Pikobet luu lan kresikan pelemahan Bali
- Title
- Pikobet luu lan kresikan pelemahan Bali
- Affiliation
- SMA Negeri 1 Tejakula
- Regency/City
- -
- Author(s)
- Category
- High School
- Year
- Photo Credit/Source
- Video Credit/Source
- School/Org (if applicable)
- Location
In English
It is very interesting that apart from the plastic waste that is still strewn about in Bali, there is also a lot of rubbish left over from prayers, which when I was in Bali, the Balinese rama people were in activities to welcome Galungan and Kuningan. For Balinese krama people, this may be a common thing, because after the ceremony there is usually a cleaning carried out by staff from the local government.
However, it is important to remember that many tourists, both foreign and domestic, are still not used to seeing our habit of 'dirtying' tourist attractions after performing prayers and traditional ceremonies. Unlike in Indonesia, abroad there are no special officers who clean streets and public places. It would be nice if we kept the environment clean without having to depend on street cleaners.
Overcoming the problem of waste and environmental cleanliness can be done by getting us into the habit of cleaning the surrounding home environment. Don't be embarrassed to invite our friends together to clean tourist areas in Bali. The cleaner Bali is, the more our confidence will increase in promoting Bali as the best tourist destination in the world, which of course can improve the economy of the Balinese people.
Apart from that, the Balinese people must be able to reduce the amount of rubbish that is scattered around starting from individuals, whether in the form of plastic waste, the environment, or waste from prayers.
Reducing the amount of waste scattered around does not mean limiting our work that produces waste. Real steps we can take are to always throw away rubbish in the right place, not pollute the temple area by getting used to throwing away the canang and incense left over from our prayers in the rubbish bin, and getting used to picking up rubbish that is in front of us. If necessary, don't hesitate to create a charity activity with your middle school, high school and college friends to work together to clean up tourist attractions in Bali.
There is a very good example that we can emulate from the island of Okinawa - Japan, which in fact is a tourist spot whose conditions are similar to Bali. A small example is getting us into the habit of shopping using shopping bags that can be used repeatedly, in this way we will reduce the amount of plastic waste in Bali.Think about it carefully, if we don't have Balinese culture, who else wants to maintain cleanliness and care about the waste problem in Bali?
In Balinese
luu lan pikobet kresikan ring Bali sampun sai dadi pikobet utama pare wisatawan ring pulau Dewata iraga.
In Indonesian
Sangat menarik bahwa selain sampah plastik yang masih banyak berserakan di Bali, banyak juga sampah yang terdapat-sampah sisa hasil persembahyangan, yang saat saya berada di Bali para krama Bali sedang dalam kegiatan menyambut Galungan dan Kuningan. Bagi para krama Bali, hal ini mungkin merupakan hal yang lumrah, karena selesai upacara biasanya akan diadakan pembersihan oleh staf-staf dari pemerintah daerah.
Namun perlu diingat bahwa para wisatawan baik asing maupun domestik masih banyak yang belum terbiasa melihat kebiasaan kita dalam 'mengotori' tempat-tempat wisata sehabis melakukan upacara persembahyangan dan upacara adat. Berbeda dengan di Indonesia, di luar negeri tidak ada petugas khusus yang membersihkan jalan-jalan dan tempat umum. Alangkah baiknya apabila kita tetap menjaga kebersihan lingkungan tanpa harus bergantung kepada para petugas pembersih jalan.
Penanggulangan masalah sampah dan kebersihan lingkungan bisa dilakukan dengan cara membiasakan kita untuk membersihkan lingkungan rumah sekitar. Jangan malu untuk mengajak teman-teman kita bersama-sama membersihkan area wisata di Bali. Semakin bersih Bali, kepercayaan diri kita akan semakin meningkat untuk mempromosikan Bali sebagai tempat wisata terbaik di dunia yang tentu saja hal ini dapat meningkatkan perekonomian rakyat Bali.
Selain itu, masyarakat Bali harus bisa menekan jumlah sampah yang berserakan mulai dari individu, baik berupa sampah plastik, lingkungan, maupun sampah hasil persembahyangan.
Mengurangi jumlah sampah yang berserakan bukan berarti membatasi kerja kita yang menghasilkan sampah. Langkah nyata yang bisa kita lakukan adalah dengan selalu membuang sampah pada tempatnya, tidak mengotori area pura dengan membiasakan diri membuang canang dan dupa sisa persembahyangan kita di tempat sampah, dan membiasakan diri memungut sampah yang ada di depan kita. Jika perlu, jangan ragu-ragu untuk membuat kegiatan amal bersama teman-teman SMP, SMU, dan teman perkuliahan kita untuk melakukan gotong-royong membersihkan tempat-tempat wisata di Bali.
Ada contoh yang sangat baik yang dapat kita tiru dari pulau Okinawa – Jepang yang notabene merupakan tempat wisata yang kondisinya mirip dengan Bali. Contoh kecil tersebut adalah membiasakan kita berbelanja menggunakan kantong belanja yang bisa dipakai berulang kali, dengan demikian kita akan mengurangi jumlah sampah plastik di Bali.
Coba pikir baik-baik, jika bukan kita sebagai krama Bali, siapa lagi yang mau menjaga kebersihan dan peduli masalah sampah di Bali?
Enable comment auto-refresher