How to reduce plastic waste from religious ceremonies? Post your comments here or propose a question.

Metekrok

20220620T022325841Z062771.jpg
Holiday or Ceremony
Metekrok
Related books
    Related children's books
      Related folktales
        Related lontar
          Related places
          Calendar
          Dictionary words


          Add your comment
          BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

          Information about Holiday or Ceremony

          Metekrok
          Metekrok Tenganan Dauh Tukad.JPG

          Where did this ceremony take place:


          In English

          The Metekrok tradition is held once a year, namely every Sasih kelima (fifth month) according to the calendar system in the Tenganan Dauh Tukad Traditional Village, Tenganan Village, Manggis District, Karangasem Regency. The Metekrok tradition is one of a series of Usaba Sambah ceremonies where a procession is held around a row of tree branches hanging with various fruits (known as Tatuwon) and planted in front of Pura Agung, Bale Banjar Kaja and Kelod at 14.00 WITA. This row of trees is then surrounded by Sekaa Teruna, Kerama Banjar Kaja and Kelod in traditional clothes for three turns. First, the Sekaa Teruna procession surrounds the rows of trees in Bale Agung Temple, then at Banjar Kelod and finally at Banjar Kaja. After this procession is complete, Sekaa Teruna will be invited to enter each Banjar to be given a treat in the form of a typical snack from the Tenganan Dauh Tukad Traditional Village, namely Palatangan which is made from rice flour, grated coconut and palm sugar wrapped in coconut leaves. Kerama Banjar Kaja surrounds the trees in Banjar Kaja, Pura Bale Agung and Banjar Kelod then are invited in by representatives from Sekaa Teruna and Banjar Kelod to treat the same snacks, and vice versa Kerama Banjar Kelod does the same round but is welcomed in Banjar Kaja. The trees hanging with fruit are usually picked by children and even adults who are waiting for them from the beginning of the procession. The composition of the Sekaa Teruna in the procession around the rows of trees is the first row of new Teruna members dressed in Arja dance-style clothes, followed by other Teruna members. The composition of Kerama Banjar Kaja and Kelod is the first line of Subak from Keliang Lingsir each Banjar followed by other members with the last line being Saye (a Banjar errand boy). The Metekrok procession is accompanied by the sound of gamelan gongs. As the closing ceremony, the Abwang Dance was performed by the wives of Keliang Lingsir in each Banjar accompanied by the Nyongnyong gamelan. In the afternoon, Sekaa Teruna and the Two Banjars held a dinner together known as the Megibung tradition in their respective places. The purpose of this Metekrok ceremony is as a tribute and gratitude to God for the abundant blessings of the produce that grows in the Tenganan Dauh Tukad Traditional Village which is very useful for life.

          In Balinese

          In Indonesian

          Tradisi Metekrok dilaksanakan setahun sekali yaitu setiap Sasih Kelima (bulan kelima) menurut sistem kalender di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

          Tradisi Metekrok adalah salah satu rangkaian upacara Usaba Sambah dimana dilangsungkan prosesi mengelilingi deretan cabang-cabang pohon yang digantungi beraneka ragam buah-buahan (dikenal dengan istilah Tatuwon) dan ditanam di depan Pura Agung, Bale Banjar Kaja dan Kelod pada pukul 14.00 wita. Deretan pepohonan ini kemudian dikelilingi oleh Sekaa Teruna, Kerama Banjar Kaja dan Kelod dalam balutan busana adat sebanyak tiga kali putaran bergantian. Pertama prosesi Sekaa Teruna mengelilingi deretan pepohonan yang ada di Pura Bale Agung, lalu di Banjar Kelod dan terakhir di Banjar Kaja. Setelah prosesi ini selesai Sekaa Teruna, akan dipersilahkan masuk ke masing-masing Banjar untuk diberikan suguhan berupa jajan khas Desa Adat Tenganan Dauh Tukad yaitu Palagantung yang bahannya terbuat dari tepung beras, parutan kelapa dan gula aren dibungkus dengan daun kelapa. Kerama Banjar Kaja mengelilingi pepohonan di Banjar Kaja, Pura Bale Agung dan Banjar Kelod lalu dipersilahkan masuk oleh perwakilan dari Sekaa Teruna dan Banjar Kelod untuk suguhan jajan yang sama, begitu juga sebaliknya Kerama Banjar Kelod melakukan putaran yang sama tapi disambut di Banjar Kaja. Pepohonan yang digantungi buah-buahan biasanya dipetik berebutan oleh anak-anak bahkan dewasa yang dari awal prosesi menunggunya. Susunan Sekaa Teruna dalam prosesi mengelilingi deretan pepohonan adalah baris pertama anggota Teruna baru dengan balutan busana ala penari tarian Arja, diikuti oleh anggota Teruna lainnya. Susunan Kerama Banjar Kaja dan Kelod adalah baris pertama Subak dari Keliang Lingsir masing-masing Banjar diikuti oleh anggota lainnya dengan baris terakhir yaitu Saye (seorang pesuruh Banjar). Prosesi Metekrok diiringi oleh suara gamelan gong. Sebagai penutup upacara, dilakukan Tarian Abwang yang ditarikan oleh para istri Keliang Lingsir di masing-maing Banjar diiringi gamelan Nyongnyong. Pada sore hari, Sekaa Teruna dan Kedua Banjar melakukan jamuan makan bersama yang dikenal dengan tradisi Megibung di tempat masing-masing.

          Tujuan upacara Metekrok ini adalah sebagai penghormatan dan rasa syukur terima kasih kepada Tuhan atas berkah melimpah hasil bumi yang tumbuh di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad yang sangat berguna bagi kehidupan.


