UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Description id" with value "Salah satu sudut Antugan Farm yang memiliki +/- 150 jenis tanaman termasuk tanaman upakara". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Rejang Sari  + (Tari rejang sari adalah tari bebali yang bTari rejang sari adalah tari bebali yang bisa dipentaskan ketika ada upacara keagamaan, maupun sebagai bentuk hiburan. Rejang ini termasuk ke dalam jenis tarian baru yang bisa ditarikan oleh remaja maupun perempuan dewasa. Ketika ditarikan oleh remaja, pakaian yang digunakan cenderung lebih bervariasi, dengan menggunakan bebed sebagai tutup dada dan gelungan rejang, sedangkan jika ditarikan oleh perempuab dewasa (biasanya oleh ibu-ibu), penari hanya menggunakan baju kebaya dan kamen seragam.menggunakan baju kebaya dan kamen seragam.)
  • Kenapa Legong JAPATWAN  + (Tari ‘Kenapa Legong’ Japatwan adalah karyaTari ‘Kenapa Legong’ Japatwan adalah karya koreografer perempuan Bali yang begitu luar biasa Ida Ayu Wayan Arya Satyani. Karya ini diciptakan sebagai wujud kekagumannya pada penciptaan tari legong, baik pada kerumitan tekniknya atau pada kelanggengan yang ditawarkan oleh tarian legong yang kekal. Karya tari Japatwan sekaligus menjadi jalan Dayu Ani untuk bertanya kembali pada proses penciptaan yang telah dilalui. Sekaligus jalan untuk merealisasikan impian tentang jelajah tubuh. Sejauh mana penjelajahan tubuh dapat dilakukan, bagaimana tubuh menghormati jiwa dan raganya, mengarungi keharuan atau menyikapi belenggu, mempertanyakan tradisi ataukah modern, tak menilai gender laki-laki ataukah perempuan, karena menari itu bukan tentang gender, tapi dia adalah jiwa. Jiwa yang tampil melalui tubuh, entah dia lelaki, perempuan, untuk membawakan karakter yang sebenarnya.</br></br>Japatwan terinspirasi dari geguritan teks Japatwan yang mengisahkan petualangan Gagak Turas dan Japatwan saat menyusul Ratnaningrat ke Siwa Loka, Japatwan pun menjabarkan hakekat sastra dalam kehidupan manusia. Pengetahuan (jnana) yang patut dibadankan agar senantiasa bertemu karma baik. Awal kisah perjalanan itu adalah rasa kehilangan Japatwan yang ditinggalkan oleh Ratnaningrat, istrinya tercinta "sakeng ngredani". Ratnaningrat adalah anugrah dari Dewa Indra yang rupanya diutus untuk menguji kepandaian Japatwan dalam melaksanakan kemampuan dan pengetahuannya mengenai “keluar masuknya jiwa dalam tubuh, jalan menuju kamoksan (pembebasan)”. </br></br>Dalam hitungan tujuh hari setelah masa sukacita pernikahan, Ratnaningrat kembali ke Indraloka, konon untuk ngayah ngelegong. Dalam lantunan gaguritan, dan nuansa musik kendang palegongan, semoga tarian sederhana ini mendapat setetes keindahan dari kemahaindahan kisahnya yang telah dituangkan oleh para sastrawan dalam naskah-naskah gaguritan.a sastrawan dalam naskah-naskah gaguritan.)
  • Kebyar Duduk  + (Tarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestrTarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestro tari I Ketut Mario pada tahun 1925, menjadi satu tarian repertoar Bali yang secara teknis paling menantang, gerakannya terinspirasi oleh alam dan menghubungkan penari dengan Bumi. Dijiwai dengan elemen kehalusan, ketepatan dan kekuatan yang luar biasa, tarian ini merupakan cerminan dari jalan kemanusiaan kita sendiri yang mencari keseimbangan antara maskulin / feminin; kekuatan / kelembutan; keberanian / kehati-hatian. Kemampuan penari solo untuk mencocokkan dan mengimbangi bahkan melebihi musik yang kuat dari gamelan lengkap adalah salah satu aspek yang paling menuntut dan mengesankan dari tarian ini. menuntut dan mengesankan dari tarian ini.)
  • Rejang Ngunda  + (Tarian Rejang Ngunda menjadi ritual wajib Tarian Rejang Ngunda menjadi ritual wajib dalam pelaksanaan odalan di Pura Puseh, Desa dan Bale Agung, di Desa Cempaga Buleleng. Makna dari tarian ini sebagai wujud syukur para warga desa yang diwakili berbagai keturunan dadia dari Desa Cempaga.</br></br>Pada akhir tarian para penari menjadi kerauhan (trance) dan menuju Bale Panjang, gerak tubuh lebih dinamis tanpa kontrol, dan satu penari mulai berpindah ke salah satu orang suci yang duduk di Bale Panjang seolah mereka mentransfer energi.</br></br>Tarian ini memberikan kesan mendalam pada siapa saja yang memperoleh kesempatan menyaksikan secara langsung.eh kesempatan menyaksikan secara langsung.)
  • Legong Kuntir  + (Tarian ini didasarkan pada kisah dua bersaTarian ini didasarkan pada kisah dua bersaudara, Raja – Subali dan Sugriwa, yang berubah menjadi kera. Sebelumnya Subali dan Sugriwa memiliki nama Arya Bang dan Arya Kuning serta seorang adik perempuan bernama Dewi Anjani. Suatu hari ayahnya memberikan gelang kepada masing-masing Arya Bang dan Arya Kuning serta cupu manik (sebuah cermin sakti yang bisa memperlihatkan masa lalu, masa kini dan masa depan) kepada Dewi Anjani. </br></br>Mereka hidup dalam damai hingga keduanya menginginkan cupu manik yang dimiliki oleh Dewi Anjani. Keduanya memperebutkan cupu manik, dan merampas dengan paksa. Melihat kejadian tersebut ayahnya menjadi sangat marah kepada kedua putranya dan melemparkan cupu manik hingga ke dasar kolam. Akhirnya kedua putra tersebut berebut untuk menyelam dan mencari cupu manik tersebut hingga ke dasar kolam namun akhirnya gagal. Tapi apa yang terjadi, setelah mereka berdua keluar dari dasar kolam wajah kedua putranya tersebut berubah menjadi kera.ua putranya tersebut berubah menjadi kera.)
  • Legong Jobog  + (Tarian ini didasarkan pada kisah dua bersaTarian ini didasarkan pada kisah dua bersaudara, Raja – Subali dan Sugriwa, yang berubah menjadi kera. Keduanya hidup dalam damai hingga keduanya menginginkan ilmu hitam yang dibawa oleh Dewi Anjani. Ayah Dewi Anjani melemparkan sihir ini ke sungai yang mengubah manusia menjadi kera. Subali dan Sugriwa tidak menyadarinya melompat ke sungai dan menjelma menjadi kera. Tidak saling mengenal, mereka berkelahi. Tidak ada saudara yang memenangkan pertarungan tetapi akhirnya mereka saling mengenali dan diliputi kesedihan.a saling mengenali dan diliputi kesedihan.)
  • Pendet Pemendak  + (Tarian ini sebagai sebuah simbol dari Pemendak (Menjemput) Ida Betara atau keyakinan yang bersemayam dalam wujud Pralingga agar berkenan turun ke bumi memberi anugerah kedamaian, kesehatan, dan kerahayuan melalui gerak, bunyi dan sastra.)
  • Panji Masutasoma  + (Tarian kontemporer Panji Masutasoma mengisTarian kontemporer Panji Masutasoma mengisahkan tentang kebhinekaan, Bhineka Tunggal Ika. Garapan ini mengandung unsur-unsur tari Panji Gambuh gaya Budakeling, kemudian juga unsur seni Rudat dan Burdah Saren Jawa serta teks Sutasoma sebagai narasinya. Garapan ini mencoba memadukan riwayat-riwayat lama yang telah dikenal, menjadi sebuah garapan baru.elah dikenal, menjadi sebuah garapan baru.)
  • Legong Markandeya Lango  + (Tarian yang diciptakan oleh salah satu koreografer muda asal Ubud Gede Agus Krisna Dwipayana atau lebih akrab disapa Gede Krisna mengisahkan tentang perjalanan spiritual dari Rsi Markandeya ke tanah Bali.)
  • Cerita Perjalanan Luh Ayu Manik Mas Pahlawan Putri Bali  + (Tiba-tiba angin berhembus kencang di kamarTiba-tiba angin berhembus kencang di kamar 21. Buku yang sedang dibaca Luh Ayu Manik dengan teman-temannya tiba-tiba bergetar dan terbang. Dari buku yang kotor, rusak, dan robek itu keluar raksasa-raksasa yang wajahnya seram. Semua hendak lari, tetapi hanya bisa diam tanpa bisa bergerak seperti patung. I Wayan dan I Made ingin berteriak keluar. Namun, bibir mereka terkatup tidak mampu bicara. bibir mereka terkatup tidak mampu bicara.)
  • Wayang Kulit Calonarang Lakon Dyah Ratna Cempaka Gadang  + (Wayang Calonarang juga sering disebut sebaWayang Calonarang juga sering disebut sebagai Wayang Leyak, adalah salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen. Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan lakon-lakon dari ceritera Calonarang. Sebagai suatu bentuk seni perwayangan yang dipentaskan sebagai seni hiburan, wayang Calonarang masih tetap berpegang pada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali (Wayang parwa).</br>Pagelaran wayang kulit Calon arang melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:</br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 18 orang penabuh</br>• 5gerong/sendor</br></br>Di antara lakon-lakon yang biasa dibawakan dalam pementasan wayang Calonarang ini adalah:</br>• Katundung Ratnamangali</br>• Bahula Duta</br>• Pangesengan Beringin</br>• legu gondong</br>• ratu gede mecaling</br>• ki balian batur</br>• kawisesan i basur</br>• ajian paksa bairawa (mpu barang)</br>• kautus rarung</br></br>Kekhasan pertunjukan wayang Calonarang terletak pada tarian sisiya-nya dengan teknik permainan ngalinting dan adegan ngundang-ngundang di mana sang dalang membeberkan atau menyebutkan nama-nama mereka yang mempraktikkan pangiwa. Hingga kini wayang Calonarang masih ada di beberapa Kabupaten di Bali walaupun popularitasnya masih di bawah wayang Parwa.opularitasnya masih di bawah wayang Parwa.)
