UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Property:WikithonRecordText id

From BASAbaliWiki
Showing 500 pages using this property.
J
Batang layangan ikan itu harus diikat lagi sedikit agar kencang.  +
sabung ayam itu bubar setelah didatangi polisi.  +
Dia menghadap ke istana.  +
Tusuk ikan/daging itu (dengan tali) dan gantung agar tidak kotor.  +
Dia menonton orang menabuh di balai gong.  +
Susah payah saya mencari uang.  +
Kupas mangga itu hingga bersih.  +
Om Swastiastu. Nama saya I Kadek Yoga Pratama. Saya bersekolah di SMK Pariwisata Trisakti Tampak Siring. Kegiatan saya sehari-hari hanya mengukir. Begitu.  +
Kerbau putih digunakan sebagai sarana upacara di pura.  +
Kata "liligundi" berisi suku kata yang banyaknya empat.  +
Pada saat ada pandemi virus Corona, Si Wayan tinggal di rumah agar terlindung.  +
Cerita Si Berit Kuning  +
Ibu membuat satai limau untuk persembahan di Pura.  +
Sampah itu berserakan di halaman.  +
Sebuah peribahasa yang artinya siapa yang membagi, dia yang mencari.  +
Mual saya mendengar omongannya.  +
Ini uangnya, Bu.  +
Kopi tanpa gula rasanya sangat pahit.  +
Pokok bahasannya adalah mengingatkan agar warga bisa diam sejenak di rumah masing-masing sampai wabah dunia menghilang.  +
Jung Adi, sudah dibalas lagi SMS itu oleh ayah?  +
Aku tidak mau membuatkan kamu meja.  +
Ayah membeli kelapa mulung untuk obat.  +
Dia membawa gayung ke sungai.  +
Jangan menyakiti diri sendiri.  +
Sudah dua bulan sakitnya datang dan hilang silih berganti.  +
Tangan saya terluka terkena pisau.  +
setelah kencing ingat bersihakan agar tidak berbau pesing  +
Jarum itu dicari dengan teliti oleh Nyoman.  +
Di halaman gubuk, Anak Agung Alit disambut oleh anjing(nya) kakek Giyor  +
Beliau akan pergi ke pasar membeli guci.  +
Saya tidak punya uang.  +
Air lautnya surut.  +
Kesana kemari Nyoman mencari jarum itu.  +
Apa yang sedang dikerjakan itu?  +
Kebenaran itu digunakan sebagai pengantar hidup.  +
Kita hidup berdampingan, saling menjaga dan mengasihi.  +
Adik saya memelihara burung balam.  +
maknanya: orang yang lekas marah  +
Rambutnya tetap kejur walaupun sudah keramas.  +
Gigi geraham saya sakit karena sering makan permen.  +
Tidak apa, besok tingkatkan lagi.  +
Dari dulu ayah saya sangat senang bercocok tanam.  +
Dapurnya beratapkan bilah bambu.  +
Ayo cuci tangan dahulu sebelum makan.  +
Walaupun Sang Batur Taskara bertabiat jahat, Ida Empu Bajrasatwa tidaklah takut  +
Baju yang dipakai bagus sekali.  +
Sisakan nasinya untuk diberikan ke anjing.  +
Jangkrik apa yang membuat kebisingan di atas gunung?  +
Beliau sudah sakit-sakitan sejak kecil.  +
Upacara Besar di Pura Besakih mendatangkan Tiga golongan pendeta.  +
Ayu merajuk, ia tidak mau berpaling meskipun dipanggil oleh kekasihnya.  +
Saya suka makan talas kukus.  +
Ambil pekerjaan itu satu per satu.  +
kamu mengapa datang kemari?  +
Kutunya banyak menyebar di rambut sampai ke anak rambut  +
Saya jumpai di desanya, ia tidak menegur, saya pura-pura tidak dikenalnya.  +
Ketika masa krisis dulu, banyak orang yang merampas uang.  +
Memberi makan ternak (sapi ) disaat gunung agung meletus  +
Kakek sudah tidak bertenaga sekarang.  +
Jangan hanya mengikuti kebiasaan melakukan sesuatu dengan mengikuti begitu saja apa yang telah diperbuat oleh para pendahulu!  +
Jangan cemburu agar tidak bersedih hati.  +
Setiap hari uangnya dikumpulkan sedikit semi sedikit.  +
Jika ingin pergi ke sawah harus melintasi jembatan kecil yang terbuat dari bambu.  +
Jika lagi ikan di dapur dicuri, pukul dengan tongkat saja kucing itu.  +
Putu Adi hemat sekali menggunakan uang.  +
Telan dulu nasinya, baru berbicara!  +
Kita tidak boleh menginginkan apalagi sampai mencuri milik orang lain.  +
Dokter mengatakan dia sakit karena perutnya berisi cacing pita.  +
Gadis itu berwajah manis  +
“Wéé, Luh! Bangun, bangun.”  +
Made belajar membuat tempat sarana sesajian serta persembahan suci yang terbuat dari bambu berbentuk anyaman longgar segi empat bujur sangkar.  +
Dia meronta ketika tidak dibelikan mainan oleh ibunya.  +
Beliau tahu tentang segala jenis sajen.  +
Keluarkan isi botol itu.  +
Kakek dulu menjadi sekretaris desa.  +
Dia sudah bisa membuat ukiran ornamen yang mempunyai ciri-ciri batang merambat atau berbentuk pohon, mempunyai bunga yang berbentuk bundar diapit tiga helai daun, di sela-sela batangnya terdapat liking ata (pucuk tumbuhan menjalar).  +
