UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Indonesian definition" with value "bakat". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 251 results starting with #1.

View (previous 500 | next 500) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Timbun  + (api unggun yang dibuat di tempat terjadi kecelakaan.)
  • Api takep  + (api yang ditaruh pada dua keping sabut kelapa yang diletakkan bersilang, yang di atas menelungkup menutupi yang di bawah, dipakai pada waktu upacara buta yadnya)
  • Apine  + (apinya; api itu)
  • Dapes  + (apit, tekan)
  • Bungkak nyinying  + (Apocynaceae, adalah family (keluarga) tanaman berbunga yang memiliki bentuk beragam, dari bentuk pohon, semak, herba, sukulen dan tanaman merambat, yang biasa disebut keluarga dogbane.)
  • Daja  + (utara)
  • Ulu  + (delapan)
  • Kaja  + (arah mata angin yang menunjukkan arah utara)
  • Kelod  + (arah selatan)
  • Kedel  + (arah, pihak, atau sisi bagian badan kita yang berisi jantung)
  • Areng  + (arang)
  • Gamongan  + (cara mengatakan sesuatu. dengan mengucapkan kalimat yang terdengar seperti pesan, tetapi memiliki arti berbeda atau tidak bermakna)
  • Pralingga  + (arca; sebuah media pemujaan yang telah dilakukan proses penyucian sehingga dipercaya sebagai simbol dari kedudukan dewa tertentu sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa)
  • Tunon  + (areal pembakaran jenazah untuk bangsawan (lazimnya di pekuburan))
  • Arengga  + (Arenga pinnata)
  • Badeg  + (Arenga pinnata)
  • Ariang  + (Ariang adalah hari kedua dalam sad wara)
  • Arjuna  + (Arjuna merupakan salah satu tokoh dari Panca Pandawa yang pandai memanah)
  • Sengeng  + (aroma yang tidak enak)
  • Pengarung  + (Arsitek terowongan air tradisional Bali)
  • Artos  + (arti)
  • Teges  + (arti)
  • Artiang  + (terjemahkan)
  • Arug  + (Arug adalah pisau besar yang kurang lebih berukuran 1 meter yang berisi campuran nikel sebagai pembentuk pamor. pisau ini memiliki ujung bercabang dua dan biasanya dipergunakan pada saat upacara pengabenan)
  • Betara Hyang  + (leluhur yang didewakan yang telah dipasang di tempat pemujaan di kuil keluarga (sanggah))
  • Dewa hyang  + (arwah leluhur yang tlah disucikan.)
  • Sangih  + (asah; gosok dengan benda keras (supaya runcing, berkilap, dan sebagainya))
  • Asal  + (asal)
  • Kasalan  + (asal; apabila; dengan syarat, asalkan)
  • Kasal  + (asal; dengan syarat; apabila)
  • Ulah  + (usir; halau)
  • Asem  + (asam)
  • Amla  + (asam)
  • Tuju  + (asam urat)
  • Asep  + (asap)
  • Andus  + (asap)
  • Kudus  + (asap)
  • Pakeh  + (asin)
  • Para  + (para)
  • Waneh  + (Asing, beda, tidak sama (halnya, rupanya, dan sebagainya).)
  • Asli  + (asli)
  • Rangsek  + (sesak nafas disertai rasa sakit)
  • Semara  + (asmara; birahi)
  • Gala-gala  + (aspal)
  • Carangcang kawat  + (Asparagus (Asparagus officinalis))
  • Asrama  + (asrama tempat orang yg belajar agama Hindu)
  • Ias  + (hampir kering (tentang bubur))
  • Astaguna  + (astaguna adalah orang dengan bentuk muka bundar dan selalu berguna atau berjasa bagi orang lain.)