          Buana Photography


          instagram.com/buana_photography

          <ul><li>Property "Holiday information text" (as page type) with input value "The Metekrok tradition is held once a year, namely every Sasih kelima (fifth month) according to the calendar system in the Tenganan Dauh Tukad Traditional Village, Tenganan Village, Manggis District, Karangasem Regency. The Metekrok tradition is one of a series of Usaba Sambah ceremonies where a procession is held around a row of tree branches hanging with various fruits (known as Tatuwon) and planted in front of Pura Agung, Bale Banjar Kaja and Kelod at 14.00 WITA. This row of trees is then surrounded by Sekaa Teruna, Kerama Banjar Kaja and Kelod in traditional clothes for three turns. First, the Sekaa Teruna procession surrounds the rows of trees in Bale Agung Temple, then at Banjar Kelod and finally at Banjar Kaja. After this procession is complete, Sekaa Teruna will be invited to enter each Banjar to be given a treat in the form of a typical snack from the Tenganan Dauh Tukad Traditional Village, namely Palatangan which is made from rice flour, grated coconut and palm sugar wrapped in coconut leaves. Kerama Banjar Kaja surrounds the trees in Banjar Kaja, Pura Bale Agung and Banjar Kelod then are invited in by representatives from Sekaa Teruna and Banjar Kelod to treat the same snacks, and vice versa Kerama Banjar Kelod does the same round but is welcomed in Banjar Kaja. The trees hanging with fruit are usually picked by children and even adults who are waiting for them from the beginning of the procession. The composition of the Sekaa Teruna in the procession around the rows of trees is the first row of new Teruna members dressed in Arja dance-style clothes, followed by other Teruna members. The composition of Kerama Banjar Kaja and Kelod is the first line of Subak from Keliang Lingsir each Banjar followed by other members with the last line being Saye (a Banjar errand boy). The Metekrok procession is accompanied by the sound of gamelan gongs. As the closing ceremony, the Abwang Dance was performed by the wives of Keliang Lingsir in each Banjar accompanied by the Nyongnyong gamelan. In the afternoon, Sekaa Teruna and the Two Banjars held a dinner together known as the Megibung tradition in their respective places. The purpose of this Metekrok ceremony is as a tribute and gratitude to God for the abundant blessings of the produce that grows in the Tenganan Dauh Tukad Traditional Village which is very useful for life." contains invalid characters or is incomplete and therefore can cause unexpected results during a query or annotation process.</li> <!--br--><li>Property "Holiday information text id" (as page type) with input value "Tradisi Metekrok dilaksanakan setahun sekali yaitu setiap Sasih Kelima (bulan kelima) menurut sistem kalender di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.Tradisi Metekrok adalah salah satu rangkaian upacara Usaba Sambah dimana dilangsungkan prosesi mengelilingi deretan cabang-cabang pohon yang digantungi beraneka ragam buah-buahan (dikenal dengan istilah Tatuwon) dan ditanam di depan Pura Agung, Bale Banjar Kaja dan Kelod pada pukul 14.00 wita.Deretan pepohonan ini kemudian dikelilingi oleh Sekaa Teruna, Kerama Banjar Kaja dan Kelod dalam balutan busana adat sebanyak tiga kali putaran bergantian. Pertama prosesi Sekaa Teruna mengelilingi deretan pepohonan yang ada di Pura Bale Agung, lalu di Banjar Kelod dan terakhir di Banjar Kaja.Setelah prosesi ini selesai Sekaa Teruna, akan dipersilahkan masuk ke masing-masing Banjar untuk diberikan suguhan berupa jajan khas Desa Adat Tenganan Dauh Tukad yaitu Palagantung yang bahannya terbuat dari tepung beras, parutan kelapa dan gula aren dibungkus dengan daun kelapa. Kerama Banjar Kaja mengelilingi pepohonan di Banjar Kaja, Pura Bale Agung dan Banjar Kelod lalu dipersilahkan masuk oleh perwakilan dari Sekaa Teruna dan Banjar Kelod untuk suguhan jajan yang sama, begitu juga sebaliknya Kerama Banjar Kelod melakukan putaran yang sama tapi disambut di Banjar Kaja.Pepohonan yang digantungi buah-buahan biasanya dipetik berebutan oleh anak-anak bahkan dewasa yang dari awal prosesi menunggunya.Susunan Sekaa Teruna dalam prosesi mengelilingi deretan pepohonan adalah baris pertama anggota Teruna baru dengan balutan busana ala penari tarian Arja, diikuti oleh anggota Teruna lainnya.Susunan Kerama Banjar Kaja dan Kelod adalah baris pertama Subak dari Keliang Lingsir masing-masing Banjar diikuti oleh anggota lainnya dengan baris terakhir yaitu Saye (seorang pesuruh Banjar).Prosesi Metekrok diiringi oleh suara gamelan gong.Sebagai penutup upacara, dilakukan Tarian Abwang yang ditarikan oleh para istri Keliang Lingsir di masing-maing Banjar diiringi gamelan Nyongnyong.Pada sore hari, Sekaa Teruna dan Kedua Banjar melakukan jamuan makan bersama yang dikenal dengan tradisi Megibung di tempat masing-masing.Tujuan upacara Metekrok ini adalah sebagai penghormatan dan rasa syukur terima kasih kepada Tuhan atas berkah melimpah hasil bumi yang tumbuh di Desa Adat Tenganan Dauh Tukad yang sangat berguna bagi kehidupan." contains invalid characters or is incomplete and therefore can cause unexpected results during a query or annotation process.</li></ul>