UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "kumpulan cerpen, 2015". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • I Komang Alit Juliartha  + (Kajeng Kliwon Kajeng Kliwon malam yang seKajeng Kliwon</br></br>Kajeng Kliwon malam yang serbi terdapat leak yang keluar bersama lenda-lendi</br>Bumi mendung langit buram bulan bintang tertidur membuat seram selatan Pura Dalem</br>Calon Arang ditarikan Walu Nateng Dirah diperagakan Junjungan ditarikan</br></br>Leak Merah mangajak anaknya tertawa terbahak-bahak burung gagak bernyanyi kaak kaak</br>Terdapat tingkah laku manusia mati yang mau silakan makan itu mayat hidup</br>Dijalan anjing-anjing mangaung aung aung melihat I Rarung membuat bulu roma berdiri.elihat I Rarung membuat bulu roma berdiri.)
  • Mark Hobart  + (Kajian kebudayaan Bali kebingungan oleh kaKajian kebudayaan Bali kebingungan oleh karena yang dimaksudkan dengan ‘kebudayaan’ sangat kurang terang. Apakah kebudayaan merupakan esensi atau jiwa orang Bali, suatu gagasan politik yang direkayasa oleh Orde Baru, atau cara menjual seni pertunjukan, barang atau pengalaman kepada wisatawan? </br></br>Jarang disadari di Indonesia bahwa Bali terkenal di Eropa sebelum Pulau Bali ditemukan oleh pelaut Barat yang sedang mencari sorga di dunia ini. Sejarah Bali tidak bisa dipisahkan dari khayalan orang Barat. Dilihat dari pandangan cultural studies, dari awal Bali merupakan ‘brand’ untuk dipasarkan – dan objek yang dijual adalah kebudayaan. Untuk mengerti apa yang sedang terjadi di Bali, perlu dipahami teori konsumsi dan branding. Walaupun kelihatannya yang dijual dan dibeli adalah barang atau pengalaman, sebenarnya yang dikonsumsi adalah perbedaan. Artikel ini menawarkan pemahaman mendalam mengenai hukum hukum branding dari sudut pandang kajian budaya.branding dari sudut pandang kajian budaya.)
  • I Made Arik Wira Putra  + (Kakawin Usadhi Negari yang dikarang oleh IKakawin Usadhi Negari yang dikarang oleh I Made Arik Wira Putra merupakan salah satu dari 5 karya terbaik kategori kakawin pada Saraswati Sewana di Puri Kauhan Ubud. Kakawin tersebut memuat isi dari mimpi pengarang yang dimana memiliki keinginan agar virus yang sudah kurang lebih 2tahun berdampingan dengan kita segera hilang. Kakawin ini dibuat secara singkat max 18 pada dengan tema besar "Gering Agung" Covid-19, yang dimana kakawin merupakan karya Sastra Bali Purwa atau karya tradisional, namun beliau berusaha membuat sesuai dengan tema dan syarat-syarat lainnya tanpa meninggalkan realitas (membuat karya sastra yang bertema modern dengan media tradisional dan makna yang padat).n media tradisional dan makna yang padat).)
  • I Nyoman Wahyu Angga B. Santosa  + (Kakawin yang berjudul PRAPANCA SUDDHANI. Kakawin yang berjudul PRAPANCA SUDDHANI. Merupakan salah satu karya sasta dari seorang pengarang yakni I Nyoman Wahyu Prapanca, secara garis besar mempunyai isi atau makna yang terkandung yaitu membahas mengenai situasi Pandemi Covid-19 dengan lebih mengulik tentang respon kita menghadapai pandemi Covid-19 agar tidak terhayut dalam kesedian ataupun penderitaan yang diakibatkan oleh pandemi ini. Dalam kakawin ini pula kita lebih diajarkan tentang lebih menjaga sikap batin kita dalm menghadapi situasi yang sulit dalam kasus ini yaitu Covid-19.yang sulit dalam kasus ini yaitu Covid-19.)
  • Dewi Dian Reich  + (Kala dan Penjaga Merefleksikan sifat WaktuKala dan Penjaga</br>Merefleksikan sifat Waktu dan hubungan kita dengan Bumi dan Roh melalui perjalanan konseptual.</br>Pameran kolaborasi karya Dewi Dian, ManButur Suantara, Nyoman Handi.</br></br>Kala dan Wali membuat konsep ide abstrak. Tema utama yang kami jelajahi di sini adalah Kala, Bumi, dan Roh. Di dalam dan dari diri mereka sendiri, sifat mereka. Selain melihat ketiga entitas ini secara terpisah, jalinan ketiganya bersama-sama dalam kolaborasi ini adalah untuk meminta Anda menjelajahi hubungan Anda dengan masing-masing elemen tersebut.</br></br>Kala, Bumi dan Roh</br>Kala dikenal memiliki banyak definisi. Di antaranya adalah waktu, kematian, seni pertunjukan, dan dewa-dewi tertentu dalam mitologi Hindu, Jawa, dan Bali. Namun, terlepas dari banyaknya cerita asal mula, ada benang merah yang menghubungkan bahwa Kala adalah semua manifestasi itu. Namun, dalam Kolaborasi ini, Kala adalah kanvas kami. Di sini Kala didefinisikan secara khusus melalui manifestasinya sebagai WAKTU. Dari ketiga karakter yang kami perkenalkan, Kala adalah yang tidak berwajah. Dia tidak direpresentasikan sebagai potret, atau dalam lukisan. Namun, dia hadir di dalamnya dan dengan cara yang signifikan. Itu juga bagian dari tampilan dan penjelajahan kami tentang Waktu. Bagian dari refleksi di mana Sawidji mengajak Anda untuk merenung.</br></br>Bagaimana media seni yang berbeda memperkuat pesan..</br></br>Kala dialami melalui potret konseptual dari dua Penjaga yang mewakili Dunia Bumi kita dan Dunia Spiritual kita. Potret-potret Penjaga Bumi dan Arwah diciptakan melalui kombinasi instalasi dan fotografi Dewi Dian dan ManButur Suantara. Lukisan-lukisan Nyoman Handi menjawab pertanyaan dan renungan yang dilontarkan oleh para potret Wali.