  • Miara  + (asuh Bentuk morfem terikat yang belum bermakna dan akan bermakna jika mendapat imbuhan/afiks, misalnya kaemban 'diasuh' atau ngemban 'mengasuh')
  • Emban  + (Asuh)
  • Empu  + (asuh; jaga; bimbing)
  • Kedalon  + (asyik, dalam keadaan sibuk (melakukan sesuatu dengan gemarnya), sangat terikat hatinya; penuh perhatian)
  • Genteng  + (atap dari tanah liat yang dicetak dan dibakar)
  • Pemada  + (atap ilalang atau ijuk yang terpasang nomor dua dari bawah)
  • Seng  + (miring; mengsong; tidak simetris)
  • Duur  + (atas; di atas)
  • Utawi  + (atau)
  • Wiadin  + (atau; walaupun)
  • Atma  + (jiwa; roh)
  • Tebengin  + (Attach the barrier)
  • Mareket  + (melekat)
  • Plipirang  + (atur agar berderet rapi; rapikan; tata)
  • Atur  + (atur; susun)
  • Tata  + (aturan)
  • Sor singgih  + (aturan pemilihan tinggi rendah ragam bahasa menurut hubungan antara pembicara)
  • Adat  + (aturan secara tradisional yang selalu ditaati)
  • Darma sesana  + (aturan-aturan agama)
  • Sa  + (transliterasi Latin aksara Bali yg kedelapan dl aksara Bali (aksara Wianjana))
  • Maka  + (awalan yang artinya semua, seluruh)
  • Pati  + (Awalan yang menyatakan perbuatan dilakukan berulang kali tak menentu)
  • Pra  + (awalan yang menyatakan seketika)
  • A  + (awalan yang sama artinya dengan se; sebungkus)
  • Awan  + (nama ikan tongkol dalam bahasa Bali)
  • Jelada  + (awan)
  • Sayong  + (uap air sebagai hasil kondensasi yang masih dekat dengan tanah yang terjadi karena peristiwa pemanasan atau pendinginan udara, biasanya menyebabkan jarak pandang di permukaan bumi berkurang)
  • Ambu  + (awan putih)
  • Ambun  + (awan putih)
  • Lamad  + (selaput tipis)
  • Tatas  + (awas; jelas)
  • Ajung  + (ayah)
  • Aji  + (harga)
  • Ajin  + (lihat; hirau)
  • Nanang  + (ayah; bapak)
  • Yayah  + (ayah; bapak)
  • Bapane  + (ayahnya; bapaknya; partikel {ne} menyatakan kepemilikan atau memperjelas kata yang diikuti. Pada kata 'bapane' dapat diartikan sebagai ayah milik seseorang)
  • Iber-iber  + (ayam atau burung perkutut yang dilepaskan pada waktu menara usungan mayat baru tiba di kuburan.)
  • Betutu  + (lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yanlauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh yang berisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam. Betutu ini telah dikenal di seluruh kabupaten di Bali. Salah satu produsen betutu adalah desa Melinggih, kecamatam payangan kabupaten Gianyar. Ayam betutu juga merupakan makanan khas Gilimanuk. Betutu digunakan sebagai sajian pada upacara keagamaan dan upacara adat serta sebagai hidangan dan di jual.a adat serta sebagai hidangan dan di jual.)
  • Sata wana  + (ayam hutan)
  • Keker  + (ayam hutan)
  • Siap bakakap  + (ayam panggang utuh yang tidak berisi empedu dan usus (isi perut))
  • Uran  + (Ayam sabungan yang harus dikeluarkan oleh anggota perkumpulan.)
  • Demerit  + (ayam yang badannya baru tumbuh)
  • Saungan  + (ayam yang belum pernah diadu)
  • Bekakak  + (Ayam yang sudah di sembelih kemudian dibersihkan, dan di isi bumbu setelah itu di taruh diatas arang untuk beberapa waktu sampai ayam tersebut matang)
  • Sata  + (ayam; istilah untuk ayam yang digunakan dalam sajen)
  • Ayam  + (ayam; unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, berjengger, yang jantan berkokok dan bertaji, sedangkan yang betina berkotek dan tidak bertaji.)
  • Ayun  + (depan; hadap (Alus Singgih))
  • Yung  + (sudah tidak sempurna (baik, utuh) lagi)
  • Ayunan  + (ayunan; perkakas yang bergantung untuk menidurkan anak, terbuat dari rotan, kain panjang, dan sebagainya; buaian)
  • Gayungang  + (ayunkan (tentang tangan atau kaki))
  • Sargah  + (bab pada Kakawin Ramayana)
  • Babad  + (babad; riwayat; tambo; sejarah)
  • Rabas  + (babat)
  • Abas  + (babat; tebas)
  • Bawi  + (babi)
  • Celeng Alase  + (babi hutan itu)
  • Bangkal  + (babi jantan besar bertaring)
  • Langkang gading  + (Babi yang perutnya berwarna putih (gading))
  • Paca  + (baca)
  • Wacen  + (baca)
  • Baca  + (baca)
  • Papaosan  + (bacaan)
  • Babasan  + (bacaan atau parafrase atau terjemahan langbacaan atau parafrase atau terjemahan langsung dari teks yang diucapkan atau dialog teater ke Bali kontemporer. Teks biasanya prosa dan puisi Jawa Kuno, kakawin. Biasanya ada dua peserta, satu, juru baca, membaca frasa dari teks, yang biasanya tidak dapat dipahami oleh audiens, dan yang kedua, juru basa, menerjemahkan atau memparafrasekannya ke dalam bahasa daerah, biasanya bahasa Bali menengah atau tinggi, yang penonton bisa mengerti. Kadang-kadang bebaos dilakukan di sekeliling sekuler, sebagai klub atau banjar, untuk tujuan mempelajari teks, dalam hal ini mungkin ada argumen tentang makna atau keakuratan terjemahan. Di Jimbaran bebasan tidak pernah dilakukan saat upacara.basan tidak pernah dilakukan saat upacara.)
