UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "aw dawdaw awd awdwa d". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 71 results starting with #1.

View (previous 100 | next 100) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

    • Dewi Dian Reich  + (Bagian dari rangkaian potret Wajah Wayang Bagian dari rangkaian potret Wajah Wayang Wong Pura Taman Pule Mas Ubud. Sebelum pementasan dimulai, momen-momen intim para penari dan pengisi acara dalam rangka persiapan pementasan Wayang Wong Sakral.</br>Pura Taman Pule adalah sebuah Pura di desa Mas, Ubud di Bali. Tari topeng ini unik dan hanya ditampilkan di Pura ini. Itu tidak dilakukan di luar wilayahnya. Seperangkat topeng tokoh-tokoh dari epos Ramayana dan Mahabharata disimpan di Pura. Tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti dari mana topeng ini berasal. Tidak ada catatan pasti tentang pemahat topeng atau bagaimana mereka bisa disimpan di Kuil. Informasi itu mungkin telah hilang akibat konflik atau perang dalam sejarah. akibat konflik atau perang dalam sejarah.)
    • Sang Ayu Putu Eny Parwati  + (Bahasa merupakan sumber daya yang mampu meBahasa merupakan sumber daya yang mampu mengungkap sebuah misteri budaya dan budaya hanya dapat diungkapan dengan bahasa. Bahasa dan budaya Bali adalah sebuah cermin jatidiri penuturnya. Bahasa dan budaya ‘memasak’ dalam masyarakat Bali memiliki makna tersendiri yang dapat diungkapkan melalui kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA), seperti pada verba ngengseb, ngnyatnyat, dan nambus. Teori MSA ini dirancang untuk mengeksplikasi semua makna, baik makna leksikal, makna ilokusi, maupun makna gramatikal. Verba ‘memasak’ dalam bahasa Bali termasuk dalam kategori verba tindakan (perbuatan) dan verba proses. Dalam verba tersebut terjadi polisemi takkomposisi antara MELAKUKAN dan TERJADI sehingga pengalam memiliki eksponen: “X melakukan sesuatu pada Y, dan karena itu sesuatu terjadi pada Y”. Dengan metode simak libat cakap dan teknik catat, diperoleh sebanyak 12 leksikon data yang terkumpul, selanjutnya dieksplikasikan untuk merepresentasikan makna aslinya. Berdasarkan metode, sarana, dan entitas yang digunakan dalam ‘memasak’, lesksikon verba ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu (1) ‘memasak’ dengan sarana air: nyakan, nepeng, ngukus, ngengseb, nglablab, ngnyatnyat (2) ‘memasak’ dengan sarana api: nunu, manggang, nambus, dan nguling, (3) ‘memasak’ dengan sarana minyak dan tanpa minyak: ngoreng dan ngenyahnyah. Semua leksikon yang memiliki makna memasak di atas berpola sintaksis MSA: X melakukan sesuatu pada Y dan Y masak/matang (termasak).uatu pada Y dan Y masak/matang (termasak).)
    • Luh Yesi Candrika  + (Bahasa pertama yang diajarkan oleh seorangBahasa pertama yang diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Sejak berada di dalam kandungan, seorang ibu melakukan interaksi pada calon bayinya dengan menggunakan media bahasa. Suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, tetapi konvensional, bahasa berperan sebagai sarana komunikasi dalam interaksi sosial dan budaya. Sebagian besar masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali sebagai alat komunikasi yang pertama dan utama, sehingga bahasa Bali merupakan bahasa ibu. Intensitas pengunaan bahasa Bali sebagai bahasa utama untuk berkomunikasi masih banyak ditemukan di kalangan pedesaan. Namun, di kalangan perkotaan yang masyarakatnya heterogen seperti Kota Denpasar, intensitas penggunaan bahasa Bali terutama dikalangan keluarga semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pernikahan antar kebudayaan yang berbeda, keperluan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia lebih tinggi dari bahasa Bali (terutama dalam ranah akademis dan formal), serta munculnya anggapan bahwa mempelajari maupun menekuni bidang ilmu bahasa Bali tidaklah begitu penting karena tidak dapat menghasilkan banyak uang jika dibandingkan dengan memiliki kemampuan bahasa asing. </br></br>Pada dimensi yang bersamaan, ancaman kepunahan bahasa terus menerus dapat terjadi. Seperti yang dimuat pada Koran Kompas beberapa bulan yang lalu, dinyatakan bahwa sebanyak sebelas bahasa daerah telah mengalami kepunahan karena tidak lagi digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Misalnya, di daerah Papua, Maluku, dan Maluku Utara. Kemudian, bagaimanakah nasib bahasa Bali apabila penuturnya juga enggan menggunakan bahasa ibunya sendiri? Keberadaan bahasa Bali tentu tidak luput dari ancaman kepunahan. Untuk itu, pemerintah daerah provinsi Bali melakukan upaya-upaya guna mencegah kepunahan bahasa Bali dengan dibentuknya tim penyuluh bahasa Bali yang telah ditugaskan ke seluruh desa yang ada di Bali. Sementara itu, upaya lainnya untuk mempertahankan penggunaan bahasa Bali di ruang-ruang formal, yaitu dengan menetapkan hari khusus berbahasa Bali (Wrhspati mabasa Bali). Selain itu, apabila diamati dari media daring, usaha untuk mengembangkan bahasa Bali nampak dari semakin banyaknya tersedia kamus-kamus daring berbahasa Bali, papan ketik(keyboard) beraksara Bali, serta sarana belajar lainnya berupa video, gambar, buku-buku pelajaran tentang bahasa Bali, dan satua berbahasa Bali yang kini sudah tersedia di media daring. </br></br> Masyarakat Bali hendaknya menyadari bahwa, baik itu bahasa Bali dan aksara Bali keduanya merupakan identitas dari kebudayaan Bali. Terkait dengan hal tersebut, salah satu guru besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Prof. I Gusti Ngurah Bagus (alm) pernah mewacanakan bahwa bahasa adalah mahkota dari sastra. Kemudian wacana tersebut kembali dilanjutkan oleh salah satu budayawan Bali yang sekaligus pinisepuh Sanggar Mahabajrasandhi, Ida Wayan Oka Granoka yang mengatakan bahwa aksara Bali adalah mahkota kebudayaan Bali dan akal budi adalah mahkota bagi manusia itu sendiri. Maka, hubungan antara bahasa, sastra, dan aksara jika mengacu pada wacana kedua ahli tersebut, yaitu bahasa adalah mahkotanya sastra, aksara adalah mahkota budaya, dan akal budi adalah mahkota manusia. Lebih lanjut, mengacu pada pendapat para ahil tersebut dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa, untuk mencetak dan membentuk manusia yang berakal budi atau dalam hal ini berkarakter, maka nilai kelokalan melalui bahasa dan aksara Bali sangat penting ditanamkan sejak dini. Dalam hal ini, keluarga memiliki peranan penting. Oleh sebab itu, peran orang tua atau keluarga merupakan benteng utama pemertahanan kebudayaan Bali dengan menanamkan nilai lokal yang adi luhung untuk membentuk pendidikan karakter anak sekaligus karakter Bangsa.</br></br>Pendidikan karakter merupakan suatu usaha mendidik anak (generasi muda) untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam kehidupan, menggali dan mengembangkan potensi anak sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta menanamkan rasa empati terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, pendidikan karakter haruslah dimulai dari tingkat keluarga, terutama peranan orang tua dalam memberikan pemahaman, pengetahuan, dan contoh perilaku yang dapat diteladani oleh anak dalam masa pertumbuhannya. Tujuan dari pendidikan karakter adalah membangun jati diri anak sehingga dapat menentukan baik dan buruk dalam kehidupan, memiliki budi pekerti atau dasar etika yang kuat, dan dapat mengenali minat yang dicita-citakannya.</br></br>Bahasa Bali merupakan akar pendidikan karakter dalam kaitannya dengan budaya Bali. Alasannya karena bahasa Bali sebagai suatu sistem memiliki tata etika berbahasa yang disebut dengan anggah-ungguh basa Bali yang mengajarkan tentang norma kasantunan. Itulah yang juga membuat sistem anggah-ungguh basa Bali merupakan keunikan dari bahasa Bali. Selain itu, keunikan bahasa Bali lainnya yaitu memiliki aksara Bali. Keberadaan aksara Bali untuk menstanakan bahasa Bali menunjukkan peradaban kebudayaan Bali yang tinggi. Lebih lanjut, keunikan lainnya dari bahasa Bali, yaitu memiliki kosa kata yang kaya. Misalnya, untuk menerjemahkan sebuah kata seperti kata ‘makan’ bahasa Indonesia ke dalam bahasa Bali menjadi ‘neda’, ‘ngamah’, ‘ngaleklek’, ‘madaran’, ‘nunas’, ‘ngajeng’, ‘ngrayunang’. Untuk itulah, membangun kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah (dalam kaitannya bahasa Bali sebagai bahasa ibu) merupakan langkah pertamal untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Bali.elestarikan dan mengembangkan budaya Bali.)
    • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (Baleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (WBaleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (Wallach, 2018) dari “Fix Your Face” oleh DIllinger Escape Plan, untuk Gamelan Baleganjur. Disusun dan dikonsep ulang oleh Putu Tangkas Adi Hiranmayena untuk Denver, Gamelan Tunas Mekar Colorado, karya ini menggunakan idiom dari kepekaan baleganjur tradisional dan kontemporer. Ini ditayangkan perdana pada konferensi “Sounding Out the State of Indonesian Music” 2018 di Cornell University di Ithaca, NY. Niat Hiranmayena dalam menciptakan karya ini adalah untuk mengkritik keadaan musik gamelan global dan mempertanyakan atribusi nilai identitas masyarakat Bali. atribusi nilai identitas masyarakat Bali.)
    • Alexander R. Cuthbert  + (Bali adalah destinasi pariwisata global daBali adalah destinasi pariwisata global dan telah ditambahkan predikat kepadanya sebagai ‘surga’ semenjak satu abad terakhir. Namun kini tampak nyata bagi para pengunjung berbagai permasalahan serius bermunculan baik pada seluruh aspek ekonomi lokal maupun lingkungan hidup. Ketidaksinkronan pembangunan sebagai yang paling disalahkan. Adanya kegagalan untuk memunculkan arsitektur Bali baru yang sejalan dengan integritas aslinya, urbanis Bali kini terjebak dalam simpul Gordian dimana arsitektur tradisional yang utuh tetap ada, namun arsitektur baru tidak muncul. Bagaimana cara mengurai simpul itu, disitulah letak pertanyaannya. Arsitektur menderita diskontinuitas besar ketika bangunan tradisional menjadi terbengkalai ketika terjadi urbanisasi yang progresif. Masalahnya tetap tidak terselesaikan. Makalah berikut merupakan upaya awal untuk mengekspos isu-isu kunci dan menyarankan metode untuk bergerak maju. Namun momentum baru menuntut filosofi baru dalam ranah teori urban, fondasi dari semua aktivitas profesional karena tidak ada kemajuan signifikan yang dapat terjadi tanpanya. Oleh karena itu, perhatian saya diarahkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana transisi dapat dilakukan dari arsitektur tradisional Bali yang muncul dari dinamika feodalisme, menuju penerjemahan dan akomodasi sadarnya dalam pasca-modernitas, kapitalisme informasi, dan globalisasi? Sementara masalah perlu ditangani di beberapa tingkatan – pendidikan, kebijakan, strategi dan penegakan, saya menyarankan dalam kesimpulan bahwa ini harus dibingkai dalam prinsip-prinsip umum yang berasal dari transformasi vernakular, budaya regionalisme Bali yang kritis, dan adaptasi leksikon urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.n urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.)