  • Wayang Parwa  + (Wayang Parwa adalah Wayang kulit yang membWayang Parwa adalah Wayang kulit yang membawakan lakon - lakon yang bersumber dari wiracarita Mahabrata yang juga dikenal sebagai Astha Dasa Parwa. Wayang Parwa adalah Wayang Kulit yang paling populer dan terdapat di seluruh Bali. Wayang Parwa dipentaskan pada malam hari, dengan memakai kelir dan lampu blencong dan diiringi dengan Gamelan Gender Wayang.</br></br>Walaupun demikian, ada jenis Wayang Parwa yang waktu penyelenggaraannya tidak harus pada malam hari. Jenis itu adalah Wayang Upacara atau wayang sakral, yaitu Wayang Sapuh Leger dan Wayang Sudamala. Waktu penyelenggaraannya disesuaikan dengan waktu upacara keseluruhan.</br></br>Wayang Parwa dipentaskan dalam kaitannya dengan berbagai jenis upacara adat dan agama walaupun pertunjukannya sendiri berfungsi sebagai hiburan yang bersifat sekuler. Dalam pertunjukannya, dalang Wayang Parwa bisa saja mengambil lakon dari cerita Bharata Yudha atau bagian lain dari cerita Mahabharata. Oleh sebab itu jumlah lakon Wayang Parwa adalah paling banyak.</br></br>Di antara lakon-lakon yang umum dipakai, yang diambil dari kisah perang Bharatayudha adalah:</br>• Gugurnya Bisma</br>• Gugurnya Drona</br>• Gugurnya Abhimanyu / Abimanyu</br>• Gugurnya Karna</br>• Gugurnya Salya</br>• Gugurnya Jayadrata</br></br>Lakon - lakon terkenal sebelum Bharatayudha misalnya:</br>• Sayembara Dewi Amba</br>• Pendawa - Korawa Aguru</br>• Pendawa - Korawa Berjudi</br>• Sayembara Drupadi</br>• Lahirnya Gatotkaca</br>• Aswameda Yadnya</br>• Kresna Duta</br>• Matinya Supala</br>• Dan lain-lain.</br></br>Wayang Parwa biasanya didukung oleh sekitar 7 orang yang terdiri dari:</br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 4 orang penabuh gender wayang (yang memainkan sepasang pemade dan sepasang kantilan)</br>Durasi pementasannya lebih panjang daripada Wayang lemah yakni berkisar antara 3 sampai 4 jam.emah yakni berkisar antara 3 sampai 4 jam.)
  • Wayang Sapuh Leger  + (Wayang Sapuh Leger merupakan sebuah drama Wayang Sapuh Leger merupakan sebuah drama ritual dengan sarana pertunjukan wayang kulit yang bertujuan untuk membersihkan atau menyucikan diri seseorang akibat tercemar atau kotor secara rohani.</br></br>Di Bali hingga kini diyakini bahwa anak yang lahir pada wuku Wayang patutlah melakukan upacara lukatan atau pembersihan yang disebut sapuh leger. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari kejaran Kala dan tak ditimpa malapetaka.</br></br>Dikisahkan dua orang putra Bhatara Siwa atau Bhatara Guru memiliki otonan yang sama yaitu sama-sama lahir pada Wuku Wayang. Mereka berdua bernama Bhatara Kala dan Sang Hyang Rare Kumara. Jauh sebelum Rare Kumara lahir, Dewa Siwa pernah memberikan ijin kepada Bhatara Kala untuk menadah atau memangsa makhluk yang memiliki otonan sama dengannya.</br></br>Oleh karena adiknya sendiri memililiki otonan yang sama, Bhatara Kala meminta ijin kepada Dewa Siwa untuk memangsa Rare Kumara. Namun, Kala diminta menunggu agar adiknya tersebut besar. Karena Siwa takut putranya dimangsa, maka dikutuklah Rare Kumara sehingga tak pernah dewasa. </br></br>Setelah dirasanya adiknya sudah dewasa, Kala menemui Rare Kumara dan bermaksud memangsanya. Namun atas perintah Dewa Siwa, Rare Kumara diminta untuk berlari menuju ke Kerajaan Kertanegara.</br></br>Mengerahui adiknya lari, Kala mengejarnya. Ia mencium tapak kaki Rare Kumara dan mengikutinya dan dilihatlah sang adik berlari. Setelah bersembunyi di beberapa tempat yaitu rimbun bambu buluh, di balik kayu bakar, dan tungku perapian, Rare Kumara pun sampai di Kertanegara.</br></br>Kertanegara digempur oleh Bhatara Kala, dan Rare Kumara berlari hingga saat malam ia sampai di tempat pertunjukan wayang. Oleh dalang wayang, Rare Kumara diminta bersembunyi di resonator gamelan gender.</br></br>Saking laparnya, Kala datang ke tempat pertunjukan wayang dan memakan sesajinya. Melihat hal itu, dalang menegur Kala agar mengembalikan sesaji yang telah dimakannya. Karena terpojok, Kala pun berhutang pada dalang dan kepada dalang itu, ia berikan mantra magis. Mantra itu membuat dalang bisa membebaskan semua makhluk hidup dari kekotoran.</br></br>Dalang kemudian menghaturkan sesaji sebagai pengganti anak yang dilahirkan Tumpek Wayang, sehingga selamatlah Rare Kumara. Rare Kumara pun dibawa kembali ke kahyangan oleh Dewa Siwa.</br></br>Begitulah kisah ringkas yang melatarbelakangi dilaksanakannya Sapuh Leger pada anak yang lahir wuku Wayang. Kisah ini diambil dari Lontar Kidung Sapuh Leger.ni diambil dari Lontar Kidung Sapuh Leger.)
  • Wayang Wong  + (Wayang Wong adalah salah satu tari teater Wayang Wong adalah salah satu tari teater klasik Bali yang semua penarinya memakai topeng. Wayang Wong di Pura Taman Pule, desa Mas-Ubud, mementaskan lakon Ramayana dengan tokoh utama Rama dan sepasukan monyet bersiap merebut kembali istrinya Dewi Sita.</br></br>Pura Taman Pule adalah sebuah Pura di desa Mas, Ubud di Bali. Tari topeng ini unik dan hanya ditampilkan di Pura ini. Itu tidak dilakukan di luar wilayahnya. Seperangkat topeng tokoh-tokoh dari epos Ramayana dan Mahabharata disimpan di Pura. Tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti dari mana topeng ini berasal. Tidak ada catatan pasti tentang pemahat topeng atau bagaimana mereka bisa disimpan di Kuil. Informasi itu mungkin telah hilang akibat konflik atau perang dalam sejarah. ..</br></br>Keramat Wayang Wong Pura Taman Pule erat kaitannya dengan ritual upacara di Pura. Itu juga dianggap 'Pemuput Karya'. Tarian tersebut menandakan bahwa upacara yang dilakukan di Pura sudah selesai. Tarian serupa lainnya adalah Tari Topeng Sidakarya.rupa lainnya adalah Tari Topeng Sidakarya.)
  • Wayang Wong Tejakula  + (Wayang Wong di Desa Tejakula, Buleleng sudWayang Wong di Desa Tejakula, Buleleng sudah mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Wayang Wong adalah kesenian topeng kuno yang berasal dari abad pertengahan. Di Tejakula sendiri, pakem Wayang Wong memakai tokoh-tokoh Ramayana. Ada pula wayang wong jenis lain yang disebut Wayang Parwa.</br>Kesenian Wayang Wong di Desa Tejakula termasuk dalam kesenian sakral yang hanya dipentaskan pada waktu-waktu tertentu. Topeng-topeng Wayang Wong ini adalah topeng-topeng berusia lebih dari tiga abad yang semuanya berjumlah 175 topeng. Semua topeng itu disimpan di Pura Pamaksan, Tejakula.</br></br>Kapan pun ada piodalan di Pura Kahyangan Tiga, Pura Pamaksan, Pura Ratu Gede Sambangan dan Pura Dangka (beberapa pura kuno di Tejakula), tarian Topeng Wayang Wong ini akan dipentaskan. Para penari Wayang Wong dipilih secara turun-temurun berdasarkan garis keturunan.</br></br>Anda juga dapat menyaksikan pementasan Wayang Wong ini di luar hari-hari suci. Akan tetapi, topeng yang digunakan dalam pementasan ini adalah topeng duplikat, bukan topeng asli yang disucikan.</br></br>Pementasan Wayang Wong ini biasanya dilakukan pada hari raya Galungan atau pada hari piodalan pura setempat. Pada saat itu, warga perantau biasanya pulang kampung sehingga pementasan Wayang Wong yang sakral ini akan ditonton banyak orang. Karena Pementasan ini adalah gabungan dari kesenian Parwa dan Gambuh dari abad pertengahan, bahasa yang digunakan adalah bahasa Kawi dan Sanskerta.igunakan adalah bahasa Kawi dan Sanskerta.)
  • Wayang Arja  + (Wayang arja adalah sebuah wayang ciptaan bWayang arja adalah sebuah wayang ciptaan baru yang diciptakan pada tahun 1975 oleh dalang I Made Sidja dari desa Bona, atas dorongan almarhum I Ketut Rindha. Permunculan wayang ini banyak dirangsang oleh kondisi kehidupan Dramatari Arja yang ketika itu memprihatinkan, didesak oleh Drama Gong. Walaupun masih tetap mempertahankan pola pertunjukan wayang tradisional Bali, Wayang Arja menampilkan lakon-lakon yang bersumber pada cerita Panji (Malat).</br></br>Dalam Wayang Arja, peran utama yang memegang pokok cerita adalah tentang kerajaan-kerajaan yang terbagi dalam sisi "kanan" dan "kiri". Kerajaan-kerajaan yang terangkum dalam sekutu "kanan" antara lain adalah seperti Daha, Koripan, Singasari, dan Gegelang, sementara pihak "kiri"-nya adalah Lasem Metaum, Pajang Mataram, Cemara, dan Pajarakan.</br></br>Dalam wayang ini plot dramatik disusun hampir sama dengan yang terdapat di dalam Dramatari Arja. Oleh sebab itu pertunjukan Wayang Arja berkesan pagelaran Arja dalam bentuk Wayang Kulit. Pertunjukan Wayang Arja melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari:</br></br>• 1 orang dalang</br>• 2 orang pembantu dalang</br>• 9 orang penabuh Gamelan Gaguntangan yang berlaras pelog dan slendro.</br></br>Di antara lakon-lakon yang biasa ditampilkan antara lain adalah:</br></br>• Waringin Kencana</br>• Klimun Ilang Srepet Teka</br>• Pakang Raras</br>• Banda Kencana</br></br>Kekhasan pertunjukan Wayang Arja terasa pada seni suara vokalnya yang memakai tembang-tembang macapat yang biasa dipergunakan dalam pertunjukan Dramatari Arja. Juga, bentuk wayangnya menirukan tokoh-tokoh utama dalam Arja dengan segala atributnya. Wayang Arja kurang begitu populer di Bali, walaupun dalang yang biasa membawakan wayang ini terdapat hampir di seluruh Bali.ayang ini terdapat hampir di seluruh Bali.)
  • Wayang Beber "Joko Kembang Kuning"  + (Wayang beber adalah seni pertunjukan wayanWayang beber adalah seni pertunjukan wayang yang penyajiannya diwujudkan dalam bentangan kertas atau kain bergambar dengan stilisasi wayang (kulit) disertai narasi oleh seorang dalang. Pertunjukan wayang beber muncul dan berkembang di Jawa bagian Wengker (sekarang Ponorogo dan Pacitan) pada masa pra-Islam karena Ponorogo masa itu sudah dapat membuat Daluwang atau kertas Ponoragan, tetapi terus berlanjut hingga masa kerajaan-kerajaan Islam (seperti Kesultanan Mataram). Cerita yang ditampilkan diambil dari Mahabharata maupun Ramayana. Setelah Islam menjadi agama utama di Jawa, cerita-cerita Panji lebih banyak yang ditampilkan.erita Panji lebih banyak yang ditampilkan.)
