UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Indonesian definition" with value "adonan kelapa parut dengan bumbu berwarna merah putih sebagai dasar dalam tetandingan/rangkaian kawisan (sejenis sajen) dalam upacara adat di Bali". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 251 results starting with #1.

View (previous 500 | next 500) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Patilesang  + (tahulah akan diri; digunakan dalam kalimat imperatif yang meminta orang kedua melakukan sesuatu yakni tahu diri)
  • Plantar  + (takuk pada pohon kelapa dan sebagainya untuk tempat berpijak; tempat tumpuan kaki ketika memanjat)
  • Ngimur  + (takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti)
  • Bokoran  + (talam sejenis baskom terbuat dari perak, kayu, dsb; biasanya digunakan untuk tempat canang atau sajen)
  • Bokor  + (talam sejenis baskom terbuat dari perak, kayu, dsb; biasanya digunakan untuk tempat canang atau sajen)
  • Telusuk  + (tali yang dicocokkan pada hidung sapu atau kerbau yang berfungsi sebagai kendali; keluan)
  • Blangsut  + (tali yang diikatkan pada batu. Benda ini digunakan untuk menjerat sesuatu dengan cara dilemparkan)
  • Prambat  + (tali-temali yang direntangkan di sawah untuk menghalau burung; tali pendek pengikat kail; hiasan pada ‘sampian’ (rangkaian janur) yang terbuat dari kertas atau plastik warna-warni)
  • Atiti  + (tamu; tamu yang diundang dengan surat)
  • Labaan  + (tanah atau sawah sebagai imbalan dalam memelihara pura)
  • Tanahe  + (tanah itu; tanahnya)
  • Pere  + (tanah liat yang berwarna merah)
  • Katurohini  + (tanaman berumbi, umbinya berserat kasar agak keras, berwarna putih kecokelat-cokelatan atau kekuning-kuningan, digunakan untuk bumbu atau obat; gadamala; laos〔Alpinia galanga〕)
  • Medori putih  + (tanaman biduri atau widuri yang bunganya berwarna putih)
  • Ergilo  + (tanaman mawar yg bunganya berwarna merah tua dg ukuran lebih besar dr mawar pada umumnya)
  • Puring  + (tanaman puring; sejenis tanaman hias)
  • Janggar ulam  + (tanaman salam, daun salam, tanaman termasuk suku Myartaceae, pohonnya bertajuk lebat, tingginya mencapai 25 m, daunnya berbentuk bulat telur atau lonjong, berbau harum, biasanya digunakan sebagai bumbu masak〔Eugenia polyantha〕)
  • Gadung  + (tanaman sejenis ubi; tumbuhan ubi yg menjulur; gadung)
  • Brangbang  + (tanaman umbi lapis yang digunakan dalam berbagai masakan, banyak macamnya)
  • Dresan  + (tanaman yang mempunyai akar batang yang tertanam di dalam tanah, biasa dipakai untuk bahan rempah-rempah dan ramuan obat; cekur〔Kaempferia galanga〕)
  • Kekanda  + (tanaman yang termasuk keluarga Gramineae, batangnya pejal mencapai 2 m, berdaun pita lebar, umur sekitar 3 bulan, buahnya dapat dimakan sebagai makanan pokok〔Zea mays〕, jagung)
  • Drona  + (tanaman yang termasuk keluarga Gramineae, batangnya pejal mencapai 2 m, berdaun pita lebar, umur sekitar 3 bulan, buahnya dapat dimakan sebagai makanan pokok〔Zea mays〕)
  • Tetanduranne  + (tanaman; tumbuhan yang biasa ditanam orang)
  • Gegada  + (tanda biru atau hitam seperti penggada pada kaki ayam jago yang berwarna kuning)
  • Carik  + (tanda perhentian pada kalimat berhuruf Bali; carik siki/besik= koma, carik kalih/dua= titik)
  • Lingga tangan  + (tanda tangan; nama yang dituliskan dengan cara dan bentuk yang khas oleh tangan orang pemilik nama itu sendiri sebagai penanda pribadi)
  • Panalikan  + (tanda waktu menurut ukuran kesatuan waktu di Bali; tiap panalikan 1,5 jam; contoh: ‘duang panalikan’ yang artinya dua ukuran waktu (kira-kira tiga jam))
  • Ulu ricem  + (tanda yang menyatakan bunyi /m/ dalam aksara Bali.)
  • Ulu candra  + (tanda yang menyatakan bunyi /ng/ dalam aksara Bali, yang terdiri dari setengah bulatan seperti bulan sabit, titik (bundaran) dan bentuk jantung.)
  • Ulu sari  + (tanda yang menyatakan bunyi I dalam aksara Bali.)
  • Ijeng  + (tandan (tentang pisang, kelapa, dsb)
  • Jampana  + (tandu, sejenis alat angkutan kuna)
  • Lima  + (tangan; anggota badan bagian atas dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ke ujung jari.)
  • Limanne  + (tangannya)
  • Banggul  + (tangga tunggal; sebatang bambu yang bersigai-sigai (berisi pasak atau palang), biasanya dipakai untuk memanjat pohon kelapa, pohon enau, dsb)
  • Among-amongan  + (tanggung jawab secara adat atas tempat suci)
  • Dakepang  + (tangkapkan (dengan kedua telapak tangan))
  • Tanjek  + (tanjek; matanjek v berhenti sebentar ketika menari dengan salah satu kaki menyentak ke depan)
  • Sungked  + (tanya dengan tegas)
  • Jogbog  + (tari legong dengan lakon kera yang sedang bermain-main di hutan.)
  • Gabor  + (tari seperti pendet ditarikan oleh dua orang wanita dalam upacara di pura-pura untuk mempersembahkan sesajen, sekarang merupakan tari pertunjukan)
  • Oleg  + (tari tradisional Bali (tari hiburan) yg dilakukan oleh wanita dengan gerakan-gerakan yg lemah gemulai.)
  • Baris  + (tari tunggal yang biasanya ditarikan oleh laki-laki menurukan sikap dan gerak-gerik pahlawan dalam peperangan.)
  • Jauk  + (tari yang bersifat pantomim dengan memakai topeng yang memerankan tokoh yang kuat dan dahsyat (seperti Siwa dan Rahwana))
  • Bebali  + (tari yg disakralkan dan biasanya dipertunjukkan di pura-pura yg ada hubungannya dg upacara agama, spt tari Rejang, Sang Hyang, Pendet, dan Baris upacara)
  • Calingne  + (taringnya)
  • Geblugang  + (taruh dengan keras dengan tidak tertata)
  • Gablug  + (taruh sesuatu dengan cara melempar)
  • Enteb  + (tebang; pangkas (bagian pucuk))
  • Abing  + (tebing; tepi sungai (jurang) yang tinggi dan terjal (hampir tegak); lereng gunung (bukit) seperti dinding terjal; tepi tanah darat yang tinggi dan terjal sebagai pemisah dari rawa, sawah, yang ada di samping bawahnya)
  • Tebas  + (tebus; bayar dengan uang untuk mengambil kembali barang yang tergadai; beli - (Alus Singgih: tingkatan bahasa (anggah-ungguhin basa) yang digunakan untuk menghormati atau menjunjung lawan bicara yang dihormati))
  • Rajeg  + (tegak)
  • Gecek  + (tekan dengan kuku)
  • Pingseg  + (tekan dengan kuku ibu jari sampai mati (tentang kutu dan serangga kecil lainnya))
  • Angsel  + (tekanan: Contoh : angsel basa Bali artinya tekanan bahasa dl Bali; angsel kruna artinya tekanan dl kata; angsel lengkara artinya tekanan dl kalimat)
  • Apal  + (telah masuk dalam ingatan (tentang pelajaran))
  • Eled  + (telan bentuk dasar/ morfem bebas yang merujuk pada kelas kata kerja (verba))
  • Tipine  + (televisi itu; tv itu)
  • Bangkarna  + (telinga merah pada ayam)
  • Tujuh  + (telunjuk)
  • Bukasem  + (telur asin; telur (itik, ayam) yang sudah matang dipendam dalam abu dapur bercampur sedikit air hingga rasanya agak asam atau keasin-asinan)
  • Perocot  + (tempat air minum atau kendi yg terbuat dari tempurung kelapa)
  • Plangkiran  + (tempat mempersembahkan sajen, terbuat dr papan kayu, dipasang di tembok ruangan)
  • Kungkungan  + (tempat mengurung; kurungan)
  • Brangkas  + (tempat penyimpanan yang aman umumnya ditutup dengan kunci atau kode)
  • Sanggah cukcuk  + (tempat sarana sesajian serta persembahan suci dengan bahan dari bambu berbentuk anyaman longgar segi empat bujur sangkar.)
  • Penglipuran  + (tempat wisata; desa tradisional yang terletak di kabupaten Bangli, Bali)
  • Bale pamaksan  + (tempat yang terletak di jaba sisi rumah, digunakan untuk mengadakan pertemuan antarkeluarga dl satu ikatan sanggah (pura keluarga) dan juga dapat difungsikan sebagai tempat musyawarah)
  • Grembeng  + (tempayan)
  • Jun pere  + (tempayan yang dibuat dari tanah liat yang merah.)