    • I Gede Robi Supriyanto  + (Bali saat ini turut berjuang menahan laju Bali saat ini turut berjuang menahan laju penyebaran virus Covid19. Ada banyak sekali pelajaran yang kita bisa ambil dari kebijakan lokal dan pengetahuan setempat untuk membantu perjuangan ini.</br>Salah satunya adalah belajar dari Hari Nyepi. Hari dimana seluruh pulau, selama 24 jam, di lockdown; diminta untuk melakukan Tapa Catur Brata Penyepian:</br>Amati Geni: Hemat energi</br>Amati Karya: Tidak bekerja mencari nafkah (Cuti)</br>Amati Lelungan: Tidak bepergian (#dirumahaja)</br>Amati Lelanguan: Tidak berpesta/berfoya-foya/menghibur diri secara berlebihan</br></br>Bali, lewat Nyepi, telah ada pengalaman bertahun-tahun melakukan ini. </br>Maka, anjuran untuk gerakan #dirumahaja sudah seharusnya bukan hal yang asing bagi warga Bali, karena hal ini sudah ada di gen dan darah warga Bali yang sudah melakukan ini setiap tahun.</br>Meski biasanya hanya sehari, dalam situasi darurat ini, perlu ditingkatkan ‘level’nya menjadi beberapa hari (atau minggu), hingga situasi benar-benar pulih.</br></br>Sama seperti solusi bagi banyak permasalahan di Bali dan Indonesia, Pandemic Corona tidak bisa ditanggulangi oleh sekelompok kecil individu yang sadar, pemerintah saja, ataupun segilintir tenaga medis berikut infrastrukturnya yang pas-pasan yang dimiliki oleh pulau ini, tapi membutuhkan kesadaran kolektif semua lapisan masyarakat, baik itu masyarakat adat, pemerintah, pengusaha, media, akademisi, tokoh spiritual, dan seniman/budayawan.</br>Semuanya mesti bahu-membahu berkontribusi di bidangnya, dan satu elemen mendukung elemen yang lain.</br></br>Di sinilah social resilience (ketahanan sosial) kita diuji. Kalau kita semua sanggup melewati bencana ini, maka kita patut bersyukur dan bolehlah berbangga diri. </br>Tapi isu Corona bukan isu sepele, sekali dia lepas kontrol, harga kerusakan yang ditimbulkannya akan terlalu besar.</br></br>Kita punya pengetahuan tentang Nyepi, dan akan sangat disayangkan kalau hal ini hanya kita rayakan sebagai ritual belaka. Kita harus memaknai manfaatnya, etika-nya, tujuannya, sehingga bisa kita implementasikan sebagai solusi atau cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah yang riil.</br>Upacara tidak akan bermanfaat jika dia hanya ditempatkan sebagai simbol.</br>Simbol hanyalah simbol, untuk mengingatkan saja… hanya akan lebih berfaedah jika itu bisa ditransfer dalam bentuk kesadaran, gagasan, dan aksi.</br>Kita bangga punya “rasa” yang kuat…. sekarang tajamkan juga “logika", karena yang ideal adalah keseimbangan dari keduanya. </br></br>Berat memang. </br>Baru beberapa hari diam di rumah dan pengurangan nafkah yang drastis akibat sejumlah konser dibatalkan, Kami, sepertimu, juga rindu situasi pulih; berkumpul, bekerja bersama, bernyanyi bersama, mencium keringat tubuhmu, bersetubuh denganmu, seperti adegan dalam video klip kami ini.</br>Kami mengabadikan momen-momen itu agar kita mengingat bahwa kita makhluk sosial, dan solusi dari masalah berat ini adalah apabila kita menjaga kemanusiaan dan kepedulian kita pada sesama. </br>Sekarang, dalam situasi darurat ini, social distancing (menjaga jarak) adalah bentuk kepedulian kita kepada sesama. For a greater good. Untuk sementara saja.</br></br>Agar nanti tiba masanya dalam waktu dekat kita akan berkumpul kembali, dan bernyanyi bersama….</br>“Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti!”</br>Dumogi rahayu,</br>Gede RobiBerani Berhenti!” Dumogi rahayu, Gede Robi)
    • NDM Santi Diwyarthi  + (Bali, termasuk museum, terlibat dalam induBali, termasuk museum, terlibat dalam industri pariwisata era milenial 4.0. Pengelolaan museum tidak lagi bisa bersifat inklusif tanpa analisis dan penerapan yang borderless dan out of the box. Museum merupakan salah satu sarana berkomunikasi di tengah masyarakat milenial dewasa ini yang harus dikaji manfaatnya dalam industri pariwisata. Metode penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif, menggunakan instrumen penelitian berupa angket, wawancara, studi dokumentasi, dengan populasi pengunjung museum di Bali. Hasil penelitian memperlihatkan tamu yang mengunjungi museum sebagian besar adalah orang yang sudah mempelajari informasi terkait museum terlebih dahulu, yakni 52 persen, 52 persen akan menuliskan kisah perjalanannya mengunjungi museum, 80persen akan mempromosikan keberadaan museum melalui media internet, 92 persen mengenal sejarah museum yang akan dikunjungi dan pendirinya, 60 persen akan mempromosikan kembali pada orang lain. 40 persen akan kembali mengunjungi museum yang sama.akan kembali mengunjungi museum yang sama.)
    • Mary S. Zurbuchen  + (Bali: 50 Years of Changes: A Conversation Bali: 50 Years of Changes: A Conversation with Jean Couteau, Eric Buvelot dan Jean Couteau telah menghasilkan gambaran yang rumit, menyapu, dan kontroversial tentang kesadaran, pola sosial, dan kehidupan keagamaan Bali, serta posisi Bali dalam kerangka nasional Indonesia. Tidak diragukan lagi, ini adalah upaya paling ambisius untuk menyajikan pemandangan pulau yang holistik sejak Fred Eiseman, Jr.'s Bali: Sekala and Niskala (1990), atau Adrian Vickers' Bali: A Paradise Created (1989). Namun karya ini bukanlah narasi sejarah, atau puncak dari penelitian komprehensif bertahun-tahun tentang topik tertentu. Alih-alih, kami menemukan serangkaian transkrip percakapan antara dua ekspatriat: Buvelot, seorang jurnalis yang tinggal di pulau itu sejak 1995, dan Couteau, seorang penulis, pengamat sosial, dan komentator terkenal yang terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.g terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.)
    • Putu Eka Guna Yasa  + (Baligrafi Dasaksara Hanoman ini terdiri atBaligrafi Dasaksara Hanoman ini terdiri atas dua bentuk, yaitu Kayonan dan Hanoman. Dasaksara terlukiskan di dalam Kayonan. Dasaksara adalah sepuluh aksara suci sebagai penghubung diri manusia (mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos). Dasaksara terdiri atas sepuluh wijaksara, yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Śing, Wang, Yang. Kesepuluh wijaksara ini berasal dari delapan aksara wianjana (sa, ba, ta, na, ma, si, wa, dan ya) dan dua aksara suara (a dan i). Jika dirangkai sepuluh wijaksara ini membentuk kalimat: sabatai nama siwaya yang merupakan doa untuk memuliakan Dewa Siwa. Namun, Dasaksara yang terlihat dalam kayonan hanya sedikit saja karena tertutup oleh badan Hanoman. Wijaksara yang terlihat adalah Ong, Ang, Ung, Mang, Sang, Bang, miwah Tang.</br></br>Hanoman adalah tokoh dalam wiracarita Ramayana. Hanoman adalah putra Dewi Anjani. Dewi Anjani adalah seorang bidadari yang dikutukan dan terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan itu berakhir jika ia melahirkan seorang putra titisan Siwa. Dewi Anjani menikah dengan Kesari. Kesari dan Dewi Anjani melakukan tapa agar Dewa Siwa bersedia menjelma sebagai putra mereka. Oleh karena Kesari dan Dewi Anjani teguh dalam pertapaannya, Dewa Siwa mengabulkan permohonan mereka dan turun ke dunia sebagai Hanoman.</br></br>Jika dimaknai, Baligrafi Dasaksara Hanoman ini adalah bentuk pemuliaan kepada Dewa Siwa yang dimasifestasikan ke dalam sosok Hanoman.g dimasifestasikan ke dalam sosok Hanoman.)
    • I Wayan Suardika  + (Bapak I wayan suardika dalam proses kreatiBapak I wayan suardika dalam proses kreatif menciptakan karya- karya sastra bali purwa telah melahirkan 5 karya sastra yang sangat penting bagi peradaban batin bali yaitu geguritan ki patih ganjira, geguritan jangkang plilit, geguritan I taru titiran, geguritan Ramayana, geguritan gema shanti dan babd tari sacral.</br></br>Karya sastra satra bali purwa I wayan suardika yang paling terkenal dikalangan masyarakat adalah geguritan ki patih ganjira, geguritan ini menceritakan Seorang laki-laki dari desa kilayu giri yang masih ,dan tampan.yang ingin melaksanakan Brahmacari asrama di pesraman giri wana kulantir.suatu hari ia berpamitan kepada orang tuanya jika akan pergi ke pesraman untuk mencari ilmu,kemudian ia diberikan ijin untuk melakukan Brahmacari asrama. Keesokan harinya Ki Patih ganjira memulai perjalanan menuju pesraman dan orang tua Ki Patih Ganjira sangat sedih karena akan di tinggal oleh anaknya. Singkat cerita ada raja bernama Patih Agung, Patih Agung ini memiliki anak perempuan yang bernama Wangkas Putri. Disitu bertanya kepada Ki Patih Ganjira, lalu ia menjawab "saya akan ke pesraman untuk melaksanakan Brahmacari asrama" lalu Patih Agung berkata " wahai anak muda seumuran anda sudah memiliki pemikiran untuk masa depan mu" lalu Wangkas Putri ingin ikut Ki Patih Ganjira melakukan brahmacari asrama. Lalu keesok harinya Meraka melakukan perjalanan menuju ke pesraman tersebut, tiba-tiba kaki Wangkas Putri di gigit ular lalu Ki Patih Ganjira meminta pertolongan kepada masyarakat disana. Di obatilah kaki Wangkas Putri, setelah di obati kaki Wangkas Putri. Lalu Kipatih Ganjira bertanya kepada masyarakat disana, dimanakah letak pesraman gira wana kulantir. "Apakah masih jauh dari sini" lalu masyarakat tersebut menjawab "ini lah tempat persamaan kulantir yang km cari, kebetulan sayang adalah murid dari persamaan tersebut" di antarkanlah Ki Patih Ganjira bertemu guru yang ada di sana. Singkat cerita sudah empat tahun Ki Patih Ganjira mencari ilmu disana dan usai sudah pencarian ilmu disana. Sebelum kembali pulang Wangkas Putri bertanya kepada Ki Patih Ganjira "apakah kamu sudah mempunyai wanita atau ada wanita yang km sukai di pesraman ini." Lalu Ki Patih Ganjira menjawab " ada, wanita itu adalah km" mereka berdua menjalin hubungan, keesok harinya Meraka pamit dari persamaan itu untuk balik pulang. Di tengah perjalanan mereka menyebrang lautan dan pada saat itu ombak laut sangat besar, Wangkas Putri terseret ombak. Lalu Ki Patih ganjira mencari Wangkas Putri di tengah laut dan tidak di temukan juga, Wangkas Putri di temukan oleh seorang raja. Setelah Wangkas Putri sadar Wangkas Putri mencari Ki Patih Ganjira di tepi laut, lalu Ki Patih Ganjira di temukan dengan keadaan lusuh. Setelah itu mereka berdua kembali pulang, singkat cerita Wangkas Putri dan Kipatih Ganjira pun menikah ada salah satu keluarga Ki Patih Ganjira yqng tidak suka karena ia menikah dengan putri raja. Lalu keluarga Ki Patih Ganjira itu berinisiatif untuk membuat hidup mereka sengsara, keluarlah ide licik dari keluarga Ki Patih Ganjira dengan memberikan guna-guna kepada Wangkas Putri dan menyebabkan wangkas putri meninggal. Singkat cerita setelah Wangkas Putri meninggal akhirnya Ki Patih Ganjira di angkat sebagai raja di kerajaan watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri. watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri.)