  • Ambawang  + (bacang; tumbuhan jenis mangga, kulit batanbacang; tumbuhan jenis mangga, kulit batangnya berwarna abu-abu dan pecah-pecah, pada bagian kulit yg pecah keluar getah yg membentuk damar berwarna jernih, daunnya kasar dan rapuh, bunganya berbentuk malai dan harum, buahnya besar berbentuk bulat telur dan berbiji besar, daging buahnya berserat, rasanya masam agak manis, biasa digunakan untuk campuran minuman dinginsa digunakan untuk campuran minuman dingin)
  • Bakungan  + (badai)
  • Warak  + (badak)
  • Badak  + (badak)
  • Awak  + (badan)
  • Ondo  + (badan besar tapi pemikiran kecil (tentang manusia))
  • Lingga sarira  + (badan halus manusia (disebut juga suksma sarira))
  • Angga sarira  + (badan kasar, jasmani)
  • Gede ganggas  + (badan yang besar dan tinggi)
  • Angga  + (badan, tubuh, jasmani, raga)
  • Bade  + (badé - duga; tebak; kira)
  • Luir  + (bagai; bagaikan; sebagai)
  • Ngratna  + (bagaikan bunga ratna/kenop (Gomphrena globosa))
  • Punapi  + (bagaimana; apa)
  • Sapunapi  + (bagaimana; apa sebabnya)
  • Kudiang  + (bagaimanakan)
  • Dum  + (bagi)
  • Perang  + (perang)
  • Pah  + (bagi)
  • Bencah  + (berlubang sehingga air (udara) dapat keluar atau masuk; tiris; terbelah menjadi beberapa bagian)
  • Repah  + (bagi (Basa Alus Mider : merupakan bahasa alus yang digunakan kepada orang-orang yang berada di bawah atau orang yang berada di atas atau bahasa yang memuat rasa meninggikan orang yang patut ditinggikan))
  • Rimbagang  + (potongkan)
  • Duman  + (bagian)
  • Bayuhan  + (Bagian)
  • Erang-erang  + (nama jenis ikan laut)
  • Bajra  + (genta)
  • Prana  + (jiwa)
  • Singkal  + (bagian bajak yang menindih baji)
  • Penyu kambang  + (bagian bangunan menurut gaya bangunan Bali yang menonjol (sehingga nampaknya seperti penyu) untuk diukir (pada tembok, dsb. ))
  • Pangiring  + (bagian bangunan yg dipasang miring (pd atap lumbung))
  • Campang  + (bagian batang kayu yang tumbuh dari pokok atau dahan (cabang yang besar disebut dahan dan cabang yang kecil disebut ranting) pada pohon)
  • Paos  + (bagian cerita; uraian)
  • Jero  + (panggilan untuk yang dihormati atau yang belum dikenal)
  • Jeroan  + (bagian dalam suatu bangunan (misalː rumah, pura))
  • Tetimpug  + (bagian dari caru; sarana sajen)
  • Baluh-baluh  + (bagian dari jaring untuk menangkap ikan, dipasang di sepanjang tepi atas dan sering terbuat dari sandal bekas sehingga dapat mengapung)
  • Bulu mata  + (bagian dari kelopak mata yang berupa rambut berfungsi untuk melindungi mata dari benda asing.)
  • Mebanjar  + (bagian dari komunitas)
  • Parwa  + (bagian dari Mahabarata)
  • Empugan  + (rekahan tanah; tanah yang pecah dan retak)
  • Lalata  + (bagian depan kepala di atas alis atau di bawah rambut)
  • Grahasta  + (tahapan kedua setelah melalui tahapan yang di sebut brahmacari; dalam kehidupan Grahastha adalah waktunya untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh pada masa Brahmacari untuk memperoleh harta untuk menopang kehidupan dalam berumah tangga)
  • Wanaprastha  + (bagian ketiga dari Catur Asrama yang merubagian ketiga dari Catur Asrama yang merupakan tingkat kehidupan dengan menjauhkan diri dari nafsu - nafsu keduniawian; pada masa ini hidupnya diabdikan kepada pengamalan ajaran Dharma; dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh kelepasan / moksa dipraktekkannya dalam kehidupan sehari - hariraktekkannya dalam kehidupan sehari - hari)
  • Petitis  + (bidik)
  • Apane  + (bagian mana; bagian apa)
  • Lelentek  + (rahang bawah; dagu)
  • Bubug  + (Bagian permukaan bumi yang mendatar dan terletak pada ketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut.)
  • Brahman  + (Bagian pertama dari Panca Srada yang berarti percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya.)
  • Lambung  + (bagian samping badan)
  • Catu  + (Bagian sanggah)
  • Pangambean  + (bagian sesajen pada upacara ngambe untuk memanggil dan menyongsong leluhur, Tuhan dan sebagainya)
  • Tibu  + (bagian sungai yang dalam)
  • Ganjot  + (tumit)
  • Teben  + (hilir)
  • Tebenan  + (hilir)
  • Nada  + (suara; bunyi)
  • Kungkungan  + (tempat mengurung; kurungan)
  • Cengelan  + (bagian tubuh (manusia atau binatang) yang menghubungkan kepala dengan tubuh yang lain)
  • Batun salak  + (Bagian tubuh berupa tonjolan yang berada di tenggorokan dan bersinggungan dengan sistem pernapasan manusia.)
