UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan seperti apa representasi multilingualisme di ruang publik di kawasan ini sebagai bagian dari kajian Liguistik Lanskap. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana struktur tulisan dan pola bahasa yang digunakan di ruang publik dalam kawasan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi untuk mengumpulkan data, kemudian data akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 13 bahasa yang digunakan pada ruang publik terutama pada penanda sarana pariwisata yang ada. Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling dominan, tulisan latin juga digunakan pada hampir semua penanda, dan juga pola bahasa yang menggunakan 2 - 3 bahasa yang berbeda telah menunjukkan kawasan ini bisa dikatakan sebagai kawasan internasional.". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Dewi Dian Reich  + (Potret Artis Sujana Suklu di studio menggaPotret Artis Sujana Suklu di studio menggambar novel. Menjelajahi salah satu dari Tiga Kamar Seni. Seni oleh Interaksi.</br>Art by Interaction mengacu pada proses yang tersentuh oleh interaktivitas atau kolaborasi. Perlu dicatat perbedaan antara interaksi dan kolaborasi berbeda. Proses kolaboratif menunjukkan kesepakatan bersama, sementara interaksi dapat terjadi dalam proses seni yang tidak disengaja. Semua kolaborasi adalah interaksi, namun tidak semua interaksi adalah kolaborasi.n tidak semua interaksi adalah kolaborasi.)
  • Dewi Dian Reich  + (Potret artis Aryani Willems karya Dewi Dian Reich, Sawidji Art and Photography. Diambil pada Juni 2023.)
  • Dewi Dian Reich  + (Potret artis Sujana Suklu berkolaborasi dePotret artis Sujana Suklu berkolaborasi dengan Dewi Dian Reich. Menjelajahi Tiga Kamar Seni. Seni dengan Interaksi di studio.</br>Sujana Suklu dikenal sebagai pemikir progresif seni rupa kontemporer di Bali. Dengan visi kepeloporan yang mencerminkan filosofi universal. Kontribusi Sujana Suklus sangat luas cakupannya, mencakup bidang multidisiplin dalam platform seni rupa, akademik, dan komunitas. Penelitian akademik Suklus mengeksplorasi cara-cara untuk membawa metodologi seni ke dalam komunitas yang mengolah dan melestarikan kearifan lokal sambil memperluas keahlian yang ada. Keindahan dari penelitian ini adalah bahwa hal itu telah diterapkan dan berkembang secara aktif di masyarakat saat ini.mbang secara aktif di masyarakat saat ini.)
  • Dewi Dian Reich  + (Potret seniman kontemporer Putu Bonuz SudiPotret seniman kontemporer Putu Bonuz Sudiana karya Dewi Dian Reich. Di Studio Sawidji. Seorang seniman kontemporer multidisiplin yang terkenal dengan gaya abstraknya yang kuat. Putu Bonuz Sudiana adalah seorang seniman yang dinamis dan progresif dengan kharisma kreatif yang menarik khalayak luas. Kontribusinya dalam lukisan, instalasi, musik, seni pertunjukan dan puisi.talasi, musik, seni pertunjukan dan puisi.)
  • Dewi Dian Reich  + (Potret seniman kontemporer Wayan Suastama Potret seniman kontemporer Wayan Suastama karya Dewi Dian Reich. Potret lingkungan, di lingkungan yang tidak dipentaskan. Secara alami menggambarkan bengkel studio seniman. Diambil pada awal 2023 saat membuat katalog karya para seniman.</br></br>'Melalui proses kreatif, Anda belajar melakukan percakapan jujur dengan diri sendiri. Itu pasti mengarah pada kedamaian dalam hidup Anda. Itu adalah hadiah kepositifan.' ~ Wayan Suastamaalah hadiah kepositifan.' ~ Wayan Suastama)
  • Ni Kadek Diah Wulandari  + (Pulau Bali banyak ada karya sastra yang mePulau Bali banyak ada karya sastra yang mempunyai taksu adi luhung. Karya sastra ini seperti berupa geguritan, kidung, dan kekawin. Harapan saya untuk Bali supaya bisa memperkenalkan keberadaan kasusastraan Bali menjadi wisata sastra. Wisata sastra menjadi usaha agar masyarakat turut mempelajari isi sastra yang mempunyai sari-sari kehidupan. Upaya wisata sastra berguna menghasilkan hasil yang bernilai ekonomis tanpa batas untuk perekonomian yang baru. tanpa batas untuk perekonomian yang baru.)