    • Luh Yesi Candrika  + (BASAbaliWiki Menggelar Rapat Program KerjaBASAbaliWiki Menggelar Rapat Program Kerja Tahun 2020</br>Bertempat di Dharmanegara Alaya Denpasar</br></br>Mengawali tahun baru 2020, Yayasan BASAbaliWiki mengelar acara rapat program kerja tahun 2020 pada hari Sabtu, 11 januari 2020 yang bertempat di Gedung Dharmanegara Alaya Denpasar. Acara yang diketuai oleh Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum tersebut dihadiri oleh para pembina dan para pengurus Yayasan BASAbaliWiki. Rapat yang dimulai pada pukul 09.00 wita sampai 15.00 wita tersebut membahas mengenai program kerja di masing-masing divisi yang terdapat dalam web BASAbaliWiki, di antaranya divisi Perpustakaan Virtual yang dikoordinatori oleh Ni Nyoman Clara Listya Dewi, divisi lontar miwah upacara oleh Ida Bagus Arya Lawa Manuaba, divisi Inisiatif Lingkungan oleh I Wayan Artha Dana, divisi Media Sosial oleh IGA Wiwin Rusma Windiyana Putri, divisi Gatra Milenial oleh I Made Agus Atseriawan Hadi Sutresna, divisi Buku Cerita Anak dan Cerita Rakyat oleh Made Sugianto, divisi Biografi olih I Wayan Jengki Sunarta, divisi Kamus Daring oilh Ida Wayan Eka Werdi Putra, serta divisi Sejarah Tempat dan Pelatihan olih I Kadek Juniantara. Seluruh divisi yang disiapkan dalam web BASAbaliWiki tersebut sebagai usaha untuk mengembangkan tradisi Bali (khususnya bahasa Bali dan kebudayaan Bali pada umumnya) di tengah-tengah interaksi global dengan sarana media digital.</br>Ketua Yayasan BASAbaliWiki, Dr.Drs. I Wayan SUardiana, M.Hum dalam sambutannya menyatakan bahwa berbagai usaha yang sudah dilaksanakan oleh tim BASAbaliWiki pada setiap divisi sudah berjalan dengan baik. Lebih lanjut, beliau menytkn bahwa berbagai usaha yang telah dilakukan tersebut juga telah mendapatkan apresiasi yang baik dari dunia, salah satunya melalui penghargaan yang diberikan oleh Unesco serta apresiasi yang juga telah diberikan oleh pemerintah Provinsi Bali.</br>“Yayasan BASAbaliWiki telah mendapatkan apresiasi yang baik dari dunia Internasional serta dari pemerintah Provinsi Bali. Untuk itu, program-program yang dilaksanakan di BASAbaliWiki agar memiliki korelasi atau acuan dengan program pemerintah Provinsi Bali yaitu “Nangun Sat Kertih Loka Bali”, yang berbasis bahasa, sastra, dan aksara Bali. Dengan demikian, maka budaya Bali dapat bertahan dan terus berkembang”.</br></br>Selanjutya, Ketua Dewan Pembina Yayasan BASAbaliWiki, Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum juga memberikan sambutannya dalam rapat awal tahun tersebut. Beliau banyak memberikan nasihat dan motivasi kepada tim BASAbaliWIki agar tidak lekas jumawa terhadap prestasi yang sudah diterima. Selain itu, beliau juga berharap agar program-program yang ada di BASAbaliWiki dapat bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat.</br>“Janganlah cepat jumawa saat dengan apresiasi-apresiasi baik yang diberikan. Tim BASAbaliWiki agar senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam mengerjakan program-program yang nantinya dapat berguna untuk seluruh masyarakat, dari mulai generasi muda sampai generasi tua. Semua itu dapat terwujud apabila tim BASAbaliWiki senantiasa menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga sosial lainnya, instansi pemerintah, dan sekolah-sekolah yang ada di Bali”.</br></br>Salah satu pendiri BASAbaliWiki, Alissa Stern dalam sambutannya yang diwakili oleh Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum menyampaikan pesannya agar keberadaan BASAbaliWiki dapat menjadi salah satu media digital yang senantiasa berupaya untuk melestarikan keberadaan bahasa Bali dalam era globalisasi saat ini.</br>“Keberadaaan bahasa-bahasa daerah di dunia semakin terdesak keberadaannya bahkan terancam mengalami kepunahan. Hal ini yang patut diperhatikan dalam situasi zaman saat ini. Untuk itulah, melalui BASAbaliWiki yang menggunakan media bahasa Bali dalam media digital ini dapat menjadi contoh dalam usaha melestarikan bahasa-bahasa daerah yang ada di wilayah Nusantara dan dunia Internasional”</br>Selain Alissa Stern, pendiri BASAbaliWiki lainnya yang hadir pada acara rapat tersebut adalah I Putu Suasta. Beliau memberikan banyak masukan sekaligus motivasi kepada para pengurus BASAbaliWiki, berkiatan dengan usaha-usaha baru yang kreatif dan inovatif untuk dilaksanakan dalam menjalankan program-program kerja BASAbaliWiki.</br></br>Rapat program kerja BASAbaliWiki tahun 2020 yang berjalan selama kurang lebih enam jam tersebut ditutup dengan acara kebersamaan yaitu dengan menuliskan berbagai mimpi atau harapan-harapan para pengurus BASAbaliWiki yang hadir, berkenaan dengan program-program kerja BASAbaliWIki dalam kurun waktu satu tahun dan diakhiri dengan dengan acara foto bersama. (@YesiCandrika BASAbaliWiki)foto bersama. (@YesiCandrika BASAbaliWiki))
    • Caesilia Nina Yanuariani  + (Bawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadiBawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadikan</br>gelap menjadi terang. Ibarat cahaya api di matamu</br>yang liar, Ketakutan menjadi sublim</br></br>kemudian pagi membujuk siang, menggoda malam.</br>Pada satu panggung ketemukan pemeran utama yang</br>gagu, musik mengalun di silau lampu. Berhamburan</br>kupu dan laron-laron</br></br>Terkadang kita tidak mampu menepis, begitu banyak</br>cemooh mengharu-biru memasuki ruang pribadimu.</br>ibarat seekor monyat tua mencabik-cabik kebun</br>mencari dedaunan, karena ia lapar. Seperti perempuan</br>yang gelisah tak menemukan sebuah payung di tengah</br>hujan</br></br>Kuletakkan dua puluh batang bunga sedap malam dalam</br>Jambangan. Berharap menjelang malam keharuman berkeliling</br>di setiap ruang. Membawa pergi seribu bayangan kelam.</br>Kecemasan adalah bingkai retak yang menjamah di dalam</br>rumah. Hari ini anak-anak mulai sekolah.</br></br>Aku selesaikan adonan dalam loyang, berwarna kuning</br>dan coklat seperti kuda zebra. Membiarkan aroma roti</br>menjelajah ke rumah tetangga, ke segenap penjuru dermaga.</br>Di bawah tangga di rumahku, aku melihat seekor kucing</br>seekor tikus, seekor anjing bercengkerama dalam senda</br>gurau yang riang.</br></br>(Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)g riang. (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016))
    • I Nengah Jati  + (Beliau mempunyai salah satu karya sastra kBeliau mempunyai salah satu karya sastra kidung yang berjudul tungtung urip, tungtung urip sendiri menceritakan bagaimana situasi dan kondisi dari pandemic covid-19, bagaimana kondisi masyarakat dalam menghadapi virus harus selalu tetap berfikir positif dan selalu mematuhi protokol kesehatan.if dan selalu mematuhi protokol kesehatan.)
    • Tim BASAbali Wiki  + (Benarkah raksasa hanya berperilaku buruk? Benarkah raksasa hanya berperilaku buruk? Orang-orang sudah tahu bahwa Kumbakarna mendapat anugerah Supta Sada yang membuat ia tertidur lelap. Walaupun banyak yang membangunkannya, ia tetap tidak akan bangun. Namun, banyak yang tidak tahu sikap Kumbakrana ketika ada bahaya yang menimpa negaranya. Ia akan bergegas bangun dengan sendirinya dan berani membela negaranya sampai mati dari bahaya yang mengusik. Nah, seharusnya pemerintah meniru perilaku dari Kumbakara, segera ingat dengan kewajiban, mencari solusi jika ada permasalahan negara. Bukan hanya pemerintah saja, tetapi kita semua juga harus berani mengungkapkan pendapat. Raksasa saja mau menjaga negaranya, kita sebagai manusia apa mau tidur saja ? kita sebagai manusia apa mau tidur saja ?)
    • Richard Fox  + (Bentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotoBentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotong royong dan solidaritas perlahan semakin bertransformasi – dan seringkali tergantikan – oleh institusi sosial baru serta ideal, keinginan, dan kesenangan yang menyertainya. Kemunculan keluarga inti, sebagai sebuah cita-cita dan institusi sosial baru, adalah salah satu satu perkembangan yang lebih penting dalam hubungan ini. Esai ini mengkaji konsepsi persaingan keluarga, dan ekonomi keluarga, yang mendasari perdebatan yang terjadi di lingkungan Bali selatan terkait pemberian bantuan di lingkungan banjar selama berlangsungnya odalan tiap enam bulan sekali. Analisis dalam esai ini memberikan wawasan mengenai bagaimana transformasi sosial dan budaya dipahami dan dialami pada tataran kehidupan sehari-hari.ialami pada tataran kehidupan sehari-hari.)
    • Komang Pramana  + (Bermain cuk cuk dar - Permainan anak jamanBermain cuk cuk dar - Permainan anak jaman dulu, sering di maninkan anak anak daerah timur. Cuk cuk dar adalah bambu muda ato disebut bambu buluh, yang amunisinya adalah air. Dan biasanya di pakai permainan perang perangan, dan dapat dimainkan berdua atau lebih.an, dan dapat dimainkan berdua atau lebih.)
    • Komang Pramana  + (Bermain layang-layang.)
