UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "sebuah novel, 2012". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Dewi Dian Reich  + (Potret seniman kontemporer Putu Bonuz SudiPotret seniman kontemporer Putu Bonuz Sudiana karya Dewi Dian Reich. Di Studio Sawidji. Seorang seniman kontemporer multidisiplin yang terkenal dengan gaya abstraknya yang kuat. Putu Bonuz Sudiana adalah seorang seniman yang dinamis dan progresif dengan kharisma kreatif yang menarik khalayak luas. Kontribusinya dalam lukisan, instalasi, musik, seni pertunjukan dan puisi.talasi, musik, seni pertunjukan dan puisi.)
  • Dewi Dian Reich  + (Potret seniman kontemporer Wayan Suastama Potret seniman kontemporer Wayan Suastama karya Dewi Dian Reich. Potret lingkungan, di lingkungan yang tidak dipentaskan. Secara alami menggambarkan bengkel studio seniman. Diambil pada awal 2023 saat membuat katalog karya para seniman.</br></br>'Melalui proses kreatif, Anda belajar melakukan percakapan jujur dengan diri sendiri. Itu pasti mengarah pada kedamaian dalam hidup Anda. Itu adalah hadiah kepositifan.' ~ Wayan Suastamaalah hadiah kepositifan.' ~ Wayan Suastama)
  • Dewi Dian Reich  + (Potret Sutradara dan visual artis Dibal Ranuh.)
  • I Gde Agus Darma Putra  + (PUAN dawai dawai ilalang bergayut di haPUAN</br></br></br>dawai dawai ilalang</br></br>bergayut di hatimu Puan</br></br>mimpi hanya membuatnya makin nyata</br></br>meski kau tutup pintu matamu</br></br>dengan segala mantra</br></br></br>Puan, mari kita toreh bukit Cintamani</br></br>dengan petir yang kau warisi</br></br>dari ibu dan bapamu</br></br>di sana di tempatmu terluka</br></br></br>bebukit Abang telah menyala</br></br>lekuk jurang tidak sedalam duka</br></br>ada yang hilang</br></br>oleh bara belerang</br></br></br>Puan, hamba menunggu lama</br></br>seribu warsa bukan apa apa</br></br></br>[Bangli, 2019]eribu warsa bukan apa apa [Bangli, 2019])
  • Putu Sudjana  + (Puisi Tanah Bali (1) kita bangun mimpi dPuisi Tanah Bali</br></br></br>(1)</br>kita bangun mimpi</br>dari khayal anak anak lahir</br>di pantai meski kelam terasa</br>buih ombak teresap ke balik pasir</br></br>roda kereta kala terus bergerak</br>memanjat langit, menyusur lembah</br>batang batang pohon tua</br>kulit berselimut lumut</br>cuaca basah</br>aku mencatat</br>perjalanan panjang</br>memilah kesiasiaan</br></br>mengapa setiap membangun</br>cinta mesti memperoleh kenikmatan</br>padahal kerinduan karena kelahiran</br>yang mempesona</br></br>di tubuh januari tahun anjing</br>masih terdengar gemuruh hujan desember</br>angin dingin membeku nanah luka</br>ah, senyum seorang ibu</br>dan lambaian tangan kanakkanak</br>adalah pengantar petualangan</br>tapi penyair akan pulang pada kata kata</br>entah di awal gerimis</br>pada ruang yang terus menyempit</br>bersama para petani menyiangi tanaman</br>pijakan kaki di lumpur tanah garapan</br>melengkingkan kebisuan</br>lebih gemuruh dari risau sebuah pabrik</br>menggema sampai istana para raja</br>masa silam</br>entah di awal kemarau</br>bersama anak anak ayam</br>mengorek sisa sia sia</br></br>(2)</br>dari berjuta pagi kutemukan satu</br>yang telah silam</br>satu lagi silau</br>di mata</br>dan kita merasa bangga sebagai manusia</br>tiap malam menyimpan kenangan dalam almari</br>kadang mengadu pada cermin</br>menata wajah sebab khawatir</br>menjadi tua</br></br>ini abad kembang kertas</br>membangun mimpi</br>dari khayal orang orang hutan</br>menuju rumah matahari</br>bagi sebuah pesta</br>pesta</br>pesta</br>pesta</br>sorak sorai slogan duniawi</br></br>keindahan sunyi sudah lama terkubur</br>ibarat laut kering dan seekor anjing</br>melongok neteskan liur</br>ikan ikan tinggal kerangka</br>sedang seseorang sangat asing</br>tersenyum bangga</br>bagi lukisan abstrak paling istimewa</br></br>(3)</br>ketika layar sandyakala terbentang</br>seorang lelaki berdiri sendiri</br>di sudut bale banjar</br>nampak ragu memukul kentongan kematian</br>karena matahari biasa pulang di kaki langit</br>ufuk barat tiada nampak awan hitam</br>pekat</br>apa bukan karena gerhana?</br>mencoba genggam hati nurani</br>sebab esok masih ada upacara kelahiran</br></br>di halaman pemerajan</br>seorang kakek membimbing cucu cucunya</br>sujud menghadap matahari pagi</br>menabur bunga putih kuning</br>harum asap dupa dan bau kemenyam dibakar</br>menembus hari depan</br>keris pusaka</br>ditancapkan di tanah leluhur</br>tanah leluhur</br>adalah sebuah keyakinan tak boleh dinistakan</br>sebab para peladang masih mencintai desanya</br>meski gerimis hari ini menjadi kemarau</br>kemudian</br></br>ketika membangun mimpi</br>dari khayal bidadari tersenyum ramah</br>di kanvas seorang pelukis</br>mengapa dibiarkan tertutup jamur?</br></br></br>Denpasar, 1993-1994rkan tertutup jamur? Denpasar, 1993-1994)
  • Ni Kadek Diah Wulandari  + (Pulau Bali banyak ada karya sastra yang mePulau Bali banyak ada karya sastra yang mempunyai taksu adi luhung. Karya sastra ini seperti berupa geguritan, kidung, dan kekawin. Harapan saya untuk Bali supaya bisa memperkenalkan keberadaan kasusastraan Bali menjadi wisata sastra. Wisata sastra menjadi usaha agar masyarakat turut mempelajari isi sastra yang mempunyai sari-sari kehidupan. Upaya wisata sastra berguna menghasilkan hasil yang bernilai ekonomis tanpa batas untuk perekonomian yang baru. tanpa batas untuk perekonomian yang baru.)
  • Bart Verheijen  + (Pulau Bali telah sangat menyatu dengan dunPulau Bali telah sangat menyatu dengan dunia pariwisata. Artikel ini meneliti identitas kebudayaan Bali yang dinamis dan hubungannya yang selalu berevolusi dengan dunia pariwisata di tengah globalisme dengan menggunakan studi kasus, pembangunan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (antara tahun 1993 – 2018), yang berbentuk patung Hindu Dewa Wisnu berdiri di atas burung garuda yang agung. Taman dan patung tersebut dipandang sebagai pertanda budaya baru untuk Bangsa Indonesia dan untuk industri pariwisata Bali. Namun demikian, studi kasus terhadap eksistensi taman ini juga menunjukkan bahwa Bali telah mengubah perannya di dalam konteks kepulauan Indonesia semenjak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998 sembari berhadapan dengan tantangan baru globalisme pariwisata. Keterwakilan identitas budaya Bali berevolusi dari konstruksi turisme budaya terpusat, dari atas ke bawah, menjadi destinasi wisata global dengan menjadi tuan rumah bagi banyak kegiatan berskala internasional di taman tersebut. berskala internasional di taman tersebut.)
