Wiranjaya dance was created by I Putu Sumiasa, an artist from West Bali in 1957. Wiranjaya dance is an androgynous/bebancihan dance created as a competitor to Truna Jaya dance. Before 1965 this dance was called Kebyar Buleleng Dauh Njung, the beginning of this dance was created because the artist Pan Wandres had already created Kebyar Buleleng Dangin Njung, namely Terunajaya. These two works are a form of competition by two great Buleleng artists.
But after 1965, this dance was developed again by Putu Sumiasa and renamed Wiranjaya. The Wiranjaya dance tells the story of two sons of Pandu, Nakula and Sahadewa from the epic Mahabharata who are learning archery at the Pasraman led by Bhagawan Tamba Petra.
The development of Wiranjaya dance is very rapid because this dance is very energetic with beautiful dynamic movements that make dancers or art lovers really appreciate Wiranjaya dance.
Tari Wiranjaya diciptakan oleh I Putu Sumiasa seniman asal Bali Barat pada tahun 1957. Tari Wiranjaya tergolong dalam tari androgini/bebancihan yang diciptakin sebagai pesaing dari tari Truna Jaya. Sebelum tahun 1965 tarian ini bernama Kebyar Buleleng Dauh Njung, awal mula tarian ini diciptakan karena seniman Pan Wandres telah lebih dulu menciptakan Kebyar Buleleng Dangin Njung yaitu Terunajaya. Kedua karya ini merupakan bentuk persaingan oleh dua seniman besar Buleleng.
Namun setelah 1965, tari ini dikembangkan lagi oleh Putu Sumiasa lalu diberu judul Wiranjaya. Tari Wiranjaya mengisahkan dua putra Pandu yaitu Nakula dan Sahadewa dari epos Mahabharata yang sedang belajar memanah di Pasraman yang dipimpin oleh Bhagawan Tamba Petra.
Perkembangan tari Wiranjaya sangat pesat karena tarian ini amat energik dengan gerak dinamis yang indah sehingga membuat para penari atau pencinta seni sangat mengapresiasi tarian Wiranjaya.
Enable comment auto-refresher