I Durma memiliki dua pusar rambut.  +
Kalau sudah rampung, mari ke dapur dulu!  +
Sudah lama tidak berkumpul bersama teman-teman.  +
Matahari bergeser ke utara (bagi Bali Utara) atau ke selatan (bagi Bali Selatan).  +
Si Sari banyak sekali rambutnya berisi telur kutu  +
Sudah seharusnya beliau menjalani wanaprasta.  +
Anak : Apa itu, Pak?  +
Nenek saya membersihkan rumput di sawah karena baru selesai menanam padi.  +
Dia duduk sendiri di serambi rumahnya sambil memintal benang.  +
Luh Dewi menggosok Cendana yang di gunakan untuk mengobati luka, karena jatuh di halaman rumah  +
Bunganya sudah semakin banyak.  +
Kala itu hari Sabtu, Luh Ayu Manik pulang lebih awal. Pada hari-hari sebelumnya ia pulang sore karena sekolah SMP-nya saat ini juga mengikuti program full day school. Ia lalu duduk-duduk di lantai pos satpam sekolah. Tangannya terus mengutak-atik sembari memeriksa gawainya. Sesekali ia tertawa, kemudian cemberut lagi. Belum berselang lama ia berdiri lalu kembali duduk. Ibunya yang bermata pencaharian sebagai pedagang canang dan banten itu masih belum datang menjemputnya. Sesekali ia berpikir untuk membawa motor sendiri ke sekolah, tetapi sering tidak diizinkan ibunya yang terlalu sayang. Sesungguhnya di tasnya yang berwarna hitam itu berisi majalah remaja, ada pula buku-buku pameran lukisan yang dikunjunginya dua hari lalu bersama ibunya. Akan tetapi, ia malu mengambil buku itu. Lebih baik bermain gawai daripada membaca buku, seperti itu yang ada di benaknya. Toh juga masih banyak ilmu dan buku daring.  +
Biarlah sudah kerjakan dengan tidak beraturan dulu agar cepat selesai.  +
Guna: Berapa harga sapinya sekarang kalau sampai laku, Pak?  +
Banyak yang bisa dipelajari dalam cerita parwa.  +
Saya dan Nyoman memasang penyela atap.  +
Makna upacara Mapepada adalah supaya semua hewan yang digunakan dalam sarana upacara bisa suci dan semoga dalam reinkarnasi bisa menjadi yang lebih baik.  +
Malu bertanya, sesat di jalan.  +
Made takut karena melihat mata si Ketut melotot kemarin sore.  +
Kembangkan bahasa Bali sebagai bahasa ibu anda agar bisa lestari di masa kini.  +
Jangan membuang puntung rokok sembarangan.  +
Dia menceritakannya dengan jelas.  +
saya menaikan layangan kemarin pagi di lapangan  +
Pekerjaannya terhenti karena kekurangan uang.  +
Siapa yang melipatkan baju saya?  +
Ubi itu dilembekkan agar mudah diolah menjadi kue.  +
Pohon itu ditumbangkan agar tidak menghalangi jalan.  +
Makanan saya tidak pakai sambal.  +
Dia dicarikan pekerjaan oleh ayahnya.  +
Saya sangat suka dengan angka delapan.  +
Mata pencahariannya sangat sulit saat Covid-19.  +
Giginya putih bagaikan gading.  +
Pendek kata, dia berjualan dengan cara yang benar  +
Mr. Dolir minum-minum dengan teman-temannya.  +
Sudah seharusnya kita rajin belajar, terutama para pemuda yang akan menjadi generasi penerus.  +
Kotor sekali wajahnya.  +
Wah, lupa membawa cangkir. Bagaimana (caranya) sekarang (minum) kopi?  +
Ibi i meme kena tipu di peken buleleng  +
I Putu Suja berpura-pura menjelaskan dan mengajari temannya yang sudah pandai membaca aksara Bali. Sungguh seperti mengajari bebek berenang.  +
Lipatkan baju saya.  +
Hujan baangan ada di sasih kaulu.  +
Pemberitahuan Gubernur Bali mengenai tidak keluar rumah masing-masing pada saat Ngembak Geni sudah dilaksanakan oleh semua pihak di daerah Bali.  +
Setelah mengambil tas dan uang, lalu dia pergi ke kota.  +
orang-orang bekerja semakin giat.  +
Enam belas jam saya menunggu bus di sini.  +
Dia datang tidak membawa apa-apa.  +
Beliau melihat-lihat di halaman depan istana.  +
Karena kehujanan saya basah kuyup tiba di rumah.  +
Saya dan Iluh tidak boleh dipisahkan.  +
Tanah ini baru saja diratakan dengan papan hingga padat.  +
Kasur itu dijemur dan dipukulnya di bawah sinar matahari agar bersih.  +
Setiap hari raya saya membantu ibu mempersiapkan sesajen atau perlengkapan upacara.  +
Harapan saya supaya generasi muda Bali bisa mengembangkan bahasa, sastra dan aksara Bali.  +
Di sana lurus ke barat lagi, Bapak, terus lurus ke barat di sana. Sudah Pasar…e.. Ubud di sana.  +
Gung, bisa membuatkan saya ukiran seperti itu?  +
Semua orang takut kepadanya karena dia memiliki pengetahuan tentang Panca Sona.  +
Pakai pakaian itu sekarang!  +
