How to reduce waste at school canteen? Post your comments here or propose a question.

Weird Culture

Wikithon Winner
0
Vote
Title (Other local language)
Photograph by
Author(s)
Affiliation
SMA Negeri 1 Tabanan
Category
High School
Reference for photograph
Subject(s)
    Reference
    Related Places
    Event
    Related scholarly work
    Reference
    Competition
    Oneday


    Add your comment
    BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

    What do you think about Bali today?

    Description


    In English

    Hi brothers and sisters, you might have heard about the jargon “no pregnancy, no marriage”. In Bali, this trend has been spreading since the beginning of 2010. This trend means that an unmarried couple agree to have pregnancy prior to their marriage. Usually, the agreement happens because they are worried of being infertile after they get married. It has become a new culture for couples which are about to get married, because many Balinese still primitively are of the opinion that descendants are more important than love. Actually, the ”no pregnancy, no marriage” culture can degrade Balinese women’s value and self-honor. We women must be brave to refuse before we regret. If a couple has married but proven infertile, there are still many ethical choices (child adoption & in-vitro). Come on! Be smart people who can choose between what to follow and what not, so that in the future there will be no more unethical culture like this, and Bali will be free from negativity.

    In Balinese

    semeton, pasti semeton tusing asing biin teken istilah sing beling, sing nganten di bali istilah ne suba ado ling tahun 2010 awal neked jani. Istilah ne ngelah arti kesepakatan apang beling malu setonden ne nganten. Biasane kesepakatan ento ado ulian anake jejeh tusing ngidang beling nanging subo terlanjur nganten. Istilah ento jani subo dadi kebiasaan lan budaya antuk anak bali sane jagi nganten, sawireh liu anak bali ane lebih mentingin keturunan teken tresna ne primitif . Sujatine budaya sing beling, sing nganten ento bisa ngranang nak luh di bali anggape murahan lan gampangan. Ento sawireh i raga dadi nak luh harus bani nolak, apang tusing nyesel disubane. yening anake suba nganten lan seng ngidang beling, nu liu ado pilihan adopsi bayi tabung . Ayok dadi jatme sane dueg milih budaya ken ane harus lestarian lan budaya ken ane harus kutang. Apang kedepane tusing biin ade budaya-budaya caro kene, apang Bali terbebas uli isu isu negatif.

    In Indonesian

    Saudara, pasti saudara sudah tidak asing lagi dengan istilah "tidak hamil, tidak menikah". Di Bali, istilah ini sudah ada sejak awal 2010 hingga sekarang. Istilah ini memiliki kesepakatan agar hamil dahulu sebelum menikah. Biasanya kesepakatan itu asa karena orang-orang takut tidak bisa hamil namun sudah terlanjur menikah. Istilah itu sekarang sudah menjadi kebiasaan dan budaya untuk orang Bali yang akan menikah, karena banyak orang Baki yang lebih mementingkan keturunan dari pada cintanya (primitif). Sesungguhnya budaya "tidak hamil, tidak menikah" itu bisa membuat perempuan di Bali dianggap murahan dan gampangan. Itu menyebabkan kita sebagai perempuan harus berani menolak, agar tidak menyesal di kemudian hari. Apabila orang sudah menikah dan tidak bisa hamil, masih ada banyak pilihan (adopsi dan bayi tabung). Mari menjadi orang yang pintar memilikih budaya mana yang harus dilestarikan dan budaya mana yang harus ditinggalkan. Agar kedepannya tidak ada lagi budaya-budaya seperti inj, agar Bali terbebas dari isu-isu negatif.