rebab Bali. Berasal dari Mas, Ubud, pengalamannya dalam teater tari tradisional dan pembuatan topeng merupakan sumber pengetahuan yang luar biasa bagi komunitas seniman Sawidjis. I Kadek Sudiasa adalah anggota Sanggar Tirta Sari & Genta Buana Sari, sebuah komunitas pemusik dan penari tradisional. Di sinilah dia merasa paling betah. Saat ini Kadek masih aktif di Peliatan sebagai musisi dan penari. Di bawah pengelolaan Anak Agung Gede Oka Dalem.  +
Kadek Surya Kencana, lahir di Dalung, Badung, Bali, 24 Januari 1986. Tahun 2005, dia meraih Juara II lomba penulisan puisi tingkat nasional yang digelar oleh Departemen Pendidikan Nasional. Dia pernah menjadi guru dan kepala sekolah di sebuah sekolah di Singaraja. Kini dia menekuni dunia jurnalistik. Dia pernah mengikuti misi kebudayaan “Bali Kanaya Internasional Art Week” di Chiba, Jepang, 2014. Dan sejak 2015 dia bergabung dengan Radar Bali (grup Jawa Pos) sebagai jurnalis. Beberapa puisinya pernah dimuat di Bali Post dan terangkum dalam buku puisi Saron (2018).  +
Kadek Wahyudita lahir di Kesiman, Denpasar, Bali. Ia adalah seorang pekerja seni dan event organizer. Selain menjadi Ketua Yayasan Penggak Men Mersi, ia juga menjadi founder Rare Bali Festival sejak tahun 2014 dan masih aktif sampai sekarang. Ia juga terlibat dalam tim kreatif Kesiman Progressive Festival. Selama beberapa tahun terakhir, ia telah menjadi bagian dari tim kreatif Pesta Kesenian Bali (PKB), serta ikut berkontribusi dalam Denpasar Festival dan Festival Seni Bali Jani. Pada tahun 2020, ia menggagas acara PARASARA (Pekan Generasi Sadar Aksara), sebuah ajang yang didedikasikan untuk mendukung Bulan Bahasa Bali. Dalam acara tersebut, terdapat berbagai lomba dan diskusi yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mendukung pengajaran bahasa, aksara, dan sastra Bali kepada generasi mendatang. Dengan kompetensinya sebagai konseptor dan manajer acara, serta pengetahuannya tentang seni dan budaya Bali, ia terus berusaha untuk mempromosikan dan melestarikan kekayaan budaya Bali melalui berbagai inisiatif seni dan acara budaya.  +
Para juri yang saya hormati dan para tim baliwiki yang saya hormati. Sebelum saya melanjutkan orasi ini saya buka dengan panganjali, Om Swastiastu. Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan. Di Pulau Bali saat ini banyak sekali terlihat budaya ataupun tradisi bali yang telah dilupakan seperri berbahasa bali yang benar dan cara membuat banten. Para anak muda anyak yang tidak mau mempelajari hal tersebut karena tidak mengikuti jaman modern ini. Oleh karena pemerintah perlu mengadakan pasraman kilat di sekolah secara rutin. Baik hanya hal itu yang dapat saya sampaikan jika ada kekurangan saya meminta maaf. Om Santhi Santhi Santhi Om  +
Murda: “Kaletuhan Leluu Plastik ring jagat Bali” Om Swastyastu, Sane wangiang tityang para angga panureksa, sapunika taler Ida Dane para sameton sareng sami sane gumanti dahat kusumayang tityang. Maka pamurwaning atur, lugrayang tityang ngaturang sesanti angayu bagia saha dreda subakti majeng ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, majanten sampun sangkaning sih paswecan Ida, Ratu Ida Dane sareng sami ping kalih tityang sida mapadu wedana ri acara Wiki thon Partisipasi Publik Bali Berorasi. Ring subadewasa sane becik puniki lugrayang tityang ngaturang orasi sane mamurda “Kaletuhan Leluu Plastik ring Jagat Bali” Ratu Ida Dane para sameton Bali sareng sami, kawentenan panglimbak sane marupa polusi leluu plastik ring jagat Bali dahating ngobetin pisan. Riantukan pamargi kauripan para janane nenten sida kapalasang antuk ngawigunayang piranti plastik. Parindikan leluu plastik makeh pisan ngawinang pikobet makadi kaletuhan ri sajeroning kawentenan ambara, toya maka miwah pertiwi. Majanten sampun sangkaning kaletuhanne punika presida ngawinang pinyungkan-pinyungkan sane rahat ring para kramane. Iriki gumanti patut pisan para pemimpin sane kapilih ring warsa 2024 nginggilang pisan pamargi-pamargi saha ilikita-ilikita parindikan pengolahan leluu sane manut sekadi tata titi ipun. Sekadi pengolahan ring suang-suang kulawarga, bebanjaran, desa adat make miwah sane siosan, mangda sida wicaksana ri sajeroning ngangge piranti plastik. Ngiring para jana Bali sareng sami, mangdane satata sayaga tur pariyatna pisan sajeroning kawentenan baya leluu utaminnyane leluu pastik. Mawastu raris Pulau Bali sane kaloktah ngantos ka dura nagara setata presida ngajegang kaasrian palemahannyane mangda taksu Baline sane katamiang prasida ajeg tur lestari. Inggih kadi sapunika sida antuk titiang matur, maka kakirangan ipun banget tityang nunas agung pangampura. Maka wasana, puputang tityang antuk ngaturang parama santi, “Om Santih, Santih, Santih, Om”  +
Ogoh- ogoh Kali Citta Pralaya adalah ogoh- ogoh yang berada di Banjar Dukuh Mertajati, Denpasar. Kali Citta Pralaya mempunyai makna kehancuran yang diakibatkan oleh pemikiran yang buruk. Makna tersebut dapat dijadikan sebuah petuah bagi Bapak/ Ibu yang saat ini tengah duduk dikursi pemerintahan, yang tengah menjadi pengayom bagi rakyat, yang konon tengah menjadi penyambung lidah para rakyatnya. Agar selalu mawas diri, tetap pada pendirian yang baik dan tidak boleh lupa pada kewajiban terhadap negara juga terhadap rakyat yang sudah memberikan suara dan kepercayaannya kepada Bapak/ Ibu sekalian hingga dapat duduk dikursi pemerintahan. Ingatlah selalu bahwa 'pemikiran yang baik akan membawa hasil yang baik pula' dan begitu pula pemikiran baik tersebut akan menjadi awal yang baik bagi dunia.  +
seperti yg terjadi di Pantai Kuta ada beberapa penjual yg memaksa beberapa wisatawan untuk duduk ataupun membeli makanan atau barang dari mereka. yang membuat beberapa wisatawan resah itu adalah cara mereka menawarkan nya terkesan memaksa dan mengejar agar beberapa wisatawan mau menggunakan jasa mereka atau membeli makanan/minuman atau barang dari mereka. dan beberapa wisatawan ada yg speak up di twitter/instagram dan beberapa sosmed lainnya tentang hal ini. tolong diperbaiki soal ini karena membuat beberapa wisatawan takut untuk berwisata disini dan mengganggap di semua tempat wisata akan ada penjual seperti mereka dan perlu mempromosikan pariwisata pariwisata baru yang berpeluang menghasilkan untung yg banyak, di setiap tempat wisata harus bersih dan higenis seperti kamar mandi yg bersih.  +
Banyak sekali kasus pelecehan seksual terjadi belakangan ini. Dapat dilihat dari banyak sosial media terutama Instagram banyak sekali berita berita yang mengusung hal terakit pelecehan seksual ini. Selain itu pada tahun lalu KBRN telah menyebutkan bahwa kasus pelecehan pada anak semakin meningkat hingga menyentuh 48 kasus. Hal gilanya lagi banyak pelaku pelecehan ini memiliki hubungan keluarga dengan korban. Maka dari itu mulai hari ini pemerintah juga kita selaku remaja patut bergerak untuk mengatasi hal ini salah satunya dengan cara lebih memperkenalkan dampak dampak yang akan terjadi bila kita melaksanakan seks pra-nikah, baik dengan bekerjasama dengan dinas BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) yang membentuk program GENRE (Generasi Berencana). Program tersebut tentunya sangat mendukung berkurangnya kasus ini karena dalam GENRE para generasi muda diajak untuk membuat rencana terkait masa depannya. Dengan harapan para remaja maupun generasi muda dapat memiliki lingkungan positif dan kegiatan yang produktif untuk menemukan jati dirinya. Dapat pula dengan melakukan berbagai sosialisasi terutama didaerah - daerah terpencil terkait bahaya dari hal tersebut, dan mulai menanamkan pikiran untuk menormalisasi bahwa perempuan juga harus memiliki ilmu bela diri karena tindak kejahatan seperti penculikan yang berujung pada kekerasan seksual. Meski terdengar tabu dan kurang nyaman untuk didengar di khalayak ramai kita patut bisa menembus hal tersebut demi melindungi generasi emas buleleng selanjutnya.  +
Masalah sane harus di tanggapi oleh calon pemimpin Bali inggih punika . sepatutnyane irage dados calon pemimpin ring Bali,mengajak masyarakat Bali untuk memilah sampah ,mangde ten ngawag ngentungan sampah demi keasrian wilayah Bali puniki  +
Om swastiastu, yang terhormat para dewan juri wikithon dan para calon DPD bali yang telah hadir pada lomba Orasi tahun ini, serta bapak/ibu guru dan peserta lomba Orasi yang saya kasihi. Pertama tama, mari kita panjatkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasayang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di sini dalam acara Wikithon Partisipasi Publik Bali Berorasi. Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan Orasi yang berjudul ‘Kebudayaan Bali Terancam’. Saudara-saudara sekalian yang berbahagia, Bali, terkenal akan kebudayaan dan adat istiadatnya yang unik yang masih kuat hingga sekarang, Masih banyak masyarakat yang mempertahankan tradisi dan memegang teguh adat istiadat, sehingga sering kali menjadi objek wisata bagi para pengunjung yang datang ke Bali. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Kebudayaan Bali sebagai hulunya pembangunan Bali disebut dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. Meskipun pihak luar banyak memberi apresiasi kebudayaan Bali, nyatanya di dalam masih banyak tantangan yang mesti diselesaikan. Salah satunya adalah pembangunan di wilayah yang kaya akan tradisi dan budayanya. Di satu sisi mempertahankan tradisi dan budaya. Namun di sisi lain juga harus memenuhi kebutuhan ekonominya. Dua hal yang berbeda ini, biasanya tidak berjalan beriringan. Bahkan, tak jarang ekonomi yang berlandaskan tradisi dan budaya justru mematikan tradisi dan budaya itu sendiri. Keunikan alam, tradisi dan budaya Bali mengundang pemilik modal untuk berinvestasi di Bali. Mereka membeli tanah untuk membuka usaha, baik itu hotel, vila dan sebagainya. Para pemodal tentu mengiming-imingi masyarakat dengan uang jual beli yang besar. Di satu sisi, masyarakat kita yang cenderung disibukkan aktivitas adat, ingin memiliki uang banyak. Akibatnya, mereka pun menjual tanah yang dilirik investor. Bila tanah tersebut tidak berkaitan dengan tradisi dan budaya, tentu tidak masalah. Namun selama ini, sering terjadi, tanah yang dijual tersebut merupakan akses umat dalam menuju pura, akses ngiring sesuhunan dan sebagainya. Jika krama menuntut, tentu tidak bisa. Sebab mereka tak memiliki hak untuk protes. Menurut tatanan Agama Hindu di Bali, kawasan pantai, sungai dan pegunungan merupakan kawasan yang harus disucikan karena merupakan tempat ritual. Sebaliknya, investor akan melirik lokasi-lokasi ini. Sebab selain memiliki keindahan, adanya prosesi ritual dapat dijadikan komoditi pariwisata. Pemilik lahan yang kurang teredukasi mungkin tergiur untuk menjual tanah di kawasan tersebut dengan tujuan ingin kaya secara instan. Dari satu penjual, biasanya akan merembet ke yang lainnya. Hasilnya, kawasan yang sebelumnya sepi dan magis, berubah menjadi kawasan pariwisata. Bagi masyarakat yang ingin mempertahankan tanahnya akan menghadapi dilema. Dengan berkembangnya pariwisata di kawasan itu, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tinggi. Di satu sisi, nilai pajak yang tinggi, sementara tanah tersebut tidak menghasilkan apa-apa atau nilai jual padinya sangat murah. Kondisi ini akan membuat orang tidak memiliki pilihan selain menjual tanahnya. Kalau terus-terusan seperti ini, bisa saja dalam beberapa tahun ke depan umat harus minta izin kepada investor saat memasuki wilayah pantai untuk melasti, kawasan beji untuk nunas tirta dan sebagainya. Sebab akses mereka telah dikuasai orang lain. Lalu apa yang harus dilakukan? Masyarakat dan pemerintah harus betul-betul memiliki keinginan untuk menjaga tradisi dan budaya Bali. Sebab saat ini, kita kan masih berada di wilayah, “ade demen ngadep pang maan pis, ada demen ngalih komisi,”. Satu hal terpenting, hapuslah NJOP bagi tanah persawahan ataupun perkebunan yang tidak dibangun akomodasi pariwisata. Sekian yang bisa saya sampaikan melalui orasi ini, jagalah selalu tradisi dan kebudayaan Bali! Saya akhiri dengan Om Santhi, Santhi, Santhi Om  