</br></br>Kolaborasi, Lebih dari Sekedar Kata</br></br>Semua medium yang hadir dalam kolaborasi ini membawa kualitas yang sangat berbeda. Sawidji memimpin dengan fotografi. Namun, karya fotografi sebenarnya adalah mitra karya instalasi. Potongan instalasi yang kami buat bersama sebagai sebuah tim. Pembuatan kostum dan instalasi studio bersama sebagai satu tim benar-benar menjadi inti dari setiap kolaborasi kami. Benih sebuah ide mungkin tunggal, tetapi saat ia bertunas dan tumbuh, semua elemen yang berkontribusi adalah yang memungkinkannya tumbuh dan berkembang. Sama halnya dengan Sawidji Collaborations.</br></br>Para seniman yang berkumpul menyepakati pesan tersebut. Kami merasakan hal yang sama tentang pesan itu. Itu beresonansi dalam diri kita masing-masing. Dengan kepercayaan dan kesepakatan ini, kami bergerak bersama sepanjang hari dan menciptakan bersama, perwujudan terbaik dari konsep kami. Sebenarnya ada banyak kebebasan. Banyak ruang bagi setiap orang untuk secara spontan melakukan perubahan dan mencoba hal baru. Tidak ada jalan pintas untuk proses tersebut. Pekerjaan kami adalah hasil dari proses pertumbuhan dan pendewasaan untuk setiap konsep, dan ini dilakukan bersama.</br></br>Pameran Online tersedia untuk dilihat https://sawidji.com/2022/12/13/kala-and-the-guardians-a-timely-reflection/ala-and-the-guardians-a-timely-reflection/)
  • Muda Wijaya  + (Kalimah Lewat namamu ruang itKalimah</br></br>Lewat namamu</br> ruang itu telah lama kukenal</br>di atas sunyi mimpi</br>dalam diam yang gugup</br>kau temukan benih hayati</br>bersidekap hangat</br> merasuk tulang sumsum.</br></br>Aku datang sebagai anak yang sesat</br>mengalir di kedalaman mata kelopak</br> kering tak kenal kelahiran.</br></br>Di pinggir bibir matahari kemarau</br>sunyikan kemiskinan hati</br> yang rebah di pesarean.</br></br>Kejap wangi mimpi dari pedih diri</br>yang mengigau di hulu</br>sisa jalan untuk anak anakmu</br>untuk sesatku</br> punguti sari dari wajah saraswati.</br></br>Aku sesat lewat namamu</br>dari bingkai buku itu Tuhan tak pernah berpaling</br> pada rupa halamanmu.</br></br>Ini anak yang kau timbun dengan pohon kalam</br>dalam rindu berkalang, merebut</br> membenamkan jarak sepasang biji mata.</br></br>Begitu rupa kalimah lekat menjerat</br>jantung siasati gelagat jagat</br>menggugat nyawa;</br> ruhku ruhmu</br>mengajak membuka kabar</br> basahi sisa episode yang hilang.</br></br>– percintaan diniku, melepas sepasang iga</br> rebahkan ruang bersajak di tanah lapang</br></br>Di atas sunyi mimpi</br>tapak tanganmu menujum keningku</br>menghitung hitam rambutku yang bercabang</br> dapati genggam gelisah diami waktu usang.</br></br>Di belahan biji mata paling hitam</br>ciumi tapak punggungmu</br>waktu berbaring di pangkumu menunggu fajar</br>manis lidah ini tak habis mengkikis</br>mengirim pada Tuhan</br>menyebut namamu</br>senantiasa untuk kembali. menyebut namamu senantiasa untuk kembali.)
  • Ni Kadek Anggreni  + (Kamus trilingual Bahasa Bali, Indonesia dan Inggris.)
  • I Gusti Ayu Laksmiyani  + (Karya ini adalah persembahan dari 15 orang remaja yang tergabung dalam kelompok)
  • Drs. I Wayan Selat Wirata  + (Karya sastra Bali modern yang mengisahkan tentang seorang nenek yang menghidupi dirinya sendiri yang dikira memiliki ilmu gaib)
  • Drs. I Wayan Selat Wirata  + (Karya sastra geguritan yang menceritakan tentang cara bertani di sawah)
  • Drs. I Wayan Selat Wirata  + (Karya sastra Geguritan yang mengisahkan makna dan filosifi matatah)
  • Komang Ira Puspitaningsih  + (KAU BUKAN PERAWAN SUCI YANG TERSEDU : sarKAU BUKAN PERAWAN SUCI YANG TERSEDU</br></br>: saras</br></br> </br></br>Aku tak sedang menyulam</br></br>kenangan</br></br>Atau menyeberangkanmu</br></br>ke musim yang semi</br></br> </br></br>Tanamlah jarum sulamku</br></br>Menjadi semak berdaun duri</br></br>Sebelum bandul pendulum itu</br></br>Menjemputmu,</br></br>bayanganmu</br></br>Menjemput semua yang luput</br></br>dari matamu</br></br> </br></br>Aku tak sedang memintal tangismu</br></br>jadi nasib baik</br></br>Roda pemintal telah kuistirahatkan</br></br> </br></br>Kau bukan Saraswati</br></br>Yang menggugurkan helai-helai teratai</br></br>di tangan kirinya</br></br>Bukan juga perawan suci</br></br>yang tersedu</br></br> </br></br>Tuhan tak akan berkata di telingamu</br></br>Karena angsa-angsa pergi</br></br>Meninggalkan rebab, genitri, dan</br></br>keropak meragu, juga</br></br>tangkai teratai yang layu</br></br>Jogja, 2005ga tangkai teratai yang layu Jogja, 2005)
  • Ni Putu Tirka Widanti  + (Keanekaragaman bahasa lingkungan Green SchKeanekaragaman bahasa lingkungan Green School Bali perlu dikaji, khususnya khazanah green ekoleksikon karena mencerminkan upaya strategis untuk melestarikan kearifan lokal budaya Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari lingkungan pendidikan Green School Bali dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori gramatikal dari leksikon 'hijau' adalah nomina dan verba yang berupa kata dasar dan frasa. Sedangkan, konstruksi sintaksis 'hijau' di Green School Bali mengandung leksikon natural, contohnya seperti frase kata benda seperti 'bambu hitam', dan frase verba seperti bermain jegog 'memainkan jegog' sedangkan dimensi praksis sosial dari ekoleksikon hijau yaitu dimensi ideologis, dimensi sosiologis dan dimensi biologis. Penelitian ini juga secara unik berkontribusi melestarikan konsep kearifan lokal dalam aksi nyata dalam konteks pendidikan internasional di Bali. konteks pendidikan internasional di Bali.)