Tamu disapa oleh panitia acara.  +
Dampingi dia pulang, Tu.  +
Saya membeli buah duku dua rangkaian.  +
Beliau membeli padi di sawah.  +
Hari senin murid-murid berangkat ke sekolah.  +
Guna: Klakat apa saja yang dibuat, Ibu?  +
Hanya itu yang bisa saya haturkan.  +
Penelitian ini bertujuan untuk memastikan manfaat aturan dari pemerintah mengenai protokol kesehatan Covid-19 agar masyarakat tidak berkerumun hingga berdesakan. Tidak kurang dari seratus sembilan responden dari berbagai pekerjaan, latar belakang, dan usia sudah menyampaikan pendapat.  +
Kita tidak boleh melawan orang tua.  +
Gending rare  +
Canang berwadah bokoran.  +
Saya melihat Made berjalan di jalan setapak di barat sungai itu.  +
Ayamku berbunyi dan mengais mencari makan di kuil.  +
Di sini saya setia menunggu kedatanganmu.  +
Buku itu belum dikembalikan karena ia belum selesai membaca.  +
Saya lahir ketika minggu Medangsia.  +
Ceritakan bagaimana kejadiannya bisa seperti itu!  +
Tambahkan sedikit gula.  +
Eka mengumpulkan uang dari sekarang untuk bekal hari raya Galungan.  +
Ayah mencari ikan di sungai menggunakan jala.  +
Lidahnya dijulurkan seperti leak.  +
Dek, belikan ibu minyak kelapa satu botol di pasar.  +
Luh Ayu membuat rujak utu.  +
Catnya berceceran di tanah. Catnya terpercik di dinding. Catnya terpercik di tubuh mereka.  +
Jangan mempergunakan air kotor untuk mencuci muka.  +
Wahyu Wirayuda  +
Dahulu, kerajaan-kerajaan di Bali memiliki sebuah peraturan bernama Hukum Tawan Karang (Taban Karang). Hukum tersebut merupakan dasar dari hak istimewa yang dimiliki raja-raja Bali untuk menyita kapal-kapal yang terdampar di wilayah mereka beserta muatannya.  +
Baju beliau dipakai oleh dia.  +
Jeg panas telingaku mendengar omongan tetangga  +
Dia memiliki tato di dada dan kaki.  +
Ayah mencari kelapa hijau ke kebun.  +
Jungkirkan wadah itu agar tidak kemasukan air.  +
Tempayan itu digunakan mewadahi sup ares.  +
Kotoran yang tepercik bersama dengan nyala api.  +
Hati-hati meletakkan HP, agar tidak hilang.  +
Dia tidur di bale bengong itu.  +
Gung Panji dibuatkan layangan oleh ayahnya.  +
Aku tidak punya uang sekarang  +
Gus Teja bikin suling dengan banyak jenis buah dan sayur.  +
Pada malam itu, Si Made melihat kuntilanak di kuburan.  +
Ibu memangku Putu di depan rumah.  +
Pementasan calonarang membuat takut.  +
Pada suatu pagi, Luh Ayu Manik terlihat sibuk mencari-cari sesuatu di dapur. Ibunya bertanya, “Mencari apa, Luh?” “Mencari plastik, Bu, untuk membungkus canang yang akan saya bawa ke sekolah,” jawabnya. “Nak, sokasi kecil saja pakai sebagai wadah, jangan memakai plastik,” begitu ibunya menasihati.  +
Sebuah kiasan yang bermakna mengusahakan diri atau berusaha sendiri.  +
Tiang bendera itu berisi katrol.  +
Seperti yang sudah lumrah diketahui.  +
Malu bertanya, sesat di jalan.  +
Made lan Wayan saling pukul menggunakan bantal di kamar.  +
Jangan mengaku pintar jika tidak mampu apa apa  +
Peserta acara ini akan memperoleh sertifikat dari panitia.  +
Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, suara motor terdengar masuk ke rumah. Cepat-cepat Men Budi menengok lewat jendela. Terlihat De Budi turun dari sepeda motor. dilanjutkan di sini: http://dictionary.basabali.org/Magerengan_-_Pendahulan  +
Perut saya terkena siku ketika bermain sepak bola.  +
Sudah lama beliau tidak berburu dengan senapan lagi.  +
Pecahkan dahulu, setelah itu barulah dicincang.  +
Dia mencari (dengan teliti) uang yang jatih.  +
Ia merasa sesak nafas kalau berada di tempat yang ramai.  +
Hari suci hari yang berciri. Hari apa ini, Ru? Hari baik hari cantik/baik.  +
Topinya dilemparkan ke atas.  +
Guna: Berapa Pak dapat gaji?  +
Ayo sekarang mulai membuat tugas.  +
Separuhnya akan disumbangkan ke panti asuhan, sisanya akan diserahkan ke fotografernya. Adi: Hhhhmm, begitu ya Kak, sekarang saya hendak sembahyang dulu ya.  +
Bukan itu kepunyaan saya.  +
Ada banyak sekali tawon kalisasuan di sana.  +
Lipat kain sarung itu jika sudah selesai dipakai!  +
Tekan-tekan kue itu hingga pipih.  +
Saya pohon nangka, kandungan zatnya dingin, getah putih, kulit batang saya sedang. Saya dapat digunakan sebagai obat mual. Ambil daun yang muda tiga lembar dicampur merica sebelas biji, ditempelkan pada bagian ulu hati.  +
Putu Kaler duduk di pangkuan ibunya.  +