Om swastyastu Salam cinta dan salam damai untuk kita semua. Hidup generasi muda sebelum saya memulai orasi pada kesempatan ini, izinkan saya bertanya kepada pemerintah khususnya KOMNAS PERLINDUNGAN ANAK DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN apaa sebenernya fungsi UU No12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual jika para pelaku masih mendapatkan hukumann yang tidak setimpal dengan para korban? Kejadian ini telah terjadi pada seorang siswa di kabupaten lahat, Sumatera Selatan yang dimana para pelaku hanya di Vonis 10 bulan penjara. Kemudian yang kedua, kasus seorang tokoh pendidikan yang menganiaya 13 santriwati di bandung. Seorang oknum pendidik tega melakukan perbuatan keji seperti itu? Anak - anak muda yang ingin merasakan pendidikan tinggi harus merasakan perbuatan oknum seperti itu? Dimana letak keadilan bagi kami para anak muda? YANG TERHORMAT bapak/ibu yang menduduki meja pemerintah YANG SAYA HORMATI KOMNAS PERLINDUNGAN ANAK DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Saya hanya meminta para pelaku kejahatan seksual mendapatkan tindak pidana yang tegas sebagai mana diatur dalam UU NO 12 TAHUN 2022 tentang tindak pidana kekerasan seksual. Kamianak muda hanya ingin hidup tenang dan melanjutkan hidup tanpa takut akan tindakan keji seperti ini. Jika hukum tidak bisa melindungi anak anak muda, lalu bisakah hukum yang menerus masa depan Indonesia? Karena sesungguhnya perkembangan dan perubahan terhadap bangsa akan berlanjut terhadap anak anak muda. Jika tindakan hukum tidak bisa tegas, saya jamin masa depan Indonesia tidakk akan aman. Sekian dari saya Terimakasih Hidup Generasi muda Indonesia  +
Kemacetan di Daerah rumah saya sangat parah. sering terjadi dan susah untuk mendapatkan solusi dari masalah tersebut dikarenakan juga jalur rumah saya. adalah jalur rawan dan jalur utama , yaitu jalur Denpasar Gilimanuk , yg banyak orang ketahui adalah jalur rawan akan kecelakaan dan sering terjadi kemacetan. Saya berharap juga kepada pemerintah agar bisa menemukan solusi untuk masalah ini. karena bagi masyarakat sekitar jalur ini sangat penting, karena jalur ini digunakan untuk jalur anak sekolah dan juga masyarakat sekitar yg akan menuju ke kota dari arah kerambitan dan sekitarnya ini adalah jalur yg sangat penting bagi masyarakat sekitar di daerah saya. adi saya meminta kepada pemerintah agar memikirkan solusinya untuk masalah ini, karena jalur ini akan terus di gunakan , Jalur ini juga sering di lewati oleh pejabat daerah , gubernur , bahwa presiden kita sudah pernah melewati jalur ini.  +
Kemacetan Margi Ageng Om swastyastu, Puji dan syukur kita panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa karena atas anugrah yang diberikannya kita dapat berkumpul disini dalam agenda Wikhiton Partisipasi Publik Bali Berorasi. Dalam agenda hari ini, izinkan saya menyampaikan isi dalam orasi saya yang berjudul" kemacetan margi ageng." Tujuan dari orasi ini adalah agar kemacetan bisa diatasi dengan baik oleh pemimpin kedepannya demi keamanan dan kenyamanan berkendara di Bali. Para hadirin sekalian, kemacetan adalah padatnya arus lalu lintas pada suatu badan jalan, baik oleh karena dimensi alat transportasi atau jumlahnya yang banyak, jalanan yang sempit, jarak simpangan yang pendek, penggunaan badan Jalan untuk parkir, dan beralihnya fungsi trotoar jadi tempat parkir. Kemacetan sering terjadi di Bali Selatan meliputi Kota Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Permasalahan kemacetan yang diakibatkan oleh beberapa titik perubahan moda transportasi darat keluar atau sebaliknya tersebut bukan persoalan macet belaka,namun juga yang terpenting lagi adalah keamanan dari segi penyelundupan. Dengan mulai dibukanya penerbangan dosmetik dan luar negeri ikut membebani kepadatan jalan untuk mengantarkan dari dan ke tujuan wisatawan sekeliling pulau Bali dengan kendaraan bermotor, mulai dari kendaraan pribadi, taxi, bus, trans metro dewata dan layanan online pada jam-jam puncak atau hara raya cukup memadati jalan rayaraya di Bali. Meski demikian, penyebab kemacetan di setiap ruas jalan berbeda-beda. Selain penambahan jalan, diperlukan sentral parkir terutama di daerah pariwisata karena tidak semua tempat usaha baik toko, restoran tidak memiliki tempat parkir yang cukup, ditambah dengan upaya membudayakan masyarakat untuk parkir di sentral parkir, terutama turis. Usaha - usaha memperbaiki masalah kemacetan melakukan pemeriksaan terhadap data-data statistik yang berkaitan dengan lebar dan panjang jalan serta titik simpangan, halte, terminal. Selain data statistik,seperti perawatan Jalan Nasional, Provinsi dan Kabupaten,banyak kendaraan di Bali yang tidak sesuai dengan daya dukung jalan. Jika usaha mengurangi kemacetan tidak dilakukan, maka jalan raya utamanya jalan Nasional dan jalan objek wisata cepat rusak atau hancur. Demikian orasi saya hari ini, semoga dengan orasi yang telah saya sampaikan dapat menjadi rangkulan calon pemimpin kedepannya untuk menjadi pemimpin yang bijaksana dan berhati mulia. Mohon maaf jika ada kesalahan kata maupun tindakan yang tidak mengenakan bagi para dewan juri saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih atas para juri dan pendengar yang telah menyaksikan penampilan dari saya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih dan tutup dengan paramasanthi. Om Santhi, Santhi, Santhi Om.  
Agar kemacetan dapat dikurangi saya menawarkan solusi untuk mengatur lalu lintas dan lebih memperketat aturan parkir bagi masyarakat ataupun wisatawan, agar lalu lintas tidak tersedak perlu diberlakukan aturan parkir bagi masyarakat dan wisatawan agar mereka tidak parkir dipinggir jalan sehingga dapat mengganggu lalu lintas. Dengan begitu kemacetan saya kira dapat dikurangi.  +
Kenakalan Remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang. Fenomena kenakalan-kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos sekolah, merokok, minum minuman keras, balap liar, dan lain sebagainya. Kenakalan remaja juga dibagi menjadi tiga yaitu: 1). Kenakalan, kejahatan yang dilakukan anak dibawah umur yang menyebabkan anak tersebut harus berhadapan dengan hukum dan ditangani dengan sistem peradilan anak. 2). Perilaku kriminal, kejahatan yang ditangani oleh peradilan pidana. 3). Pelanggaran status, pelanggaran yang termasuk pelanggaran ringan. Contoh: bolos sekolah.Ada beberapa jenis kenakalan yang muncul pada remaja. Salah satunya adalah kenakalan berulang, yang mana dimulai dengan menyinggung atau menunjukkan perilaku anti sosial/agresif pada masa remaja (atau bahkan sejak kanak-kanak) dan berlanjut hingga dewasa. cara mengatasi kenakalan remaja yang bisa dilakukan. 1). Cara mengatasi kenakalan remaja masa kini dapat dilakukan dengan mengajak mereka berdiskusi mengenai aturan yang Anda terapkan dan konsekuensinya. Berikan mereka pengertian bahwa aturan tersebut dapat melindunginya dari perbuatan yang akan merugikan dirinya sendiri.2). Orangtua bisa kehilangan kendali ketika menghadapi perilaku nakal remaja. Jika ingin mengendalikan mereka, Anda juga harus bisa mengendalikan diri sendiri. Ketahui waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak. Apabila Anda masih dalam keadaan sangat marah, disarankan untuk menunggu hingga emosi mereda agar komunikasi berjalan efektif. 3). Bersikap kasar dan mencela anak remaja hanya akan membuatnya menjauhi Anda, apalagi mereka memiliki perasaan yang lebih mudah tersinggung.  +
Akhir akhir ini banyak orang luar Bali yang menetap di Bali ,dalam hal itu Bali jadi semakin banyak penduduk dan terlihat dominan orang luar Bali ,bagaimana menurut anda dalam hal ini? Kota kota besar di Bali sudah terlihat sangat macet , jika di lihat Bali sudah padat penduduk,dan juga banyak di lihat orang tawuran di jalan(tidak tahu ini orang lokal atau luar pulau) tapi saya harap penjagaan di jalan dan sekitar nya lebih di pantau. Di sini saya menyampaikan tentang cara mengatasi penduduk luar pulau yang menetap di Bali dan ke amanan di jalan, bagaimana mereka yang ingin menetap di Bali makin bertambah dan banyak warga asli Bali jadi kurang tempat tinggal atau semacam nya? Terimakasih atas perhatiannya  +
Om swastyastu apa yang saya rasakan para peneliti.begitu juga untuk pemuda dan semua yang saya cintai. Pilih Ajeng bersama-sama mengucapkan terima kasih kepada Allah, karena berkat rahmat-Nya, kami bersama-sama dapat berkumpul di sini dalam acara wikithon partisipasi publik Bali berorasi. Izinkan aku untuk menyampaikan pidato ini, yang berjudul: kesejahteraan rakyat Bali Masalah yang paling penting yang ditangani oleh para calon pemimpin Bali, Bagi para calon pemimpin bali, untuk lebih memperhatikan masalah masyarakat, agar masalah rakyat bali terataataatasi terutama di desa-desa kecil, contoh seperti: Pertama, masalah-masalah masyarakat yang kurang mampu harus mendapat perhatian khusus dari calon pemimpin negara, dengan kesejahteraan rakyat negara, seperti bantuan dalam penyediaan makanan, pelayanan kesehatan, dan sumber daya lainnya. Kedua, membangun infrastruktur masyarakat, seperti membangun jalan, menyediakan perumahan bagi masyarakat miskin, dan mengatasi masalah air di pedesaan. Ketiga, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat untuk menghasilkan pendapatan terutama yang tidak memiliki sumber daya seperti pariwisata, pabrik, perkebunan, perternak, dan sebagainya. Itulah yang bisa saya katakan saat ini. Semoga apa yang saya sarankan ini bisa menjadi perhatian dan menjadi program kerja yang akan Diutamakan oleh calon pemimpin yang bisa terpilih pada 2024  +
Om Swastiastu Ketidak Seimbang nya Perekonomian Masyarakat Jika kita melihat dalam lagi,pada dasarnya bali merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi ekonomi yang terbilang cukup tinggi.Dan nampaknya hal ini cukup disadari betul oleh pemerintah, bahkan pemerintah nampaknya juga turut mengakui bahwa pada dasarnya provinsi kita ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi. Dan bahkan provinsi bali dikatakan sebagai salah satu provinsi yang memiliki sistem ekonomi yang terbilang cukup baik sehingga pada hakhirnya, balipun menjadi salah satu provinsi yang patut untuk diperhitungkan dalam perekonomian nya di Indonesia. Sehingga hal tersebut nampaknya memang memberikan dampak yang cukup baik bagi keadaan ekonomi kita, terutama karena banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Bali serta banyak nya UMKM lokal. Namun, nampaknya keadaan tersebut, terlihat jauh dari gambaran keadaan ekonomi yang sekarang. Khususnya, untuk tingkat ekonomi masyarakat kelas rendah. Karena memang setiap pertumbuhan dan perubahan ekonomi yang terjadi, pada dasarnya masyarakat rendah juga yang akan merasakan imbasnya. Karena ternyata pada kenyataannya masyarakat kalangan menengah kebawah malah merasakan keadaan ekonomi yang semakin terpuruk karena hanya dinilai membela kaum atas saja. Bahkan banyak dirasakan Kebijakan-kebijakan pemerintah yang digembor-gemborkan untuk kepentingan rakyat, nyatanya tetap saja tidak sepenuhnya membela kepentingan rakyat. Melihat kondisi ekonomi bali yang demikian ini, nampaknya memang kita harus bersabar namun tetap harus melakukan berbagai upaya supaya tidak tergerus dengan kekejaman kaum kapitalis. Terlebih dengan adanya globalisasi yang membuat tak adanya lagi batasan-batasan dalam melakukan kegiatan ekonomi, memang benar-benar harus kita manfaat kan dengan sebaik mungkin. Sehingga meskipun kita berada dalam kalangan menengah kebawah, namun kita masih tetap bisa menunjukkan eksistensi kita sebagai kaum mayoritas yang tak bisa dianggap sebelah mata. Dan peran pemerintah merupakan hal yang penting karena pemerintah selaku pengatur seluruh perekonomian masyarakat. Om santi, santi, santi Om  
Ketut Agus Murdika adalah seorang pelukis kelahiran Gianyar, 26 Desember 1989. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 2008, dia aktif dalam banyak pameran bersama, seperti pameran Retrospektif Komunitas Galang Kangin di Bentara Budaya Bali (2018), pameran Benang Merah di Bentara Budaya Yogyakarta (2016), pameran Ulu Teben di Bentara Budaya Bali (2015). Dia pernah meraih penghargaan Sketsa Terbaik Ubud Festival 2006. Lukisan-lukisannya bercorak abstrak. Dia menuliskan konsepnya dalam melukis sebagai berikut: Sebuah pemahaman tanpa rupa, sebuah renungan tanpa kata, sebuah pemahaman tentang rasa dan perasaan dari penggalian kegelisahan hati. Menciptakan sesuatu yang tak berwujud menjadi sebuah karya nyata.  +
Ketut Bimbo adalah seorang musisi dan penyanyi lagu pop Bali kelahiran Banyuatis, Buleleng, 1954. Dia produktif berkarya sejak tahun 1970-an. Lagu-lagunya banyak mengandung kritik sosial yang dibungkus dengan humor yang satir. Dia mengawali karirnya menjadi seorang penyiar di Radio Massachuset, Singaraja, Buleleng. Semua lagu yang diciptakannya berdasarkan kisah nyata. Seperti fenomena orang berjudi tajen, mabuk miras. Album perdananya berjudul “Buduh” (1980). Sejumlah lagunya yang terkenal antara lain: Buduh, Peteng-peteng Mekaca Selem, Penyiar, Mebalih Wayang, Ngabut Keladi.  +