  • I Komang Alit Juliartha  + (Keinginan Yang dicari Sembunyi di sana Takut keluar Yang dihindari Tiba-tiba datang Memeluk diri Yang diinginkan Tidak berujung Tidak bersudut Yang ada Paksa memaksa menguasai Tidak benar)
  • Mario Blanco  + (Kelapa dan Jeruk)
  • Tjandra Hutama  + (Kesadaran akan pemaknaan hakekat Tri PramaKesadaran akan pemaknaan hakekat Tri Pramana dimana keberadaan manusia di dunia sesungguhnya memiliki tempat dan kedudukan yang sama. Walaupun dalam kelahiran ini terdapat keterbatasan dan perbedaan diantaranya, semua akan mengalami kematian dan melanjutkan kehidupan berikutnya sampai tercapainya moksa. Masing-masing individu tetap memiliki kelebihan dan kekurangan yang bisa saling mengisi keberlangsungan hidup saat ini.ng mengisi keberlangsungan hidup saat ini.)
  • Margaret Coldiron  + (Kesejajaran visual dan koreografi antara tKesejajaran visual dan koreografi antara topeng tradisional Jepang dan Bali sangat mencolok, dan, meskipun keterkaitan yang tepat antara topeng dari kedua budaya ini tidak dapat dibuktikan dengan data yang dapat diverifikasi secara historis, penjajaran genre serupa berguna untuk memahami tari topeng itu sendiri. Topeng yang dibahas adalah Shishi anjing/singa (Jepang) dan Barong (Bali), Hannya (Jepang) dan Rangda (Bali) yang mirip penyihir, dan orang tua suci Okina (Jepang) dan Sidha Karya (Bali). Pertautan yang mungkin dapat digolongkan sebagai difusi budaya dan perpaduan pola persepsi manusia. Namun, bahasa visual di mana karakter topeng ini diekspresikan dan mitologi yang menggambarkannya mungkin berasal dari model Tantra India.a mungkin berasal dari model Tantra India.)
  • Made Gde Subha Karma Resen  + (Ketiadaan aturan yang memberikan kepastianKetiadaan aturan yang memberikan kepastian terhadap isu-isu adat istiadat di Bali, seperti penyelesaian sengketa dan awig-awig di Bali, bentuk hubungan antara anggota warga serta aktivitas masyarakat, seluruhnya memerlukan kepastian hukum. Aktivitas usaha juga tergolong aktivitas yang memerlukan kepastian dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Artikel ini bertujuan untuk memahami posisi hukum dari bisnis yang telah beroperasi di masyarakat dan berkaitan erat dengan hukum adat Bali atau awig-awig. Dengan menganalisa hubungan legal antara Desa Pekraman dengan warga pendatang dan pebisnis luar, serta hak dan kewajiban para pebisnis pendatang ini. Dengan menggunakan berbagai studi yuridis, paper ini akan menjelaskan posisi legal dan konsekuensi yang dihadapi para pebisnis dalam menjalankan usahanya di sebuah wilayah desa pekraman. usahanya di sebuah wilayah desa pekraman.)
  • Putu Dyatmikawati  + (Ketiadaan aturan yang memberikan kepastianKetiadaan aturan yang memberikan kepastian terhadap isu-isu adat istiadat di Bali, seperti penyelesaian sengketa dan awig-awig di Bali, bentuk hubungan antara anggota warga serta aktivitas masyarakat, seluruhnya memerlukan kepastian hukum. Aktivitas usaha juga tergolong aktivitas yang memerlukan kepastian dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan setempat. Artikel ini bertujuan untuk memahami posisi hukum dari bisnis yang telah beroperasi di masyarakat dan berkaitan erat dengan hukum adat Bali atau awig-awig. Dengan menganalisa hubungan legal antara Desa Pekraman dengan warga pendatang dan pebisnis luar, serta hak dan kewajiban para pebisnis pendatang ini. Dengan menggunakan berbagai studi yuridis, paper ini akan menjelaskan posisi legal dan konsekuensi yang dihadapi para pebisnis dalam menjalankan usahanya di sebuah wilayah desa pekraman. usahanya di sebuah wilayah desa pekraman.)
  • Ketut Widiyazid Soethama  + (Ketika Siang di Rumah Sakit Tiang-tiang Ketika Siang di Rumah Sakit</br></br></br>Tiang-tiang yang mengulum kata</br>Begitu perkasa menyimpan rahasia</br>Orang bergegas melalui lorong</br>Dikuasai pikirannya sendiri</br>Aku pun menanti lonceng berdentang</br></br>Segera kumulai keikhlasan</br>Kepada seorang yang memberi arti</br>Sambil menunggu maut</br>Waktu akan berhenti</br>Detik memotong urat nadi</br>Aku melihat matahari turun perlahan, diantar peri</br></br></br>Denpasar, Januari 1983han, diantar peri Denpasar, Januari 1983)
  • Luh Yesi Candrika, S.S.,M.Hum.  + (Kidung Amelad Prana sendiri berarti nyanyiKidung Amelad Prana sendiri berarti nyanyian yang menyayat hati. Kidung ini menceritakan bagaimana kesedihan saat ternyadinya virus covid-19. Tidak hanya kesedihan yang dimuat dalam kidung tersebut, namun ada juga cara-cara agar kita dapat bertahan dalam keadaan yang seperti saat itu.tahan dalam keadaan yang seperti saat itu.)
  • I Made Santika  + (Kidung Roga Mariana merupakan salah satu dKidung Roga Mariana merupakan salah satu dari 5 Kidung terbaik pada Acara Sastra Saraswati Sewana yang bertempat di Puri Kauhan Ubud. Kidung ini diciptakan oleh seorang sastrawan muda yang masih menempuh pendidikan akhir di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dengan mengambil Program Studi Sastra Bali. Beliau yang lahir pada 4 Januari tahun 2000 merupakan anak dari seorang sastrawan hebat yaitu Bapak I Made Degung dengan Ibu Ni Ketut Sutarmi. Begitu banyak prestasi yang pernah beliau raih, salah satunya telah menciptakan kidung pertama beliau dan menjadi salah satu kidung terbaik. Pada Kidung Roga Mariana ini menceritakan tentang menghilangkan sebuah bencana atau penyakit yang ada. Dimana kata "Roga" memiliki arti penyakit atau bencana, kata "Mari" memiliki arti menghilangkan, dan kata "Ana" memiliki arti ada.langkan, dan kata "Ana" memiliki arti ada.)