Piring itu dilemparkan ke pekarangan.  +
Indonesia dijajah jepang selama tiga setengah tahun.  +
Miliknya tidak boleh dilihat.  +
114 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 1906, rakyat Bali di kerajaan Badung, yang sekarang berlokasi di tengah kota Denpasar ini berperang, mempertaruhkan jiwa dan raga melawan pasukan Belanda. Banyak orang yang gugur di peperangan. Sudah pasti, setelah perang itu Bali menjadi hening dan sunyi tanpa suara. Tetapi, apa sebenarnya penyebab perang tersebut?  +
Setiap hari raya, semua saudara-saudara saya sembahyang bersama-sama ke sana. Wah, Kakak, masih memiliki sejarah dan uraian ceritanya itu?  +
Jika membicarakan tentang puputan Badung, tidak bisa dipisahkan dengan figur I Gusti Ngurah Made Agung, sosok raja Badung kala itu. Beliau juga dikenal dengan nama Cokorda Denpasar atau Cokorda Mantuk Ring Rana ialah sosok yang memimpin peperangan, membela tanah Badung melawan pasukan Belanda. Beliau juga mengarang sejumlah karya sastra seperti Geguritan Loda, Niti Raja Sasana, Hredaya Sastra, Purwa Sanghara dan yang lainnya.  +
kadek ayu melobangi baju memakai dupa  +
Saya suka belajar bahasa Bali atau bahasa Inggris.  +
Penari itu sudah sering menarikan tari-tarian sakral di Merajan Tatak.  +
Lemari saya sudah lapuk.  +
Organisasi pemuda itu kumpul di balai desa.  +
Sini sini mari belajar membuat tipat galeng agar nanti di kemudian hari disayang oleh mertua  +
Guna: Bagaimana carannya membuat bubur beras, Bu?  +
Gending rare  +
Tempat tidur saya berisi kelambu.  +
Semoga wabah karena virus corona ini cepat hilang.  +
Ibu mencampur kacang dengan kelapa untuk membuat urab kacang.  +
Pukulkan kasur itu, Yan. Debu saja isinya.  +
Harga lukisan-lukisan itu berbeda-beda.  +
Taruh dulu cangkir-cangkir di meja untuk masing-masing orang.  +
Pohon kelapa di depan rumah saya tumbang.  +
Sudah makan?  +
Ketika hujan deras, saya tidak bisa pulang karena terhalang banjir.  +
Begini caranya membaca aksara Bali.  +
Penampakannya seperti perahu yang besar sekali.  +
Jangan makan nasi dari bakul, sendok dan taruhlah di piringmu dulu!  +
Memang begitu.  +
Cari-cari dengan teliti uangku di bawah!  +
Cara memukulnya kurang keras.  +
He held the fish and brought it to the lake.  +
Kakinya terkena sembilu hingga terluka.  +
Desa Kukuh Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan terkenal ke mancanegara karena keberadaan daya tarik wisata Alas Kedaton. Di Desa Kukuh juga banyak terdapat kerajinan ukir kayu. Kerajinan ini meluas pada tahun 1992. Kerajinan ini sudah menjadi industri. Banyak warga Kukuh, kecil dewasa tua remaja, membuat ukiran kayu. Kerajinan ini juga meluas ke rumah warga. Yang mengukir bukan hanya warga laki-laki. Warga perempuan banyak juga pandai mengukir kayu.  +
Di kuta panas sekali, seperti di dalam api saja diam  +
Ia memang sering mengejek saudaranya sendiri.  +
Ketika memancing di laut, saya mendapat ikan buduk.  +
Saya tidak lagi makan disini karena sudah kekenyangan.  +
Beliau membuat karya tulis yang membicarakan tentang Panca Resi.  +
Saya tadi melihat Wayan menjunjung kayu bakar.  +
Ketika saya ke rumahnya Wayan, saya hampir jatuh karena jalannya menurun.  +
Walaupun sudah mendatangkan pawang hujan, tetap saja hujannya deras.  +
Tapini (pembuat sesajen) membuat sesajen untuk besok.  +
Anak darinya agak sinting.  +
Dia kencing di pekarangan belakang rumah.  +
Saya membelikan bapak makanan.  +
Tidak pernah berhasil karena namanya telah tersohor jelek (misal dalam melamar pekerjaan).  +
Tumbuk dulu beras dan kelapa parutnya agar bisa digunakan untuk membuat jajan.  +
Saya membeli kelapa bojog di pasar Tegeh Kapal.  +
Sekarang ia ingin sekali menikah karena sudah berumur dua puluh tiga tahun.  +
Perbanyak mempelajari sastra (agama) agar semakin pintar.  +
Pelayan itu sering sekali berbohong  +
Ada koleksi lukisan.  +
Penari dan penabuh sudah di belakang panggung.  +
I Putu Suja berpura-pura menjelaskan dan mengajari temannya yang sudah pandai membaca aksara Bali. Sungguh seperti mengajari bebek berenang.  +
I always feel happy when on holiday to Buleleng.  +
Kayuku dipotong oleh bapak I Madéné  +
Asap kemenyan salah satu sarana upacara.  +
Dagu beliau lancip.  +
Guna: Sebelumnya pernah ambil kerja apa, Pak, lagi, selain mengukir? Beternak, begitu,..pernah juga, Pak?  +