Ketut Endrawan lahir di Klungkung, 12 Maret 1974. Menyelesaikan studi seni rupa murni di PSSRD Universitas Udayana (sekarang ISI Denpasar) tahun 1999. Selain sebagai perupa, ia juga pengajar seni rupa. Aktif berpameran bersama sejak mahasiswa. Dia pernah menjadi finalis Indofood Art Awards 2003 dan Jakarta Art Awards 2008. Karya-karya Endrawan cenderung figuratif membaurkan kegelisahan batin dan gejolak sosial.  +
Ketut Geledih lahir di Desa Mas, Ubud, Bali, 31 Desember 1962. Ia menekuni seni patung sejak usia sepuluh tahun. Menginjak usia 15 tahun, ia memutuskan belajar sambil bekerja pada Ida Bagus Tilem. Awalnya ia belajar membuat patung Buddha, kemudian berlanjut ke patung dengan ukiran lebih rumit. Ia dididik dan ditempa dengan keras oleh Tilem sehingga ia lahir menjadi seorang pematung mumpuni. Sejak 1998 ia memutuskan mandiri, tidak lagi bekerja pada Tilem. Keputusan tersebut semakin membuat ia leluasa mengembangkan kreativitasnya. Ia mengerjakan patung-patungnya dengan sepenuh perasaan. Hal itu membuat patung-patungnya terasa berjiwa. Sejak 1982, Geledih telah memamerkan karya-karyanya dalam sejumlah pameran bersama. Antara lain pameran pada Porseni Desa Mas, patung karyanya berjudul Dewi Ratih mendapat juara pertama (1982), pameran pada Pesta Kesenian Bali yang ke-18, di Art Centre Denpasar (1996), pameran pada Pesta Kesenian Bali yang ke-22, di Art Centre Denpasar (2000), pameran bersama di Museum Puri Lukisan Ratna Warta, Ubud Bali (2003), pameran bersama "Art and Culture" di Griya Wana Giri Mas, Bali (2004), pameran bersama "Leha Lehah" di Bidadari Art Gallery, Mas-Ubud, Bali (2004), pameran bersama "Pre Binallee Bali" di Bidadari Art Gallery, Mas-Ubud Bali (2005), pameran bersama "Kayuning Kayun" bekerja sama dengan Bidadari Art Gallery di Hadi Prana Gallery Jakarta (2005), pameran bersama tiga negara "Sha A Ya, The Roots of Asia" di Bidadari Art Gallery, Mas - Ubud, Bali (2005).  +
Ketut Mastrum lahir di Apuan, Tabanan, Bali, 20 Maret 1968. Ia menamatkan pendidikan seni lukis di ISI Denpasar. Ia telah memamerkan karya-karyanya dalam sejumlah pameran bersama. Antara lain pameran di Galeri Milenium, Jakarta (2000), pameran di ITB Bandung (2001), pameran di Galeri Santi, Jakarta (2002), pameran di Galeri Milenium, Jakarta (2004), pameran Bali Bienale di Ubud (2005), pameran 12 Pas di Danes Art Veranda, Denpasar (2006), pameran pelukis muda Bali di Kuta (2007), pameran Art Moshphare di Sanur (2008), pameran Maharupa Batukaru di Museum Subak, Tabanan (2023), pameran “Pesan dari Barat” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2023). Pada tahun 1997 ia meraih Kamasra Prize dari ISI Denpasar, tahun 1998 karyanya masuk finalis Philips Moris. Selain pelukis, ia juga seorang pemangku.  +
Ketut Muja lahir di Banjar Mukti, Singapadu, Gianyar, Bali, 31 Desember 1944. Ia meninggal pada tahun 2014. Muja adalah seorang seniman patung legendaris. Patung-patungnya yang menarik perhatian dan selalu dikenang pecinta seni diciptakannya dari akar-akar kayu. Ia memahat dan mengukir akar-akar kayu tua menjadi bentuk-bentuk yang menakjubkan, surealis-mistis. Karya-karyanya telah dikoleksi oleh kolektor dari dalam dan luar negeri. Sebelum beralih ke patung, Muja sempat belajar membuat topeng pada Wayan Tangguh ketika usia 13 tahun. Kemudian ia belajar memahat patung realis dan naturalis pada Made Rondin dan Wayan Kompit. Pada era ini, ia juga membuat patung-patung yang bertemakan kisah Ramayana dan Mahabarata. Karyanya yang paling menonjol adalah patung Hanoman. karya-karya Muja juga telah dipamerkan di dalam dan luar negeri, antara lain pameran Jakarta Fair 1975-1976, pekan wayang Indonesia di Jakarta 1993, pameran Seni Kriya Indonesia di Galeri Nasional Jakarta, pameran di Jerman tahun 2001 dan 2002 dan pameran di Singapura.  +
Ketut Putrayasa adalah seniman kelahiran Kerobokan, Badung, Bali, 15 Mei 1981. Pada tahun 2019, dalam rangka “Berawa Beach Arts Festival”, dia menghebohkan Pantai Berawa dengan karya instalasinya berupa gurita raksasa yang dibuat dari bambu. Dalam acara bertajuk “Deep Blue Spirit” itu, puluhan seniman dari lintas seni merespon gurita raksasa itu dengan pertunjukan musik, tari, puisi, video art. Masih pada tahun 2019, Putrayasa diundang oleh Company Arsitektur and Interior Design menggarap Project Comision Artwork di Paris, Perancis. Tahun 2020, dia menampilkan seni instalasi "Pandora Paradise" di alun-alun Puputan Badung, Denpasar. Ketut Putrayasa menempuh pendidikan seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar hingga Program Pascasarjana Penciptaan Seni. Dia meraih karya Tugas Akhir (TA) Terbaik dari ISI Denpasar tahun 2014. Dia sering mengikuti pameran bersama, antara lain pameran patung kelompok “BIASA” di Museum Pendet, Ubud (2004), “Sign of Art” di Belgia (2008), “Kuta Art Chromatic” di Kuta (2003), “Articulation” di Kuta (2014), “Chronotope” di Rich Stone Bali (2015), trienale patung “Skala” di Galeri Nasional Jakarta (2017), “Art Unlimited” di gedung Gas Negara Bandung (2018), “Bali Megarupa” di Bentara Budaya Bali (2019), dan sebagainya. Selain aktif berkarya, Putrayasa juga bergabung dengan “MilitanArt”, salah satu komunitas seni yang menggerakkan kehidupan seni rupa di Bali.  +
Ketut Rawiyasa lahir di Padang Tegal, Ubud, 4 Januari 1950. Selain menjadi guru olah raga di SMPN 2 Tabanan, ia dikenal sebagai pelatih bulutangkis di beberapa club sejak akhir 1970-an. Hingga tahun 2016, ia masih aktif menjaring bibit-bibit pemain bulutangkis usia dini. Pada tahun 2006, ia memprakarsai turnamen bulutangkis "Dewarra Cup" di Tabanan. Ia juga sempat melatih Ketut Mahadewi, pemain bulutangkis asal Tabanan yang kerap mewakili Indonesia di sejumlah turnamen bulutangkis bergengsi dunia. Rawiyasa meninggal tanggal 29 November 2021 di Tabanan.  +
Ketut Rina adalah penari kelahiran Banjar Teges Kanginan, Peliatan, Ubud, Bali, pada 1966. Mulai menari pada usia delapan tahun di bawah bimbingan Sardono W. Kusumo, Made Sidja (Bona), Pasek Made Tempo (Tampak Siring), Made Kakul (Batuan) di Bali. Ia dikenal dengan tari kecaknya. Pendidikan formalnya di Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Denpasar, selesai pada tahun 1992. Salah satu karya koreografinya, “Kelahiran dan Pembakaran Shita” (1991). Dalam Solo Dance Festival 2001 ia menampilkan “Ngeraga” yang dituangkan dari gejolak batin si penari. Ia beberapa kali terlibat temu budaya baik dalam maupun luar negeri. Tahun 1988 ia berkolaborasi dengan penari Balet dari Amerika, Elisa Monte dan David Broun, tampil di Gedung Kesenian Jakarta. Tahun 1995 kolaborasi dengan TEMPS Teater Prancis Amour Et Folie. Tahun 1998 dengan Dragon Bond Rite Groundbreaking Pan Asian Performance Poetry & Music World Premiere at Walker Art Center dan Hongkong. Tahun 2008 ia kolaborasi dengan Buto, Murobushi ko di Teges Kanginan, Peliatan, Ubud.  +
Ketut Rodja adalah pematung jenius dan terkenal dari Desa Mas, Ubud, Bali (1902 - 1965). Ia lahir dari keluarga seniman. Ia bersahabat dekat dengan Presiden Soekarno yang mengoleksi banyak karya patungnya. Selain itu, Museum Tropen di Belanda juga mengkoleksi karyanya. Patung Krisna hasil karya Rodja pernah dipakai master art oleh Presiden Soekarno dan diperlihatkan kepada Perdana Menteri India Jahwal Nehru dan Indira Gandhi di suatu pertemuan kenegaraan. Rodja juga dikenal sebagai pionir art deco di Bali. Selain itu, ia adalah pendiri galeri seni pertama di Bali pada tahun 1950-an yang kini masih ada di Desa Mas. Ia juga seniman yang aktif berkontribusi atas berdirinya Yayasan Ratna Warta Puri Lukisan Ubud dan anggota Pita Maha tahun 1936-an. Rodja bersahabat dekat dengan Rudolf Bonnet, salah satu pendiri Pita Maha. Rodja pernah menjabat sebagai Ketua Pita Maha cabang Desa Mas yang mengkordinir 12 banjar. Ia juga aktif dalam gerakan politik dan sangat disegani. Hasil karya ikoniknya yang kini masih disimpan di Siadja Galeri adalah patung kayu eboni berjudul “Ananta Bhoga” (1920). Rodja meninggal (dibunuh) dalam tragedi politik 1965.  +
Beliau adalah Ketut Sidia, berasal dari garis keturunan keluarga Jero Lingsir dari klan Tegeh Kori. Beliau lahir pada tahun 1901 di Desa Pengastulan Buleleng, Bali. Beliau dikenal sebagai guru Pecak Silat di Kecamatan Seririt, Buleleng. Konon katanya, beliau adalah seorang petarung yang handal yang mampu melompati pagar setinggi 3 meter, mampu membunuh tikus hanya dengan menggunakan tusuk sate dari jarak 2 meter bahkan dikatakan mampu membunuh seseorang hanya dengan tangan kosong. Pada masa kolonialisme belanda, beliau bekerja sebagai supir untuk bangsa belanda dan sekaligus memata-matai mereka bersama dengan anak laki-laki beliau yakni Putu Mangku. Mereka berdua mahir menggunakan bahasa Belanda dan Jepang. Berikut adalh foto beliau dengan mobil khas belanda sebagai seorang supir. Anak belliau bertugas untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada kelompok pejuang masyarakat Bali. Sesekali, ia juga ikutserta dalam perlawanan untuk meruntuhkan pasukan militer. Namun, seringnya beliau melakukan sabotase dan pembunuhan secara senyap sebagai seorang mata-mata. Setelah Indonesia Merdeka, beliau dan anaknya menjadi anggota dalam LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) yakni asosiasi veteran. Kemudian, mereka bekerja sebagai seorang guru di Sekolah Rakyat di Kecamatan Seririt, Buleleng, sang anak juga bekerja sebagai seorang fotografer dan jurnalis untuk koran Bali Post. Di masa tuanya, beliau menjadi seorang mangku atau pemuka agama di Pura Pabean, Desa Pengastulan. Beliau meninggal pada tahun 1990 dengan gelar kehormatan sebagai anggota dari LVRI  +
Ketut Sugiartha lahir di Baturiti, Tabanan, Bali, 9 November 1956. Pernah menjadi social worker profesional di Plan International Bali sebelum pindah ke Jakarta dan bekerja pada sebuah BUMN yang bergerak di bidang jasa konsultansi teknik dan manajemen. Alumnus Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur Jakarta ini mulai menulis di media cetak sejak 1977. Karya tulisnya telah tersebar di Bali Post, Bernas, Buana Minggu, Burat Wangi, Denpost, Detektif & Romantika, Kartini, Kompas, Media Bali, Media Hindu, Nova, Nusa Bali, Pos Bali, Putera Kita, Sarinah, Selecta, Senang, Simponi, Sinar Harapan, Suara Karya, Suara NTB, Suara Pembaruan, Suara Saking Bali, Wartam dan lain-lain. Buku-bukunya yang telah terbit: Sketsa Untuk Sebuah Nama, kumpulan cerpen (Nusa Indah, 1985), Karya Besar, kumpulan cerpen terjemahan (Nusa Indah, 1986), Kambing Yang Cerdik, kumpulan cerita anak (Nusa Indah, 1988), Kabut Sepanjang Jalan, novel (Balai Pustaka, cetakan I, 1993 - cetakan II, III, IV, 2000 – cetakan V, 2004), Our Heritage: 16 Modern Indonesian Stories, kumpulan cerpen bersama berbahasa Inggris (Pustaka Binaman Pressindo, 1993), Elegi Sang Penari, novel (Balai Pustaka, 2003), Mimpi Sang Pramugari, novel (Balai Pustaka, 2004), Lembayung Kuta, novel (Balai Bahasa Provinsi Bali, 2018), Surat Uli Amsterdam, kumpulan cerpen berbahasa Bali (Pustaka Ekspresi, 2018), Nyujuh Langit Duur Bukit: Pupulan Satua Cutet Suara Saking Bali, kumpulan cerpen bersama berbahasa Bali (Pustaka Ekspresi, 2019), Luh, novel (Pustaka Ekspresi, 2019), Kembali ke Bali, novel (Guepedia, 2020), Menggungat Dewa Kematian, kumpulan cerpen (Pustaka Ekspresi, 2020), Cara Mudah Menulis dan Menerbitkan Novel bagi Pemula (Guepedia, 2021), Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung: Karya-Karya Terpilih, kumpulan karya sastra Bali klasik dan modern bersama (Yayasan Puri Kauhan Ubud, 2021), Gelang Tridatu, kumpulan cerpen berbahasa Bali (Pustaka Ekspresi, 2022), Tentang Sepuluh Wanita, kumpulan cerpen (Jejak Pustaka, 2023). Sejak 2019 ia juga menulis lirik lagu antara lain untuk album lagu anak-anak: Bali Kumara 7, Bali Kumara 8, Alit Pewaris Bali Dwipa 2019, Alit Pewaris Bali Dwipa 2020, Alit Pewaris Bali Dwipa 2021, Alit Pewaris Bali Dwipa 2022, Alit Pewaris Bali Dwipa 2023, Saka Pro 2023 dan sejumlah single untuk penyanyi dewasa. Prestasi yang pernah diraihnya, antara lain: Pemenang lomba naskah buku sastra Bali modern Gerip Maurip yang dilaksanakan Pustaka Ekspresi dengan naskah kumpuan cerpen bejudul Surat Uli Amsterdam (2018), Juara Harapan III Lomba Cerpen Basa Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (2020), Karya Cerpen Terbaik dalam Lomba Sastra Saraswati Sewana yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud (2021), Pemenang Puisi Hindu 8 Tahun Majalah Wartam (2022).  
