Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "aw dawdaw awd awdwa d". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • I Nyoman Darma Putra  + (Artikel ini membahas berbagai strategi yanArtikel ini membahas berbagai strategi yang diterapkan oleh janda (karena meninggal dunia ataupun bercerai) dalam menghadapi batasan-batasan kultural dan stigma sosial pada era Bali kontemporer. Di lingkungan patriarki Bali, perempuan kurang diuntungkan dalam hal akses terhadap pekerjaan dan umumnya menerima pendapatan yang lebih rendah dari laki-laki. Ketika sebuah pernikahan berakhir, seorang janda tidak hanya kehilangan pasangannya namun juga sumber pendapatan penting bagi keluarganya. Janda mungkin juga harus menerima beban tambahan dari menyokong kehidupannya sendiri dan keluarganya, yang artinya menjadi lebih rentah secara ekonomi. Selain itu, janda juga sering dianggap mudah untuk diajak berhubungan seksual, dapat menjadi target hasrat seksual laki-laki, akibatnya menjadi sumber gosip. Sistem pemerintahan dualisme, desa – nasional,di Bali turut menambah kerumitan proses perceraian dan pernikahan kembali di masyarakat patriarkal Bali. Untuk memahami bagaimana janda di Bali menghadapi tekanan sosial dan budaya ini, artikel ini fokus pada membandingkan sejarah hidup 3 orang janda. Menerapkan konsep modal ekonomi, budaya, sosial dan simbolisme oleh Pierre Bourdieu, analisis penelitian ini menunjukkan bahwa akses terhadap berbagai bentuk modal diatas berperan penting dalam kelangsungan hidup para janda di Bali. Dengan sumber ekonomi yang memadai, seorang janda tidak hanya dapat menunjukkan independensi dan kemampuan untuk menghidupi keturunannya, namun juga berbagai kewajiban sosial dan keagamaan lainnya. Dengan begitu, mereka tetap dapat diterima dan dihormati oleh komunitasnya. Temuan ini juga berkontribusi dalam memberikan gambaran yang lebih luas dan kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.)
  • Margaret Coldiron  + (Artikel ini menggambarkan meningkatnya ketArtikel ini menggambarkan meningkatnya keterlibatan penari perempuan pada tari topeng Bali serta terlahir dari diskusi dan email diantara penulis. Mengikuti gambaran umum yang menjelaskan masih jarangnya perempuan tampil dalam bentuk kesenian ini yang disertai catatan sejumlah perempuan perintis yang telah berada di garis depan perubahan, penulis membahas bagaimana, sebagai pemain dan peneliti non-Bali, mereka menemukan sejumlah cerita, rasa penasaran, dan tantangan yang tidak jauh berbeda dengan pelatihan dan pengalaman mereka sendiri. Pemikiran mereka menyediakan gambaran detil terkait beberapa isu penting bagi perempuan di dunia teater Asia.nting bagi perempuan di dunia teater Asia.)
  • Aryadimas Ngurah Hendratno  + (Aryadimas Ngurah Hendratno Menjelma Mata Aryadimas Ngurah Hendratno</br></br>Menjelma Mata Air</br></br></br>aku pernah menjelma mata air</br>aliranku kasar, menuju ngarai berakhir di kekeringan</br>jalurku berkelok menapak, mengisi lubang kosong</br>menanjak di antara nadi, bersekutu dengan darah</br>denyut jantung adalah tanda untuk pergi </br>berhenti mengolah emosi karena wujudku </br>adalah detak jantung yang tak berhenti</br></br>aku tak pernah lelah mewujud mata air</br>di selepas malam adalah waktu mengairi</br>dari keberadaannya di tempat tertinggi</br>dan kamu, selalu menjadi gumpalan</br>lemak ataukah batu, memilin jalan mencipta pusaran</br>sejenak itu perhentian yang mengikat</br>iba dan ketakutan, gelisah dan rasa bersalah</br>arus yang menarikku pulang</br></br>kembali aku mewujud mata air</br>setelah satu musim kering</br>timbaku adalah keyakinan</br>tali pengikatnya adalah jumlah kesadaran</br>penuhi dan tariklah untuk teman perjalanan</br>tetesan yang terjatuh adalah kebijaksanaan</br>kembali dan pungutlah bulir-bulir di persimpangan</br>hanya di situ kehendak mencipta </br>dan air berubah jadi mutiara</br></br>aku berusaha mewujud mata air</br>kosongkan dan dimulai kembali</br>perjalanan di antara nadi, darah dan rasa bersalah</br>lintasi kembali kelokan magis</br>temukanlah persimpangan tempat rasa terbuang</br>gumpalkan dalam renungan</br>pencapaian adalah emosi yang berulang</br>ketika kembali, kumpulkan yang hilang</br>sebab yang ada berarti tiada, </br>yang tidak ada adalah kunci segalanyada, yang tidak ada adalah kunci segalanya)
  • Made Agus Janardana  + (Autobiografi tentang "Wajah Plastik"-nya)
  • Dewi Dian Reich  + (Bagian dari rangkaian potret Wajah Wayang Bagian dari rangkaian potret Wajah Wayang Wong Pura Taman Pule Mas Ubud. Sebelum pementasan dimulai, momen-momen intim para penari dan pengisi acara dalam rangka persiapan pementasan Wayang Wong Sakral.</br>Pura Taman Pule adalah sebuah Pura di desa Mas, Ubud di Bali. Tari topeng ini unik dan hanya ditampilkan di Pura ini. Itu tidak dilakukan di luar wilayahnya. Seperangkat topeng tokoh-tokoh dari epos Ramayana dan Mahabharata disimpan di Pura. Tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti dari mana topeng ini berasal. Tidak ada catatan pasti tentang pemahat topeng atau bagaimana mereka bisa disimpan di Kuil. Informasi itu mungkin telah hilang akibat konflik atau perang dalam sejarah. akibat konflik atau perang dalam sejarah.)