  • Wayang Golek "Bahrata Yudha"  + (Wayang golek adalah wayang yang dibuat darWayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita</br>Wayang Golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang, yang berasal dari masyarakat Sunda. </br></br>Wayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita.</br> </br>Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.</br></br>Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.</br></br>Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material.</br></br>Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. diriingi dengan pertunjukan wayang golek.)
  • Wayang Golek "MahabharataːBahrata Yudha"  + (Wayang golek adalah wayang yang dibuat darWayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita</br>Wayang Golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang, yang berasal dari masyarakat Sunda. </br></br>Wayang golek adalah wayang yang dibuat dari kayu, dan berbentuk 3 dimensi. Nama golek berasal dari serapan bahasa Jawa, yaitu nggoleki. Maksudnya adalah diharapkan setelah menonton wayang, penonton bisa mencari (nggoleki) intisari atau inti dari cerita.</br> </br>Pertunjukan seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan hiburan dalam perhelatan tertentu.</br></br>Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden. Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.</br></br>Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material.</br></br>Hal demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan, pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang golek. diriingi dengan pertunjukan wayang golek.)
  • Wayang Lemah  + (Wayang lemah dibeberapa tempat juga disebuWayang lemah dibeberapa tempat juga disebut dengan Wayang Gedog. Wayang lemah dikatagorikan sebagai Wayang Wali yaitu kesenian sakral yang menyertai upacara keagamaan. Wayang lemah adalah salah satu dari tiga macam wayang yang disakralkan di Bali. Tiga wayang sakral tersebut adalah Wayang Sapu Leger, Wayang Suddhamala dan Wayang Lemah. </br></br>Wayang lemah dipentaskan tanpa mempergunakan layar atau kelir dan lampu blencong. Dalam memainkan wayangnya, dalang menyandarkan wayang-wayang pada seutas benang putih (benang tukelan) sepanjang sekitar satu sampai satu setengah meter yang direntang susun tiga dengan masing-masing berisi 11 uang kepeng atau pis bolong satakan (uang kepeng berjumlah 200 keping). Benang ini diikatkan pada batang kayu dapdap yang dipancangkan pada batang pisang (gedebong) di kedua sisi dalang. Gamelan pengiringnya adalah gender wayang yang berlaras slendro (lima nada).</br></br>Wayang lemah atau wayang gedog ini dapat dipentaskan pada siang, sore atau pada saat upacara keagamaan berlangsung. Pendukung pertunjukan wayang ini adalah yang paling kecil, 3 sampai 5 orang, yang terdri dari seorang dalang, dan satu atau dua pasang penabuh gender wayang. Sebagai kesenian upacara, pertunjukan wayang lemah biasanya mengambil tempat di sekitar tempat upacara dengan tidak mempergunakan panggung pementasan yang khusus.</br></br>Lakon yang dibawakan pada umumnya bersumber dari cerita Mahabharata yang disesuaikan dengan jenis dan tingkatan upacara yang diiringinya. Jika pertunjukan itu dilakukan pada upacara Dewa Yadnya, maka lakon cerita diambil dari kisah yang menceritakan upacara, misalnya Kunti Yadnya. Tapi bila pertunjukan dilangsungkan pada upacara Bhuta Yadnya, maka lakon ceritanya adalah Bima Dadi Caru, yaitu cerita ketika Bhima mengorbankan dirinya sebagai caru kepada Raksasa Baka.</br></br>Sedangkan jika pertunjukan berlangsung pada upacara Pitra Yadnya, maka lakon yang disajikan adalah Bima Swarga atau cerita lain yang mengisahkan perjalanan roh ke surga. Jika pertunjukan itu diadakan untuk Upacara Manusa Yadnya, maka lakon yang digunakan dalang adalah cerita yang mengisahkan perkawinan, misalnya perkawinan Arjuna-Subadra, atau perkawinan Abimanyu-Uttari.</br></br>Biasanya, pertunjukan wayang Lemah dimulai bersamaan dengan diawali pemujaan oleh Pandita (pemimpin upacara agama Hindu). Demikian pula akhir pertunjukan akan ditutup jika pandita sudah mengakhiri pemujaan. Durasi pementasan Wayang lemah pada umumnya singkat sekitar 1 sampai 2 jam.da umumnya singkat sekitar 1 sampai 2 jam.)
  • Wayang Wong Lakon Gathotkaca Winisuda  + (Wayang wong (berasal dari bahasa Jawa: waWayang wong (berasal dari bahasa Jawa: wayang wong, yang berarti 'wayang orang') adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang wong diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.</br></br>Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang wong ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.</br></br>Cerita-cerita yang diangkat dalam wayang wong berbasis pada duel epik cerita kolosal yaitu Mahabharata dan Ramayana. Hal yang menarik dari pertunjukan wayang wong ini adalah adanya tari kolosal atau individu per pemain di setiap jeda cerita. Selain itu wayang wong juga menampilkan tokoh punakawan sebagai pencair suasana yang merupakan penggambaran keadaan kawulo alit atau masyarakat secara umum dan abdi dalem.</br></br>Wayang Wong lakon Gathotkaca Winisuda menceritakan kisah Raden Gathotkaca dari lahir hingga diwisuda menjadi raja di kahyangan dengan nama Kacanegara.</br></br>Cerita bermula saat peristiwa lamaran Batari Wilutama oleh raja sakti mandraguna Prabu Pracona dari Kerajaan Gilingwesi di Kahyangan Jonggringsaloka. Hal ini menjadikan Batara Guru khawatir akan keadaan di Kahyangan. Batara Narada dan Batara Indra lantas diutus menemui Raden Wijasena untuk meminta bayinya. Jabang bayi akan dipersiapkan menjadi “jago” dewata untuk mengusir musuh.</br></br>Bayi laki-laki Raden Wijasena dengan Dewi Arimbi telah dibawa oleh Batara Narada dan Batara Indra. Namun ternyata, tali pusar sang bayi belum putus. Batara Guru kemudian mengeluarkan pusaka senjata Konta guna memotong tali pusar bayi Tetuka tersebut. Sebuah keajaiban terjadi, senjata Konta merasuk ke perut bayi. Jabang bayi lalu dimasukkan ke kawah Candradimuka, kemudian para dewa kahyangan juga diminta untuk memasukan senjata pusakanya ke dalam kawah. Keajaiban kembali terjadi, bayi tersebut muncul dari kawah dalam keadaan sehat dan gagah.</br></br>Batara Guru memerintahkan Batara Narada untuk membawa bocah Tetuka ke medan laga (repat kepanasan), menemui Sekipu yang menjadi utusan Prabu Pracona. Tak lama kemudian di repat kepanasan, Batara Narada bersama Tetuka menemui Sekipu, dengan berujar apabila Sekipu bisa mengalahkan Jabang Tetuka, maka Batari Wilutama dapat diboyong oleh Prabu Pracona. Alih-alih kalah, badan Tetuka justru semakin tinggi dan perkasa, hingga akhirnya Sekipu tewas di tangan Tetuka besar.</br></br>Di Gilingwesi, Prabu Pracona menunggu raksasa Sekipu yang menjadi duta ke kahyangan untuk melamar Batari Wilutama. Namun, Prabu Pracona dikagetkan dengan hadirnya Ki Togog dan Sarawita yang melaporkan bahwa Sekipu telah tewas di tangan kesatria Tetuka. Kemarahan Sang Prabu tak terbendung, Prabu Pracona beserta bala tentaranya menuju ke Kahyangan untuk membalas dendam kepada para dewa. Peperangan pun tak terelakan antara prajurit Kerajaan Gilingwesi melawan para dewa yang dibantu Pandawa.</br></br>Tetuka yang juga bernama Gatotkaca turut berperang melawan Prabu Pracona, hingga akhirnya Prabu Pracona kalah. Kemenangan Gatotkaca atas Prabu Pracona menjadi sebuah kebanggaan para Pandawa. Gatotkaca, putra Raden Wijasena dengan Dewi Arimbi, dapat mendarmabaktikan perjuangannya kepada para dewata. Atas jasa besar Gatotkaca, dia mendapat anugerah dari Batara Guru dan diwisuda menjadi raja di Kahyangan dengan nama “KACANEGARA”.aja di Kahyangan dengan nama “KACANEGARA”.)
  • Bank Sampah Batanancak Resik  + (pembagian beras kepada masyarakat yang menabung sampah)
  • Átmanà Shanti (Music Performance)  + (Átmanà Shanti adalah komposisi musik tari Átmanà Shanti adalah komposisi musik tari karya I Wayan Arya Bisma berasal dari Pujung Kelod, Sebatu, Gianyar yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Institute Seni Indonesia Denpasar. “Átmanà” berarti oleh pikiran dan “Shanti” berarti damai. Dalam konteks musik tari penyambutan, “Átmanà Shanti” diartikan sebagai ‘disambut oleh pikiran yang damai’. Ide utama garapan ini adalah sifat pikiran manusia yang selalu berubah-ubah seiring waktu yang tidak menentu. Ide ini lalu ditransformasikan dalam pengolahan patet lagu yang berubah-ubah (gending kecag kecog), serta ukuran lagu pada setiap bagian yang tidak menentu. </br></br>Komposisi musik ini menggunakan struktur Tri Angga, yaitu: Kawitan, Pengawak dan Pengecet, tetapi dalam setiap bagian dibagi menjadi beberapa sub bagian lagi. Pada setiap bagian terdapat sebuah gending penyalit atau peralihan yakni jalan atau jembatan untuk mencapai tujuan. </br></br>Struktur Komposisi Musik </br>1. Kawitan </br>a. Pengalian diawali dengan permainan istrumen riyong dan dilanjutkan dengan permaianan seluruh instrumen. Dengan memainkan beberapa jenis patet, seperti: Pengeter Agung, Sunaren dan Selendro Agung.</br>b. Pada bagian pepeson terdapat dua bagian, yaitu: bagian A dan bagian B, bagian ini dikomposisikan menjadi : A-A-Penyalit-B-B. Pada bagian A menggunakan patet Selendro Agung, dimana pola permainan instrument terompong seperti ngembat dan nyilih asih dipresentasikan pada instrument riyong. Lalu berlanjut ke bagian penyalit yang durasinya lumayan pendek, dengan menggunakan patet Sunaren, Tembung dan Pengeter Agung.</br>2. Penyalit, bagian ini merupakan bagian penghubung antara bagian kawitan dangan bagian pengawak. Menggunakan pola permainan kebyar, dengan patet Pengeter Agung dan pada bagian akhir terdapat modulasi ke patet Selendro Alit. </br>3. Pengawak, bagian ini merupakan penyederhanaan bentuk gending legod bawa yang ada pada gending pelegongan. Pada bagian ini menonjolakan permainan suling. Patet yang digunakan adalah Selendro Alit dan pada bagian akhir terdapat modulasi ke patet Sunaren.</br>4. Penyalit, bagian penyalit ini menjadi penghubung antara bagian pengawak dengan bagian pengecet. Pada bagian ini menggunakan bentuk gending pengetog, yang dikembangkan dengan hitungan yang tidak tetap. Bagian ini menggunakan patet Sunaren dan Pengeter Agung.</br>5. Pengecet, bagian ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : bagian A, B dan bagian pekaad. Dikomposisikan dengan pola A-penyalit-B-penyalit-A-peyalit-B-penyalit-pekaad. Pada bagian A mengadopsi pola permainan instrument nyong-nyong pada barungan Gamelan Selonding, dengan melodi yang sederhana dan menggunakan patet Pengeter Agung, lalu dilanjutkan dengan penyalit untuk menuju bagian B yang tetap menggunakan patet Pengeter Agung. Selanjutnya pada Bagian B, menonjolkan dinamika instrument gangsa dan kantilan. Instrument riyong, penyacah dan calung menghiasi dengan pola gending yang sama. Patet yang digunakan adalah patet Sunaren, lalu dilanjutkan dengan penyalit yang menggunkan patet Sunaren dan patet Tembung. Pada bagian akhir atau pekaad menggunakan pola permainan kebyar, dengan menggunakan patet Pengeter Agung dan Selendro Alit. Lalu pada bagian paling akhir lagu terdapat sedikit pola permainan kendang Leluangan.</br>Komposisi musik iringan tari penyambuatan ini ditabuhkan dalam gamelan Semarandana. Gamelan Semarandana merupakan kombinasi dari Gamelan Gong Kebyar dan Gamelan Semar Pagulingan, yang diciptakan oleh I Wayan Beratha pada tahun 1987. Penggunaan gamelan Semarandana dikarenakan barungan gamelan Semarandana memiliki cakupan nada dan oktaf yang lebih luas, sehingga memungkinkan untuk bisa berkreativitas lebih luas dan leluasa dalam mengolah lagu, seperti halnya pengolahan patet dan ukuran lagu. Terciptanya komposisi music tari “Átmanà Shanti” didukung oleh Sekaa Gong Remaja Sanggar Seni Çudamani dan Sekaa Suling Semeton Nika Manu.damani dan Sekaa Suling Semeton Nika Manu.)