Ketut Syahruwardi Abbas lahir di Desa Pegayaman, Buleleng, Bali, 4 Mei 1959. Menulis karya sastra sejak 1980-an, dimuat di Bali Post, Nusa Tenggara, Kompas, Republika, dan terangkum dalam sejumlah buku bersama, seperti Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016). Buku puisi tunggalnya bertajuk Antara Kita (2018). Dia pernah lama menemani para penyair muda di Jatijagat Kampung Puisi.  +
Ketut Teja Astawa, lahir di Sanur, Bali, 1971. Menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Dia telah menggelar banyak pameran bersama, di dalam maupun luar negeri, seperti Bali: Return Economy, Fremantle Art Centre, Perth, Australia (2014). Pameran tunggalnya, antara lain: TW(IN)SIDE di Kendra Gallery, Kuta (2013), A Glimpse Back Into The Past: Early Paintings of Ketut Teja Astawa di Art Temporary Space, Plaza Senayan, Jakarta, Indonesia (2012), Fragments of Subconscious Memory di Tonyraka Art Gallery, Ubud (2011), Batman Forever di Sunjin Gallery, Singapore (2009), Works Of Ketut Teja Astawa, Gallery Roemah Roepa, Jakarta (2008). Karya-karyanya banyak mengangkat kehidupan binatang, tokoh wayang, yang diolahnya dengan gaya naif dan penuh permainan warna. Dia memadukan teknik lukis wayang Kamasan dengan teknik modern. Tahun 2001 karyanya masuk dalam Finalist Philip Morris Art Award Indonesia.  +
Ketut Widia lahir di Desa Mas, Ubud, 1947. Ia belajar seni ukir sejak usia enam tahun. Karya-karya awalnya banyak bertema burung dan bebek. Sekitar tahun 1963 setelah tamat SMP, ia belajar dan bekerja pada artshop milik pematung Ida Bagus Tilem. Ia banyak menimba ilmu seni ukir pada Tilem. Ia dilatih menghargai sebuah proses dalam penciptaan sebuah karya. Hal pertama yang diajarkan Tilem adalah mengasah alat pahat dengan benar, mengamplas, hingga memotong kayu. Jadi, tidak langsung diajarkan membuat patung. Setelah banyak belajar pada Tilem, karya-karya Widia lebih berkembang. Dibandingkan karya-karya sebagian pemahat saat itu yang cenderung dipenuhi detail dekoratif, Widia berani tampil beda dengan gaya surealis. Ia menggunakan akar-akar pohon sebagai media karyanya. Hingga kini, Widia dikenal sebagai pematung dengan karya-karya bergaya surealis, yang didasari perenungan dan pemikiran mendalam. Karya-karyanya banyak dikoleksi oleh kolektor dalam dan luar negeri.  +
Ketut Widiyazid Soethama lahir di Denpasar, 4 Desember 1960. Sejak SD ia senang melukis, termasuk wayang Kamasan Bali, dimuat berkali-kali di rubrik anak-anak harian Kompas. Kemudian sejak remaja dia rajin menulis puisi dan banyak dimuat di Bali Post. Semasa kuliah di Fakutas Pertanian Universitas Udayana ia mendirikan grup musik Gress Country, sempat merilis satu album lagu pop Bali (1987), bersama adik-adik dan kerabatnya, sembari aktif dalam pementasan teater. Ketika bekerja di Balai Informasi Pertanian Bali ia membuat beberapa komik tentang penyuluhan pertanian, kemudian menghabiskan hari-harinya sebagai konsultan pertanian untuk Uni Eropa dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNDP) di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Ia meninggal di Denpasar 15 Januari 2016.  +
Ketut Yuliarsa lahir pada tahun 1960 di Denpasar, Bali. Ketut adalah seorang penulis, aktor dan musisi dan telah bekerja di Indonesia, Australia dan Selandia Baru. Dia telah muncul dalam drama televisi, film dan tur Australia dengan sebuah perusahaan teater besar Australia. Dia menulis prosa liris, cerita pendek, puisi, esai dan artikel dan telah diterbitkan di berbagai surat kabar dan majalah di Indonesia. Ia telah menerbitkan dua kumpulan puisi (bilingual), Night Voice dan Falling in Silence. Ia pernah tampil sebagai penulis, presenter dan moderator di Ubud Writer's Festival dari tahun 2005 hingga 2018. Ketut juga pernah bekerja sebagai kurator Indonesian Emerging Writers untuk festival ini selama ini. Pada tahun 1986 ia dan istrinya Anita, mendirikan toko buku pertama di Bali, Toko Buku Ganesha (www.ganeshabooksbali.com) dan sekarang sudah memasuki tahun ke-32 perdagangannya. Toko Buku Ganesha memiliki berbagai macam Buku Baru, Bekas, Langka dan sudah tidak dicetak lagi tentang pelajaran Bahasa Indonesia dalam Bahasa Inggris. Pada tahun 2004, menyadari perlunya menumbuhkan literasi, belajar dan membaca untuk kesenangan di masyarakat Bali, ia membantu mendirikan Books for Bali Project yang menyumbangkan buku-buku ke sekolah dan perpustakaan di seluruh Bali.  +
Berdasarkan artikel dari website Pemerintah Kota Denpasar, Bus Trans Metro Dewata adalah transportasi angkutan massal yang menjadi salah satu upaya Pemerintah Provinsi Bali untuk meningkatkan pelayanan publik pada sektor Transportasi Darat di kawasan perkotaan khususnya Kota Denpasar dan mencakup hingga ke beberapa wilayah luar Kota Denpasar. Tujuan Pemerintah Provinsi Bali menciptakan program ini tidak lain untuk mengurangi kemacetan dan polusi kendaraan individu. Bus Trans Metro Dewata saat ini telah tersebar ke berbagai daerah di Provinsi Bali. Namun, penerapannya semakin berjalannya waktu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau direncanakan oleh pemerintah. Kebanyakan Bus Trans Metro Dewata saat ini sepi tanpa membawa penumpang. Sebagian besar masyarakat enggan menggunakan transportasi umum ini dikarenakan titik pemberhentiannya yang terbatas dan jauh, sehingga membutuhkan usaha yang lebih untuk mencapainya. Hal ini pun menyebabkan mayoritas warga lebih memilih untuk menggunakan aplikasi ojek online dibandingkan transportasi umum. Kurangnya kesadaran warga terhadap keberadaan transportasi umum ini juga menyebabkan sepinya penumpang. Metode bayar yang hanya bisa metode cashless pun bisa menjadi salah satu masalahnya, terutama bagi orang-orang yang tidak memiliki atau belum membuat uang elektronik. Menurut wawancara 15 narasumber yang penulis lakukan terkait bagaimana keefektifan program Bus Trans Metro Dewata, 9 dari 15 narasumber berpendapat bahwa pelaksanaan program Bus Trans Metro Dewata masih belum efektif yang menurut pengalaman narasumber salah satunya disebabkan oleh beberapa sopir bus yang sedikit tidak sabaran ketika mengendarai bus nya sehingga ketika ada motor yang lewat di depan Bus Trans Metro Dewata, maka sopir bus tersebut akan meng-klakson pengendara motor tersebut. Kemudian ada pula narasumber yang mengatakan bahwa posisi terminalnya jauh, serta ada pula yang menyayangkan kenyataan bahwa Bus Trans Metro Dewata yang ada saat ini dominan sepi tidak membawa penumpang karena kurangnya kesadaran masyarakat terkait penggunaan transportasi umum ini. Di sisi lain, memang ada 6 dari 15 narasumber berpendapat bahwa program ini efektif karena dapat mengurangi kemacetan, polusi, serta hemat biaya bensin. Namun, tetap saja pada kenyataannya narasumber yang mengatakan bahwa program ini belum efektif masih lebih banyak daripada yang mengatakan bahwa program ini efektif. Oleh karena itu, hal ini harus lebih diperhatikan oleh pemerintah, karena apabila tidak ditangani lebih lanjut maka akan berdampak pada tidak maksimalnya program Bus Trans Metro Dewata yang telah dijalankan oleh pemerintah. Beberapa narasumber juga sempat mengatakan harapan mereka terkait permasalahan ini agar terselesaikan dan lebih baik kedepannya, yang mana pemerintah sebaiknya dapat meningkatkan keefektifan program ini dengan solusi yang lebih baik lagi agar masyarakat tertarik dan memiliki keinginan menggunakan Bus Trans Metro Dewata.  
KURANGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PARA REMAJA BALI DI ZAMAN SEKARANG Om Swastyastu Yang saya hormati para dewan juri. Dan juga, para hadirin yang saya banggakan. Rasa syukur saya panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas restu dan anugrah-Nya, kita bisa berkumpul di tempat yang sama di hari yang baik ini. Hadirin sekalian yang sudah berkumpul disini dalam acara Wikithon Partisipasi Publik Bali Berorasi. Hari ini, izinkan saya mempersembahkan orasi yang berjudul “Kurangnya Pendidikan Karakter Para Remaja Bali di Zaman Sekarang”. Baik, hadirin sekalian pastilah kita semua tahu Pendidikan karakter sendiri adalah seni memahami dan bertindak sesuau norma yang berlaku agar kedepannya menjadi orang yang berkarakter yang baik dan kuat agar di masa depan kita bisa memuliakan nama bangsa. Saat ini di Bali khususnya di kalangan remaja tengah menghadapi permasalahan yang amat serius yaitu menurunnya moral dan karakter. Ini mulai terlihat jelas pada saat pandemi Covid-19 saat para anak remaja libur sekolah, mereka hanya berkutat pada social media, para remaja menjadi tidak tahu apa yang merupakan konten bermanfaat, apa yang merupakan konten yang merugikan. Misalnya mengikuti trend konten yang tidak bermanfaat, kata-kata kasar banyak yang diucapkan di social media tanpa disensor, menyebarnya berita-berita hoax,banyak konten konten yang menormalisasikan hal yang buruk, dan perilaku hidup konsumtif karena tren barang yang viral di social media yang bisa di beli melaui aplikasi belanja online. Dampak dari hal tersebut membuat remaja saat ini telah terpengaruh oleh hedonisme dan kehidupan yang tidak mengenal batas. Betapa mirisnya kita melihat karakter generasi muda sekarang, dengan adanya sosial media dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang pemakaiannya dengan konten-konten yang dipertontonkan mengikuti trendsetter sangat mempengaruhi tumbuh kembang karakter generasi sekarang menjadi sangat liar. Setelah diteliti ternyata pemuda atau remaja saat ini telah kehilangan karakternya sebagai seorang anak. Hal ini dikarenakan kurangnya pendidikan karakter yang mereka dapatkan baik di rumah maupun di sekolah. Bahkan saat ini sekolah hanya mementingkan pendidikan yang mengejar hasil berupa nilai daripada mendidik anak agar memiliki karakter yang baik. Hal ini bisa dilihat dari berkurangnya jam Pendidikan Moral dan Pancasila (PPKN) di sekolah. Oleh karena itu, yang kita butuh saat ini adalah pendidikan karakter agar bisa mengatasi permasalahan yang terjadi saat ini dan untuk kedepannya. Jadi kami harap kepada pemimpin yang akan terpilih nanti di tahun 2024 semoga bisa melaksanakan kegiatan nyata untuk menangani hal ini, karena ini menyangkut kualitas generasi yang akan menjadi pemimpin di masa depan Mari bersama-sama menyelamatkan anak remaja yang nantinya sebagai generasi penerus agar tidak semakin terpengaruh dampak negatif teknologi dan lingkungan. Jangan sampai Bali dipenuhi oleh pemuda-pemudi yang krisis akan karakter dan moral. Jika ada yang kurang berkenan saya mohon maaf dan akhir kata saya tutup dengan Parama Santhi. Om Santhi, Santhi, Santhi, Om  
Kurangnya Bahasa Bali sebagai bahasa ibu di masyarakat Bali. Sebagian besar generasi saat ini sudah jarang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa sehari-hari mereka.  +
Klaus D. Höhn, lahir 1942 di Jägerndorf. Sejak 1951 tinggal di Wiesbaden dan dari tahun 2000 menetap di Mainz, Jerman. Setelah lulus dari sekolah seni selama 5 tahun, ia bekerja sebagai desainer grafis dan direktur seni untuk waktu yang lama. Ketertarikannya pada budaya Asia membawanya mengunjungi Indonesia sejak 1973. Dari tahun 1980 ia intensif meneliti budaya Bali dan seni lukis Batuan. Melalui penelitian sistematis bertahun-tahun dan dengan dukungan banyak pihak, ia berhasil merekam sejarah awal lukisan Batuan. Penelitiannya terhadap seni lukis Batuan ia himpun dalam buku “The Art of Bali: Reflections of Faith.”  +
Komang Ayu Cahya Dewi adalah atlet Bali bidang olah raga badminton atau bulu tangkis. Dia lahir di Denpasar, 21 Oktober 2002. Saat PON 2021 di Papua, dia lolos ke babak final. Dalam kategori tunggal putri. Dia bergabung dengan PB Djarum pada tahun 2016. Prestasinya yang lain adalah Runner Up Liga PB Djarum II 2020 (Tunggal Putri U-17 & U-19 & Dewasa), Semifinalis Italian Junior International Challenge 2020 (Tunggal putri U19), Semifinalis Djarum Sirnas Premier Jawa Barat Open 2019 (tunggal dewasa putri).  +
Komang Berata lahir di Amlapura, Karangasem, Bali, 8 Oktober 1971. Ia adalah sastrawan yang menulis dalam bahasa Bali dan Indonesia. Bersama sastrawan IDK Raka Kusuma, ia menggerakkan literasi di Sanggar Buratwangi, Karangasem. Selain itu, ia menyiarkan karya-karyanya berupa puisi dan prosa serta artikel di banyak media massa, di antaranya Bali Post, Nusa, dll. Buku-bukunya yang telah terbit, antara lain Lekad Tumpek Wayang (1998), Ayuni Stri Listuayu (1999), Cintani (2000), Gitanjali (terjemahan puisi R. Tagore ke bahasa Bali, 2002), Timpal (2005), Nglekadang Meme (2020). Ia meraih Anugerah Sastra Rancage pada tahun 1999 dan 2021.  +
Komang Ira Puspitaningsih lahir di Denpasar, 31 Mei 1986. Puisi dan cerpennya pernah dimuat di beberapa media massa, al: Bali Post, Kompas, Koran Tempo, Jurnal Puisi, Pikiran Rakyat, Padang Ekspres. Beberapa kali memenangkan atau menjadi nominasi dalam lomba penulisan puisi. Puisinya juga terhimpun dalam beberapa antologi bersama, al. 100 puisi terbaik Indonesia versi Pena Kencana 2008 dan 60 puisi terbaik Indonesia versi Pena Kencana 2009. "Kau Bukan Perawan Suci yang Tersedu" adalah antologi puisi tunggalnya yang pertama.  +
Komang Pramana, Skom, lahir pada tanggal 26 April 1978 di Denpasar. Ia dapat dihubungi tentang fotografinya yang indah di pramana.gede@yahoo.co.id.  +
Selamat pagi, para hadirin yang terhormat, Pertama-tama, mari kita bersama-sama merenung tentang tantangan besar yang dihadapi Bali dalam menghadapi Pemilu 2024. Di tengah dinamika politik yang semakin kompleks, calon pemimpin Bali dihadapkan pada sejumlah masalah yang mendesak untuk diselesaikan guna memastikan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu masalah yang patut diperhatikan adalah ketahanan ekonomi di tengah pandemi yang masih berkepanjangan. Calon pemimpin perlu menyusun strategi konkret untuk memulihkan sektor pariwisata, sebagai tulang punggung ekonomi Bali. Diperlukan langkah-langkah inovatif untuk menarik wisatawan dan mendukung pelaku usaha lokal. Selain itu, pendidikan menjadi fondasi bagi kemajuan suatu daerah. Calon pemimpin perlu meninjau ulang kebijakan pendidikan, memastikan akses pendidikan yang merata, peningkatan kualitas guru, dan penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Sebagai penutup, mari kita bersama-sama berkomitmen untuk memilih calon pemimpin yang memiliki visi jelas, integritas tinggi, dan kemampuan untuk menangani permasalahan yang mendesak. Pemilu 2024 adalah kesempatan bagi Bali untuk menapaki jalan baru menuju masa depan yang lebih baik. Mari kita bersatu demi Bali yang lebih maju, berkelanjutan, dan berdaya saing. Terima kasih.  +