  • I Nyoman Darma Putra  + (Pulau Bali telah sangat menyatu dengan dunPulau Bali telah sangat menyatu dengan dunia pariwisata. Artikel ini meneliti identitas kebudayaan Bali yang dinamis dan hubungannya yang selalu berevolusi dengan dunia pariwisata di tengah globalisme dengan menggunakan studi kasus, pembangunan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (antara tahun 1993 – 2018), yang berbentuk patung Hindu Dewa Wisnu berdiri di atas burung garuda yang agung. Taman dan patung tersebut dipandang sebagai pertanda budaya baru untuk Bangsa Indonesia dan untuk industri pariwisata Bali. Namun demikian, studi kasus terhadap eksistensi taman ini juga menunjukkan bahwa Bali telah mengubah perannya di dalam konteks kepulauan Indonesia semenjak jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998 sembari berhadapan dengan tantangan baru globalisme pariwisata. Keterwakilan identitas budaya Bali berevolusi dari konstruksi turisme budaya terpusat, dari atas ke bawah, menjadi destinasi wisata global dengan menjadi tuan rumah bagi banyak kegiatan berskala internasional di taman tersebut. berskala internasional di taman tersebut.)
  • I Wayan Aris Sarmanta  + (Punarbawa (29.5 x 89.5 cm, xcrylic di kanvas, 2016))
  • Drs. I Nyoman Aris  + (Pupuh Kadiri diambil dari sekar madya atau kidung pisacarana yang mengisahkan bidadari Menaka menggoda Sang Ari Dharma yang telah ditinggal mati oleh permaisurinya.)
  • Tjandra Hutama  + (Rejang adalah tarian sakral Bali, tarian pRejang adalah tarian sakral Bali, tarian pengorbanan di mana para gadis secara simbolis mempersembahkan diri kepada para dewa. Itu diadakan di Pura Hindu Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem di Bali, Indonesia. ‘Rejang’ berarti ‘persembahan’. Tarian ini dilakukan untuk menyambut para dewa yang turun ke bumi.</br></br>Dalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dari Ketidakkekalan’ ini, tema keindahan, ketidakkekalan dan waktu dieksplorasi. Tjandra Hutama telah memenangkan banyak penghargaan dalam kompetisi fotografi. Kejenuhan keindahan bergambar yang dia temui selama tahun-tahun itu yang mendorong kebutuhan untuk mencerminkan sesuatu yang lebih dalam tentang persepsi kita tentang keindahan. Untuk mengingatkan kita akan ketidakkekalan dan keterbatasannya.</br>(Baca artikel lengkap di referensi Galeri Sawidji dikutip)ngkap di referensi Galeri Sawidji dikutip))
  • I Wayan Suartha  + (RUMAH KLUNGKUNG Mata itu matahari seluruhRUMAH KLUNGKUNG</br></br>Mata itu matahari seluruh mata</br>dari hulu kali yang jauh</br>dusun dusun ketakjuban</br>mengalir aksara ning aksara</br>semesta kecil semesta agung</br>hanyut-hanyut ke dasar getaran</br>tumpah lewat matamata pisau</br>sepanjang asal usul</br> pantai yang segar</br>melayangkan</br>asmara pemberontakan pernah tertulis</br>tragedi ketulusan belapati</br>kakawin tarian langit mengisi</br>angkasa jiwaraya </br>dihembus angin tanah ini</br>masuklah</br>mata itu matahari seluruh mata</br>dusun dusun ketakjuban</br>rasakan jiwanya mandikan kemesraan</br>aksara ning aksara</br>biarkanlah</br>anak anak yang lahir</br> bercakap di balai kambang</br>merunduk menggemakan puputan</br>sambil tengadah ke luas langit</br>betapa segar</br>asahan nurani masuk di rumah sendirisegar asahan nurani masuk di rumah sendiri)
  • Ketut Widiyazid Soethama  + (Sajak Boneka Boneka, diam saja Tapi bicaSajak Boneka</br></br></br>Boneka, diam saja</br>Tapi bicara dalam jiwaku</br>Kepedulian yang sirna</br>Kesunyian dan kejemuan</br>Kau sebutkan padanya</br>Dalam gurauan tanpa kata</br></br>Diam saja,</br>Terperangkap dalam kotak kayu</br>Terlempar ke dinding beku</br>Menjawab maumu</br>Hilang rasa dan diam saja</br>Tapi bicara dalam jiwaku</br>Haruskah kita menguasainya, Bu?lam jiwaku Haruskah kita menguasainya, Bu?)
  • Dewi Dian Reich  + (Salah satu hal yang menjadi pusat kebudayaSalah satu hal yang menjadi pusat kebudayaan Bali, mungkin bisa dikatakan kepastian hubungan seseorang dengan Alam. Jika seni merupakan bagian integral dari budaya kita, apalagi Alam.</br></br>Kayu Putih Bayan (Pohon Kayu Putih Bayan) adalah pohon purba. Salah satu dari banyak pohon kuno yang ada di tanah Suci dan merupakan bagian dari Pura, Pura Babakan. Menjadi ratusan tahun, tentu saja tidak muncul tiba-tiba entah dari mana. Namun, itu telah mulai menarik lebih banyak perhatian dalam beberapa bulan terakhir. Mungkin karena meningkatnya kesadaran di media sosial, pasti ada lebih banyak pengunjung di sana dalam setahun terakhir.</br></br>Keindahan Kayu Putih Bayan, foto-foto ini berpusat pada keberadaan Puranya. Bahwa ketika kita melihat Pohon ini, itu tidak terpisah dari melihat yang Suci.itu tidak terpisah dari melihat yang Suci.)
  • A.A. Made Putra Arsana  + (Salah satu karya sastra modern yang telah Salah satu karya sastra modern yang telah berkembang di masyarakat adalah sebuah cerita pendek berjudul Luh Ayu Manik Mas Ngalahang Legu Poleng. Cerita pendek ini berisikan nilai-nilai dari pendidikan yang luhur untuk membentuk karakter masyarakat. Demikian pula isi cerpen ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat saat ini. Oleh karenanya, lebih menarik untuk memahami nilai-nilai dari cerita pendek ini, terutama sekali nilai-nilai dari karakternya. Berdasarkan pemikiran diatas, studi ini bertujuan untuk membahas sejumlah hal seperti nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam cerita pendek Luh Ayu Manik Mas Ngalahang Legu Poleng.k Luh Ayu Manik Mas Ngalahang Legu Poleng.)