  • Tari Kreasi Laku  + (“Laku”: perilaku aktif seseorang; arah ya“Laku”: perilaku aktif seseorang; arah yang menunjukkan permintaan. Ini juga menggambarkan aura ketersediaan. Ini adalah karya baru yang disusun sebagai tarian selamat datang yang mewujudkan gagasan perubahan. Gerakan-gerakan simultan mengikuti dan berangkat dari musik tersebut secara bersamaan, namun berbeda dengan tarian tradisional “penyambutan” yang cenderung kompak, dalam Lelaku, gerakan dinamis dan asimetris menjadi hal yang biasa. Ketika popularitas perjalanan menjadi normal, bagaimana perilaku manusia berubah? Bagaimana kita menyambut orang-orang yang mengganggu ruang kita? Apakah umat manusia berubah seiring dengan sumber daya apa yang tersedia? Jawabannya terletak pada penjajaran co-motion.bannya terletak pada penjajaran co-motion.)
  • Srengenge  + (“SRENGENGE” “SRENGENGE” </br> Dengung pagi diawali pada cahaya pertama dini hari</br>Menggeliat gelisah menyambut kala yang mulai berdetak</br>Duhai yang agung, dalam gerak mata cepat mencari</br></br>Jemari menerka mimpi yang tlah usai, menggugat ingatan yang kian palsu</br>Langkah jejak seberkas </br></br>Anggun membelah riak </br></br>Di antara terik, aku kembali mengingat masa kanak</br>Pekik jerit, lelah peluh keceriaan semata</br></br>Biarlah denting risau itu mengantarku penghujung senja</br>Merah emas Sang Mata Hari, jemputku kembali alam mimpiang Mata Hari, jemputku kembali alam mimpi)
  • Antugan Farm  + (Salah satu sudut Antugan Farm yang memiliki +/- 150 jenis tanaman termasuk tanaman upakara)
  • Mata Surya  + ("Mata Surya" "Mata Surya" </br></br>Aku hanya satu, tidak ada duanya</br>Bangkit setiap hari walau jarang yang memperhatikan</br>Terus beredar walau tidak ada yang menyadari</br>Selalu bercahaya walau diacuhkan</br></br>Biarlah semua bekerja dibawah cahayaku</br>Merangkai hari - harinya</br>Menepuh jalan kehidupannya</br>Aku melihat semua,mendengar semua</br>Namun aku tetap diam tanpa kata, karena tugasku hanyalah menerangi</br>Hingga nanti tiba waktunya tiba untuk keperaduan dan kembali lagi memberikan harapan yang baru</br></br>Akulah matahariberikan harapan yang baru Akulah matahari)
  • Arja Muani 'Ki Ratna Kepakisan'  + (Arja adalah semacam opera khas Bali, merupArja adalah semacam opera khas Bali, merupakan sebuah dramatari yang dialognya ditembangkan secara macapat. Dramatari Arja ini adalah salah satu kesenian yang sangat digemari di kalangan masyarakat. Nama Arja diduga berasal dari kata Reja (bahasa Sanskerta) yang berarti "keindahan". Gamelan yang biasa dipakai mengiringi Arja disebut "Gaguntangan" yang bersuara lirih dan merdu sehingga dapat menambah keindahan tembang yang dilantunkan oleh para penari.</br></br>Arja diperkirakan muncul pada tahun 1820-an, pada masa pemerintahan Raja Klungkung, I Dewa Agung Sakti. Menjelang berakhirnya abad 20 lahirlah Arja Muani, dimana semua pemainnya pria, sebagian memerankan wanita. Arja ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat, terutama karena menghadirkan komedi segar.terutama karena menghadirkan komedi segar.)
  • Arja "Sampek Ingtai"  + (Arja merupakan seni teater yang sangat komArja merupakan seni teater yang sangat kompleks karena merupakan perpaduan dari berbagai jenis kesenian yang hidup di Bali, seperti seni tari, seni drama, seni vokal, seni instrumentalia, puisi, seni peran, seni pantomime dan seni busana, Sesungguhnya Arja ini perpaduan antara dua pendukung teater, yaitu gagasan yang datang dari para pemain dengan penonton. Sehingga Arja adalah bentuk total teater yang komunikatif. </br></br>Arja diduga berkembang sejak sekitar tahun 1814, yaitu pada pemerintahan I Dewa Gde Sakti di Puri Klungkung, saat diadakannya upacara Pelebon yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Karangasem. Upacara Pelebon besar-besaran ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk raja-raja seluruh Bali. Pada saat itu atas prakarsa I Dewa Agung Mangis asal Gianyar dan Dewa Agung Jambe digelarkan untuk pertama kalinya Arja.</br></br>Tiga fase perkembangan Arja adalah:</br>• Arja Doyong yaitu Arja tanpa iringan gamelan dan dimainkan secara solo atau oleh satu orang.</br>• Arja Gaguntangan yaitu dengan memakai gamelan Gaguntangan dan jumlah pelaku lebih dari satu orang.</br>• Arja Gede yang merupakan arja dengan struktur baku pertunjukan sekarang ini, dibawakan oleh banyak pelakon antara 10 orang sampai 15 orang.</br></br>Menjelang berakhirnya abad 20 lahirlah Arja Muani, dimana semua pemainnya pria, sebagian memerankan wanita. Arja ini disambut dengan sangat antusias oleh masyarakat, terutama karena menghadirkan komedi segar.</br></br>Arja saat itu dikenal dengan nama Dadap dan lakon yang dipertunjukkan adalah Limbur. Dadap adalah nama sejenis pohon dan juga berarti perisai. Pohon Dadap adalah kayu sakti, sebagai lambang pembersihan atau alat penyucian yang harus ada dalam setiap upacara di Bali. Ceritera-ceritera Arja sangat beragam, dari Ceritera Panji, Ceritera Rakyat, Ceritera Mahabarata, Ramayana dan sebagainya berkembang sampai ceritera-ceritera keseharian,</br></br>Pada tahun 1920-an sampai 1960-an, kesenian ini menemukan kejayaannya, dimana setiap pementasannya selalu dipadati penonton. Durasi Arja sangat panjang, yaitu sekitar 5-6 jam.Saat ini Arja telah kehilangan popularitasnya oleh drama gong ,ini karena drama gong tidak terlalu lama durasinya serta tidak banyak musik dan tarian sehingga lebih mudah dipahami oleh kalangan masyarakat.</br></br>Nama Arja diduga berasal dari kata Reja (bahasa Sanskerta) yang berarti "keindahan". Gamelan yang biasa dipakai mengiringi Arja disebut "Gaguntangan" yang bersuara lirih dan merdu sehingga dapat menambah keindahan tembang yang dilantunkan oleh para penari.</br></br>Berbeda dari kesenian tradisional Bali lainnya, ciri khas arja dalam setiap pementasannya terlihat kesenian arja ini disamping memiliki petuah ajaran kebaikan, lelucon, dagelan, tarian dan seni drama yang tidak kalah dengan kesenian bali lainnya, arja juga selalu menonjolkan nyanyian seperti kekawin atau kidung - kidung tradisional Bali dan juga busana yang digunakan pun pakaian adat Bali lengkap.</br></br>Sedangkan musik atau gamelan sebagai pengiring dalam kesenian ini disebutkan dalam babad bali, arja pada mulanya Arja hanya menggunakan gamelan Geguntangan, namun kira-kira sejak beberapa tahun dalam perkembangan selanjutnya Arja diiringi dengan gamelan gong kebyar.</br></br>Sumber lakon Arja yang utama adalah cerita Panji (Malat), kemudian lahirlah sejumlah cerita seperti Bandasura, Pakang Raras, Linggar Petak, I Godogan, Cipta Kelangen, Made Umbara, Cilinaya dan Dempu Awang yang dikenal secara luas oleh masyarakat.</br></br>Arja juga menampilkan lakon-lakon dari cerita rakyat seperti Jayaprana, Sampik Ingtai, Basur dan Cupak Grantang serta beberapa lakon yang diangkat dari cerita Mahabharata dan Ramayana. Lakon apapun yang dibawakan Arja selalu menampilkan tokoh-tokoh utama yang meliputi Inya, Galuh, Desak (Desak Rai), Limbur, Liku, Panasar, Mantri Manis, Mantri Buduh dan dua pasang punakawan atau Panasar kakak beradik yang masing - masing terdiri dari Punta dan Kartala. Hampir semua daerah di Bali masih memiliki grup-grup Arja yang masih aktif.</br></br>Kesenian Arja masih tetap dilestarikan di Bali. Disamping kesenian arja ini bersifat sakral dalam upacara yadnya sebagai warisan budaya Bali, sampai saat ini juga pementasannya sering terlihat dalam acara - acara hiburan dalam perayaan hari raya, acara - acara adat besar dan juga pesta kesenian Bali yang diadakan baik di Gedung Ksirarnawa maupun di Arda Chandra Art Center Denpasar Bali setiap tahun sekali. Center Denpasar Bali setiap tahun sekali.)
  • Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti  + (Bali saat ini turut berjuang menahan laju Bali saat ini turut berjuang menahan laju penyebaran virus Covid19. Ada banyak sekali pelajaran yang kita bisa ambil dari kebijakan lokal dan pengetahuan setempat untuk membantu perjuangan ini.</br>Salah satunya adalah belajar dari Hari Nyepi. Hari dimana seluruh pulau, selama 24 jam, di lockdown; diminta untuk melakukan Tapa Catur Brata Penyepian:</br>Amati Geni: Hemat energi</br>Amati Karya: Tidak bekerja mencari nafkah (Cuti)</br>Amati Lelungan: Tidak bepergian (#dirumahaja)</br>Amati Lelanguan: Tidak berpesta/berfoya-foya/menghibur diri secara berlebihan</br></br>Bali, lewat Nyepi, telah ada pengalaman bertahun-tahun melakukan ini. </br>Maka, anjuran untuk gerakan #dirumahaja sudah seharusnya bukan hal yang asing bagi warga Bali, karena hal ini sudah ada di gen dan darah warga Bali yang sudah melakukan ini setiap tahun.</br>Meski biasanya hanya sehari, dalam situasi darurat ini, perlu ditingkatkan ‘level’nya menjadi beberapa hari (atau minggu), hingga situasi benar-benar pulih.</br></br>Sama seperti solusi bagi banyak permasalahan di Bali dan Indonesia, Pandemic Corona tidak bisa ditanggulangi oleh sekelompok kecil individu yang sadar, pemerintah saja, ataupun segilintir tenaga medis berikut infrastrukturnya yang pas-pasan yang dimiliki oleh pulau ini, tapi membutuhkan kesadaran kolektif semua lapisan masyarakat, baik itu masyarakat adat, pemerintah, pengusaha, media, akademisi, tokoh spiritual, dan seniman/budayawan.</br>Semuanya mesti bahu-membahu berkontribusi di bidangnya, dan satu elemen mendukung elemen yang lain.</br></br>Di sinilah social resilience (ketahanan sosial) kita diuji. Kalau kita semua sanggup melewati bencana ini, maka kita patut bersyukur dan bolehlah berbangga diri. </br>Tapi isu Corona bukan isu sepele, sekali dia lepas kontrol, harga kerusakan yang ditimbulkannya akan terlalu besar.</br></br>Kita punya pengetahuan tentang Nyepi, dan akan sangat disayangkan kalau hal ini hanya kita rayakan sebagai ritual belaka. Kita harus memaknai manfaatnya, etika-nya, tujuannya, sehingga bisa kita implementasikan sebagai solusi atau cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah yang riil.</br>Upacara tidak akan bermanfaat jika dia hanya ditempatkan sebagai simbol.</br>Simbol hanyalah simbol, untuk mengingatkan saja… hanya akan lebih berfaedah jika itu bisa ditransfer dalam bentuk kesadaran, gagasan, dan aksi.</br>Kita bangga punya “rasa” yang kuat…. sekarang tajamkan juga “logika", karena yang ideal adalah keseimbangan dari keduanya. </br></br>Berat memang. </br>Baru beberapa hari diam di rumah dan pengurangan nafkah yang drastis akibat sejumlah konser dibatalkan, Kami, sepertimu, juga rindu situasi pulih; berkumpul, bekerja bersama, bernyanyi bersama, mencium keringat tubuhmu, bersetubuh denganmu, seperti adegan dalam video klip kami ini.</br>Kami mengabadikan momen-momen itu agar kita mengingat bahwa kita makhluk sosial, dan solusi dari masalah berat ini adalah apabila kita menjaga kemanusiaan dan kepedulian kita pada sesama. </br>Sekarang, dalam situasi darurat ini, social distancing (menjaga jarak) adalah bentuk kepedulian kita kepada sesama. For a greater good. Untuk sementara saja.</br></br>Agar nanti tiba masanya dalam waktu dekat kita akan berkumpul kembali, dan bernyanyi bersama….</br>“Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti!”</br>Dumogi rahayu,</br>Gede RobiBerani Berhenti!” Dumogi rahayu, Gede Robi)
  • Rejang Desa TiyingTali  + (Banjar Adat Desa Tumingal adalah banjar yaBanjar Adat Desa Tumingal adalah banjar yang ada di Desa Tiying Tali - Abang Karang Asem </br>Desa ini memiliki tari sakral yakni tari rejang kuningan. Tari yang hanya di pentaskan pada saat hari raya kuningan yang lazim di sebut perejangan. Perayaan hari raya kuningan di desa tumingal jatuh pada tumpek kuningan di mana sehari setelah hari raya kuningan itu sendiri. Perejangan pun di lakukan 3 hari sampai dengan Pon kuningan. Rangkaian perejangan ini berlangsung sejak hari umanis kuningan pada pukul 15.00, pertunjukan di mulai dari utama mandala yaitu penari Rejang menari mengelilingi Pengaruman selama 3 kali, selanjutnya menari ke arah Madya Mandala / Jaba tengah lalu menari dengan cara memutar ke kiri ke kanan mengikuti melody Gending Gambang di sebelah bale gede bertiang 12 atau saka roras. Jumlah penari rejang sebanyak 22 orang penari putri tidak di batasi untuk remaja putri baik yang belum atau sudah mensturasi. Jumlah penari rejang ini mengacu pada jumlah KK krama banjar Adat Tumingal</br>Masing masing krama wajib mendapatkan rejang. Setiap rejang maksimal di miliki atau di laporkan sebagai ayah ayah banjar kepada jero klian adat banjar. Jika ada salah satu krama banjar tidak mendapatkan rejang maka akan di kenakan sanksi denda atau dedosan uang tunai sejumlah bayaran 1 orang rejang. Dengan demikian jumlah penari rejang di desa adat tumingal tidak mutlak berjumlah 22 orang . </br>Gambang merupakan salah satu alat musik tradisional Bali yang keberadaannya minim di bali. Khusus di desa Tumingal keberadaannya masih lestari sampai saat ini. Alat musik ini merupakan alat musik khas yg di mainkan untuk mengiringi tari rejang di Desa Tumingal. </br>Gelungan unik, gelungan penari tari rejang di desa tumingal bisa dibilang unik. Kenapa? Karna Gelungan yang di namakan Gempong ini rangkanya terbuat dari gelang Bambu yang di bentuk sedemikian rupa dan di design menyesuaikan ukuran kepala penari rejang. Selanjutnya hiasan depan diisi oleh rangakaian bunga madori ungu serta aneka bunga. Sedangkan di bagian belakang dihiasi susunan hati batang ketela ubi jalar seperti ubi terigu, yang hati batangnya lebih besar berwarna putih dan di cat berwarna pink.</br>.</br>Artikel: @kemu_mai_melaliberwarna pink. . Artikel: @kemu_mai_melali)
  • Baris Bebedag  + (Baris Bebedag adalah tari wali atau tari sBaris Bebedag adalah tari wali atau tari sakral yang dipentaskan pada saat upacara Dewa Yadnya di Desa Kayubihi. Baris ini ditarikan oleh empat orang lelaki atau lebih dengan gerakan-gerakan dinamis maskulin, tetapi ada juga beberapa gerakan yang terlihat jenaka. Pada saat menari, ada bagian dimana penari mengeliligi upakara persembahan berupa nasi, lauk-pauk dan minuman alkohol (tabuh). Pada akhir tarian, penari melakukan persembahyangan dan kemudian menikmati persembahan yang dihaturkan sebagai bagian dari prosesi dan rangkaian tarian/upacara.dari prosesi dan rangkaian tarian/upacara.)
  • Baris Demang Demung  + (Baris Demang Demung, adalah tarian sakral Baris Demang Demung, adalah tarian sakral sebagai simbol pasukan menggempur Belambangan. Tarian ini wajib dipentaskan dalam pujawali di Pura Pemayun, Kelurahan Banjar Tegal, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Tarian yang hanya bisa dipentaskan di Pura Pemayun ini mengisahkan prajurit Ki Barak Panji Sakti yang berperang menggempur Kerajaan Blambangang berperang menggempur Kerajaan Blambangan)
  • Tari Baris Gede Kadean  + (Baris Gede Kadean merupakan tari wali atauBaris Gede Kadean merupakan tari wali atau sakral yang gerakan-gerakan tariannya terinspirasi dari tarian pegambuhan begitu pula dari segi musikalitasnya. Tari ini menjadi bagian dari prosesi ritual upacara Dewa Yadnya di salah satu pura di desa Pekandelan, Batuan, Sukawati. Tarian ini biasanya dipentaskan bersama dengan tari rejang Sabuh Mas yang telah menjadi ciri khas dan identitas dari Desa Pekandelan.i khas dan identitas dari Desa Pekandelan.)
  • Baris Jangkang  + (Baris Jangkang adalah sejenis tari baris uBaris Jangkang adalah sejenis tari baris upacara yang terdapat di Dusun Pelilit, Pulau Nusa Penida Bali. Tari ini dipertunjukkan untuk mengiringi upacara keagamaan termasuk untuk membayar kaul (sesangi). Baris ini ditarikan oleh 8 (delapan) sampai 12 (dua belas) orang pria yang memakai senjata tombak panjang. Pakaiannya sangat sederhana terdiri dari celana putih, kain putih dan saput kuning. Baris ini menari dengan setengah jongkok (jangkang) dengan diiringi gamelan.</br></br>Baris jangkang merupakan tarian baris upacara yang usianya cukup tua, hal ini dapat dilihat dari segi gerakan tarinya maupun dari segi pakaian yang masih mencerminkan bentuk-bentuk kesederhanaan sebagaimana tari perang pada suku bangsa dimana tingkat kebudayaannya masih sederhana. Baris Jangkang dari Nusa Penida menari dengan bersenjatakan tombak, sedang pakaiannya tidak seperti pakaian baris pada umumnya melainkan lebih sederhana. Gamelan yang mengiringinya adalah gending batelan.yang mengiringinya adalah gending batelan.)