  • Sang Ayu Putu Eny Parwati  + (Bahasa merupakan sumber daya yang mampu meBahasa merupakan sumber daya yang mampu mengungkap sebuah misteri budaya dan budaya hanya dapat diungkapan dengan bahasa. Bahasa dan budaya Bali adalah sebuah cermin jatidiri penuturnya. Bahasa dan budaya ‘memasak’ dalam masyarakat Bali memiliki makna tersendiri yang dapat diungkapkan melalui kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA), seperti pada verba ngengseb, ngnyatnyat, dan nambus. Teori MSA ini dirancang untuk mengeksplikasi semua makna, baik makna leksikal, makna ilokusi, maupun makna gramatikal. Verba ‘memasak’ dalam bahasa Bali termasuk dalam kategori verba tindakan (perbuatan) dan verba proses. Dalam verba tersebut terjadi polisemi takkomposisi antara MELAKUKAN dan TERJADI sehingga pengalam memiliki eksponen: “X melakukan sesuatu pada Y, dan karena itu sesuatu terjadi pada Y”. Dengan metode simak libat cakap dan teknik catat, diperoleh sebanyak 12 leksikon data yang terkumpul, selanjutnya dieksplikasikan untuk merepresentasikan makna aslinya. Berdasarkan metode, sarana, dan entitas yang digunakan dalam ‘memasak’, lesksikon verba ini terbagi dalam tiga kelompok, yaitu (1) ‘memasak’ dengan sarana air: nyakan, nepeng, ngukus, ngengseb, nglablab, ngnyatnyat (2) ‘memasak’ dengan sarana api: nunu, manggang, nambus, dan nguling, (3) ‘memasak’ dengan sarana minyak dan tanpa minyak: ngoreng dan ngenyahnyah. Semua leksikon yang memiliki makna memasak di atas berpola sintaksis MSA: X melakukan sesuatu pada Y dan Y masak/matang (termasak).uatu pada Y dan Y masak/matang (termasak).)
  • Luh Yesi Candrika  + (Bahasa pertama yang diajarkan oleh seorangBahasa pertama yang diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Sejak berada di dalam kandungan, seorang ibu melakukan interaksi pada calon bayinya dengan menggunakan media bahasa. Suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, tetapi konvensional, bahasa berperan sebagai sarana komunikasi dalam interaksi sosial dan budaya. Sebagian besar masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali sebagai alat komunikasi yang pertama dan utama, sehingga bahasa Bali merupakan bahasa ibu. Intensitas pengunaan bahasa Bali sebagai bahasa utama untuk berkomunikasi masih banyak ditemukan di kalangan pedesaan. Namun, di kalangan perkotaan yang masyarakatnya heterogen seperti Kota Denpasar, intensitas penggunaan bahasa Bali terutama dikalangan keluarga semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pernikahan antar kebudayaan yang berbeda, keperluan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia lebih tinggi dari bahasa Bali (terutama dalam ranah akademis dan formal), serta munculnya anggapan bahwa mempelajari maupun menekuni bidang ilmu bahasa Bali tidaklah begitu penting karena tidak dapat menghasilkan banyak uang jika dibandingkan dengan memiliki kemampuan bahasa asing. </br></br>Pada dimensi yang bersamaan, ancaman kepunahan bahasa terus menerus dapat terjadi. Seperti yang dimuat pada Koran Kompas beberapa bulan yang lalu, dinyatakan bahwa sebanyak sebelas bahasa daerah telah mengalami kepunahan karena tidak lagi digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Misalnya, di daerah Papua, Maluku, dan Maluku Utara. Kemudian, bagaimanakah nasib bahasa Bali apabila penuturnya juga enggan menggunakan bahasa ibunya sendiri? Keberadaan bahasa Bali tentu tidak luput dari ancaman kepunahan. Untuk itu, pemerintah daerah provinsi Bali melakukan upaya-upaya guna mencegah kepunahan bahasa Bali dengan dibentuknya tim penyuluh bahasa Bali yang telah ditugaskan ke seluruh desa yang ada di Bali. Sementara itu, upaya lainnya untuk mempertahankan penggunaan bahasa Bali di ruang-ruang formal, yaitu dengan menetapkan hari khusus berbahasa Bali (Wrhspati mabasa Bali). Selain itu, apabila diamati dari media daring, usaha untuk mengembangkan bahasa Bali nampak dari semakin banyaknya tersedia kamus-kamus daring berbahasa Bali, papan ketik(keyboard) beraksara Bali, serta sarana belajar lainnya berupa video, gambar, buku-buku pelajaran tentang bahasa Bali, dan satua berbahasa Bali yang kini sudah tersedia di media daring. </br></br> Masyarakat Bali hendaknya menyadari bahwa, baik itu bahasa Bali dan aksara Bali keduanya merupakan identitas dari kebudayaan Bali. Terkait dengan hal tersebut, salah satu guru besar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Prof. I Gusti Ngurah Bagus (alm) pernah mewacanakan bahwa bahasa adalah mahkota dari sastra. Kemudian wacana tersebut kembali dilanjutkan oleh salah satu budayawan Bali yang sekaligus pinisepuh Sanggar Mahabajrasandhi, Ida Wayan Oka Granoka yang mengatakan bahwa aksara Bali adalah mahkota kebudayaan Bali dan akal budi adalah mahkota bagi manusia itu sendiri. Maka, hubungan antara bahasa, sastra, dan aksara jika mengacu pada wacana kedua ahli tersebut, yaitu bahasa adalah mahkotanya sastra, aksara adalah mahkota budaya, dan akal budi adalah mahkota manusia. Lebih lanjut, mengacu pada pendapat para ahil tersebut dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa, untuk mencetak dan membentuk manusia yang berakal budi atau dalam hal ini berkarakter, maka nilai kelokalan melalui bahasa dan aksara Bali sangat penting ditanamkan sejak dini. Dalam hal ini, keluarga memiliki peranan penting. Oleh sebab itu, peran orang tua atau keluarga merupakan benteng utama pemertahanan kebudayaan Bali dengan menanamkan nilai lokal yang adi luhung untuk membentuk pendidikan karakter anak sekaligus karakter Bangsa.