  • Kau  + (tempurung kelapa)
  • Langseg  + (tendang dengan tumit)
  • Drumpak  + (tendang; sepak (terutama ke depan atau ke bawah dengan tapak kaki))
  • Tengah  + (tengah, (di) dalam; tempat (arah, titik) di antara dua tepi (batas))
  • Kelebu  + (tenggelam (dalam lumpur))
  • Saged  + (tepat dalam mengobati sehingga pasien cepat sembuh; ahli (tentang dukun atau ilmu mengobati); manjur)
  • Ngepas  + (tepat dengan ukuran)
  • Gampes  + (tepis; menghempaskan tangan dengan cepat)
  • Magauk  + (terambil dengan rakus)
  • Galang bulan  + (terang bulan; suatu keadaan dimana sinar bulan (umumnya bulan Purnama) sangat terang dan menerangi bumi pada malam hari)
  • Masangih  + (terasah; sudah diasah)
  • Gampil  + (teratur; rapi)
  • Kaparpar-kapirpir  + (terbang ke sana kemari dengan menggetar-getarkan sayapnya)
  • Mapangsegan  + (terbanting, membentur dengan keras)
  • Kadung biasa  + (terbiasa dengan; terlanjur terbiasa)
  • Lu  + (terbuat dari kayu)
  • Makaput  + (terbungkus; dibungkus; dibalut dengan daun, kertas dan sebagainya)
  • Mapisah  + (terbunuh dengan kuku jari)
  • Brahmacari  + (terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang beterdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu pengetahuan atau pengetahuan suci, dan cari yang berarti tingkah laku dalam mencari atau menuntut ilmu pengetahuan. Jadi, Brahmacari berarti tingkatan hidup bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan.ang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan.)
  • Gegeson  + (tergesa-gesa; melakukan sesuatu dengan terburu-buru)
  • Ngredek  + (tergesa-gesa; terburu-buru; melakukan sesuatu dengan cepat dan tanpa perhitungan)
  • Iju  + (tergesa-gesa; terburu-buru; melakukannya dengan cepat dan tanpa pertimbangan matang atau keterampilan yang baik)
  • Kangeg  + (terhenti dengan tiba-tiba)
  • Ngrepata  + (terjaga dengan terperanjat; terjaga/bangun karena tiba-tiba terlonjak (karena kaget)/terkejut)
  • Kepupungan  + (terjaga dengan tiba-tiba (setelah tidur) sehingga tampak kebingungan)
  • Cepung  + (terjal dan dalam)
  • Nyungkling  + (terjungkir; terbalik (dengan kepala di bawah); tertungging)
  • Kacidra  + (terkena perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung; kecoh)
  • Makungkung  + (terkurung; berada di dalam kurungan dan tidak bisa keluar)
  • Madadah  + (terpanaskan dengan kuali)
  • Makebris  + (tertawa kecil dengan tiba-tiba, suara bersin)
  • Masengseng  + (tertutup; tersumbat; ditutupi dengan sesuatu)
  • Canange  + (the canang (canang is a kind of offering made from leaf as a base given "plawa" leaves, betel nut, flowers, etc.))
  • Adegan  + (tiang rumah)
  • Saka  + (tiang rumah; penyangga rumah; tembok tinggi sebagai pondasi rumah)
  • Saget  + (tiba-tiba, sekonyong-konyong; dengan mendadak)
  • Jeem  + (tidak ada cahaya; kelam; tidak terang, dalam keadaan gelap)
  • Iwang  + (tidak benar; tidak sesuai dengan apa yang benar atau seharusnya.)
  • Pendeng  + (tidak berani makan)
  • Bancih  + (tidak berjenis laki-laki dan juga tidak berjenis perempuan)
  • Kelu  + (tidak dapat berkata-kata dengan mendadak karena sangat terkejut, ketakutan, dan sebagainya)
  • Ngencet  + (tidak hadir)
  • Sayuakti  + (tidak main-main; dengan segenap hati; dengan tekun; benar-benar)
  • Mapendeng  + (tidak makan)
  • Nyukuh  + (tidak mampu mengerjakan suatu pekerjaan dengan benar)
  • Durbiksa  + (tidak mempunyai (sesuatu yang diperlukan); tidak cukup mendapat (beroleh) sesuatu; keadaan susah makan tidak makan dalam beberapa hari)
  • Clodoh  + (tidak tahu adat; kurang sopan terhadap orang tua dan sebagainya; terlalu berani mengambil keputusan sendiri, di luar yang disepakati)
  • Blangsah  + (tidak tenteram, selalu merasa khawatir (tentang suasana hati); tidak tenang (tentang tidur); tidak sabar lagi dalam menanti dan sebagainya; cemas)
  • Bungeng  + (tidak tenteram, selalu merasa khawatir (tentang suasana hati); tidak tenang (tentang tidur); tidak sabar lagi dalam menanti dan sebagainya; cemas)
  • Majangkut  + (tidur bersama dan berpelukan, tidur bersama, laki dengan perempuan dan berpelukan)
  • Pules  + (tidur: dalam keadaan berhenti (mengaso) badan dan kesadarannya (biasanya dengan memejamkan mata))
  • Tri pramana  + (tiga cara untuk memperoleh pengetahuan yaitiga cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu dengan pengamatan langsung (pratyaksa pramana), dengan menarik kesimpulan yang logis atau gejala-gejala yang diamati (anumana pramana), melalui ucapan-ucapan atau pemberitahuan orang yang dapat dipercaya misalnya orang suci (agama pramana).rcaya misalnya orang suci (agama pramana).)
  • Kakaplugan  + (tiga potong bambu yang digunakan untuk sarana upacara keagamaan, bambu ini dibakar dengan sabut kelapa atau janur kering hingga mengeluarkan bunyi ledakan (keplugan) sebagai simbol rampungnya ritual persembahan)
  • Pasasur  + (tiga puluh lima; bilangan yang dilambangkan dengan angka 35 (Arab) atau XXXV (Romawi).)
  • Kalpika  + (tiga warna bunga yang dirangkai dalam daun kembang sepatu khusus dipergunakan oleh pendeta yang mengucapkan weda-weda.)
  • Telu  + (tiga; bilangan yang dilambangkan dengan angka 3 (Arab) atau III (Romawi))
  • Glodog  + (tikar kasar dibuat dari bambu atau pandan)
  • Jero ketut  + (tikus; kata majemuk dengan penghalusan makna yang digunakan oleh masyarakat Bali untuk menyebut atau memanggil tikus)
  • Tilas  + (tilas naga; herpes: ruam pada kulit yang disebabkan oleh virus, ditandai dengan gelembung-gelembung kecil berisi getah bening, letaknya berkumpul-kumpul, serta lekas kering)
  • Panureksa  + (tim penilai dalam perlombaan)
  • Inget  + (timbul kembali dalam pikiran)
  • Sikut kuping  + (tinggi anak yang lebih kecil setinggi telinga kakaknya, menyatakan perbedaan umur adik dengan kakaknya sedikit sekali.)
  • Atungtung  + (tinggi atau ukuran pohon kelapa dari tanah ke titik tertinggi)
  • Ngluer  + (tinggi; menjulang; sangat tinggi (tentang pohon, gedung, dsb))
  • Abet  + (tingkah laku; cara; prilaku seseorang dalam berbuat di masyarakat)
  • Klambiung  + (tingkatan dalam silsilah kekerabatan)
  • Sawa wedana  + (tingkatan tertinggi dalam upacara ngaben)
  • Ngroras  + (tingkatan upacara dalam "pitra yadnya" yang dilaksanakan setelah 12 hari dari saat upacara pembakaran mayat atau penguburan.)
  • Tirtane  + (tirta; tirtanya; tirta itu; Tirta adalah air suci (dalam rangka upacara agama Hindu))
  • Tirta Pangentas  + (tirtha atau air suci yang memiliki kekuatatirtha atau air suci yang memiliki kekuatan untuk menenangkan roh, untuk menyadarkan roh bahwa ia telah berada pada dunia yang lain, serta menunjukkan jalan kepada sang roh untuk menuju jalan yang mesti dituju sesuai dengan suba asuba karmanya di alam sunia. dengan suba asuba karmanya di alam sunia.)
  • Pletik  + (titik putih pada dahi atau pelipis penari)
  • Saunggaling  + (tokoh patih dalam cerita Jayaprana)
  • Tulung  + (tolong; bantu)
  • Pengawin  + (tombak dan alat perlengkapan upacara di tempat suci)
  • Pepeteng  + (topan disertai hujan lebat)
  • Sa  + (transliterasi Latin aksara Bali yg kedelapan dl aksara Bali (aksara Wianjana))
  • Wa  + (transliterasi Latin aksra Bali yg kesembilan dl aksara Bali (hanacaraka))
  • Tua  + (tua: sudah lama (lawan baru); sudah termasuk dalam waktu yang lampau)
  • Saab  + (tudung saji; penutup sajen)
  • Nyorjor  + (tuju atau menuju dengan bergegas)
  • Jorjor  + (tuju; menuju (langsung dengan tergesa-gesa))
  • Tatujone  + (tujuannya; tujuan itu)
  • Tigang Benang  + (tujuh puluh lima; bilangan yang dilambangkan dengan angka 75 (Arab) atau LXXV (Romawi))
  • Pitu  + (tujuh; bilangan yang dilambangkan dengan angka 7 (Arab) atau VII (Romawi).)
