UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK MID JUNE

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Description id" with value "The video and this work were made in SMP Dwijendra Denpasar on September 20, 2021, involved 3 people, namely Satya, Kirana, and Ayu. From the video and the work that we made, we recycled organic and inorganic waste and also revived the Balinese economy by making handicrafts from waste that had a sale value. As we know Bali being a tourism island, the lack of community initiatives to reduce and recycle the use of organic and inorganic waste, can lead to the accumulation of waste. By recycling organic and inorganic waste into handicrafts that are more useful and have a selling value, it will simultaneously preserve nature, especially Bali.". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Tari Panyembrama  + (Tari Panyembrama adalah sebuah tari penyamTari Panyembrama adalah sebuah tari penyambutan yang masih begitu dikenal hingga saat ini. Taria ini juga seringkali menjadi tari dasar dan tarian yang paling pertama yang dipelajari oleh anak-anak yang baru mulai latihan tari Bali. Panyembrama berasal dari kata sambrama yang berarti sambutan, tarian ini ditampilkan ketika ada acara-acara resmi untuk menyambut tamu, juga sering dipentaskan pada saat upacara ritual.</br></br>Pada awalnya tarian ini merupakan tari pelengkap persembahan sebelum Tari Sanghyang atau Rejang yang dipentaskan di pura bagi umat Hindu. Sekilas tari Panyembrama terlihat mirip dengan Tari Gabor dan Tari Pendet, namun yang membedakan adalah variasi dan ragam geraknya. Tari Panyembrama juga memakai properti bokoran yang berisikan berbagai macam bunga serta oncer (jaritan janur yang dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat indah dan artistic). Bunga ini akan ditaburkan ke hadapan para tamu dan penonton sebagai simbol penyambutan segala yang baik. Tarian ini diciptakan oleh alm. I Nyoman Kaler dan komposisi tabuh oleh alm. I Wayan Beratha pada awal tahun 70an dan ditampilkan pertama kali pada tahun 1971. ditampilkan pertama kali pada tahun 1971.)
  • Tari Porosan  + (Tari Porosan (2019) terinspirasi dari Tri Tari Porosan (2019) terinspirasi dari Tri Sakti, tiga konsep kekuatan dalam filsafat Hindu Bali. Porosan adalah salah satu elemen penting dalam membuat dan menghaturkan canang sari (sesajen bagi umat Hindu, Bali). Canang sari ini dibuat sebagai sesajen yang dihaturkan pada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Porosan adalah simbol dari Tiga Dewa Hindu yaitu Dewa Siwa (pelebur), Dewa Wisnu (pemelihara) dan Dewa Brahma (pencipta).u (pemelihara) dan Dewa Brahma (pencipta).)
  • Puspa Mekar  + (Tari Puspa Mekar merupakan tarian penyambuTari Puspa Mekar merupakan tarian penyambutan ciptaan Guruh Soekarno Putra dan A.A. Gd. Oka Dalem pada tahun 1982. Guruh Soekarno Putra terinspirasi dari adegan rebong pada wayang kulit Bali dan tari kakan-kakan pada Parwa yang menggambarkan putri nan elok, serta sifat kewanitaan yang lembut seperti bunga saat mekar. Pada beberapa bagian tari puspa mekar terdapat perpaduan antara gerakan Jawa dan Bali yang sangat anggun dan berwibawa selayaknya seorang putri.un dan berwibawa selayaknya seorang putri.)
  • Puspanjali  + (Tari Puspanjali adalah tarian tradisional Tari Puspanjali adalah tarian tradisional kreasi baru yang diciptakan tahun 1989 oleh seniman besar Bali N.L.N. Swasthi Widjaja Bandem. Tarian ini merupakan salah satu tarian yang ditampilkan dalam gelaran “Tunjukkan Indonesiamu” untuk menyambut perhelatan olahraga akbar Asian Games 2018, sekaligus mengajak seluruh masyarakat menari bersama dalam kegiatan “Gerakan Cinta Budaya Indonesia”. Tarian ini diciptakan atas permintaan Titik Soeharto untuk acara pembukaan Kongres Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi), yang diadakan di Pertamina Cottage, Kuta. Swasthi Widjaja Bandem yang diminta untuk menciptakan tarian tersebut kemudian berkolaborasi dengan I Nyoman Winda, seniman karawitan, sebagai penata musik pengiring Tari Puspanjali. Durasi tarian hanya 3-5 menit karena pembagian waktu saat itu yang sangat ketat dalam acara kongres.</br></br>Tari Puspanjali terinspirasi dari gerakan Tari Rejang, yang menggambarkan kegembiran sekelompok gadis Bali menyambut kedatangan para dewa dalam sebuah tarian upacara yang dibawakan di halaman pura. Gerakan Tari Puspanjali sengaja dibuat sederhana, lembut, dan lemah gemulai seperti tarian Rejang tetapi dinamis karena ada gerak-gerak ritmis di dalamnya. Pertimbangannya adalah agar tarian ini dapat dipelajari dalam waktu singkat oleh semua tingkatan umur, sehingga dalam perkembangannya tetap bisa bertahan dalam waktu lama. Sebuah tari kreasi baru yang digali dari tarian tradisional membutuhkan waktu sekurangnya dua puluh tahun untuk dapat diakui sebagai tarian tradisional. Pada kenyataannya Tari Puspanjali tetap bertahan hingga kini, bahkan terkenal hingga ke luar daerah asalnya dan kerap dipentaskan sebagai tari penyambutan tamu dalam berbagai gelaran acara, resmi ataupun tidak, sekaligus menjadi tari hiburan yang indah. Gerakan yang lemah lembut dan sederhana, menggunakan gerak-gerak dasar tari tradisional Bali dengan hanya menambahkan variasi pada pakem tari Bali, menjadikan Tari Puspanjali sebuah tarian yang digemari masyarakat, dan bisa dibawakan oleh anak-anak, remaja sampai kalangan tua.</br></br>Fungsi Tari Puspanjali sebagai tari penyambutan tercermin dari namanya, yaitu “puspa” yang berarti bunga dan “anjali” penghormatan, sehingga secara keseluruhan dapat dimaknai “menghormati tamu bagai bunga” yang menggambarkan besarnya penghormatan tuan rumah terhadap kedatangan tamu mereka. Tari Puspanjali biasanya dibawakan oleh lima sampai tujuh orang penari perempuan. Saat ditampilkan untuk pertamakalinya dalam acara pembukaan kongres Perwosi tahun 1989, Tari Puspanjali dibawakan oleh tujuh puluh orang penari. Struktur tarian menyesuaikan dengan struktur gending, yang meliputi bagian pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, dan pekaad. Pepeson adalah awal sebuah gending atau lagu yang disajikan sebelum dimulainya tarian. Pengawak yang dimainkan setelah pepeson adalah komposisi musik dengan alunan lembut dan pelan, untuk mengiringi gerakan tari bertempo pelan dan lemah lembut. Pengecet adalah bagian komposisi yang menampilkan gerak-gerak tari bertempo sedang hingga cepat. Pekaad atau penutup adalah bagian komposisi yang diwarnai dengan gerak-gerak tari bertempo cepat kemudian lebih pelan untuk mengakhiri tarian.</br></br>Gerakan Tari Puspanjali diawali dengan menggerakkan kepala ke kiri dan kanan “khas tarian Bali” sambil berjalan dengan kedua tangan berada di depan dada, mempertemukan kedua pangkal pergelangan tangan, yang kanan di atas sedangkan kiri di bawah. Kemudian berjalan di tempat dengan kedua tangan masih berada di depan dada dalam posisi yang sama. Gerakan ini merupakan salah satu bentuk sambutan selamat datang kepada para tamu. Selanjutnya gerakan melenggok dan memutar dengan tangan diangkat agak ke atas hingga bahu ikut bergerak, menggambarkan keramahtamahan masyarakat Bali kepada tamu yang datang. Ekspresi penari ditampakkan melalui senyuman dan gerak mata “nyledet” khas Bali, yaitu mengangkat alis sedikit kemudian bola mata bergerak secara cepat atau lambat sesuai ritme musiknya. Busana yang dikenakan dirancang sederhana seperti tari tradisional Bali lainnya, yaitu terdiri dari tapih yang di prada bagian bawahnya dan disarung, serta streples polos berwarna senada dengan tapih dan kain prada yang juga disarung. Rambut disasak dan memakai “pusung lungguh magonjer”. Di bagian tengah depan pusung lungguh magonjer diberi hiasan “onggar-onggar” dengan bunga yang sewarna pakaian penarinya. Onggar-onggar dilengkapi beberapa bunga mas cempaka imitasi dan dua untaian semanggi di kanan-kirinya.dan dua untaian semanggi di kanan-kirinya.)
  • Tari Puspa Wresti  + (Tari Puspawresti diciptakan oleh koreografTari Puspawresti diciptakan oleh koreografer I Wayan Dibia dan musiknya oleh I Nyoman Windha, keduanya adalah seniman Bali yang telah menciptakan banyak tarian dan komposisi musik luar biasa. Tari Puspawresti merupakan tari yang terinspirasi dari tarian pependetan yang ada di pura di Daerah Bali. </br></br>Tari Puspawresti yangberasal dari kata Puspa yang berarti bunga dan wresti yang berarti hujan, diciptakan mengikuti gerak-gerik tari pendet,Gabor, Rejang dan Baris Gede. Biasanya ditarikan oleh 4 orang penari wanita dan 4 orang penari pria. Para penari wanita membawa bokor berisikan bunga yang berwarna-warni, yang dikawal oleh penari pria yang membawa tombak.awal oleh penari pria yang membawa tombak.)
  • Rejang Pala  + (Tari Rejang Pala adalah tarian purba yang Tari Rejang Pala adalah tarian purba yang lahir di Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, telah mengalami dua kali rekonstruksi tahun 1984 dan 2019. Tahun 2019 desa setempat melakukan rekonstruksi yang merujuk pada hasil penelitian berjudul Kontinuitas dan Perubahan Tari Rejang Balang Tamak di Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, tahun 2017. Rekontruksi selain merujuk pada lontar kuno yang tersimpan di Leiden Belanda, juga merujuk pada petunjuk Ida Pedanda Istri Ratna Kania dari Griya Budha Alang Kajeng, bahwasannya beliau mengingat pernah menarikan rejang tersebut dengan hiasan berbagai buah buahan di kepalanya.</br></br></br>Tari Rejang Pala ialah tarian sakral dalam upacara Usaba Desa, untuk menyambut Ida Betara Dalem pada prosesi memasar di Pura Pesamuhan Agung. Para penarinya dibagi dalam tiga klasifikasi umur, yaitu: (1) anak-anak disebut Rejang Alit; (2) remaja putri disebut Rejang Daha; dan (3) Ibu-Ibu disebut Rejang Lingsir. Fungsi primer Tari Rejang Pala, yakni sebagai sarana ritual, secara tidak langsung juga sebagai sarana hiburan pribadi, dan sebagai presentasi estetis. Fungsi sekundernya, sebagai pengikat solidaritas dan sebagai sarana komunikasi. Keunikan Tari Rejang Pala dapat dilihat pada gelungannya, yaitu dihiasi dengan berbagai macam buah-buahan.</br></br>Simbol buah-buahan(pala) di kepala adalah mengingat sejarah dimana anak-anak Ida Bhatara Balang Tamak ketika bekerja ke sawah dan kebun setempat selalu berbekal buah buahan yang diikat dikepala. Ida Bhatara Balang Tamak dipuja masyarakat setempat sebagai tokoh pelopor Subak Abian dan tokoh cerdas yang ditakuti raja-raja jaman dahulu. Beliau juga seorang tokoh yang menentang sistem feodal yang merugikan masyarakat kala itu. Barangkali karena hal ini beberapa versi sejarah menggambarkan beliau sebagai tokoh antagonis karena kepentingan politis. Dengan ditarikannya kembali Rejang Pala di Pura Balang Tamak, selain sebagai rekontruksi tarian purba warisan leluhur, juga sebagai bentuk revisi sejarah tokoh-tokoh besar di Pulau Bali jaman dahulu.oh-tokoh besar di Pulau Bali jaman dahulu.)