Lahan itu diratakan olehnya sebelum dibuat menjadi kebun.  +
kewajiban sebagai seorang siswa harus rajin belajar dan menuruti nasihat guru.  +
Bacar mulut/suka bicara.  +
Guna: Ada beternak?  +
Ia pantas menjadi seorang penari karena pinggangnya yang ramping.  +
Banting tulang ia mencari kerja di kapal pesiar, jadi habisnya di arena sabung ayam, bakgaikan jala ikan yang rapat, namun anyaman keranjang ikannya jarang-jarang.  +
Perutnya panas, kompres dengan air.  +
Magibung di Pura Pasek Celagi, sebuah kegiatan bersantap yang menunjukkan kebersamaan dalam kehidupan masyarakat Bali. Ini adalah suatu kegiatan beberapa orang duduk bersama dan bersantap dari satu piring besar yang sama. Tradisi ini berasal dari Kabupaten Karangasem. Kata "Magibung" berasal dari kata dalam bahasa Bali "gibung" yang artinya "saling berbagi satu sama lain". Diduga Raja Anglurah Karangasem dari Kerajaan Karangasem yang memelopori "magibung". Diceritakan bahwa dalam ekspedis memperluas wilayahnya, raja dan pasukannya pergi berperang. Setelah memenangkan peperangan, raja bersama pasukannya menemukan tempat beristirahat dan makan. Raja menitahkan mereka semua untuk makan bersama dari satu daun yang sangat besar. Dalam perayaan tersebut, raja mengalami kebersamaan dengan pasukannya, kegiatan tersebut meruntuhkan perbedaan sosial di antara mereka.  +
Dia saya suruh ke sana.  +
Jangan terlalu gugup, santai saja.  +
Kasian dia berjalan pincang.  +
Sayur itu pedas karena terlalu banyak cabai.  +
Pikirkan sekali lagi, jangan tergesa-gesa.  +
“Wéé, Luh! Bangun, bangun.”  +
Saya malu datang ke sana.  +
Meja itu dimasukkannya ke kamar.  +
Karena sejak kecil dia tidak pernah dinasehati oleh orang tuanya, sekarang setelah dewasa dia telanjur menjadi biasa seperti itu.  +
Mengawan di angkasa.  +
Rujak bulung itu sangat enak disini kuah ikan.  +
Dia terkena hujan karena tidak membawa mantel.  +
Ibu dan Made menjolok bunga kenanga yang akan di jual di pasar.  +
Mata Luh Ayu Manik perlahan mengantuk, tidak terasa ia memejamkan mata dan tertidur dengan tangan melekap, menyangga kepalanya yang terkulai di atas meja. Perlahan tiba-tiba ada orang yang memanggil dari luar rumah. Akan tetapi, tidak terdengar oleh Luh Ayu Manik saking lelap tidurnya. Ibunya lalu mendatangi dan dilihatlah teman-temannya datang berkunjung.  +
Abdi beliau datang dari hutan.  +
Senang hatinya Pak Kocong mendapat undangan ke rumah Pak Gede Dana, karena Pak Gede Dana memang terkenal dengan kekayaannya. Akan tetapi, seperti burung pipit bermain ke pohon beringin; jadinya dapat berteduh tapi perutnya kosong. Sampai malam ia tidak mendapat air bening.  +
Saya punya hobi menulis dan membaca puisi cinta. Selesai.  +
Tanya dengan tegas agar jelas.  +
Ibu memasak sayur kangkung di dapur.  +
Kue itu manis dan kenyal.  +
Baru tiba di rumah, ia kemudian bergegas ke tempat tidur.  +
I Ketut Bungkling cocok dan setuju terhadap perkataan sang pendeta.  +
Penjaga keamanan desa itu memakai rompi.  +
Selama gunung agung meletus semoga pulau bali dan masyarakat terhindar dari mara bahaya.  +
Matahari terbit dari timur.  +
airnya diwadahi ember.  +
Beliau masih di dapur.  +
Beliau sungguh-sungguh tidak tahu tentang rencana anaknya yang ingin masuk ke Universitas Gajah Mada.  +
Angkut semua barang bawaannya.  +
I menggigil di kamarnya.  +
Beliau tidak hirau dengan saudara.  +
Dia manja karena dia anak tunggal.  +
Barangkali uangnya sudah habis, karenanya dia tidak berbelanja.  +
Gejala hipertensi, antara lain: mual, sakit kepala, sesak napas dan sakit pada ulu hati.  +
Luh Sari mengikat pinggangnya dengan selendang berwarna hijau.  +
Kakek bertambah menggigil di luar kamarnya.  +
Mengapa melindungi pencuri?  +
Ini namanya ketipluk.  +
karena ada penghalang jika akan menjatuhkan hukum positif  +
Seluruhnya bawa ke sana!  +
Upacara tersebut diselesaikan pada hari Jumat.  +
Desa Kukuh Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan terkenal ke mancanegara karena keberadaan daya tarik wisata Alas Kedaton. Di Desa Kukuh juga banyak terdapat kerajinan ukir kayu. Kerajinan ini meluas pada tahun 1992. Kerajinan ini sudah menjadi industri. Banyak warga Kukuh, kecil dewasa tua remaja, membuat ukiran kayu. Kerajinan ini juga meluas ke rumah warga. Yang mengukir bukan hanya warga laki-laki. Warga perempuan banyak juga pandai mengukir kayu.  +
