How to reduce waste at school canteen? Post your comments here or propose a question.

Prasasti Bebetin A1

Bebetin Inscription BAsabali Wiki.jpg
Title of Work
Prasasti Bebetin A1
Type
⧼IdentificationMap-Prasasti⧽
Photo Reference
Bali Express
Location
Bebetin
Credit
Goris
Reference
Roelof Goris, Prasasti Bali jilid I, (Bandung: 1954), hal. 13
Background information
  • Roelof Goris, Prasasti Bali jilid I, (Bandung: 1954), hal. 13


Add your comment
BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

Summary


In English

The Bebetin inscription dates from 896 AD and was found in Bebetin Village, Sawan District, Buleleng. This inscription contains the existence of a banua area (one of the administrative levels above hanak banua) called Banua Bharu or Bharu Village. This inscription also mentions boat builders around the coast of north Bali during the ancient pre-Majapahit era.

This inscription also mentions robbers who attacked Bharu Village so that the king had to take action. It also mentions the construction of the Hyang Api shrine and the export-import regulations as well as regulations for traders from outside the island.

The Bebetin inscription, along with other inscriptions found in northern Bali, proves that the north Bali coast was a very busy port in ancient Bali. Not only were they crowded with traders, the ports were also spotted by robbers and pirates.

In another part of the inscription, it is mentioned about sekaa or art groups and several terms related to artists, including pamukul (gamelan musician), pagending (traditional singer), pabunying (angklung drummer), papadaha (drummer), parbhangsi (large flute player), partapukan (mask dancer) and parbwayang (puppeteer).

In Balinese

In Indonesian

Prasasti Bebetin berangka tahun 896 Masehi dan ditemukan di Desa Bebetin, Kecamatan Sawan, Buleleng. Prasasti ini berisi tentang keberadaan sebuah daerah banua (salah satu tingkatan administrasi di atas anak banua) yang bernama Banua Bharu atau Desa Bharu. Prasasti ini juga menyebutkan tentang tukang pembuat perahu di sekitar pantai Bali utara pada masa Bali kuno pra-Majapahit.

Prasasti ini menyebutkan juga tentang perampok yang menyerang Desa Bharu sehingga raja harus mengambil tindakan. Disebutkan juga tentang pembangunan tempat pemujaan Hyang Api dan tata aturan dalam ekspor-impor serta peraturan bagi pedagang dari luar pulau.

Prasasti Bebetin, bersama prasasti-prasasti lain yang ditemukan di Bali utara membuktikan bahwa pantai Bali utara adalah pelabuhan yang sangat ramai pada masa Bali kuno. Tidak hanya ramai oleh pedagang, pelabuhan-pelabuhan itu juga diintai oleh perampok dan bajak laut.

Di bagian lain prasasti ini disebutkan tentang sekaa atau perkumpulan seni dan menyebut beberapa istilah yang terkait dengan seniman antara lain pamukul (penabuh gambelan), pagending (penyanyi tradisional), pabunying (penabuh angklung), papadaha (penabuh kendang), parbhangsi (peniup suling besar), partapukan (penari topeng) dan parbwayang (dalang).

Text Excerpt


Bahasa Kawi/Kuno

anada tua banyaga turun ditu, paniken (baca: paneken) di hyangapi, parunggahna, ana mati ya tua banyaga, perduan drbyana prakara, ana cakcak lancangna kajadyan papagerrangen kuta...

In English

If there is a merchant anchors (descends) there, their offerings must be offered to Hyang Api temple, (if) there is a death (among) the merchant, all his belongings should be divided in half, (if) the boat is damaged, it can be used as a fence to strengthen the fort ...

In Balinese

In Indonesian

Jika ada saudagar berlabuh (turun) di sana, barang-barang persembahannya supaya dihaturkan kepada kuil Hyang Api, (jika) ada mati (di antara) saudagar itu, segala harta miliknya agar dibagi dua, (jika) perahunya rusak, supaya dijadikan pagar untuk memperkuat benteng…

Index