  • Tundu  + (bagian tubuh yang berada di belakang)
  • Akah  + (akar)
  • Dori  + (bagian tumbuhan yang runcing dan tajam; bulu binatang yang kaku dan tajam)
  • Lelata  + (dahi)
  • Baga  + (kelamin wanita)
  • Bagian  + (bagian; divisi; bagian dari suatu pekerjaan)
  • Dumang  + (bagikan)
  • Paroang  + (bagikan menjadi dua)
  • Bagus  + (tampan; cakap (tentang wajah, rupa laki-laki))
  • Abra  + (bagus)
  • Banat  + (bagus)
  • Luwung  + (bagus, indah, baik)
  • Ganal  + (bagus; tampan)
  • Banatang  + (baguskan; buat menjadi bagus)
  • Bagia  + (bahagia)
  • Srana  + (bahan)
  • Gim  + (akhir dari satu babak permainan domino)
  • Brosur  + (bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem)
  • Cacalan  + (Bahan kue (untuk upacara) yang siap digoreng)
  • Lau  + (bahan mencampur nira supaya kadar alkoholnya tinggi (berupa sabut, kapur dsb).)
  • Bena  + (1 aku: Contoh : Bena ané ngelah totonan (aku yang punya itu); 2 engkau: Contoh: Bena ané pantes kema (engkau yg pantas ke sana))
  • Engkuk  + (bahan sajen yg dibuat dr usus babi (pelengkap gayah))
  • Kakedekan  + (bahan tertawaan, yang menjadi penyebab tertawa)
  • Bijik  + (bahan untuk membuat minuman cendol; terbuat dari jeli dengan ukuran yang kecil dan beraneka warna; cincau)
  • Panyampi  + (bahan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan seseorang dari penyakit)
  • Bungkus  + (bungkus)
  • Rasmen  + (bahan-bahan untuk membuat sajen)
  • Bakal  + (akan)
  • Tabuh  + (bahasa dialek atau logat yang digunakan di masing-masing daerah)
  • Basa  + (bahasa; sistem, tanda, bunyi, yang disetujui untuk digunakan di dalam kelompok masyarakat tertentu)
  • Ila  + (bahaya)
  • Kadi rasa  + (bahkan)
  • Bahu  + (bahu)
  • Bau  + (Bahu; pundak)
  • Melah  + (baik)
  • Ala ayu  + (baik buruk (tt hari dalam sistem tarikh tradisional Bali))
  • Luung  + (baik, bagus)
  • Luwih  + (baik; utama)
  • Luih  + (baik; utama; elok; patut;)
  • Pada  + (sama; setara)
  • Tekap  + (bajak)
  • Tenggala  + (bajak; perkakas pertanian yang terbuat dari kayu atau besi untuk menggemburkan dan membalikkan tanah; luku; tenggala)
  • Gagenceng  + (bajak; tali yang dihubungkan ke hidung sapi atau kerbau yg berfungsi sebagai kendali)
  • Bajo  + (ikan besar yang dijemur)
  • Baji  + (baji; pasak)
  • Kuaca  + (baju)
  • Klambi  + (baju)
  • Baju doplang  + (kaus singlet)
  • Rompi  + (baju yg tidak berlengan; rompi)
  • Baju  + (baju; pakaian)
  • Ebak  + (Bentuk variasi bebas dari kata 'bak')
  • Kacut  + (bakal serangga (kupu-kupu) yang berada dalam stadium (kehidupan) ketiga sebelum berubah bentuk menjadi kupu-kupu atau serangga, biasanya terbungkus dan tidak bergerak)
  • Geseng  + (bakar)
  • Orob  + (bakar)
  • Tunjel  + (bakar; hanguskan (dengan api); panggang)
  • Tunu  + (bakar; tunu; panggang)
  • Tunuang  + (bakarkan; panggangkan)
  • Penarak  + (bakul dari bambu beralas bujur sangkar (bagian atasnya bundar dan lebih besar))
  • Panarak  + (bakul dari bambu beralas bujur sangkar (bagian atasnya bundar dan lebih besar) biasanya digunakan untuk tempat nasi)
  • Wakul  + (bakul kecil berbentuk silinder yang dipakai dalam upacara agama ; wadah yang terbuat dari anyaman bilah bambu, bagian atas berbentuk lingkaran dan bagian bawah (kaki) berbentuk persegi.)
  • Rangkang  + (rumah)
  • Bale angklung  + (balai angklung; sebuah tempat untuk meletakkan berbagai peralatan upacara)
  • Ngambeng  + (bertaruh besar (judi))
  • Bale bunder  + (balai atau bangunan persegi enam)
  • Bale sumangkirang  + (balai bertiang dua belas beratap ijuk, dahulu digunakan oleh raja-raja untuk upacara, sekarang sebagai tempat sajen di Besakih)
  • Bale timbang  + (balai bertiang dua di sawah atau di balé banjar, tempat menimbang padi)
  • Paseban  + (persidangan)
  • Bale bengong  + ("bale bengong" yang dalam bahasa Bali berarti "balai santai" yaitu sejenis bangunan yang bertiang empat terbuat dari kayu dengan ornamen-ornamen khas Bali dan biasanya digunakan untuk tempat bersantai)
  • Piasan  + (balai suci tempat menghias pratima dsb, atau tempat sajen yang ada di tempat suci)
  • Mundak  + (balai yang bertiang enam)
  • Bale  + (rumah)
  • Tumpang salu  + (Balai-balai dari bambu gading tempat pembaringan mayat.)