</br></br>Pendidikan karakter merupakan suatu usaha mendidik anak (generasi muda) untuk menanamkan nilai-nilai positif dalam kehidupan, menggali dan mengembangkan potensi anak sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta menanamkan rasa empati terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk itu, pendidikan karakter haruslah dimulai dari tingkat keluarga, terutama peranan orang tua dalam memberikan pemahaman, pengetahuan, dan contoh perilaku yang dapat diteladani oleh anak dalam masa pertumbuhannya. Tujuan dari pendidikan karakter adalah membangun jati diri anak sehingga dapat menentukan baik dan buruk dalam kehidupan, memiliki budi pekerti atau dasar etika yang kuat, dan dapat mengenali minat yang dicita-citakannya.</br></br>Bahasa Bali merupakan akar pendidikan karakter dalam kaitannya dengan budaya Bali. Alasannya karena bahasa Bali sebagai suatu sistem memiliki tata etika berbahasa yang disebut dengan anggah-ungguh basa Bali yang mengajarkan tentang norma kasantunan. Itulah yang juga membuat sistem anggah-ungguh basa Bali merupakan keunikan dari bahasa Bali. Selain itu, keunikan bahasa Bali lainnya yaitu memiliki aksara Bali. Keberadaan aksara Bali untuk menstanakan bahasa Bali menunjukkan peradaban kebudayaan Bali yang tinggi. Lebih lanjut, keunikan lainnya dari bahasa Bali, yaitu memiliki kosa kata yang kaya. Misalnya, untuk menerjemahkan sebuah kata seperti kata ‘makan’ bahasa Indonesia ke dalam bahasa Bali menjadi ‘neda’, ‘ngamah’, ‘ngaleklek’, ‘madaran’, ‘nunas’, ‘ngajeng’, ‘ngrayunang’. Untuk itulah, membangun kecintaan generasi muda terhadap bahasa daerah (dalam kaitannya bahasa Bali sebagai bahasa ibu) merupakan langkah pertamal untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Bali.elestarikan dan mengembangkan budaya Bali.)
  • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (Baleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (WBaleganjur Benen Mua adalah “re-fusion” (Wallach, 2018) dari “Fix Your Face” oleh DIllinger Escape Plan, untuk Gamelan Baleganjur. Disusun dan dikonsep ulang oleh Putu Tangkas Adi Hiranmayena untuk Denver, Gamelan Tunas Mekar Colorado, karya ini menggunakan idiom dari kepekaan baleganjur tradisional dan kontemporer. Ini ditayangkan perdana pada konferensi “Sounding Out the State of Indonesian Music” 2018 di Cornell University di Ithaca, NY. Niat Hiranmayena dalam menciptakan karya ini adalah untuk mengkritik keadaan musik gamelan global dan mempertanyakan atribusi nilai identitas masyarakat Bali. atribusi nilai identitas masyarakat Bali.)
  • Alexander R. Cuthbert  + (Bali adalah destinasi pariwisata global daBali adalah destinasi pariwisata global dan telah ditambahkan predikat kepadanya sebagai ‘surga’ semenjak satu abad terakhir. Namun kini tampak nyata bagi para pengunjung berbagai permasalahan serius bermunculan baik pada seluruh aspek ekonomi lokal maupun lingkungan hidup. Ketidaksinkronan pembangunan sebagai yang paling disalahkan. Adanya kegagalan untuk memunculkan arsitektur Bali baru yang sejalan dengan integritas aslinya, urbanis Bali kini terjebak dalam simpul Gordian dimana arsitektur tradisional yang utuh tetap ada, namun arsitektur baru tidak muncul. Bagaimana cara mengurai simpul itu, disitulah letak pertanyaannya. Arsitektur menderita diskontinuitas besar ketika bangunan tradisional menjadi terbengkalai ketika terjadi urbanisasi yang progresif. Masalahnya tetap tidak terselesaikan. Makalah berikut merupakan upaya awal untuk mengekspos isu-isu kunci dan menyarankan metode untuk bergerak maju. Namun momentum baru menuntut filosofi baru dalam ranah teori urban, fondasi dari semua aktivitas profesional karena tidak ada kemajuan signifikan yang dapat terjadi tanpanya. Oleh karena itu, perhatian saya diarahkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana transisi dapat dilakukan dari arsitektur tradisional Bali yang muncul dari dinamika feodalisme, menuju penerjemahan dan akomodasi sadarnya dalam pasca-modernitas, kapitalisme informasi, dan globalisasi? Sementara masalah perlu ditangani di beberapa tingkatan – pendidikan, kebijakan, strategi dan penegakan, saya menyarankan dalam kesimpulan bahwa ini harus dibingkai dalam prinsip-prinsip umum yang berasal dari transformasi vernakular, budaya regionalisme Bali yang kritis, dan adaptasi leksikon urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.n urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.)