  • Luh Yesi Candrika  + (Salah satu usaha masyarakat Hindu di Bali Salah satu usaha masyarakat Hindu di Bali untuk menangkal pengaruh buruk dari unsur-unsur negatif (Buta) pada diri yaitu dengan menggelar upacara taur ketika waktu senjakala yang jatuh pada Tilem Kasanga. Upaya tersebut dilakukan dengan menghaturkan sesajen, segehan, maupun caru. Setelah melaksanakan taur atau yang disebut juga dengan Taur Agung Kasanga, maka dilanjutkan dengan acara ngrupuk yang bermakna memulangkan Bhuta Kala ke tempat asalnya masiing-masing dengan menggunakan sarana api dan dilanjutkan dengan tradisi mengarak Ogoh-Ogoh (simbol Buta) keliling desa. Demikian usaha umat Hindu di Bali untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari bahaya dan pengaruh buruk. Selanjutnya, pada keesokan harinya masyarakat me-Nyepi selama sehari penuh. </br>Bagi masyarakat Hindu di Bali bahkan warga dunia, pelaksanaan hari suci Nyepi tahun 2020 (Saka 1940) ini menjadi sedikit berbeda. Ada hal yang lebih menakutkan dan menyeramkan dari pada sosok Buta yang dapat mendatangkan pengaruh buruk bagi kehidupan manusia. Merebaknya wabah (sasab merana) yang disebut dengan Corona atau Covid-19 di sejumlah daerah membuat masyarakat Hindu di Bali melakukan kegiatan menyepi di rumah masing-masing lebih awal dari waktu datangnya Hari Suci Nyepi (sosial distancing). Masyarakat diharapkan melakukan kegiatan di rumah masing-masing dan mengurangi aktifitas di luar rumah.</br>Secara etimologi kata taur berarti membayar dan arti lainnya yaitu kurban. Selanjutnya kata agung merujuk pada arti kata besar dalam kaitannya dengan semesta atau kosmos (Bhuana Agung). Sementara itu, kata kasanga berarti bulan (sasih) kesembilan dalam perhitungan kalender masehi. Dengan demikian, makna dari upacara Tawur Agung Kesanga adalah upacara atau yadnya yang dipersembahkan kepada alam semesta pada bulan kesembilan tepatnya pada Tilem Kasanga. Dalam lontar Sundarigama dijelaskan bahwa sebelum upacara taur dilakukan, masyarakat Hindu diharapkan membuat upacara Bhutayajnya berupa caru dimulai dari desa-desa hingga setiap rumah dengan tingkatan yang paling nista hingga utama.</br>Lebih lanjut, dijelaskan dalam lontar Sundarigama bahwa pada waktu Tilem Kasanga ini bisa saja terjadi peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang aneh akibat kegelapan pikiran manusia. Apabila masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara taur beserta prosesi lainnya maka akan dapat menimbulkan kehancuran alam semesta (Bhuana Agung), penyakit merajarela (gering sasab marana magalak), dan perilaku manusia yang aneh serta kejam karena dirasuki unsur-unsur Buta (wwang kasurupan Kala Buta) dan mengakibtakan huru hara dimana-mana. </br>Sebagaimana yang dijelaskan dalam lontar Sundarigama masyarakat Hindu memiliki dasar sastra dan keyakinan yang kuat bahwa dengan melakukan upacara taur maka dapat menetralisasi kekuatan-kekuatan yang menyebabkan timbulnya hal-hal yang aneh sehingga alam semesta dapat kembali seimbang dan manusia hidup selamat dan sempurna (mulih hayu ning praja mandhala sarat kabeh, wang ring sarwajanma, wastu ya paripurna). Dalam menyikapi wabah (sasab merana) Corona atau Covid-19 yang tengah menyerang manusia hampir di seluruh belahan dunia akhir-akhir ini, sepertinya masyarakat Bali memiliki harapan yang begitu besar terhadap jalannnya pelaksanaan taur pada Nyepi tahun ini. Dengan kata lain, apabila upacara taur dapat dilakukan secara baik dan benar maka pandemi yang berkepanjangan dan telah menelan banyak korban di dunia menjadi sangat mungkin untuk dihentikan dan segala macam hama penyakit pulang kembali ke laut (sasab marana pada mantuk maring samudra). Apalagi setelah upacara taur masyasrakat Hindu melaksanakan hari suci Nyepi yang diyakini sebagai hari penjernihan batin melalui Catur Brata Penyepian. Selain itu, setelah Sasih Kasanga berlalu maka Sasih Kadasa yang dianalogikan sebagai keadaan yang bersih atau suci (kedas) diharapkan mendatangkan sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan manusia. </br>Mengacu pada pelaksanaan Nyepi dan datangnya Sasih Kadasa setalahnya, krama Hindune mengharapkan dapat membersihkan sekaligus menyucikan dirinya secara batiniah. Namun, kenyataannya, akhir-akhir ini dengan adanya wabah Covid-19 ini tubuh manusia (Bhuwana Alit) sepertinya membutuhkan juga suatu persembahan semacam taur untuk menangkal virus yang menyerang manusia secara lahiriah. Wabah virus yang tengah menjadi ancaman dan kekhawatiran warga dunia ini menyerang tubuh manusia melalui sistem pernafasan sehingga melemahkan fisik bahkan dapat menyebabkan kematian. </br>Dalam kitab kuna seperti Wrhspatitatwa disebutkan bahwa Bumi dan tubuh sama-sama disebut dengan Sarwatattwa (hal-hal yang bersifat kenyataan dalam kaitannya dengan unsur-unsur Panca Maha Buta). Kelima elemen bumi seperti tanah, air, api, angin, dan udara juga ada di dalam tubuh manusia yang disimbolkan dengan daging, darah, panas tubuh, nafas, dan rongga. Untuk itu, sepertinyah tubuh juga memerlukan semacam taur yang diharapkan dapat menangkal penyakit seperti wabah. Lalu taur yang seperti apa yang dapat dipersembahkan atau disadhanakan kepada tubuh untuk membuatnya tetap sehat? </br>Apabila badan halus (suksma sarira) membutuhkan persembahan berupa tapa (pengendalian indera) dan brata (pantangan) untuk dapat membersihkan dan menyucikan diri, maka badan kasar sebagai wadah jiwa (stula sarira) membutuhkan viitamin, protein, mineral, dan lainnya yang berasal dari sari-sari makanan yang baik dikonsumsi tubuh untuk dapat menyehatkan tubuh dan menjauhkan segala macam penyakit. Teks Nitisastra menyebutkan bahwa tanda makanan yang baik ialah dapat membuat badan sehat (ring wara bhoga pustining awakya juga panengeran). Untuk mendapatkan makanan yang baik, maka penting juga mengetahui makanan yang tidak baik dikonsumsi tubuh yang dapat menjadi racun. Lebih lanjut, dalam Nitisastra disebutkan bahwa orang yang baik-baik tidak boleh makan daging yang tidak suci. Ia harus menjahuhi segala yang mengotori badan dan segala yang mendekatkan musuh lahir batin kepadanya. Adapun yang termasuk daging yang tidak baik yaitu daging tikus, anjing, katak, ular, ulat, dan cacing. Semua itu makanan yang terlarang, untuk itu perlu dihindari (Haywa mamukti sang sujana karta pisita tilaren, kasmalaning sarira ripu wahya ri dalem aparek, lwirnika kasta mangsa musika sregala wiyung ula, krimi kawat makadinika papahara hilangken). Sehubungan dengan ulasan yang termuat dalam Nitisastra bahwa makanan yang baik sebagai salah satu sumber kesehehatan tubuh, maka ada kemungkinan pula bahwa salah satu timbulnya wabah Covid-19 yang sedang menyerang manusia bersumber dari makanan yang tidak baik. </br>Taur pada tubuh dengan bersaranakan jenis makanan yang baik, cara mengolah yang tepat, dan menciptakan rasa nyaman untuk tubuh sangat perlu diperhatikan sebagai upaya untuk menghargai kerja keras tubuh. Apa dan bagaimana mengolah makanan yang akan dimasukkan ke mulut, sudah saatnya mendapatkan perhatian yang penting. Faktanya, perawatan tubuh dari luar saja seperti olah raga dan aktifitas memanjakan tubuh lainnya tidak cukup untuk mewujudkan tubuh yang sehat. Perawatan ke dalam tubuh melalui makanan-makanan yang dianggap baik dapat membuat wabah atau virus sulit masuk atau pun berkembang di dalam tubuh. </br>Mengenai makanan bagi seorang pendeta (orang suci) misalnya, seperti yang diuraikan dalam lontar Wrati Sasana (teks sasana untuk seorang pandita dalam menjalankan brata) bahwa segala jenis makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh sangatlah penting untuk diperhatikan terutama penganut siddhanta yang melaksanakan brata suci (tan