How to reduce waste at school canteen? Post your comments here or propose a question.

Rejang Pala

20220120T010621627Z648648.jpg
Type of Performance
Dance
Photo reference
https://www.facebook.com/karangasemtv/photos/pcb.1255310787952778/1255310387952818
Genre
Tari Wali
Composer
Jero Mangku Yoganata
Choreographer
Ida Ayu Wayan Arya Satyani Dayu Ani
Place of origin
Nongan
Instruments
Gamelan Selonding dan Gamelan Gambang
Related Books
    Related Holidays
    • Upacara Ngusaba Desa


    Add your comment
    BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    Videos

    BUMI BAJRA

    Description


    In English

    The Rejang Pala dance is an ancient dance that was created in Nongan Village, Rendang District, Karangasem Regency, has undergone two reconstructions in 1984 and 2019. In 2019 the local village carried out a reconstruction which refers to the results of a study entitled Continuity and Changes in Rejang Balang Tamak Dance in Nongan Village , Rendang District, Karangasem Regency, 2017. In addition to referring to ancient lontar palms stored in Leiden, the Netherlands, it also refers to the instructions of Ida Pedanda Istri Ratna Kania from Griya Budha Alang Kajeng, that she remembers danced the rejang with various fruit decorations on her head.

    The Rejang Pala dance is a sacred dance in the Usaba Desa ceremony, to welcome Ida Betara Dalem to a ‘memasar’ procession at Pura Pesamuhan Agung. The dancers are divided into three age classifications, namely: (1) children are called Rejang Alit; (2) young women are called Rejang Daha; and (3) Mothers are called Rejang Lingsir. The primary function of the Rejang Pala Dance is as a medium of ritual, as well as a medium of personal entertainment, and as an aesthetic presentation. Its secondary function, as a binder of solidarity and as a means of communication. The uniqueness of the Rejang Pala Dance can be seen in its headdress, which is decorated with various kinds of fruits.

    The symbol of the fruit on the head is remembering the history where the children of Ida Bhatara Balang Tamak were working in the fields and they always had lots of fruit tied on their heads. Ida Bhatara Balang Tamak is revered by the local community as a pioneer figure in Subak Abian and an intelligent figure who was feared by ancient kings. He was also a figure who opposed the feudal system which was detrimental to society at that time. Perhaps because of this, some historical versions depict him as an antagonist because of political interests. With the return of the Rejang Pala at the Balang Tamak Temple, apart from being a reconstruction of ancient dances of ancestral heritage, it is also a form of revision of the history of great figures on the ancient island of Bali.

    In Balinese

    In Indonesian

    Tari Rejang Pala adalah tarian purba yang lahir di Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, telah mengalami dua kali rekonstruksi tahun 1984 dan 2019. Tahun 2019 desa setempat melakukan rekonstruksi yang merujuk pada hasil penelitian berjudul Kontinuitas dan Perubahan Tari Rejang Balang Tamak di Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, tahun 2017. Rekontruksi selain merujuk pada lontar kuno yang tersimpan di Leiden Belanda, juga merujuk pada petunjuk Ida Pedanda Istri Ratna Kania dari Griya Budha Alang Kajeng, bahwasannya beliau mengingat pernah menarikan rejang tersebut dengan hiasan berbagai buah buahan di kepalanya.


    Tari Rejang Pala ialah tarian sakral dalam upacara Usaba Desa, untuk menyambut Ida Betara Dalem pada prosesi memasar di Pura Pesamuhan Agung. Para penarinya dibagi dalam tiga klasifikasi umur, yaitu: (1) anak-anak disebut Rejang Alit; (2) remaja putri disebut Rejang Daha; dan (3) Ibu-Ibu disebut Rejang Lingsir. Fungsi primer Tari Rejang Pala, yakni sebagai sarana ritual, secara tidak langsung juga sebagai sarana hiburan pribadi, dan sebagai presentasi estetis. Fungsi sekundernya, sebagai pengikat solidaritas dan sebagai sarana komunikasi. Keunikan Tari Rejang Pala dapat dilihat pada gelungannya, yaitu dihiasi dengan berbagai macam buah-buahan.

    Simbol buah-buahan(pala) di kepala adalah mengingat sejarah dimana anak-anak Ida Bhatara Balang Tamak ketika bekerja ke sawah dan kebun setempat selalu berbekal buah buahan yang diikat dikepala. Ida Bhatara Balang Tamak dipuja masyarakat setempat sebagai tokoh pelopor Subak Abian dan tokoh cerdas yang ditakuti raja-raja jaman dahulu. Beliau juga seorang tokoh yang menentang sistem feodal yang merugikan masyarakat kala itu. Barangkali karena hal ini beberapa versi sejarah menggambarkan beliau sebagai tokoh antagonis karena kepentingan politis. Dengan ditarikannya kembali Rejang Pala di Pura Balang Tamak, selain sebagai rekontruksi tarian purba warisan leluhur, juga sebagai bentuk revisi sejarah tokoh-tokoh besar di Pulau Bali jaman dahulu.

    In other local languages

    Audios

    Photos

    Articles