Kondisi politik nasional dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Menjelang pemilihan umum (pemilu) presiden dan legislatif pada Februari 2024 mendatang, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bergerak ke arah yang lebih positif. Hal ini disebabkan oleh daya konsumsi masyarakat yang meningkat berkat adanya dorongan ketika mendekati masa pemilu. Kurang dari setahun menjelang pemilihan umum serentak 2024, partai politik dan sejumlah kandidat pemimpin sudah bergerak dengan gesit menyusun konstelasi. Di sisi lain, sebagian pemilih tak tahu apa yang harus diamati untuk menentukan arah masa depan Indonesia. Bijak Memilih digagas untuk membantu pemilih mengulas para kandidat dari keberpihakan mereka pada isu-isu yang penting bagi pemilih. Setiap tahun pemilu, suara pemilih muda selalu mencakup lebih dari 50% suara. Namun, penggunaan media sosial sebagai sarana untuk berkampanye demi menggaet pemilih muda dalam pemilu kali ini, membuat situasinya lebih genting. Mayoritas pemilih dalam Pemilu 2024 nanti akan didominasi oleh pemuda, yakni generasi milenial dan generasi Z.  +
Denpasar, merupakan tempat yang terkenal akan pariwisatanya. Sebagai jantung dari Pulau Dewata, Denpasar sangat erat mengalami arus urbanisasi dan kedatangan wisatawan mancanegara. Hal ini menyebabkan Denpasar menjadi kota yang sangat ramai dengan hiruk pikuknya. Hal itu dapat dibuktikan dengan Denpasar menjadi Kota dengan penduduk terbanyak di Bali, yaitu nyaris 1.000.000 orang. Banyaknya penduduk Denpasar tentu saja akan mengakibatkan tenaga kerja serta lapangan kerja yang tersedia semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan kualitas ekonomi warga Denpasar. Namun, disamping dampak positif yang muncul tentu saja banyak dampak negatif yang akan menyertai. Kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah salah satunya. Kerusakan ini dapat terjadi karena beberapa hal, salah satunya karena sampah. Sampah mencemari banyak aspek dalam kehidupan manusia. Sampah juga merupakan biang kerok terjadinya penyumbatan sungai, banjir, hingga munculnya berbagai penyakit di Kota Denpasar. Tempat pariwisata pun tak luput dari pencemaran oleh sampah, bahkan pantai-pantai indah di Denpasar banyak yang tercemari oleh sampah baik itu sampah organik,maupun anorganik. Kesadaran masyarakat Kota Denpasar memang masih sangat rendah. Tertuama kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Masih banyak oknum yang memperparah pencemaran oleh sampah dengan membuang sampah-sampah itu di tempat yang tidak seharusnya. Seperti di sungai, selokan, laut, pantai, dan bahkan sampah anorganik yang di hempaskan begitu saja di jalan-jalan kota. Lalu, siapakah yang sebenarnya bertanggung jawab akan masalah ini? Dan apakah yang harus dilakukan untuk mengatasi semua masalah yang ada ? Tentu, masalah sampah yang ada bukan hanya menjadi tanggung jawab satu pihak saja. Masalah ini merupakan tanggung jawab bersama, pemerintah dan masyarakat. Karena jika hanya mengkambing hitamkan satu pihak, maka sampai kapanpun masalah ini tidak pernah teratasi. Lalu, apa solusi yang dapat dihadirkan, dipikirkan, dan dilakukan? Dalam penanganan sebuah masalah, selalu ada cara pencegahan dan penanganan. Cara melakukan pencegahan terhadap masalah sampah agar tidak semakin parah adalah dengan melakukan edukasi. Edukasi dapat dilakukan dari aspek terkecil dalam masyarakat, yaitu individu. Individu yang tersadarkan tentunya akan menyadarkan keluarganya, komunitasnya, kemudian komunitas yang sadar akan menjadi pelopor untuk daerahnya. Sehingga kesadaran yang tertanam dari akar rumput akan membuat pencegahan dalam masalah sampah akan semakin gencar. Kemudian, cara penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat berbagai fasilitas yang dapat mengurangi keberadaan limbah atau sampah yang merajalela. Lalu apa yang seharusnya diketahui dan dipahami oleh masyarakat terhadap sampah dalam rangka memperkuat edukasi? Sampah sebetulnya merupakan residu atau bahan yang sudah tidak bisa digunakan lagi dalam suatu aktivitas. Sampah dapat dikelompokan menjadi dua macam. Yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang yang berasal dari sisa-sisa bahan makanan, daun-daunan, dan bahan alami lain. Sedangkan sampah anorganik, berasal dari residu kimia, plastik, kaca, dan bahan yang tidak ramah lingkungan lainnya. Sebagai bagian dari warga Denpasar, hendaknya kita selalu sadar akan sampah kita sendiri. Dengan selalu melakukan pemilahan sampah dan terus melakukan prinsip 3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle dengan tujuan agar lingkungan kota bebas dari sampah.  
Denpasar adalah kota yang terkenal oleh turis domestik maupun mancanegara karena kekayaan budaya, tradisi dan destinasi wisata yang unik. Namun, karena Denpasar banyak dikunjungi oleh turis dan juga penduduknya yang padat, kondisi lalu lintas di kota ini sering macet dan terhambat. Polusi udara akibat kendaraan bermotor, sinar matahari yang menyengat di siang hari dan barisan kendaraan yang tidak bergerak merupakan pemandangan yang lumrah di Denpasar. Tentunya, hal ini akan membuat banyak orang merasa sempit dan terganggu dan mempengaruhi kenyamanan dalam beraktivitas. Ini disebabkan oleh banyaknya orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi. Walaupun di kota sudah ada halte untuk transportasi umum, tapi masyarakat lebih memilih untuk berkendara sendiri. Oleh karena itu pada jam-jam tertentu, kondisi lalu lintas di Denpasar sangat macet karena banyaknya orang-orang yang bepergian pada waktu yang sama. Kendaraan pribadi juga menghasilkan lebih banyak asap daripada transportasi umum sehingga mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Pengelolaan transportasi umum memang dapat menjadi solusi bagi permasalahan tersebut. Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman dan lain-lain telah menerapkan sistem transportasi umum terlebih dahulu dan dapat mengurangi permasalahan akibat macet karena dinormalisasi serta sering digunakan oleh penduduk negara-negara tersebut. Transportasi umum memang sudah ada di Denpasar, tetapi jarang digunakan karena minta dari masyarakat yang terlalu rendah. Hal ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah kota agar dikelola lebih baik lagi untuk meningkatkan minat masyarakat. Saat ini, transportasi umum di Denpasar adalah bus publik yang sudah memiliki halte atau tempat angkutnya masing-masing. Namun, halte tersebut terletak di tempat-tempat yang kurang strategis. Masih banyak tempat-tempat yang padat penduduk dan terjadinya banyak aktivitas seperti area sekolah atau tempat perbelanjaan dan lain lain yang belum ada halte busnya. Halte bus yang ada sekarang tidak berpusat di tempat tertentu dan cenderung agak jauh dari tempat yang memang kebanyakan orang tuju sehingga orang yang ingin pergi ke tempat tersebut harus berjalan lagi. Walaupun jalan kaki hanya sebentar, namun warga Indonesia biasanya lebih memilih naik motor daripada menggunakan bus walaupun jaraknya tidak jauh. Pemerintah dapat menggunakan "push and pull strategy" untuk menambah minat masyarakat dalam menggunakan transportasi umum. Push and pull strategy ini dilakukan dalam waktu yang bersamaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Push strategy adalah cara yang lebih agresif dan proaktif dimana pemerintah dapat mendorong masyarakat dengan cara pembatasan jumlah kendaraan pribadi dan juga jalur lalu lintas khusus untuk transportasi umum sehingga jalannya lebih cepat. Pull strategy lebih pasif dan dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas transportasi umum itu sendiri seperti pembuatan halte di tempat-tempat yang banyak orang tuju ataupun bus khusus untuk mengantarkan siswa ke sekolah. Jika push and pull strategy ini dapat dijalankan dengan baik, maka lama-kelamaan masyarakat akan mulai menyadari kelebihan dari penggunaan transportasi umum dan akan menggunakannya lebih sering pula. Dengan mengoptimalkan transportasi umum, saya percaya kita dapat mengakhiri krisis macet di kota madya tercinta kita dan mengurangi polusi udara dari knalpot kendaraan. Mari bersama-sama gunakan transportasi umum!  
Om swastyastu, Yang Saya hormati Bapak/Ibu Dewan Juri beserta Para Calon DPD RI tahun 2024 , dan yang saya banggakan seluruh Peserta Wikhiton Partisipasi Publik Bali Berorasi. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karna atas berkat dan rahmat-Nya pada pagi hari ini kita bisa berkumpul dan melaksanakan serangkaian kegiatan lomba Wikhiton Partisipasi Publik Bali Berorasi, disini ,izinkan saya untuk menyampaikan pidato atau orasi yang berjudul Krisis Petani Muda di Bali Para hadirin yang saya hormati, makanan yang sehari-hari kita konsumsi dan kita nikmati merupakan hasil dari pengolahan bahan-bahan dari hasil pertanian, hasil pertanian di Bali sangat beragam mulai dari makanan pokok , buah-buahan dan lainnya. Akan tetapi, di zaman sekarang sedang terjadi krisis petani muda di Bali , ada beberapa faktor penyebabnya , seperti : 1). keterbatasan akses terhadap modal, teknologi, dan sumber daya manusia yang terampil, sehingga menghambat kemampuan petani muda untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan pendapatan mereka. 2). tingginya tingkat urbanisasi dan peningkatan pendidikan di pedesaan, yang membuat banyak pemuda lebih memilih bekerja di sektor non-pertanian, seperti industri atau jasa. 3). kurangnya daya tarik profesi petani di mata generasi muda, yang dianggap kurang bergengsi dan berpotensi menghasilkan pendapatan yang rendah dibandingkan dengan pekerjaan di sektor lain. Saya harap dari permasalah tersebut para calon pemimpin Bali yang akan dipilih tahun 2024 bisa memberi solusi dan memberikan aksi serta bukti yang nyata untuk masalah tersebut, Jadi mari angkat derajat petani , supaya tidak terjadi kepunahan dini, hanya demikian yang bisa saya sampaikan, jika ada kesalahan dalam penyampaian orasi saya , saya meminta maaf atas hal tersebut saya tutup dengan menghaturkan Parama Santi Om santhi, Santhi ,Santhi om.  +
Jumlah penggangguran dari kalangan lulusan perguruan tinggi (S1) di Denpasar mencapai 45 persen dari total angka usia produktif yang tidak bekerja di Pulau Dewata. Pemerintah, pengusaha dan perguruan tinggi harus bersama-sama berusaha mencari solusi dan memberikan perhatian yang lebih serius dan lapangan pekerjaan untuk menyikapi permasalahan ini. Akhir-akhir ini, banyak generasi muda Bali yang lebih memilih bekerja di kapal pesiar dengan gaji 8 juta perbulan, yang notabene kami dijadikan budak oleh para pebisnis kapal pesiar. Akan lebih bijaksana jika pemerintah mampu memanfaatkan tenaga kerja ini untuk bersama-sama membangun dan mengatasi segala permasalahan yang ada di Bali.  +
Kurniawan Adi Putra atau yang lebih dikenal dengan nama Iwan Curex, lahir di Denpasar. Ia sempat tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Univ. Udayana angkatan 1998 dan juga Mahasiswa ISI denpasar jurusan Pedalangan angkatan 2011. Ia adalah Pendiri Teater Orok, Pendiri Teater 108 Bali, dan Penasehat Teater Kini Berseri. Pada akhir era 90an, Iwan Curex aktif di Organ Pergerakan Mahasiswa Posperra Bali dalam membuat seminar-seminar atau lokakarya. Ia pun menggeluti bidang pengelolaan panggung, manajemen produksi, penataan cahaya dan lain sebagainya.Aktif terlibat sebagai Pimpinan Produksi, Ligthing Designer, Stage Manager di sejumlah pementasan baik itu garapan Teater Orok, Kelompok 108, Creamer Box, Sanggar Posti, Actor Unlimited, Mainteater Bandung, Kelompok Payung Hitam, Jane Chen, Garin Nugroho, Laskar Panggung, Teater Candu, Bengkel Mime Jogjakarta, Teater Mimba, ISI Denpasar, STSI Bandung, Teater Bendrat dan dalam sejumlah pementasan teater, festival seni, dan beragam peristiwa seni di Indonesia.  +
L
Om Swastyastu, Yang terhormat, dewan juri penilai lomba Wikithon Bali Berorasi, yang saya hormati, penyelenggara lomba Wikithon Bali Berorasi, dan yang saya banggakan, para peserta dan hadirin yang telah bersedia hadir pada hari yang cerah ini. Pertama-tama, marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat dari beliau, kita dapat berkumpul disini, dalam acara Wikithon Bali Berorasi. Saya Ni Putu Ayu Gita Nirmala Putri dari SMAN 2 Sukawati akan menyampaikan orasi yang berjudul Lebian Toris, Abet Toris Punyah Ring Bali. Para hadiri sekalian, Bali yang dijuluki sebagai pulau dewata, pulau seribu pura, pulau surga, pulau yang kita tinggali saat ini merupakan pulau yang indah dengan berbagai kekayaannya dan menjadi salah satu pulau pariwisata. Tak jarang jika turis ingin berlibur, Bali menjadi salah satu tujuannya. Karena kekayaan alam, budaya, dan tradisinya lah yang membuat pulau Bali begitu diminati oleh masyarakat dalam negeri maupun di luar negeri. Namun Bali yang sudah mendunia, mendatangkan banyak turis dari luar sehingga Bali menjadi over tourism. Mengapa dikatakan over tourism? Bukankah bagus jika bali diminati masyarakat luas? Ya, tentu kita semua bangga jika pulau Bali kita mendunia. Perekonomian lancar dan kegiatan pariwisata pun berjalan dengan baik. Namun dengan banyaknya turis yang berdatangan ke bali, membuat berbagai masalah yang membuat warga bali menjadi tidak nyaman. Contohnya, macet yang sudah sangat lumrah terjadi, sampah menumpuk, kerusakan lingkungan, dan salah satu yang membuat masyarakat bali tidak nyaman bahkan takut, turis yang mabuk. Kita semua tahu bahwa turis-turis yang datang ke Bali ialah untuk mencari hiburan atau kesenangan. Mereka yang biasanya pergi ke club malam atau bahkan membuat pestanya sendiri. Tak jarang dari mereka yang mabuk hingga lepas kendali dan menyebabkan berbagai masalah yang merugikan masyarakat sekitar. Misalnya saja dijalan, turis yang mabuk hingga lepas kendali menjadi ugal-ugalan dijalan sehingga terjadi kecelakaan. Kasus ini sudah banyak terjadi, khususnya di daerah yang banyak turis minati. Turis-turis yang mabuk ini tak jarang sampai menyerang dan mengancam warga sekitar menggunakan senjata tajam hingga percobaan pembunuhan. Ada pula turis yang sedang bersenang-senang meminum alkohol, tetapi ketika ditagih untuk bayar, mereka malah balik menyerang. Ini tentunya sangat merugikan perekonomian. Inilah yang membuat warga bali menjadi khawatir dan tidak nyaman saat melakukan aktivitasnya. Pemerintah Bali harus menegakkan hukum dan memperketat pariwisata Bali, seperti melakukan pengawasan di tempat-tempat hiburan, memberikan aturan ketat mengenai penjualan alkohol, meningkatkan patroli keamanan, serta memberikan edukasi kepada para turis tentang perilaku yang dapat diterima dan tidak melanggar norma di Bali. Jangan sampai kejadian-kejadian sebelumnya terulang lagi. Marilah kita bersama-sama menjaga dan melestarikan keindahan Pulau Bali yang menjadi rumah bagi kita semua. Baiklah, para hadirin yang saya hormati dan banggakan, demikianlah penyampaian orasi dari saya. Saya harap dengan orasi ini, Bali menjadi rumah yang aman, nyaman, dan selamat bagi kita semua. Saya minta maaf apabila terjadi kesalahan dalam pengucapan. Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada para juri dan para hadirin yang telah mendengarkan orasi yang saya sampaikan hingga akhir. Sebagai penutup, saya tutup dengan parama santhi. Om Santhi, Santhi, Santhi Om.  