yogya ika bhaksan de sang siddhanta suddha brata). Jenis makanan yang dianggap tidak suci misalnya daging manusia, kera, sapi, harimau, gajah, kuda, kucing, kodok, dan ular. Sementara itu, semua binatang yang bentuknya aneh dikategorikan sebagai makanan yang nista misalnya lintah, ulat, kuricak, sebangsa biawak, kalajengking, kadal, tokek, dan cecak. Lebih lanjut, terdapat pula makanan yang boleh disantap (muwah ikang yogya bhaksaken) di antaranya babi hutan, ayam hutan, kerbau, itik, burung, dan segala jenis ikan sungai dan ikan laut kecuali jenis buaya dan ikan besar dengan wajah menyeramkan. Mengenai proses memasaknya pun perlu diperhatikan yaitu apabila saat proses mengerjakan makanan yang dibuat dihinggapi bintang seperti lalat, nyamuk, limpit,tuma, tengu, kutu busuk, kapinjal demikian itu cemar adanya, tidak benar disantap karena telah dianggap kotor. </br>Sama halnya dengan berbagai macam tumbuhan yang tumbuh di bumi bahwa tidak semua tumbuh-tumbuhan yang berdaun hijau dapat dikonsumi untuk mendapatkan asupan vitamin maupun zat yang baik untuk tubuh dari unsur nabati. Demikian pula untuk memperoleh zat untuk tubuh yang berasal dari unsur hewani, apabila mengacu pada dua teks lontar yaitu Nitisastra dan Wrati Sasana bahwa tidak semua jenis binatang dapat dikonsumsi untuk tubuh. Selain makanan yang baik maka lebih lanjut perlu juga memperhatikan kesuciannya sehingga layak dijadikan sadana atau pesembahan untuk tubuh. </br>Makanan yang baik, bersih, dan suci itulah yang hendaknya di sadanakan untuk tubuh, dijadikan persembahan (taur). Kapan taur untuk tubuh itu dilakukan? Itu semua diserahkan pada individu masing-masing. Bumi (jagad besar) dan tubuh (jagad kecil) sama-sama harus dipelihara dan diseimbangkan dengan baik. Bumi adalah ruang untuk hidup bagi seluruh ciptaan-Nya. Semenatara tubuh adalah stana atma untuk yang memberikan kehidupan. (Yesi Candrika BASAbaliWiki)an kehidupan. (Yesi Candrika BASAbaliWiki))
  • Arik Agustina  + (Sampah plastic telah menjadi masalah bagi Sampah plastic telah menjadi masalah bagi pariwisata berkesinambungan, terutama di Bali. Berbagai upaya untuk menguranginya telah ditempuh oleh pemerintah, seperti dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Kota Denpasar No. 36 tahun 2018. Artikel ini bertujuan untuk memahami pendapat dan perubahan pola prilaku warga Bali, terutama di Kota Denpasar setelah diterapkannya peraturan Walikota Denpasar dan Gubernur Bali terkait sampah plastik. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan kepada wisatawan, mahasiswa (Departmen Pariwisata), pedagang, masyarakat umum, dan dosen. Hasilnya adalah semua orang mengetahui peraturan pemerintah tentang pembatasan kantong plastik sekali pakai, namun hanya sebagian warga hanya mengetahui jika peraturan tersebut ada tanpa memahami siapa yang mengeluarkan. Sebagian besar masyarakat setuju dengan kebijakan tersebut, namun ada juga yang tidak setuju karena penggunaan kantong plastik lebih hemat. Kebijakan ini telah mendorong masyarakat untuk mulai menggunakan kantong belanja sendiri.mulai menggunakan kantong belanja sendiri.)
  • I Ketut Rida  + (Sang Hyang Surya baru keluar dari air lautSang Hyang Surya baru keluar dari air laut, berwarna merah menyala, airnya seperti tercampur bahan pewarna, bergoyang berkilau membuat silau yang melihatnya. Baunya terbagi bagaikan tirai dibuka membuat Ida Sang Rawi bangun dari tidur, menyinari semua dunia. Jauh sekali perahu perpisahannya di tengah laut berjejer tampak asri seperti bulu ayam terpancang ditiup angin sepoi-sepoi.</br></br>Dari muara sungai Banjar Bias perahu “Nusantara” melaju cepat menggunakan mesin Johnson ke arah tenggara hampir tidak ada halangan yang menghalangi perjalanannya. Air menciprat mengenai penumpang yang ada di atas perahu, mereka terkejut memperbaiki posisi duduknya, lalu melanjutkan ceritanya masing- masing. </br></br>Di belakang, duduk dengan nelayan, A.A. Mayun disertai I Wayan Lagas, keduanya membawa senapan BSA. Beliau pergi ke Nusa untuk memenuhi keinginannya Madé Punduh agar berkenan datang, mengikat pertemanan yang sudah rekat sejak kecil. Begitu juga sebaliknya I Wayan Lagas. Pulau Nusa masih berselimut kabut, gunungnya bergaris-garis jingga kena sinar matahari yang baru bangun dari tidurnya. </br></br>Kurang lebih satu setengah jam di perjalanan, tiba- tiba sampai di muara sungai Mantigin. Di sana sudah ramai orang- orang yang akan pergi ke Kusamba, menaikkan barang-barangnya ke perahu.mba, menaikkan barang-barangnya ke perahu.)
  • I Gedé Putra Ariawan  + (SANGGULAN (I Gédé Putra Ariawan) Putu ISANGGULAN </br>(I Gédé Putra Ariawan) </br></br>Putu Iwan Ardana, mahasiswa kampus kedokteran gigi di Dénpasar mendapat tugas lapangan. Dia akan memberikan pengarahan kesehatan ke désa-désa tentang program gigi sehat. Sebelum programnya berjalan, Putu Iwan mengecék lokasi dan melakukan observasi lapangan agar dengan jelas tahu tempat ia mendapat tugas. Ditolehnya papan pengumaman, dilihat namanya sudah tertempel dan mendapat tugas di Tabanan. “Aduh!” Putu Iwan merengut memikirkan tempat tugasnya. Seketika alisnya berkerut.empat tugasnya. Seketika alisnya berkerut.)
  • Adhy Ryadi  + (SANGKAN PARANING DUMADI setelah tanah yanSANGKAN PARANING DUMADI</br></br>setelah tanah yang kau tatah</br> kepulkan bunga dan api</br>aku ke tepi</br> berbaring dalam sepimu</br></br>aku pejalan jauh,</br> melahap keluh</br></br>dari tanah kau tatah</br>ke tanah aku pasrah</br>kuteduhkan bumimu</br> yang melengking</br> dengan tangis,</br> atau jerit tertahan</br></br>setelah tanah yang kau tatah</br> kepulkan bunga dan api</br>kutumpahkan rasa sepiku padamu</br></br>aku pejalan jauh,</br> melahap keluh</br> kepadamu aku kembali</br></br></br>Januari 1985 kepadamu aku kembali Januari 1985)
  • Dewi Dian Reich  + (Sawidji Comes Home is a celebration of ourSawidji Comes Home is a celebration of our new home in the historic part of Plawa Denpasar, with a collection of works from our artist collective. A wonderful exposition of dynamic, multi-disciplinary creative voices.</br></br>We celebrate each individual passion, fixation, obsession, compulsion of each artist that is at the core of their creative drive. What compels them to create in this pure and selfless way. As artists we go through such a personal and intimate process, often filled with some form of struggle within the self, only to give birth to the physical form of an idea. This in itself is a wonder, a powerful seed that nourishes arts' growth.powerful seed that nourishes arts' growth.)
  • Nyoman Butur Suantara  + (Saya melihat api. ManButur Suantara berbagSaya melihat api. ManButur Suantara berbagi pengalaman dan fotografi ritual api Ter-Teran di Desa Jasri, Karangasem Bali pada 21 Maret 2023. Akun lengkap dan rangkaian karya ManButur Suantara dipublikasikan secara online di sawidjistudio.com/2023/03/31 /saya melihat api/</br></br>Ritual ini dikenal dengan Ter-Teran yang diadakan di desa Jasri di Kabupaten Karangasem Bali. Ritual ini diadakan untuk mengusir roh jahat agar hari hening Nyepi dapat berlalu dengan damai, tenang dan penuh berkah...</br>Ter Teran diadakan hanya sekali setiap dua tahun. dan ini spontan tanpa pementasan atau perencanaan. Di desa lain, jenis perang api ini diritualkan sedangkan prosesnya sedikit lebih bebas, di sini di Ter Teran di Jasri. Suasananya benar-benar mistis. Itu bukan sesuatu yang direncanakan atau ditulis. Tidak banyak turis karena ini bukan daya tarik umum. Ada keliaran tentang itu. Itu tidak terlihat seperti demonstrasi yang disiapkan untuk melayani penonton. Energi suci dari ritual ini masih terasa sangat kuat. dari ritual ini masih terasa sangat kuat.)
  • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Sebuah buku tentang perjalanan singkat keliling Bali dan mengagumi arsitekturnya.)
  • Drs. I Wayan Selat Wirata  + (Sebuah karya sastra yang mengandung makna dalam tentang upacara Melasti, Pangrupukan atau Tawur Agung/Kesanga, Nyepi dan Ngembak Geni)
  • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Sebuah novel tentang petualangan Made Sanjaya, seorang remaja Bali yang ingin menyelamatkan sahabat dan juga keluarganya dari dendam lama dan sihir hitam. Nominasi 8 besar novel terbaik di UNNES International Novel Writing Contest 2017.)
  • Brett Hough  + (Sejarah Bali terbentuk dari banyak kontradSejarah Bali terbentuk dari banyak kontradiksi. Beberapa diantaranya bersifat intrinsik di dalam budaya dan masyarakat Bali, lainnya karena pengalaman penjajahan Belanda dan hasil penggabungannya ke dalam negara-bangsa Indonesia. Lainnya juga berasal dari kekuatan modernisasi, globalisasi, pariwisata dan konsumerisme. Para penulis Bali's Silent Crisis: Desire, Tragedy and Transition menyoroti kontradiksi ini untuk mengungkap masalah mendasar yang terus membentuk, mempengaruhi dan dengan cara tertentu, menghantui kehidupan sehari-hari di Bali. Kedua penulis berpendapat bahwa kekuatan-kekuatan ini serta perubahan-perubahan terkait memberikan trauma psikologis dan budaya yang mendalam yang sebagian besar tetap tidak diakui – karenanya merupakan 'krisis diam' – dan bertentangan dengan wacana Bali sebagai surga.</br>Para penulis telah tinggal dan bekerja di Indonesia selama bertahun-tahun, dengan sebagian besar waktunya di Bali. Dengan latar belakang akademis dalam studi budaya dan promosi kesehatan, mereka membawa perspektif yang menarik untuk subjek mereka dan menunjukkan kepedulian yang jelas terhadap kesehatan psikologis jangka panjang orang Bali yang terperangkap dalam proses perubahan, kekerasan, dan keinginan mendalam yang dikemas dalam subjudul dari buku-buku mereka. Sejak awal kami merasakan motivasi mereka yang sangat kuat dalam meneliti dan menulis buku dan komitmen mereka terhadap teman dan kolega Bali. Tampak jelas bahwa mereka memiliki kasih sayang yang besar untuk subjek mereka dan sampai pada kesimpulan mereka yang mendasarkan pada keterlibatan jangka panjang dengan Bali.</br>Ulasan utuh dari buku ini bisa dilihat pada laman: https://www.insideindonesia.org/review-bali-s-silent-crisis?highlight=WyJiYWxpIiwiYmFsaSdzIiwiJ2JhbGkiLCJiYWxpJyIsImJhbGknLiIsIidiYWxpJ3MiLCJiYWxpJywiLCJiYWxpcycuIl0%3DIidiYWxpJ3MiLCJiYWxpJywiLCJiYWxpcycuIl0%3D)
  • Made Mantle Hood  + (Sejumlah komoditas di wilayah pegunungan BSejumlah komoditas di wilayah pegunungan Bali di Indonesia masih memelihara perangkat orkestra kuno berupa gong dan metalofon berbahan perunggu yang disebut gamelan gong gede. Perangkat gamelan dimaksud telah dipelihara sebagai instrumen penting dari perkumpulan musik ritual lokal yang melindungi mereka dari arus perubahan lintas generasi. Sebaliknya, wilayah lainnya di Bali telah meninggalkan gong gede di awal abad ke-20 dan memilih gamelan moderen. Terpisah dari konteks ritual dataran tinggi, gong gede bertahan di wilayah pedalaman pegunungan Bali karena mereka tidak terpisahkan dari konteks ritual itu sendiri, yang menghasilkan keragaman musikal di ekosistem musik Bali secara lebih luas. Keberagaman ini juga sekaligus meminggirkan komunitas dari arus utama inovasi musik. Namun demikian, hal ini juga memberdayakan perkumpulan musik ritual dalam cakupan berbagai jejaring sosial yang lebih kompleks yang berperan penting dalam pelestarian orkestra antik dimaksud. Menggunakan ‘keragaman dalam struktur musikal’ sebagai sebuah kerangka analisis untuk membahas keberagaman musikal, artikel ini membahas bagaimana komunitas di dataran tinggi melindungi dna menjaga gong gede sebagai sebuah ‘tradisi hidup’ dengan menganalisa sejarahnya, konteks sosial, dan gaya bermusiknya untuk memahami hal apa yang menjaga tradisi lokal untuk larut dalam arus utama tren bermusik.ntuk larut dalam arus utama tren bermusik.)
  • NDM Santi Diwyarthi  + (Seni pertunjukan pariwisata Bali merupakanSeni pertunjukan pariwisata Bali merupakan suatu bentuk seni yang sengaja diolah untuk disajikan kepada wisatawan. Seni ini memiliki karakteristik teatrikal dan spektakuler yang lebih menonjolkan daya tarik visual daripada nilai ketakutan, magis, dan simbolis. Beberapa jenis kesenian seperti Tari Legong, Sendratari Ramayana, Tari Barong dan Keris, Tari Kera, Tari Topeng Wajah, dan Tari Wayang Kulit telah menjadi menu utama tontonan seni di Bali. Seni pertunjukan pariwisata Bali muncul dalam kemasan baru sejak tahun 1980. Konsep ini dominan dipengaruhi oleh ciri-ciri estetika pos-modern seperti: Pastiche, Parodi, Kitsch, Camp, dan Skizofrenia. Tujuannya agar seni pertunjukan menjadi lebih eksotik yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, banyak aktivitas seni budaya Bali termasuk nilai sakralnya yang tergerus oleh proses sekularisasi yang cepat dan fantastis baik secara kualitas maupun kuantitas.tis baik secara kualitas maupun kuantitas.)
  • Anak Agung Gde Putera Semadi  + (Seni pertunjukan pariwisata Bali merupakanSeni pertunjukan pariwisata Bali merupakan suatu bentuk seni yang sengaja diolah untuk disajikan kepada wisatawan. Seni ini memiliki karakteristik teatrikal dan spektakuler yang lebih menonjolkan daya tarik visual daripada nilai ketakutan, magis, dan simbolis. Beberapa jenis kesenian seperti Tari Legong, Sendratari Ramayana, Tari Barong dan Keris, Tari Kera, Tari Topeng Wajah, dan Tari Wayang Kulit telah menjadi menu utama tontonan seni di Bali. Seni pertunjukan pariwisata Bali muncul dalam kemasan baru sejak tahun 1980. Konsep ini dominan dipengaruhi oleh ciri-ciri estetika pos-modern seperti: Pastiche, Parodi, Kitsch, Camp, dan Skizofrenia. Tujuannya agar seni pertunjukan menjadi lebih eksotik yang berkaitan dengan kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, banyak aktivitas seni budaya Bali termasuk nilai sakralnya yang tergerus oleh proses sekularisasi yang cepat dan fantastis baik secara kualitas maupun kuantitas.tis baik secara kualitas maupun kuantitas.)