  • Tjandra Hutama  + (Rejang adalah tarian sakral Bali, tarian pRejang adalah tarian sakral Bali, tarian pengorbanan di mana para gadis secara simbolis mempersembahkan diri kepada para dewa. Itu diadakan di Pura Hindu Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karangasem di Bali, Indonesia. ‘Rejang’ berarti ‘persembahan’. Tarian ini dilakukan untuk menyambut para dewa yang turun ke bumi.</br></br>Dalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dari Ketidakkekalan’ ini, tema keindahan, ketidakkekalan dan waktu dieksplorasi. Tjandra Hutama telah memenangkan banyak penghargaan dalam kompetisi fotografi. Kejenuhan keindahan bergambar yang dia temui selama tahun-tahun itu yang mendorong kebutuhan untuk mencerminkan sesuatu yang lebih dalam tentang persepsi kita tentang keindahan. Untuk mengingatkan kita akan ketidakkekalan dan keterbatasannya.</br>(Baca artikel lengkap di referensi Galeri Sawidji dikutip)ngkap di referensi Galeri Sawidji dikutip))
  • Dewi Dian Reich  + (Salah satu hal yang menjadi pusat kebudayaSalah satu hal yang menjadi pusat kebudayaan Bali, mungkin bisa dikatakan kepastian hubungan seseorang dengan Alam. Jika seni merupakan bagian integral dari budaya kita, apalagi Alam.</br></br>Kayu Putih Bayan (Pohon Kayu Putih Bayan) adalah pohon purba. Salah satu dari banyak pohon kuno yang ada di tanah Suci dan merupakan bagian dari Pura, Pura Babakan. Menjadi ratusan tahun, tentu saja tidak muncul tiba-tiba entah dari mana. Namun, itu telah mulai menarik lebih banyak perhatian dalam beberapa bulan terakhir. Mungkin karena meningkatnya kesadaran di media sosial, pasti ada lebih banyak pengunjung di sana dalam setahun terakhir.</br></br>Keindahan Kayu Putih Bayan, foto-foto ini berpusat pada keberadaan Puranya. Bahwa ketika kita melihat Pohon ini, itu tidak terpisah dari melihat yang Suci.itu tidak terpisah dari melihat yang Suci.)
  • A.A. Made Putra Arsana  + (Salah satu karya sastra modern yang telah Salah satu karya sastra modern yang telah berkembang di masyarakat adalah sebuah cerita pendek berjudul Luh Ayu Manik Mas Ngalahang Legu Poleng. Cerita pendek ini berisikan nilai-nilai dari pendidikan yang luhur untuk membentuk karakter masyarakat. Demikian pula isi cerpen ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat saat ini. Oleh karenanya, lebih menarik untuk memahami nilai-nilai dari cerita pendek ini, terutama sekali nilai-nilai dari karakternya. Berdasarkan pemikiran diatas, studi ini bertujuan untuk membahas sejumlah hal seperti nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam cerita pendek Luh Ayu Manik Mas Ngalahang Legu Poleng.k Luh Ayu Manik Mas Ngalahang Legu Poleng.)