  • Plangkan  + (balai-balai dari kayu; tempat duduk dari kayu dan bambu)
  • Tragtag  + (undakan yg dipasang di panggung, badé, dsb)
  • Asagan  + (balai-balai dr bambu (tempat sajen, tempat memandikan mayat, dsb))
  • Balapan  + (balapan; perlombaan)
  • Bales  + (deras)
  • Wales  + (balas; jawab)
  • Walesang  + (balaskan; meminta orang lain untuk membalas)
  • Blaganjure  + (Blaganjur (salah satu jenis musik tradisional Bali))
  • Baligrafi  + (Baligrafi merupakan seni menulis indah. AdBaligrafi merupakan seni menulis indah. Adapun penjelasan mengenai Kaligrafi dan Baligrafi adalah Kaligrafi merupakan seni menulis indah yang berasal dari bahasa asing (bahasa Inggris) Caligraphy is (art) Beautiful Hand. Dimana bahasa latinnya Calios (indah) dan graph (tulisan) jadi artinya adalah tulisan indah. Baligrafi ini muncul pada tanggal 1 Juli 2013. Sebagai inisiator dari istilah Baligrafi ini adalah maestro seni lukis I Nyoman Gunarsa dkk, tepatnya pada momen Festifal Bahasa Bali. Penekanan Baligrafi adalah keindahan penulisan Aksara Bali yang bermakna.dahan penulisan Aksara Bali yang bermakna.)
  • Malipetan  + (balik arah; kembali)
  • Matulak  + (Balik ke tempat atau ke keadaan semula.)
  • Balik  + (balik; kembali)
  • Pelitang  + (lipat; lipatkan)
  • Balikang  + (balikkan; kembalikan)
  • Pindekan  + (baling-baling)
  • Balok  + (batang kayu yang telah dirimbas, tetapi belum dijadikan papan dan sebagainya)
  • Dedanga  + (balok yang melintang (antara dua tiang pintu atau jendela); kayu palang (antara tiang dan sebagainya) pintu)
  • Kembungan  + (balon karet, kandung kemih hewan)
  • Balon  + (balon; lampu (bohlam))
  • Uapin  + (balur, membalurkan)
  • Bengul  + (tebal spt bengkak (tt mata))
  • Bedbedin  + (baluti; balut)
  • Bedbedang  + (balutkan; bebatkan; ikatkan)
  • Bamadewa  + (Bamadéwa - nama lain dari Siwa)
  • Tiing  + (bambu)
  • Pering  + (bambu (polite words))
  • Ulakan  + (bambu alat penggulung benang tenun)
  • Ampel gading  + (bambu ampel gading (kekuningan))
  • Tiing petung  + (bambu petung)
  • Penjor  + (bambu utuh dengan ujung melengkung yang dihiasi janur, berisi hasil bumi (sandang, pangan) yang dipergunakan dalam upacara (yadnya))
  • Tiing tamblang  + (bambu yang bagus digunakan untuk membuat semat.)
  • Jlempung  + (bambu yang besar)
  • Tiing jajang  + (bambu yang kecil-kecil)
  • Tiing ampel  + (bambu yang tebal, lubangnya kecil dan ruasnya pendek-pendek, biasanya digunakan untuk arang dan alat pemikul.)
  • Tiing buluh  + (salah satu jenis bambu)
  • Ban  + (ban)
  • Bandar  + (bandar judi; bandar judian)
  • Pengkung  + (bandel; keras kepala)
  • Bengkung  + (bandel; nakal)
  • Banding  + (banding)
  • Bandingin  + (bandingi)
  • Imbangang  + (bandingkan)
  • Bandungang  + (pertandingkan)
  • Bandingang  + (bandingkan; dibandingkan)
  • Cangak  + (a heron)
  • Bangen  + (bangén - sering mujur dalam usaha)
  • Bangga  + (bangga)
  • Bonggan  + (besar hati; merasa gagah (karena mempunyai keunggulan))
  • Ajumang  + (banggakan)
  • Banggaang  + (banggakan; buat menjadi bangga)
  • Bangke  + (bangké - bangkai; mayat)
  • Bangkebai  + (bangkébai - sejenis meriam)
  • Magebras  + (bangkit dengan cepat karena marah)
  • Gebrasang  + (bangkitkan (semangat))
  • Bangkrut  + (bangkrut)
  • Dampar  + (datar dan luas)
  • Bangku  + (bangku; tempat duduk; papan dan sebagainya (biasanya panjang) berkaki untuk tempat duduk)
  • Bangsa  + (bangsa; jenis)
  • Bangsal  + (bangsal)
  • Bangun  + (bangun)
  • Matangi  + (bangun (dari tidur); bangkit; berdiri)
  • Gedong  + (gedung)
  • Bale subak  + (Bangunan berbentuk wantilan, biasanya di areal pura subak, digunakan sebagai tempat berapat bagi anggota subak.)