  • Putu Vivi Lestari  + (SENJA MENGGANTUNG DI LANGIT seorang ibuSENJA MENGGANTUNG DI LANGIT</br></br> seorang ibu meminjam tangis gerimis</br> ( senja masih menggantung )</br></br>Seandainya aku korban terakhir,</br>mestikah kuingat sebait sajak</br>yang belum selesai kutulis</br>sementara tanganku gemetar</br> membagi doa</br>untuk ayahku, ibuku, saudaraku</br>dan mereka yang datang dengan takdir.</br></br>Erang sakit putus-putus memanggil</br>detak jantung dan nafasku </br> sendiri</br> aku menunggu</br>di detik mana peluru menyamar ratu adil</br>mengetuk dadaku</br> aku tak peduli</br> : hidup adalah anugrah</br>sebab Tuhan tak lagi punya Rama atau Krishna</br>aku tak lagi punya doa</br></br>Di atas langit kemerahan senja bergelayut riang</br>anyir udara mengepung inderaku</br>Tuhan, Tuhan</br>mengapa masih kuingat namaMu</br></br>Tarian takdir atau karma mesti kulakonkan</br></br> seorang ibu meminjam tangis gerimis</br> senja tetap saja menggantung</br> mungkin matahari lupa jalan kembalintung mungkin matahari lupa jalan kembali)
  • I Gde Agus Darma Putra  + (SENJA DI BULAN MEI kita sedang bercakap SENJA DI BULAN MEI</br></br></br>kita sedang bercakap dengan masa depan</br></br>saling menerka mata dan senyum malu malu</br></br>sambil menepi pada sebaris puisi</br></br>yang belum selesai</br></br></br>senja membuat kita tidak mengenali satu sama lain</br></br>tidak juga paham makna sajak yang ditulis angin</br></br>pada ranting, daun-daun, sekar kelabu</br></br>dan masa lalu</br></br></br>hadiah senja di bulan Mei</br></br>usia dan gang sempit yang sesat</br></br>menerima sebagaimana adanya</br></br></br>[Jyesta, 1941]nerima sebagaimana adanya [Jyesta, 1941])
  • Made Taro  + (Sepasang Sepatu dan Sebiji Mangga Cerita PSepasang Sepatu dan Sebiji Mangga</br>Cerita Pilihan Tri Hita Karana</br></br>Konsep dan nilai Tri Hita Karana tidak saja menjadi sikap hidup orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Konsep dan nilai itu diwariskan melalui cerita rakyat yang tersebar di seluruh dunia. Hubungan seimbang dan harmonis manusia dengan Tuhannya dapat dipetik dari cerita Datanglah Kepada Seorang Petani (India) dan Asal Mula Padi (Jawa): Hubungan manusia dengan alam lingkungannya dapat disimak melalui cerita Ular di Tengah-tengah Bukit (Bali) dan Nyanyian Mohon Hujan (Indian Amerika): Hubungan sesama manusia tertuang dalam cerita Menjual Bayang-bayang (Cina) dan Satu Gentong Kebijaksanaan (Afrika).</br>Buku ini terdiri dari 30 cerita yang dibagi menjadi tiga bagian, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan manusia. alam dan hubungan manusia dengan manusia.)
  • Adhy Ryadi  + (SEPI TERASING bercakap kami berdua, bisu SEPI TERASING</br></br>bercakap kami berdua, bisu</br> angin dan tebing-tebing</br>sungai kering, ikan-ikan menghilang</br> "Hilang ke mana padang-padang?"</br> di atas batu kamu memandang</br></br>kanak-kanak bermain bola</br>para bunda menggulir onak</br>kami berdua</br>dalam langit legit hitam</br></br>kami percakapkan waktu</br> yang menghukum kami</br> hingga berlabuh dalam sepi</br>"Pergi ke mana para Dewa?"</br>kamu bangun dan duduk</br></br>hutan baja, hitam bendera</br>terbungkah tetanahan</br>mengubur percakapan kami</br></br>Denpasar 1984an mengubur percakapan kami Denpasar 1984)
  • Ida Ayu Wayan Sugiantari  + (Sepotong Puisi dan Thermodinamika Aku menSepotong Puisi dan Thermodinamika</br></br>Aku menanam tiga potong puisi</br>di kebun belakang rumahmu</br>tak pandai menakar cuaca</br>satu puisiku mati di dua hari pertama</br></br>Di pekat senja,</br>jingga hilang tiba-tiba</br>dua puisiku diam-diam tumbuh di tubuhmu</br>rumus rumit menjelma akar rumput</br></br>Nyanyi sunyi akordion</br>bermain cahaya</br>di atas kepalamu,</br>Ini romansa, cukup satu bait</br></br>Hari hilang dingin,</br>Penghujan samarkan batas musim</br>Aku menemukan dua lelaki di tubuhmu</br>seorang melepas sauh</br>seorang menahan ombak</br></br></br>Karangasem, Juli- November 2019an ombak Karangasem, Juli- November 2019)
  • Ni Made Rai Sri Artini  + (SEPOTONG SENJA DI RUMAH ITU Sepotong seSEPOTONG SENJA DI RUMAH ITU</br></br></br>Sepotong senja</br></br>dari tubuhmu</br></br>Memanggil-manggil di ambang riuh</br></br>Aku tertatih-tatih oleh rindu</br></br>Melarung kenangan</br></br></br>Sekian lama aku telah membaringkan sepilihan sajak</br></br>Untuk membasuh bau udara</br></br>Di pepohonan pisang, nangka dan sari tanah</br></br></br>Sajak-sajak itu meniupkan ruh harapan</br></br>Membangkitkan mimpi dari liang malam</br></br>Meliuk jauh membawa sepotong cerita purba</br></br></br>Mencatat episode malam yang hikmat</br></br>Saat buih dan bara jadi Satu</br></br>Sepotong senja di rumah itu</br></br>Menjadi saksi</br></br> Segala amsal telah punah</br></br>Segala asal telah musnah</br></br></br>(Juni, 2019)h Segala asal telah musnah (Juni, 2019))
  • Dewi Dian Reich  + (Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda dan lebih halus dari kayu beringin yang putih. Ketakutan akan waktu terlihat jelas pada belokan dan lipatan pohon suci yang indah ini.</br></br>Catatan botanis...</br>Pohon beringin putih disebut sebagai pohon ‘bunut’ atau beringin, seperti banyak pohon tua serupa di Bali. Namun, pernyataan warga setempat membenarkan bahwa genus pohon tersebut belum dapat dikonfirmasi secara pasti oleh Kementerian Kehutanan atau tim peneliti Universitas mana pun. Keengganan mereka untuk memastikan genus pohon tersebut disebabkan oleh beberapa kekhasan.</br></br>Konon, pohon kayu putih itu tidak berbunga melainkan berbuah (kami menjadi saksi langsung banyaknya buah kayu putih ini). Dikatakan juga bahwa pohon kayu putih itu akan menggugurkan semua daunnya setiap beberapa bulan. Meskipun beringin mungkin menggugurkan daunnya untuk mempertahankan kelembapan, jarang sekali ada pohon yang menggugurkan daunnya secara teratur di iklim lembab. Oleh karena itu, penduduk desa terus menjuluki pohon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.hon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.)
  • Dewi Dian Reich  + (Seri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodraSeri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodrati dan hubungan kompleks kami terhadap wajah sendiri dan wajah orang lain, penjelajahan potret ini berlanjut. Kali ini, beranjak dari individualitas atau pribadi kami secara psikologi, kami menjelajahi identitas sesuatu yang lebih besar daripada diri kami.</br></br>Latihan empati melalui jalan satu-satunya yang kami pahami... melintasi batas manusiawi dan persepsi emosi kami. Sebuah potret alam lewat pengalaman dan usia yang sublim.</br></br>Baca artikel selengkapnya di tautan referensi gambar.l selengkapnya di tautan referensi gambar.)
  • I Wayan Diana  + (Sinar Seorang Pemimpin (tinta cina dan akrilik di kanvas, 50 x 70 cm, 2016))
  • Dewi Dian Reich  + (Sisi sosial dan budaya menjadi bagian pentSisi sosial dan budaya menjadi bagian penting dalam pembahasan terkait isu yang memengaruhi usia dan keaslian tradisi di Bali saat ini. Isu-isu seperti komersialisasi seni dan budaya, serta potensi akibatnya bagi generasi kini dan di masa depan.</br></br>"Kita tidak semestinya bangga atas sedikitnya perubahan, karena perubahan pasti terjadi. Menyangkal perubahan adalah hal yang kurang cerdas. Usaha dan komitmen bersama telah bertahan hingga titik ini serta membawa perubahan dan kemajuan dalam segala sesuatu. Saya kagum pada kenyataan dan bukti yang menyatakan bahwa perubahan akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.an akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.)