  • Tari Sekar Jepun  + (Tari Sekar Jepun merupakan ikon tari dari Tari Sekar Jepun merupakan ikon tari dari Kabupaten Badung, Bali. Tari sekar jepun di ciptakan oleh Ida Ayu Wimba Ruspawati, SST., M.Sn dan komposisi musiknya diciptakan oleh I Wayan Widia, S.SKar. Tari sekar jepun mengisahkan tentang keindahan bunga jepun atau bunga kemboja dengan berbagai corak warna dan bentuk.</br></br>Bunga jepun adalah salah satu jenis bunga yang amat penting bagi orang Bali karena banyak digunakan sebagai sarana upakara dan sebagai sarana persembahyangan bagi Umat Hindu. Bunga jepun memiliki aroma yang harum dan memiliki warna yang beragam, mulai dari putih, merah, ungu dan kuning. Di Bali pohon ini dapat ditemukan di setiap rumah orang Bali, sering menghiasi jalanan-jalanan desa maupun perkotaan. </br></br>Di Kabupaten Badung sendiri pohon jepun sangat mudah ditemui disepanjang jalan, saat pohon ini berbunga akan tampak keindahan dan keasrian daerah ini, sehingga Sekar Jepun dijadikan maskot Kabupaten Badung.r Jepun dijadikan maskot Kabupaten Badung.)
  • Tari Oleg Tamulilingan Ngisep Sari  + (Tari Tamulilingan Ngisep Sari adalah tariaTari Tamulilingan Ngisep Sari adalah tarian duet yang diciptakan oleh I Ketut Mario pada tahun 1952 di Desa Peliatan. Beliau adalah seorang maestro tari Bali yang terkenal karena karya tarinya yang luar biasa. Mario mengajak I Wayan Sukra, ahli tabuh dari Marga Tabanan untuk membuat iringan musiknya. Selain itu dilibatkan pula tiga orang pakar tabuh Gong Peliatan dalam menggarap gending oleh yaitu Gusti Kompyang, A.A Gde Mandera, dan I Wayan Lebah. </br></br>Konsep saling ketergantungan dalam kehidupan menginspirasi tarian ini dimana keindahan bunga menarik lebah untuk mengumpulkan nektar dan sebaliknya lebah akan membantu menyerbuki bunga. Simbiosis ini menunjukkan hubungan saling menjaga dalam siklus yang mengandung cinta kasih antar makhluk hidup. Style tari oleg yang jarang dipertunjukkan ini pernah diajarkan di Sanggar Seni Çudamani pada tahun 2014 oleh penari asli (Alm) Ni Gusti Ayu Raka Rasmi yang pada saat itu di usianya yang 70-an, masih merupakan penari yang memukau dan guru yang berdedikasi.ri yang memukau dan guru yang berdedikasi.)
  • Tari Tani  + (Tari Tani Bali diciptakan oleh I Wayan BerTari Tani Bali diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1957. Tarian ini muncul bersamaan dengan Tari Tenun (Tari Tenun) dan Tari Nelayan (Tari Memancing) pada era 1950-an. Tari Tani menampilkan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali, khususnya aktivitas petani di Bali.</br></br>Tari Tani biasanya dibawakan secara berkelompok oleh penari pria dan wanita. Gerakan-gerakan dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para petani mulai dari menyiapkan lahan, menanam benih, hingga merawat tanamannya. Tarian ini memang menyuguhkan gerakan yang indah dan anggun.</br></br>Pada era 1960-an, tiga tarian (tani/bertani, menenun, dan memancing) muncul karena pengaruh sosialisme dan menjadi standar saat itu. Kemudian pada tahun 1965, situasi politik tidak stabil dan ketiga tarian ini langsung kehilangan penikmat.</br></br>Bagaimanapun, ketiga tarian ini tetap menjadi penanda yang berbeda dari waktu penting dalam sejarah modern Indonesia dan hari ini dilakukan hanya untuk tujuan estetika semata.</br></br>Kostum dan tata rias memainkan peran penting dalam seni pertunjukan. Keharmonisan dan keindahan warna semakin mempercantik tampilan tarian selama pertunjukan.</br></br>Pria. Dalam Tani (tarian pertanian), penari pria menggunakan kostum seperti: hiasan kepala (udeng), badong, tutup dada, sabuk stagen, gelang kana, ampok-ampok dan kamen (sarung) dengan motif prada.</br></br>Perempuan. Sedangkan penari wanita menggunakan “Lelunakan” atau penutup kepala di bagian atasnya. Lelunakan merupakan pengembangan dari tengkuluk, berupa selendang dengan motif hias. Pada bagian atasnya, selendang lelunakan membungkus rambut, dibentuk sedemikian rupa, dihiasi dengan gonjer (bunga emas), bunga sandat, dan bunga merah.</br></br>Di bagian bawah, penari wanita menggunakan tapih, kamen (sarung), dan sabuk stagen yang dibalut dari pinggang hingga dada. Pada bagian luarnya dibalut selendang berwarna dengan hiasan motif prada.endang berwarna dengan hiasan motif prada.)
  • Tari Tedung Sari  + (Tari Tedung Sari memanfaatkan properti payung (tedung) dalam tariannya. Dalam msyarakat Bali tedung memiliki fungsi yang cukup signifikan dalam berbagai upacara, yaitu melindungi dan menghormati.)
  • Truna Jaya  + (Tari Trunajaya adalah salah satu tarian krTari Trunajaya adalah salah satu tarian kreasi baru Bali, tepatnya dari Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Seni tari ini semula diciptakan pada tahun 1915 oleh Pan Wandres dalam bentuk Kebyar Legong, kemudian disempurnakan kembali oleh I Gede Manik.</br></br>Tari Trunajaya atau juga Terunajaya lebih menggambarkan gerak-gerik pemuda yang beranjak dewasa, sangat emosional dimana tingkah lakunya yang senantiasa berusaha memikat hati wanita.</br>Meskipun disebut sebagai penggambaran seorang pemuda, tari ini dikategorikan dalam tari putra keras yang umumnya ditarikan oleh penari putri.</br></br>Tari Trunajaya termasuk tari hiburan yang pertunjukannya bisa di mana saja. Termasuk di halaman pura, lapangan, panggung tertutup atau terbuka, ataupun di tempat-tempat selain itu.</br>Awalnya, tari ini adalah tari tunggal yang juga termasuk “tari babancihan” karena menghadirkan karakter antara laki-laki dan perempuan. Namun seiring perkembangannya, Tari Trunajaya ada juga yang dibawakan oleh lebih dari satu penari.</br>Dalam hal durasi, tari ini sangat fleksibel bisa pendek atau panjang. Durasi tarian terpendek umumnya berkisar 11 menit dari awal hingga akhir.</br></br>Dalam sejarahnya, Tari Trunajaya tidak terlepas dari Tari Kakebyaran yang berhubungan erat dengan kebyar. Disebut seperti itu, karena bukan hanya diiringi oleh Gamelan Gong Kebyar, namun gerakannya pun sangat dinamis dan bernafaskan kebyar.</br></br>Para penari Trunajaya menggunakan rias wajah putra halus. Menggunakan rias pentas eyeshadow berwarna kuning, merah dan biru serta pemakaian alis yang agak tinggi dari riasan tari putri serta menggunakan tali kidang. Ciri khas lain dari tari bebancihan ini juga terlihat dari segi kostum, penari memakai kamen atau kancut berwarna ungu prada dengan motif wajik. Dipakaikan seperti pemakaian kain bebancihan pada umumnya yaitu ada sisa kamen di sebelah kiri yang nantinya akan dipakai sebagai kancut, selain itu penari juga memakai udeng yang khas, garuda mungkur (dibagian belakang), satu bunga sandat, bunga kuping (bunga merah dan bunga putih), serta rumbingunga merah dan bunga putih), serta rumbing)
  • Wiranjaya  + (Tari Wiranjaya diciptakan oleh I Putu SumiTari Wiranjaya diciptakan oleh I Putu Sumiasa seniman asal Bali Barat pada tahun 1957. Tari Wiranjaya tergolong dalam tari androgini/bebancihan yang diciptakin sebagai pesaing dari tari Truna Jaya. Sebelum tahun 1965 tarian ini bernama Kebyar Buleleng Dauh Njung, awal mula tarian ini diciptakan karena seniman Pan Wandres telah lebih dulu menciptakan Kebyar Buleleng Dangin Njung yaitu Terunajaya. Kedua karya ini merupakan bentuk persaingan oleh dua seniman besar Buleleng. </br></br>Namun setelah 1965, tari ini dikembangkan lagi oleh Putu Sumiasa lalu diberu judul Wiranjaya. Tari Wiranjaya mengisahkan dua putra Pandu yaitu Nakula dan Sahadewa dari epos Mahabharata yang sedang belajar memanah di Pasraman yang dipimpin oleh Bhagawan Tamba Petra.</br></br>Perkembangan tari Wiranjaya sangat pesat karena tarian ini amat energik dengan gerak dinamis yang indah sehingga membuat para penari atau pencinta seni sangat mengapresiasi tarian Wiranjaya.eni sangat mengapresiasi tarian Wiranjaya.)
  • Kenapa Legong JAPATWAN  + (Tari ‘Kenapa Legong’ Japatwan adalah karyaTari ‘Kenapa Legong’ Japatwan adalah karya koreografer perempuan Bali yang begitu luar biasa Ida Ayu Wayan Arya Satyani. Karya ini diciptakan sebagai wujud kekagumannya pada penciptaan tari legong, baik pada kerumitan tekniknya atau pada kelanggengan yang ditawarkan oleh tarian legong yang kekal. Karya tari Japatwan sekaligus menjadi jalan Dayu Ani untuk bertanya kembali pada proses penciptaan yang telah dilalui. Sekaligus jalan untuk merealisasikan impian tentang jelajah tubuh. Sejauh mana penjelajahan tubuh dapat dilakukan, bagaimana tubuh menghormati jiwa dan raganya, mengarungi keharuan atau menyikapi belenggu, mempertanyakan tradisi ataukah modern, tak menilai gender laki-laki ataukah perempuan, karena menari itu bukan tentang gender, tapi dia adalah jiwa. Jiwa yang tampil melalui tubuh, entah dia lelaki, perempuan, untuk membawakan karakter yang sebenarnya.</br></br>Japatwan terinspirasi dari geguritan teks Japatwan yang mengisahkan petualangan Gagak Turas dan Japatwan saat menyusul Ratnaningrat ke Siwa Loka, Japatwan pun menjabarkan hakekat sastra dalam kehidupan manusia. Pengetahuan (jnana) yang patut dibadankan agar senantiasa bertemu karma baik. Awal kisah perjalanan itu adalah rasa kehilangan Japatwan yang ditinggalkan oleh Ratnaningrat, istrinya tercinta "sakeng ngredani". Ratnaningrat adalah anugrah dari Dewa Indra yang rupanya diutus untuk menguji kepandaian Japatwan dalam melaksanakan kemampuan dan pengetahuannya mengenai “keluar masuknya jiwa dalam tubuh, jalan menuju kamoksan (pembebasan)”. </br></br>Dalam hitungan tujuh hari setelah masa sukacita pernikahan, Ratnaningrat kembali ke Indraloka, konon untuk ngayah ngelegong. Dalam lantunan gaguritan, dan nuansa musik kendang palegongan, semoga tarian sederhana ini mendapat setetes keindahan dari kemahaindahan kisahnya yang telah dituangkan oleh para sastrawan dalam naskah-naskah gaguritan.a sastrawan dalam naskah-naskah gaguritan.)