    • Luh Yesi Candrika  + (Bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan NBertepatan dengan momentum Hari Pahlawan Nasional pada bulan November tahun 2016 yang lalu, Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada salah satu tokoh pemimpin yang sangat membanggakan masyarakat Bali, yaitu I Gusti Ngurah Made Agung. I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Mantuk Ring Rana merupakan Raja Badung yang memimpin puputan saat melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 September 1906. Sosok seorang I Gusti Ngurah Made Agung tidak hanya sebagai pejuang dalam puputan, tetapi beliau juga merupakan refleksi pejuang literasi. Maksudnya, sebagai seorang pemimpin yang nyastra, beliau telah melahirkan sejumlah karya sastra, di antaranya Geguritan Nengah Jimbaran, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Hrdaya Sastra, dan Geguritan Purwa Sanghara. </br> Karya-karya sastra yang demikian hebatnya, tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa pembacaan karya sastra hebat lainnya dengan jumlah yang tentunya tidak sedikit. Misalnya pada salah satu karyanya, yaitu Geguritan Purwa Sanghara yang menguraikan tentang ciri-ciri atau awal (purwa) kehancuran zaman (sanghara). Untuk mengarang geguritan ini, I Gusti Ngurah Made Agung memetik cerita dari beberapa sastra di antaranya Adi Parwa, Mosala Parwa, dan Prasthanika Parwa untuk menyusun bagian pertama tentang hancurnya kerajaan Dwarawati dan Wangsa Yadu. Selanjutnya Kakawin Sutasoma digunakan untuk menyusun bagian kedua, yaitu mengenai pertempuran antara Sutasoma dan Purusadha. Serta Kitab Cantakaparwa digunakan untuk menyusun bagian ketiga yaitu pertempuran antara Suprasena dengan Rudradasa. </br> Berdasarkan sumber-sumber sastra yang dipetik oleh I Gusti Ngurah Made Agung dalam mengarang sebuah Geguritan Purwa Sanghara, kita mendapatkan kesan bahwa sebagai seorang raja, I Gusti Ngurah Made Agung memiliki ketertarikan yang besar terhadap karya-karya sastra Jawa Kuna. Usaha yang terus-menerus untuk belajar dan mengisi diri yaitu dengan aktifitas membaca, menulis, dan melakoni nilai-nilai sastra dalam kehidupannya (sebagai seorang raja). Mungkin hal-hal tersebut yang menjadi alasan Ida Bagus Gede Agastia, salah satu peneliti sekaligus penulis essay-essay berbahasa Jawa Kuna menyebut beliau dengan sebutan Cokorda Mantuk Ring Rana, Pemimpin yang Nyastra. </br> Kesadaran untuk bangkit dari kelisanan menuju keberaksaraan telah membuka periode baru dalam sejarah pemikiran manusia. Semangat memperjuangkan budaya literasi yang ditunjukkan oleh I Gusti Ngurah Made Agung melalui aktivitas membaca dan menulis, tentu memberikan petunjuk generasi-generasi selanjutnya untuk mengikuti jejak beliau. Selain kegiatan membaca dan menulis sebagai bentuk apresiasi terhadap karya-karya I Gusti Ngurah Made Agung, kegiatan lainnya seperti menembangkan karya-karya beliau serta mendiskusikan bersama karya-karya beliau juga tidak kalah penting untuk dilakukan. Selain itu, apresiasi sastra lainnya juga dapat dilakukan dengan melalui adaptasi karya, dan lain sebagainya. Hal-hal demikian penting dilakukan dalam upaya mewujudkan suatu budaya literasi yang bermanfaat untuk mencerahkan hidup, mempertebal keluhuran budi, dan mempertahankan identitas dan jati diri sehingga tidak hanyut oleh arus zaman. Nyala semangat literasi yang dikobarkan oleh I Gusti Ngurah Made Agung untuk gemar membaca dan mendalami sastra diharapkan mampu mengarahkan kehidupan generasi muda pada hal-hal yang positif dan bermanfaat. (BASAbali Wiki @YesiCandrika).bermanfaat. (BASAbali Wiki @YesiCandrika).)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Biografi Perkumpulan Pendidikan Nasional, Denpasar, sebuah institusi terkenal yang melahirkan Universitas Undiknas, SMP Nasional Denpasar dan lainnya.)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Biografi Profesor Gede Sri Darma, yang pernah menjadi profesor termuda di Indonesia.)
    • Wayan Suastama  + (Bisikan Pada Awan. oleh Wayan Suastama. KaBisikan Pada Awan. oleh Wayan Suastama. Karya seni asli, akrilik di atas kanvas. Dipamerkan dalam ‘Dunia Tanpa Suara, Sebuah Antologi’ di Sawidji Gallery April – Mei 2023.</br></br>Tentang artis Wayan Suastama.</br></br>‘Bisikan Pada Awan’ diterjemahkan menjadi ‘Berbisik ke Awan’ merupakan karya baru Wayan Suastama. Sejak 1995 ia telah memamerkan karya-karyanya dalam pameran bersama dan tunggal, baik di dalam maupun luar negeri. Karya-karya Suastamas kerap menampilkan sosok perempuan, dengan ragam warna dan tekstur yang luas, sebagai simbol kekuatan regeneratif dan kreatif. Seri barunya yang mencakup 'Berbisik ke Awan,' mengeksplorasi secara detail tema filosofis 'hulu dan hilir' dalam hubungan kita dengan keseimbangan di Alam.</br></br>“Dalam keheningan, inilah saat-saat yang bisa kita renungkan. Sebagai orang yang mencintai alam, saya memikirkan bisikan-bisikan di Alam ini. Ketika ada pergantian musim.. awan tetap pembawa pesan.. tanpa bahasa atau kata-kata awan adalah pembawa pesan alam yang memberitahu kita bahwa akan turun hujan. Dunia Tanpa Suara mungkin adalah tempat kita melihat bahasa Alam dengan lebih jelas. Itu membawa kita kembali ke diri kita yang sebenarnya.kita kembali ke diri kita yang sebenarnya.)
    • Pande Putu Widya Okta Pratama, S.Kom  + (BTW Edutech adalah sebuah perusahaan edukasi digital yang mempunyai misi besar membantu siswa untuk lolos seleksi masuk perguruan tinggi kedinasan, perguruan tinggi negeri, CPNS dan TNI atau POLRI.)
    • Made Edy Arudi  + (Bukan Tubuhmu Bukan.. sama sekali bukan tBukan Tubuhmu</br></br>Bukan.. sama sekali bukan tubuhmu</br>Ia kan membusuk</br></br></br>Tapi matahari menyala di dadamu</br>Sebab aku numadi tubuh rembulan </br>Perlu sedikit cahaya</br>Karena kutuklah mesti berjalan</br>sepanjang malam keterasingan</br>Sahabat hanya gelap </br>Bintang menjauh</br>Sempurnakan kefanaan.</br></br></br>Bukan... sama sekali bukan tubuhmu</br>Ia kan menua</br>Keriput - menjadi tanah</br></br></br>Tapi deru ombak di dadamu</br>Sebab nelayan yang melaut di tubuhku sering kehilangan angin</br>Perahu tertancap di lintasan itu saja</br>Dan aku akan mati meratapi kesepian</br></br></br>Sungguh bukan tubuhmu</br>Tapi subuh di dadamu</br>Sebab kupu-kupu bersayap pelangi sepertiku</br>Suka berteduh di pepohonan berdaun fajar</br>Dan setiap helai daun jatuh membelai rambut,</br>Menenangkan raung satwa yang berumah di tubuhku</br></br></br>Sungguh bukan tubuhmu</br>Maka dijiwamu yang bergetar</br>Aku akan lepaskan ketakutan</br>Sebelum akhirnya waktu benar-benar menjauhkanmu dari jangkauanku</br>Dan kita tidak bisa berpeluk</br>Meski kedua tangan ini masih bisa kurentangkan.</br></br>(2018)angan ini masih bisa kurentangkan. (2018))
    • Putu Fajar Arcana  + (Buku kumpulan cerpen (2005))
    • Putu Fajar Arcana  + (buku kumpulan esai (2007))
    • Muda Wijaya  + (buku puisi)
    • Putu Sabda Jayendra  + (Buku tentang seluk-beluk kesenian Barong Brutuk di Terunyan, Kintamani.)
    • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Buku yang membahas mengenai keberadaan makhluk hidup di luar Bumi dari pandangan Hindu.)
    • I Ketut Soki  + (Bunga)
    • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (Buru adalah karya tari kontemporer dari seBuru adalah karya tari kontemporer dari seniman Dewa Ayu Eka Putri dan I Putu Tangkas Adi Hiranmayena, keduanya membuat sebuah team duo experimental yang dikenal dengan nama ghOstMiSt. Buru adalah salah satu karya mereka di tahun 2021, karya ini terinspirasi dari novel seorang penulis legendaris Indonesia Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Pulau Buru. Meski dalam karya tari ini lebih menyorot mengenai perasaan terisolasi, terasing, kemampuan untuk melawan dan bertahan dari perburuan perasaan cemas, takut dan kematian, ketika para tahanan politik dibuang di Pulau Buru.ara tahanan politik dibuang di Pulau Buru.)
    • Dewi Dian Reich  + (Cappucino dan Croissant adalah bagian dariCappucino dan Croissant adalah bagian dari rangkaian yang membawa Topeng Tua melintasi lanskap sosial dan perkotaan yang berbeda. Ada referensi di sini mengenai identitas tradisional, kesan adanya perpindahan dan keterasingan. Lapisan makna yang dapat kita uraikan di sini untuk direnungkan benar-benar terbuka. Anda bahkan mungkin menemukan humor di sini.da bahkan mungkin menemukan humor di sini.)
    • Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si.  + (Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah perjalanan Ida Dalem Kresna Kepakisan, yang bertahta di kerajaan Samplangan Gianyar. Keberadaan beliau di Samplangan adalah berkat anugerah raja Majapahit yang menitahkan para patih andalan serta para arya Majapahit, termasuk Arya Kapakisan dari keturunan Kadiri, agar berkenan mendampingi serta menjaga secara maksimal dan penuh setia keberadaan Ida Dalem Kresna Kapakisan di Bali. Cerita Uwug Kengetan yang sarat akan nilai sejarah religius ini, digubah menjadi puisi Bali Purwa berbentuk geguritan. Disuguhkan dalam bentuk dwi aksara (Bali dan Latin), dilengkapi sejumlah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.ah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.)