  • I Wayan Phala Suwara S.Pd.H.,M.Pd  + (Kidung widya usadha terdapat pupuh demung,Kidung widya usadha terdapat pupuh demung, berisi pengawak bawak dan pengawak panjang, pengawit bawak dan pengawit panjang. Kidung ini terinspirasi dari keadaan lingkungan kita di saat pandemi tersebarnya  virus corona. Kidung widya usadha  menceritakan kegelisahan manusia ditengah pandemi yang memohon  kepada sang pencipta agar bimbingan senantiasa sehingga godaan-godaan pandemi ini tidaklah sampai membuat manusia kehilangan akal sehatnya, tetap bisa optimis dan senantiasa  berkarya. Dimana pengetahuanlah yang harus diperkuat karena pengetahuan akan berkembang seiring zamannya salah satunya di saat pandemi.ng zamannya salah satunya di saat pandemi.)
  • Dewi Dian Reich  + (Koleksi foto bunga-bunga liar di persawahaKoleksi foto bunga-bunga liar di persawahan dan perbukitan Ubud.</br>Ini adalah wujud sebuah perjuangan yang halus nan sunyi. Bukit kami yang bermekaran dan persawahan yang membentang ke segala arah. Di sini, yang dicinta dan yang dinista bertahan hidup dan tumbuh. Mereka sama-sama berbunga.dup dan tumbuh. Mereka sama-sama berbunga.)
  • I Made Suartana  + (Kumpulan 19 cerita pendek (satwa bawak) kontemporer berbahasa Bali yang bercerita tentang isu-isu sosial dengan jujur, jenaka dan kontekstual.)
  • Nyoman Butur Suantara  + (Kumpulan gambar hitam putih oleh ManButur Kumpulan gambar hitam putih oleh ManButur yang didedikasikan untuk makna dan nilai Pohon. ManButur Suantara diwawancarai Sawidji Gallery untuk artikel 'I Hear You Tree'. Bagian dari beberapa diskusi tentang kekuatan dan kontribusi Pohon dalam kehidupan manusia. Seperti yang diawali perupa Made Budiarta dalam 'Peresmian Pohon.rupa Made Budiarta dalam 'Peresmian Pohon.)
  • Putu Fajar Arcana  + (kumpulan puisi, 2012)
  • Ni Luh Putu Wulan Dewi Saraswati  + (Kumpulan Puisi, 2017)
  • Dewi Dian Reich  + (Kursi MErah dan Ruang Putih adlah penyajiaKursi MErah dan Ruang Putih adlah penyajian mixed media dengan mengeksplorasi perubahan sosial dan budaya melalui narasi potret simbolik. Sebuah Kolaborasi Sawidji yang melihat perubahan sosial dan budaya saat ini melalui narasi potret simbolik. Dengan seni dan fotografi oleh D.D Reich dan ManButur Suantara. Dengan tambahan kostum dan dukungan instalasi oleh Juniari dan Meliani.</br></br>Kutipan:</br></br>Ini bukan cerita tentang laki-laki dan perempuan.. Kisah potret kita adalah salah satu dari kita semua. Setiap potret membawa kita melalui sebuah transformasi. Transformasi yang terhubung dan merepresentasikan realitas kolektif yang kita hadapi sebagai komunitas tradisional. Nikmati Narasi Daring dari pameran ini.</br>https://sawidji.com/2022/08/17/red-chair-and-the-white-room-a-collaboration/-chair-and-the-white-room-a-collaboration/)
  • Ni Wayan Eka Pranita Dewi  + (Lamunan Lapar Kubayangkan engkau, di mLamunan Lapar</br></br> </br></br>Kubayangkan engkau, di meja makan, menungguku pulang.</br></br>Sedang aku masih harus jauh berjalan, tertatih-tatih dan</br></br>meraba-raba di banyak tikungan: angin dan musim dingin</br></br>menghantamku ke tebing-tebing curam, gelap menghambur</br></br>ke arahku dari semua penjuru. Kulihat jauh di depanku,</br></br>rumah-rumah berjendela terang. Perapian terkembang.</br></br>Tapi jauh, jauh sekali.</br></br> </br></br>Aku kini tiada bisa bermimpi, aku kini tiada berani lagi.</br></br>Sebab masih tercium sampai di sini abu dan ludah bacin:</br></br>kaldu kebencian yang melumuri kotaku. Sebab aku</br></br>si papa ini, yang bekerja berhari-hari, selalu melihat langkah</br></br>tegap serdadu kemiskinan menderap ke arahku.</br></br>Aku tiada bisa merekahkan musim bunga dan</br></br>menegakkan seribu istana.</br></br> </br></br>Ingin kulihat matamu, mata yang menaburkan seribu</br></br>matahari. Namun juga mata yang bisa jadi teduh, menjemput</br></br>sunyi yang teramat jauh, sunyi yang bengal dan gemar</br></br>bertualang, agar pulang ke celah telinga: rumah bagi</br></br>semua suara.</br></br> </br></br> </br></br>Tapi masih kurasakan gigil petualangan ketika aku tunduk kepada</br></br>panggilan-panggilan untuk kembali ke depanmu, ke sebuah meja</br></br>makan, ke sebuah santap malam yang kausiapkan, sementara</br></br>aku masih di tebing curam ini. Padaku cuma ada bekal</br></br>ingatan, catatan yang belum genap kutuliskan tentang</br></br>tikungan-tikungan dan jarak panjang sampai jauh rambu</br></br>terakhir perhentian!</br></br> </br></br>O, betapa aku ingin pulang, ibu!</br></br> </br></br>Angin dan musim dingin lewat, mendarat, dengan bau daging</br></br>panggang yang kubayangkan kausiapkan di meja makan.yang kubayangkan kausiapkan di meja makan.)