  • NDM Santi Diwyarthi  + (Situasi pandemi dan ketatnya protokol keseSituasi pandemi dan ketatnya protokol kesehatan yang diterapkan telah mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan dan penurunan tingkat hunian hotel. Pemerintah dan manajemen hotel melakukan berbagai bisnis potensial untuk bisnis layanan akomodasi. Salah satu hal yang menjadi tren bagi wisatawan adalah memilih akomodasi yang menarik, aman dan nyaman, kembali ke alam, dan menghindari keramaian yang besar selama pandemi Covid-19. Alternatif yang dihadirkan oleh pengusaha jasa akomodasi adalah glamping. Metodepenerapan kualitas layanan dalam manajemen glamping adalah dengan menyediakan CHSE (cleanliness, health and safety, dan sustainability environment), di setiap departemen manajemen glamping, seperti front office department, housekeeping department, food and beverages department. Peserta dalam kegiatan ini adalah seluruh karyawan glamping management di Desa Wisata Kembang Merta. Desa Wisata Kembang Merta telah berhasil menunjukkan kesiapan pengelolaan glamping dalam menerima wisatawan dengan prosedur CHSE.m menerima wisatawan dengan prosedur CHSE.)
  • Ni Nyoman Srayamurtikanti  + (Speech Delay adalah salah satu komposisi mSpeech Delay adalah salah satu komposisi musik karya komponis perempuan Bali bernama Ni Nyoman Srayamurtikanti. Mang Sraya (panggilan akrab dari komposer) lulusan dari Institute Seni Indonesia Denpasar yang saat ini tengah menempuh pendidikan Master di Institute Seni Indonesia Surakarta telah menghasilkan banyak karya musik kreatif yang masih berpegang teguh pada dasar musik tradisi. </br></br>Speech Delay atau keterlambatan berbicara merupakan istilah umum yang merujuk pada proses keterlambatan berbicara dan berbahasa yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak. Salah satu saudara perempuan Mang Sraya mengalami speech delay, tetapi meskipun mengalami keterlambatan berbicara dan berbahasa, beliau memiliki daya ingat yang sangat tajam dan imajinasi yang kuat. Pengalaman personal ini kemudian memberi inspirasi pada Mang Sraya dan menginterpretasikannya ke dalam karya komposisi musik kreatif. </br></br>Karya ini menggunakan ensambel Gender Wayang. Sistem kerja musikal yang dilakukan dalam garapan ini berdasar pada beberapa dampak yang menyebabkan dan disebabkan oleh speech delay yang memungkinkan untuk dikaitkan dengan tekstual garapan, yaitu :</br></br>1. Gangguan artikulasi bicara diinterpretasikan dengan penggunaan tangkai panggul gender wayang dalam karya komposisi ini. Dalam repertoar gender wayang secara umum tidak menggunakan tangkai panggul untuk memukul bilah-bilah.</br></br>2. Gangguan bahasa reseptif (input) dan ekspresif (output) diinterpretasikan dengan sistem estafet atau bergiliran. Dalam repertoar gender wayang secara umum, sistem permainannya dilakukan secara bersamaan oleh semua instrument. Namun, pada karya ini menggunakan sistem bergiliran. </br></br>3. Memiliki daya imajinasi kuat diinterpretasikan dengan menggunakan banyak melodi berbeda pada setiap instrument. Hal ini berbeda dari sistem repertoar gender wayang yang secara umum memiliki satu melodi dengan ornamen polos dan sangsih. </br></br>Dalam karya ini, komposer membagi komposisi ke dalam empat bagian. Setiap bagian mewakili ide dan konsep tekstual garapan, yaitu :</br></br>1. Pada bagian pertama, penata menggunakan bagian bawah / tangkai panggul gender wayang. Pada bagian awal dimulai oleh kantilan 1 dengan memukul beberapa melodi pendek yang diulang beberapa kali. Kemudian pemain kantilan 1 memukul satu nada pada instrument pemade 1 yang dimaksudkan untuk memberikan aksi pada pemain selanjutnya. Pemain pemade 1 merespon dengan memainkan beberapa melodi pendek yang berbeda respon dari aksi yang diberikan oleh pemain sebelumnya. </br></br>2. Pada bagian kedua menggunakan tempo sedang. Terdapat pembagian melodi antara kantilan dan pemade. Kantilan memainkan 2 nada silih berganti dengan cepat dan ukuran yang berbeda. Di sela-sela melodi tersebut, pemade memberikan aksen sebagai penanda atau penjelas untuk melodi kantilan. Kemudian dilanjutkan dengan melodi yang berjumlah 8 ketuk dengan progresi nada berurutan dan bolak balik yang pada setiap instrumennya memiliki susunan nada berbeda. Melodi-melodi tersebut dimainkan secara estafet atau bergantian.</br></br>3. Pada bagian ketiga, tempo yang digunakan adalah pelan dan berangsur-angsur dipercepat. Pada bagian ini penata membuat satu melodi yang sama antara satu sama lainnya dengan lebih menekankan dinamika pada setiap instrumen. Kemudian dilanjutkan dengan imitasi dari salah satu repertoar gender wayang yaitu: angkat-angkatan. Gending angkat-angkatan pada gender wayang adalah salah satu jenis repertoar gender wayang yang diartikan atau sering digunakan sebagai pengiring wayang ketika berjalan menuju medan perang. Dalam jenis gending ini memiliki 2 melodi berbeda yang dimainkan oleh tangan kanan dan tangan kiri. Pola melodi pada tangan kiri biasanya terdiri dari 4 ketukan yang diulang-ulang dari awal hingga akhir sedangkan melodi pada tangan kanan lebih lincah dan variatif pada progresi nadanya. Dalam hal ini, setiap instrument memiliki melodi yang berbeda namun memilki keterkaitan satu sama lain atau disebut polifoni.</br></br>4. Pada bagian keempat, menggunakan teknik polimetrik yang setiap instrumentnya memiliki ukuran birama berbeda. Kantilan 1 menggunakan ketukan 5/4, pemade 1 menggunakan ketukan 10/4, kantilan 2 menggunakan ketukan ¾ dan pemade 2 menggunakan ketukan 6/4. Dalam 1 kali putaran, semua instrument akan bertemu pada ketukan ke 30. Setiap instrument memiliki kalimat lagu yang berbeda namun pada ketukan ke 20, instrument akan dipertemukan dalam ritme yang hampir sama. Kemudian sebagai penutup terdapat sebuah kebyar dengan susunan nada berbeda antara kantilan dan pemade. </br></br>Karya Speech Delay telah dipentaskan pada festival Musik Kreatif Kuno Kini pada 2020. Karya-karya musik lainnya dari Mang Sraya dapat disaksikan pada kanal YouTube: Sraya Murtikanti.kan pada kanal YouTube: Sraya Murtikanti.)
  • I Ketut Sadia  + (Spirit Para Pengungsi (tinta cina dan akrilik di kertas, 50 x 70 cm) Konsep: Para pengungsi Rohingya berusaha mencari kehidupan baru untuk menghindari konflik etnis di Myanmar. Cahaya matahari pagi adalah simbol semangat dan kehidupan baru.)