    • Chandra Yowani  + (Chandra Yowani Aku adalah Perempuan AkuChandra Yowani</br></br>Aku adalah Perempuan</br></br></br>Aku adalah perempuan</br>yang susuri pesisir moyangku dalam diam</br>berusaha pahami kelahiran demi kelahiran </br>di tiap semesta pada tiap masa</br></br>Aku adalah perempuan yang suatu kali </br>mungkin pernah menghangatkan ranjangmu dan </br>puaskan kelelakianmu,</br>catatkan percintaan pada ingatan jiwa </br>hingga kau buru di tiap reinkarnasi</br></br>Aku adalah perempuan yang membasuh luka sendiri,</br>perihnya tegakkan langkahku</br>tak perlu kau tanya air mata mana yang terderas, </br>telah kusurutkan sumbernya</br></br>Aku adalah perempuan yang kakinya telanjang </br>menapaki dahaga siang, juga lenguhan malam</br>tak hendak kupinjam sepatu siapa pun</br>aku ingin setiap molekul indra ku mengingat sensasinya</br>karena ini petualanganku sendiri</br></br>Aku adalah perempuan yang pernah tersesat </br>hingga terperangkap dalam labirin keakuan angkuhku, </br>ruang gelap batinku</br></br>Hingga kusadari,</br>aku hanyalah perempuan yang terbelit kumparan karma</br>tualangku aliri rekaman cinta semesta</br>hidup ini sejatinya tentang kesadaran </br>dan keberserahan pada Dia </br>yang bersemayam dalam diri sejati</br> </br></br>Juni 2020</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Perempuan Berkebaya</br></br></br>Saat diam-diam langit meminang rembulan,</br>Perempuan berkebaya, </br>arah manakah tatapnya berkelana?</br>Susuri lorong waktu dan ruang tak bertepi</br> Tak lelahkah?</br></br>Kerling mentari bersaksi, semesta mencatat,</br>Perempuan tak hanya tentang sumur, dapur, dan kasur</br>Perempuanlah pembawa rahim semesta. </br>Sejarah berganti oleh gemulai lekuk tubuh perempuan.</br></br>Perempuan berkebaya,</br>dipangkunya tangis kanak-kanak dalam buaian,</br>cerita tiap jiwa tak pernah sama,</br>maka kenalilah perjalanan, </br>gumamnya sembari mengurai kusut perjalanannya sendiri</br></br>Perempuan berkebaya,</br>disemainya cinta di ladang-ladang kosong para pengembara</br>dilagukannya nyanyian semesta "Bapaku cahaya, Ibuku bumi"</br>duhai, hati yang mabuk gairah duniawi, </br>masihkah ragu akan Kasih Sejati?</br>Perempuan berkebaya,</br>dibiarkannya para lelaki mengangkangi tubuhnya </br>tapi tidak pola pikirnya</br>direlakannya badannya dijamah kerakusan birahi </br>tapi tidak hati dan jiwanya</br>karena tubuh ini hanya sementara, </br>badan ini hanya pinjaman, katanya</br></br>Perempuan berkebaya, </br>berceritalah arah manakah deru langkah itu menuju?</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Senja di Dermaga</br></br></br>langit selalu memukau</br>bila bercerita tentang waktu</br>kelana yang lampau</br>tak pernah sengaja membuatku tergugu bisu</br></br>senja selalu jatuh dengan kesetiaan</br>pada batas cakrawala</br>memulas langit dalam kecintaan </br>dan birahi yang sama</br></br>entah mengapa,</br>dermaga seringkali</br>membawakan senja</br>untukku lebih dalam mengenal-Mu</br>membawaku kembali</br>pada ruang-ruang hati yang merindu</br>tak terkendali pada-Mu</br>tapi,</br>sering kuabaikan atas nama cinta</br>yang justru tak pernah kukenali maknanya</br></br>menatap senja di dermaga,</br>bersama siapa pun kubersisian, </br>walau dalam luka terperih,</br>aku pasti tersihir nyanyian ombak,</br>tenggelam dalam pusaran kesadaran,</br>betapa aku sering lalai,</br>sesungguhnya cinta-Mu tak pernah usai,</br>betapa telah Kau hadirkan Mahaguru yang </br>selalu menuntunku dengan kesabaran </br>dan kasih</br>tak terhingga</br></br>karena Engkau, menungguku untuk pulang </br>dalam damai</br>Tuhan, biarlah jiwaku hanya berlabuh di</br>dermaga cinta-Mu</br> </br></br>Jimbaran, 1 December 2019 cinta-Mu Jimbaran, 1 December 2019)
    • Caesilia Nina Yanuariani  + (dalam kabut waktu orang-orang singgah menidalam kabut waktu</br>orang-orang singgah</br>meninggakan zaman</br></br>kepada siapa ia menitipkan</br>buah-buah anggur di musim panen</br></br>karena ia paham</br>sebuah rumah tak lagi</br>memberinya rasa nyaman</br></br>entah siapa pula yang terjebak</br>dalam pusaran waktu</br>suara gemuruh hujan</br>menghanyutkan ladang-ladang</br>membiarkan kupu-kupu dan kunang-kunang</br>terbang jauh</br></br>hanya karena angin memanggil</br>kau surutkan air mata di pelupuk hati</br>ke dalam jeram yang menghujam bilik jantungmu</br></br>lalu negeri ini berpulang</br>meninggalkan lembah</br>burung-burung terbang</br>meninggalkan sarang. Ia merasa letih</br>menyangga bumi dengan bilur-bilur di tubuhnya</br>memerah ...</br></br>kelak perjalanan ini selalu merindukan petang</br>menimang-nimang kesepian</br></br>(BPM 10 Oktober 2010)ang-nimang kesepian (BPM 10 Oktober 2010))
    • Tjandra Hutama  + (Dalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dariDalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dari Ketidakkekalan’ ini, tema keindahan, ketidakkekalan dan waktu dieksplorasi. Tjandra Hutama telah memenangkan banyak penghargaan dalam kompetisi fotografi. Kejenuhan keindahan bergambar yang dia temui selama tahun-tahun itu yang mendorong kebutuhan untuk mencerminkan sesuatu yang lebih dalam tentang persepsi kita tentang keindahan. Untuk mengingatkan kita akan ketidakkekalan dan keterbatasannya.</br></br>Keindahan fisik yang tunduk pada pembusukan dan dekonstruksi menyatu dengan representasi spiritual dan sakral. Elemen yang abadi dan tak terbatas. Di dalam lapis-lapis citra Rejang, keindahan para penari menyatu dengan tekstur bangunan yang roboh, dinding yang lapuk, kayu rapuh, daun, karat, abu, dan debu. Meskipun demikian, apa yang kita lihat tetap indah. Tekstur yang diperkenalkan ke dalam karya ini mewakili lima elemen yang dikenal sebagai Panca Maha-Bhuta. Unsur-unsur yang menjadi dasar dari semua ciptaan kosmis seperti yang diyakini dalam agama Hindu.s seperti yang diyakini dalam agama Hindu.)
    • I Gusti Putu Windya  + (Dari geguritan cangak ini memperlihatkan bDari geguritan cangak ini memperlihatkan bagaimana tokoh cangak yang menyalahgunakan kepandaiannya dengan cara menipu untuk memenuhi ketamakannya yang nantinya tokoh cangak ini mendapatkan karma dari hasil perbuatannya yaitu terbunuh oleh tokoh kepiting. Dilain hal tokoh kepiting memperlihatkan keberanian untuk mengungkap sebuah kebenaran dan melawan kejahatan.ap sebuah kebenaran dan melawan kejahatan.)
    • Putu Sabda Jayendra  + (Di Bunutin, sebuah desa di tepi kaldera Batur, Kintamani, tinggallah Mongah, sang manusia pakis. Di sana, Mongah telah menjaga mereka dari petaka selama ratusan tahun,—petaka terbesar yang lahir dari kesombongan manusia.)
    • I Gusti Putu Hardi Yudana  + (Di daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai beDi daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai bermunculan industri kecil setingkat rumah tangga yang memproduksi kerupuk Ladrang. Dari beberapa industri kecil yang ada di Kecamatan Penebel, terdapat dua di antaranya yang digandeng sebagai mitra. Mitra pertama memproduksi dan memasarkan kerupuk Ladrang yang dikelola secara mandiri oleh Gusti Ayu Putu Sukarini yang juga sekaligus pemilik dari industri Ladrang “Biang Bagus. Mitra kedua adalah industri Ladrang “Bu Gusti” yang didirikan oleh Ni Gusti Ayu Komang Niri. Program Kemitraan Masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan produksi dengan memberikan bantuan berupa peralatan penunjang proses produksi disertai pelatihan dan pendampingan. Selain itu program ini juga bertujuan meningkatkan pemasaran dengan memberikan bantuan berupa pelatihan pemasaran melalui media sosial dan bantuan berupa aplikasi berbasis android kepada masing-masing mitra untuk menangani pemesanan. Bantuan yang diberikan adalah bantuan berupa barang, jasa, pelatihan dan pendampingan. Di mana</br>dari hasil yang diperoleh, kedua mitra merasa sangat terbantu yang dibuktikan dengan proses produksi yang menjadi lebih efisien dan cepat. Kedua mitra saat ini memiliki wawasan yang lebih luas, utamanya dalam hal penggunaan teknologi dalam bidang pemasaran. Program yang diajukan juga diharapkan mampu terus berlanjut sehingga meningkatkan omzet dari</br>kedua mitra tersebut.ingkatkan omzet dari kedua mitra tersebut.)
    • I Gusti Ngurah Ady Kusuma  + (Di daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai beDi daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai bermunculan industri kecil setingkat rumah tangga yang memproduksi kerupuk Ladrang. Dari beberapa industri kecil yang ada di Kecamatan Penebel, terdapat dua di antaranya yang digandeng sebagai mitra. Mitra pertama memproduksi dan memasarkan kerupuk Ladrang yang dikelola secara mandiri oleh Gusti Ayu Putu Sukarini yang juga sekaligus pemilik dari industri Ladrang “Biang Bagus. Mitra kedua adalah industri Ladrang “Bu Gusti” yang didirikan oleh Ni Gusti Ayu Komang Niri. Program Kemitraan Masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan produksi dengan memberikan bantuan berupa peralatan penunjang proses produksi disertai pelatihan dan pendampingan. Selain itu program ini juga bertujuan meningkatkan pemasaran dengan memberikan bantuan berupa pelatihan pemasaran melalui media sosial dan bantuan berupa aplikasi berbasis android kepada masing-masing mitra untuk menangani pemesanan. Bantuan yang diberikan adalah bantuan berupa barang, jasa, pelatihan dan pendampingan. Di mana</br>dari hasil yang diperoleh, kedua mitra merasa sangat terbantu yang dibuktikan dengan proses produksi yang menjadi lebih efisien dan cepat. Kedua mitra saat ini memiliki wawasan yang lebih luas, utamanya dalam hal penggunaan teknologi dalam bidang pemasaran. Program yang diajukan juga diharapkan mampu terus berlanjut sehingga meningkatkan omzet dari</br>kedua mitra tersebut.ingkatkan omzet dari kedua mitra tersebut.)