  • I Gede Robi Supriyanto  + (Bali saat ini turut berjuang menahan laju Bali saat ini turut berjuang menahan laju penyebaran virus Covid19. Ada banyak sekali pelajaran yang kita bisa ambil dari kebijakan lokal dan pengetahuan setempat untuk membantu perjuangan ini.</br>Salah satunya adalah belajar dari Hari Nyepi. Hari dimana seluruh pulau, selama 24 jam, di lockdown; diminta untuk melakukan Tapa Catur Brata Penyepian:</br>Amati Geni: Hemat energi</br>Amati Karya: Tidak bekerja mencari nafkah (Cuti)</br>Amati Lelungan: Tidak bepergian (#dirumahaja)</br>Amati Lelanguan: Tidak berpesta/berfoya-foya/menghibur diri secara berlebihan</br></br>Bali, lewat Nyepi, telah ada pengalaman bertahun-tahun melakukan ini. </br>Maka, anjuran untuk gerakan #dirumahaja sudah seharusnya bukan hal yang asing bagi warga Bali, karena hal ini sudah ada di gen dan darah warga Bali yang sudah melakukan ini setiap tahun.</br>Meski biasanya hanya sehari, dalam situasi darurat ini, perlu ditingkatkan ‘level’nya menjadi beberapa hari (atau minggu), hingga situasi benar-benar pulih.</br></br>Sama seperti solusi bagi banyak permasalahan di Bali dan Indonesia, Pandemic Corona tidak bisa ditanggulangi oleh sekelompok kecil individu yang sadar, pemerintah saja, ataupun segilintir tenaga medis berikut infrastrukturnya yang pas-pasan yang dimiliki oleh pulau ini, tapi membutuhkan kesadaran kolektif semua lapisan masyarakat, baik itu masyarakat adat, pemerintah, pengusaha, media, akademisi, tokoh spiritual, dan seniman/budayawan.</br>Semuanya mesti bahu-membahu berkontribusi di bidangnya, dan satu elemen mendukung elemen yang lain.</br></br>Di sinilah social resilience (ketahanan sosial) kita diuji. Kalau kita semua sanggup melewati bencana ini, maka kita patut bersyukur dan bolehlah berbangga diri. </br>Tapi isu Corona bukan isu sepele, sekali dia lepas kontrol, harga kerusakan yang ditimbulkannya akan terlalu besar.</br></br>Kita punya pengetahuan tentang Nyepi, dan akan sangat disayangkan kalau hal ini hanya kita rayakan sebagai ritual belaka. Kita harus memaknai manfaatnya, etika-nya, tujuannya, sehingga bisa kita implementasikan sebagai solusi atau cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah yang riil.</br>Upacara tidak akan bermanfaat jika dia hanya ditempatkan sebagai simbol.</br>Simbol hanyalah simbol, untuk mengingatkan saja… hanya akan lebih berfaedah jika itu bisa ditransfer dalam bentuk kesadaran, gagasan, dan aksi.</br>Kita bangga punya “rasa” yang kuat…. sekarang tajamkan juga “logika", karena yang ideal adalah keseimbangan dari keduanya. </br></br>Berat memang. </br>Baru beberapa hari diam di rumah dan pengurangan nafkah yang drastis akibat sejumlah konser dibatalkan, Kami, sepertimu, juga rindu situasi pulih; berkumpul, bekerja bersama, bernyanyi bersama, mencium keringat tubuhmu, bersetubuh denganmu, seperti adegan dalam video klip kami ini.</br>Kami mengabadikan momen-momen itu agar kita mengingat bahwa kita makhluk sosial, dan solusi dari masalah berat ini adalah apabila kita menjaga kemanusiaan dan kepedulian kita pada sesama. </br>Sekarang, dalam situasi darurat ini, social distancing (menjaga jarak) adalah bentuk kepedulian kita kepada sesama. For a greater good. Untuk sementara saja.</br></br>Agar nanti tiba masanya dalam waktu dekat kita akan berkumpul kembali, dan bernyanyi bersama….</br>“Saat Semua Semakin Cepat, Bali Berani Berhenti!”</br>Dumogi rahayu,</br>Gede RobiBerani Berhenti!” Dumogi rahayu, Gede Robi)
  • NDM Santi Diwyarthi  + (Bali, termasuk museum, terlibat dalam induBali, termasuk museum, terlibat dalam industri pariwisata era milenial 4.0. Pengelolaan museum tidak lagi bisa bersifat inklusif tanpa analisis dan penerapan yang borderless dan out of the box. Museum merupakan salah satu sarana berkomunikasi di tengah masyarakat milenial dewasa ini yang harus dikaji manfaatnya dalam industri pariwisata. Metode penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif, menggunakan instrumen penelitian berupa angket, wawancara, studi dokumentasi, dengan populasi pengunjung museum di Bali. Hasil penelitian memperlihatkan tamu yang mengunjungi museum sebagian besar adalah orang yang sudah mempelajari informasi terkait museum terlebih dahulu, yakni 52 persen, 52 persen akan menuliskan kisah perjalanannya mengunjungi museum, 80persen akan mempromosikan keberadaan museum melalui media internet, 92 persen mengenal sejarah museum yang akan dikunjungi dan pendirinya, 60 persen akan mempromosikan kembali pada orang lain. 40 persen akan kembali mengunjungi museum yang sama.akan kembali mengunjungi museum yang sama.)
  • Mary S. Zurbuchen  + (Bali: 50 Years of Changes: A Conversation Bali: 50 Years of Changes: A Conversation with Jean Couteau, Eric Buvelot dan Jean Couteau telah menghasilkan gambaran yang rumit, menyapu, dan kontroversial tentang kesadaran, pola sosial, dan kehidupan keagamaan Bali, serta posisi Bali dalam kerangka nasional Indonesia. Tidak diragukan lagi, ini adalah upaya paling ambisius untuk menyajikan pemandangan pulau yang holistik sejak Fred Eiseman, Jr.'s Bali: Sekala and Niskala (1990), atau Adrian Vickers' Bali: A Paradise Created (1989). Namun karya ini bukanlah narasi sejarah, atau puncak dari penelitian komprehensif bertahun-tahun tentang topik tertentu. Alih-alih, kami menemukan serangkaian transkrip percakapan antara dua ekspatriat: Buvelot, seorang jurnalis yang tinggal di pulau itu sejak 1995, dan Couteau, seorang penulis, pengamat sosial, dan komentator terkenal yang terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.g terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.)