  • Luh Yesi Candrika  + (Salah satu usaha masyarakat Hindu di Bali Salah satu usaha masyarakat Hindu di Bali untuk menangkal pengaruh buruk dari unsur-unsur negatif (Buta) pada diri yaitu dengan menggelar upacara taur ketika waktu senjakala yang jatuh pada Tilem Kasanga. Upaya tersebut dilakukan dengan menghaturkan sesajen, segehan, maupun caru. Setelah melaksanakan taur atau yang disebut juga dengan Taur Agung Kasanga, maka dilanjutkan dengan acara ngrupuk yang bermakna memulangkan Bhuta Kala ke tempat asalnya masiing-masing dengan menggunakan sarana api dan dilanjutkan dengan tradisi mengarak Ogoh-Ogoh (simbol Buta) keliling desa. Demikian usaha umat Hindu di Bali untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari bahaya dan pengaruh buruk. Selanjutnya, pada keesokan harinya masyarakat me-Nyepi selama sehari penuh. </br>Bagi masyarakat Hindu di Bali bahkan warga dunia, pelaksanaan hari suci Nyepi tahun 2020 (Saka 1940) ini menjadi sedikit berbeda. Ada hal yang lebih menakutkan dan menyeramkan dari pada sosok Buta yang dapat mendatangkan pengaruh buruk bagi kehidupan manusia. Merebaknya wabah (sasab merana) yang disebut dengan Corona atau Covid-19 di sejumlah daerah membuat masyarakat Hindu di Bali melakukan kegiatan menyepi di rumah masing-masing lebih awal dari waktu datangnya Hari Suci Nyepi (sosial distancing). Masyarakat diharapkan melakukan kegiatan di rumah masing-masing dan mengurangi aktifitas di luar rumah.</br>Secara etimologi kata taur berarti membayar dan arti lainnya yaitu kurban. Selanjutnya kata agung merujuk pada arti kata besar dalam kaitannya dengan semesta atau kosmos (Bhuana Agung). Sementara itu, kata kasanga berarti bulan (sasih) kesembilan dalam perhitungan kalender masehi. Dengan demikian, makna dari upacara Tawur Agung Kesanga adalah upacara atau yadnya yang dipersembahkan kepada alam semesta pada bulan kesembilan tepatnya pada Tilem Kasanga. Dalam lontar Sundarigama dijelaskan bahwa sebelum upacara taur dilakukan, masyarakat Hindu diharapkan membuat upacara Bhutayajnya berupa caru dimulai dari desa-desa hingga setiap rumah dengan tingkatan yang paling nista hingga utama.</br>Lebih lanjut, dijelaskan dalam lontar Sundarigama bahwa pada waktu Tilem Kasanga ini bisa saja terjadi peristiwa-peristiwa atau hal-hal yang aneh akibat kegelapan pikiran manusia. Apabila masyarakat Hindu tidak melaksanakan upacara taur beserta prosesi lainnya maka akan dapat menimbulkan kehancuran alam semesta (Bhuana Agung), penyakit merajarela (gering sasab marana magalak), dan perilaku manusia yang aneh serta kejam karena dirasuki unsur-unsur Buta (wwang kasurupan Kala Buta) dan mengakibtakan huru hara dimana-mana. </br>Sebagaimana yang dijelaskan dalam lontar Sundarigama masyarakat Hindu memiliki dasar sastra dan keyakinan yang kuat bahwa dengan melakukan upacara taur maka dapat menetralisasi kekuatan-kekuatan yang menyebabkan timbulnya hal-hal yang aneh sehingga alam semesta dapat kembali seimbang dan manusia hidup selamat dan sempurna (mulih hayu ning praja mandhala sarat kabeh, wang ring sarwajanma, wastu ya paripurna). Dalam menyikapi wabah (sasab merana) Corona atau Covid-19 yang tengah menyerang manusia hampir di seluruh belahan dunia akhir-akhir ini, sepertinya masyarakat Bali memiliki harapan yang begitu besar terhadap jalannnya pelaksanaan taur pada Nyepi tahun ini. Dengan kata lain, apabila upacara taur dapat dilakukan secara baik dan benar maka pandemi yang berkepanjangan dan telah menelan banyak korban di dunia menjadi sangat mungkin untuk dihentikan dan segala macam hama penyakit