    • Ida Ayu Oka Rusmini  + (DI DEPAN MEJA RIAS sebatang lipstik mendeDI DEPAN MEJA RIAS</br></br>sebatang lipstik mendekat. Aromanya liar.</br></br>dengan pandai dilumatnya bibirku.</br></br>dia meneteskan:</br></br>arak, kekentalan susu, dan aroma asin aku melihat topeng menari-nari lewat mataku (seorang laki-laki mendekat) Kau perlukan segenggam bedak.</br></br>kurebut kucairkan di wajahku aku mulai mengurai butir-butir itu menutupi lubang pori-pori wajahnya.</br></br>Pori-pori itu diam, menikmati kehangatannya Sebatang pensil alis mengangkat dirinya tinggi-tinggi.</br></br>Dia pandai memainkan huruf-huruf di atas mataku dia mulai melukis dan membuat huruf baru katanya: huruf ini hanya milik perempuan (seorang laki-laki mendekat) dia kagumi keliaran warna-warna yang melekat.</br></br>aku mulai menggeliat, agak panas.</br></br>benda-benda itu terus menahanku.</br></br>aku berloncatan, mengurai diriku.</br></br>hati-hati kubakar wajahku.</br></br>(laki-laki itu menjauh)</br></br>Denpasar, Januari 1997-laki itu menjauh) Denpasar, Januari 1997)
    • IDK Raka Kusuma  + (Di Lapangan Puputan DI LAPANGAN PUPUTAN (Di Lapangan Puputan</br>DI LAPANGAN PUPUTAN </br>(IDK Raka Kusuma) </br>/1/ </br>Di lapangan Puputan, Lirang saban malam aku menunggu </br>duduk di ujung yang dekat dengan trotoar hingga terbit matahari </br>seperti sebelum-sebelumnya. Akan aku ajak mengobrol hingga air liur berkecipratan membahas demokrasi membicarakan suksesi </br>hingga urat leher kencang </br>tidak mempedulikan orang-orang yang mengerumuni kami. Geleng-geleng, bingung sampai tak mempedulikan</br> anjing yang menggonggong. </br>Lirang, Lirang, Lirang </br>selalu, selalu aku menunggu </br>/2/ </br>Ada yang memberitahuku </br>bahwa dikau tidak sedang pergi tapi diberangkatkan ke tempat yang sangat sepi </br>di wilayah Sukabumi </br>konon bila sudah di tempat tersebut akan sulit kembali </br>bila sudah di tempat tersebut akan hilang, hilang untuk selama-lamanya </br>yang memberi tahu aku tanyakan tempatnya itu di mana </br>orang tersebut pucat pasi dan gemetar saat menjawab; Jangan tanyakan aku </br>lalu pergi. Masih juga pucat wajahnya berjalan menunduk. Lemas jalannya. </br>/3/ </br>ada juga yang memberitahuku </br>bahwa dikau tidak hilang namun sengaja dihilangkan di tempat yang sunyi dan tersembunyi disembunyikan </br>bagai menyembunyikan kayu bakar </br>konon mencari tempat tersebut katanya sangat sulit, konon juga sepanjang jalan ke sana dijaga oleh singa, </br>dijaga buaya </br>dijaga macan, dijaga raksasa </br>semua galak dan menakutkan apapun itu yang lewat diterkamnya, </br>dicabik-cabik sebelum dimakan tulangnya berserakan dibiarkan </br>baru aku berkata akan pergi ke sana tak terduga tersegesa-gesa dia pergi.</br> /4/ </br>Lirang, Lirang, Lirang apakah benar dia diberangkatkan? Benarkah dia dihilangkan? Malam kemarin, saat memperhatikan bintang </br>ingat aku dengan dikau, empat belas tahun yang lalu </br>berbicara teramat senang: demokrasi akan menang suksesi akan dilaksanakan </br>aku bertanya: menang bagaimana? </br>Dilaksanakan bagaimana pula? Sehabis tertawa berkatalah dia </br>sang kuasa yang menginginkan kekuasaan seumur hidup bersifat raksasa </br>akan berakhir memegang kekuasaan </br>segera, secepatnya akan diganti. </br>/5/ </br>malam ini kusudahi menatap bintang walau sedang tengah malam </br>walau dingin tak terkira </br>di ujung lapangan dekat trotoar aku bernyanyi, </br>Lirang, Lirang, Lirang, masih saja aku menunggu dikau, aku akan memberitakan demokrasi sekarang, kesana-kemari menebarkan racun dengan gambaran penyakit </br>sang penguasa yang dipercaya para rakyat setelah suksesinya lewat, </br>takut, takut dan selalu merasa</br>takut terhadap bayangan seram jingkrak-jingkrak yang amat jauh </br>sungguh senang hati ini bila dikau datang berbicara di sini hingga terbit matahari </br>/2008-2012/i sini hingga terbit matahari /2008-2012/)
    • Ni Wayan Adnyani  + (di pulau nirwana singgasana sedang bercahadi pulau nirwana</br>singgasana sedang bercahaya</br>diasuh sang ibu yang selalu berwarna</br>warna di langit,</br>warna di tangan, tanah, air, </br>dan di ujung tembangnya</br> juga berwarna</br></br>Ibu menjaga dengan menari, </br>berpuisi, dan mendongengkan lakon-lakon rumit </br>lalu diterjemahkan dengan cinta </br>oleh anak-anaknya</br></br>ibu akan selalu bertanya padamu,</br>padaku,</br>pada musim,</br>setiakah aku pada aksara</br>masihkah ibu punya musim bercerita</br>karena ladang katamu</br>tak pernah habis</br>menjaga nirwana</br></br></br>Karangasem, Oktober 2020menjaga nirwana Karangasem, Oktober 2020)
    • Caesilia Nina Yanuariani  + (Di sebuah poster aku melihat wajah ibu repDi sebuah poster</br>aku melihat wajah ibu</br>repertoar unik bermandi cahaya</br>sungguh aneh kukira</br>mengapa ia ada di sana</br></br>sorot matanya tajam</br>seperti hendak menghujam</br>atau ia sedang menipu nestapa?</br></br>di setiap tembang aku melihat jiwa ibu</br>berkelana mengarungi jata raya</br>seperti hendak menemukan</br>kidung kenangan</br></br>Berpuluh abad berpuluh kesunyian</br>Menikam senja</br>Potret khayali hikayat Malinkundang</br>Legenda yang menjadi batu</br>ibarat pusaran air di gigir waktu</br>Bergulung dalam almanak</br>Memberikan warna bagi kanak-kanak</br>Perempuan menjadi ibu</br>Meneteskan darah dari rahim</br>Melahirkan perahu layar</br>Bertumbuh menjadi bahtera</br>Akankah ia menjadi batu padas?</br></br>(Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)u padas? (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016))
    • Tjandra Hutama  + (Dibalik Karya Seni : Kupu-kupu membutuhkanDibalik Karya Seni :</br>Kupu-kupu membutuhkan sumber daya alam, seperti tumbuhan dan bunga, untuk makanan dan tempat bertelur. Kupu-kupu tidak menyukai kebisingan perkotaan, seperti kendaraan, konstruksi, dan aktivitas manusia lainnya yang dapat mengganggu kupu-kupu dan memengaruhi perilakunya. Kupu-kupu sangat bergantung pada persepsi visual dan kemampuan penciuman, yang penting dalam menemukan makanan dan pasangan. Kebisingan dapat mengganggu kemampuan kupu-kupu untuk berkomunikasi dan memperhatikan lingkungannya. Selain itu, kebisingan yang terus-menerus dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada kupu-kupu. Karena itu, kupu-kupu lebih menyukai lingkungan yang tenang, damai, dan udara bersih.</br></br>Cerminan :</br>“Naluri untuk mencari kedamaian dan kebahagiaan menjadi acuan hidup setiap manusia. Filosofi kupu-kupu mengajarkan manusia untuk lebih luwes, terbuka, berani, sabar, dan menghargai perbedaan. Ini pelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. ."manusia dalam berbagai aspek kehidupan. .")
    • I Nyoman Ekaputra, S.Sos M.AP  + (Dikisahkan Rsi Markandeya mempunyai istri Dikisahkan Rsi Markandeya mempunyai istri yang bernama Dewi Dumara lalu memiliki seorang anak yang bernama Rsi Dewa Sirah Pertami dan Bhujangga Waisnawa. Diceritakanlah Rsi Markandeya ini bertapa di Gunung Hyangg, ternyata di disana beliau mendapatkan banyak gangguan lalu pindahlah beliau bertapa di Gunung Raung, disana beliau mendapat sabda dari Hyang Jagat Natha yang meminta beliau untuk merambas hutan agar menjadi sawah dan kebun ke daerah jawa ke timur. Lalu Rsi Markandeya merambas hutan dengan sarana yadnya dengan lancar.Setelah itu berhasillah beliau membuat persawahan, menambang emas dan sebaginya dihutan tersebut yang di berinama Desa Basukih Karanin. Dinamakan Desa Basukih Karanin karena tidak ada kekurangan apapun disana atau dapat dibilang makmur. Di sana beliau menanam panca datu, mas, perak, tembaga dan lainnya. Dan juga Rsi Markandeya ini memiliki nama lain yakni Ida Maha Rsi Hyang Nerada Tapa.lain yakni Ida Maha Rsi Hyang Nerada Tapa.)
    • Dewi Dian Reich  + (Dipercayai bahwa Barong Landung adalah manDipercayai bahwa Barong Landung adalah manifestasi dari pasangan kerajaan, Raja Jayapangus dan Permaisuri Cina Kang Cing Wie.</br>Cerita berlanjut, bahwa pasangan kerajaan itu sangat mencintai tetapi setelah bertahun-tahun tidak juga dikaruniai anak. Membutuhkan penerus, Raja pergi ke Gunung Batur untuk bertapa dan mencari petunjuk. Saat dia bertapa di sana dia bertemu dan mengambil sebagai istri keduanya Dewi Danu. Putri Dewi Danau Batur. Setelah pernikahan kedua inilah konflik terus menghantui keluarga Raja Jayapangus. Singkatnya, Dewi Danau, marah melihat putrinya terluka dan dikhianati. Karena itu Dia menghancurkan Raja Jayapangus dan istri pertamanya Kang Cing Wie.</br></br>Baca artikel terkait di www.sawidji.com. Baca artikel terkait di www.sawidji.com)
    • Ni Made Ayu Marthini, M.Sc.  + (Direktur Perundingan Bilateral, Ni Made AyDirektur Perundingan Bilateral, Ni Made Ayu Marthini meraih predikat Tiga Terbaik pada Kategori Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Pratama Teladan dalam Anugerah Aparatur Sipil Negara (ASN) Tahun 2021. Ajang ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.n Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.)
    • I Wayan Suartha  + (DONGENG BURUNG BURUNG Dingin masih mengalDONGENG BURUNG BURUNG</br></br>Dingin masih mengalir</br>terdengar suara burung burung</br>mencari deru gelombang laut malam</br>kemana perginya burung burung itu</br>sampai malam larut tak ada suara</br>terbang terbanglah</br>menyambung luka yang lelap</br>berbagi kasih pada anak anak</br></br>bekas goresan perjalanan panjang</br>sampai jauh</br>masih terdengar suara burung burung</br>sehelai demi sehelai bulu sayapnya terlepas</br>melayang layang menumpuk rindu</br>begitu lama ia pelihara</br>kemana perginya burung burung itu</br>jelang pagi belum juga ada suara</br>terbang terbanglah mendekat matahari</br>dengan suara bahasanya</br>anak anaknya terdiam</br></br>dongeng burung burung</br>aku terhenyak masa lalu</br>aku tak pernah melihat wajah ibu</br>wajah burung burung tampak bercermin</br>menunggu bulan menyapa</br>dengan pelan kuraba dadaku</br>bekas bekas luka masa lalu hilang</br>ibu telah mengambilnya</br></br> Binduana, Klungkung 86-20 mengambilnya Binduana, Klungkung 86-20)
    • I Wayan Suartha  + (DONGENGAN SANG LELAKI Bulan mulai mengapuDONGENGAN SANG LELAKI</br></br>Bulan mulai mengapung</br>dalam isyaratmu</br>padahal aku baru tiba di puncak</br>rindu mencari</br>yang datang tak pernah bersatu</br></br>maka kubangun </br>dan menutupkan pintu pintu rumahku tua</br>dimana anak-anakku tertidur telanjang</br>memainkan diamnya yang kokoh</br>mesranya baying tak pasti</br></br>kemudian satu satu bintang menggeser</br>dudukku dari embun dan pandan layu</br>sebelum terbit, Aku</br></br> Binduana, Klungkung ‘83lum terbit, Aku Binduana, Klungkung ‘83)
    • Dewi Dian Reich  + (Dunia Tanpa Suara adalah Antologi seni danDunia Tanpa Suara adalah Antologi seni dan pemikiran. Dengan kontribusi dari Putu Suasta, Warih Wisatsana, Made Kaek, Putu Bonuz, Ellen Lane, Made Artawa, Wayan Suastama, Agung Putra, Made Delo Budiarta, Nyoman Handi, Tjandra Hutama, Made Somadita , David Hopkins, Kadek Sudiasa, ManButur Suantara, Sun Rong Fang, Wayan Juniari, Dewi Dian Reich.</br></br>Sawidji telah menyusun serangkaian karya seni dan puisi untuk presentasi khusus ini. Ini adalah sebuah antologi. Tema 'Dunia Tanpa Suara' ini terinspirasi oleh pengalaman luar biasa yang kami alami saat bekerja sama dengan Komunitas Sekolah Tuli Sushrusa. Bukan hanya tentang meningkatkan kesadaran tentang mereka yang memiliki perbedaan dalam komunitas dan bahasa isyarat kita. Mungkin yang lebih luar biasa, adalah mengalami realitas sifat inklusivitas. Sebagai nilai kuat yang memupuk empati kolektif yang tumbuh.</br></br>Sebagian besar pameran seni memiliki satu tujuan utama yaitu menampilkan dan menonjolkan karya seni dan seniman. Ini sama sekali tidak berbeda. Namun, mungkin semangat yang menyatukan ini sedikit berbeda. Agak eksperimental sehingga tidak dapat diramalkan apa hasilnya. Kami mengundang orang-orang di komunitas kami, baik itu sosial, digital, atau lokal untuk berpartisipasi dalam kontemplasi. Merenungkan konsep ‘Dunia Tanpa Suara’. Ini diterjemahkan menjadi 'Dunia Tanpa Suara' (meskipun dapat juga diterjemahkan menjadi 'Dunia tanpa suara'). Untuk berkontribusi pada refleksi ini menggunakan karya kreatif.</br></br>Semangat Inklusivitas</br></br>Undangan kami dilakukan dalam semangat inklusivitas. Bukan hanya seniman tetapi juga anggota komunitas lainnya yang merasa bahwa refleksi tentang tema ini bermanfaat. Dengan waktu dan ruang yang tersedia, kami hanya bisa mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua orang. Mereka yang karya dan kontribusinya memungkinkan kami mempersembahkan antologi ini. Satu untuk dinikmati semua komunitas kami. Ini sangat kaya dengan wawasan dan pembelajaran. Yang sarat dengan pelajaran hidup dari segala penjuru pengalaman hidup.</br></br>Dengan kebebasan dan keintiman pribadi seperti itu, semua orang datang ke pesan pribadi mereka tentang imajinasi mereka 'Dunia Tanpa Suara'. Untuk setiap kesadaran pada setiap individu, itu adalah pelajaran kebijaksanaan, empati atau hanya keindahan yang bisa kita ikuti.</br>terima kasih yang tulus kepada semua orang yang membuka diri dan dengan murah hati membagikan waktu, kreasi, dan pemikiran mereka kepada kami. Kami merasa terhormat atas kemurahan hati para seniman dan penulis berbakat yang telah bersatu dalam antologi seni dan pemikiran ini, dengan semangat inklusivitas.</br></br>Pameran Online tersedia untuk dilihat di Sawidji.com https://sawidji.com/2023/04/16/world-without-sound-an-anthology/23/04/16/world-without-sound-an-anthology/)
    • Wayan Sumahardika  + (ELEGI KOPER TUA Mungkin inilah saat mengELEGI KOPER TUA </br></br>Mungkin inilah saat mengemasi hati masing-masing.</br></br>Memasukkannya dalam koper lusuh yang lapar.</br></br>Hanya bisa mengunyah sepi sendiri. Sementara </br></br>sudah terlalu sesak kamar yang kita tinggali.</br></br>Kamar sempit di antara kesal terjepit. Pikiran </br></br>melompat ke luar jendela. Percakapan tersesat.</br></br>Ditambah para Tuhan yang keramat. Tengah sengit </br></br>berdebat. Menjadikan cinta kita kian berjarak.</br></br>Semua telah terlipat rapi dalam kotak persegi.</br></br>Laba-laba tua kehilangan sarang. Tak mampu lagi </br></br>buat menyulam benang sendiri. Hanya bisa pasrah.</br></br>Larut perlahan bersama apak koper. Memudarkan </br></br>diri. Mengekalkan perpisahan hati.arkan diri. Mengekalkan perpisahan hati.)