  • Pemijian  + (tukang pembawa surat)
  • Balung gending  + (tulang yang terdapat pada persendian dan biasanya digunakan dalam upacara "biakala")
  • Sempol  + (tumbuh-tumbuhan sebangsa lengkuas yg berbunga putih)
  • Awar-awar  + (tumbuh-tumbuhan semak yg getahnya dapat digunakan untuk mengobati mata ayam)
  • Jlepung  + (tumbuhan berumpun, berakar serabut yang batangnya bulat berongga, beruas, keras, dan tinggi (antara 10–20 m), digunakan sebagai bahan bangunan rumah dan perabot rumah tangga; buluh; aur yang ukurannya besar)
  • Embut  + (tumbuhan dan tinggi (antara 10–20 m), digunakan sebagai bahan bangunan rumah dan perabot rumah tangga; buluh; aur yang berada di pucuk bambu)
  • Genjer  + (tumbuhan genjer; kelayan; eceng)
  • Kecai  + (tumbuhan kecil yang baru merekah dari biji kacang merah (belum berupa kecambah))
  • Bonsai  + (tumbuhan kerdil, diperoleh dengan menanamnya dalam pot dengan cara tertentu (pot dangkal, pemangkasan akar dan cabang, pemupukan terkendali, dan sebagainya); tanaman yang dikerdilkan)
  • Sekapa  + (tumbuhan melilit, umbinya memabukkan apabila dimakan langsung, tetapi jika direndam dahulu dalam abu basah, racunnya akan hilang atau menjadi berkurang〔Dioscorea hispida〕)
  • Blungking  + (tumbuhan menjalar, buahnya bulat dan besar, berwarna hijau dan halus, daging buahnya berwarna kuning, atau merah banyak mengandung air dan manis, ada yang berbiji dan ada pula yang tidak berbiji; (ke)mendikai; tembikai〔Citrullus vulgaris〕yang masih muda)
  • Capahan  + (tumbuhan merambat di pohon lain, daunnya berasa agak pedas, biasa dikunyah bersama dengan pinang, kapur, gambir sebagai makanan yang mencandu, penguat gigi, dan sebagainya〔Piper betle〕)
  • Banah  + (tumbuhan sejenis gadung)
  • Kasa  + (tumbuhan semak yang permukaan daunnya kasap)
  • Galuga  + (tumbuhan yang buahnya mengandung zat berwarna merah)
  • Daluman  + (tumbuhan yang membelit daunnya dapat diuleni dengan air, kemudian diperas, didiamkan sampai kental, diminum dengan santan dan gula.)
  • Gambir  + (tumbuhan yg bunganya spt bintang berwarna putih, getahnya dapat digunakan sbg obat mata, sering digunakan sebagai pelengkap kunyah pinang (sirih))
  • Noja  + (tumbuhan yg mengandung zat warna merah)
  • Intuk  + (tumbuk; mengupas atau menghaluskan dengan antan (bukan digiling).)
  • Tumpeng guru  + (tumpeng yang puncaknya berisi sebutir telur yang sudah massak biasanya dipakai dalam sajen.)
  • Penek  + (tumpeng yang puncaknya tidak runcing.)
  • Pinte  + (tumpuk dengan rapi)
  • Rantas  + (tumpukan kain-kain pakaian selengkapnya yg belum pernah dipakai sebagai alat upacara)
  • Bengkones  + (tuna sirip biru)
  • Anti  + (tunggu)
  • Jalikan  + (tungku)
  • Semal  + (tupai; binatang pengunggis buah-buahan, berbulu halus, berwarna kuning atau cokelat, hidup di atas pohon; bajing〔Sciurus〕)
  • Geblagang  + (tutup dengan cara menghempaskan)
  • Pipis glembang  + (uang kepeng besar yang dipakai dalam judi)
  • Pipis jepun  + (uang kepeng kecil berwarna hitam; uang koin kecil dengan lubang di tengahnya dan berwarna hitam)
  • Pis Kunci  + (uang kepeng kecil tipis berwarna hitam; uang koin kecil tipis dengan lubang di tengahnya dan berwarna hitam)
  • Pis Bolong  + (uang kepeng; uang koin dengan lubang di tengahnya)
  • Pipis tubung  + (uang koin besar dengan lubang di tengahnya dan bertuliskan huruf jawa)
  • Kecer  + (uang recehan, nama sajen dalam rangkaian upacara pembakaran mayat)
  • Empol  + (ujung batang (kelapa, enau, dan sebagainya) yang masih muda dan lunak, dapat dimakan)
  • Medangsia  + (uku atau minggu ke-empat belas dalam konsep wariga Bali)
  • Watugunung  + (uku ke 30)
  • Lipi lu  + (ular berkepala dua (dalam dongeng))
  • Naga  + (ular yang besar (dalam cerita dan dalam beberapa kata majemuk))
  • Bangle  + (umbi-umbian sejenis temulawak)
  • Pinda  + (umpama; wujud; gambar)
  • Tragtag  + (undakan yg dipasang di panggung, badé, dsb)
  • Pangrebongan  + (upacara agama yang menggambarkan serbuan terhadap musuh)
  • Resi Gana  + (upacara bhuta yadnya yang lebih besar dari panca sata)
  • Papegatan  + (upacara dalam rangkaian upacara kematian untuk memutuskan hubungan antara arwah yang meninggal dan sanak keluarga yang ditinggalkan)
  • Aci  + (upacara)
  • Nyaag  + (upacara kurban untuk memulai turun ke sawah yang dilaksanakan di bendungan)
  • Sawa karesian  + (upacara ngaben dengan mempergunakan simbol kayu cendana atau majegau sebagai pengganti jenazah)
  • Sawa prateka  + (upacara ngaben tanpa jenazah (dengan mengunakan simbol-simbol))
  • Biyu kukung  + (upacara pada saat tanaman padi sedang bunting)
  • Pabersihan idup  + (upacara pemandian jenazah)
  • Atiwa-tiwa  + (upacara pembakaran mayat)
  • Patetiwan  + (upacara pembakaran mayat)
  • Pangruat  + (upacara pembersihan terhadap leluhur yang perbuatannya dianggap berdosa)
  • Nganyud  + (upacara pembuangan abu jenazah ke laut atau sungai)
  • Nutug ngetelun  + (upacara pemurnian di pemakaman, yang diadakan tiga hari setelah pemakaman, termasuk membawa persembahan taji ke pemakaman; dapat dilakukan pada hari penguburan, dan biasanya hanya dihadiri keluarga besar)
  • Pitra Yadnya  + (upacara penghormatan dan kewajiban suci kepada para leluhur termasuk kepada orang tua kita yang telah meninggal dunia sehingga nantinya beliau masih tetap dapat terhubung.)
  • Askara  + (upacara penyucian (lahir batin))
  • Ngaskara  + (upacara penyucian atma pitra menjadi pitarupacara penyucian atma pitra menjadi pitara; upacara ini dilakukan untuk mengembalikan unsur Panca Maha Buta secara sempurna, sehingga kesucian dari Sang Petra terus ditingkatkan, dari Petra menjadi Pitra, pitra menjadi Dewa Pitara, kemudian dari status Dewa Pitara menjadi Hyang Pitara atau Betara Hyang.ra menjadi Hyang Pitara atau Betara Hyang.)
  • Pepada  + (upacara penyucian hewan sebelum disembelih, dagingnya akan dipergunakan dl upacara)
  • Pabersihan mati  + (upacara penyucian jenazah setelah pambersihan idup yaitu dengan diberikannya berbagai benda diletakkan yang diletakkan pada bagian tertentu, seperti cermin pada mata, daun intaran pada alis, baja untuk giginya, dll.)
  • Maligia  + (upacara pitra yadnya setelah upacara ‘mamukur’ (biasanya bagi raja-raja di Bali))
  • Recedana  + (upacara pitra yadnya yg mengganti jenazah dg simbol air suci (tirta), biasanya dilakukan bila jenazah yg sudah dikuburkan tidak ada lagi bekas-bekasnya krn telah lama diku-burkan, atau letak kuburannya terlalu jauh;)
  • Ngrupuk  + (upacara sehari sebelum hari raya Nyepi)
  • Ngasti  + (upacara terakhir sebelum meletakkan roh di pura keluarga, setelah kremasi, disebut nyekah di beberapa daerah di Bali)
  • Pawintenan  + (upacara untuk penyucian diri; biasanya dilakukan seseorang yang hendak mempelajari sebuah ilmu atau tingkatan tertentu)
  • Ngatelunin  + (upacara yang dilakukan setelah tiga hari penguburan jenazah (pitra yadnya))
  • Atma wedana  + (upacara yg dilaksanakan setelah upacara pembakara mayat (ngaben) yang bertujuan untuk meningkatkan status roh leluhur menjadi Dewa Hyang)
  • Endongan  + (upakara berupa hiasan yang dibuat dari janur, bentuknya seperti tas yang digunakan sebagai tempat perbekalan dengan isi nasi, lauk-pauk, pisang, buah, kue, dan lain-lain yang dipasang di setiap tempat menghaturkan sesajen pada hari raya Kuningan)
  • Gambah  + (urai)
  • Apul  + (usaha untuk meyakinkan seseorang dengan kata-kata manis dan sebagainya bahwa yang dikatakan benar; rayu)
  • Encotang  + (usahakan dengan keras)
  • Gayot  + (usungan untuk mengarak orang yang dibuatkan upacara (biasanya bangsawan))
  • Daja  + (utara)
  • Penili  + (vanili)
  • Virus  + (virus; mikroorganisme yang tidak dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa, hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron, penyebab dan penular penyakit, seperti cacar, influenza, rabies, dan COVID 19)
  • Sasab  + (wabah; penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas)
  • Bebeg  + (wadah atau benda lain dengan sisi paralel (berbeda dengan yang memiliki sisi runcing = lonjong))
  • Gambor  + (wadah tembikar yang terbuat dari tanah liat merah berbentuk seperti pane, relatif dangkal dan besar, dengan sisi miring ke luar)
  • Gegutak  + (wadah untuk sajen daksina)
  • Plelenin  + (wajibkan mengganti kembali dengan uang)
  • Nalika  + (waktu (menurut ukuran kesatuan waktu di Bali, satu hari, siang atau malam) dibagi delapan bagian))
  • Prabali  + (wanita kebanyakan yang menikah dengan golongan bangsawan dalam masyarakat Bali, biasa dipanggil jero atau pemekel)
  • Blau  + (warna dasar yang serupa dengan warna langit yang terang (tidak berawan dan sebagainya) serta merupakan warna asli (bukan hasil campuran beberapa warna))
  • Demdem  + (warna dasar yang serupa dengan warna arang yaitu hitam sangat hitam untuk rambut)
  • Landeng  + (warna putih yang terdapat pada bagian bawah tempurung kelapa.)