  • Kebyar Duduk  + (Tarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestrTarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestro tari I Ketut Mario pada tahun 1925, menjadi satu tarian repertoar Bali yang secara teknis paling menantang, gerakannya terinspirasi oleh alam dan menghubungkan penari dengan Bumi. Dijiwai dengan elemen kehalusan, ketepatan dan kekuatan yang luar biasa, tarian ini merupakan cerminan dari jalan kemanusiaan kita sendiri yang mencari keseimbangan antara maskulin / feminin; kekuatan / kelembutan; keberanian / kehati-hatian. Kemampuan penari solo untuk mencocokkan dan mengimbangi bahkan melebihi musik yang kuat dari gamelan lengkap adalah salah satu aspek yang paling menuntut dan mengesankan dari tarian ini. menuntut dan mengesankan dari tarian ini.)
  • Legong Markandeya Lango  + (Tarian yang diciptakan oleh salah satu koreografer muda asal Ubud Gede Agus Krisna Dwipayana atau lebih akrab disapa Gede Krisna mengisahkan tentang perjalanan spiritual dari Rsi Markandeya ke tanah Bali.)
  • NGOLAH LELUU KADADOSANG PIRANTI SANE MABUAT ANGGEN NGARDI JAGAT INDONESIA BERSIH SAKING SAMPAH  +
  • Cerita Perjalanan Luh Ayu Manik Mas Pahlawan Putri Bali  + (Tiba-tiba angin berhembus kencang di kamarTiba-tiba angin berhembus kencang di kamar 21. Buku yang sedang dibaca Luh Ayu Manik dengan teman-temannya tiba-tiba bergetar dan terbang. Dari buku yang kotor, rusak, dan robek itu keluar raksasa-raksasa yang wajahnya seram. Semua hendak lari, tetapi hanya bisa diam tanpa bisa bergerak seperti patung. I Wayan dan I Made ingin berteriak keluar. Namun, bibir mereka terkatup tidak mampu bicara. bibir mereka terkatup tidak mampu bicara.)
  • Wayang Kulit Calonarang Lakon Dyah Ratna Cempaka Gadang  + (Wayang Calonarang juga sering disebut sebaWayang Calonarang juga sering disebut sebagai Wayang Leyak, adalah salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen. Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan lakon-lakon dari ceritera Calonarang. Sebagai suatu bentuk seni perwayangan yang dipentaskan sebagai seni hiburan, wayang Calonarang masih tetap berpegang pada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (Wayang parwa).</br>Pagelaran wayang kulit Calon arang melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:</br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 18 orang penabuh</br>• 5gerong/sendor</br></br>Di antara lakon-lakon yang biasa dibawakan dalam pementasan wayang Calonarang ini adalah:</br>• Katundung Ratnamangali</br>• Bahula Duta</br>• Pangesengan Beringin</br>• legu gondong</br>• ratu gede mecaling</br>• ki balian batur</br>• kawisesan i basur</br>• ajian paksa bairawa (mpu barang)</br>• kautus rarung</br></br>Kekhasan pertunjukan wayang Calonarang terletak pada tarian sisiya-nya dengan teknik permainan ngalinting dan adegan ngundang-ngundang di mana sang dalang membeberkan atau menyebutkan nama-nama mereka yang mempraktikkan pangiwa. Hingga kini wayang Calonarang masih ada di beberapa Kabupaten di Bali walaupun popularitasnya masih di bawah wayang Parwa.opularitasnya masih di bawah wayang Parwa.)
  • Wayang Parwa  + (Wayang Parwa adalah Wayang kulit yang membWayang Parwa adalah Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di seluruh Bali. Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong dan diiringi dengan Gamelan Gender Wayang.</br></br>Walaupun demikian, ada jenis Wayang Parwa yang waktu penyelenggaraannya tidak harus pada malam hari. Jenis itu adalah Wayang Upacara atau wayang sakral, yaitu Wayang Sapuh Leger dan Wayang Sudamala. Waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan waktu upacara keseluruhan.</br></br>Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara adat dan agama walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat sekuler. Dalam pertunjukannya, dalang Wayang Parwa bisa saja mengambil lakon dari cerita Bharata Yudha atau bagian lain dari cerita Mahabharata. Oleh sebab itu jumlah lakon Wayang Parwa adalah paling banyak.</br></br>Di antara lakon-lakon yang umum dipakai, yang diambil dari kisah perang Bharatayudha adalah:</br>• Gugurnya Bisma</br>• Gugurnya Drona</br>• Gugurnya Abhimanyu / Abimanyu</br>• Gugurnya Karna</br>• Gugurnya Salya</br>• Gugurnya Jayadrata</br></br>Lakon - lakon terkenal sebelum Bharatayudha misalnya:</br>• Sayembara Dewi Amba</br>• Pendawa - Korawa Aguru</br>• Pendawa - Korawa Berjudi</br>• Sayembara Drupadi</br>• Lahirnya Gatotkaca</br>• Aswameda Yadnya</br>• Kresna Duta</br>• Matinya Supala</br>• Dan lain-lain.</br></br>Wayang Parwa biasanya didukung oleh sekitar 7 orang yang terdiri dari:</br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 4 orang penabuh gender wayang (yang memainkan sepasang pemade dan sepasang kantilan)</br>Durasi pementasannya lebih panjang daripada Wayang lemah yakni berkisar antara 3 sampai 4 jam.emah yakni berkisar antara 3 sampai 4 jam.)
  • Wayang Sapuh Leger  + (Wayang Sapuh Leger merupakan sebuah drama Wayang Sapuh Leger merupakan sebuah drama ritual dengan sarana pertunjukan wayang kulit yang bertujuan untuk membersihkan atau menyucikan diri seseorang akibat tercemar atau kotor secara rohani.</br></br>Di Bali hingga kini diyakini bahwa anak yang lahir pada wuku Wayang patutlah melakukan upacara lukatan atau pembersihan yang disebut sapuh leger. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari kejaran Kala dan tak ditimpa malapetaka.</br></br>Dikisahkan dua orang putra Bhatara Siwa atau Bhatara Guru memiliki otonan yang sama yaitu sama-sama lahir pada Wuku Wayang. Mereka berdua bernama Bhatara Kala dan Sang Hyang Rare Kumara. Jauh sebelum Rare Kumara lahir, Dewa Siwa pernah memberikan ijin kepada Bhatara Kala untuk menadah atau memangsa makhluk yang memiliki otonan sama dengannya.</br></br>Oleh karena adiknya sendiri memililiki otonan yang sama, Bhatara Kala meminta ijin kepada Dewa Siwa untuk memangsa Rare Kumara. Namun, Kala diminta menunggu agar adiknya tersebut besar. Karena Siwa takut putranya dimangsa, maka dikutuklah Rare Kumara sehingga tak pernah dewasa. </br></br>Setelah dirasanya adiknya sudah dewasa, Kala menemui Rare Kumara dan bermaksud memangsanya. Namun atas perintah Dewa Siwa, Rare Kumara diminta untuk berlari menuju ke Kerajaan Kertanegara.</br></br>Mengerahui adiknya lari, Kala mengejarnya. Ia mencium tapak kaki Rare Kumara dan mengikutinya dan dilihatlah sang adik berlari. Setelah bersembunyi di beberapa tempat yaitu rimbun bambu buluh, di balik kayu bakar, dan tungku perapian, Rare Kumara pun sampai di Kertanegara.</br></br>Kertanegara digempur oleh Bhatara Kala, dan Rare Kumara berlari hingga saat malam ia sampai di tempat pertunjukan wayang. Oleh dalang wayang, Rare Kumara diminta bersembunyi di resonator gamelan gender.</br></br>Saking laparnya, Kala datang ke tempat pertunjukan wayang dan memakan sesajinya. Melihat hal itu, dalang menegur Kala agar mengembalikan sesaji yang telah dimakannya. Karena terpojok, Kala pun berhutang pada dalang dan kepada dalang itu, ia berikan mantra magis. Mantra itu membuat dalang bisa membebaskan semua makhluk hidup dari kekotoran.</br></br>Dalang kemudian menghaturkan sesaji sebagai pengganti anak yang dilahirkan Tumpek Wayang, sehingga selamatlah Rare Kumara. Rare Kumara pun dibawa kembali ke kahyangan oleh Dewa Siwa.</br></br>Begitulah kisah ringkas yang melatarbelakangi dilaksanakannya Sapuh Leger pada anak yang lahir wuku Wayang. Kisah ini diambil dari Lontar Kidung Sapuh Leger.ni diambil dari Lontar Kidung Sapuh Leger.)
  • Wayang Wong  + (Wayang Wong adalah salah satu tari teater Wayang Wong adalah salah satu tari teater klasik Bali yang semua penarinya memakai topeng. Wayang Wong di Pura Taman Pule, desa Mas-Ubud, mementaskan lakon Ramayana dengan tokoh utama Rama dan sepasukan monyet bersiap merebut kembali istrinya Dewi Sita.</br></br>Pura Taman Pule adalah sebuah Pura di desa Mas, Ubud di Bali. Tari topeng ini unik dan hanya ditampilkan di Pura ini. Itu tidak dilakukan di luar wilayahnya. Seperangkat topeng tokoh-tokoh dari epos Ramayana dan Mahabharata disimpan di Pura. Tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti dari mana topeng ini berasal. Tidak ada catatan pasti tentang pemahat topeng atau bagaimana mereka bisa disimpan di Kuil. Informasi itu mungkin telah hilang akibat konflik atau perang dalam sejarah. ..</br></br>Keramat Wayang Wong Pura Taman Pule erat kaitannya dengan ritual upacara di Pura. Itu juga dianggap 'Pemuput Karya'. Tarian tersebut menandakan bahwa upacara yang dilakukan di Pura sudah selesai. Tarian serupa lainnya adalah Tari Topeng Sidakarya.rupa lainnya adalah Tari Topeng Sidakarya.)
  • Wayang Arja  + (Wayang arja adalah sebuah wayang ciptaan bWayang arja adalah sebuah wayang ciptaan baru yang diciptakan pada tahun 1975 oleh dalang I Made Sidja dari desa Bona, atas dorongan almarhum I Ketut Rindha. Permunculan wayang ini banyak dirangsang oleh kondisi kehidupan Dramatari Arja yang ketika itu memprihatinkan, didesak oleh Drama Gong. Walaupun masih tetap mempertahankan pola pertunjukan wayang tradisional Bali, Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat).</br></br>Dalam Wayang Arja, peran utama yang memegang pokok cerita adalah tentang kerajaan-kerajaan yang terbagi dalam sisi "kanan" dan "kiri". Kerajaan-kerajaan yang terangkum dalam sekutu "kanan" antara lain adalah seperti Daha, Koripan, Singasari, dan Gegelang, sementara pihak "kiri"-nya adalah Lasem Metaum, Pajang Mataram, Cemara, dan Pajarakan.</br></br>Dalam wayang ini plot dramatik disusun hampir sama dengan yang terdapat di dalam Dramatari Arja. Oleh sebab itu pertunjukan Wayang Arja berkesan pagelaran Arja dalam bentuk Wayang Kulit. Pertunjukan Wayang Arja melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:</br></br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 9 orang penabuh Gamelan Gaguntangan yang berlaras pelog dan slendro.</br></br>Di antara lakon-lakon yang biasa ditampilkan antara lain adalah:</br></br>• Waringin Kencana</br>• Klimun Ilang Srepet Teka</br>• Pakang Raras</br>• Banda Kencana</br></br>Kekhasan pertunjukan Wayang Arja terasa pada seni suara vokalnya yang memakai tembang-tembang macapat yang biasa dipergunakan dalam pertunjukan Dramatari Arja. Juga, bentuk wayangnya menirukan tokoh-tokoh utama dalam Arja dengan segala atributnya. Wayang Arja kurang begitu populer di Bali, walaupun dalang yang biasa membawakan wayang ini terdapat hampir di seluruh Bali.ayang ini terdapat hampir di seluruh Bali.)