Dimasa Pandemic Covid 19 ini pemerintah perlu untuk membangkitkan pariwisata bali kini dan nanti dengan cara melahirkan dan membangun inovasi program kesenian bali untuk meningkatkan kreativitas pemuda bali guna menumbuhkan ekonomi masyarakat dan sektor industry pariwisata kreatif ditengah pandemi covid 19. Kita ketahui dibali banyak sekali kesenian dan budaya kita yang tidak bangkit dan mati hanya karena virus yang sering kita kenal dengan corona,banyak sekali pariwisata yang mati dibali karena lockdown dan juga kesenian bali yang mulai hilang seperti tradisi pawai ogoh-ogoh,melasti dan banyak lagi,dimana toris tertarik dengan budaya tersebut,karena adanya lockdown pariwisata menurun dan jarang ada wisatawan yang berkunjung,selain pariwisata kuliner khas bali juga mulai menurun karena masalah ekonomi yang seperti sekarang ini. Hal yang perlu dilakukan adalah membangun inovasi diri pemuda bali agar meningkatkan kreativitas pemuda guna membangun pariwisata dan ekonomi Kembali pulih ,karena kita ketahui pariwisata maju karena adanya kesenian. Itu adalah hal yang utama agar bali dapat maju Kembali,jika kesenian bali mati pariwisata tidak akan maju dan perlu juga dibangun tempat-tempat wisata yang baru agar tingkat mengalami penurunan Kembali dan meningkatkan relasi tempat yang perlu dikunjungi dan perlu juga melakukan program pembaruan untuk tempat yang tidak layak dan menjadikan tempat tersebut menjadi tempat wisata baru dan kita kenalkan ke luar bali. Kita ketahui juga banyak sekali pemuda yang acuh terhadap budaya bali semenjak matinya budaya bali karena corona ini, kita perlu membangun jati diri mereka lewat kegiatan ataupun lomba agar memajukan Kembali kreativitas pemuda dan dapat bersaing dengan budaya luar dan dapat memajukan Kembali budaya kita untuk memajukan pariwisata dan ekonomi lewat budaya kita,karena kita Yakini banyak pemuda yang kreatif namun perlu diasah Kembali untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Kita perlu melakukan kegiatan massif dengan cara mengadakan pertunjukan seni dan budaya massal agar warga berkesempatan untuk menyaksikan Kembali dan pastinya dapat menaikkan ekonomi namun tetap dengan prokes. Hal lainnya yaitu menjadikan budaya kita dalam kemasan yang bagus dan menarik khususnya tertuju untuk wisatawan. Seperti lestarikan baleganjur,kecak dan joged serta tradisi masing-masing desa yang sudah lama mati. Dan adakan Kembali PKB ( Pesta Kesenian Bali ), karena dari sanalah pariwisata dapat maju dan dapat juga mengenalkan budaya yang bali miliki keluar.  
TPA (Tempat pembuangan akhir) Suwung di Bali adalah salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di Bali. Sistem pengolahan sampah di TPA Suwung Wetan ini menimbulkan masalah seperti bau yang tidak sedap di sekitar tempat itu dan akibat dari penumpukan sampah yang terus meningkat dan pelepasan gas metana yang menyebabkan kebakaran. Pada hari Kamis 12 Oktober 2023 TPA Suwung di Bali ini mengalami kebakaran. Asap yang masuk ke atmosfer menyebabkan masalah polusi udara. Hal ini dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia saat terbang. Orang yang tinggal di daerah pembuangan sampah dapat terserang penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) karena menghirup asap yang berasal dari pembakaran sampah. Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Pengelolaan sampah yang efektif adalah kunci utama untuk pemadaman api yang paling efisien. Pembakaran limbah dari gas metana dapat menjadi masalah serius, karena itu perlu dilakukan pencegahan dengan menggunakan gas metana sebagai sumber energi dan dapat digunakan untuk pembangkit listrik. Kita juga harus mengajari dia untuk berbicara tentang bahaya gas metana dari tempat pembuangan sampah. Asap yang keluar dari tempat pembuangan sampah mengandung bahan kimia beracun yang menyebabkan masalah pernapasan, kulit, dan berbagai penyakit lainnya. Kebakaran juga berdampak pada perekonomian para pekerja yang bekerja di tempat pembuangan sampah. Solusi harus ditemukan untuk menghilangkan kebakaran sampah dan mengelola limbah dengan cara yang lebih aman dan berkelanjutan. Untuk mengatasi masalah kebakaran membutuhkan upaya bersama untuk melindungi lingkungan, Kita harus melakukan penyesuaian untuk langsung mengirim sampah ke TPA Mandung, Klating dan Tamesi, serta optimalisasi tempat pengolahan sampah reduce, reuse, dan recycle (TPS3R), optimalisasi TPS3R yang ada di Kota Denpasar terus dilakukan. Hal ini memungkinkan pengelola sampah untuk menyortir sampah sebelum dibawa ke tempat pembuangan sampah dan mendorong masyarakat untuk mengurangi sampah dengan menyortir sampah, menggunakan bahan organik dan tidak menggunakan plastik sekali pakai. Komitmen dan menjaga kesehatan saat terjadi kebakaran besar seperti di TPA Suwung Denpasar Bali  
TPA (Tempat pembuangan akhir) Suwung di Bali adalah salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di Bali. Sistem pengolahan sampah di TPA Suwung Wetan ini menimbulkan masalah seperti bau yang tidak sedap di sekitar tempat itu dan akibat dari penumpukan sampah yang terus meningkat dan pelepasan gas metana yang menyebabkan kebakaran. Pada hari Kamis 12 Oktober 2023 TPA Suwung di Bali ini mengalami kebakaran. Asap yang masuk ke atmosfer menyebabkan masalah polusi udara. Hal ini dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia saat terbang. Orang yang tinggal di daerah pembuangan sampah dapat terserang penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) karena menghirup asap yang berasal dari pembakaran sampah. Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Pengelolaan sampah yang efektif adalah kunci utama untuk pemadaman api yang paling efisien. Pembakaran limbah dari gas metana dapat menjadi masalah serius, karena itu perlu dilakukan pencegahan dengan menggunakan gas metana sebagai sumber energi dan dapat digunakan untuk pembangkit listrik. Kita juga harus mengajari dia untuk berbicara tentang bahaya gas metana dari tempat pembuangan sampah. Asap yang keluar dari tempat pembuangan sampah mengandung bahan kimia beracun yang menyebabkan masalah pernapasan, kulit, dan berbagai penyakit lainnya. Kebakaran juga berdampak pada perekonomian para pekerja yang bekerja di tempat pembuangan sampah. Solusi harus ditemukan untuk menghilangkan kebakaran sampah dan mengelola limbah dengan cara yang lebih aman dan berkelanjutan. Untuk mengatasi masalah kebakaran membutuhkan upaya bersama untuk melindungi lingkungan, Kita harus melakukan penyesuaian untuk langsung mengirim sampah ke TPA Mandung, Klating dan Tamesi, serta optimalisasi tempat pengolahan sampah reduce, reuse, dan recycle (TPS3R), optimalisasi TPS3R yang ada di Kota Denpasar terus dilakukan. Hal ini memungkinkan pengelola sampah untuk menyortir sampah sebelum dibawa ke tempat pembuangan sampah dan mendorong masyarakat untuk mengurangi sampah dengan menyortir sampah, menggunakan bahan organik dan tidak menggunakan plastik sekali pakai. Komitmen dan menjaga kesehatan saat terjadi kebakaran besar seperti di TPA Suwung Denpasar Bali  
Lilik Mulyadi lahir di Bogor, 23 Agustus 1961. Menulis puisi sejak 1978 dan banyak dimuat di Bali Post dan beberapa media luar Bali. Sering memenangkan lomba penulisan puisi tingkat lokal dan nasional. Puisinya juga terangkum dalam Lukisan Magis Tanah Bali, Dendang Denpasar Nyiur Sanur, Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta, dll. Buku puisi tunggalnya: Jatijagat Pedukuhan Puisi Magis (2017). Dia berprofesi sebagai hakim dan banyak menulis buku tentang hukum.  +
Lina Pratica Wijaya (Lina PW), lahir di Denpasar, 12 Juni 1989 silam. Ia lulusan Sastra Inggris Universitas Udayana, Bali. Ketika kuliah ia aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, sempat memimpin Majalah Kanaka di Fakultas Sastra dan aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana. Selain rajin menulis cerpen, esai, laporan jurnalistik, ia juga menyukai diving (menyelam) dan fotografi. Ia pernah meraih Juara I Lomba Resensi Kompas, dan Juara I Lomba Esai Tata Ruang Bali. Ia sempat belajar bahasa Inggris di Kansas, Amerika, dengan beasiswa IELSP tahun 2012. Ia juga konsen dalam pendidikan. Ia sempat mengajar di sebuah Sekolah Dasar di Manyamba, Majene, Sulawesi Barat. Beberapa cerpennya dimuat di Kompas dan masuk dalam Pilihan Cerpen Kompas tahun 2017, 2019, dan 2021.  +
Masalah yang paling mendesak di Bali saat ini termasuk pengelolaan lingkungan, pariwisata berkelanjutan, dan ketidaksetaraan ekonomi. Para calon pemimpin perlu fokus pada solusi yang mempromosikan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.  +
Listya Wahyuni, lahir di Denpasar, 1 Maret 1984. Menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Denpasar. Sejak 2004 aktif dalam berbagai pameran bersama, antara lain “Dunia Baru” di Bentara Budaya Bali (2016), “Masa Subur” di Karja Art Space, Ubud (2018), “Eruption” di Galeri Raos, Batu, Malang (2019). Karyanya pernah menjadi finalis UOB Painting Of The Year (2013). Dia tergabung dalam Komunitas Militant Arts.  +
Saras Dewi bernama lengkap Luh Gede Saraswati Putri, lahir di Denpasar, Bali, 16 September 1983. Sejak remaja Saras sudah menyukai kegiatan menyanyi dan menulis puisi. Pada 2002, dia meluncurkan album lagu bertajuk “Chrysan” dengan single "Lembayung Bali".Album ini masuk nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award dalam kategori Best Ballad dan Best Single. Pada tahun 2014, Saras bersama artis Bali lainnya menyanyi bersama untuk gerakan Bali Tolak Reklamasi. Saras juga telah menerbitkan sejumlah buku. Buku puisi pertamanya berjudul “Jiwa Putih” terbit tahun 2004. Buku yang kedua merupakan buku nonfiksi tentang Hak Azasi Manusia yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh UI Press bekerja sama dengan Uni Eropa, sedangkan buku ketiga berjudul “Cinta Bukan Coklat” terbit pada tahun 2010, buku keempat terbit pada tahun 2015 berjudul “Ekofenomenologi”, dan buku kelima berupa antologi puisi berjudul “Kekasih Teluk” (2017). Tulisan-tulisannya berupa esai/artikel dengan tema sosial, budaya, ekologi, politik dimuat di berbagai media massa, antara lain Media Indonesia, Jawa Pos, Bali Post. Saras adalah seorang aktivis lingkungan yang sangat konsen dalam Gerakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Dia juga terlibat dalam gerakan feminisme dan pembelaan hak-hak perempuan. Saras berhasil menyelesaikan program doctoral di Universitas Indonesia saat usia 29 tahun pada bulan Juli 2013. Selain terus menulis dan menjadi aktivis, Saras mengajar filsafat dan menjadi Ketua Program Studi Ilmu Filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.  +
Luh Mira Puspita adalah dosen di program studi Ilmu Keperawatan, Universitas Udayana. Puspita meraih gelar master di bidang keperawatan dari Universitas Gajah Mada pada tahun 2015.  +
Luh Putu Kirana Dewi adalah dosen tetap pada Program Studi Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar. Kirana Dewi bergelar Magister Agribisnis yang diperoleh dari Universitas Udayana pada tahun 2017. Selain mengajar, Kirana juga aktif melakukan publikasi di bidang pertanian dan keterkaitannya dengan sektor-sektor lain seperti pariwisata dan pembangunan berkelanjutan.  +