  • Barong Brutuk  + (Barong Brutuk merupakan unen – unen BhatarBarong Brutuk merupakan unen – unen Bhatara Ratu Pancaring Jagat di desa Trunyan yang banyaknya adalah 21 orang. Wajah barong – barong itu menyerupai wajah-wajah topeng primitif yang matanya besar dengan warna putih atau coklat dan diduga merupakan peninggalan kebudayaan pra-Hindu. Barong Brutuk itu ditarikan oleh para penari pria yang diambil dari anggota sekaa truna yang ada di desa Trunyan. </br></br>Sebelum menarikan barong-barong sakral itu, para taruna harus melewati proses sakralisasi selama 42 hari. Mereka tinggal di sekitar Bhatara Datonta dan setiap hari bertugas membersihkan halaman pura dan mempelajari nyanyian kuna yang disebut Kidung. Selama proses sakralisasi, para taruna itu dilarang berhubungan dengan para wanita di kampungnya. </br></br>Kegiatan lain yang dilakukan semasa menjalani proses penyucian, yaitu mengumpulkan daun-daun pisang dari desa Pinggan yang digunakan sebagai busana tarian Brutuk. Daun-daun pisang itu dikeringkan dan kemudian dirajut dengan tali kupas (pohon pisang) dijadikan semacam rok yang akan digunakan oleh para penari Brutuk. Masing-masing penari menggunakan dua atau tiga rangkaian busana dari daun pisang itu, sebagian digantungkan di pinggang dan sebagian lagi pada bahu, di bawah leher. Penari-penari Brutuk menggunakan celana dalam yang juga dibuat dari tali pohon pisang.</br></br>Pagelaran Barong Brutuk dipentaskan pada siang hari tepat ketika mulai Hari Raya Odalan di Pura Ratu Pancering Jagat. Biasanya upacara Brutuk berlangsung selama 3 hari berturut-turut dimulai pada pukul 12.00 siang dan berakhir sekitar pukul 17.00 sore. Para penari Brutuk menggunakan busana daun pisang kering dan hiasan kepala dari janur.; Seorang berfungsi sebagai Raja Brutuk, seorang berfungsi sebagai Sang Ratu, seorang berfungsi sebagai Patih, seorang berfungsi sebagai kakak Sang Ratu, dan selebihnya menjadi anggota biasa. Tarian Brutuk itu menggambarkan konsep dikotomi dalam kehidupan masyarakat Trunyan, yaitu dua golongan masyarakat, laki-laki dan perempuan.</br></br>Upacara Brutuk dimulai dengan penampilan para unen-unen tingkat anggota. Mereka mengelilingi tembok pura masing-masing tiga kali sambil melambaikan cemeti kepada penonton peserta upacara. . Penonton peserta upacara mulai mendekati para penari Brutuk untuk mengambil daun-daun pisang yang lepas yang akan mereka digunakan sebagai sarana kesuburan. Para penonton yang berhasil memperoleh daun-daun pisang busana Brutuk itu, akan menyimpannya di rumah dan kemudian baru disebar di area persawahan ketika mulai menanam padi. Mereka mengharapkan keberhasilan panen.</br></br>Tahapan terakhir pertunjukan ritual dimulai pada petang hari, dipimpin pemangku, para wanita membawa sesajen baru dipersembahkan pada Raja dan Ratu Brutuk. Ketika sesajen sudah dipersembahkan, sang Raja dan Ratu menari bersama, sementara para Brutuk yang lain dan penonton hanya menyaksikannya. Sepasang Raja dan Ratu menarikan gerakan kuno, yang meniru tingkah laku ayam hutan liar. Sang Raja sebagai keker (ayam jantan) dan sang Ratu menari sebagai kiuh (ayam betina). Unggas itu banyak terdapat di daerah sekitar Trunyan. Mereka menyembulkan kepala, menukik, mematuk-matuk dan menggerakkan pinggul, mencakar tanah dan membuat gerakan saling menyerang secara tiba-tiba sambil mengepakkan sayapnya. Gerak-gerakan seperti ayam bertarung atau sedang mengawan. Pada saat sandya kala, para penari berjalan ke bawah mendekati danau Batur. Brutuk laki-laki dengan topeng merahnya, mengambil posisi dengan berbaris di belakang Raja, sementara penari bertopeng wanita berbaris berlawanan dengan mereka, berada di belakang Ratu. Tarian percintaan Raja dan Ratu pun diteruskan selama sekitar setengah jam, sementara Brutuk pria dan wanita tetap berbaris digarisnya. Hanya Sang Patih dan saudara laki-laki Sang Ratu yang tetap aktif, mereka terus menerus melecutkan cemeti kearah penonton. </br></br>Tarian Raja dan Ratu ini diakhiri dengan gerakan sang Ratu terbang dan melintas garis yang ditandai dengan panji-panji. Seluruh Brutuk kemudian bersorak ketika sang Raja terbang mencoba menerkam sang Ratu. Sang Raja langsung menangkapnya dan merangkul sang Ratu. Pada saat itu para pemuda yang menjadi Brutuk, bersorak secara serempak, sambil berlari ke dalam air dan menceburkan diri. Di situ mereka melucuti sisa-sisa daun pisang yang menjadi pakaiannya, berenang dan bersenang-senang melepaskan lelah. Kostum mereka dibiarkan terapung, sedangkan topeng-topeng mereka diambil oleh anggota suku yang lebih tua yang turun ke tepi danau untuk memberi bantuan. Setelah itu penari dan penonton berpisah untuk acara makan malam setelah semua aktivitas perayaan usai.lam setelah semua aktivitas perayaan usai.)
  • Buru  + (Buru adalah karya tari kontemporer dari seBuru adalah karya tari kontemporer dari seniman Dewa Ayu Eka Putri dan I Putu Tangkas Adi Hiranmayena, keduanya membuat sebuah team duo experimental yang dikenal dengan nama ghOstMiSt. Buru adalah salah satu karya mereka di tahun 2021, karya ini terinspirasi dari novel seorang penulis legendaris Indonesia Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Pulau Buru. Meski dalam karya tari ini lebih menyorot mengenai perasaan terisolasi, terasing, kemampuan untuk melawan dan bertahan dari perburuan perasaan cemas, takut dan kematian, ketika para tahanan politik dibuang di Pulau Buru.ara tahanan politik dibuang di Pulau Buru.)
  • COMA (Composting Around)  + (COMA (Composting Around) merupakan sebuah COMA (Composting Around) merupakan sebuah aksi pengomposan yang dilakukan oleh anak-anak muda dari lingkungan sekolah yang selanjutnya bergerak ke masyarakat dengan latar belakang sampah organik yang merusak lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Aksi COMA diawali dengan pelaksanaan sosialisasi berupa edukasi berupa pengetahuan dan praktek tentang pengomposan secara berkala kepada anak-anak muda di sekolah seperti SMA. Setelah diberikan edukasi, siswa melaksanakan praktek pengomposan langsung di lingkungan sekolah, dan kemampuan pengomposan ini selanjutnya diterapkan di rumah masing-masing yang secara tidak langsung diterapkan pada skala masyarakat, di mana masyarakat merupakan sumber terbesar sampah organik. merupakan sumber terbesar sampah organik.)
  • Mengolah Sampah Plastik menjadi Lukisan yang Indah  + (Dalam projek ini, banyak sekali pesan-pesan yang bisa kita ambil. seperti contoh, membuat lukisan yang walaupun hanya terbuat dari plastik, tetapi bisa dijadikan barang yang berguna dan bernilai tinggi.)
  • Rejang Tenganan Pegringsingan  + (Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa BalDesa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa Bali Aga di Bali Timur, memiliki momentum tahun baru tersendiri yang berbeda dengan Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Saka. Berdasarkan sistem tarikh (perhitungan tahun) yang digunakan di desa ini sejak ratusan tahun silam, tahun baru dirayakan setiap penanggal apisan Sasih Kasa (hari pertama bulan pertama). Biasanya, tahun baru menurut kalender Tenganan Pagringsingan jatuh sekitar pertengahan Januari. </br></br>Dalam memperingati ini (tahun baru) masyarakat di Desa Tenganan Pegringsingan melaksanakan Usaba Kasa dan ditandai dengan Sesolahan/Pementasan Rejang Deha (Deha dan anak anak di pagi hari).ng Deha (Deha dan anak anak di pagi hari).)
  • Rejang Desa Asak  + (Desa Asak yang berada di Kabupaten KarangaDesa Asak yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali, adalah salah satu diantara beberapa desa Bali Aga(Balimula atau Balitua) yang penduduknya masih kukuh memelihara ritual budaya dan keagmaan. Salah satu dari ritual yang masih rutin dijalankan di Asak adalah Rejang Asak.</br>Tarian ini diselenggarakan pada umanis kuningan yaitu hari minggu. Tarian ini hanya boleh dilakukan/ditarikan oleh perempuan yang sudah akil balik serta belum menikah. Selain itu, yang paling penting, hanya gadis desa setempat yang diizinkan untuk mengikuti pele- lawangan ini. Setiap keluarga di Desa Asak hanya boleh menampilkan satu anak perempuannya untuk mewakili mengikuti acara Pelelawangan. Jika yang mewakili ini sudah menikah akan digan- tikan oleh adiknya yang perempuan. Apabila dalam satu keluarga tidak memiliki anak perempuan, maka tidak diharuskan untuk ikut serta dalam acara tersebut. Acara ini diadakan oleh teruna- teruni di desa tersebut yang biasa disebut Truna Dehe adat. Konon katanya tarian Rejang Asak ini bertujuan untuk mempertemukan para Truna dan Dehe agar mereka saling mengenal sesama Generasi Asak.</br>Barisan penari dalam Rejang Asak ini disusun menurut tahun pernikahan orang tua mereka, dimana yang orang tuanya lebih dahulu menikah, maka anaknya akan ditempatkan dibarisan paling pertama yang disebut dengan Subak Dehe. Biasanya hanya 1 tahun untuk bisa menduduki jabatan sebagai Subak Dehe. Setelah satu tahun kemudian Subak Dehe ini digantikan lagi oleh barisan berikutnya.</br>Meskipun masyarakat Desa Asak bukanlah satu-satunya yang melaksanakan ritual rejang, namun ada satu hal yang membuat Rejang Asak menjadi unik yaitu terletak pada kostumnya yang khas. Kostum Rejang Asak selalu dipersiapkan secara serius oleh keluarga sang penari. Khusus untuk bagian hiasan kepalanya, diperlukan bahan alami yang harus dirangkai semalam sebelum tarian dipentaskan, agar tidak layu. Selain bahan alami, hiasan kepala untuk tari rejang asak juga menggunakan hiasan kepala yang dipenuhi ornament warisan turun-temurun dari leluhur.nament warisan turun-temurun dari leluhur.)