  • Wayang Lemah  + (Wayang lemah dibeberapa tempat juga disebuWayang lemah dibeberapa tempat juga disebut dengan Wayang Gedog. Wayang lemah dikatagorikan sebagai Wayang Wali yaitu kesenian sakral yang menyertai upacara keagamaan. Wayang lemah adalah salah satu dari tiga macam wayang yang disakralkan di Bali. Tiga wayang sakral tersebut adalah Wayang Sapu Leger, Wayang Suddhamala dan Wayang Lemah. </br></br>Wayang lemah dipentaskan tanpa mempergunakan layar atau kelir dan lampu blencong. Dalam memainkan wayangnya, dalang menyandarkan wayang-wayang pada seutas benang putih (benang tukelan) sepanjang sekitar satu sampai satu setengah meter yang direntang susun tiga dengan masing-masing berisi 11 uang kepeng atau pis bolong satakan (uang kepeng berjumlah 200 keping). Benang ini diikatkan pada batang kayu dapdap yang dipancangkan pada batang pisang (gedebong) di kedua sisi dalang. Gamelan pengiringnya adalah gender wayang yang berlaras slendro (lima nada).</br></br>Wayang lemah atau wayang gedog ini dapat dipentaskan pada siang, sore atau pada saat upacara keagamaan berlangsung. Pendukung pertunjukan wayang ini adalah yang paling kecil, 3 sampai 5 orang, yang terdri dari seorang dalang, dan satu atau dua pasang penabuh gender wayang. Sebagai kesenian upacara, pertunjukan wayang lemah biasanya mengambil tempat di sekitar tempat upacara dengan tidak mempergunakan panggung pementasan yang khusus.</br></br>Lakon yang dibawakan pada umumnya bersumber dari cerita Mahabharata yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan upacara yang diiringinya. Jika pertunjukan itu dilakukan pada upacara Dewa Yadnya, maka lakon cerita diambil dari kisah yang menceritakan upacara, misalnya Kunti Yadnya. Tapi bila pertunjukan dilangsungkan pada upacara Bhuta Yadnya, maka lakon ceritanya adalah Bima Dadi Caru, yaitu cerita ketika Bhima mengorbankan dirinya sebagai caru kepada Raksasa Baka.</br></br>Sedangkan jika pertunjukan berlangsung pada upacara Pitra Yadnya, maka lakon yang disajikan adalah Bima Swarga atau cerita lain yang mengisahkan perjalanan roh ke surga. Jika pertunjukan itu diadakan untuk Upacara Manusa Yadnya, maka lakon yang digunakan dalang adalah cerita yang mengisahkan perkawinan, misalnya perkawinan Arjuna-Subadra, atau perkawinan Abimanyu-Uttari.</br></br>Biasanya, pertunjukan wayang Lemah dimulai bersamaan dengan diawali pemujaan oleh Pandita (pemimpin upacara agama Hindu). Demikian pula akhir pertunjukan akan ditutup jika pandita sudah mengakhiri pemujaan. Durasi pementasan Wayang lemah pada umumnya singkat sekitar 1 sampai 2 jam.da umumnya singkat sekitar 1 sampai 2 jam.)
  • LAPONTIK "Lampu Belajar Multi Fungsi"  + (dokumentasi pada tanggal 13 september 2021 di SMA Negeri Bali Mandara,pada pembuatan saat itu kami masih dalam proses pembuatan alas dari lampu menggunakan sampah plastic dan kardus .)
  • Átmanà Shanti (Music Performance)  + (Átmanà Shanti adalah komposisi musik tari Átmanà Shanti adalah komposisi musik tari karya I Wayan Arya Bisma berasal dari Pujung Kelod, Sebatu, Gianyar yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Institute Seni Indonesia Denpasar. “Átmanà” berarti oleh pikiran dan “Shanti” berarti damai. Dalam konteks musik tari penyambutan, “Átmanà Shanti” diartikan sebagai ‘disambut oleh pikiran yang damai’. Ide utama garapan ini adalah sifat pikiran manusia yang selalu berubah-ubah seiring waktu yang tidak menentu. Ide ini lalu ditransformasikan dalam pengolahan patet lagu yang berubah-ubah (gending kecag kecog), serta ukuran lagu pada setiap bagian yang tidak menentu. </br></br>Komposisi musik ini menggunakan struktur Tri Angga, yaitu: Kawitan, Pengawak dan Pengecet, tetapi dalam setiap bagian dibagi menjadi beberapa sub bagian lagi. Pada setiap bagian terdapat sebuah gending penyalit atau peralihan yakni jalan atau jembatan untuk mencapai tujuan. </br></br>Struktur Komposisi Musik </br>1. Kawitan </br>a. Pengalian diawali dengan permainan istrumen riyong dan dilanjutkan dengan permaianan seluruh instrumen. Dengan memainkan beberapa jenis patet, seperti: Pengeter Agung, Sunaren dan Selendro Agung.</br>b. Pada bagian pepeson terdapat dua bagian, yaitu: bagian A dan bagian B, bagian ini dikomposisikan menjadi : A-A-Penyalit-B-B. Pada bagian A menggunakan patet Selendro Agung, dimana pola permainan instrument terompong seperti ngembat dan nyilih asih dipresentasikan pada instrument riyong. Lalu berlanjut ke bagian penyalit yang durasinya lumayan pendek, dengan menggunakan patet Sunaren, Tembung dan Pengeter Agung.</br>2. Penyalit, bagian ini merupakan bagian penghubung antara bagian kawitan dangan bagian pengawak. Menggunakan pola permainan kebyar, dengan patet Pengeter Agung dan pada bagian akhir terdapat modulasi ke patet Selendro Alit. </br>3. Pengawak, bagian ini merupakan penyederhanaan bentuk gending legod bawa yang ada pada gending pelegongan. Pada bagian ini menonjolakan permainan suling. Patet yang digunakan adalah Selendro Alit dan pada bagian akhir terdapat modulasi ke patet Sunaren.</br>4. Penyalit, bagian penyalit ini menjadi penghubung antara bagian pengawak dengan bagian pengecet. Pada bagian ini menggunakan bentuk gending pengetog, yang dikembangkan dengan hitungan yang tidak tetap. Bagian ini menggunakan patet Sunaren dan Pengeter Agung.</br>5. Pengecet, bagian ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : bagian A, B dan bagian pekaad. Dikomposisikan dengan pola A-penyalit-B-penyalit-A-peyalit-B-penyalit-pekaad. Pada bagian A mengadopsi pola permainan instrument nyong-nyong pada barungan Gamelan Selonding, dengan melodi yang sederhana dan menggunakan patet Pengeter Agung, lalu dilanjutkan dengan penyalit untuk menuju bagian B yang tetap menggunakan patet Pengeter Agung. Selanjutnya pada Bagian B, menonjolkan dinamika instrument gangsa dan kantilan. Instrument riyong, penyacah dan calung menghiasi dengan pola gending yang sama. Patet yang digunakan adalah patet Sunaren, lalu dilanjutkan dengan penyalit yang menggunkan patet Sunaren dan patet Tembung. Pada bagian akhir atau pekaad menggunakan pola permainan kebyar, dengan menggunakan patet Pengeter Agung dan Selendro Alit. Lalu pada bagian paling akhir lagu terdapat sedikit pola permainan kendang Leluangan.</br>Komposisi musik iringan tari penyambuatan ini ditabuhkan dalam gamelan Semarandana. Gamelan Semarandana merupakan kombinasi dari Gamelan Gong Kebyar dan Gamelan Semar Pagulingan, yang diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1987. Penggunaan gamelan Semarandana dikarenakan barungan gamelan Semarandana memiliki cakupan nada dan oktaf yang lebih luas, sehingga memungkinkan untuk bisa berkreativitas lebih luas dan leluasa dalam mengolah lagu, seperti halnya pengolahan patet dan ukuran lagu. Terciptanya komposisi music tari “Átmanà Shanti” didukung oleh Sekaa Gong Remaja Sanggar Seni Çudamani dan Sekaa Suling Semeton Nika Manu.damani dan Sekaa Suling Semeton Nika Manu.)
  • NGOLAH LELUU KADADOSANG PIRANTI SANE MABUAT ANGGEN NGARDI JAGAT INDONESIA BERSIH SAKING SAMPAH  + (The video and this work were made in SMP DThe video and this work were made in SMP Dwijendra Denpasar on September 20, 2021, involved 3 people, namely Satya, Kirana, and Ayu. From the video and the work that we made, we recycled organic and inorganic waste and also revived the Balinese economy by making handicrafts from waste that had a sale value. As we know Bali being a tourism island, the lack of community initiatives to reduce and recycle the use of organic and inorganic waste, can lead to the accumulation of waste. By recycling organic and inorganic waste into handicrafts that are more useful and have a selling value, it will simultaneously preserve nature, especially Bali.aneously preserve nature, especially Bali.)
  • Arja Muani 'Ki Ratna Kepakisan'  + (Arja adalah semacam opera khas Bali, merupArja adalah semacam opera khas Bali, merupakan sebuah dramatari yang dialognya ditembangkan secara macapat. Dramatari Arja ini adalah salah satu kesenian yang sangat digemari di kalangan masyarakat. Nama Arja diduga berasal dari kata Reja (bahasa Sanskerta) yang berarti "keindahan". Gamelan yang biasa dipakai mengiringi Arja disebut "Gaguntangan" yang bersuara lirih dan merdu sehingga dapat menambah keindahan tembang yang dilantunkan oleh para penari.</br></br>Arja diperkirakan muncul pada tahun 1820-an, pada masa pemerintahan Raja Klungkung, I Dewa Agung Sakti. Menjelang berakhirnya abad 20 lahirlah Arja Muani, dimana semua pemainnya pria, sebagian memerankan wanita. Arja ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat, terutama karena menghadirkan komedi segar.terutama karena menghadirkan komedi segar.)