  • Ngatirah  + (warnanya merah seperti tumbuhan merambat warnanya merah)
  • Sarisi  + (wirama dengan metrum: o-o/oo-/o- -/oo=11)
  • Naga banda  + (wujud naga pada upacara pembakaran mayat sebagai lambang bahwa manusia di dunia diikat oleh hawa nafsu duniawi)
  • Prangbakat  + (wuku/uku (minggu) ke-24 (sistem tarikh tradisional Bali))
  • Yoga  + (yoga)
  • Lengih  + (zat cair berlemak, biasanya kental, tidak zat cair berlemak, biasanya kental, tidak larut dalam air, larut dalam eter dan alkohol, mudah terbakar, bergantung pada asalnya, dikelompokkan sebagai minyak nabati, hewani, atau mineral dan bergantung pada sifatnya terhadap pemanasan dapat dikelompokkan sebagai asiri atau tetap.at dikelompokkan sebagai asiri atau tetap.)
  • Angas  + ({angasan} anyaman daun kelapa, duri, dsb yg dipasang pd pohon (agar pohon tidak dipanjat orang))
  • Bengbenga  + ({béng-bénga} dibukanya lebar-lebar dengan jari tangan)
  • Andang  + ({ngan.dang} menghalangi; melintang)
  • Engkol  + (éngkol; bor tangan)
  • Abang age  + (adonan kelapa parut dengan bumbu berwarna merah putih sebagai dasar dalam tetandingan/rangkaian kawisan (sejenis sajen) dalam upacara adat di Bali)
  • Bale bengong  + ("bale bengong" yang dalam bahasa Bali berarti "balai santai" yaitu sejenis bangunan yang bertiang empat terbuat dari kayu dengan ornamen-ornamen khas Bali dan biasanya digunakan untuk tempat bersantai)
  • Gayah utuh  + ('gayah' (perlengkapan sajen yg dibuat dr daging babi) yg terdiri atas semua bagian babi (kepala, keempat kaki, ekornya) masih utuh berisi daging dan kulitnya, dan dihiasi jeroan (hati, empedu, usus, dan paru-paru) dan berbagai jenis satai)
  • Nelep  + ('nelep' bermakna mendatangi dengan sembunyi-sembunyi)
  • Onong  + ('onong' ('ngonong') berarti renang, tapi kata ini khusus dipakai di daerah Karangasem. Kata lumrah di bagian Bali lain adalah, 'langi' ('nglangi') Bahasa Jawa juga, 'nglangi'! Kata ini tidak tergolong halus, kasar dsb.)
  • Galang kangin  + (('galang' berarti terang, dan 'kangin' berarti timur) waktu fajar; ketika matahari terbit dari timur dan menimbulkan cahaya merah kekuningan)
  • Saraswati  + ((Dewi) "Saraswati" adalah sebuah nama suci(Dewi) "Saraswati" adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu Pengetahuan. Kata Saraswati itu terdiri secara etimologi berasal dari kata 'saras' dan 'wati'. Kata "saras" yang juga berasal dari urat kata sansekerta "sr" memiliki arti mata air, terus-menerus atau sesuatu yang terus-menerus mengalir. Sedangkan Kata "wati" berarti yang memiliki. Arti lengkap kata "Saraswati" adalah sesuatu yang memiliki atau mempunyai sifat mengalirkan secara terus menerus air kehidupan dan ilmu pengetahuan.enerus air kehidupan dan ilmu pengetahuan.)
  • Bunga bintang  + ((Hippobroma longiflora))
  • Simbar layangan  + ((Polypodaceae))
  • Waja  + ((baja) logam yang keras ; sesuatu yang kuat)
  • Balian sonteng  + ((balian sonténg) - dukun yang mempersembahkan sajen dengan kata-kata biasa untuk mendatangkan kekuatan saat mengobati)
  • Belek  + ((bélék) - lembek, lunak (seperti nasi, bubur))
  • Cedok  + ((cé.dok) - gayung; alat untuk mengambil air terbuat dari tempurung kelapa dan diberi tangkai; sekarang suda ada yang terbuat dari plastik)
  • Ceeng  + ((cééng) - takaran beras dari tempurung kelapa; ‘acééng’ artinya satu tempurung beras)
  • Jeng  + ((dalam keadaan) sempurna sebagaimana adanya atau sebagaimana semula (tidak berubah, tidak rusak, tidak berkurang, dan sebagainya))
  • Ender  + ((en.der) buru; kejar; susul dengan berlari)
  • Galing  + ((galing-galing) sejenis tumbuhan merambat yang bunganya berbentuk corong berwarna biru (Cayratia trifolia))
  • Paplapanin  + ((lebih) berhati-hati dalam berbicara; pelankan berbicara)
  • Baan  + ((made) from)
  • Kedem-kedem  + ((makan) dengan lahap, asyik (bekerja))
  • Masemped  + ((masémpéd) amat lebat)
  • Nges  + ((ngés) - kupas (tentang sabut kelapa))
  • Nyemped  + ((nyémpéd) amat lebat)
  • Bebuahan  + ((sepasang) organ tubuh (berbentuk seperti biji kacang merah, terletak di dekat tulang belakang), berfungsi mengeluarkan atau memisahkan produk buangan metabolisme dari darah; buah pinggang)
  • Sepet  + ((sepet) - rasa sepat, rasa kelat seperti rasa salak yang belum matang)
  • Miket  + ((sudah) dalam keadaan terikat-ikat)
  • Makantet  + ((sudah) diikat, terikat (satu dengan yang lain))
  • Semped  + ((sémpéd) lebat; lengkung ke bawah karena buahnya lebat)
  • Macelos  + ((terlepas dan) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya))
  • Cyuta  + ((terlepas dan) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya))
  • Makebiag  + ((terlepas dan) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya))
  • Maclebut  + ((terlepas dan) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya) ke air)
  • Teken  + ((téken) tanda tangani)
  • Banua  + (- kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejum- kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa)</br>- kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan</br>- udik atau dusun (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota)</br>- tanah; tempat; daerahebagai lawan kota) - tanah; tempat; daerah)
  • Awasarya  + (- Acorus calamus - tumbuhan tahunan yang umbinya dapat digunakan sebagai obat atau campuran beberapa jenis minuman keras, akarnya dapat digunakan sebagai bahan ramuan obat, bumbu dapur, dan insektisida)
  • Ares  + (- Anak pohon pisang yang masih kecil - Sayur yang dibuat dari pohon pisang yang masih muda diiris-iris, bercampur bumbu, dimasak)
  • Ngangeg  + (- Hentian sebentar dalam ujaran (sering te- Hentian sebentar dalam ujaran (sering terjadi di depan unsur kalimat yang mempunyai isi informasi yang tinggi atau kemungkinan yang rendah)</br>- Waktu berhenti (mengaso) sebentar; waktu beristirahat di antara dua kegiatan atau dua babak (seperti dalam olahraga dan sebagainya)ak (seperti dalam olahraga dan sebagainya))
  • Awujijiwati  + (- anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari - sesuatu yang digunakan sebagai atau menyerupai tangan)
  • Swabawa  + (- bagian depan dari kepala; roman muka; muka - apa yang tampak lebih dulu - gambaran; corak - apa yang tampak dari dalam dan dari luar sebuah buku (rupa, warna, bentuk, ukuran, tata huruf, gambar, dan sebagainya))
  • Aloka  + (- bahan terbuat dari parafin, mudah mencair jika dipanaskan, dapat dipakai sebagai pelita dan/atau untuk membatik - bahan yang mengandung lemak, lekat, mengental, mencair jika dipanaskan, dicetak dalam berbagai bentuk untuk alat penerang)
  • Antanan  + (- beras yang sudah dimasak (dengan cara ditanak atau dikukus))
  • Manyungan  + (- berhenti sebentar di suatu tempat ketika dalam perjalanan; mampir)
  • Bebel  + (- berjarak lebih besar antara permukaan ya- berjarak lebih besar antara permukaan yang berlawanan jika dibandingkan dengan benda lainnya yang sejenis (tentang barang yang pipih atau berhelai-helai, seperti kertas, papan, kain, lapisan)</br>- kasar atau nyata kelihatan (tentang garis, huruf cetak, dan sebagainya)</br>- lebat (tentang rambut, janggut, tanaman)</br>- teguh dan kuat sekali (tentang iman, kepercayaan, keyakinan, keinsafan, dan sebagainya)aan, keyakinan, keinsafan, dan sebagainya))
  • Antah  + (- jauh ke bawah (dari permukaan) - bagian yang di dalam, bukan bagian luar - lingkungan daerah (negeri, keluarga) sendiri - kata depan untuk menandai tempat yang mengandung isi - di antara; di kalangan.)