  • Penting  + (Di Karangasem ada salah satu seni gamelan Di Karangasem ada salah satu seni gamelan khas dan langka yang diberi nama “Penting”. Kesenian Penting pernah mencapai masa keemasannya pada masa-masa akhir kerajaan Karangasem. Salah seorang seniman alumnus Program Studi Seni Rupa dan Desain Unud Denpasar, AA. Gede Krisna Dwipayana,S.Sn yang tinggal di Puri Kaleran Karangasem mengungkapkan, Penting sudah muncul di Karangasem sejak jaman penjajahan Belanda. Tepatnya pada saat Pemerintah Belanda menyelenggarakan sebuah perhelatan kesenian yang diberi nama Ngeraja Kuning, semacam pawai kesenian, mirip Pesta Kesenian Bali, yang ditujukan untuk menghormati Ratu Belanda. </br></br>Kesenian Penting juga pernah dipentaskan pada saat Raja Karangasem menyelenggarakan Karya Ligia tahun 1930 bersama kesenian Rebana dan Tari Rodat. Sampai pada era tahun 1980-an kesenian ini masih mudah dijumpai dalam bentuk perorangan maupun sekaa dan pernah beberapa kali tampil di televisi dan PKB. Namun setelah beberapa tahun pementasan Penting mulai jarang, karena kebanyakan tokoh-tokohnya meninggal dunia.</br></br>Penting adalah alat musik yang tergolong sapta nada sehingga dapat memainkan lagu-lagu baik dengan dasar pelog maupun selendro, bahkan gabungan diantara keduanya. Penting dapat memainkan gending-gending pegongan, peangklungan dan pejogedan, dan dapat difungsikan dalam berbagai upacara yadnya.</br></br>Cara memainkan alat ini yaitu dengan menggesek/menyentil berbalas naik dan turun secara berulang-ulang pentang (dawai) menggunakan alat yang disebut pengotek (vics) yang terbuat dari kulit penyu atau lembu. Untuk menghasilkan nada yang diinginkan harus menekan pengonjet/pekocet (tuts) terlabih dahulu. Ketika pertama kali diciptakan, alat ini hanya bisa dimainkan dengan duduk bersila yang diletakkan di atas kedua paha. Tapi kini setelah diinovasi alat ini bisa dimainkan sambil berjalan kaki.</br></br>Dahulu sejak diciptakannya gamelan Penting hanya dimainkan tersendiri, tapi kini, bisa dimainkan secara barungan (group) seperti yang dilakukan oleh Seke Penting Merdu Komala (salah satu komunitas seni yang aktif melestarikan instrument Penting) yaitu dilengkapi dengan 1 buah rebab, 1 buah gong pulu, 2 buah kendang (lanang- wadon), 1 buah cengceng, 4 buah suling, 1 buah kajar/tawa-tawa, 1 buah kempul, 1 buah kemong dan sendon serta 7 buah Penting. Sekaa Merdu Komala ini pernah berkolaborasi dengan alat music slonding dan gerantang, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk berkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.rkolaborasi dengan alat gamelan yang lain.)
  • Tari Cilinaya  + (Di dalam tradisi Bali, Cili adalah lambangDi dalam tradisi Bali, Cili adalah lambang kecantikan. Tarian ini melukiskan sekelompok wanita cantik dengan gerakannya yang lemah gemulai, sedang menari-nari sambil bersukaria mempertontonkan kecantikannya. Berbeda dengan banyak tari Bali lainnya yang lebih menonjolkan delik mata yang tajam, tarian ini dibawakan secara riang gembira dan penuh dengan senyuman. Tarian ini juga menonjolkan sisi keanggunan gerakan dari para penarinya. Terinspirasi dari ornamen “cili” yang terdapat pada lamak Bali yang digunakan tatkala ada upacara adat atau agama. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Dibia untuk Sekaa Gong Putra Kencana Singapadu-Gianyar pada tahun 1986.Kencana Singapadu-Gianyar pada tahun 1986.)
  • Sanghyang Deling  + (Ditarikan oleh sepasang gadis cilik yang bDitarikan oleh sepasang gadis cilik yang belum akil balig yang kemasukan roh Dewa Wisnu/ Dewi Sri (Dewi Kesuburan). Masing-masing penari memegang sebatang pohon yang dihubungkan dengan seutas benang di mana digantungkan dua buah boneka kecil (deling) yang dibuat dari daun lontar. Gerakan cepat dari deling tersebut menandakan penarinya telah kemasukan roh, kemudian mereka diusung oleh dua orang pengusung diiringi dengan nyanyian paduan suara gending sanghyang, kadang-kadang diiringi juga oleh gamelan. Tarian ini terdapat di daerah Kintamani (Bangli).ini terdapat di daerah Kintamani (Bangli).)
  • Gambuh Panji  + (Gambuh adalah teater dramatari Bali yang dGambuh adalah teater dramatari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan juga merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari, sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali.</br></br>Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk teater total karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya.</br></br>Gambuh dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusa Yadnya seperti perkawinan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan lain sebagainya.</br></br>Gambuh Panji mengisahkan percintaan Prabu Lasem dengan Diah Rangke Sari yang merupakan seorang putri Kerajaan Daha.ang merupakan seorang putri Kerajaan Daha.)
  • Tadah Asih  + (Garapan Tadah Asih mengangkat kisah hewan-Garapan Tadah Asih mengangkat kisah hewan-hewan, tumbuhan, ekosistem alam dan keterkaitannya dengan ekologi keberlangsungan kehidupan. Burung Tadah Asih dalam mitologi selalu dikaitkan dengan kematian, meski juga menjadi simbol dari kegagahan menghadapi kematian. Sebagai seorang Ibu, burung tadah asih akan mati ketika melahirkan anaknya. Di dalam masyarakat suara burung Tadah Asih juga dikenal sebagai burung pembawa kabar kematian, meski pabila dikaitkan dengan sistem ekologi, burung ini memiliki hubungan yang erat dengan alam lingkungannya, maka bahkan ketika burung ini tak lagi bersuara karena rusaknya lingkungan tempatnya hidup akan menjadi tanda bahwa alam sedang tidak baik-baik saja. Dalam garapan ini, proporsi manusia ditarikan dalam bentuk gerakan gambuh, sedangkan burung tadah asih ditarikan dengan sempurna dalam gerak-gerak akrobatik. Cermin-cermin yang digunakan sebagai properti juga merupakan metafora, bahwa dalam hidup kita harus senantiasa bercermin pada diri dan nurani.senantiasa bercermin pada diri dan nurani.)
  • Legong Pawisik  + (Garapan ini diciptakan oleh koreografer I Garapan ini diciptakan oleh koreografer I Nyoman Cerita dan komposer I Dewa Putu Berata di Sanggar Seni Çudamani. Pawisik sebuah isyarat yang dibisikkan semesta pada manusia tentang sesuatu yang telah, sedang atau akan terjadi. Pawisik memberi kesempatan pada manusia untuk memahami dan mengerti alam sekitarnya. Sebuah pengetahuan yang apabila mampu dipahami akan membuat manusia sadar bahwa dirinya hanya bagian kecil dari alam semesta. Bahwa segalanya terikat dan terjalin antara satu dan lainnya.ikat dan terjalin antara satu dan lainnya.)
  • Gen  + (Gen merupakan pewarisan oleh satu individuGen merupakan pewarisan oleh satu individu kepada keturunannya melalui suatu proses penciptaan. Samahalnya dengan aksara menciptakan kata dan kata menjadi cikal bakal untuk menciptakan sebuah karya. Dari sinilah kelompok Bumi Bajra mengambil satu sisi pewarisan aksara, yaitu tradisi leluhur tentang mendongeng, menulis lontar dan tradisi lainnya yang dikemas menjadi teatrikal seni tari, musik dan vokal (kidung).rikal seni tari, musik dan vokal (kidung).)
  • Genggong Batuan  + (Genggong adalah salah satu instrumen yang Genggong adalah salah satu instrumen yang unik dan langka dalam karawitan Bali. Instrumen ini dikatakan unik karena terbuat dari pelapah enau (bhs. Bali pugpug). Di Bali penyebaran Genggong tidak sebanyak gamelan gong kebyar atau jenis gamelan lainnya, jumlah barungan Genggong di Bali yang saat ini diketahui adalah satu barung di Kabupaten Buleleng, tujuh barung di Kabupaten Gianyar, serta satu barung di Kabupaten Karangasem.</br></br>Dalam dunia musik, jenis instrumen ini dikenal dengan nama Jew’ s Harp. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Russia, India, Italia, serta Inggris, memiliki jenis instrumen yang mirip. Ada yang terbuat dari kayu, logam, bambu, dan perak. Selain di luar negeri, instrumen yang menyerupai Genggong juga terdapat di beberapa daerah di Indonesia. Setidaknya tercatat lima daerah yang mempunyai alat menyerupai Genggong. Di daerah Yogyakarta disebut dengan Rinding, di Sulawesi Tengah disebut Embit, di Madura dan Bali disebut Genggong, sedangkan di Papua (khususnya di Suku Dani) disebut dengan Pikon.Genggong yang hidup di masing-masing daerah tersebut dimainkan secara solo maupun berkelompok. Ritme serta melodi yang disajikan disesuaikan dengan cara pandang musik di daerah budaya setempat. </br></br>Di Bali Genggong memiliki laras selendro. Meskipun nada-nada yang dihasilkan tidak sejernih dan sejelas nada yang dihasilkan seperti pada instrumen suling, namun rasa yang diciptakan masih bernuansa selendro. Genggong termasuk alat musik idiofon yang menggunakan tenggorokan manusia sebagai resonatornya. Pengaturan nada dilakukan dengan cara mengatur ruang dalam tenggorokan. </br></br>Salah satu desa di Gianyar yang memiliki group Genggong yang masih aktif adalah Desa Batuan. Saat ini Genggong telah mengalami perubahann dari instrumen tunggal (dimainkan untuk sendiri) menjadi musik kelompok (barungan). Perkembangan Genggong dari musik individu menjadi sebuah barungan gamelan tidak bisa dilepaskan dari perubahan konteks musiknya. Jika dahulu hanya digunakan sebagai alat untuk menghibur diri sendiri, kemudian berkembang menjadi ensamble untuk mengiringi sebuah bentuk pertunjukan. Sebagai sebuah seni pertunjukan, terdapat beberapa sajian dalam pementasan Genggong. </br></br>Struktur pertunjukan Genggong terdiri dari tabuh pategak, tari Sisia Pengleb, tari Onang Ocing, dan dramatari Godogan. Dari struktur pertunjukan tersebut, dapat dilihat bahwa gending-gending Genggong dapat dibagi menjadi dua, yaitu gending instrumentalia dan gending iringan tari. </br></br>Gending instrumentalia atau disebut juga dengan gending pategak adalah lagu-lagu yang biasanya dimainkan pada awal pertunjukan dan tidak terikat dengan tarian. Dalam pertunjukan Genggong di Batuan, terdapat beberapa jenis gending pategak, di antaranya Tabuh Telu, Angklung, Sekar Sandat, Sekar Sungsang, Sekar Gendot, Katak Ngongkek, dan Kecipir. </br></br>Jenis-jenis gending yang dimainkan juga mendapat pengaruh dari barungan gamelan Angklung. Gending-gending yang terdapat pada gamelan angklung di transformasikan melalui media Genggong. Hal ini masuk akal sebab antara Angklung dengan Genggong memiliki kesamaan laras, yaitu berlaras slendro. Oleh karena itu, terdapat juga beberapa gending Genggong yang diambil dari gending Angklung. Bahkan pada awal pembentukan ensamble Genggong, kendang yang digunakan adalah kendang Angklung. Jenis kendang berubah seiring dengan semakin kompleksnya tarian. Gending-gending iringan tari dimainkan untuk mengiringi tari Sisia Pengleb, Onang Ocing, dan Dramatari Godogan. Cerita ini mengisahkan tentang Raja Jenggala yang jatuh cinta kepada putri Daha. </br></br>Hingga saat ini, tidak diketahui sejarah pasti mengenai munculnya Genggong di Bali dan Batuan secara khusus. Menurut Pak Made Djimat (seorang maestro tari dari Batuan), berdasarkan cerita oral yang diturunkan kepadanya, disebut bahwa yang membuat Genggong adalah Tapak Mada (nama Mahapatih Gajah Mada ketika belum diangkat sebagai Mahapatih). Ketika Tapak Mada sedang berada di suatu hutan untuk membuat bendungan air, dibuatlah alat musik Genggong dan suling untuk mengisi waktu istirahatnya. Tapak Mada melihat sebuah pohon enau, kemudian dibentuk menjadi Genggong. Seiring dengan perjalanannya keliling Nusantara, Tapak Mada membawa kesenian ini ke Bali, begitu pula halnya dengan kesenian Gambuh. Namun, tidak diketahui secara pasti kapan Genggong muncul di Desa Batuan. Cerita ini didapatkan Djimat dari para sesepuhnya yang sering dipentaskan pada pertunjukan Topeng dan Prembon. </br></br>Saat ini I Nyoman Suwida adalah salah satu seniman asal Batuan yang paling getol dalam melestarikan kesenian genggong. Nyoman Suwida biasa memainkan instrument getar ini bersama penabuh lain yang tergabung dalam Komunitas Genggong Kutus miliknya. Komunitas seni ini, memiliki jadwal pentas yang padat, baik di desa tempat tinggalnya atau di luar daerah bahkan luar negeri. Jika pentas, paling tidak ada 3 jenis gending Genggong selalu dimainkan oleh Komunitas yang memiliki 15 anggota itu. Ketiga jenis gending itu, yaitu macepetan, sangkep enggung dan magenggongan. Masing-masing dari gending ini memiliki kekhasan, sehingga selalu menarik ketika dipentaskan.ehingga selalu menarik ketika dipentaskan.)