Adik saya hanya mengangguk ketika disuruh diam di rumah.  +
Barangkali dia belum datang karena masih ada pekerjaan.  +
Minyak apa yang ibu pakai menggoreng telur? minyak kelapa?  +
Berjalan melintasi jembatan kecil.  +
Pekerjaan saya mengantarkan turis, sudah dua puluh lima (25) tahun.  +
walaupun agama kita berbeda, kita tidak boleh bermusuhan. Itu tandanya ita sudah malakukan kebajikan dengan kedamaian dan ketulusan.  +
Nenekmu menanak nasi di tungku tadi.  +
Sudah lama beliau tidak berkabar.  +
Warga desa membuat balai-balai darurat tempat sajen di pura.  +
Dia menanam mengkudu di kebun.  +
Dia mencium pipi saya.  +
Hidungnya gatal.  +
Dia menyembunyikan uangnya di bawah kasur.  +
Sebentar-sebentar ia menoleh jejeran rumput di pematang, seperti murid bberbaris menunggu perintah guru untuk masuk ke kelas belajar.  +
Kakakku menjadi sadeg di Pura Batu Bolong.  +
Baju ini kotor sekali, kasihan kalau Ibu yang nyuciin.  +
I Wayan melapor kepada gurunya.  +
Saya salah paham karena mendengar ujaran bermakna ganda.  +
Jika memberi sesuatu jangan menggunakan tangan kiri.  +
Saya tidak bisa memahami perubahan zaman seperti sekarang.  +
Saya membeli minyak tanah di warung  +
Dia ada minat dengan Nyoman.  +
Guna: Bagaimana carannya membuat bubur beras, Bu?  +
Ayo pergi makan nanti malam.  +
Padi itu dikais ayam.  +
Saya ingin belajar bahasa Bali.  +
Anaknya dicubit hingga menangis.  +
Kepalanya terlalu longgar, tapi ekornya tidak pas. [pepatah]  +
Berselang tujuh hari barulah uang itu boleh diambil.  +
Ketut:...desa kecil.  +
Di rumah sekeluarga sakit.  +
Sudah licin jalannya mesin itu.  +
Dia membuat tas menggunakan daun pisang yang sudah kering.  +
Apakah orang kecil menarik cacing? Jarum dan benang (teka-teki dalam bahasa Bali)  +
Saya sudah mengajukan lamaran ke sana.  +
Bapak kepala sekolah berpidato tentang budaya Bali  +
Ada yang bisa berbahasa Inggris?  +
Saya berjemur di bawah matahari tadi pagi.  +
Tolong ramu obat itu, akan Bapak minum nanti!  +
Kopi yang enak itu berbahan kotoran luwak.  +
Ia punya lima sepeda motor.  +
Dharma gita dinyanyikan pada saat ada upacara agama dan lomba dharma gita.  +
Ia tidak bisa datang karena dirumahnya sedang mengadakan upacara.  +
Ibu membeli ikan slungsung dan ikan jair di pasar tadi pagi.  +
Ia memakai hiasan di dadanya saat di pura kemarin.  +
Sekarang tidak boleh membakar sampah sembarangan.  +
Pecahkan (dengan jalan memukul-mukul) dulu kemirinya!  +
Saat hari Nyepi dunia terasa sangat sepi.  +
Jendela saya diukir sesuai ornamen olanda.  +
Makanannya sudah matang, mari makan dulu.  +
Lantainya dipel hingga bersih kinclong  +
Dia sudah lama tinggal di sana.  +
Coba menghadap ke barat daya dulu sebentar.  +
Lawar Bali.  +
Lemparkan mangga itu dari atas.  +
Putu mendampingi temannya pulang.  +
Tanggal 17 itu hari kemerdekaan Indonesia.  +
Ajaran Panca Yama Brata harus dilaksanakan dan dijadikan sebagai pedoman saat menjalankan kehidupan.  +
A: Ini namanya rambut kaku.  +
Ayah mengajari saya membuat ornamen yg berbentuk bunga bundar terdiri atas satu sari; empat buah patra punggel; tiga buah kuping guling.  +
Wahyu Wirayuda  +
Mulut itu tidak berhenti-henti mengecap-ngecap setiap ada makanan.  +
Kewajiban di dunia harus dilaksanakan agar kita semua mendapatkan keselamatan.  +
Gus, buatkan saya gambaran barong ya!  +
Musyawarah kemarin tidak lancar.  +
Dia membagi daging itu menjadi tiga.  +
Sejak pagi dia datang dan pergi berulang-ulang.  +
Mau pergi ke mana?  +
Kemarin malam saya tidak bisa tidur karena suara dengungan nyamuknya keras sekali  +
Dia ditakut-takuti oleh teman-temannya.  +
Menghaturkan banten sesaji berupa nasi bubur, telur ayam kampung yang telah direbus, dan sayur isen berisi daun kelor yang diberi garam dan sesari atau uang kepeng di sanggah kemulan.  +
Ayam itu tidur di atas bubungan atap.  +
Mau pergi ke mana?  +
Kurang ajar sekali orang itu!  +
Mama membuat jamu biar tidak terkena corona.  +
Hasil kerja saya disukai oleh bos.  +
Dia memang buta sebelah mata tetapi dia sangat rajin dan orang yang sangat tampan  +
Saya mendandani Luh Ayu ketika dia menikah.  +
Cabang pohon cempaka itu banyak yang patah.  +
Pedaskan makanan saya.  +
Mari bersama-sama instrospeksi diri.  +
I Putu membeli jajan wajik di pasar kemarin sore  +