  • Putu Eka Guna Yasa  + (Baligrafi Dasaksara Hanoman ini terdiri atBaligrafi Dasaksara Hanoman ini terdiri atas dua bentuk, yaitu Kayonan dan Hanoman. Dasaksara terlukiskan di dalam Kayonan. Dasaksara adalah sepuluh aksara suci sebagai penghubung diri manusia (mikrokosmos) dan alam semesta (makrokosmos). Dasaksara terdiri atas sepuluh wijaksara, yaitu Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Śing, Wang, Yang. Kesepuluh wijaksara ini berasal dari delapan aksara wianjana (sa, ba, ta, na, ma, si, wa, dan ya) dan dua aksara suara (a dan i). Jika dirangkai sepuluh wijaksara ini membentuk kalimat: sabatai nama siwaya yang merupakan doa untuk memuliakan Dewa Siwa. Namun, Dasaksara yang terlihat dalam kayonan hanya sedikit saja karena tertutup oleh badan Hanoman. Wijaksara yang terlihat adalah Ong, Ang, Ung, Mang, Sang, Bang, miwah Tang.</br></br>Hanoman adalah tokoh dalam wiracarita Ramayana. Hanoman adalah putra Dewi Anjani. Dewi Anjani adalah seorang bidadari yang dikutukan dan terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan itu berakhir jika ia melahirkan seorang putra titisan Siwa. Dewi Anjani menikah dengan Kesari. Kesari dan Dewi Anjani melakukan tapa agar Dewa Siwa bersedia menjelma sebagai putra mereka. Oleh karena Kesari dan Dewi Anjani teguh dalam pertapaannya, Dewa Siwa mengabulkan permohonan mereka dan turun ke dunia sebagai Hanoman.</br></br>Jika dimaknai, Baligrafi Dasaksara Hanoman ini adalah bentuk pemuliaan kepada Dewa Siwa yang dimasifestasikan ke dalam sosok Hanoman.g dimasifestasikan ke dalam sosok Hanoman.)
  • I Wayan Suardika  + (Bapak I wayan suardika dalam proses kreatiBapak I wayan suardika dalam proses kreatif menciptakan karya- karya sastra bali purwa telah melahirkan 5 karya sastra yang sangat penting bagi peradaban batin bali yaitu geguritan ki patih ganjira, geguritan jangkang plilit, geguritan I taru titiran, geguritan Ramayana, geguritan gema shanti dan babd tari sacral.</br></br>Karya sastra satra bali purwa I wayan suardika yang paling terkenal dikalangan masyarakat adalah geguritan ki patih ganjira, geguritan ini menceritakan Seorang laki-laki dari desa kilayu giri yang masih ,dan tampan.yang ingin melaksanakan Brahmacari asrama di pesraman giri wana kulantir.suatu hari ia berpamitan kepada orang tuanya jika akan pergi ke pesraman untuk mencari ilmu,kemudian ia diberikan ijin untuk melakukan Brahmacari asrama. Keesokan harinya Ki Patih ganjira memulai perjalanan menuju pesraman dan orang tua Ki Patih Ganjira sangat sedih karena akan di tinggal oleh anaknya. Singkat cerita ada raja bernama Patih Agung, Patih Agung ini memiliki anak perempuan yang bernama Wangkas Putri. Disitu bertanya kepada Ki Patih Ganjira, lalu ia menjawab "saya akan ke pesraman untuk melaksanakan Brahmacari asrama" lalu Patih Agung berkata " wahai anak muda seumuran anda sudah memiliki pemikiran untuk masa depan mu" lalu Wangkas Putri ingin ikut Ki Patih Ganjira melakukan brahmacari asrama. Lalu keesok harinya Meraka melakukan perjalanan menuju ke pesraman tersebut, tiba-tiba kaki Wangkas Putri di gigit ular lalu Ki Patih Ganjira meminta pertolongan kepada masyarakat disana. Di obatilah kaki Wangkas Putri, setelah di obati kaki Wangkas Putri. Lalu Kipatih Ganjira bertanya kepada masyarakat disana, dimanakah letak pesraman gira wana kulantir. "Apakah masih jauh dari sini" lalu masyarakat tersebut menjawab "ini lah tempat persamaan kulantir yang km cari, kebetulan sayang adalah murid dari persamaan tersebut" di antarkanlah Ki Patih Ganjira bertemu guru yang ada di sana. Singkat cerita sudah empat tahun Ki Patih Ganjira mencari ilmu disana dan usai sudah pencarian ilmu disana. Sebelum kembali pulang Wangkas Putri bertanya kepada Ki Patih Ganjira "apakah kamu sudah mempunyai wanita atau ada wanita yang km sukai di pesraman ini." Lalu Ki Patih Ganjira menjawab " ada, wanita itu adalah km" mereka berdua menjalin hubungan, keesok harinya Meraka pamit dari persamaan itu untuk balik pulang. Di tengah perjalanan mereka menyebrang lautan dan pada saat itu ombak laut sangat besar, Wangkas Putri terseret ombak. Lalu Ki Patih ganjira mencari Wangkas Putri di tengah laut dan tidak di temukan juga, Wangkas Putri di temukan oleh seorang raja. Setelah Wangkas Putri sadar Wangkas Putri mencari Ki Patih Ganjira di tepi laut, lalu Ki Patih Ganjira di temukan dengan keadaan lusuh. Setelah itu mereka berdua kembali pulang, singkat cerita Wangkas Putri dan Kipatih Ganjira pun menikah ada salah satu keluarga Ki Patih Ganjira yqng tidak suka karena ia menikah dengan putri raja. Lalu keluarga Ki Patih Ganjira itu berinisiatif untuk membuat hidup mereka sengsara, keluarlah ide licik dari keluarga Ki Patih Ganjira dengan memberikan guna-guna kepada Wangkas Putri dan menyebabkan wangkas putri meninggal. Singkat cerita setelah Wangkas Putri meninggal akhirnya Ki Patih Ganjira di angkat sebagai raja di kerajaan watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri. watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri.)