  • Ida Bagus Gede Wirawibawa  + (Land Consolidation (LC), merupakan solusi Land Consolidation (LC), merupakan solusi pemerintah dalam pengadaan tanah untuk pembangunan. Selain itu, LC bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dengan menata kembali bidang-bidang tanah agar lebih tertata dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan, serta penguasaan lahan sesuai dengan rencana penggunaan lahan. Letak kawasan konsolidasi lahan di Desa Seminyak yang dekat dengan pusat pemerintahan, perekonomian dan pariwisata berimplikasi pada tata guna lahan di kawasan tersebut. Fenomena penggunaan lahan yang terjadi di kawasan ini cenderung mengabaikan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Jika kondisi ini dibiarkan, maka akan semakin banyak pelanggaran penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan ruang, sehingga menimbulkan konflik tata ruang dan kekacauan dalam penataan ruang wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan pada kawasan konsolidasi lahan di Desa Seminyak dan faktor dominan yang melatarbelakangi perubahan penggunaan lahan tersebut. Metode kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan, dan faktor-faktor dominan tersebut. Data primer diperoleh dari observasi, dokumentasi langsung, dan hasil wawancara dengan informan yang ditentukan secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan rencana tata ruang pada kawasan peruntukan pemukiman dan ruang terbuka hijau. Faktor dominan yang melatarbelakangi perubahan tata guna lahan adalah faktor penegakan hukum, kemudian faktor lingkungan, faktor ekonomi, dan faktor sosial budaya. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang agar tercipta pemanfaatan ruang yang aman, nyaman dan berkelanjutan.ruang yang aman, nyaman dan berkelanjutan.)
  • Putu Ayu Sani Utami  + (Lansia rentan terhadap hipertensi akibat aLansia rentan terhadap hipertensi akibat akumulasi gaya hidup tidak sehat dalam waktu yang lama dan dapat diperburuk oleh stres akibat ketidakmampuan beradaptasi dengan penurunan kondisi fisik, perubahan peran dan hubungan sosial, kemampuan ekonomi, penyakit degeneratif dan pengobatan dalam jangka panjang. Faktor risiko hipertensi dapat disebabkan oleh stres. Manajemen stres dapat dilakukan dengan kombinasi terapi seni kreatif yaitu menyanyi, menggambar, dan mendongeng yang memiliki efek relaksasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi seni kreatif terhadap tingkat stres dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Desa Kesiman Kertalangu Kota Denpasar Timur, Bali, Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pre-tes dan pos-test. Sampel yang digunakan adalah 63 lansia penderita hipertensi yang mengalami stres ringan dan sedang dengan teknik sampling acak sederhana yang dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan dengan jumlah masing-masing kelompok 21 lansia. Tingkat stres hipertensi dievaluasi menggunakan The Stress Assessment Questionnaire dan pengukuran tekanan darah menggunakan manometer. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa terapi seni kreatif dapat menurunkan stres lansia secara signifikan dengan p value 0,000<0,05. Rata-rata tekanan darah pada terapi seni kreatif mengalami penurunan d. Hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai p nilai tekanan darah (sistole;diastole) untuk menyanyi (0,002;0,014), mendongeng (0,009;0,008) dan menggambar (0,016;0,011) < 0,05 yang artinya ada pengaruh terapi tersebut terhadap lansia tekanan darah. Hasil analisis Ancova menunjukkan tidak ada perbedaan hasil tekanan darah setelah setiap intervensi diberikan pada lansia (p value 0,244>0,05 untuk sistol dan p value 0,738>0,05 untuk diastol). Itu berarti bahwa setiap intervensi memiliki efek yang sama pada penurunan tekanan darah. Terapi seni kreatif memberikan efek relaksasi saat melakukan aktivitas seni sehingga perasaan menjadi tenang dan merangsang proses penyembuhan. Penelitian lebih lanjut dengan jumlah penduduk yang lebih besar perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat terapi seni kreatif untuk menurunkan stres dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.es dan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.)
  • Gde Hariwangsa  + (Lapangan Tiananmen Di sini, aku mendengaLapangan Tiananmen</br></br></br>Di sini, aku mendengar suara seruling</br>yang menyayat hati, dilapis keluh lapar </br>dari orang-orang terkapar.</br>Dan aku hanyut dalam keriuhan</br>gumam yang tak kupahami maknanya</br>namun, aku bisa merasakan rintih lirih</br>para kurcaci yang sembunyi di bilik jantungku.</br>Darahku mengalir deras</br>ketika terik matahari membakar aspal jalanan</br>tak bisa kubedakan derap sepatu lars</br>dan cerita tentang peradaban keindahan.</br>Aku hanya ingat seorang gadis kecil</br>menaruh seikat mawar putih di tengah jalan</br>mungkin bunga itu untuk kita</br>yang memahami bahwa kebenaran</br>bisa terbaca pada kematian</br>yang tertera di kelam awan</br>atau meredupnya pelangi senja hari</br></br></br>Beijing, 2012edupnya pelangi senja hari Beijing, 2012)
  • I Dewa Putu Berata  + (Legong Somia mengisahkan tentang sejarah sLegong Somia mengisahkan tentang sejarah spiritual mengenai keberadaan dari burung bangau atau kokokan di Desa Bedulu, Ubud. Dikisahkan bahwa pada tahun 60an ketika terjadi tragedi kemanusiaan di Indonesia, Desa Bedulu melakukan suatu upacara keagamaan agar jiwa-jiwa yang meninggal dalam tragedi yang terjadi di banyak desa di Bali termasuk di Bedulu bisa lebur dan menyatu dengan Sang Pencipta. Maka ketika upacara tersebut dilaksanakan, tiba-tiba hadir puluhan bahkan ratusan burung bangau yang sampai saat ini banyak menghuni pepohonan yang ada di Bedulu. Rakyat di sana percaya bahwa burung-burung tersebut merupakan perwujudan dari jiwa-jiwa yang kini telah tenang berkat diadakannya upacara 'nyomya' atau penyucian jiwa-jiwa yang diadakan di Desa Bedulu. Burung-burung ini juga dianggap pembawa berkah, sehingga keberadaannya sangat dilindungi di Desa Bedulu.adaannya sangat dilindungi di Desa Bedulu.)