  • Gong Raja Due di Desa Sepang, Buleleng  + (Gong Raja Due adalah seperangkat orkestra Gong Raja Due adalah seperangkat orkestra kuno yang disimpan di Pura Puseh Bale Agung Desa Adat Sepang, Kecamatan Busung Biu, Kabupaten Buleleng, Bali. Asal-usul gambelan ini tidak diketahui, tetapi gambelan ini telah dipentaskan pada saat karya tahunan di Pura Puseh sejak dahulu kala. Gambelan kuno ini hanya boleh dibunyikan ketika odalan oleh hanya delapan belas orang pilihan yang disebut Sekaa Gemblung. </br></br>Orkestra sakral Gong Raja Due ini terdiri atas sepasang kendang, sepasang gong, terompet kuno, dan sebuah alat dari besi yang diketuk untuk menentukan ketukan musik. Ada delapan belas jenis musik yang dimainkan dalam orkestra kuno ini. Delapan belas jenis musik itu sepintas terdengar sama, tetapi dapat dibedakan jelas dari suara terompet dan ketukan kendangnya. </br></br>Orkestra ini dipercaya dapat menghubungkan alam manusia dengan alam tak kasat mata, yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai alam wong samar. Tak hanya itu, orkestra ini juga dipercaya sebagai perwujudan dari dewata yang berstana di Pura Puseh, sehingga sebelum gong ini dimainkan, sebuah upacara penyucian harus dilakukan baik terhadap alat-alat musiknya maupun terhadap kedelapan belas orang pilihan yang bertugas memainkannya. orang pilihan yang bertugas memainkannya.)
  • Gamelan Gong Kebyar  + (Gong kebyar adalah salah satu barungan gamGong kebyar adalah salah satu barungan gamelan Bali berlaras pelog lima nada yang melahirkan ungkapan musikal benuansa kebyar. Gong kebyar menyajikan “tabuh-tabuh kekebyaran” dengan bentuk komposisi yang memainkan seluruh alat gamelan secara serentak dalam aksentuasi yang poliritmik, dinamis dan harmonis. Secara musikal gamelan Gong Kebyar menurut Sugiartha (2008 : 51), adalah sebuah orkestra tradisional Bali yang memiliki perangai keras (coarse sounding ensamble). Konstruksi harmonis yang melahirkan kesatuan perangkat gamelan Gong Kebyar didominasi oleh alat-alat perkusi, ditambah dengan beberapa alat tiup dan gesek. Sebagai gamelan yang berfungsi menyajikan gending-gending pategak (instrumental), mengiringi berbagai jenis tarian maupun dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, Gong Kebyar telah dikenal dan menjadi populer dengan begitu cepat dan mampu menggugah semangat para pencinta gamelan Bali yang menyebar hampir di berbagai belahan dunia. </br></br></br>Gong Kebyar yang diduga muncul pada tahun 1915, memang sudah umum dikenal oleh masyarakat Bali bahkan kini telah dimiliki hampir oleh setiap banjar dan desa di Bali, yang memfungsikan barungan gamelan ini untuk berbagai kepentingan, dari pentas seni yang bersifat presentasi estetik murni, hingga untuk mengiringi upacara ritual keagamaan. I Wayan Rai (2008:7-8) menyebutkan di Bali telah tercatat tidak kurang dari 1.600 barung gamelan Gong Kebyar tentu jumlah ini kian bertambah. Gamelan ini ada yang milik banjar, desa, lembaga formal, maupun perseorangan. Jumlah tersebut masih ditambah lagi dengan banyaknya barungan gamelan Gong Kebyar yang tersebar diberbagai kota di Indonesia dan manca negara.</br></br></br>Di luar negeri, Gong Kebyar mula-mula dikenal lewat literatur dan rekaman. Salah satu rekaman itu adalah yang dihasilkan oleh Odeon dan Beka yang telah merekam gending-gending Gong Kebyar, seperti Kebyar Ding Sempati di Belaluan (Badung). Pada tahun 1931 Sekaa Gong Kebyar Peliatan mengadakan pertunjukan dalam rangkan Colonial Exposition di Paris. Lawatan sekaa ini dilanjutkan lagi tahun 1952 – 1953 ke Amerika Serikat. Kedua tour ini sudah tentu semakin menguatkan eksistensi gamelan Gong Kebyar di mata dunia. </br></br></br>Sampai dewasa ini Gong Kebyar selalu menjadi salah satu media dari diplomasi kebudayaan Indonesia. Adanya group kesenian dan gamelan Gong Kebyar yang dikirim dan ditempatkan di kedutaan negara sahabat mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara-negara di dunia. </br></br></br>Gamelan Gong Kebyar dapat berkembang dengan cepat serta mendapat apresiasi yang positif sampai dewasa ini, karena Gong Kebyar merupakan sebuah barungan yang praktis dan memiliki fleksibelitas yang tinggi. Penyajian Gong Kebyar memberikan ruang yang tidak terbatas bagi para pemainnya (seperti sekaa gong : anak-anak, wanita, remaja, remaja campuran, dewasa termasuk para werdha) untuk berkreasi, yang dapat memberikan sentuhan atraktif dengan penampilan yang lebih hidup dan dinamis. </br></br></br>Kelengkapan instrumen dalam satu barungan untuk gamelan Gong Kebyar tidak semuanya sama. Gong Kebyar dengan instrument yang paling lengkap disebut dengan Gong Kebyar Barungan Jangkep (Barungan Ageng) yang terdiri dari 21 jenis alat, masing-masing memiliki nama tersendiri dan fungsi tertentu terhadap barungannya, yaitu:</br></br>1. satu tungguh trompong, memakai 10 pencon </br>2. satu tungguh reyong, memakai 12 pencon </br>3. sepasang giying, memakai 10 bilah</br>4. dua pasang pemade, memakai 10 bilah </br>5. dua pasang kantil, memakai 10 bilah </br>6. sepasang kenyur, memakai 7 bilah </br>7. sepasang calung, memakai 5 bilah </br>8. sepasang jegogan, memakai 5 bilah </br>9. satu pasang kendang cedugan </br>10. satu pasang kendang gupekan </br>11. satu pasang kendang krumpungan </br>12. sebuah kajar </br>13. sebuah kempur </br>14. sebuah bende </br>15. sebuah kemong </br>16. sebuah kempli </br>17. satu pasang gong lanang-wadon </br>18. satu pangkon cengceng gecek </br>19. delapan cakep cengceng kopyak </br>20. dua buah suling kecil dan delapan buah suling besar </br>21. sebuah rebab </br></br>Secara musikal gamelan Gong Kebyar menggunakan sistem pelog lima nada, sama dengan sistem pelog lima nada pada jenis gamelan Bali yang lain, seperti gamelan Gong Gede, Gong Kebyar dan Palegongan, dengan urutan nada-nada seperti : nding, ndong, ndeng, ndung, dan ndang. Selain itu di dalam sistem pelarasan gamelan Bali ada istilah ngumbang-ngisep. Ngumbang-ngisep adalah dua buah nada yang sama, secara sengaja dibuat dengan selisih frekuensi yang sedikit berbeda. Kalau kedua nada pangumbang dan pangisep dimainkan secara bersamaan maka akan timbul ombak suara yang secara estetika dalam karawitan Bali merupakan salah satu wujud keindahan. </br></br></br>Di dalam Gong Kebyar juga dikenal konsep keseimbangan yaitu sikap hidup yang berorientasi pada “dualisme” baik dan buruk atau yang mencakup persamaan dan perbedaan. Konsep ini dapat dilihat dalam tema-tema kesenian Bali yang sebagian besar berangkat dari dualisme tersebut, sehingga muncul norma dan etika yang kuat dan menjadi bagian dari pertunjukan kesenian. Konsep keseimbangan yang berdimensi dua dapat menghasilkan bentuk-bentuk simetris yang sekaligus asimetris atau jalinan yang harmonis sekaligus disharmonis yang lazim disebut dengan Rwa Bhineda. Dalam konsep rwa bhineda terkandung pula semangat kebersamaan, adanya saling keterkaitan dan kompetisi mewujudkan interaksi dan persaingan. Keseimbangan dalam dimensi dua menjadi salah satu konsep dasar dalam musik Bali termasuk gamelan Gong Kebyar. </br></br></br>Hal ini tercermin dalam instrumen-instrumen Gong Kebyar umumnya dibuat dalam bentuk berpasangan ; lanang – wadon atau laki perempuan, istilah ini dipakai dalam penamaan kendang dan gong. Sistem laras ngumbang – ngisep ; nada yang sama namun dengan frekuensi yang berbeda. Unsur jalinan nada-nada atau suara dengan istilah yang bervariasi, seperti : kotekan, cecandetan, tetorekan dan ubit-ubitan. Teknik bermain kotekan ; menggunakan pukulan sangsih (yang jatuh diantara ketukan) dan pukulan polos (yang jatuh pada ketukan). Semuanya ini mengingatkan adanya unsur-unsur dalam keseimbangan yang tidak selamanya sejajar, tetapi dalam interaksi yang bersifat kompetitif. </br></br></br>Secara umum dapat diamati, bahwa struktur gending-gending Gong Kebyar terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu : kawitan, pangawak dan pangecet. Kawitan diibaratkan sebagai kepala, pangawak diibaratkan sebagai badan, dan pangecet diibaratkan sebagai kaki. Bagian-bagian ini diporsikan secara seimbang, dimana unsur rwa bhineda selalu tertanam didalamnya guna mewujudkan keharmonisan pada masing- masing bagian atau keharmonisan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Secara konseptual, kedua elemen ini menjadi dualisme yang selalu tercermin dalam aktivitas seni di Bali.lu tercermin dalam aktivitas seni di Bali.)