  • Arat  + (- kertas dan sebagainya yang bertulis (berbagai-bagai isi, maksudnya) - secarik kertas dan sebagainya sebagai tanda atau keterangan; kartu - esuatu yang ditulis; yang tertulis; tulisan)
  • Magal  + (- memutuskan dengan barang tajam; mengerat; memenggal - mengiris (tentang roti, daging, dan sebagainya) - menggunting sesuai dengan ukuran (tentang bahan pakaian dan sebagainya))
  • Ngasen  + (- mengalami rangsangan yang mengenai (menyentuh) indra (seperti yang dialami lidah, kulit, atau badan) - mengalami rasa dalam hati (batin) - yang terasa dalam hati, yang terkandung di dalam hati)
  • Medut  + (- mengenakan suatu benda yang keras atau berat dengan kekuatan (untuk mengetuk, memalu, meninju, menokok, menempa, dan sebagainya) - menyerang; menempuh; mengalahkan)
  • Nganyal  + (- mengenakan suatu benda yang keras atau berat dengan kekuatan (untuk mengetuk, memalu, meninju, menokok, menempa, dan sebagainya) - memukul berkali-kali; menghajar)
  • Mahbah  + (- menjadikan berurai; membuka simpul dan s- menjadikan berurai; membuka simpul dan sebagainya</br>- menceraikan (melepaskan) hubungan bagian-bagian (sendi-sendi, suku-suku, dan sebagainya) dari induknya (bagian yang lebih besar, pusat, dan sebagainya)</br>- menerangkan (membentangkan) panjang lebar (tentang pendapat, pikiran, dan sebagainya); menjelaskan dengan gamblang (tentang sesuatu yang belum jelas)</br>- memaparkan dan menjelaskan sesuatu yang ringkas</br>- menjabarkan; menganalisisu yang ringkas - menjabarkan; menganalisis)
  • Awara  + (- serat yang berbulu putih yang dapat dipintal menjadi benang dan sebagainya - pohon yang buahnya menghasilkan kapas)
  • Arjana  + (- suka makan banyak dengan tidak memilih; lahap; gelojoh - ingin memperoleh lebih banyak dari yang diperlukan; loba; tamak; serakah)
  • Ngasir  + (-mencium-cium (bau) - mencari keterangan (tentang suatu perkara) dengan diam-diam)
  • Subali  + (...seorang tokoh protagonis dalam wiracari...seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana. Ia adalah seorang raja kera dan merupakan seekor wanara. Ia tinggal di Kerajaan Kiskenda bersama kakaknya yang bernama Subali. Ia adalah teman Sri Rama dan membantunya memerangi Rahwana untuk menyelamatkan Sita.emerangi Rahwana untuk menyelamatkan Sita.)
  • Parijata  + (1 sejenis pohon bunga yang ditanam di kuil-kuil; 2 sejenis pohon dl Kekawin Ramayana (parijata sering disamakan dengan kalpataru; pohon keinginan yang ada di surga))
  • Salak  + (1 tanaman termasuk suku Arecacea, batangny1 tanaman termasuk suku Arecacea, batangnya tertutup rapat oleh pelepah daun, berduri pd pelepah dan tangkai daunnya, buahnya berdaging putih, berbiji keras berwarna cokelat kehitam-hitaman, kulit buah berwarna cokelat bersisik agak tajam; Salacca edulis; 2 buah salak; agak tajam; Salacca edulis; 2 buah salak;)
  • Ricik  + (1) Sejenis ikan laut)
  • Elad  + (1) Usang; 2) buah jatuh dari pohonnya; 3) keluar dari desa adat karena tidak mematuhi ketentuan desa adat yang berlaku di desa itu.)
  • Ajawera  + (Aja Wera adalah ajaran Hindu Bali yang merupakan ajaran-ajaran rahasia yang tidak sembarangan diungkap atau tidak boleh dibicarakan.)
  • Londo  + (Alat penyiangan tanaman padi dari besi baja berbentuk segi empat, memakai roda bergigi untuk menggilas gulma, dan bertankai sebagai pegangan)
  • Cengkilik  + (Alat untuk menakar beras yang terbuat dari tempurung kelapa isinya kurang lebih satu kiloan)
  • Ajumandirana  + (Amaranthus spp)
  • Tai  + (Ampas makanan dari dalam perut yang keluar melalui dubur.)
  • Anantabhoga  + (Anantaboga adalah seekor naga yang merupakan salah satu anak dari Dewi Kadru dengan Rsi Kasyapa. Cerita tentang Naga Anantaboga salah satunya terdapat dalam teks Adi Parwa.)
  • Anantaboga  + (Anantaboga adalah seekor ular raksasa di mAnantaboga adalah seekor ular raksasa di mitologi Bali. Ia diceritakan pada awal mitologi, pada penciptaan dunia. Pada suatu saat Antaboga bermeditasi dan kemudian menjadi seekor penyu bernama Bedawang.</br></br>Dalam pewayangan Jawa, Antaboga adalah raja ular yang hidup di dasar bumi yang mengasuh Wisanggeni. Perwujudannya adalah naga dengan mahkota memakai badhong berambut dan memakai baju [biasanya berwarna merah] serta mengenakan kalung emas.</br></br>Ada pula yang menyatakan bahwa Antaboga adalah tali energi yang menghubungkan manusia melalui cakra mahkota dengan Sang Maha Pencipta. Pemahaman ini dikenal dikalangan para penganut spiritual kejawen.ikalangan para penganut spiritual kejawen.)
  • Srikaya  + (Annona muricata; kulit buahnya berduri-duri pendek dan lunak, isinya berwarna putih serta berbiji banyak berwarna hitam, rasanya masam-masam manis; nangka belanda)
  • Silik  + (Annonna squamosa; buah berbentuk bundar atau mirip kerucut cemara dengan berdiameter 6–10 cm, kulit luarnya kasar bermata banyak dan berwarna hijau keputih-putihan, daging buahnya berwarna putih, kasar, berbiji banyak, dan manis rasanya)
  • Klabang bangke  + (Anyaman dari daun kelapa yang satu pelepah menjadi satu anyaman yang alur anyamannya memanjang.)
  • Klabang dangap-dangap  + (Anyaman daun kelapa yang sudah diraut diberi bingkai untuk alas sesajen atau untuk menjemur kue (begina).)
  • Tebog  + (Anyaman yang terbuat dari janur berbentuk seperti topi digunakan sebagai tempat nasi kuning pada saat perayaan hari raya Kuningan)
  • Bungkak nyinying  + (Apocynaceae, adalah family (keluarga) tanaman berbunga yang memiliki bentuk beragam, dari bentuk pohon, semak, herba, sukulen dan tanaman merambat, yang biasa disebut keluarga dogbane.)
  • Ariang  + (Ariang adalah hari kedua dalam sad wara)
  • Pengarung  + (Arsitek terowongan air tradisional Bali)
  • Arug  + (Arug adalah pisau besar yang kurang lebih berukuran 1 meter yang berisi campuran nikel sebagai pembentuk pamor. pisau ini memiliki ujung bercabang dua dan biasanya dipergunakan pada saat upacara pengabenan)
  • Bekakak  + (Ayam yang sudah di sembelih kemudian dibersihkan, dan di isi bumbu setelah itu di taruh diatas arang untuk beberapa waktu sampai ayam tersebut matang)
  • Langkang gading  + (Babi yang perutnya berwarna putih (gading))
  • Brahman  + (Bagian pertama dari Panca Srada yang berarti percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasi-Nya.)
  • Batun salak  + (Bagian tubuh berupa tonjolan yang berada di tenggorokan dan bersinggungan dengan sistem pernapasan manusia.)
  • Cacalan  + (Bahan kue (untuk upacara) yang siap digoreng)
  • Tumpang salu  + (Balai-balai dari bambu gading tempat pembaringan mayat.)
  • Baligrafi  + (Baligrafi merupakan seni menulis indah. AdBaligrafi merupakan seni menulis indah. Adapun penjelasan mengenai Kaligrafi dan Baligrafi adalah Kaligrafi merupakan seni menulis indah yang berasal dari bahasa asing (bahasa Inggris) Caligraphy is (art) Beautiful Hand. Dimana bahasa latinnya Calios (indah) dan graph (tulisan) jadi artinya adalah tulisan indah. Baligrafi ini muncul pada tanggal 1 Juli 2013. Sebagai inisiator dari istilah Baligrafi ini adalah maestro seni lukis I Nyoman Gunarsa dkk, tepatnya pada momen Festifal Bahasa Bali. Penekanan Baligrafi adalah keindahan penulisan Aksara Bali yang bermakna.dahan penulisan Aksara Bali yang bermakna.)
  • Bale subak  + (Bangunan berbentuk wantilan, biasanya di areal pura subak, digunakan sebagai tempat berapat bagi anggota subak.)
  • Candi  + (Bangunan yang bentuknya menjulang terbuat dari batu bata, padas, dan lain-lain, yang berfungsi sebagai gapura.)
  • Banten  + (Banten saiban adalah persembahan yang paliBanten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.eharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.)
  • Banten saiban  + (Banten saiban adalah persembahan yang paliBanten saiban adalah persembahan yang paling sederhana sehingga sarana-sarananya pun sederhana. Biasanya banten saiban dihaturkan menggunakan daun pisang yang diisi nasi , garam dan lauk pauk yang disajikan sesuai dengan apa yang dimasak hari itu, tidak ada keharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.eharusan untuk menghaturkan lauk tertentu.)