  • Arja "Sampek Ingtai"  + (Arja merupakan seni teater yang sangat komArja merupakan seni teater yang sangat kompleks karena merupakan perpaduan dari berbagai jenis kesenian yang hidup di Bali, seperti seni tari, seni drama, seni vokal, seni instrumentalia, puisi, seni peran, seni pantomime dan seni busana, Sesungguhnya Arja ini perpaduan antara dua pendukung teater, yaitu gagasan yang datang dari para pemain dengan penonton. Sehingga Arja adalah bentuk total teater yang komunikatif. </br></br>Arja diduga berkembang sejak sekitar tahun 1814, yaitu pada pemerintahan I Dewa Gde Sakti di Puri Klungkung, saat diadakannya upacara Pelebon yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Karangasem. Upacara Pelebon besar-besaran ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk raja-raja seluruh Bali. Pada saat itu atas prakarsa I Dewa Agung Mangis asal Gianyar dan Dewa Agung Jambe digelarkan untuk pertama kalinya Arja.</br></br>Tiga fase perkembangan Arja adalah:</br>• Arja Doyong yaitu Arja tanpa iringan gamelan dan dimainkan secara solo atau oleh satu orang.</br>• Arja Gaguntangan yaitu dengan memakai gamelan Gaguntangan dan jumlah pelaku lebih dari satu orang.</br>• Arja Gede yang merupakan arja dengan struktur baku pertunjukan sekarang ini, dibawakan oleh banyak pelakon antara 10 orang sampai 15 orang.</br></br>Menjelang berakhirnya abad 20 lahirlah Arja Muani, dimana semua pemainnya pria, sebagian memerankan wanita. Arja ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat, terutama karena menghadirkan komedi segar.</br></br>Arja saat itu dikenal dengan nama Dadap dan lakon yang dipertunjukkan adalah Limbur. Dadap adalah nama sejenis pohon dan juga berarti perisai. Pohon Dadap adalah kayu sakti, sebagai lambang pembersihan atau alat penyucian yang harus ada dalam setiap upacara di Bali. Ceritera-ceritera Arja sangat beragam, dari Ceritera Panji, Ceritera Rakyat, Ceritera Mahabarata, Ramayana dan sebagainya berkembang sampai ceritera-ceritera keseharian,</br></br>Pada tahun 1920-an sampai 1960-an, kesenian ini menemukan kejayaannya, dimana setiap pementasannya selalu dipadati penonton. Durasi Arja sangat panjang, yaitu sekitar 5-6 jam.Saat ini Arja telah kehilangan popularitasnya oleh drama gong ,ini karena drama gong tidak terlalu lama durasinya serta tidak banyak musik dan tarian sehingga lebih mudah dipahami oleh kalangan masyarakat.</br></br>Nama Arja diduga berasal dari kata Reja (bahasa Sanskerta) yang berarti "keindahan". Gamelan yang biasa dipakai mengiringi Arja disebut "Gaguntangan" yang bersuara lirih dan merdu sehingga dapat menambah keindahan tembang yang dilantunkan oleh para penari.</br></br>Berbeda dari kesenian tradisional Bali lainnya, ciri khas arja dalam setiap pementasannya terlihat kesenian arja ini disamping memiliki petuah ajaran kebaikan, lelucon, dagelan, tarian dan seni drama yang tidak kalah dengan kesenian bali lainnya, arja juga selalu menonjolkan nyanyian seperti kekawin atau kidung - kidung tradisional Bali dan juga busana yang digunakan pun pakaian adat Bali lengkap.</br></br>Sedangkan musik atau gamelan sebagai pengiring dalam kesenian ini disebutkan dalam babad bali, arja pada mulanya Arja hanya menggunakan gamelan Geguntangan, namun kira-kira sejak beberapa tahun dalam perkembangan selanjutnya Arja diiringi dengan gamelan gong kebyar.</br></br>Sumber lakon Arja yang utama adalah cerita Panji (Malat), kemudian lahirlah sejumlah cerita seperti Bandasura, Pakang Raras, Linggar Petak, I Godogan, Cipta Kelangen, Made Umbara, Cilinaya dan Dempu Awang yang dikenal secara luas oleh masyarakat.</br></br>Arja juga menampilkan lakon-lakon dari cerita rakyat seperti Jayaprana, Sampik Ingtai, Basur dan Cupak Grantang serta beberapa lakon yang diangkat dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Lakon apapun yang dibawakan Arja selalu menampilkan tokoh-tokoh utama yang meliputi Inya, Galuh, Desak (Desak Rai), Limbur, Liku, Panasar, Mantri Manis, Mantri Buduh dan dua pasang punakawan atau Panasar kakak beradik yang masing - masing terdiri dari Punta dan Kartala. Hampir semua daerah di Bali masih memiliki grup-grup Arja yang masih aktif.</br></br>Kesenian Arja masih tetap dilestarikan di Bali. Disamping kesenian arja ini bersifat sakral dalam upacara yadnya sebagai warisan budaya Bali, sampai saat ini juga pementasannya sering terlihat dalam acara - acara hiburan dalam perayaan hari raya, acara - acara adat besar dan juga pesta kesenian Bali yang diadakan baik di Gedung Ksirarnawa maupun di Arda Chandra Art Center Denpasar Bali setiap tahun sekali. Center Denpasar Bali setiap tahun sekali.)
  • Baleganjur Benen Mua  + (Baleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (WBaleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (Wallach, 2018) dari “Fix Your Face” oleh DIllinger Escape Plan, untuk Gamelan Baleganjur. Disusun dan dikonsep ulang oleh Putu Tangkas Adi Hiranmayena untuk Denver, Gamelan Tunas Mekar Colorado, karya ini menggunakan idiom dari kepekaan baleganjur tradisional dan kontemporer. Ini ditayangkan perdana pada konferensi “Sounding Out the State of Indonesian Music” 2018 di Cornell University di Ithaca, NY. Niat Hiranmayena dalam menciptakan karya ini adalah untuk mengkritik keadaan musik gamelan global dan mempertanyakan atribusi nilai identitas masyarakat Bali. atribusi nilai identitas masyarakat Bali.)
  • Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti  + (Bali saat ini turut berjuang menahan laju Bali saat ini turut berjuang menahan laju penyebaran virus Covid19. Ada banyak sekali pelajaran yang kita bisa ambil dari kebijakan lokal dan pengetahuan setempat untuk membantu perjuangan ini.</br>Salah satunya adalah belajar dari Hari Nyepi. Hari dimana seluruh pulau, selama 24 jam, di lockdown; diminta untuk melakukan Tapa Catur Brata Penyepian:</br>Amati Geni: Hemat energi</br>Amati Karya: Tidak bekerja mencari nafkah (Cuti)</br>Amati Lelungan: Tidak bepergian (#dirumahaja)</br>Amati Lelanguan: Tidak berpesta/berfoya-foya/menghibur diri secara berlebihan</br></br>Bali, lewat Nyepi, telah ada pengalaman bertahun-tahun melakukan ini. </br>Maka, anjuran untuk gerakan #dirumahaja sudah seharusnya bukan hal yang asing bagi warga Bali, karena hal ini sudah ada di gen dan darah warga Bali yang sudah melakukan ini setiap tahun.</br>Meski biasanya hanya sehari, dalam situasi darurat ini, perlu ditingkatkan ‘level’nya menjadi beberapa hari (atau minggu), hingga situasi benar-benar pulih.</br></br>Sama seperti solusi bagi banyak permasalahan di Bali dan Indonesia, Pandemic Corona tidak bisa ditanggulangi oleh sekelompok kecil individu yang sadar, pemerintah saja, ataupun segilintir tenaga medis berikut infrastrukturnya yang pas-pasan yang dimiliki oleh pulau ini, tapi membutuhkan kesadaran kolektif semua lapisan masyarakat, baik itu masyarakat adat, pemerintah, pengusaha, media, akademisi, tokoh spiritual, dan seniman/budayawan.</br>Semuanya mesti bahu-membahu berkontribusi di bidangnya, dan satu elemen mendukung elemen yang lain.</br></br>Di sinilah social resilience (ketahanan sosial) kita diuji. Kalau kita semua sanggup melewati bencana ini, maka kita patut bersyukur dan bolehlah berbangga diri. </br>Tapi isu Corona bukan isu sepele, sekali dia lepas kontrol, harga kerusakan yang ditimbulkannya akan terlalu besar.</br></br>Kita punya pengetahuan tentang Nyepi, dan akan sangat disayangkan kalau hal ini hanya kita rayakan sebagai ritual belaka. Kita harus memaknai manfaatnya, etika-nya, tujuannya, sehingga bisa kita implementasikan sebagai solusi atau cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah yang riil.</br>Upacara tidak akan bermanfaat jika dia hanya ditempatkan sebagai simbol.</br>Simbol hanyalah simbol, untuk mengingatkan saja… hanya akan lebih berfaedah jika itu bisa ditransfer dalam bentuk kesadaran, gagasan, dan aksi.</br>Kita bangga punya “rasa” yang kuat…. sekarang tajamkan juga “logika", karena yang ideal adalah keseimbangan dari keduanya. </br></br>Berat memang. </br>Baru beberapa hari diam di rumah dan pengurangan nafkah yang drastis akibat sejumlah konser dibatalkan, Kami, sepertimu, juga rindu situasi pulih; berkumpul, bekerja bersama, bernyanyi bersama, mencium keringat tubuhmu, bersetubuh denganmu, seperti adegan dalam video klip kami ini.</br>Kami mengabadikan momen-momen itu agar kita mengingat bahwa kita makhluk sosial, dan solusi dari masalah berat ini adalah apabila kita menjaga kemanusiaan dan kepedulian kita pada sesama. </br>Sekarang, dalam situasi darurat ini, social distancing (menjaga jarak) adalah bentuk kepedulian kita kepada sesama. For a greater good. Untuk sementara saja.</br></br>Agar nanti tiba masanya dalam waktu dekat kita akan berkumpul kembali, dan bernyanyi bersama….</br>“Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti!”</br>Dumogi rahayu,</br>Gede RobiBerani Berhenti!” Dumogi rahayu, Gede Robi)
  • Rejang Desa TiyingTali  + (Banjar Adat Desa Tumingal adalah banjar yaBanjar Adat Desa Tumingal adalah banjar yang ada di Desa Tiying Tali - Abang Karang Asem </br>Desa ini memiliki tari sakral yakni tari rejang kuningan. Tari yang hanya di pentaskan pada saat hari raya kuningan yang lazim di sebut perejangan. Perayaan hari raya kuningan di desa tumingal jatuh pada tumpek kuningan di mana sehari setelah hari raya kuningan itu sendiri. Perejangan pun di lakukan 3 hari sampai dengan Pon kuningan. Rangkaian perejangan ini berlangsung sejak hari umanis kuningan pada pukul 15.00, pertunjukan di mulai dari utama mandala yaitu penari Rejang menari mengelilingi Pengaruman selama 3 kali, selanjutnya menari ke arah Madya Mandala / Jaba tengah lalu menari dengan cara memutar ke kiri ke kanan mengikuti melody Gending Gambang di sebelah bale gede bertiang 12 atau saka roras. Jumlah penari rejang sebanyak 22 orang penari putri tidak di batasi untuk remaja putri baik yang belum atau sudah mensturasi. Jumlah penari rejang ini mengacu pada jumlah KK krama banjar Adat Tumingal</br>Masing masing krama wajib mendapatkan rejang. Setiap rejang maksimal di miliki atau di laporkan sebagai ayah ayah banjar kepada jero klian adat banjar. Jika ada salah satu krama banjar tidak mendapatkan rejang maka akan di kenakan sanksi denda atau dedosan uang tunai sejumlah bayaran 1 orang rejang. Dengan demikian jumlah penari rejang di desa adat tumingal tidak mutlak berjumlah 22 orang . </br>Gambang merupakan salah satu alat musik tradisional Bali yang keberadaannya minim di bali. Khusus di desa Tumingal keberadaannya masih lestari sampai saat ini. Alat musik ini merupakan alat musik khas yg di mainkan untuk mengiringi tari rejang di Desa Tumingal. </br>Gelungan unik, gelungan penari tari rejang di desa tumingal bisa dibilang unik. Kenapa? Karna Gelungan yang di namakan Gempong ini rangkanya terbuat dari gelang Bambu yang di bentuk sedemikian rupa dan di design menyesuaikan ukuran kepala penari rejang. Selanjutnya hiasan depan diisi oleh rangakaian bunga madori ungu serta aneka bunga. Sedangkan di bagian belakang dihiasi susunan hati batang ketela ubi jalar seperti ubi terigu, yang hati batangnya lebih besar berwarna putih dan di cat berwarna pink.</br>.</br>Artikel: @kemu_mai_melaliberwarna pink. . Artikel: @kemu_mai_melali)
  • Baris Jangkang  + (Baris Jangkang adalah sejenis tari baris uBaris Jangkang adalah sejenis tari baris upacara yang terdapat di Dusun Pelilit, Pulau Nusa Penida Bali. Tari ini dipertunjukkan untuk mengiringi upacara keagamaan termasuk untuk membayar kaul (sesangi). Baris ini ditarikan oleh 8 (delapan) sampai 12 (dua belas) orang pria yang memakai senjata tombak panjang. Pakaiannya sangat sederhana terdiri dari celana putih, kain putih dan saput kuning. Baris ini menari dengan setengah jongkok (jangkang) dengan diiringi gamelan.</br></br>Baris jangkang merupakan tarian baris upacara yang usianya cukup tua, hal ini dapat dilihat dari segi gerakan tarinya maupun dari segi pakaian yang masih mencerminkan bentuk-bentuk kesederhanaan sebagaimana tari perang pada suku bangsa dimana tingkat kebudayaannya masih sederhana. Baris Jangkang dari Nusa Penida menari dengan bersenjatakan tombak, sedang pakaiannya tidak seperti pakaian baris pada umumnya melainkan lebih sederhana. Gamelan yang mengiringinya adalah gending batelan.yang mengiringinya adalah gending batelan.)