  • Luh Yesi Candrika  + (BASAbaliWiki Menggelar Rapat Program KerjaBASAbaliWiki Menggelar Rapat Program Kerja Tahun 2020</br>Bertempat di Dharmanegara Alaya Denpasar</br></br>Mengawali tahun baru 2020, Yayasan BASAbaliWiki mengelar acara rapat program kerja tahun 2020 pada hari Sabtu, 11 januari 2020 yang bertempat di Gedung Dharmanegara Alaya Denpasar. Acara yang diketuai oleh Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum tersebut dihadiri oleh para pembina dan para pengurus Yayasan BASAbaliWiki. Rapat yang dimulai pada pukul 09.00 wita sampai 15.00 wita tersebut membahas mengenai program kerja di masing-masing divisi yang terdapat dalam web BASAbaliWiki, di antaranya divisi Perpustakaan Virtual yang dikoordinatori oleh Ni Nyoman Clara Listya Dewi, divisi lontar miwah upacara oleh Ida Bagus Arya Lawa Manuaba, divisi Inisiatif Lingkungan oleh I Wayan Artha Dana, divisi Media Sosial oleh IGA Wiwin Rusma Windiyana Putri, divisi Gatra Milenial oleh I Made Agus Atseriawan Hadi Sutresna, divisi Buku Cerita Anak dan Cerita Rakyat oleh Made Sugianto, divisi Biografi olih I Wayan Jengki Sunarta, divisi Kamus Daring oilh Ida Wayan Eka Werdi Putra, serta divisi Sejarah Tempat dan Pelatihan olih I Kadek Juniantara. Seluruh divisi yang disiapkan dalam web BASAbaliWiki tersebut sebagai usaha untuk mengembangkan tradisi Bali (khususnya bahasa Bali dan kebudayaan Bali pada umumnya) di tengah-tengah interaksi global dengan sarana media digital.</br>Ketua Yayasan BASAbaliWiki, Dr.Drs. I Wayan SUardiana, M.Hum dalam sambutannya menyatakan bahwa berbagai usaha yang sudah dilaksanakan oleh tim BASAbaliWiki pada setiap divisi sudah berjalan dengan baik. Lebih lanjut, beliau menytkn bahwa berbagai usaha yang telah dilakukan tersebut juga telah mendapatkan apresiasi yang baik dari dunia, salah satunya melalui penghargaan yang diberikan oleh Unesco serta apresiasi yang juga telah diberikan oleh pemerintah Provinsi Bali.</br>“Yayasan BASAbaliWiki telah mendapatkan apresiasi yang baik dari dunia Internasional serta dari pemerintah Provinsi Bali. Untuk itu, program-program yang dilaksanakan di BASAbaliWiki agar memiliki korelasi atau acuan dengan program pemerintah Provinsi Bali yaitu “Nangun Sat Kertih Loka Bali”, yang berbasis bahasa, sastra, dan aksara Bali. Dengan demikian, maka budaya Bali dapat bertahan dan terus berkembang”.</br></br>Selanjutya, Ketua Dewan Pembina Yayasan BASAbaliWiki, Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum juga memberikan sambutannya dalam rapat awal tahun tersebut. Beliau banyak memberikan nasihat dan motivasi kepada tim BASAbaliWIki agar tidak lekas jumawa terhadap prestasi yang sudah diterima. Selain itu, beliau juga berharap agar program-program yang ada di BASAbaliWiki dapat bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat.</br>“Janganlah cepat jumawa saat dengan apresiasi-apresiasi baik yang diberikan. Tim BASAbaliWiki agar senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam mengerjakan program-program yang nantinya dapat berguna untuk seluruh masyarakat, dari mulai generasi muda sampai generasi tua. Semua itu dapat terwujud apabila tim BASAbaliWiki senantiasa menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga sosial lainnya, instansi pemerintah, dan sekolah-sekolah yang ada di Bali”.</br></br>Salah satu pendiri BASAbaliWiki, Alissa Stern dalam sambutannya yang diwakili oleh Putu Eka Guna Yasa, S.S.,M.Hum menyampaikan pesannya agar keberadaan BASAbaliWiki dapat menjadi salah satu media digital yang senantiasa berupaya untuk melestarikan keberadaan bahasa Bali dalam era globalisasi saat ini.</br>“Keberadaaan bahasa-bahasa daerah di dunia semakin terdesak keberadaannya bahkan terancam mengalami kepunahan. Hal ini yang patut diperhatikan dalam situasi zaman saat ini. Untuk itulah, melalui BASAbaliWiki yang menggunakan media bahasa Bali dalam media digital ini dapat menjadi contoh dalam usaha melestarikan bahasa-bahasa daerah yang ada di wilayah Nusantara dan dunia Internasional”</br>Selain Alissa Stern, pendiri BASAbaliWiki lainnya yang hadir pada acara rapat tersebut adalah I Putu Suasta. Beliau memberikan banyak masukan sekaligus motivasi kepada para pengurus BASAbaliWiki, berkiatan dengan usaha-usaha baru yang kreatif dan inovatif untuk dilaksanakan dalam menjalankan program-program kerja BASAbaliWiki.</br></br>Rapat program kerja BASAbaliWiki tahun 2020 yang berjalan selama kurang lebih enam jam tersebut ditutup dengan acara kebersamaan yaitu dengan menuliskan berbagai mimpi atau harapan-harapan para pengurus BASAbaliWiki yang hadir, berkenaan dengan program-program kerja BASAbaliWIki dalam kurun waktu satu tahun dan diakhiri dengan dengan acara foto bersama. (@YesiCandrika BASAbaliWiki)foto bersama. (@YesiCandrika BASAbaliWiki))
  • Caesilia Nina Yanuariani  + (Bawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadiBawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadikan</br>gelap menjadi terang. Ibarat cahaya api di matamu</br>yang liar, Ketakutan menjadi sublim</br></br>kemudian pagi membujuk siang, menggoda malam.</br>Pada satu panggung ketemukan pemeran utama yang</br>gagu, musik mengalun di silau lampu. Berhamburan</br>kupu dan laron-laron</br></br>Terkadang kita tidak mampu menepis, begitu banyak</br>cemooh mengharu-biru memasuki ruang pribadimu.</br>ibarat seekor monyat tua mencabik-cabik kebun</br>mencari dedaunan, karena ia lapar. Seperti perempuan</br>yang gelisah tak menemukan sebuah payung di tengah</br>hujan</br></br>Kuletakkan dua puluh batang bunga sedap malam dalam</br>Jambangan. Berharap menjelang malam keharuman berkeliling</br>di setiap ruang. Membawa pergi seribu bayangan kelam.</br>Kecemasan adalah bingkai retak yang menjamah di dalam</br>rumah. Hari ini anak-anak mulai sekolah.</br></br>Aku selesaikan adonan dalam loyang, berwarna kuning</br>dan coklat seperti kuda zebra. Membiarkan aroma roti</br>menjelajah ke rumah tetangga, ke segenap penjuru dermaga.</br>Di bawah tangga di rumahku, aku melihat seekor kucing</br>seekor tikus, seekor anjing bercengkerama dalam senda</br>gurau yang riang.</br></br>(Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)g riang. (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016))
  • I Nengah Jati  + (Beliau mempunyai salah satu karya sastra kBeliau mempunyai salah satu karya sastra kidung yang berjudul tungtung urip, tungtung urip sendiri menceritakan bagaimana situasi dan kondisi dari pandemic covid-19, bagaimana kondisi masyarakat dalam menghadapi virus harus selalu tetap berfikir positif dan selalu mematuhi protokol kesehatan.if dan selalu mematuhi protokol kesehatan.)