pulang kembali ke laut (sasab marana pada mantuk maring samudra). Apalagi setelah upacara taur masyasrakat Hindu melaksanakan hari suci Nyepi yang diyakini sebagai hari penjernihan batin melalui Catur Brata Penyepian. Selain itu, setelah Sasih Kasanga berlalu maka Sasih Kadasa yang dianalogikan sebagai keadaan yang bersih atau suci (kedas) diharapkan mendatangkan sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan manusia. </br>Mengacu pada pelaksanaan Nyepi dan datangnya Sasih Kadasa setalahnya, krama Hindune mengharapkan dapat membersihkan sekaligus menyucikan dirinya secara batiniah. Namun, kenyataannya, akhir-akhir ini dengan adanya wabah Covid-19 ini tubuh manusia (Bhuwana Alit) sepertinya membutuhkan juga suatu persembahan semacam taur untuk menangkal virus yang menyerang manusia secara lahiriah. Wabah virus yang tengah menjadi ancaman dan kekhawatiran warga dunia ini menyerang tubuh manusia melalui sistem pernafasan sehingga melemahkan fisik bahkan dapat menyebabkan kematian. </br>Dalam kitab kuna seperti Wrhspatitatwa disebutkan bahwa Bumi dan tubuh sama-sama disebut dengan Sarwatattwa (hal-hal yang bersifat kenyataan dalam kaitannya dengan unsur-unsur Panca Maha Buta). Kelima elemen bumi seperti tanah, air, api, angin, dan udara juga ada di dalam tubuh manusia yang disimbolkan dengan daging, darah, panas tubuh, nafas, dan rongga. Untuk itu, sepertinyah tubuh juga memerlukan semacam taur yang diharapkan dapat menangkal penyakit seperti wabah. Lalu taur yang seperti apa yang dapat dipersembahkan atau disadhanakan kepada tubuh untuk membuatnya tetap sehat? </br>Apabila badan halus (suksma sarira) membutuhkan persembahan berupa tapa (pengendalian indera) dan brata (pantangan) untuk dapat membersihkan dan menyucikan diri, maka badan kasar sebagai wadah jiwa (stula sarira) membutuhkan viitamin, protein, mineral, dan lainnya yang berasal dari sari-sari makanan yang baik dikonsumsi tubuh untuk dapat menyehatkan tubuh dan menjauhkan segala macam penyakit. Teks Nitisastra menyebutkan bahwa tanda makanan yang baik ialah dapat membuat badan sehat (ring wara bhoga pustining awakya juga panengeran). Untuk mendapatkan makanan yang baik, maka penting juga mengetahui makanan yang tidak baik dikonsumsi tubuh yang dapat menjadi racun. Lebih lanjut, dalam Nitisastra disebutkan bahwa orang yang baik-baik tidak boleh makan daging yang tidak suci. Ia harus menjahuhi segala yang mengotori badan dan segala yang mendekatkan musuh lahir batin kepadanya. Adapun yang termasuk daging yang tidak baik yaitu daging tikus, anjing, katak, ular, ulat, dan cacing. Semua itu makanan yang terlarang, untuk itu perlu dihindari (Haywa mamukti sang sujana karta pisita tilaren, kasmalaning sarira ripu wahya ri dalem aparek, lwirnika kasta mangsa musika sregala wiyung ula, krimi kawat makadinika papahara hilangken). Sehubungan dengan ulasan yang termuat dalam Nitisastra bahwa makanan yang baik sebagai salah satu sumber kesehehatan tubuh, maka ada kemungkinan pula bahwa salah satu timbulnya wabah Covid-19 yang sedang menyerang manusia bersumber dari makanan yang tidak baik. </br>Taur pada tubuh dengan bersaranakan jenis makanan yang baik, cara mengolah yang tepat, dan menciptakan rasa nyaman untuk tubuh sangat perlu diperhatikan sebagai upaya untuk menghargai kerja keras tubuh. Apa dan bagaimana mengolah makanan yang akan dimasukkan ke mulut, sudah saatnya mendapatkan perhatian yang penting. Faktanya, perawatan tubuh dari luar saja seperti olah raga dan aktifitas memanjakan tubuh lainnya tidak cukup untuk mewujudkan tubuh yang sehat. Perawatan