  • Buru  + (Buru adalah karya tari kontemporer dari seBuru adalah karya tari kontemporer dari seniman Dewa Ayu Eka Putri dan I Putu Tangkas Adi Hiranmayena, keduanya membuat sebuah team duo experimental yang dikenal dengan nama ghOstMiSt. Buru adalah salah satu karya mereka di tahun 2021, karya ini terinspirasi dari novel seorang penulis legendaris Indonesia Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Pulau Buru. Meski dalam karya tari ini lebih menyorot mengenai perasaan terisolasi, terasing, kemampuan untuk melawan dan bertahan dari perburuan perasaan cemas, takut dan kematian, ketika para tahanan politik dibuang di Pulau Buru.ara tahanan politik dibuang di Pulau Buru.)
  • Mulih  + (Dalam lagu Mulih, Navicula mengangkat situasi dan kondisi pandemi. Lagu ini menceritakan bagaimana susahnya masyarakat Bali akibat pandemi, hingga akhirnya harus mulih atau pulang kembali hidup di desa menjadi petani.)
  • Rejang Tenganan Pegringsingan  + (Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa BalDesa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa Bali Aga di Bali Timur, memiliki momentum tahun baru tersendiri yang berbeda dengan Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Saka. Berdasarkan sistem tarikh (perhitungan tahun) yang digunakan di desa ini sejak ratusan tahun silam, tahun baru dirayakan setiap penanggal apisan Sasih Kasa (hari pertama bulan pertama). Biasanya, tahun baru menurut kalender Tenganan Pagringsingan jatuh sekitar pertengahan Januari. </br></br>Dalam memperingati ini (tahun baru) masyarakat di Desa Tenganan Pegringsingan melaksanakan Usaba Kasa dan ditandai dengan Sesolahan/Pementasan Rejang Deha (Deha dan anak anak di pagi hari).ng Deha (Deha dan anak anak di pagi hari).)
  • Rejang Desa Asak  + (Desa Asak yang berada di Kabupaten KarangaDesa Asak yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali, adalah salah satu diantara beberapa desa Bali Aga(Balimula atau Balitua) yang penduduknya masih kukuh memelihara ritual budaya dan keagmaan. Salah satu dari ritual yang masih rutin dijalankan di Asak adalah Rejang Asak.</br>Tarian ini diselenggarakan pada umanis kuningan yaitu hari minggu. Tarian ini hanya boleh dilakukan/ditarikan oleh perempuan yang sudah akil balik serta belum menikah. Selain itu, yang paling penting, hanya gadis desa setempat yang diizinkan untuk mengikuti pele- lawangan ini. Setiap keluarga di Desa Asak hanya boleh menampilkan satu anak perempuannya untuk mewakili mengikuti acara Pelelawangan. Jika yang mewakili ini sudah menikah akan digan- tikan oleh adiknya yang perempuan. Apabila dalam satu keluarga tidak memiliki anak perempuan, maka tidak diharuskan untuk ikut serta dalam acara tersebut. Acara ini diadakan oleh teruna- teruni di desa tersebut yang biasa disebut Truna Dehe adat. Konon katanya tarian Rejang Asak ini bertujuan untuk mempertemukan para Truna dan Dehe agar mereka saling mengenal sesama Generasi Asak.</br>Barisan penari dalam Rejang Asak ini disusun menurut tahun pernikahan orang tua mereka, dimana yang orang tuanya lebih dahulu menikah, maka anaknya akan ditempatkan dibarisan paling pertama yang disebut dengan Subak Dehe. Biasanya hanya 1 tahun untuk bisa menduduki jabatan sebagai Subak Dehe. Setelah satu tahun kemudian Subak Dehe ini digantikan lagi oleh barisan berikutnya.</br>Meskipun masyarakat Desa Asak bukanlah satu-satunya yang melaksanakan ritual rejang, namun ada satu hal yang membuat Rejang Asak menjadi unik yaitu terletak pada kostumnya yang khas. Kostum Rejang Asak selalu dipersiapkan secara serius oleh keluarga sang penari. Khusus untuk bagian hiasan kepalanya, diperlukan bahan alami yang harus dirangkai semalam sebelum tarian dipentaskan, agar tidak layu. Selain bahan alami, hiasan kepala untuk tari rejang asak juga menggunakan hiasan kepala yang dipenuhi ornament warisan turun-temurun dari leluhur.nament warisan turun-temurun dari leluhur.)
  • Penting  + (Di Karangasem ada salah satu seni gamelan Di Karangasem ada salah satu seni gamelan khas dan langka yang diberi nama “Penting”. Kesenian Penting pernah mencapai masa keemasannya pada masa-masa akhir kerajaan Karangasem. Salah seorang seniman alumnus Program Studi Seni Rupa dan Desain Unud Denpasar, AA. Gede Krisna Dwipayana,S.Sn yang tinggal di Puri Kaleran Karangasem mengungkapkan, Penting sudah muncul di Karangasem sejak jaman penjajahan Belanda. Tepatnya pada saat Pemerintah Belanda menyelenggarakan sebuah perhelatan kesenian yang diberi nama Ngeraja Kuning, semacam pawai kesenian, mirip Pesta Kesenian Bali, yang ditujukan untuk menghormati Ratu Belanda. </br></br>Kesenian Penting juga pernah dipentaskan pada saat Raja Karangasem menyelenggarakan Karya Ligia tahun 1930 bersama kesenian Rebana dan Tari Rodat. Sampai pada era tahun 1980-an kesenian ini masih mudah dijumpai dalam bentuk perorangan maupun sekaa dan pernah beberapa kali tampil di televisi dan PKB. Namun setelah beberapa tahun pementasan Penting mulai jarang, karena kebanyakan tokoh-tokohnya meninggal dunia.</br></br>Penting adalah alat musik yang tergolong sapta nada sehingga dapat memainkan lagu-lagu baik dengan dasar pelog maupun selendro, bahkan gabungan diantara keduanya. Penting dapat memainkan gending-gending pegongan, peangklungan dan pejogedan, dan dapat difungsikan dalam berbagai upacara yadnya.</br></br>Cara memainkan alat ini yaitu dengan menggesek/menyentil berbalas naik dan turun secara berulang-ulang pentang (dawai) menggunakan alat yang disebut pengotek (vics) yang terbuat dari kulit penyu atau lembu. Untuk menghasilkan nada yang diinginkan harus menekan pengonjet/pekocet (tuts) terlabih dahulu. Ketika pertama kali diciptakan, alat ini hanya bisa dimainkan dengan duduk bersila yang diletakkan di atas kedua paha. Tapi kini setelah diinovasi alat ini bisa dimainkan sambil berjalan kaki.</br></br>Dahulu sejak diciptakannya gamelan Penting hanya dimainkan tersendiri, tapi kini, bisa dimainkan secara barungan (group) seperti yang dilakukan oleh Seke Penting Merdu Komala (salah satu komunitas seni yang aktif melestarikan instrument Penting) yaitu dilengkapi dengan 1 buah rebab, 1 buah gong pulu, 2 buah kendang (lanang- wadon), 1 buah cengceng, 4 buah suling, 1 buah kajar/tawa-tawa, 1 buah kempul, 1 buah kemong dan sendon serta 7 buah Penting. Sekaa Merdu Komala ini pernah berkolaborasi dengan alat music slonding dan gerantang, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.rkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.)
  • Tari Cilinaya  + (Di dalam tradisi Bali, Cili adalah lambangDi dalam tradisi Bali, Cili adalah lambang kecantikan. Tarian ini melukiskan sekelompok wanita cantik dengan gerakannya yang lemah gemulai, sedang menari-nari sambil bersukaria mempertontonkan kecantikannya. Berbeda dengan banyak tari Bali lainnya yang lebih menonjolkan delik mata yang tajam, tarian ini dibawakan secara riang gembira dan penuh dengan senyuman. Tarian ini juga menonjolkan sisi keanggunan gerakan dari para penarinya. Terinspirasi dari ornamen “cili” yang terdapat pada lamak Bali yang digunakan tatkala ada upacara adat atau agama. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Dibia untuk Sekaa Gong Putra Kencana Singapadu-Gianyar pada tahun 1986.Kencana Singapadu-Gianyar pada tahun 1986.)
  • Gambuh Panji  + (Gambuh adalah teater dramatari Bali yang dGambuh adalah teater dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.</br></br>Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya.</br></br>Gambuh dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya.</br></br>Gambuh Panji mengisahkan percintaan Prabu Lasem dengan Diah Rangke Sari yang merupakan seorang putri Kerajaan Daha.ang merupakan seorang putri Kerajaan Daha.)
  • Genggong Batuan  + (Genggong adalah salah satu instrumen yang Genggong adalah salah satu instrumen yang unik dan langka dalam karawitan Bali. Instrumen ini dikatakan unik karena terbuat dari pelapah enau (bhs. Bali pugpug). Di Bali penyebaran Genggong tidak sebanyak gamelan gong kebyar atau jenis gamelan lainnya, jumlah barungan Genggong di Bali yang saat ini diketahui adalah satu barung di Kabupaten Buleleng, tujuh barung di Kabupaten Gianyar, serta satu barung di Kabupaten Karangasem.</br></br>Dalam dunia musik, jenis instrumen ini dikenal dengan nama Jew’ s Harp. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Russia, India, Italia, serta Inggris, memiliki jenis instrumen yang mirip. Ada yang terbuat dari kayu, logam, bambu, dan perak. Selain di luar negeri, instrumen yang menyerupai Genggong juga terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Setidaknya tercatat lima daerah yang mempunyai alat menyerupai Genggong. Di daerah Yogyakarta disebut dengan Rinding, di Sulawesi Tengah disebut Embit, di Madura dan Bali disebut Genggong, sedangkan di Papua (khususnya di Suku Dani) disebut dengan Pikon.Genggong yang hidup di masing-masing daerah tersebut dimainkan secara solo maupun berkelompok. Ritme serta melodi yang disajikan disesuaikan dengan cara pandang musik di daerah budaya setempat. </br></br>Di Bali Genggong memiliki laras selendro. Meskipun nada-nada yang dihasilkan tidak sejernih dan sejelas nada yang dihasilkan seperti pada instrumen suling, namun rasa yang diciptakan masih bernuansa selendro. Genggong termasuk alat musik idiofon yang menggunakan tenggorokan manusia sebagai resonatornya. Pengaturan nada dilakukan dengan cara mengatur ruang dalam tenggorokan. </br></br>Salah satu desa di Gianyar yang memiliki group Genggong yang masih aktif adalah Desa Batuan. Saat ini Genggong telah mengalami perubahann dari instrumen tunggal (dimainkan untuk sendiri) menjadi musik kelompok (barungan). Perkembangan Genggong dari musik individu menjadi sebuah barungan gamelan tidak bisa dilepaskan dari perubahan konteks musiknya. Jika dahulu hanya digunakan sebagai alat untuk menghibur diri sendiri, kemudian berkembang menjadi ensamble untuk mengiringi sebuah bentuk pertunjukan. Sebagai sebuah seni pertunjukan, terdapat beberapa sajian dalam pementasan Genggong. </br></br>Struktur pertunjukan Genggong terdiri dari tabuh pategak, tari Sisia Pengleb, tari Onang Ocing, dan dramatari Godogan. Dari struktur pertunjukan tersebut, dapat dilihat bahwa gending-gending Genggong dapat dibagi menjadi dua, yaitu gending instrumentalia dan gending iringan tari. </br></br>Gending instrumentalia atau disebut juga dengan gending pategak adalah lagu-lagu yang biasanya dimainkan pada awal pertunjukan dan tidak terikat dengan tarian. Dalam pertunjukan Genggong di Batuan, terdapat beberapa jenis gending pategak, di antaranya Tabuh Telu, Angklung, Sekar Sandat, Sekar Sungsang, Sekar Gendot, Katak Ngongkek, dan Kecipir. </br></br>Jenis-jenis gending yang dimainkan juga mendapat pengaruh dari barungan gamelan Angklung. Gending-gending yang terdapat pada gamelan angklung di transformasikan melalui media Genggong. Hal ini masuk akal sebab antara Angklung dengan Genggong memiliki kesamaan laras, yaitu berlaras slendro. Oleh karena itu, terdapat juga beberapa gending Genggong yang diambil dari gending Angklung. Bahkan pada awal pembentukan ensamble Genggong, kendang yang digunakan adalah kendang Angklung. Jenis kendang berubah seiring dengan semakin kompleksnya tarian. Gending-gending iringan tari dimainkan untuk mengiringi tari Sisia Pengleb, Onang Ocing, dan Dramatari Godogan. Cerita ini mengisahkan tentang Raja Jenggala yang jatuh cinta kepada putri Daha. </br></br>Hingga saat ini, tidak diketahui sejarah pasti mengenai munculnya Genggong di Bali dan Batuan secara khusus. Menurut Pak Made Djimat (seorang maestro tari dari Batuan), berdasarkan cerita oral yang diturunkan kepadanya, disebut bahwa yang membuat Genggong adalah Tapak Mada (nama Mahapatih Gajah Mada ketika belum diangkat sebagai Mahapatih). Ketika Tapak Mada sedang berada di suatu hutan untuk membuat bendungan air, dibuatlah alat musik Genggong dan suling untuk mengisi waktu istirahatnya. Tapak Mada melihat sebuah pohon enau, kemudian dibentuk menjadi Genggong. Seiring dengan perjalanannya keliling Nusantara, Tapak Mada membawa kesenian ini ke Bali, begitu pula halnya dengan kesenian Gambuh. Namun, tidak diketahui secara pasti kapan Genggong muncul di Desa Batuan. Cerita ini didapatkan Djimat dari para sesepuhnya yang sering dipentaskan pada pertunjukan Topeng dan Prembon. </br></br>Saat ini I Nyoman Suwida adalah salah satu seniman asal Batuan yang paling getol dalam melestarikan kesenian genggong. Nyoman Suwida biasa memainkan instrument getar ini bersama penabuh lain yang tergabung dalam Komunitas Genggong Kutus miliknya. Komunitas seni ini, memiliki jadwal pentas yang padat, baik di desa tempat tinggalnya atau di luar daerah bahkan luar negeri. Jika pentas, paling tidak ada 3 jenis gending Genggong selalu dimainkan oleh Komunitas yang memiliki 15 anggota itu. Ketiga jenis gending itu, yaitu macepetan, sangkep enggung dan magenggongan. Masing-masing dari gending ini memiliki kekhasan, sehingga selalu menarik ketika dipentaskan.ehingga selalu menarik ketika dipentaskan.)