  • Tim BASAbali Wiki  + (Benarkah raksasa hanya berperilaku buruk? Benarkah raksasa hanya berperilaku buruk? Orang-orang sudah tahu bahwa Kumbakarna mendapat anugerah Supta Sada yang membuat ia tertidur lelap. Walaupun banyak yang membangunkannya, ia tetap tidak akan bangun. Namun, banyak yang tidak tahu sikap Kumbakrana ketika ada bahaya yang menimpa negaranya. Ia akan bergegas bangun dengan sendirinya dan berani membela negaranya sampai mati dari bahaya yang mengusik. Nah, seharusnya pemerintah meniru perilaku dari Kumbakara, segera ingat dengan kewajiban, mencari solusi jika ada permasalahan negara. Bukan hanya pemerintah saja, tetapi kita semua juga harus berani mengungkapkan pendapat. Raksasa saja mau menjaga negaranya, kita sebagai manusia apa mau tidur saja ? kita sebagai manusia apa mau tidur saja ?)
  • Richard Fox  + (Bentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotoBentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotong royong dan solidaritas perlahan semakin bertransformasi – dan seringkali tergantikan – oleh institusi sosial baru serta ideal, keinginan, dan kesenangan yang menyertainya. Kemunculan keluarga inti, sebagai sebuah cita-cita dan institusi sosial baru, adalah salah satu satu perkembangan yang lebih penting dalam hubungan ini. Esai ini mengkaji konsepsi persaingan keluarga, dan ekonomi keluarga, yang mendasari perdebatan yang terjadi di lingkungan Bali selatan terkait pemberian bantuan di lingkungan banjar selama berlangsungnya odalan tiap enam bulan sekali. Analisis dalam esai ini memberikan wawasan mengenai bagaimana transformasi sosial dan budaya dipahami dan dialami pada tataran kehidupan sehari-hari.ialami pada tataran kehidupan sehari-hari.)
  • Komang Pramana  + (Bermain cuk cuk dar - Permainan anak jamanBermain cuk cuk dar - Permainan anak jaman dulu, sering di maninkan anak anak daerah timur. Cuk cuk dar adalah bambu muda ato disebut bambu buluh, yang amunisinya adalah air. Dan biasanya di pakai permainan perang perangan, dan dapat dimainkan berdua atau lebih.an, dan dapat dimainkan berdua atau lebih.)
  • Komang Pramana  + (Bermain layang-layang.)
  • Luh Yesi Candrika  + (Bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan NBertepatan dengan momentum Hari Pahlawan Nasional pada bulan November tahun 2016 yang lalu, Bapak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada salah satu tokoh pemimpin yang sangat membanggakan masyarakat Bali, yaitu I Gusti Ngurah Made Agung. I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Mantuk Ring Rana merupakan Raja Badung yang memimpin puputan saat melawan penjajah Belanda pada tanggal 20 September 1906. Sosok seorang I Gusti Ngurah Made Agung tidak hanya sebagai pejuang dalam puputan, tetapi beliau juga merupakan refleksi pejuang literasi. Maksudnya, sebagai seorang pemimpin yang nyastra, beliau telah melahirkan sejumlah karya sastra, di antaranya Geguritan Nengah Jimbaran, Geguritan Niti Raja Sasana, Geguritan Dharma Sasana, Geguritan Hrdaya Sastra, dan Geguritan Purwa Sanghara. </br> Karya-karya sastra yang demikian hebatnya, tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa pembacaan karya sastra hebat lainnya dengan jumlah yang tentunya tidak sedikit. Misalnya pada salah satu karyanya, yaitu Geguritan Purwa Sanghara yang menguraikan tentang ciri-ciri atau awal (purwa) kehancuran zaman (sanghara). Untuk mengarang geguritan ini, I Gusti Ngurah Made Agung memetik cerita dari beberapa sastra di antaranya Adi Parwa, Mosala Parwa, dan Prasthanika Parwa untuk menyusun bagian pertama tentang hancurnya kerajaan Dwarawati dan Wangsa Yadu. Selanjutnya Kakawin Sutasoma digunakan untuk menyusun bagian kedua, yaitu mengenai pertempuran antara Sutasoma dan Purusadha. Serta Kitab Cantakaparwa digunakan untuk menyusun bagian ketiga yaitu pertempuran antara Suprasena dengan Rudradasa. </br> Berdasarkan sumber-sumber sastra yang dipetik oleh I Gusti Ngurah Made Agung dalam mengarang sebuah Geguritan Purwa Sanghara, kita mendapatkan kesan bahwa sebagai seorang raja, I Gusti Ngurah Made Agung memiliki ketertarikan yang besar terhadap karya-karya sastra Jawa Kuna. Usaha yang terus-menerus untuk belajar dan mengisi diri yaitu dengan aktifitas membaca, menulis, dan melakoni nilai-nilai sastra dalam kehidupannya (sebagai seorang raja). Mungkin hal-hal tersebut yang menjadi alasan Ida Bagus Gede Agastia, salah satu peneliti sekaligus penulis essay-essay berbahasa Jawa Kuna menyebut beliau dengan sebutan Cokorda Mantuk