  • Benang sedatu  + (Benang putih yang dipakai dalam suatu upacara)
  • Benang tridatu  + (Benang tiga warna (putih, merah, hitam) yang dipakai dalam suatu uoacara agama Hindu.)
  • Batabin  + (Benda yang digunakan untuk menutupi atap rumah, berwarna coklat dan biasanya berbentuk kotak agak bergelombang)
  • Tetelu  + (Bentuk kata ulang sebagian suku pertama atau bentuk dwi purwa dari kata dasar "telu" yang berarti "tiga".)
  • Lalima  + (Bentung pengulangan suku kata pertama atau dwi purwa dari kata dasar "lima" yang berarti "lima".)
  • Capat  + (Berarti (tegur) sapa.)
  • Canda  + (Berarti bermain)
  • Cantok  + (Berarti giling, pipis dengan batu; ulek.)
  • Carca  + (Berarti hitung, sebut satu per satu, atau keterangan tentang baik buruknya sesuatu)
  • Cara  + (Berarti kebiasaan, adat)
  • Canggem  + (Berarti kulum, memegang dengan bibir)
  • Cekel  + (Berarti menggenggam benda-benda panjang di tengah-tengahnya; besarannya antara ujungibu jari dengan ujung telunjuk.)
  • Cetik  + (Berarti racun, seringkali dikaitkan dengan kekuatan magis seperti balian, leak (dukun), dan sejenisnya yang bersifat negatif (black magic))
  • Caruk  + (Berarti rata-rata; berkaitan dengan harga)
  • Cangget  + (Berarti takik, tujuannya mempermudah untuk berpijak ada pohon; dalam ukiran tujuannya untuk memperindah.)
  • Cabak  + (Berarti tempat air suci dari tempurung kelapa (biasanya ukurannya lebih kecil dari kelapa biasa))
  • Adeng-adeng  + (Berjalan dengan pelan-pelan)
  • Lenged  + (Berputar dengan kencang)
  • Cicing singal  + (Biasanya digunakan dalam peribahasa untuk orang yang manja, diberi sesuatu tetapi minta lebih)
  • Tinjeh  + (Bilah mambu atau batang pinang sebagai rangka tempat mengikatkan alang-alang, dsb. yang dijadikan atap.)
  • Catur  + (Bilangan yang menunjukkan jumlahnya empat)
  • Bima  + (Bima merupakan salah satu tokoh yang termasuk dalam Panca Pandawa. Bima memiliki sifat yang kuat)
  • Binahong  + (Binahong atau piahong (Anredera cordifoliaBinahong atau piahong (Anredera cordifolia) (bahasa Inggris: Heartleaf maderavine madevine) adalah tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi dan mempunyai banyak khasiat dalam meyembuhkan berbagai macam penyakit ringan maupun berat.Tumbuhan menjalar, berbatang lunak, berdaun tunggal, berbunga majemuk, berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah dan mengembalikan daya tahan tubuh. Tanaman ini sudah lama ada di Indonesia tetapi baru akhir-akhir ini saja menjadi alternatif bagi sebagian orang untuk dijadikan obat alami untuk menyembuhkan atau mengurangi beberapa penyakit ringan maupun berat.ngi beberapa penyakit ringan maupun berat.)
  • Blaganjure  + (Blaganjur (salah satu jenis musik tradisional Bali))
  • Bondres  + (Bondres berasal dari 2 suku kata: Bondan dan drestanta. Bondan laki laki. Drestanta wanita. Jadi bondan drestanta adalah tokoh kerakyatan laki dan perempuan.)
  • Trimurthi  + (Brahma, Wisnu, Siwa; tiga kekuatan Brahman (Sang Hyang Widhi) (sebutan Tuhan dalam agama Hindu) dalam menciptakan, memelihara, pelindung alam beserta isinya.)
  • Blimbing manis  + (Buah belimbing yang memiliki rasa manis. Buah ini bisa dimakan dan bermanfaat sebagai obat untuk ibu yang baru saja melahirkan)
  • Silikaya jawa  + (Buah nangka belanda; sirsak (Anonna muricaBuah nangka belanda; sirsak (Anonna muricara) adalah buah dengan senyawa proaktif yang bermanfaat untuk mengatasi penyakit kanker. Selain itu, buah sirsak sangat bermanfaat bagi anti bakteria, anti jamur, efektif melawan parasit atau cacing, menurunkan tekanan darah tinggi, mengatasi depresi dan stres serta memperbaiki sistem saraf yang rusak.serta memperbaiki sistem saraf yang rusak.)
  • Kenem  + (Bulan keenam dalam kalender Bali (Tahun Saka), biasanya jatuh di bulan Desember)
  • Maikuh lasan  + (Bulir-bulir padi yang berwarna kekuning-kuningan pada bagian ujung menjelang matang.)
  • Srikonta  + (Bunga yang biasa dipakai sebagai hiasan kepala pada pengantin wanita)
  • Ubes-ubes  + (Burung cendrawasih yang diawetkan yang dikibas-kibaskan pada menara usungan mayat pada waktu upacara mengaben.)
  • Kekelik  + (Burung sejenis rajawali, ukurannya sedikit lebih besar dan warna bulunya hitam dengan sedikit warna putih.)
  • Belawa  + (Bélawa: nama samaran Bima ketika di Kerajaan Wirata)
  • Kuir  + (Cairina moschata; sejenis burung atau unggas yang termasuk keluarga bebek yang dipelihara untuk diambil daging dan telurnya.)
  • Canang pangraos  + (Canang yang alasnya sebuah taledan, berisiCanang yang alasnya sebuah taledan, berisi tembakau, pinang, gambir, kapur, serta beberapa lembar sirih, di atasnya diisi sebuah ceper berisi bija yang direndam minyyak wangi dan bunga yang harum. Canang pangraos biasanya digunakan dalam upacara meminang, dan lain-lain.kan dalam upacara meminang, dan lain-lain.)
  • Canang sari  + (Canang yang terdiri dari dua bagian; bagian bawah berbentuk bundar dengan hiasan trikona pada pinggirnya dan bagian atas berbentuk bulat berlekuk-lekuk berisi bunga, pandan arum, minyak wangi, uang.)
  • Nyuluh  + (Cara mencari belut di sawah pada malam hari dengan memakai cepitan berduri.)
  • Cemcem  + (Cemcem adalah salah satu jenis daun tropis yang digunakan sebagai minuman tradisional di Bali yang disebut "Loloh Cemcem")
  • Banggras  + (Cepat marah (dalam berkata-kata))
  • Caratan  + (Cerek, jenis kendi untuk air minum terbuat dari gerabah/tanah liat; selain sebagai alat minum air juga digunakan dalam upacara tetapi dalam ukuran yang lebih kecil.)
  • Adi Parwa  + (Cerita epos yang paling utama (besar) dalam kisah Mahabharata yang terdiri atas 18 episode pokok)
  • Compeng  + (Compes/rompal: yakni dalam suatu keadaan tidak utuh seperti pada pisau, piring, atau pada gigi)
  • Corcor  + (Cucur (dengan air))
  • Ginten  + (Cuminum cyminum L.)
  • Panepi Siring  + (Daerah permukiman penduduk yang sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim, dan air sebagai syarat penting bagi terwujudnya pola kehidupan agraris penduduk di tempat itu.)
  • Makuburan Bali  + (Dalam pengertian secara arfiah makuburan Bali berarti sema. Kemudian dijadikan salah satu pribahasa Bali (bebladbadan) sehingga dapat diartikan semaya (berjanji))
  • Empelan  + (Dam/bendungan, tetapi bentuknya lebih kecil, biasanya ditemukan di sawah sebagai sistem irigasi)
  • Busung  + (Daun kelapa muda yang warnanya putih kekuning-kuningan)
  • Asta dusta  + (Delapan hal yang dianggap jahat ialah: a. Delapan hal yang dianggap jahat ialah: a. membunuh orang tanpa dosa; b. menyuruh membunuh orang tanpa dosa; c.melukai orang tidak berdosa; d. makan bersama-sama dengan pembunuh; e.sehilir semudik dengan pembunuh; f. berkawan dengan pembunuh; g. memberi tempat berlindung untuk pembunuh; h. menolong pembunuh.dung untuk pembunuh; h. menolong pembunuh.)
  • Brahma  + (Dewa Brahma)
  • Rudra  + (Dewa Rudra)
  • Darma Sunu  + (Dharma Wangsa; nama putra Pandu dalam cerita Mahabharata; Yudistira)
  • Kagaukang  + (Diambilkan dengan rakus)
  • Meles  + (Dibaca me (dalam kata 'menang') dan les (dDibaca me (dalam kata 'menang') dan les (dalam kata 'lestari'). Meles berarti sesuatu masuk ke dalam celah kapiler lalu merembes pelan. Contohnya pada tempayan tanah liat. Ketika diisi air, bagian bawah luar tempayan itu kadang basah karena airnya 'meles' keluar.kadang basah karena airnya 'meles' keluar.)
  • Kasabsab  + (Dicari dengan teliti (oleh))
  • Bogem  + (Dulang besar beserta tutupnya untuk menyiapkan makanan (sebagai pengganti meja makan).)
  • Due tengah  + (Dué tengah adalah kata majemuk yang berasal dari kata dué berarti "milik/kepunyaan" dan tengah berarti "tengah/ di dalam". Dué tengah secara harfiah berarti milik bersama, yang merujuk pada sebuah warisan.)