  • Dewi Dian Reich  + (Lima seniman dari berbagai bidang seni yanLima seniman dari berbagai bidang seni yang aktif dalam Sawidji Artist Collective mengeksplorasi pertanyaan ‘apa yang menjadikan kita manusia?’ Ini adalah kolaborasi bertajuk “Manus, Perjalanan Sadar” yang dibuka pada 15 Desember 2023 dan akan dibuka untuk umum. hingga 3 Februari 2024. Pameran ini merupakan Kolaborasi Sawidji bekerja sama dengan Sudakara Art Space, Sanur, Bali, Indonesia.</br></br>Artis yang terlibat dalam kolaborasi Manus adalah Dibal Ranuh, Made Kaek, Nyoman Butur Suantara, Tjandra Hutama, dan Dian Dewi. Kelima seniman yang memiliki “warna” kuat, militan dan terbukti di bidangnya masing-masing bersatu dan larut dalam “Manus”.</br></br>Kolaborasi seni multidisiplin termasuk seni lukis, patung, fotografi, media digital, dan seni instalasi film.i, media digital, dan seni instalasi film.)
  • Putu Eka Guna Yasa  + (Mahakala adalah salah satu perwujudan DewaMahakala adalah salah satu perwujudan Dewa Siwa sebagai maha pemusnah. Dalam mitologi Hindu, Mahakala muncul dalam sosok yang ganas dan menakutkan. Dalam baligrafi ini, Mahakala ditunjukkan dalam bentuk Ong-kara sebagai pusat yang di dalamnya disebutkan dewata nawa sanga dan aksara suci. Dewata Nawa Sanga meliputi Dewa Iswara, Dewa Brahma, Dewa Mahadewa, Dewa Wisnu, Dewa Siwa, Dewa Mahadewa, Dewa Rudra, Dewa Sangkara, dan Dewa Sambu. Aksara suci meliputi Ong-kara adalah simbol suci Sang Hyang Widhi yang berwujudkan Dewa Siwa. Wijaksara Ang-kara sebagai aksara suci Dewa Wisnu. Selain Ong-kara dan Ang-kara juga terdapat wijaksara Bang sebagai aksara suci Dewa Brahma yang terletak pada arah selatan, wijaksara Mang aksara suci Dewa Rudra yang terletak pada arah barat daya, wijaksara Tang aksara suci Dewa Mahadewa yang terletak pada arah barat, dan wijaksara Śing aksara suci Dewa Sangkara yang terletak pada arah barat laut. Yang sangat menarik dalam baligrafi ini adalah ditambahkannya jam dinding dengan angka latin di dalamnya.</br></br>Jadi keterkaitan antara baligrafi mahakala dengan jam dinding: Mahakala adalah perwujudan Dewa Siwa sebagai dewa mahautama, sebagai penguasa waktu dan semua unsur yang ada di alam semesta (sakala dan niskala). ada di alam semesta (sakala dan niskala).)
  • I Gusti Gedé Djelantik Santha  + (MAJOGJAG (Djelantik Santha) Wayan SentanaMAJOGJAG</br>(Djelantik Santha)</br></br>Wayan Sentana pelan - pelan mendongkrakkan sepeda motornya di sebelah barat rumahnya, agar tidak didengar kedua orangtuanya yang sedang asyik mengobrol di serambi rumah sembari ngopi. “Om Swastyastu,” Wayan Sentana menyapa pelan dengan mengubah suara. “Om Swastyastu,” jawab ayahnya menoleh. “Eeh, kamu, Yan, Bapak kira siapa yang datang. Tumben mengucap salam? Biasanya langsung masuk,” jawab ayahnya dengan terkaget.ung masuk,” jawab ayahnya dengan terkaget.)
  • Putu Weddha Savitri  + (Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan seperti apa representasi multilingualisme di ruang publik di kawasan ini sebagai bagian dari kajian Liguistik Lanskap. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana struktur tulisan dan pola bahasa yang digunakan di ruang publik dalam kawasan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi untuk mengumpulkan data, kemudian data akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian </br>menunjukkan bahwa ada 13 bahasa yang digunakan pada ruang publik terutama pada penanda sarana pariwisata yang ada. Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling dominan, tulisan latin juga digunakan pada hampir semua penanda, dan </br>juga pola bahasa yang menggunakan 2 - 3 bahasa yang berbeda telah menunjukkan kawasan ini bisa dikatakan sebagai kawasan internasional.a dikatakan sebagai kawasan internasional.)
  • Luh Mira Puspita  + (Masalah gizi pada balita khususnya gizi kuMasalah gizi pada balita khususnya gizi kurang dan gizi berlebih masih sering dijumpai. Asupan bergizi merupakan salah satu faktor terpenting yang menjadi penentu status gizi anak. Menyediakan asupan yang bergizi bagi anak juga ditentukan oleh pengetahuan ibu. Oleh karena itu pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam memberikan gizi yang cukup baik bagi anaknya. Terkait hal tersebut, informasi kepada para ibu dapat disampaikan melalui pemberikan buklet sebagai media pendidikan kesehatan. Tujuan penelitan ini adalah untuk menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan para ibu dalam memberikan nutrisi pada anaknya. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimen dengan disain satu grup pre- dan pos-tes. Populasi dalam penelitian ini adalah para ibu yang memiliki anak balita dan berdomisili di wilayah kerja Puskemas Denpasar Timur I. Untuk menentukan lokasi (banjar) penelitan, digunakan model sampling acak. Sedangkan total sampling digunakan untuk merekrut ibu-ibu di lokasi terpilih. Uji Wilcoxon dilakukan karena data tidak berdistribusi normal (α = 0,05, CI = 95%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemberian nutrisi pada anaknya. Penyedia layanan kesehatan khususnya Puskesmas harus memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang gizi yang cukup terus menerus.ibu tentang gizi yang cukup terus menerus.)