Ring Rana, Pemimpin yang Nyastra. </br> Kesadaran untuk bangkit dari kelisanan menuju keberaksaraan telah membuka periode baru dalam sejarah pemikiran manusia. Semangat memperjuangkan budaya literasi yang ditunjukkan oleh I Gusti Ngurah Made Agung melalui aktivitas membaca dan menulis, tentu memberikan petunjuk generasi-generasi selanjutnya untuk mengikuti jejak beliau. Selain kegiatan membaca dan menulis sebagai bentuk apresiasi terhadap karya-karya I Gusti Ngurah Made Agung, kegiatan lainnya seperti menembangkan karya-karya beliau serta mendiskusikan bersama karya-karya beliau juga tidak kalah penting untuk dilakukan. Selain itu, apresiasi sastra lainnya juga dapat dilakukan dengan melalui adaptasi karya, dan lain sebagainya. Hal-hal demikian penting dilakukan dalam upaya mewujudkan suatu budaya literasi yang bermanfaat untuk mencerahkan hidup, mempertebal keluhuran budi, dan mempertahankan identitas dan jati diri sehingga tidak hanyut oleh arus zaman. Nyala semangat literasi yang dikobarkan oleh I Gusti Ngurah Made Agung untuk gemar membaca dan mendalami sastra diharapkan mampu mengarahkan kehidupan generasi muda pada hal-hal yang positif dan bermanfaat. (BASAbali Wiki @YesiCandrika).bermanfaat. (BASAbali Wiki @YesiCandrika).)
  • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Biografi Perkumpulan Pendidikan Nasional, Denpasar, sebuah institusi terkenal yang melahirkan Universitas Undiknas, SMP Nasional Denpasar dan lainnya.)
  • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Biografi Profesor Gede Sri Darma, yang pernah menjadi profesor termuda di Indonesia.)
  • Wayan Suastama  + (Bisikan Pada Awan. oleh Wayan Suastama. KaBisikan Pada Awan. oleh Wayan Suastama. Karya seni asli, akrilik di atas kanvas. Dipamerkan dalam ‘Dunia Tanpa Suara, Sebuah Antologi’ di Sawidji Gallery April – Mei 2023.</br></br>Tentang artis Wayan Suastama.</br></br>‘Bisikan Pada Awan’ diterjemahkan menjadi ‘Berbisik ke Awan’ merupakan karya baru Wayan Suastama. Sejak 1995 ia telah memamerkan karya-karyanya dalam pameran bersama dan tunggal, baik di dalam maupun luar negeri. Karya-karya Suastamas kerap menampilkan sosok perempuan, dengan ragam warna dan tekstur yang luas, sebagai simbol kekuatan regeneratif dan kreatif. Seri barunya yang mencakup 'Berbisik ke Awan,' mengeksplorasi secara detail tema filosofis 'hulu dan hilir' dalam hubungan kita dengan keseimbangan di Alam.</br></br>“Dalam keheningan, inilah saat-saat yang bisa kita renungkan. Sebagai orang yang mencintai alam, saya memikirkan bisikan-bisikan di Alam ini. Ketika ada pergantian musim.. awan tetap pembawa pesan.. tanpa bahasa atau kata-kata awan adalah pembawa pesan alam yang memberitahu kita bahwa akan turun hujan. Dunia Tanpa Suara mungkin adalah tempat kita melihat bahasa Alam dengan lebih jelas. Itu membawa kita kembali ke diri kita yang sebenarnya.kita kembali ke diri kita yang sebenarnya.)
  • Pande Putu Widya Okta Pratama, S.Kom  + (BTW Edutech adalah sebuah perusahaan edukasi digital yang mempunyai misi besar membantu siswa untuk lolos seleksi masuk perguruan tinggi kedinasan, perguruan tinggi negeri, CPNS dan TNI atau POLRI.)
  • Made Edy Arudi  + (Bukan Tubuhmu Bukan.. sama sekali bukan tBukan Tubuhmu</br></br>Bukan.. sama sekali bukan tubuhmu</br>Ia kan membusuk</br></br></br>Tapi matahari menyala di dadamu</br>Sebab aku numadi tubuh rembulan </br>Perlu sedikit cahaya</br>Karena kutuklah mesti berjalan</br>sepanjang malam keterasingan</br>Sahabat hanya gelap </br>Bintang menjauh</br>Sempurnakan kefanaan.</br></br></br>Bukan... sama sekali bukan tubuhmu</br>Ia kan menua</br>Keriput - menjadi tanah</br></br></br>Tapi deru ombak di dadamu</br>Sebab nelayan yang melaut di tubuhku sering kehilangan angin</br>Perahu tertancap di lintasan itu saja</br>Dan aku akan mati meratapi kesepian</br></br></br>Sungguh bukan tubuhmu</br>Tapi subuh di dadamu</br>Sebab kupu-kupu bersayap pelangi sepertiku</br>Suka berteduh di pepohonan berdaun fajar</br>Dan setiap helai daun jatuh membelai rambut,</br>Menenangkan raung satwa yang berumah di tubuhku</br></br></br>Sungguh bukan tubuhmu</br>Maka dijiwamu yang bergetar</br>Aku akan lepaskan ketakutan</br>Sebelum akhirnya waktu benar-benar menjauhkanmu dari jangkauanku</br>Dan kita tidak bisa berpeluk</br>Meski kedua tangan ini masih bisa kurentangkan.</br></br>(2018)angan ini masih bisa kurentangkan. (2018))
  • Putu Fajar Arcana  + (Buku kumpulan cerpen (2005))
  • Putu Fajar Arcana  + (buku kumpulan esai (2007))