    • Ni Kadék Widiasih  + (EMBUN PENGHIBUR (Ni Kadek Widiasih) BagaiEMBUN PENGHIBUR</br>(Ni Kadek Widiasih)</br></br>Bagai jalannya air</br>Yang bergericik di bawah pohon</br>Memang segar menerebes ditelan</br>Untuk berteduh</br>Lebih-lebih tahu</br>Sinaran matahari setengah api</br>Di tengah jalannya hidup</br>Terasa meraup embunnya</br></br></br>Hendak selalu berdekatan</br>Menghiasi hidup</br>Dapat selalu ada di sini</br>Tatkala perasaan dijauhi</br>Disanalah membagi bagian</br>Merasa terhibur.</br></br>Karangasem, 5-1-2008ian Merasa terhibur. Karangasem, 5-1-2008)
    • Wayan Sumahardika  + (EPILOG Inikah rasanya, berada di rahim buEPILOG </br>Inikah rasanya, berada di rahim bumi </br></br>Kembali menjadi benih yang tak pasti </br></br>Lahir disambut cium bibir matahari </br></br>Atau membiarkan diri gugur </br></br> terkikis bisu tanah </br></br>Jika sekarang waktunya memilih, </br></br>Akan kupilih hidup bagi anakku </br></br>Sebab telah kesekian kali </br></br>diri lahir kembali </br></br>Namun tak pernah sanggup </br></br> menanggalkan cemberut </br></br>pada bibir anak sendiri </br></br>Apalah yang beda dari kematian saat ini </br></br>Sedang rumah tinggal berada </br></br> di antara palung dan tebing gunung </br></br>Hari-hari adalah menanggalkan ketakutan </br></br>Buat hidup sampai esok pagi </br></br>Nak, </br></br>Jika nanti, namaku ada dalam pencarian </br></br>Jangan biarkan orang-orang itu </br></br>Menggali tanah kita.</br></br>Relakan saja tubuh ini terkubur </br></br>Menjadi pupuk buat bekal hidupmu kelak </br></br>Lupakan saja aku, </br></br>Seperti kau melupakan tangis kemarin </br></br>Saat menginginkan mainan baruis kemarin Saat menginginkan mainan baru)
    • I Made Suantha  + (Equilibrium Kupu-kupu (1) Malam terlahir Equilibrium Kupu-kupu (1)</br></br>Malam terlahir karena kerlip kunang-kunang</br>Siapa terlahir ditengah isak. Didalam perasan mawar</br>Dipusaran madu yang terperah dari lenguh lembu</br>“mata air !”</br></br>Peladang kabut menyemai ilalang disebuah taman bunga</br>Menjadi gubuk dengan tiang pohon tanpa getah !</br>Kunang-kunang menyembunyikan gema</br>Menenggelamkan senja disela bayangan</br>Yang melengkung di dalam cahaya. Angin menyentuhmu</br>Sangat pekat. Kau berdiam</br>Dingin karam di diri : kulintasi matahari</br>Mengenal air mata yang sudah terbakar</br>Dibawah ufuk:burung-burung berganti kicau</br>Dengan lenguh sapi meluku endapan air</br>Menera panas</br>Dan ngiang kupu-kupu memekarkan musim bunga ?</br></br>Malam tanpa jarak dengan terbang kelekatu</br>Siapa menunggu di rumah ilalang : menyamak lelehan</br>Madu dan memahami rahasia kupu-kupu di sekuntum bunga ?</br>Kunang-kunang menera sinar bulan,”aku jadi beku</br>Pada panas kalbu !”</br>Jiwaku limbung, menanam warna terburai</br>Dari bayangan lembab !</br>Cuaca kembar berdarah : singatan dan gigilan</br>Pohon terpaku diantaranya !</br>Patung air. Patung air. Kupu-kupu membentuknya</br>Kusemai pada lendir darah : tumbuhlah hamparan</br>Memuati pelabuhan burung</br>Dan cahaya dingin teduh</br>Memanjangkan jejak kupu-kupu yang kembali</br>“aku telah menulis bening mata air !”bali “aku telah menulis bening mata air !”)
    • Nyoman Butur Suantara  + (Fotografi lanskap sangat memuaskan saat AnFotografi lanskap sangat memuaskan saat Anda menjelajahi genre ini. Apalagi jika Anda cukup beruntung untuk tinggal di tempat yang memiliki destinasi menakjubkan semuanya dalam jarak dekat dan kaya keragaman seperti yang kita miliki. Gambar ini diambil di Yeh Malet di Kabupaten Karangasem Bali. Pantai Yeh Malet sebenarnya terkenal dengan Pantai Wates-nya, karena pasir hitamnya yang memantulkan cahaya. Seringkali melalui popularitas, salah satu aspek dari suatu daerah mendapat eksposur dan kita sering tidak melihat banyak lapisan keindahan yang hadir setiap hari. Seperti pada gambar ini. Bukan pantai pasir hitam populer yang cerah, tetapi di malam hari, kehidupan desa masih berjalan.malam hari, kehidupan desa masih berjalan.)
    • Made Agus Janardana  + (Gambar mozaik dari sampah plastik)
    • Ni Nyoman Srayamurtikanti  + (Garapan ini diciptakan pada tahun 2020 dalGarapan ini diciptakan pada tahun 2020 dalam rangka festival Ubud Performing Arts oleh dua seniman muda Dewa Ayu Eka Putri dan Ni Nyoman Srayamurtikanti. </br></br>Garba nenjadi awal terciptanya kehidupan. Sebuah ruang dimana semesta mikro terbentuk. Rahim perempuan tak lain adalah Brahman itu sendiri, Sang Pencipta semesta.</br>Garapan ini dipersembahkan pada seluruh rahim di semesta. Serta pada semua perempuan hebat di dunia.Serta pada semua perempuan hebat di dunia.)
    • I Putu Pradnyana Anggara  + (Geguritan Geger Kageringan (Ritatkala Sangsaya, Bingung lan Dukhitane Mapadu) merupakah sebuah geguritan yang terinspirasi dari pandemi Covid 19 yang menyerang Indonesia khususnya Bali)
    • I Made Suarsa  + (Geguritan Korona Karana lan Kirana, yang sGeguritan Korona Karana lan Kirana, yang secara sederhana geguritan ini memuat tentang dari awal munculnya virus covid-19 sampai dengan bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus ini. Jika dilihat dari padanan kata Geguritan Korona Karana lan Kirana ini memiliki arti Korona yang artinya covid-19 ini, Karana yang artinya yang menyebabkan atau sebab, Kirana yang artinya sinar matahari. Jadi dapat disimpulkan Korona Karana lan Kirana memiliki arti yang menyebabkan penyakit (grubug) salah satu yang bisa menyebuhkan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.kan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.)
    • I Gusti Ngurah Made Agung  + (Geguritan Niti Raja Sasana adalah salah saGeguritan Niti Raja Sasana adalah salah satu karya sastra Bali. Sebagai sebuah karya sastra Geguritan Niti Raja Sasana adalah geguritan yang mengandung ajaran-ajaran kepemimpinan Hindu. Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua unsur yang tidak bisa dipisahkan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang terdapat dalam diri seorang pemimpin adalah tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut.</br>Pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin. Sedangkan kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi pengikut melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu</br></br> Siapapun bisa saja menjadi seorang pemimpin atas orang lain, tapi belum tentu memiliki kepemimpinan yang diharapkan oleh orang lain. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kepemimpinan yang memenuhi persyaratan ideal.emimpinan yang memenuhi persyaratan ideal.)
    • I Wayan Turun  + (Geguritan Penataran berisi mengenai cara pGeguritan Penataran berisi mengenai cara pengobatan obat dan lontar, geguritan ini terinspirasi saat beliau memenuhi utusan dari kantor Museum Bali untuk ikut penataran di Balai Penelitian Bahasa Singaraja. Kata penataran juga terinspirasi dikala beliau yang pada saat itu sedang mengikuti penataran mengenai klasifikasi dan pengobatan lontar.engenai klasifikasi dan pengobatan lontar.)