  • I G W Murjana Yasa  + (Masalah utama pembangunan di negara berkemMasalah utama pembangunan di negara berkembang adalah tingginya ketimpangan antara pengangguran dan kemiskinan. Hal ini disebabkan karena keduanya saling terkait satu sama lain. Kemiskinan, pada banyak kasus, umumnya diawali dari rendahnya akses lapangan pekerjaan bagi penduduk usia produktif. Kompleksitas permasalahan kemiskinan ini kemudian mendorong komitmen bangsa-bangsa untuk mengurangi tingkat kemiskinan di dunia dengan disusunnya Tujuan Pembangunan Milenium. Untuk mendorong pembangunan, upaya pengentasan kemiskinan yang disebabkan oleh pengangguran harus melibatkan masyarakat. Pola partisipasi memungkinkan pendekatan yang lebih mengakar dan memacu komitmen antar anggota masyarakat untuk mengurangi angka kemiskinan. Kearifan lokal, seperti Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dimiliki oleh desa adat memiliki peran yang sangat strategis melalui peran sosialnya disamping untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Fungsi sosial LPD mencakup komitmen dan kebersamaan antara anggota dengan pengurus, serta antar para anggota.dengan pengurus, serta antar para anggota.)
  • Putu Dyatmikawati  + (Masyarakat Hindu di Bali masih mempertahanMasyarakat Hindu di Bali masih mempertahankan budaya patrilineal di dalam kehidupan sosial mereka. Terdapat perbedaan hak warisan antara laki-laki dan perempuan menurut budaya patrilineal. Perempuan tidak memperoleh hak waris dari orang tuanya. Isu kesetaraan, keadilan, hak untuk mendapatkan warisan dari orang tua, dan lain sebagainya telah mendorong budaya patrilineal menjadi lebih fleksibel dan memungkinkan perempuan untuk juga mendapat warisan berupa aset properti dari orang tuanya. Perkembangan ilmu pengetahuan, hukum, serta pengaruh paradigma baru yang muncul di masyarakat, menekan sistem yang telah kuno untuk beradaptasi dengan perkembangan masyarakat. Majelis Desa Pekraman Bali No. III Tahun 2010 telah mengambil inisiatif untuk memberikan perempuan hak untuk menerima warisan secara terbatas berupa kepemilikan bersama properti milik orang tua mereka. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti perkembangan awig-awig di Bali khususnya dalam mengatur hak waris perempuan Bali karena undang-undang menjamin setiap warga negara hak yang sama dihadapan hukum dan di masyarakat. Dengan menggunakan kajian yuridis, dilakukan analisa terhadap bagaimana hukum nasional dan awig-awig di Bali menempatkan perempuan dalam konteks hak waris yang berasal dari orang tua mereka. waris yang berasal dari orang tua mereka.)
  • I Wayan Gunayasa  + (Melasti adalah rangkaian upacara ketika akMelasti adalah rangkaian upacara ketika akan mengadakan upacara di pura keluarga atau pura desa, Melasti adalah penyucian atau pembersihan perangkat-perangkat yanga akan di upacarai di pura. Melasti biasanya di laksanakan di pantai tetapi dibeberapa tempat di Bali bisa juga di sungai atau danau. Masyarakat yang akan melaksanakan upacara di puranya akan dengan sukarela ikut berjalan kaki menuju tempat pemelastian.t berjalan kaki menuju tempat pemelastian.)
  • Putu Herry Hermawan Priantara  + (Memunjung, adalah sebuah bentuk penghormatMemunjung, adalah sebuah bentuk penghormatan dan rasa solidaritas dengan yang telah berpulang. Hal ini dijalankan oleh anggota keluarga dengan mengunjungi kerabat yang telah meninggal dunia di taman pemakaman. Tradisi memunjung telah dipraktikkan sejak periode Hindu-Budha dan berkembang dengan sangat baik di pulau Jawa dan Bali. Komunitas di Bali menerapkan kebiasaan ini pada hari-hari raya tertentu, seperti Galungan, Kuningan, dan Pagerwesi. Sementara itu, warga di Jawa menjalankan prosesi memunjung selama berlangsungnya hari raya Idul Fitri. Warga Hindu Bali umumnya menghaturkan tampelan punjung dan banten punjung kepada para arwah leluhur, keluarga, maupun kerabat yang dimakamkan di taman pemakaman. Pada hari khusus tertentu, pengunjung juga membawa makanan kesukaan untuk dinikmati “bersama” dengan kerabat yang telah dimakamkan. Pada masa sekarang ini, tradisi berziarah sudah jarang dilakukan oleh warga Bali, khususnya bagi mereka yang berdomisili di wilayah dengan aturan pemakaman yang cukup longgar. Beberapa berpendapat bahwa meningkatnya standar hidup warga Bali dan peningkatan teknologi berperan terhadap bergesernya pola pikir masyarakat mengenai prosesi pemakaman itu sendiri. Oleh karenanya, hanya tersisa beberapa wilayah saja yang masih menjalankan tradisi pemakaman bagi yang meninggal dunia.adisi pemakaman bagi yang meninggal dunia.)
  • Deniek G. Sukarya  + (Menampilkan kompilasi kreasi tabuh dan tarMenampilkan kompilasi kreasi tabuh dan tari seni Jegog khas Jembrana. Semua pesona Jembrana diiringi dengan tabuh/lagu berbeda kreasi Sanggar Seni Sukarya. Di bagian penutup menampilkan penggalan dari semua 7 tabuh dan tari dari Sanggar Seni Sukarya dengan iringan gambelan Jegog, musik bambu khas Jembrana.gambelan Jegog, musik bambu khas Jembrana.)
  • Mas Ruscitadewi  + (MENANAM BAGIAN 1 SETTING: Bertempat di ladMENANAM</br>BAGIAN 1 SETTING: Bertempat di ladang atau tegalan yang banyak ditanami tumbuh-tumbuhan, antara lain palawija, tanaman buah-buahan, tanaman yang batangnya merambat, dan sebagainya. Akan tetapi, ada satu undakan tanah yang tidak berisi tanam-tanaman dan berisi plastik yang banyak bertumpuk.</br>GEDE PURNAYA duduk di atas batu yang ada di samping plastik yang bertumpuk-tumpuk itu.samping plastik yang bertumpuk-tumpuk itu.)