ke dalam tubuh melalui makanan-makanan yang dianggap baik dapat membuat wabah atau virus sulit masuk atau pun berkembang di dalam tubuh. </br>Mengenai makanan bagi seorang pendeta (orang suci) misalnya, seperti yang diuraikan dalam lontar Wrati Sasana (teks sasana untuk seorang pandita dalam menjalankan brata) bahwa segala jenis makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh sangatlah penting untuk diperhatikan terutama penganut siddhanta yang melaksanakan brata suci (tan yogya ika bhaksan de sang siddhanta suddha brata). Jenis makanan yang dianggap tidak suci misalnya daging manusia, kera, sapi, harimau, gajah, kuda, kucing, kodok, dan ular. Sementara itu, semua binatang yang bentuknya aneh dikategorikan sebagai makanan yang nista misalnya lintah, ulat, kuricak, sebangsa biawak, kalajengking, kadal, tokek, dan cecak. Lebih lanjut, terdapat pula makanan yang boleh disantap (muwah ikang yogya bhaksaken) di antaranya babi hutan, ayam hutan, kerbau, itik, burung, dan segala jenis ikan sungai dan ikan laut kecuali jenis buaya dan ikan besar dengan wajah menyeramkan. Mengenai proses memasaknya pun perlu diperhatikan yaitu apabila saat proses mengerjakan makanan yang dibuat dihinggapi bintang seperti lalat, nyamuk, limpit,tuma, tengu, kutu busuk, kapinjal demikian itu cemar adanya, tidak benar disantap karena telah dianggap kotor. </br>Sama halnya dengan berbagai macam tumbuhan yang tumbuh di bumi bahwa tidak semua tumbuh-tumbuhan yang berdaun hijau dapat dikonsumi untuk mendapatkan asupan vitamin maupun zat yang baik untuk tubuh dari unsur nabati. Demikian pula untuk memperoleh zat untuk tubuh yang berasal dari unsur hewani, apabila mengacu pada dua teks lontar yaitu Nitisastra dan Wrati Sasana bahwa tidak semua jenis binatang dapat dikonsumsi untuk tubuh. Selain makanan yang baik maka lebih lanjut perlu juga memperhatikan kesuciannya sehingga layak dijadikan sadana atau pesembahan untuk tubuh. </br>Makanan yang baik, bersih, dan suci itulah yang hendaknya di sadanakan untuk tubuh, dijadikan persembahan (taur). Kapan taur untuk tubuh itu dilakukan? Itu semua diserahkan pada individu masing-masing. Bumi (jagad besar) dan tubuh (jagad kecil) sama-sama harus dipelihara dan diseimbangkan dengan baik. Bumi adalah ruang untuk hidup bagi seluruh ciptaan-Nya. Semenatara tubuh adalah stana atma untuk yang memberikan kehidupan. (Yesi Candrika BASAbaliWiki)an kehidupan. (Yesi Candrika BASAbaliWiki))
  • Nyoman Butur Suantara  + (Saya melihat api. ManButur Suantara berbagSaya melihat api. ManButur Suantara berbagi pengalaman dan fotografi ritual api Ter-Teran di Desa Jasri, Karangasem Bali pada 21 Maret 2023. Akun lengkap dan rangkaian karya ManButur Suantara dipublikasikan secara online di sawidjistudio.com/2023/03/31 /saya melihat api/</br></br>Ritual ini dikenal dengan Ter-Teran yang diadakan di desa Jasri di Kabupaten Karangasem Bali. Ritual ini diadakan untuk mengusir roh jahat agar hari hening Nyepi dapat berlalu dengan damai, tenang dan penuh berkah...</br>Ter Teran diadakan hanya sekali setiap dua tahun. dan ini spontan tanpa pementasan atau perencanaan. Di desa lain, jenis perang api ini diritualkan sedangkan prosesnya sedikit lebih bebas, di sini di Ter Teran di Jasri. Suasananya benar-benar mistis. Itu bukan sesuatu yang direncanakan atau ditulis. Tidak banyak turis karena ini bukan daya tarik umum. Ada keliaran tentang itu. Itu tidak terlihat seperti demonstrasi yang disiapkan untuk melayani penonton. Energi suci dari ritual ini masih terasa sangat kuat. dari ritual ini masih terasa sangat kuat.)