    • Ida Ketut Djelantik  + (Geguritan Sucita-Subudi merupakan salah saGeguritan Sucita-Subudi merupakan salah satu karya beliau yang dikenal banyak orang, mengapa begitu? Dikarenakan geguritan ini mengandung konsep budaya Bali seperti Dharma, Tri Hita Karana, Desa Kala Patra, Rwa Bhineda, dan Karmaphala. </br></br>Dharma merupakan salah satu konsep penting dalam agama Hindhu. Dharma sering disamakan artinya dengan kebenaran, kebajikan atau kewajiban dan hukum. Dharma diibaratkan sebagai jalan yang halus dan sangat sejuk yang dapat melindungi dan menolong orang yang mengikuti jalan itu dari bencana. Seorang yang melaksanakan dharma disebut dharmika. Orang yang menjalankan dharma hanya menginginkan satu hal yaitu kebahagiaan yang kekal dan abadi bukan kebahagiaan palsu yang ditimbulkan hal-hal keduniawian.</br></br>Tri Hita Karana adalah konsep tentang keselarasan hubungan yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Keselarasan hubungan tersebut meliputi tiga hal yaitu keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan, keselarasan hubungan manusia dengan sesama manusia dan keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam Geguritan Sucita-Subudi, konsep keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan disebut hubungan tidak nyata atau rohani sedangkan konsep keselarasan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar.</br></br>Rwa bhineka adalah konsep dualistis yang merefleksikan dua kategori yang berlawanan dalam hidup ini, semisal baik dan buruk atau positif dan negatif. Di dalam Geguritan Sucita-Subudi, konsep ini dijelaskan secara implisit atau secara tidak langsung dalam ungkapan di dalam sesuatu yang disebutkan byakta atau seusatu yang ada selalu terkandung dua hal yang menyatu. Konsep ini menyiratkan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna selain Tuhan. Segala sesuatu itu pasti memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan.</br></br>Karmaphala merupakan salah satu dari lima sistem keyakinan dalam agama Hindhu yang disebut Panca Sradha. Karmaphala berasal dari kata karma ‘perbuatan’ dan phala ‘buah’ yang diartikan sebagai hasil dari perbuatan seseorang. Inti dari pengertian karmaphala adalah bahwa sesuatu sebab akan menghasilkan suatu akibat.</br></br>Geguritan Sucita-Subudi terdiri atas 1841 bait. Dari sekian banyak bait itu dibentuk oleh 11 macam pupuh. Adapun kesebelas macam pupuh tersebut adalah Sinom, Pangkur, Durma, Ginanda, Ginanti, Kumambang, Warga-sari, Pucung, Smaradana, dan Sadpada Ngisep Sekar. Di antarapupuh tersebut yang paling sering digunakan adalah pupuh Sinom yaitu sebanyak 15 kali. Penggunaan pupuh-pupuh itu dalam Geguritan Sucita-Subudi dipilih dan disesuaikan antara tugas atau watak dari masing-masing pupuh.tugas atau watak dari masing-masing pupuh.)
    • Ni Luh Wida Apriliani, S.Pd  + (Geguritan Tamba Sastra dibuat pada ajang KGeguritan Tamba Sastra dibuat pada ajang Kreasi Sastra, Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung di Puri Kauhan, Ubud. Geguritan Tamba Sastra karya Ni Luh Wida Apriliani S.Pd. ini termasuk kedalam 5 karya terbaik katagori geguritan pada ajang Kreasi Sastra tersebut. Geguritan Tamba Sastra diikat oleh 8 Pupuh dimana pupuh-pupuh itu meliputi pupuh sinom, pupuh sembaradana, pupuh maskumambang, pupuh pucung, pupuh pangkur, pupuh ginanti, pupuh ginada dan juga pupuh durma.</br>Geguritan ini sangat menarik karena menceritakan tentang awal mulanya virus Corona yang melanda dunia terutama di Indonesia dimana Ibu Pertiwi mengalami duka yang sangat mendalam yang dilanda oleh Covid-19. Berbagai cara telah dilakukan lakukan untuk mencegah virus ini tapi karena begitu lamanya virus ini berlangsung menyebabkan keadaan masyarakat semakin hancur dikarenakan tidak bekerja, ekonomi menurut membuat banyak orang melakukan tindakan kriminal dikarenakan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di Indonesia. Dan pada akhirnya presiden Indonesia yakni bapak Jokowi ingat tentang sau hal yang sangat penting dalam kehidupan dimana pedoman tersebut merupakan kunci utama adanya sastra yakni Pancasila yang merupakan 5 dasar negara Republik Indonesia. Virus Corona sebenarnya obat bukan penyakit karena menyadarkan kita tentang 5 hal penting yang termuat dalam 5 dasar negara kita yakni Pancasila.</br></br>Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam Geguritan Tamba Sastra ini yakni nilai agama, nilai sosial dan juga nilai kemanusiaan., nilai sosial dan juga nilai kemanusiaan.)
    • Gm. Sukawidana  + (Gm. Sukawidana Cerita-cerita Kuta – SeminyGm. Sukawidana</br>Cerita-cerita Kuta – Seminyak</br></br></br>menjelang siang</br>seorang bule tidur telentang setengah telanjang di pasir pesisir kuta</br>terpesona dengan kehangatan matahari tropis yang menjilati tubuhnya</br>dibiarkan saja orang berlalu lalang.</br>“hi, sir! are you ready?</br>lets go metajen!”</br>usik lelaki pribumi setengah baya dengan penuh semangat</br>badannya penuh rajah</br></br></br>di kalangan tajen</br>orang-orang bersorak riuh</br>brumbun sangkur tajian temberang</br>mulutnya semakin menganga dan membesar</br>ni dirah pakembar menebar sihir</br>sekali patuk sebidang tanah warisan melayang</br>selalu begitu sampai habis!</br></br></br>menjelang malam</br>sepanjang jalan seminyak - kuta</br>lampu-lampu restoran mulai berbagi cahya</br>dari yang remang sampai yang benderang</br>para bule hilir mudik sepanjang trotoar</br>mencari tempat yang aman dan nyaman</br>untuk santap malam</br>masakan eropa, cina, atau …</br>seorang lelaki berambut kriting</br>hidungnya mancung ada tindik di bagian kanan</br>menawarkan menu special malam ini</br>bahasa inggrisnya sulit dipahami</br>“hi, sir! we have special menu today</br>do you like rw bumbu kering or basah</br>please mampir ke warung restoran kami</br>we have sofi, ya, hard drink!”</br></br></br>sialan!</br>siapa saja bisa meraup untung besar</br>asal bisa bersilat lidah dengan rayuan gombal selangit</br></br>menjelang tengah malam</br>sepanjang jalan raya kuta – seminyak</br>para bule hilir mudik mencari hiburan</br>sorot lampu diskotik berputar-putar membuat kepala pusing</br>berbagai irama lagu mulai berdentum memekakkan telinga</br>sementara para bencong dan perempuan malam</br>seperti laron mencari cahaya</br>berbagi ruang dengan berbagai aksi dan siulan</br>menuggu penawaran kencan</br></br></br>menjelang pagi</br>sepanjang jalan raya kuta – seminyak</br>suara hingar bingar musik mulai reda</br>pertanda pesta akan segera berakhir</br>para bule keluar diskotik dengan sumpah serapahnya</br>di jalan yang gelap berpasang mata mengintai</br>ingin hidup enak dan gampang</br>“nak mule jaen idup di bali</br>i have no money karena itu i nodong you! nyambret you!”</br>risiko babak belur digebuk massa atau didor pak polisi</br>itu urusan belakang!</br></br></br>pagi hari</br>jalan raya menuju seminyak – kuta macet</br>seperti tak memberi ruang liar bagi keliaran pikiranku!emberi ruang liar bagi keliaran pikiranku!)
    • Nyoman Butur Suantara  + (Gunung Agung dilihat dari Mahagiri. FotogrGunung Agung dilihat dari Mahagiri.</br>Fotografi lanskap sangat memuaskan apabila Anda bereksplorasi dalam bidang ini, terutama jika Anda cukup beruntung tinggal di tempat yang punya destinasi menakjubkan yang bisa dijangkau dalam waktu singkat namun memiliki keberagaman. Semua tempat di dunia ini punya keindahan alami.</br></br>Ini sifatnya teknis, Teknik eksposur nol menjangkau dasar-dasar pencahayaan dalam fotografi, dengan contoh yang indah dari Fotografi Lanskap ManButurs.ng indah dari Fotografi Lanskap ManButurs.)
    • Nyoman Butur Suantara  + (Gunung Hitam Putih karya ManButur SuantaraGunung Hitam Putih karya ManButur Suantara. Menampilkan pegunungan di pulau kami. Apa arti dari kata 'Gunung'. Perasaan apa yang kita rasakan ketika melihat 'Gunung'? Dan pikiran apa yang kita miliki ketika kita berdiri di atas 'Gunung'? "Dari peradaban kuno sampai sekarang di belahan dunia Gunung masih ada. Menjadi salah satu sumber energi. Dalam budaya tradisional gunung memegang tempat yang signifikan dalam kehidupan masyarakat." ~ManButur Suantara kehidupan masyarakat." ~ManButur Suantara)
    • Bagas Tri Prastyo  + (Gunungan pada wayang kulit berbentuk kerucGunungan pada wayang kulit berbentuk kerucut (lancip ke atas) melambangkan kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengkerucut (golong gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta) kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta))
    • Nyoman Butur Suantara  + (Harapan)
    • Ni Putu Rastiti  + (Hari yang Pergi : di wr. made Meja Hari yang Pergi </br> : di wr. made </br></br>Meja di sudut </br>tak lagi punya ruang untuk kita </br>tiap percakapan </br>mabuk oleh segelas wiski </br>tak ada yang tau </br>kapan lagu terakhir </br> usai dilantunkan </br></br>Bulan menggenangi atap teduh </br>sepasang kekasih</br> saling meraba masa silam </br> yang tak terbaca </br></br></br>Kau yang tak pernah mengetuk pintuku katakan siapa yang tersedu </br>di depan cermin </br>antara dinding biru ini </br>berulang mengeja namamu </br></br></br>Aku di perempatan </br>menunggu isyarat lampu jalan </br>namun peta rumahmu </br>lebih dulu raib oleh waktu </br></br></br>Siapa yang tahu </br>kemana hari membawamu pergiapa yang tahu kemana hari membawamu pergi)
    • Gde Hariwangsa  + (Hartanto Elegi Sebuah Kedai Dingin senjHartanto</br></br>Elegi Sebuah Kedai</br></br></br>Dingin senja di jalan Wang Fu Jing</br>serasa menusuk tulang tualangku. </br>sayup, kudengar nyanyian misa di gereja tua</br>dilapis riuh kanak-kanak yang bermain </br>gasing nasib, seirama putaran rembulan.</br>Di kedai perempuan cantik, bir tak mampu</br>menghangatkan tubuh dan ruh</br>meski pendiangan hanya sedepa di sisiku</br>dan gerimis kembali menyentuh ingatanku</br>tentang gereja tua yang terhimpit</br>keriuhan para pejalan dan masa silam</br></br>“Ni hao ma”, sapa dan senyum manis</br>Gadis penjaja bir buyarkan lamunan</br>dan angananku yang mengembara </br>di altar tanpa jiwa, tanpa darah penebusan.</br>Hujan memacu malam, dan jiwa-jiwa</br>kian membeku di dingin alam.</br>Siapa sembunyi di remang lampu</br>ketika kudengar derit bambu </br>milik para dinasti yang beranjang</br>di singgasana sunyi.</br></br>Di mata beningmu, tergurat</br>nganga luka dari kuil di desamu</br>yang roboh dilanda air bah</br>sebab, rahib dan para pemuja kesunyian</br>kehilangan jejak perjalanan silam.</br>Cahaya bulan malam ini semburat</br>jadi simponi pemandu hati </br>ketika kau memuja Sun Yat Sen</br>dari serpihan duka purbamu.</br></br>Mari bersulang,</br>melupakan perang kemarin petang</br>ketika candu mengkoyak rumpun suku.</br>Kudengar lirih gemertak gigi rapimu</br>di tengah malam kian kelam.</br>Ada yang meleleh dari kelopak matamu</br>Itu bukan air mata, tapi perih dan rintih</br>Yang mengkristal di putaran waktu</br></br></br>Beijing – Denpasar, 2012-2020.ran waktu Beijing – Denpasar, 2012-2020.)