Candra Kanti adalah seorang sastrawan wanita yang terbilang cukup muda yang karyanya berhasil menjadi karya sastra kidung terbaik. Candra Kanti berasal dari Karangasem namun menetap di Denpasar beliau lahir pada tanggal 20 Oktober 1990. Beliau saat ini sudah menjadi seorang Ibu, walaupun menjadi seorang Ibu beliau tetap aktif dalam menulis dan pekerjaannya sebagai dosen di salah satu Universitas di Bali dan menjadi penyuluh Bahasa Bali di Tabanan. Dalam keadaan yang terbilang sangat sibuk, beliau mampu menyelesaikan karyanya dan menjadi salah satu karya sastra kidung terbaik. Beliau mengatakan bahwa semua itu berkat dukungan dari suaminya yang juga seseorang yang menyukai sastra. Kidung yang beliau karang berjudul "Amelad Prana" untuk mengetahui lebih dalam mengenai biodata Cadra Kanti dan isi dari Kidung Amelad Prana kalian dapat menyimak vidio beikut yang telah saya buat https://www.youtube.com/watch?v=FWeD1Irx0jM  +
tema: sampah pengertian sampah dampak sampah cara mengatasi  +
M
Kecelakaan adalah hal yang paling dihindarkan, siapa yang ingin luka-luka dalam dirinya? Siapa yang ingin pulang hanya nama?, Tidak ada seorang pun ingin menyakiti dirinya karena keadaan. Lihatlah ukiran-ukiran cantik pada aspal. Seakan-akan kecantikan nya berubah menjadi ancaman yang sangat berbahaya, sering kita dengar, kecelakaan yang diakibatkan oleh lubang jalan, jalan rusak atau sebagainya. Banyak korban sudah berjatuhan bahkan hingga kehilangan nyawanya. Ukiran yang ada di jalan dibiarkan hingga terjadi korban jiwa baru dibenarkan, mau sampai kapan menunggu jatuhnya korban?, Seharusnya hal ini sangat penting jika dilirik, bukan hanya jalan rusak, penerangan jalan pun tidak ada, ke siapa harus melapor?, Apa harus menunggu korban jiwa untuk membuktikan bahwa keadaan ini sangat membahayakan kehidupan?, Marga sengkala sudah menjadi ancaman bayang-bayang kehidupan yang sering kita jumpai, jalan rusak, lubang jalan yang mengakibatkan sengkala bagi kita. Mari kita peka terhadap sekeliling, mau sampai kapan menunggu banyak korban jiwa baru dibenarkan?, Seharusnya hal ini bukan hanya dipandang sebelah mata, kita perlu penerangan jalan. Kita perlu jalan yang mulus bukan hanya gajih pemerintah saja mulus tapi jalan tidak kunjung dibenahi.  +
Om Swastyastu….. Yang saya hormati Dewan Juri Tim BASAbali Wiki yang saya hormati dan Teman-teman Wikithon yang saya cintai. Sebelum melanjutkan pertama-tama mari bersama-sama mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat anugerah beliau, saya dan teman-teman dapat berkumpul di dalam perlombaan Wikithon Partisipasi Publik Bali Berorasi, pada kesempatan ini ijinkan saya memberikan orasi yang berjudul “Perbaikan Jalan Nusa Penida”. Para teman-teman Wikithon, jalan merupakan prasarana transportasi sepeda motor, mobil dan lain sebagainya. Di Nusa Penida jalan masih menjadi masalah, karena banyaknya jalan yang rusak dan berlubang menyebabkan kecelakaan ditambah lagi banyaknya pengendara mobil karena penincapang pariwisata ring Nusa Penida.Hal itu menyebabkan kemacetan. Saya mengharapkan pemimpin yang kepilih di PEMILU 2024 bisa memperbaiki sarana inprastruktur di Nusa Penida yang dapat melebarkan jalan. Baiklah sampai di sini yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan di hati. Saya tutup dengan parama santih. Om santih, santih, santih, Om.  +
Om Swastyastu, Yang terhormat para hadirin, Hari ini, kita berkumpul untuk membicarakan sesuatu yang memiliki nilai sejarah, budaya, dan estetika yang tak ternilai: pemeliharaan monumen penting. Monumen-monumen ini bukan hanya sekadar struktur batu atau bangunan bersejarah, tetapi merupakan warisan dari masa lampau yang harus kita jaga dengan penuh pengabdian. Pemeliharaan monumen penting adalah tugas kita sebagai pelindung warisan budaya dan sejarah. Mereka adalah saksi bisu peristiwa penting yang membentuk identitas kita. Merawat mereka bukanlah sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga membangun masa depan yang lebih baik. Monumen-monumen adalah jendela ke masa lalu. Mereka mencerminkan kejayaan, keberanian, seni, dan kebudayaan dari zaman yang berbeda. Namun, tanpa perawatan yang tepat, mereka rentan terhadap waktu dan elemen alam yang dapat merusak keindahan serta integritas mereka. Melalui pemeliharaan yang hati-hati, kita memastikan bahwa cerita yang ingin diceritakan oleh monumen itu tetap hidup dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Mereka bukan hanya milik kita, tetapi juga milik mereka yang akan datang setelah kita. Penting untuk diingat bahwa memelihara monumen bukan hanya tentang menjaga struktur fisiknya tetapi juga makna, nilai, dan cerita di balik setiap detailnya. Mempelajari, memahami, dan merawat monumen adalah tugas kita untuk memastikan warisan ini tidak punah dari ingatan kita. Dalam menghargai monumen, kita juga menghargai identitas, nilai, dan akar budaya kita sendiri. Dengan melibatkan diri dalam pemeliharaan monumen, kita memperkuat ikatan kita dengan masa lalu dan membawa pesan tentang pentingnya warisan budaya kepada dunia. Oleh karena itu, mari kita bergandengan tangan dalam menjaga monumen penting ini. Dengan melakukan itu, kita memberikan bukti nyata bahwa kita adalah penjaga warisan budaya yang bertanggung jawab, dan kita melestarikan bagian tak ternilai dari sejarah untuk dinikmati oleh semua generasi yang akan datang. Om Shanti Shanti Shanti Om  
Jalan itu tidak hanya dilalui oleh pariwisata, tetapi oleh para komuter. Artinya, penduduk yang bekerja ke daerah Tabanan, ke Nusa Dua, Tanah Lot, atau Denpasar atau sebaliknya  +
permasalahan di jalan sempit banyak mobil besar seperti mobil SPBU - Truk - Boso melewati jalan sempit, sampai rusak jalan tersebut saran saya mobil yang besar atau mobil SPBU- Truk - Boso melewati jalan yang dipake mobil- mobil besar bisa disebut jalan utama  +
Made Kaek dengan Kata-Katanya Sendiri,.. sebuah biografi..Seorang seniman kontemporer yang bermukim di Banjar Palak Sukawati Bali. Lulusan hukum dan seniman otodidak. Made Kaek adalah pilar kreatif dengan kontribusi penting bagi lanskap seni rupa kontemporer Indonesia. Kutipan "Latar Belakang dan Pendidikan Di sekolah menengah, saya suka menggambar dan melakukan hal-hal seperti membuat seni dinding. Saya belajar di sekolah menengah biasa. Ketika tiba waktunya untuk melanjutkan studi, saya disarankan untuk pergi ke Yogyakarta untuk mengambil jurusan hukum. Jadi saya lakukan. Di Yogya saya menemukan bahwa hukum sedikit bertentangan dalam hidup saya. Mungkin dengan karakter dan persepsi saya. Tapi saya juga berpikir itu bisa menjadi sesuatu yang baik dalam hidup saya dan melanjutkan studi hukum. Bisa dibilang saya pergi ke Yogya untuk belajar hukum tetapi di Yogya saya menjadi seniman. Saya bertemu Nyoman Gunarsa.. dia tinggal di dekat kampus dan kami sering bertemu di rumahnya. Banyak tempat berkumpulnya mahasiswa ISI Bali. Saya akan mengatakan bahwa saya menemukan diri saya yang sebenarnya di sana. Itu adalah proses yang panjang, melalui dua ekstrem. Di satu sisi, ada hukum dan di sisi lain ada seni." Baca artikel selengkapnya tentang Made Kaek https://sawidji.com/about-sawidji/artists-sawidji-gallery/made-kaek/  +
Made Adnyana Ole lahir di Tabanan, kini tinggal di Singaraja, Bali, sembari mengelola Mahima Institute Indonesia yang bergerak di bidang pendidikan seni dan budaya. Puisi dan cerpennya dimuat di berbagai media seperti Bali Post, Jawa Pos, Horison, dan Kompas. Buku kumpulan puisi tunggalnya “Dongeng dari Utara” (2014). Buku kumpulan cerpen tunggalnya, “Padi Dumadi” (2007) dan “Gadis Suci Melukis Tanda Suci di Tempat Suci” (2018). Sejumlah cerpennya masuk dalam buku Cerpen Pilihan Kompas.  +
Made Agus Janardana, S.Pd., Gr., M.Kom. alias Made Oplas adalah pencipta atau creartor karya seni kreatif Wajah Plastik yang sekaligus penulis buku "Wajah Plastik; A Pigment of Imagination" (2023). Agus Janar sapaannya, lahir di Kota Singaraja, Buleleng, Bali, pada 23 Januari 1990. Pria asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan ini terhitung sebagai anak muda yang energinya berlebih. Orang orang mengenalnya sebagai sosok kreatif, selalu memiliki sejuta ide kreatif terlebih karena ia merupakan seorang desainer. Sejak memperkenalkan karya "Wajah Plastik"-nya, Agus Janar semakin terkenal. Ia bahkan sering diundang untuk memberikan workshop Wajah Plastik. Wajah Plastik serasa sudah menjadi warisan dalam hidupnya. Baginya, berbagi atau berbuat baik adalah misi hidupnya selanjutnya. Debut menulisnya diawali dengan menulis konten pada websitenya. Selain itu, yang membuatnya semakin suka menulis adalah membuat puisi dan kemudian dijadikan lagu.  +
Made Aripta Wibawa, lahir di Singaraja, 3 Maret 1965. Sejak SMA telah menyukai kegiatan sastra dengan menulis puisi dan prosa. Ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Mataram, NTB, ia makin suntuk menggauli dunia sastra. Dia ikut mendirikan Sanggar Sastra Mataram dan Himpunan Penulis, Penyair dan Pengarang Nusantara (HP3N) bersama seorang inisiator dan pendirinya, Putu Arya Tirtawirya. Ketika di Mataram pula ia sering jadi juri lomba baca puisi dan cerpen di Radio Suta Remaja, Sinta Rama dan Rinjani bersama kakaknya, Agoes Andika As. Puisi-puisi Aripta pernah dimuat di koran Bali Post, Nusa Tenggara, Bali Post, Karya Bakti, Simponi, Swadesi dan Merdeka. Ia juga aktif menulis di bulletin HP3N. Kini ia menjadi dosen di Universitas Bali Dwipa.  +
Made Astawa alias Dollar adalah pelukis kelahiran Gianyar, 22 Agustus 1972. Dia pernah sekolah seni di SMSR Denpasar. Sejak 2001 terlibat dalam banyak pameran bersama, seperti pameran di Tony Hogart Australia (2012), pameran MilitanArt “Land Remember “ di Santrian Galeri Sanur, Bali (2017), pameran bersama “nir (maya) rupa “ di Lv8 Resort Hotel Berawa, Badung, Bali (2018). Karya-karyanya cenderung bercorak abstrak dengan mengeksplorasi ikon-ikon kebalian. Selain sebagai pelukis, dia juga mengelola Griya Santrian Gallery dan Kaktus Art Gallery di Sanur.  +
Made Astika lahir di Karangasem-Bali, 13 Mei 1983. Studi S1 di IKIP Negeri Singaraja mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Semasa kuliah, sempat menjadi Ketua HMJ Jurdik BSID 2005/2006 dan Wakil Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni periode 2004/2005. Pun dipercayai menjadi Koordinator IMABSII (Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia) untuk Wilayah Bali tahun 2005/2006. Menempuh studi S2 Ilmu Sastra, Universitas Gadjah Mada Tahun 2011. Tulisan-tulisan kecilnya dimuat di harian Bali Post dan Bali Orti. Sejumlah bukunya yang telah terbit adalah Sastra Lisan: Teori dan Penerapannya (Buku Ajar), Genre Teks (Buku Ajar), Sebelum Hari Jadi Menang (Antologi Prosa Liris), Historia Senja (Antologi Puisi) dan beberapa karya dalam antologi puisi bersama. Kini, ia mengajar di Universitas Pendidikan Ganesha, sekaligus menjadi Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.  +
Made Budhiana lahir di Denpasar, Bali, 27 Maret 1959. Dia belajar seni lukis di ISI Yogyakarta. Dia telah memamerkan karya-karyanya di berbagai Negara, seperti Jerman, Switzerland, Singapura, Malaysia, Australia, dan Belanda. Pernah berpameran tunggal di The Northern Territory Museum of Arts and Sciences, Darwin, Australia (1989), Cemeti Modern Art Gallery, Yogyakarta (1989), Bali Hilton, Nusa Dua (1991), Ganesha Gallery, Jimbaran (1998), dan Sika Gallery, Ubud (2001). Dia pernah meraih beragam penghargaan, di antaranya “Best Painting Bali Art Award” (1997), “Pratisara Affandi Adhi Karya” dari ISI Yogyakarta (1985 and 1986), dan sebagainya. Karya-karya Budhiana cenderung abstrak dengan memainkan garis dan warna yang penuh dengan sentuhan perasaan. Selain melukis, dia juga memiliki perhatian pada seni sastra, teater, dan musik.  +