  • Bale kambang  + (bangunan bertiang 28, didirikan pada gundukan tanah yang dikelilingi kolam sebagai balai sidang raja, para pendeta, serta pejabat istana)
  • Bale manguntur  + (bangunan bertiang delapan belas menghadap ke selatan tempat bersemayam dewa-dewa pada waktu upacara Batara Turun Kabéh)
  • Bale bandung  + (bangunan bertiang dua belas berisi jalur-jalur dan hiasan-hiasan di atas tiang-tiangnya)
  • Bale mujur  + (bangunan bertiang dua belas, didirikan di bagian barat pekarangan rumah, sebagai tempat menerima tamu)
  • Bale pawedan  + (bangunan bertiang empat yang digunakan sebagai tempat duduk pendeta melakukan pemujaan saat memimpin upacara ritual keagamaan)
  • Bale pegat  + (bangunan bertiang enam dengan balai-balainya terbagi dua, terletak di bagian barat pekarangan rumah, sebagai tempat menerima tamu)
  • Bale sari  + (bangunan bertiang sembilan letaknya di bagian barat pekarangan rumah, biasa disebut balé singasari)
  • Wantilan  + (bangunan besar terbuka atapnya biasanya dibuat bertingkat, berguna sebagai tempat pertemuan umum)
  • Pangubengan  + (bangunan darurat di halaman luar pura untuk tempat pemujaan)
  • Bale salunglung  + (bangunan kecil segi empat bertiang tiga untuk tempat perlengkapan pembakaran mayat)
  • Bale pagambuhan  + (bangunan memanjang bertiang dua belas tempat pementasan gambuh, biasa terdapat di halaman tengah puri)
  • Bale kembar  + (bangunan memanjang dan berjajar masing-masing bertiang delapan)
  • Bale agung  + (bangunan panjang bertiang dua belas atau lebih)
  • Bale lantang  + (sebuah bangunan dewan suci; dibangun di atsebuah bangunan dewan suci; dibangun di atas fondasi batu bata dan berorientasi secara longitudinal pada poros menanjak-menurun; di sana diadakan pertemuan dewan desa yang berlangsung setiap bulan baru dan purnama, kepala rumah tangga berkumpul dan mengambil tempat mereka di dalam bale lantang sesuai urutan status sosial yang ketat, yang mengharuskan mereka untuk duduk dalam dua baris paralel sesuai urutan senioritas mereka; anggota paling senior selalu berada di ujung menanjak (kaja/utara) pada sisi kangin/timur (matahari terbit)) pada sisi kangin/timur (matahari terbit))
  • Bale ongkara  + (bangunan persegi empat bertiang satu, beratap ijuk di kiri kanan kori agung (Besakih), disebut juga Balé Mundar-Mandir)
  • Bale murda  + (bangunan persegi empat bertiang sebelas untuk tempat upacara adat di puri (istana raja))
  • Bale mandapa  + (bangunan pokok bertiang dua belas, umumnya digunakan sebagai tempat musyawarah)
  • Bale paselang  + (bangunan rumah persegi empat bertiang delapan, sebagai tempat upacara di Pura Besakih)
  • Bale pelik  + (bangunan rumah persegi empat berukuran kecil bertiang empat sebaga pengapit pelinggih atau tugu di pura-pura)
  • Bale banjar  + (bangunan rumah tempat pertemuan umum bagi warga desa)
  • Meten  + (bangunan rumah yg terletak di bagian utara pekarangan, bertiang delapan dan bertembok keliling)
  • Bale wongkilas  + (bangunan segi empat panjang, bertiang enam dengan rangkaian rusuk dibuat sedemikian rupa sehingga tampak seakan-akan tidak memiliki sambungan)
  • Raranggon  + (bangunan sementara.)
  • Palinggih  + (bangunan suci)
  • Panyawangan  + (bangunan suci tempat bersembahyang; kuil)
  • Parhyangan  + (bangunan suci tempat pemujaan agama Hindu; pura)
  • Bebaturan  + (bangunan suci yang tersusun dari batu padas yang bagian atasnya rata)
  • Warung  + (bangunan tempat berjualan; warung; lapak; kedai)
  • Bale majalila  + (bangunan tempat bersemayam Ratu Majalila di Besakih)
  • Bale tegeh  + (bangunan tinggi di pojok halaman istana atau pura)
  • Dunungan  + (bangunan untuk tempat sementara (seperti yang didirikan di ladang, di hutan, dan sebagainya))
  • Bebakuhan  + (bentuk umum suatu bangunan)
  • Candi  + (Bangunan yang bentuknya menjulang terbuat dari batu bata, padas, dan lain-lain, yang berfungsi sebagai gapura.)
  • Bale gong  + (bangunan yang terletak di jaba tengah atau jaba sisi pada sebuah pura yang berfungsi sebagai tempat menabuh gong dan gamelan)
  • Bale gede  + (bangunan yg terletak di bagian selatan atau timur pekarangan rumah, bertiang dua belas, berdinding tembok di bagian selatan dan timur)
  • Iab  + (sama umurnya (tuanya))
  • Gentuh  + (banjir)
  • Galeng  + (bantal)
  • Pepedek  + (bantal (ASI/Alus Singgih))
  • Banten  + (Banten saiban adalah persembahan yang paliBanten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.eharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.)
