Makotek adalah ritual khas Desa Adat Munggu yang dilakukan setiap hari raya Kuningan. Makotek juga disebut dengan Grebeg (Ngrebeg) Makotek oleh masyarakat setempat. Pada ritual ini, warga desa laki-laki mulai usia 13 hingga 60 tahun membawa galah yang terbuat dari kayu pulet sepanjang 3-4 meter. Galah-galah itu kemudian disatukan menjadi bentuk seperti kerucut. Salah seorang pemuda akan naik ke puncak kerucut itu dan berlaga seperti bertanding dengan pemuda lain di kerucut galah dari kelompok lain.
Tradisi Makotek tercatat telah ada sejak 1932. Pada awalnya, galah terbuat dari besi. Namun, karena banyaknya insiden, galah besi kemudian diganti dengan kayu. Karena suara perpaduan kayu-kayu itu sangat khas, maka tradisi ini kemudian dikenal dengan nama makotek. Padahal awalnya hanya disebut dengan Ngrebeg saja. Pada zaman Belanda, tradisi ini sempat ditiadakan karena terkesan sebagai sebuah gerakan perlawanan atau serangan terhadap pemerintah kolonial.
Dalam artikel-artikel lain mengenai Ngrebeg di Ruang Komunitas ini, tampak bahwa Ngrebeg memiliki makna yang berbeda-beda di setiap desa. Secara umum, Ngrebeg dapat diartikan sebagai sebuah upacara besar yang dilakukan oleh banyak orang. Tradisi Ngrebeg Makotek sendiri memang adalah upacara besar yang bertujuan menolak bala. Demikian menurut kepercayaan masyarakat setempat.
Masyarakat Desa Munggu saat ini menghadapi kesulitan untuk mendapatkan kayu pulet untuk upacara ini. Karena banyaknyaalih-fungsi lahan, habitat alami kayu pulet di Munggu telah hilang. Beruntung, kayu-kayu ini masih tersedia di wilayah Tabanan yang hutannya masih lebat.
Dari tradisi ini orang dapat belajar bahwa ketersediaan bahan-bahan ritual bergantung pada kelestarian hutan dan lingkungan. Apabila sumber-sumber bahan ritual ini telah hilang, keberlangsungan banyak ritual unik juga berada di ambang kepunahan. Karena itu, pelestarian budaya harus dibarengi dengan penjagaan dan pelestarian alam, sebab kehidupan manusia sangat tergantung dari alam.
Enable comment auto-refresher