  • Gong Raja Due di Desa Sepang, Buleleng  + (Gong Raja Due adalah seperangkat orkestra Gong Raja Due adalah seperangkat orkestra kuno yang disimpan di Pura Puseh Bale Agung Desa Adat Sepang, Kecamatan Busung Biu, Kabupaten Buleleng, Bali. Asal-usul gambelan ini tidak diketahui, tetapi gambelan ini telah dipentaskan pada saat karya tahunan di Pura Puseh sejak dahulu kala. Gambelan kuno ini hanya boleh dibunyikan ketika odalan oleh hanya delapan belas orang pilihan yang disebut Sekaa Gemblung. </br></br>Orkestra sakral Gong Raja Due ini terdiri atas sepasang kendang, sepasang gong, terompet kuno, dan sebuah alat dari besi yang diketuk untuk menentukan ketukan musik. Ada delapan belas jenis musik yang dimainkan dalam orkestra kuno ini. Delapan belas jenis musik itu sepintas terdengar sama, tetapi dapat dibedakan jelas dari suara terompet dan ketukan kendangnya. </br></br>Orkestra ini dipercaya dapat menghubungkan alam manusia dengan alam tak kasat mata, yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai alam wong samar. Tak hanya itu, orkestra ini juga dipercaya sebagai perwujudan dari dewata yang berstana di Pura Puseh, sehingga sebelum gong ini dimainkan, sebuah upacara penyucian harus dilakukan baik terhadap alat-alat musiknya maupun terhadap kedelapan belas orang pilihan yang bertugas memainkannya. orang pilihan yang bertugas memainkannya.)
  • Gamelan Gong Kebyar  + (Gong kebyar adalah salah satu barungan gamGong kebyar adalah salah satu barungan gamelan Bali berlaras pelog lima nada yang melahirkan ungkapan musikal benuansa kebyar. Gong kebyar menyajikan “tabuh-tabuh kekebyaran” dengan bentuk komposisi yang memainkan seluruh alat gamelan secara serentak dalam aksentuasi yang poliritmik, dinamis dan harmonis. Secara musikal gamelan Gong Kebyar menurut Sugiartha (2008 : 51), adalah sebuah orkestra tradisional Bali yang memiliki perangai keras (coarse sounding ensamble). Konstruksi harmonis yang melahirkan kesatuan perangkat gamelan Gong Kebyar didominasi oleh alat-alat perkusi, ditambah dengan beberapa alat tiup dan gesek. Sebagai gamelan yang berfungsi menyajikan gending-gending pategak (instrumental), mengiringi berbagai jenis tarian maupun dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, Gong Kebyar telah dikenal dan menjadi populer dengan begitu cepat dan mampu menggugah semangat para pencinta gamelan Bali yang menyebar hampir di berbagai belahan dunia. </br></br></br>Gong Kebyar yang diduga muncul pada tahun 1915, memang sudah umum dikenal oleh masyarakat Bali bahkan kini telah dimiliki hampir oleh setiap banjar dan desa di Bali, yang memfungsikan barungan gamelan ini untuk berbagai kepentingan, dari pentas seni yang bersifat presentasi estetik murni, hingga untuk mengiringi upacara ritual keagamaan. I Wayan Rai (2008:7-8) menyebutkan di Bali telah tercatat tidak kurang dari 1.600 barung gamelan Gong Kebyar tentu jumlah ini kian bertambah. Gamelan ini ada yang milik banjar, desa, lembaga formal, maupun perseorangan. Jumlah tersebut masih ditambah lagi dengan banyaknya barungan gamelan Gong Kebyar yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dan manca negara.</br></br></br>Di luar negeri, Gong Kebyar mula-mula dikenal lewat literatur dan rekaman. Salah satu rekaman itu adalah yang dihasilkan oleh Odeon dan Beka yang telah merekam gending-gending Gong Kebyar, seperti Kebyar Ding Sempati di Belaluan (Badung). Pada tahun 1931 Sekaa Gong Kebyar Peliatan mengadakan pertunjukan dalam rangkan Colonial Exposition di Paris. Lawatan sekaa ini dilanjutkan lagi tahun 1952 – 1953 ke Amerika Serikat. Kedua tour ini sudah tentu semakin menguatkan eksistensi gamelan Gong Kebyar di mata dunia. </br></br></br>Sampai dewasa ini Gong Kebyar selalu menjadi salah satu media dari diplomasi kebudayaan Indonesia. Adanya group kesenian dan gamelan Gong Kebyar yang dikirim dan ditempatkan di kedutaan negara sahabat mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara di dunia. </br></br></br>Gamelan Gong Kebyar dapat berkembang dengan cepat serta mendapat apresiasi yang positif sampai dewasa ini, karena Gong Kebyar merupakan sebuah barungan yang praktis dan memiliki fleksibelitas yang tinggi. Penyajian Gong Kebyar memberikan ruang yang tidak terbatas bagi para pemainnya (seperti sekaa gong : anak-anak, wanita, remaja, remaja campuran, dewasa termasuk para werdha) untuk berkreasi, yang dapat memberikan sentuhan atraktif dengan penampilan yang lebih hidup dan dinamis. </br></br></br>Kelengkapan instrumen dalam satu barungan untuk gamelan Gong Kebyar tidak semuanya sama. Gong Kebyar dengan instrument yang paling lengkap disebut dengan Gong Kebyar Barungan Jangkep (Barungan Ageng) yang terdiri dari 21 jenis alat, masing-masing memiliki nama tersendiri dan fungsi tertentu terhadap barungannya, yaitu:</br></br>1. satu tungguh trompong, memakai 10 pencon </br>2. satu tungguh reyong, memakai 12 pencon </br>3. sepasang giying, memakai 10 bilah</br>4. dua pasang pemade, memakai 10 bilah </br>5. dua pasang kantil, memakai 10 bilah </br>6. sepasang kenyur, memakai 7 bilah </br>7. sepasang calung, memakai 5 bilah </br>8. sepasang jegogan, memakai 5 bilah </br>9. satu pasang kendang cedugan </br>10. satu pasang kendang gupekan </br>11. satu pasang kendang krumpungan </br>12. sebuah kajar </br>13. sebuah kempur </br>14. sebuah bende </br>15. sebuah kemong </br>16. sebuah kempli </br>17. satu pasang gong lanang-wadon </br>18. satu pangkon cengceng gecek </br>19. delapan cakep cengceng kopyak </br>20. dua buah suling kecil dan delapan buah suling besar </br>21. sebuah rebab </br></br>Secara musikal gamelan Gong Kebyar menggunakan sistem pelog lima nada, sama dengan sistem pelog lima nada pada jenis gamelan Bali yang lain, seperti gamelan Gong Gede, Gong Kebyar dan Palegongan, dengan urutan nada-nada seperti : nding, ndong, ndeng, ndung, dan ndang. Selain itu di dalam sistem pelarasan gamelan Bali ada istilah ngumbang-ngisep. Ngumbang-ngisep adalah dua buah nada yang sama, secara sengaja dibuat dengan selisih frekuensi yang sedikit berbeda. Kalau kedua nada pangumbang dan pangisep dimainkan secara bersamaan maka akan timbul ombak suara yang secara estetika dalam karawitan Bali merupakan salah satu wujud keindahan. </br></br></br>Di dalam Gong Kebyar juga dikenal konsep keseimbangan yaitu sikap hidup yang berorientasi pada “dualisme” baik dan buruk atau yang mencakup persamaan dan perbedaan. Konsep ini dapat dilihat dalam tema-tema kesenian Bali yang sebagian besar berangkat dari dualisme tersebut, sehingga muncul norma dan etika yang kuat dan menjadi bagian dari pertunjukan kesenian. Konsep keseimbangan yang berdimensi dua dapat menghasilkan bentuk-bentuk simetris yang sekaligus asimetris atau jalinan yang harmonis sekaligus disharmonis yang lazim disebut dengan Rwa Bhineda. Dalam konsep rwa bhineda terkandung pula semangat kebersamaan, adanya saling keterkaitan dan kompetisi mewujudkan interaksi dan persaingan. Keseimbangan dalam dimensi dua menjadi salah satu konsep dasar dalam musik Bali termasuk gamelan Gong Kebyar. </br></br></br>Hal ini tercermin dalam instrumen-instrumen Gong Kebyar umumnya dibuat dalam bentuk berpasangan ; lanang – wadon atau laki perempuan, istilah ini dipakai dalam penamaan kendang dan gong. Sistem laras ngumbang – ngisep ; nada yang sama namun dengan frekuensi yang berbeda. Unsur jalinan nada-nada atau suara dengan istilah yang bervariasi, seperti : kotekan, cecandetan, tetorekan dan ubit-ubitan. Teknik bermain kotekan ; menggunakan pukulan sangsih (yang jatuh diantara ketukan) dan pukulan polos (yang jatuh pada ketukan). Semuanya ini mengingatkan adanya unsur-unsur dalam keseimbangan yang tidak selamanya sejajar, tetapi dalam interaksi yang bersifat kompetitif. </br></br></br>Secara umum dapat diamati, bahwa struktur gending-gending Gong Kebyar terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu : kawitan, pangawak dan pangecet. Kawitan diibaratkan sebagai kepala, pangawak diibaratkan sebagai badan, dan pangecet diibaratkan sebagai kaki. Bagian-bagian ini diporsikan secara seimbang, dimana unsur rwa bhineda selalu tertanam didalamnya guna mewujudkan keharmonisan pada masing- masing bagian atau keharmonisan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Secara konseptual, kedua elemen ini menjadi dualisme yang selalu tercermin dalam aktivitas seni di Bali.lu tercermin dalam aktivitas seni di Bali.)