Dayu Putu sekarang gemuk sekali.  +
Apakah yang jika pulang memakai baju hijau, jika keluar memakai baju kuning? Pisang dimatangkan (dengan cara disimpan disebuah wadah tertutup)!  +
Iya, kebetulan ada saudara dari Bali timur membawa ayam ke rumah di sini.  +
Jika aku tidak ada disini lagi, jangan lupa dengan saya  +
Om Swastyastu, Selamat hari raya Saraswati, saya disini membuat canang raka (persembahan sederhana) makanan berisi dari telur, aneka buah, kelapa parut kering, kue, bunga, dan dupa kukus arum.  +
Sudah begitu, ke kanan, ada pertigaan itu di utara barat..  +
Dia sudah bisa mengukir ornamen daun.  +
Dunia sekarang konon disebut zaman kali yuga (zaman kekacauan dan kehancuran).  +
Tiang rumahnya diisi penyangga (cabang) berukir.  +
Keluarkan (bayi) dengan paksa sekarang.  +
Saya bermain bola bersama teman saya di GOR Bhuana Patra.  +
Jika membicarakan tentang puputan Badung, tidak bisa dipisahkan dengan figur I Gusti Ngurah Made Agung, sosok raja Badung kala itu. Beliau juga dikenal dengan nama Cokorda Denpasar atau Cokorda Mantuk Ring Rana ialah sosok yang memimpin peperangan, membela tanah Badung melawan pasukan Belanda. Beliau juga mengarang sejumlah karya sastra seperti Geguritan Loda, Niti Raja Sasana, Hredaya Sastra, Purwa Sanghara dan yang lainnya.  +
Apa ada kamar kosong di sini?  +
Dia yang salah.  +
Ingatlah memberi sekat!  +
Dia dijemput dari rumahnya ke sekolah  +
Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun.  +
Tali itu digulung menggunakan kerek.  +
Perbanyak makan sayur yang mengandung vitamin A agar penglihatan tajam.  +
“Kuuk, sedang apa di sana?”, begitu Wayan berteriak dari jauh.  +
Setiap Hari Nyepi, rakyat Bali berdiam diri di rumahnya masing-masing.  +
Secara harfiah berarti “Ditarik/diseret induk babi betina”. Ini adalah sebuah ungkapan atau pepatah yang bermakna seorang pria yang tunduk kepada kemauan istrinya.  +
Pagi, setibanya di kantor, Putu Suryani disongsong oleh temannya Gung Trijana. Wajah Gung Trijana terlihat kuyu, sepertinya dia sedang menghadapi masalah. Putu Suryani menduga masalah pekerjaan yang membebani pikirannya. Di kantor sekarang sedang ada pemeriksaan anggaran dari kantor pusat. Jadinya, para karyawan di pos anggaran bekerja siang malam supaya dokumen yang diperiksa nanti tidak ada tanda kutip, begitu kata bosnya…  +
Sudah saya hitung kemarin, ada delapan jenis burung di rumah paman saya.  +
Saya hanya dapat sebanyak ini.  +
Beliau memiliki dua ekor anjing.  +
Baju yang berwarna merah itu tergantung di jemuran saya.  +
Istri saya berasal dari Gianyar.  +
Acara ini didukung oleh warga desa.  +
Pekerjaannya tidak pernah rapi.  +
Suaranya disamarkannya agar tidak banyak orang yang tahu.  +
Literally: Like catching fish in a "paso"; It is "aluh” or easy to do this, since it requires almost no equipment, and you don't have to look very far.  +
Jangan membuat surat untuk mengacau (surat kaleng).  +
Banaspati raja itu adalah patih di Pura Dalem yang bergelar I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan.  +
Si Madé mencampurkan madu dan susu katanya biar ia kuat.  +
Tolong rauti bambu itu.  +
Penelitian ini bertujuan untuk memastikan manfaat aturan dari pemerintah mengenai protokol kesehatan Covid-19 agar masyarakat tidak berkerumun hingga berdesakan. Tidak kurang dari seratus sembilan responden dari berbagai pekerjaan, latar belakang, dan usia sudah menyampaikan pendapat.  +
Setumpul-tumpulnya pisau, jika diasah, pasti akan menjadi tajam.  +
Sepeda milik saya dibandingkan dengan sepeda milik anaknya.  +
karena hamil, istri saya ngidam mangka yang masih ada carangnya  +
Di Desa Bungaya ada upacara agama yang menggunakan dangsil.  +
Caranya jika harga rokok naik  +
"Saya pohon kelapa kuning. Dapat digunkan obat penyucian segala macam kotoran secara spirit.  +
Lalu dia berjalan ke sana.  +
Walaupun berjarak jurang dan sungai, saya pasti akan ke rumah Iluh.  +
Kakek menanam pisang di kebun.  +
Ketika beristirahat, beliau diberikan nira manis yang diperoleh oleh warga banjar di tempat pendeta di hutan.  +
Saya melipat baju yang sudah kering.  +
Jika tidak kunjung diam akan saya pukul kakinya!  +
Lalita: "Kenapa, Mbo Tu?"  +
Raut bambu itu! Biar bisa dijadikan layangan.  +
Jarum itu dicari oleh I Madé (dengan teliti).  +