  • Banten saiban  + (Banten saiban adalah persembahan yang paliBanten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.eharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.)
  • Punjung kesiba  + (banten sesaji berupa nasi bubur, telur ayam kampung yang telah direbus, dan sayur isen berisi daun kelor yang diberi garam dan sesari atau uang kepeng.)
  • Pantigang  + (banting)
  • Pantig  + (banting)
  • Pangseg  + (Banting)
  • Rombo  + (bantu bekerja; bantu mengerjakan sesuatu)
  • Panampih  + (bantuan)
  • Pakedengan  + (bantuan (tenaga dari anggota perkumpulan))
  • Ebek  + (Istilah untuk menyatakan sesuatu yang sudah berisi penuh.)
  • Akeh  + (banyak)
  • Katah  + (banyak)
  • Aken  + (sungguh-sungguh)
  • Akueh  + (banyak)
  • Bahu  + (bahu)
  • Ombéh  + (banyak)
  • Begak  + (besar jumlahnya; tidak sedikit; amat; sangat; lebih-lebih)
  • Embit  + (banyak)
  • Sempok  + (banyak (tt rumpun bibit padi))
  • Renyep  + (rapat dan indah (tentang tulisan, ukiran, dsb))
  • Pegil  + (banyak akal; cerdik (adjektiva))
  • Tibuan  + (banyak bagian sungai yang dalam)
  • Pakedutdut  + (banyak berdenyut-denyut di sana sini di sekujur tubuh)
  • Gadgadan  + (banyak berisi kutu ayam; banyak berisi kutu yang menyebabkan gatal)
  • Bracuk  + (banyak bicara dan tidak berujung pangkal)
  • Ngengengan  + (dukun dengan menggunakan nujum untuk mengobati atau memberi petunjuk tentang penyebab musibah yg dialami seseorang)
  • Abuk  + (banyak dan merata; tumbuh dan merata)
  • Nildil  + (banyak kali; terus menerus)
  • Pakecorcor  + (banyak memancur disana-sini)
  • Pakeeng  + (banyak orang bersungut-sungut)
  • Pagremos  + (banyak orang makan dengan lahap.)
  • Pakeek  + (banyak orang mengeluarkan bunyi "keek" sebagai tanda mengejek)
  • Pakaik  + (banyak orang menjerit (memekik))
  • Becek  + (banyak orang sakit dan mati krn wabah)
  • Pajlempoh  + (banyak orang yang bersimpuh, duduk dengan kedua kaki dilipat ke belakang dan ditindih dengan pantat; bertimpuh; bertelut)
  • Padlekep  + (banyak orang yang merapatkan muka)
  • Gemuh  + (banyak penduduk dan sejahtera; serba kecukupan; tidak kekurangan)
  • Pabrésés  + (banyak robek di sana- sini.)
  • Ablegag  + (besar jumlahnya; tidak sedikit)
  • Abrésé  + (Banyak sekali.)
  • Rompot  + (banyak tumbuh (kudis); penuh kudis)
  • Mabikas  + (banyak ulah (perbuatan) yang aneh-aneh atau yang tidak sewajarnya; lagak; canda)
  • Pajodog  + (banyak yang bercokol, duduk-duduk berkumpul)
  • Pajririt  + (banyak yang berguling cepat)
  • Pajongkok  + (banyak yang berjongkok)
  • Incuh  + (banyak yang dikerjakan)
  • Bejad  + (banyak yang dikerjakan; giat dan rajin (mengerjakan sesuatu); penuh dengan kegiatan (misalnya orang yang lalu-lalang, mobil-mobil bersimpang siur))
  • Padlepek  + (banyak yang duduk dan tidur di atas sebuah lantai)
  • Padulengek  + (banyak yang melihat ke atas; memandang ke atas)
  • Pagaang  + (banyak yang merangkak; banyak yang bergerak dengan bertumpu pada tangan dan lutut)
  • Pajungkling  + (banyak yang terjungkir; saling terjungkir)
  • Begeh  + (banyak; jumlah bilangan besar; tidak sedikit)
  • Bapa  + (bapak)
  • Baleman  + (bara)
  • Baa  + (bara)
  • Barang  + (barang)
  • Tetadtadan  + (barang bawaan yang ditenteng)
  • Rombengan  + (barang bekas; rombengan (biasanya tentang pakaian bekas))
  • Bablanjan  + (barang belanjaan)
  • Bablanjanne  + (barang belanjaan; barang-barang yang dibeli (oleh seseorang))
  • Dawat  + (barang cair yang berwarna (hitam, merah, dan sebagainya) untuk menulis; dawat; mangsi; bahan berwarna yang mengandung lemak yang dioleskan pada gambar cetak untuk mengalihkan gambar cetak itu pada kertas)
  • Damah  + (barang cair yang pekat dan licin (seperti dahak, ingus) yang dihasilkan oleh kelenjar bersel satu pada selaput lendir, menyebabkan permukaan yang dilapisi selalu basah〔Mucus〕 yang dihasilkan oleh bayi yang baru lahir)
  • Gegaden  + (barang jaminan; barang yang digunakan sebagai jaminan)
  • Dagangan  + (segala sesuatu yang dijual/apa-apa yang dijual sebagai barang niaga.)