Made Degur lahir di Guwang, Sukawati, Gianyar, Bali, 1924. Ia adalah seorang pematung kawakan pada zamannya. Karya-karyanya banyak dikoleksi oleh kolektor dalam dan luar negeri. Tematik karyanya meliputi kisah pewayangan (Ramayana dan Mahabarata), kehidupan sehari-hari, figur manusia, dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun 2009. Bakat seni patungnya menurun pada anaknya, I Wayan Pudja, yang terkenal dengan patung-patung bertema Garuda Wisnu Kencana. Cucunya, Ketut Windu, juga meneruskan tradisi seni patung dalam keluarganya.  +
Made Duatmika, lahir di Jembrana, 19 Mei 1970. Dia adalah pelukis lulusan ISI Denpasar. Karyanya pernah meraih Philip Morris Art Award (1998). Sejak mahasiswa, ia rajin mengikuti pameran bersama. Di antaranya adalah pameran “Angkatan 93” di Taman Budaya Bali (1996), Pameran Philip Morris Indonesia Awards di Jakarta (1998), Pameran Bersama di Gallery Hendra di Prana, Jakarta (2010), dll. Ia adalah anggota komunitas seni rupa Militanarts. Karya-karyanya cenderung menyuguhkan suasana sosial yang didominasi warna-warna cerah.  +
Made Edy Arudi adalah penyair dan seorang guru PNS di SMP Negeri 2 Sukasada - Bali, kelahiran 22 Oktober 1978. Puisi-puisinya sering dimuat di koran Nasional Bali Post, karya-karya lainnya juga dapat dibaca di beberapa buku antologi puisi bersama, seperti: Klungkung: Tanah Tua Tanah Cinta (2016), Antologi Puisi 100 Penyair Nusantara “Ketika Burung-burung Itu Telah Pergi” (2016), Menemukan Kekanak di Tubuh Petuah (2016), Madah Merdu Kamadhatu (2017), Senyum Lembah Ijen (2018), dan Mengunyah Geram Melawan Korupsi (2018), dll.  +
Made Galung Wiratmaja adalah pelukis kelahiran Sukawati, Gianyar, Bali, 31 Mei 1972. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di PSSRD Universitas Udayana. Sejak 1993 dia rajin menampilkan karyanya dalam banyak pameran bersama, seperti pameran “Retrospektif” di Bentara Budaya Bali (2018). Pameran tunggalnya adalah “Silent Nature” di Ganesha Gallery, Jimbaran (2007) dan “Landscapes” di Griya Santrian Gallery, Sanur (2006). Dia pernah meraih penghargaan dari Yayasan Seni Rupa Indonesia (2000), Museum Der Weltkulturen Jerman (2006) dan Mandiri Art Award (2015). Karya-karya Galung cenderung memadukan corak abstrak dan figuratif dengan permainan warna yang menawan.  +
Dr. Made Gde Subha Karma Resen, SH.,M.Kn adalah salah satu dosen pengajar bidang Ilmu Hukum di Universitas Udayana, Bali Indonesia. Bidang keahliannya mencakup Hukum Agraria, Hukum Kesehatan, dan Hukum Lingkungan. Selain mengajar, Dr. Resen juga aktif membuat publikasi ilmiah terkait berbagai topik yang berkaitan dengan bidang keahliannya, termasuk salah satunya yang ditampilkan pada Rak Pengetahuan berjudul The Legal Status of Established Business in the Pakraman Village (From the perspective of customary law in Bali Province) yang ditulis bersama Putu Dyatmikawati, mantan Rektor Universitas Dwijendra, Bali Indonesia.  +
Made Geremboeang lahir di Mas, Ubud, Bali, 1912. Ia meninggal tahun 1985. Ia adalah seorang pematung tersohor pada zamannya. Ia terlibat dalam gerakan Pita Maha pada era 1930-an. Menurut Rudolf Bonnet, salah seorang pendiri Pita Maha, Geremboeng adalah pemahat paling kreatif yang mencoba gaya baru. Ia memulai karirnya sebagai pembuat topeng, kemudian patung. Tema-tema patungnya berupa figur ibu dan anak, orang tua duduk, musisi, dan lain-lain. Patung-patung Geremboeang sangat langka dan mahal harganya.  +
Made Gunawan adalah pelukis kelahiran Apuan, Tabanan, Bali, 14 Juli 1973. Dia adalah lulusan seni rupa ISI Denpasar. Karya-karya mutakhirnya yang bercorak dekoratif banyak berbicara tentang ekologi yang dikaitkan dengan konsep Tri Hita Karana, hubungan harmoni manusia dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan alam (hewan dan tumbuhan). Sejak 1995, Gunawan aktif terlibat dalam pameran bersama, baik di dalam maupun luar negeri. Sementara itu, sejak 1999, dia telah menggelar pameran tunggal. Antara lain Pameran Sketsa dan Lukisan “Nungkalik” di rumah kos, pameran di Galery Hadiprana Jakarta (2002), “Perempuan” di Jenggala Keramik Jimbaran Bali, “Melody & Beauty From the Paradise Island di Galery Hadiprana Jakarta (2004), pameran di Montiq Galery Jakarta (2007), pameran “ Third Solo Exhibition” di Galery Hadiprana Jakarta (2008), pameran di Art Village Gallery Malaysia (2009), Tree Of Life di Hadiprana Gallery Jakarta (2014), “Garis Bali “ di AMBIENTE Jakarta (2015), Tree of Life at Hadiprana Gallery Jakarta (2018). Gunawan juga membuat beberapa karya performing art. Antara lain, “Kursi Emas” yang dipentaskan di Taman Budaya Bali (1997). Tahun 2000, Wayang Seni Rupa Ngaben Budaya Kekerasan Kembali Ke Kosong di lapangan parker Universitas Udayana. Wayang Seni Rupa Ngaben Budaya Kekerasan Kembali Ke Kosong di Mal Ciputra Semarang Indonesia. Tahun 2001, pementasan Siluet Perempuan Kolaborasi di STSI Denpasar. Penghargaan yang telah diraih Gunawan dalam seni rupa adalah Sketsa Terbaik dari STSI Dps (1997), Sepuluh Besar Karya Seni Terbaik dari STSI Dps (2001), Sebagai pemrakarsa Lukisan 1000 kotak ( Perempuan & Bunga) dari Museum Rekor Indonesia (2003).  +
Made Karyana, lahir di Batuan, Sukawati, Gianyar, 28 Januari 1981. Dia menamatkan pendidikan seni di ISI Denpasar. Sejak 2005 dia rajin terlibat dalam pameran bersama, seperti Tanda Dalam Jejak, Dewangga Gallery Ubud (2006), Pameran bersama kelompok “PIJAR” di Santrian Gallery Sanur (2011), Pameran bersama Baturulangun di Museum ARMA Ubud (2012), Pameran bersama Baturulangun di Museum Puri Lukisan Ubud (2015), Pameran bersama “Amasing Think” di LV 8 Canggu (2016). Lukisan-lukisannya dibuat dengan teknik tradisional gaya Batuan, namun dengan tema-tema kekinian.  +
Made Kenak Dwi Adnyana, lahir di Kintamani, 10 Mei 1985. Dia menamatkan pendidikan seni rupa di ISI Yogyakarta. Berbagai pameran bersama pernah diikutinya. Antara lain, pameran “One step Back” di Sono Budoyo Museum, Jogjakarta (2018), "Abstract is...?" di Bentara Budaya Bali (2017), Legenda Nusantara di KOI Galeri Kemang,Jakarta (2016), “Dari Masa ke Rasa” di ORASIS Galeri Surabaya (2015), ARTE Indonesia Art Festival 2014, di JCC Jakarta. Dia menerima penghargaan Jakarta International Art Award Nominee (2010) dan Sketsa Terbaik Angkatan 2004 dari ISI Yogyakarta. Karya-karyanya cenderung menampilkan abstraksi-abstraksi alam dengan pewarnaan yang khas.  +
Made Mantle Hood adalah profesor etnomusikologi, Ketua Institut Pascasarjana Etnomusikologi dan Direktur Pusat Penelitian Musik Asia-Pasifik di Universitas Seni Nasional Tainan, Taiwan (TNNUA). Beliau menjabat sebagai Ketua (2021-2025) kelompok studi ICTM PASEA. Jabatan sebelumnya adalah di Universiti Putra Malaysia (2012–2018), Melbourne University, Australia (2011–2012) dan Monash University, Australia (2005–2011). Penelitiannya saat ini meliputi ontologi suara, vokalisasi yang terancam punah, sistem tuning/laras serta musik dan keadilan sosial. Saat ini ia adalah peneliti utama dalam proyek yang didanai Kementerian Sains dan Teknologi Taiwan, 'Towards the Sustainability of Vocal Heritage di Filipina, Malaysia, dan Indonesia' (2019–2021). Ia adalah penulis 'Triguna: A Hindu-Balinese Philosophy for Gamelan Gong Gede Music' (2010) dan co-editor Music: Ethics and the Community (2015).  +
Made Monog lahir di Banjar Kedaton, Denpasar, 17 Juli 1920. Ia adalah seniman tari dan dramatari. Namanya dikenal lewat perannya sebagai Walunateng Dirah dalam dramatari Calonarang. Ia sangat piawai dan berkharisma saat memerankan tokoh legendaris itu. Ia juga piawai dalam menari Baris dan Arja. Minat Monog pada dunia seni telah tumbuh sejak kanak-kanak. Ia belajar menari Baris pada Guru Sriada di Banjar Gemeh, Denpasar. Ia juga belajar pada Pekak Kredek (ayah Prof. Dr. I Made Bandem) dan Made Kengguh asal Singapadu, Gianyar. Namun sebelum itu, ia telah menguasai tari kecak saat bergabung dengan Sekaa Janger Banjar Kedaton. Setelah belajar tari Baris dan Penasar, ia pun menekuni dramatari Calonarang yang tergolong sakral dan angker. Seorang penari Calonarang tak cukup hanya mengandalkan kepiawaian menari secara fisik, tapi juga ketangguhan batin. Seorang penari Calonarang harus mampu lolos dari ujian gaib dan ilmu hitam. Terlebih lagi bila penari Calonarang memerankan tokoh-tokoh penting, seperti Pandung, Dirah, Rangda. Semangat ngayah (bakti) dan kearifan hidup dalam berkesenian sering ditularkannya kepada murid-muridnya yang tersebar di berbagai daerah di Bali. Monog selalu berpesan kepada generasi penerus kesenian Bali agar berkesenian dengan dasar bakti.  +
Made Muliana alias Bayak adalah perupa kontemporer Indonesia yang berasal dari Bali. Dia lahir di Gianyar, 27 Juni 1980. Dia menempuh pendidikan seni rupa di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada 1999 hingga 2005. Selain melukis di kanvas, dia juga membuat mural, menggelar seni pertunjukan, bermain musik, dan aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan. Sebagai salah satu bentuk kepeduliannya pada lingkungan, dia banyak mengolah sampah plastik menjadi karya seni rupa. Bayak telah banyak menggelar pameran seni rupa, baik di dalam maupun luar negeri. Pameran tunggalnya, antara lain Art For Artists Sake (Sika Gallery Ubud, 2008), Artists Don’t Lies (Griya Santrian Gallery Sanur, 2012), Plasticology Reissue (Arys Warung Ubud, 2013). Penghargaan seni rupa yang pernah diraihnya, antara lain: Top 20 Finalist of Nokia Art Award 2000, Top 20 Finalist of Nokia Art Award 2001, Finalis Bazaar Art Award 2010, Top 20 Sovereign Art Price 2013 at Espace Louis Vuitton Singapore.  +
Made Panti Geg lahir di Banjar Panti, Sanur, Denpasar, 17 Juli 1905. Ia menekuni seni patung sejak 1935. Ia adalah seorang pematung kaliber nasional dan internasional. Ia meninggal pada tanggal 12 Juni 1987. Panti lahir dari keluarga seniman. Kedua orang tuanya adalah seniman dan pembuat payung (pajeng) tradisional pada zaman Kerajaan Badung. Pada mulanya Panti bekerja sebagai petani. Kemudian menemukan dan menggali bakatnya dalam seni patung dengan berguru kepada Anak Agung Made Gede dari Jeroan Grenceng di Banjar Grenceng, Denpasar. Panti terkenal dengan patung-patung realis sosok tokoh nasional dan internasional, seperti Mahamat Gandhi, Rabindranath Tagore, Jendral Gatot Subroto, Jendral Soekamto, seniman tari Mario. Namun ia juga menggarap patung-patung bertema kehidupan sehari-hari. Presiden Pertama RI, Soekarno, sering memesan patung kepada Made Panti untuk pajangan istana kepresidenan, seperti Istana Merdeka, Istana Tampaksiring, Istana Bogor. Dalam proses pembuatannya hampir semua patung itu meniru model orang yang diambilnya dari para kenalan, sanak keluarganya, atau tetangganya sendiri. Karya Made Panti yang monumental dan mendapat pujian dari Soekarno adalah patung Gajah Mada yang dipasang di Pusat Pendidikan dan Latihan Brigade Mobile (Brimob) di Watukosek, Porong, Jawa Barat. Patung setinggi 6 meter dan lebar 4 meter itu diresmikan oleh Soekarno tahun 1959.  +
Made Rema lahir di Desa Mas, Ubud, 1945. Ia adalah seorang pematung. Ia belajar seni patung pada Ida Bagus Nyana dan Ida Bagus Tilem. Sebagai seorang pematung, jiwa Rema sudah menyatu dengan kayu. Ia selalu memikirkan kayu bahkan terbawa-bawa hingga ke alam mimpi. Ia berusaha menemukan rahasia apa yang diberikan kayu untuk diwujudkan menjadi patung. Itu yang membuat karya-karya Rema terasa berjiwa, terkesan hidup. Itu pula yang menyebabkan karya-karya Rema banyak diminati dan dikoleksi kolektor mancanegara. Rema telah memamerkan karya-karyanya di dalam dan luar negeri. Misalnya pameran bersama "Leha-lehah" di Bidadari Art Gallery, Mas-Ubud, Bali.  +