Guna: Kalau bangunan, bangunan apa saja yang pernah napi diambil, Pak? Yang berisi ukiran pasir.  +
maaf saya tidak bisa datang ke hari raya sekarang  +
Saya mau pergi ke kolam.  +
Terasi itu dibakarkan sebelum dijadikan sambel.  +
Pegang tangan saya, jangan sampai lepas.  +
Kamu kerja di mana?  +
Tidak perlu takut, anjing itu sudah jinak.  +
Mari kita makan dulu.  +
Kursi itu dipasangkan pasak agar kuat.  +
Tetaringan itu adalah hasil perbuatan saya  +
Banyak orang mengira Ibu belum memiliki cucu.  +
Tunggu dulu, saya masih berganti (pakaian).  +
I Made terkena rampok di terminal Banyuwangi.  +
Amit-amit agar saya tidak tertimpa bahaya seperti itu.  +
Esoknya, sesampainya di sekolah, Luh Ayu Manik langsung menuju ke ruang kelas. Saat itulah Ia berpapasan dengan gurunya, Pak Budiadnyana.  +
Banyak masyarakat Bali yang memanfaatkan lagu Bali untuk sarana mengutarakan perasannya  +
Ibu Sugih pura-pura memberikan pertolongan berupa beras pada Ibu Tiwas. Akan tetapi, sesudah Ibu Tiwas mau meminta, berasnya diminta (kembali) dengan harta benda yang harganya lebih tinggi dari beras. Sungguh, Ibu Sugih olas papa (menolong dengan niat jahat).  +
Beliau sekarang sudah memiliki tunangan.  +
Sayur ini dibeli di pasar.  +
Ia menjerit minta tolong saat itu. Semua orang di sana berlari mendekati.  +
Ibu memasukkan kue yang baru matang itu ke wadah kaleng.  +
Guna: Apa saja pekerjaannya sehari-hari, Pak?  +
Berapa sebungkus, Bu?  +
Anjing saya terkejut melihat bayangannya.  +
Sesudah laki-laki itu mendapatkan sesuka hatinya, seperti mengunyah tebu, perempuan yang jadi pacarnya itu kemudian diputusnya.  +
Saya memakai bahasa Bali ketika di sekolah.  +
Kemarin ada orang tua yang meramal adik saya.  +
Musang itu memakan buah di ladang.  +
Di sudut bale itu dia selalu melamun (merenung) memikirkan pacarnya sudah meninggalkannya menikah dengan selingkuhannya  +
Kemarin sore Wayan mencampur sayur dengan kacang sebagai lauk.  +
Guna: Bagaimana carannya membuat bubur beras, Bu?  +
Bagaimana kau, kok dia di rumah saja?  +
Ayah memedaskan masakan lawar itu, itu sebabnya saya tidak suda dengan lawarnya.  +
Monyet itu memanjat - manjat pohon mangga  +
Jika ada hujan angin, rumah saya pasti akan kena percikan air hujan.  +
Beliau bersabda di depan rakyatnya.  +
Pekerjaan ini makin lama makin mudah.  +
Nak, tolong ambilkan kendi yang ada di dalam  +
Saya berbahasa Bali pada saat saya gotong royong di banjar.  +
Saya bernama paku sayur. Daun sampai akar saya dingin, batang saya juga dingin. Jika ada sakit tidak mau makan,ambil daun saya yang muda-muda untuk jamu, dicampur kepiting sungai yang baru berganti kulit, bawang merah dibakar.  +
Cantiknya bila dilihat dari jauh.  +
Jika menaruh sesajen, ingat dekatkan ke dalam agar tidak jatuh sesajen itu.  +
Kuat sekali kayu itu.  +
Kakak memang anak laki-laki miskin yang hanya memiliki cinta sejati untuk adik.  +
Maling itu sulit ditangkap.  +
Beliau bernama Gung Anom.  +
Made memiliki sahabat karib yang bernama Ketut Garing.  +
Adik saya menarikan tarian penyambutan di balai desa.  +
De Rata, terguling jatuh dari motornya  +
Campur gula dan air hangat itu!  +
Ayah sebagai penunjang hidup keluarga.  +
Dia ramah menyapa tamu.  +
Beliau sudah haus.  +
Selamat pagi. Semoga apa yang akan dilaksanakan hari ini bisa berjalan dengan lancar.  +
Ayam itu terbang ke atas genting.  +
Selamat datang, Pak. Bagaimana perjalanan tadi?  +
Guna: Apa saja e..masalahnya kalau Pak menanam padi itu?  +
Diceritakan murid-murid mendapat libur karena hari suci Nyepi. Luh Ayu Manik dan teman-temannya senang karena libur, apalagi nanti bisa menonton pawai ogoh-ogoh saat Pangrupukan. Pagi itu, Luh Ayu Manik disuruh ibunya berbelanja ke pasar membeli bahan banten untuk membuat caru (banten kurban dalam upacara Hindu Bali) di rumahnya. Pasar itu tidak jauh, hanya terletak di samping banjar dekat rumahnya. Akan tetapi, agar ada teman mengobrol di jalan, ia mencari Putu Nita untuk diajaknya bersama-sama ke pasar. Luh Ayu Manik tidak lupa membawa tas kain untuk berbelanja. Ia ingat pesan Pak Budi bahwa plastik bisa menyebabkan alam tercemar. Sesampainya di depan rumah Putu Nita, Luh Ayu Manik lalu memanggil-manggil sambil tolah-toleh. “Putu Nita, aku Luh Ayu Manik. Ayo bareng-bareng ke pasar!” Begitu Luh Ayu Manik memanggil Putu Nita dari luar pagar rumahnya.  +