  • Gedah  + (barang pecah belah dr gelas atau tembikar)
  • Petias  + (penegasan)
  • Dluang  + (Barang tipis yang mudah robek atau hancur oleh air, dibuat dari kulit kayu atau jerami, dipakai untuk menulis atau membungkus barang.)
  • Pepapétan  + (barang titipan)
  • Canglak  + (barang untuk menampung sesuatu dengan menggunakan tangan)
  • Sesuunan  + (barang yang dijunjung)
  • Jljolan  + (barang yang ditumpuk; timbunan; onggokan)
  • Gegrabadan  + (barang-barang dagangan yang kecil-kecil seperti terasi, garam, gambir dsb)
  • Minab  + (barangkali)
  • Menawi  + (barangkali; mungkin; kemungkinan)
  • Mirib  + (barangkali; mungkin; kira-kira)
  • Miriban  + (barangkali; mungkin; kira-kira)
  • Neriti  + (barat daya)
  • Kaja kauh  + (barat laut; arah mata angin di antara barat dan utara)
  • Kauh  + (Barat; arah mata angin tempat terbenamnya matahari.)
  • Dauh  + (Barat; nama arah mata angin tempat matahari terbenam.)
  • Badauh  + (barat; sebelah barat)
  • Baris  + (tari tunggal yang biasanya ditarikan oleh laki-laki menurukan sikap dan gerak-gerik pahlawan dalam peperangan.)
  • Mara  + (baru)
  • Wawu  + (baru)
  • Nembenin  + (baru pertama kali)
  • Wau  + (baru saja)
  • Majog  + (baru saja datang)
  • Ngecai  + (baru tumbuh)
  • Baru  + (baru, masi baru)
  • Anyar-anyar  + (baru-baru)
  • Anyar-anyaran  + (baru-baru)
  • Anyar  + (baru; segar)
  • Belus  + (basah)
  • Bengilan  + (kotor)
  • Emblong  + (bentuk morfem bebas yang merujuk pada kelas kata benda (nomina))
  • Wajikin  + (basuh; cucii (tangan atau kaki))
  • Betako  + (bata yang dibuat dari adukan pasir dan teras atau semen, dan berongga (ukurannya lebih besar daripada batu bata biasa, biasanya berukuran 8 x 24 x 32 cm))
  • Buung  + (batal; tidak jadi)
  • Buungang  + (Batalkan)
  • Lidi  + (batang daun kelapa)
  • Bantang  + (sepotong batang kayu)
  • Gedebong  + (batang pisang)
  • Bangkong  + (batang sabrang (sejenis ubi-ubian yang seukuran kemiri, rasanya mirip keladi) yang menyerupai umbi)
  • Gagilik  + (batang yang digunakan untuk menutupi ujung pendek atap ambengan (alang-alang))
  • Bantas  + (kira-kira; lebih kurang)
  • Jangka  + (acu; cetak (bata, kue, dll))
  • Ambeg paramarta  + (batin seseorang yang sudah sampai pada tujuan)
  • Batu  + (batu)
  • Citakan  + (Batu bata tetapi yang masih mentah/belum dibakar.)
  • Bintulu  + (batu kapur di laut yang terjadi dari zat yang dikeluarkan oleh binatang kecil jenis anthozoa (tidak bertulang punggung); batuan organik sebagai tempat tinggal binatang karang; koral)
  • Karang  + (batu karang)
  • Bata  + (batu merah; bata)
  • Paras  + (bentuk anak rambut, kumis, atau alis yang rapi dan indah menyerupai bulan sabit, dibentuk dengan cara mengikis)
  • Waduri  + (batu permata yang berwarna)
  • Lai  + (mudah bergaul)
  • Ngelkel  + (batuk keras, tertawa terbahak-bahak)
  • Bo  + (bau)
  • Ambu  + (awan putih)
  • Sengir  + (bau pesing akibat air kencing)
  • Mangsit  + (bau pesing yang biasanya disebabkan karena air kencing)
  • Ngas  + (bau seperti bau kambing; bau seperti bau keringat)
  • Banges  + (bau yang tajam)
  • Ganda  + (bau; yang umumnya berasal dari aroma bunga (AMI/Alus Mider))
  • Mabo  + (baui)
  • Kedusin  + (baui, cium baunya)
  • Adek  + (baui; cium baunya)
  • Endus  + (baui; cium baunya; rasakan aromanya; hirup)
  • Bakta  + (bawa)
  • Garut  + (senjata tajam pada ujungnya melengkung menyerupai pancing)
  • Buat  + (boreh dada dan payudara untuk ibu yg sedang menyusui)
  • Beten  + (bawah)
  • Gapgapin  + (beri oleh-oleh)
  • Abaang  + (bawakan; bawakan/berikan pada seseorang (imperatif))