  • Panjut  + (Ekor (sapi) yang ujungnya berwarna putih)
  • Tempenyon  + (Emerita sp. termasuk kedalam subphyllum Crustacea, yang secara umum berkerabat dengan udang (shrimp), kepiting (crab), lobster, dan teritip (barnacle) (Ruppert dan Barner,1994).)
  • Catur guru  + (Empat guru yang ada di dalam kehidupan manusia dan patut untuk dihargai. Keempat guru tersebut adalah (i) Tuhan Yang Maha Esa / guru swadiaya, (ii) pemerintah / guru wisesa, (iii) pendidik di sekolah / guru pengajian, dan (iv) orang tua / guru rupaka.)
  • Clengis  + (Endapan sari pati dari santan kelapa yang yang diperoleh sesaat setelah proses penyaringan minyak kelapa.)
  • Es Kuud  + (Es yang dicampur kelapa muda, gula yang direbus dengan pandan harum, dan jeruk nipis.)
  • Ancak  + (Ficus rumphii (Moraceae))
  • Selonding  + (Gamelan kuno yang sakral dalam melengkapi upacara keagamaan Hindu di Bali. yang berlaras pelog Sapta Nada)
  • Bungbung gebyog  + (Gamelan yang instrumennya terdiri atas pangemplong dan pangicig, cara memainkannya dengan memukullkannya pada papan beralaskan lesung yang dimainkan oleh wanita, berfungsi untuk mengiringi tari joged gebyog.)
  • Pinungkan  + (Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem jaringan dalam organ tubuh (makhluk hidup).)
  • Cabar  + (Gegabah; terlampau berani, kurang hati-hati.)
  • Cokorda  + (Gelar bangsawan tertentu di Bali (dari Wangsa Ksatria))
  • Desak  + (Gelar wanita dari golongan bangsawan tertentu di Bali.)
  • Ngiah-ngiuh  + (Gelisah dengan berkeluh kesah.)
  • Curing  + (Gender dalam gamelan geguntangan yang berfungsi sebagai pembawa melodi papantunan)
  • Rangrang  + (Gerak dalam tarian topeng saat mengangkat kain)
  • Tataban  + (Gerakan kedua belah tangan (terbuka) ke arah badan sendiri dengan maksud mempersembahkan sajen yang dihadapi kepada jiwa atman sendiri)
  • Anoman  + (Hanoman; kera putih dl Ramayana)
  • Anggara sungsang  + (Hari Selasa, uku Sungsang yang dianggap sebagai hari buruk untuk menyemai benih karena dapat mendatangkan hama tikus.)
  • Panyajaan  + (Hari Senin "wuku Dungulan" (dua hari sebelum hari "Galungan") pada waktu orang membuat kue-kue sajen untuk Galungan.)
  • Ekawara  + (Hari yang jumlahnya satu, yaitu luang (dalam ilmu Wewaran/Wariga))
  • Rendang  + (Hidangan Jawa yang mengandung daging yang direbus dalam santan dan bumbu hingga hampir kering, menyerap minyak dan rasa santen.)
  • Cacak  + (Hitung atau sebut satu per satu, misalnya dalam menghitung kehadiran rapat anggota banjar, dll.)
  • Tinjeh-tinjeh  + (Ikan laut yang badannya agak bulat panjang bersisik putih berbelang-belang hitam.)
  • Wariga  + (Ilmu tentang astronomi dan perbintangan yang merupakan bagian dari kitab suci Weda, berisi tentang tata cara yang digunakan sebagai dasar menghitung dan memilih hari baik dalam melaksanakan kegiatan agar sesuai dengan tujuan.)
  • Indra Brata  + (Indra Brata adalah salah satu bagian dari Indra Brata adalah salah satu bagian dari Asta Brata. Indra Brata diartikan sebagai pemimpin yang dapat memberikan ketauladan sifat yang baik sehingga dapat memberikan bimbingan kepada masyarakat, bawahannya, serta dirinya sendiri agar selalu berusaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraana menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan)
  • Indra  + (Indra adalah nama dewa dalam Hindu Bali, perannya sangat kecil kecuali sejauh ia berperan dalam epos Hindu. Dewa Indra dilambangkan sebagai dewa hujan yang memberika kemakmuran dan kesejahteraan.)
  • Bungbung barangan  + (Instrumen bungbung yang berfungsi sebagai pembawa lagu.)
  • Daging  + (Isi)
  • Dakep  + (Istilah yang digunakan untuk menangkap sesuatu (biasanya serangga) dengan membuka satu telapak tangan kemudian menutup kelima jari-jari.)
  • Cundang  + (Istilah dalam sabung ayam untuk ayam yang kalah (biasannya untuk lauk), atau kalah dalam pertarungan/peperangan)
  • Dasawara  + (Istilah orang Hindu di Bali untuk menyatakan pergantian kelompok hari (Wewaran) jang jumlahnya sepuluh, yaitu Pandita, Pati, Suka, Duka, Sri, Manuh, manusa, Eraja, Dewa, Raksasa.)
  • Dadah  + (Istilah untuk biji-bijian yang sudah menjelang tua.)
  • Dasaksara  + (Istilah untuk menyatakan sepuluh huruf suci sebagai perlambang Siwa, yang meliputi Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya.)
  • Eda  + (Istilah yang digunakan untuk menyatakan larangan (bahasa Bali Kepara))
  • Batu-batu  + (Iuran yang dibayarkan oleh anggota suatu organisasi kesenian atau banjar sesuai dengan keperluan)
  • Lantaran  + (Jalan, sebab, dasar)
  • Sotong  + (Jambu biji (Psidium guajava) merupakan pohon dengan ketinggian sekitar ± 4-10 m dengan daun yang mampu dimanfaatkan sebagai obat tradisional.)
  • Undis  + (Jenis kacang-kacangan yang bersifat tahunan, saat masak berwarna hitam dan biasanya dimasak sebagai sayuran.)
  • Blanak kesambi  + (Jenis pada yang merangnya berwarna merah kehitam-hitaman.)
  • Dausa keling  + (Jenis pohon dausa yang daunnya berwarna ungu tua, dapat dipakai obat pengusir semut, daunnya ditumbuk diadon dengan biji jagung atau kacang yang akan ditanam agar tidak dimakan semut.)
  • Candung  + (Jenis talas yang hidupnya di air, biasanya digunakan untuk makanan babi; jenis talas ini sering digunakan dalam peribahasa.)
  • Kadut  + (Jepit di sela kain yang dipakai dengan pinggang.)
  • Angget  + (Jolok dengan galah yang diujungnya berisi pisau.)
  • Kelesan  + (Judi mempergunakan uang kepeng dengan cara menggenggam sejumlah uang, kemudian dihitung empat-empat dan sisanya menunjukkan arah yang menang.)
  • Kaanggen  + (Kaanggen berasal dari kata dasar anggen yang artinya gunakan, kemudian diberi imbuhan berupa prefiks dalam bahasa Bali yaitu ka- sehingga menjadi kaanggen yang artinya digunakan)
  • Sekordi  + (Kain merah tua dengan garis kuning tipis horizontal dan vertikal menciptakan kotak. Kain pelindung yang dipakai untuk tambal gigi dan upacara pernikahan (kain bebali))
  • Kliwon  + (Kajeng kliwon datangnya setiap limabelas hKajeng kliwon datangnya setiap limabelas hari sekali. Hari dimana bertemunya Tri Wara yang bernama Kajeng dan Pancawara yang bernama Kliwon. Pada hari Kajeng Kliwon ini yang dipuja adalah Bhatara Siwa karena hari ini disimbolkan dengan bersemedinya Bhatara Siwa.imbolkan dengan bersemedinya Bhatara Siwa.)
  • Pangaptin  + (Kata berafiks dari bentuk dasar (stem) "pangapti" yang berarti "keinginan" atau "pengharapan kemudian mendapat sufiks -n sebagai tanda kepemilikan dari kata berkategori pronomina yang mengikutinya.)
  • Bibihe  + (Kata berafiks dari kata dasar "bibih" kemudian mengalami sufiksasi dengan penambahan -e sehingga sepadan dengan "mulut itu" atau "tepi itu" dalam Bahasa Indonesia.)
  • Ngaonang  + (Kata berafiks dari kata dasar "kaon" kemudian mendapatkan proses nasalisasi (penambahan prefiks {N-}) dan sufiksasi (penambahan sufiks -ang).)
  • Rumasa  + (Kata berafiks dari kata dasar "rasa" kemudian mendapat sisipan "-um-" sehingga sepadan dengan kata "rasanya" atau "seperti" dalam Bahasa Indonesia.)
  • Siape  + (Kata berafiks dari kata dasar "siap" kemudian mendapatkan penambahan sufiks "-e" sebagai penunjuk objek pada kata dasar sehingga sepadan dengan frasa "ayam itu" dalam Bahasa Indonesia.)
  • Pamutus  + (Kata berafiks yang mengalami derivasi dari kata dasar "putus" berkategori verba menjadi nomina karena melewati proses penambahan prefiks "-pa" sehingga sepadan dengan kata "penyelesaian" dalam Bahasa Indonesia.)
  • Lalar  + (caci maki; cela; cerca; kata kasar, keji, kotor)
  • Putus  + (Kata dasar yang memiliki makna sudah jadi atau habis dikerjakan.)
  • Karo Belah  + (Kata majemuk yang berasal dari morfem "karo" berarti "dua" dan "belah" berarti "pecah". Kemudian gabungan "karo belah" menimbulkan makna baru yakni "bilangan seratus lima puluh")
  • Satia negara  + (Kata majemuk yang berasal dari morfem "satia" yang bermakna "setia" dan morfem "negara" yang bermakna "bangsa atau negara". Jadi satia negara" dapat dimaknai sebagai "setia kepada bangsa dan negara".)