  • I Gusti Bagus Rai Utama  + (Studi ini bertujuan untuk menganalisa sebeStudi ini bertujuan untuk menganalisa seberapa efektif dampak dari implementasi kebijakan pemerintah berupa menjaga jarak aman sebagai perilaku sosial – etikal masyarakat Bali dalam menanggapi kebijakan dimaksud. Survei dilakuan dengan menggunakan kuesioner daring oleh 109 responden dari berbagai latar belakang dan usia. Simpulan dari studi ini adalah kebijakan menjaga jarak aman tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sejumlah aktivitas yang diprediksi akan meningkatkan angka transmisi Covid-19 di Bali. </br></br>Sejumlah responden juga menyatakan bahwa Covid-19 mengancam mata pencaharian mereka terutama karena Bali sangat bergantung kepada sektor pariwisata. Terdapat dua hal yang berkontradiksi yaitu antara anjuran menjaga jarak aman yang dianggap mengganggu jalannya aktivitas kerja responden dengan kondisi penyebaran yang semakin tinggi jika anjuran dimaksud tidak dilaksanakan. </br></br>Studi ini merekomendasikan upaya untuk mengurangi penyebaran sebagai berikut: pemerintah dapat menutup sebuah wilayah atau mungkin pada tingkat nasional dengan penuh pertimbangan dan memperhatikan kecukupan pangan masyarakat, jaringan komunikasi, listrik, dan air sehingga masyarakat tidak keluar rumah untuk bekerja.syarakat tidak keluar rumah untuk bekerja.)
  • I Putu Agus Adnyana  + (Studi ini bertujuan untuk mengetahui konseStudi ini bertujuan untuk mengetahui konsep Karma Yoga dalam hubungannya dengan kecerdasan spiritual dan kinerja pegawai LPD di Kabupaten Buleleng. Konsep Karma Yoga adalah sebuah nilai kearifan lokal yang dapat memberikan panduan kepada para pegawai LPD dalam bentuk rasa kesungguhan dalam bekerja yang menjadi dasar untuk meningkatkan kinerja pegawai LPD. Populasi studi ini adalah semua LPD yang aktif beroperasi di Kabupaten Buleleng. Sampel dipilih menggunakan teknik random sampling. Analisis data menggunakan SEM berbasis komponen, Partial Least Square (PLS) metode analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Kharma Yoga dan kecerdasan spiritual memiliki korelasi dengan performa karyawan.emiliki korelasi dengan performa karyawan.)
  • Rosvita Flaviana Osin  + (Studi ini bertujuan untuk mengkaji keberadStudi ini bertujuan untuk mengkaji keberadaan pekerja wanita di sektor industri spa di wilayah Kabupaten Badung dan untuk mengetahui peran serta implikasi ekonomi, sosial, dan kultural dari mereka yang bekerja di sektor ini. Studi ini menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan informan, observasi, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari total 20 terapis spa, sebanyak 85 persen menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan kualitas hidup setelah bekerja di bidang ini. Sejumlah kualitas unggul yang dimiliki oleh perempuan Bali yang bekerja sebagai terapis diantaranya keramahtamahan, murah senyum, kejujuran, dan keahlian yang tinggi. Beberapa kelemahan meliputi ketrampilan berbahasa Inggris yang masih rendah, kurangnya motivasi untuk menempati posisi tertentu, kurangnya kepercayaan diri dan rendahnya kompetensi. Peluang kerja yang sangat tinggi, potensi pariwisata Bali, Spa sebagai sebuah industry yang menjanjikan, merupakan prioritas yang tinggi. Tantangan yang dihadapi mencakup perubahan pada selera konsumen dan kompetisi bisnis. Beberapa peran dan implikasi perempuan Bali yang bekerja pada industri spa diantaranya a) implikasi ekonomi: perempuan Bali dapat berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan keluarga, b) implikasi sosial: perempuan Bali dapat meningkatkan status sosialnya maupun keluarganya, c) implikasi budaya: perempuan Bali dapat turut melestarikan budaya mereka.li dapat turut melestarikan budaya mereka.)
  • I Nyoman Wardi  + (Studi ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Studi ini dilaksanakan pada tahun 2008 di Gianyar, Badung, dan Denpasar. Tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menjelaskan sistem pengelolaan sampah perumahan warga Bali, serta untuk memahami berbagai masalah yang dihadapi dalam sistem manajemen limbah berbasis komunitas. Untuk mencapai tujuan-tujuan dimaksud, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah kendala dihadapi oleh lembaga pengelola limbah di tingkat desa seperti: 1) rendahnya kesadaran publik, 2) sulitnya mencari lahan untuk mengelola sampah, 3) belum adanya pemisahan sampah organik dan non-organik di rumah masing-masing, 4) jadwal pengangkutan sampah yang kurang tepat, 5) terbatasnya jumlah mesin penebah, 6) pemasaran kompos yang tidak teratur dan masih sangat terbatas, 8) kendala kesehatan pekerja pengolah sampah, 9) terbatasnya dana operasional manajemen limbah. Pengelolaan limbah berbasis sosial budaya bermanfaat untuk mengaktualisasi dan meningkatkan peran institusi tradisional (desa tradisional/banjar) karena ini mendukung visi dan misi Tri Hita Karana, mengubah paradigma budaya Bali mengenai manajemen limbah (rekayasa budaya), aktualisasi nilai-nilai budaya dan kesucian lingkungan (sebagai sumber daya yang penting) serta wilayah, mendorong tradisi gotong royong menjaga lingkungan, mempromosikan upaya 3R (reduce, reuse, and recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangga, meningkatkan peran ibu rumah tangga, menerapkan aturan pengelolaan sampah rumah tangga dan lingkungan yang effektif melalui mekanisme penghargaan-hukuman dengan awig-awig.isme penghargaan-hukuman dengan awig-awig.)
  • I Wayan Karta (Cover)  + (Suling Sunari karya I Wayan Karta (Cover))
  • I Wayan Karta (Cover)  + (Suling Sunari karya I Wayan Karta (Cover))
  • I Putu Swaryandana Ichi Oka  + (Swasti Prapta adalah garapan tari karya koSwasti Prapta adalah garapan tari karya koreografer Dewa Ayu Eka Putri yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud bersama komposer I Putu Swaryandana Ichi Oka yang berasal dari Banjar Sayan, Ubud, Gianyar.Garapan tari ini diciptakan pada tahun 2018 dan pertama kali dipentaskan pada Festival Cudamani yang diadakan setiap tahun dari tahun 2016.</br></br>Swasti Prapta memiliki makna "selamat datang", garapan tari kreasi baru ini bertujuan untuk menghibur dan mengundang kebaikan dari segala arah. Gerakan-gerakan tari yang sederhana namun bermakna, demikianlah seharusnya penyambutan pada segala kejadian. Rangkaian nada musik yang harmonis dan dinamis, menunjukkan kesigapan dan kesiapan menyambut hal-hal yang baru. Simetri dan asimetri selalu berdampingan, kebaikan tentu tidak hanya berasal dari kebaikan, tetapi bisa jadi lahir dari pembelajaran terhadap pengalaman-pengalaman buruk. Swasti Prapta, selamat datang segala kejadian.ti Prapta, selamat datang segala kejadian.)
  • I Dewa Ketut Alit  + (Tabuh Caru Wara gubahan dari komposer I DeTabuh Caru Wara gubahan dari komposer I Dewa Ketut Alit yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud. Dewa Alit lahir dari keluarga seniman di Bali. Sebagai komposer, ia dikenal memiliki pendekatan "avant garde" namun tetap mempertimbangkan nilai-nilai tradisi. Dewa Alit kerap diundang untuk mengajar dan membuat komposisi gamelan Bali di luar negeri, diantaranya: Boston, Massachusetts, New York, Munich, Frankfurt, dan lain-lain. Pada tahun 2007, Dewa Alit mendirikan Gamelan Salukat dan telah melakukan tur ke Amerika pada tahun 2009 dan 2010. Tabuh Caru Wara diciptakan pada tahun 2005 yang memiliki makna mengharmonikan dinamika yang kompleks dari nilai-nilai, gesekan, benturan, konflik, arah yang berlawanan, konsep saling mengisi dan kerumitan yang terkandung dalam perputaran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.taran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.)