  • Koreografi Pose (COVID19 Dalam Teologi Hindu)  + (Ingin memperlihatkan cara lain menikmati kIngin memperlihatkan cara lain menikmati karya tari, karya ini diciptakan khusus dalam Seni Photography. Menampilkan koreografi pose yang bercerita tentang COVID19 dalam teologi Hindu. </br>Koreografi pose yang dimaksud adalah ilustrasi foto atau penggambaran hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik pengambilan fotografi yang menekankan hubungan objek foto dan tulisan yang dimaksud.</br></br>Dalam teologi Hindu, tidak ada kebencian Hyang Widhi. Tidak ada kutuk. Yang ada adalah siklus. Siklus musim, siklus berbunga sampai berbuah, siklus yang membuat kehidupan dan semesta bergerak. Hyang Widhi mengatur semua siklus dan tatanan kosmik lewat kecerdasan di balik gerak alam semesta ini, disebut dengan rta. Rta adalah "kesadaran maha tinggi" yang mengatur detak jantung semesta, tarikan nafas manusia, hewan, fotosintesa tumbuhan, sampai munculnya virus dan segala jenis kuman yang hadir sebagai bagian dari kelengkapan alam semesta raya.</br></br>Karya ini pertama kali dicetuskan oleh seniman tari akademik bernama Ni Km. Ayu Anantha Putri S.SN.,M.Sn yang sengaja mencipta karya tari yang dinikmati melalui kolase foto bercerita. Seorang yang berhasil merealisasikan karya ini ke dalam bentuk karya photography adalah seorang photografer akademik bernama Adhitya Pratama S.Tr.Sn, hasil jepretan foto yang tajam dan sepintas mirip lukisan memang sengaja dibuat untuk memberikan kesan lebih artistik dan mengutamakan ketajaman warna. Karya ini tidak hanya berisikan kolase foto yang bergerak namun juga diiringi oleh musik pengiring yang diciptakan langsung dengan seorang musisi akademik bernama Komang Srayamurtikanti S.Sn. Semoga karya ini mendapatkan apresiasi positif dari para pencinta seni pertunjukan dan mampu memberikan tontonan baru yang menghibur dan menginspirasi.</br></br>Karya ini ditampilkan oleh 18 orang perempuan dengan latar belakang penari profesional. Karya ini langsung dibuat 1 hari saat proses pengambilan gambar saja. Tidak ada biaya kostum yg dikeluarkan, hanya menggunakan kain batik khas Indonesia, selendang batik dan selendang berwarna hitam yang sudah dimiliki masing masing penari. Lokasi shoot yaitu di Puri Lukisan Ubud, Gianyar, Bali. Tidak ada proses latihan, mengingat Covid19 sangat membatasi kegiatan masyarakat. Karya ini sudah dicetus 1 bulan sebelum proses pengambilan gambar. Para penari yang sudah mendukung karya ini telah menjalani proses karantina mandiri sejak akhir Maret hingga Juni 2020, sehingga kesehatan para penari sangat diutamakan.a kesehatan para penari sangat diutamakan.)
  • Rangrang  + (Komposisi music Rangrang diciptaka oleh coKomposisi music Rangrang diciptaka oleh composer I Dewa Putu Rai yang berasal dari Banjar Pengosekan, Mas , Ubud. Kata rangrang mengacu pada apa yang terjalin atau dirajut menjadi satu, sama seperti kita yang terjalin antara satu sama lain dan alam semesta di sekitar kita. </br></br>Gamelan Bali seringkali dimulai dengan bagian yang disebut “peng-rangrang”, abstraksi yang mengalir dari melodi inti, seperti sebuah 'benang merah' yang saling menjalin melalui struktur komposisi musik. Karya ini diilhami dari para leluhur maestro komposer musik sekaligus sebagai salah satu bentuk penghormatan kami, salah satunya kepada Wayan Lotring (seorang maestro tari, musisi dan komposer gamelan Bali), dan keyakinan bahwa setiap suara, setiap nada memiliki resonansi suci, setiap pola keindahan intrinsik. Kecantikan dan inspirasi disatukan dengan cara yang berakar pada pusaka kesenian yang telah kita warisi dan sangat relevan dengan generasi muda saat ini.gat relevan dengan generasi muda saat ini.)
  • Kangoang Luh  + (Lagu kanggoang luh bertemakan menasehati dLagu kanggoang luh bertemakan menasehati dan memberi pengertian kepada istri untuk bergaya pola hidup sederhana di masa new normal pasca covid 19 ini! Dimana ekonomi masyarakat yang belum pulih! Sehingga kita benar-benar harus mengencangkan ikat pinggang dalam menjalani hidup dimasa sekarang ini! Lirik yang sederhana dan dikemas dengan musik gitar akustik semoga bisa memberi warna dalam belantika musik pop bali!beri warna dalam belantika musik pop bali!)
  • Mejangeran  + (Lagu mejangeran adalah lagu daerah Bali yang telah terkenal ke mancanegara. Lagu ini mengisahkan seorang gadis menawan yang sedang memetik bunga. Lagu ini juga dinyanyikan dalam tarian pergaulan di Bali yaitu tari janger.)
  • Legong Somia  + (Legong Somia mengisahkan tentang sejarah sLegong Somia mengisahkan tentang sejarah spiritual mengenai keberadaan dari burung bangau atau kokokan di Desa Bedulu, Ubud. Dikisahkan bahwa pada tahun 60an ketika terjadi tragedi kemanusiaan di Indonesia, Desa Bedulu melakukan suatu upacara keagamaan agar jiwa-jiwa yang meninggal dalam tragedi yang terjadi di banyak desa di Bali termasuk di Bedulu bisa lebur dan menyatu dengan Sang Pencipta. Maka ketika upacara tersebut dilaksanakan, tiba-tiba hadir puluhan bahkan ratusan burung bangau yang sampai saat ini banyak menghuni pepohonan yang ada di Bedulu. Rakyat di sana percaya bahwa burung-burung tersebut merupakan perwujudan dari jiwa-jiwa yang kini telah tenang berkat diadakannya upacara 'nyomya' atau penyucian jiwa-jiwa yang diadakan di Desa Bedulu. Burung-burung ini juga dianggap pembawa berkah, sehingga keberadaannya sangat dilindungi di Desa Bedulu.adaannya sangat dilindungi di Desa Bedulu.)
  • Tari barong  + (Lomba tari barong ini sebagai rangkaian acLomba tari barong ini sebagai rangkaian acara dari Pesta Kesenian Bali 2022. Dalam mitologi Bali, Barong merupakan salah satu tokoh berwujud singa. Tokoh ini dianggap sebagai Raja Roh yang mewakili kebajikan. Tari Barong hadir sebagai cerminan hidup yang menggambarkan dua karakter dalam pertempuran yang tiada akhir. Serupa dengan Tari Sanghyang, Tari Barong merupakan budaya asli Bali yang sudah eksis sebelum masuknya Hindu ke Bali. Seperti singa, Barong juga dibalut bulu tebal berwarna putih disekeliling wajahnya dan dihiasi oleh berbagai perhiasan emas dan pecahan-pecahan cermin. Sama seperti Barongsai, Barong dimainkan oleh dua orang penari yang dengan lincah beratraksi menampilkan gerakan-gerakan secara padu.i menampilkan gerakan-gerakan secara padu.)
  • Legong Keraton Lasem  + (Nama Legong berasal dari bahasa Bali, Leg Nama Legong berasal dari bahasa Bali, Leg (gerak yang luwes) dan gong (gamelan) yang menyatu menjadi Legong yang berarti gerak-gerak luwes yang diiringi gamelan.</br></br>Tari Legong Keraton muncul sekitar awal abad ke-19 M. Tarian ini muncul dari ide seorang Raja Sukawati bernama I Dewa Agung Made Karna.</br></br>Awalnya tarian ini bersifat sakral. Tarian ini hanya dipentaskan di pura untuk mengiringi upacara-upacara agama Hindu. Pada tahun 1928, Raja mengijinkan tarian ini dipentaskan di luar istana agar dapat dinikmati oleh rakyat.</br></br>Pada tahun 1931 tarian ini mulai ditampilkan secara luas untuk mendukung pariwisata. Banyak hotel di Bali yang mementaskan tarian ini untuk menghibur wisatawan.</br></br>Salah satu puri atau istana yang memiliki dan memelihara tari Legong Keraton adalah Puri Agung Peliatan. Puri ini dulunya sering mementaskan tari Legong Keraton pada acara-acara tertentu, seperti upacara agama Hindu.</br></br>Sebuah pentasan Legong Keraton selalu membawa cerita sejarah. Salah satu cerita yang paling populer adalah Lasem yang menceritakan kisah percintaan Prabu Lasem kepada Putri Rankesari.</br>Penari yang tampil pertama adalah Condong (emban) yang menggunakan kostum dominan warna merah. Kemudian disusul oleh dua penari Legong yang menggunakan kostum berwarna hijau.</br>Dalam kisah Prabu Lasem yang diangkat dari cerita Panji/Malat, kedua Legong ini masing-masing memerankan Prabu Lasem dan Putri Langkesari.</br></br>Tari Legong Keraton ditetapkan sebagai warisan budaya dunia non benda oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2015. Tari Legong Keraton adalah salah satu dari sembilan tarian Bali yang mendapat penghargaan serupa disamping Tari Barong Ket, Tari Rejang, Tari Joged Bumbung, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh, Topeng Sidha Karya, Tari Bari Upacara dan Tari Sang Hyang Dedari.i Bari Upacara dan Tari Sang Hyang Dedari.)
  • Rejang Desa Tista  + (Pada saat hari raya Kuningan dan manis KunPada saat hari raya Kuningan dan manis Kuningan, dimana manis Kuningan itu adalah hari setelah hari raya Kuningan itu sendiri, Kota Karangasem selalu menjadi destinasi pecinta adat dan budaya Bali. di Kota ini biasanya banyak ritual yang menandai dimulainya Piodalan (Hari Raya) khususnya yang berlangsung di Pura Desa.</br></br>Tari Rejang memiliki simbolis tarian para dewi yang menuntun Dewa-Dewi turun dari langit. Tari rejang sendiri memiliki banyak varian tergantung dari daerah masing-masing. hal tersebut berarti, tari Rejang antar daerah memiliki jenis gerakan dan musik gamelan yang berbeda, atau serupa tapi tak sama. Apalagi di tambah payasan ( hiasan) kepala yang unik dan berbeda dari satu daerah dengan yang lainnya.. unik kan? Seperti beberapa foto rejang yang saya dapatkan dari Desa Tista ini, para penari terlihat sangat cantik dengan pakaian tradisional rejang.</br>.antik dengan pakaian tradisional rejang. .)
  • Rejang Desa Purwayu  + (Pada saat hari raya Kuningan dan manis KunPada saat hari raya Kuningan dan manis Kuningan, dimana manis Kuningan itu adalah hari setelah hari raya Kuningan itu sendiri, Kota Karangasem selalu menjadi destinasi pecinta adat dan budaya Bali. di Kota ini biasanya banyak ritual yang menandai dimulainya Piodalan (Hari Raya) khususnya yang berlangsung di Pura Desa.</br></br>Tari Rejang memiliki simbolis tarian para dewi yang menuntun Dewa-Dewi turun dari langit. Tari rejang sendiri memiliki banyak varian tergantung dari daerah masing-masing. hal tersebut berarti, tari Rejang antar daerah memiliki jenis gerakan dan musik gamelan yang berbeda, atau serupa tapi tak sama. Apalagi di tambah payasan ( hiasan) kepala yang unik dan berbeda dari satu daerah dengan yang lainnya.beda dari satu daerah dengan yang lainnya.)