  • Dura negara  + (Kata majemuk yang berasal dari morfem "dura" yang bermakna "jauh atau asing" dan morfem "negara" yang bermakna "negeri". Jadi "dura negara" dapat dimaknai sebagai "negeri asing atau luar negeri")
  • Kamplong  + (Kata yang difungsikan dalam kalimat imperatif dan bermakna "pukul dengan tongkat, kayu ataupun galah")
  • Gepluk  + (Kata yang difungsikan dalam kalimat imperatif dan bermakna "pukul dengan tongkat, kayu ataupun galah".)
  • Cuntaka  + (Keadaan cemar tidak boleh ke pura atau sembahyang yang berhubungan dengan upacara karena ditimpa kematian atau melaksanakan upacara pitra yadnya; atau karena dalam keadaan menstruasi)
  • Kawanenan  + (Keadaan hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut).)
  • Kenjekan  + (Kebetulan; ketidaksengajaan)
  • Nyama bajang  + (Kekuatan yang membantu empat unsur (catur Kekuatan yang membantu empat unsur (catur sanak) yang menjadikan bayi dalam kandungan dapat tumbuh menurut kepercayaan ada 108 bajang diantaranya "bajang Colong", "bajang Bukal", bajang Yeh, "bajang Lengis", dsb. Setelah bayi lahir bajang ini tidak berfungsi lagi malahan mengganggu si anak.berfungsi lagi malahan mengganggu si anak.)
  • Kelor  + (Kelor (Moringa oleifera) merupakan pohon berukuran sedang yang dapat mencapai tinggi 12 m dengan diameter 30 cm dan umumnya berfungsi sebagai bahan pangan dan obat tradisional.)
  • Kakampol  + (Keranjang anyaman dari potongan bambu, dikKeranjang anyaman dari potongan bambu, dikenakan diikat pinggang dengan tali. Digunakan oleh sebagian besar oleh petani untuk memegang benih saat menanam tanaman. Bentuk anyamannya seperti keben, dengan potongan bambu kecil alus. Ada dua jenis, masing-masing berukuran sekitar 20 - 25 cm. tinggi. "Kronjo" memiliki dasar persegi, kira-kira lebarnya sama dengan tinggi keranjang, dengan mulut bundar yang besar merujuk pada perempuan. Sedangkan "Kakalu" memiliki dasar persegi panjang, sekitar 30 x 12 cm., dan mulut lonjong, sekitar 9 x 19 cm dan dikatakan merujuk pada laki-laki.9 cm dan dikatakan merujuk pada laki-laki.)
  • Kesawi bang  + (Kesawi merah)
  • Injin bangar  + (Ketan hitam yang bijinya berwarna hitam kemerah-merahan.)
  • Tipat Galeng  + (Ketupat yang dibuat dengan jalinan empat jalur janur untuk pelengkap sajen aci bersudut delapan, panjang menyerupai bantal)
  • Klebutan  + (Klebutan adalah mata air; tempat air tanah keluar ke permukaan tanah secara alami dan menjadi sumber air bersih yang digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup.)
  • Kaon  + (Kondisi buruk pada objek berupa makhluk hidup maupun makhluk tak hidup.)
  • Jaran  + (Kuda: binatang menyusui, berkuku satu, biasa dipiara orang sebagai kendaraan (tunggangan, angkutan) atau penarik kendaraan dan sebagainya〔Equus caballus〕)
  • Jaja besbes  + (Kue yang pipih bahannya dari tepung beras pulut dimasak, dicampur kelapa parut dan gula enau.)
  • Jaja abug  + (Kue yang terbuat dari pulut yang bercampur gula dan kelapa paruut yang dikukus.)
  • Kayangan jagat  + (Kuil tempat umat Hindu seluruh Bali memujaKuil tempat umat Hindu seluruh Bali memuja Ida Sang Hyang Widhi terletak di delapan penjuru mata angin ialah: Lempuyang (Iswara) di Timur, Andakasa (Brahma) di Selatan, Batukaru (Mahadewa) di Banjar, Batur Ulun Danu (Wisnu) di Utara, Goa Lawah (Maheswara) di Tenggara, Ulu Watu (Rudra) di Barat Daya, Bukit Mangu (Sangkara) di Barat Laut, Besakih (Sambu) di Timur Laut.Barat Laut, Besakih (Sambu) di Timur Laut.)
  • Babakan  + (Kulit kayu pohon yang sudah diambil dengan cara menoreh, biasanya untuk ramuan obat)
  • Clebongkak  + (Kulit kelapa yang dibelah dua)
  • Caru  + (Kurban dalam upacara Bhuta Yadnya, dapat bKurban dalam upacara Bhuta Yadnya, dapat berupa nasi (yang paling sederhana) sampai tingkat yang lebih tinggi menggunakan binatang, misalnya, ayam, babi jantan yang tidak dikebiri, angsa, itik, anjing, sapi, kerbau, kambing, dengan disertai minuman arak, beram, atau nira.n disertai minuman arak, beram, atau nira.)
  • Caru be caruk  + (Kurban dengan menggunakan seekor ayam yang bulunya berwarna putih, paruh serta kakinya berwarna kuning)
  • Kecek  + (Kécék - buta sebelah (mata))
  • Damar kurung  + (Lampion yang biasa digunakan dalam upacara "ngaben" dipancangkan di depan pintu ke luar pekarangan.)
  • Landep  + (Landep (Barleriae prionitis) adalah tanamLandep (Barleriae prionitis) adalah tanaman perdu memiliki daun berukuran panjang 2 cm sampai 18 cm, lebar daun 0,2 cm sampai 6,5 cm. Daun berbentuk lonjong, ujung menyerupai duri dan bagian bawah daun bertangkai panjang. Daun landep dapat mengobati rematik, cara pengolahnnya daun kering 2 - 5 gram direbus dalam 200ml air kemudian diminum seperti teh.am 200ml air kemudian diminum seperti teh.)
  • Lengis wayang  + (Lengis wayang adalah minyak kelapa bekas bahan bakar lampu tradisional pada saat pementasan wayang di Bali, biasanya dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit tertentu.)
  • Gana Matra  + (Letak guru laghu tiap-tiap tiga suku kata dalam satu carik pangangsel (koma).)
  • Lamtoro  + (Leucaena leucocephala)
  • Panca anreta  + (Lima macam kebohongan yang tidak kena hukuman (bohong kepada musuh, bohong karena menolong jiwa yang mau dibunuh, bohong karena untuk menyelamatkan harta benda sendiri, bohong kepada anak-anak bohong dalam bergurau).)
  • Congkak  + (Lubangi (gali dengan cangkul pada tanah untuk menanam bibit))
  • Glebeg  + (Lumbung padi yang berukuran besar dengan tiang berjumlah 12 buah.)
  • Dadar  + (Mamasak telor maupun kue dengan memakai alat kuali/teplon dengan mengoleskan sedikit minyak, sehingga telor/kue menjadi tipis.)
  • Coblong  + (Mangkuk kecil terbuat dari tanah (liat) biasanya sebagai tempat air dalam suatu upacara, lebar sekitar 7 cm dan tinggi sekitar 4 cm)
  • Puja tri sandhya  + (Mantra yang berasal dari bahasa Sansekerta yang dilafalkan oleh umat Hindu untuk melakukan sembah bakti dalam sehari-hari.)
  • Manusa Yadnya  + (Manusa artinya manusia, Yadnya artinya upaManusa artinya manusia, Yadnya artinya upacara persembahan suci yang tulus ikhlas. Upacara Manusa Yadnya adalah upacara persembahan suci yang tulus ikhlas dalam rangka pemeliharaan, pendidikan serta penyucian secara spiritual terhadap seseorang sejak terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir kehidupan.di dalam kandungan sampai akhir kehidupan.)
  • Cogroh  + (Mecakar (dengan kuku) seperti yangdilakukan oleh kucing, harimau, dll)
  • Cingakin  + (Melhat, keadaan mata seseorang dalam keadaan normal bisa melihat)
  • Caplok  + (Memasukkan sesuatu ke dalam mulut, sergap lalu ditelan.)
  • Makal  + (Membalikkan tanah dengan bajak atau cangkul.)
  • Ngumbah  + (Membersihkan dengan memakai air atau barang cair, biasanya dengan sabun.)
  • Ngindangin  + (Membersihkan gabah dari sampah jerami dengan menggunakan tampah)
  • Nylocoh  + (Membersihkan gulma di sela-sela tanaman padi dengan alat dari kayu yang berbentuk cangkul bergigi.)
  • Umbah  + (Membersihkan sesuatu dengan air dan sebagainya.)
  • Nyalcal  + (Membuat sarana upakara umat Hindu dengan cara membentuk sesuatu (kue) yang akan dipergunakan untuk keperluan upacara.)
  • Ngamplong  + (Memukul dengan kayu, tongkat atau galah.)
  • Lempag  + (Memukul dengan menggunakan benda)
  • Mamanjang  + (Menaburkan "sekar ura" dari menara usungan mayat yang sedang menuju ke kuburan pada waktu upacara pembakaran mayat.)
  • Goar  + (Menangis dengan keras)
  • Cucud  + (Menanyakan sesuatu dengan teliti)
  • Ngenemin  + (Menemani mitra tutur bercakap-cakap dengan cara meladeni berbicara.)
  • Nedehang yeh  + (Mengalirkan air dari saluran dengan cara menuntun air agar air mengalir sesuai keinginan)