  • Prof. Dr. I Wayan Dibia  + (Menceritakan tentang kerajaan yang memilikMenceritakan tentang kerajaan yang memiliki keturunan, yang mana keturunannya membawa sial bagi kerajaan tersebut karena di ramalkan akan membunuh ayahnya sendiri dan dan menikahi ibunya sendiri, hingga saat anaknya lahir anak tersebut dibuanglah ke hutan dan dibawa oleh pengasuhnya. Setelah sampainya di hutan pengasuh tersebut merasa kasihan kepada anak raja tersebut, lalu pengasuh mendengarkan ada seorang raja yang tidak memiliki keturunan sehingga anak itu diberikan ke raja tersebut. Beberapa tahun di rawat dan anak itu menjadi dewasa lalu menjadi raja di kerajaannya. Dari ramalan yang dialami raja tentang anaknya tersebut, terjadilah perang antara anak dan ayahnya tersebut lalu sang anak yang sudah dewasa itu membunuh ayahnya dan menikahi juga ibunyaa tanpa sepengetahuannya. Lalu setelah beberapa lama baru dia menyadari bahwa hal ini membuatnya merasa gagal menjadi seorang raja. Sehingga dia memprintahkan prajuritnya untuk membuangnya ke hutan lalu ia mencongkel matanya hingga dia mengalami penyiksaan agar dia merasa puas atas kesalahan yang selama ini ia buat.as atas kesalahan yang selama ini ia buat.)
  • Putu Eka Guna Yasa  + (Menerjemahkan merupakan salah satu puncak Menerjemahkan merupakan salah satu puncak keterampilan IGB Sugriwa yang kini semakin langka. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk membahas dua hal, yaitu: (1) menelusuri karya terjemahan yang dihasilkan oleh IGB Sugriwa; (2) model penerjemahan yang dikembangkan oleh IGB Sugriwa dalam Kakawin Rāmatantra. Untuk mencapai tujuan tersebut, artikel ini menggunakan metode penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Pada tahap penyediaan data, digunakan metode observasi dan wawancara untuk menemukan karya terjemahan IGB Sugriwa. Selanjutnya, terjemahan IGB Sugriwa diklasifikasikan menurut genre dan Kakawin Rāmatantra dianalisis untuk menemukan model terjemahan yang dikembangkan oleh IGB Sugriwa. Berdasarkan analisis tersebut, artikel ini menemukan bahwa IGB Sugriwa telah menerjemahkan 13 karya sastra. Karya-karya terjemahan termasuk dalam karya sastra seperti Kakawin Dharma Shunya (1954), Kakawin Sutasoma (1956), Bharata Yuddha (1958), Kakawin Ramayana (1960), Kakawin Arjuna Wiwaha (1961) dan Kakawin Rāmatantra(t.t). Sedangkan karya terjemahan yang termasuk dalam pidato tersebut adalah Sang Hyang Kamahayanikan (1957) dan Sarasamuccaya (1967). Sementara IGB Sugriwa juga cukup produktif menerjemahkan teks-teks yang berkaitan dengan historiografi tradisional Bali lintas marga seperti Babad Pasek (1957), Babad Blahbatuh (1958), Dwijendra Tattwa (1967), Babad Pasek Kayu Selem (tt), dan Prasasti Pande. (tt). Model penerjemahan yang dikembangkan oleh IGB Sugriwa dalam Kakawin Rāmatantrais dirumuskan menjadi empat tahap, yaitu (1) kosabasa (kosa kata); (2) kretabasa (tata bahasa), (3) bhasita paribhasa (gaya bahasa); dan bhasita mandala (konteks budaya).sa); dan bhasita mandala (konteks budaya).)
  • Dewi Dian Reich  + (Mengenal Topeng Keramat Bali, melalui persMengenal Topeng Keramat Bali, melalui perspektif para seniman yang kehidupannya terjalin erat. Karakter 'Topeng Keras' dan Pembuat Topeng' dan penari mengalaminya.. kutipan dari artikel..</br> </br>Topeng Keras adalah salah satu dari 5 karakter yang ditampilkan dalam Tarian Upacara Topeng Babad (merujuk Topeng Babad Hari Ini). Di antaranya adalah Topeng Ratu (Topeng Raja), Topeng Tua (Topeng Tua), Topeng Sidakarya (Topeng Sidakarya), Topeng Bondres (Topeng Rakyat Biasa) Kadek menjelaskan bahwa menurut aturan pembuatan topeng di Bali, topeng yang pertama adalah Topeng Keras Topeng Keras adalah 'Patih' (Menteri Raja) Kata Patih atau Pepatih adalah gelar bupati yang secara tradisional digunakan di antara pemerintahan Austronesia di kepulauan Asia Tenggara. Pertama-tama, ini menunjukkan kepala menteri kerajaan atau kabupaten tradisional. Kata ini berasal dari kata Sanskerta Patih yang berarti pemelihara, penguasa atau pemandu."erarti pemelihara, penguasa atau pemandu.")
  • Dewi Dian Reich  + (Menggali apa yang ada di dalam karakter 'TMenggali apa yang ada di dalam karakter 'Topeng Keras'. Salah satu Topeng sakral yang muncul di Topeng Babad. Salah satu Ritual Tari Topeng tertua dan paling sakral di Bali. Serangkaian potret yang mengeksplorasi karakter yang bergema dalam Topeng Keras, tarian dan penari. Dan hubungan antara ketiganya.dan penari. Dan hubungan antara ketiganya.)
  • Kadek Sudiasa  + (Menggali apa yang ada di dalam karakter 'TMenggali apa yang ada di dalam karakter 'Topeng Keras'. Salah satu Topeng sakral yang muncul di Topeng Babad. Salah satu Ritual Tari Topeng tertua dan paling sakral di Bali. Sebuah bab dalam seri The Living Masks of Bali.</br></br>Topeng Keras adalah salah satu dari 5 karakter yang muncul dalam Tarian Upacara Topeng Babad (lihat ‘Topeng Babad Hari Ini’). Di antaranya adalah Topeng Ratu (Topeng Raja), Topeng Tua (Topeng Tua), Topeng Sidakarya (Topeng Sidakarya), Topeng Bondres (Topeng Rakyat Biasa). Kadek menjelaskan, sesuai aturan pembuatan topeng di Bali, topeng yang pertama adalah Topeng Keras. Topeng Keras adalah 'Patih' (Menteri Raja) Kata Patih atau Pepatih adalah gelar bupati yang secara tradisional digunakan di kalangan masyarakat Austronesia di kepulauan Asia Tenggara. Pertama-tama, itu menunjukkan menteri utama kerajaan atau kabupaten tradisional. Kata tersebut berasal dari kata Sansekerta Patih yang berarti pemelihara, penguasa atau pembimbing.arti pemelihara, penguasa atau pembimbing.)