  • Arya Lawa Manuaba, Ida Bagus  + (Sebuah novel tentang petualangan Made Sanjaya, seorang remaja Bali yang ingin menyelamatkan sahabat dan juga keluarganya dari dendam lama dan sihir hitam. Nominasi 8 besar novel terbaik di UNNES International Novel Writing Contest 2017.)
  • Dewi Dian Reich  + (Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda Serangkaian foto menjelajahi sisi berbeda dan lebih halus dari kayu beringin yang putih. Ketakutan akan waktu terlihat jelas pada belokan dan lipatan pohon suci yang indah ini.</br></br>Catatan botanis...</br>Pohon beringin putih disebut sebagai pohon ‘bunut’ atau beringin, seperti banyak pohon tua serupa di Bali. Namun, pernyataan warga setempat membenarkan bahwa genus pohon tersebut belum dapat dikonfirmasi secara pasti oleh Kementerian Kehutanan atau tim peneliti Universitas mana pun. Keengganan mereka untuk memastikan genus pohon tersebut disebabkan oleh beberapa kekhasan.</br></br>Konon, pohon kayu putih itu tidak berbunga melainkan berbuah (kami menjadi saksi langsung banyaknya buah kayu putih ini). Dikatakan juga bahwa pohon kayu putih itu akan menggugurkan semua daunnya setiap beberapa bulan. Meskipun beringin mungkin menggugurkan daunnya untuk mempertahankan kelembapan, jarang sekali ada pohon yang menggugurkan daunnya secara teratur di iklim lembab. Oleh karena itu, penduduk desa terus menjuluki pohon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.hon ini sebagai Pohon Beringin Kayu Putih.)
  • Dewi Dian Reich  + (Seri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodraSeri Potret Bunga Alam. Dalam ikatan kodrati dan hubungan kompleks kami terhadap wajah sendiri dan wajah orang lain, penjelajahan potret ini berlanjut. Kali ini, beranjak dari individualitas atau pribadi kami secara psikologi, kami menjelajahi identitas sesuatu yang lebih besar daripada diri kami.</br></br>Latihan empati melalui jalan satu-satunya yang kami pahami... melintasi batas manusiawi dan persepsi emosi kami. Sebuah potret alam lewat pengalaman dan usia yang sublim.</br></br>Baca artikel selengkapnya di tautan referensi gambar.l selengkapnya di tautan referensi gambar.)
  • Dewi Dian Reich  + (Sisi sosial dan budaya menjadi bagian pentSisi sosial dan budaya menjadi bagian penting dalam pembahasan terkait isu yang memengaruhi usia dan keaslian tradisi di Bali saat ini. Isu-isu seperti komersialisasi seni dan budaya, serta potensi akibatnya bagi generasi kini dan di masa depan.</br></br>"Kita tidak semestinya bangga atas sedikitnya perubahan, karena perubahan pasti terjadi. Menyangkal perubahan adalah hal yang kurang cerdas. Usaha dan komitmen bersama telah bertahan hingga titik ini serta membawa perubahan dan kemajuan dalam segala sesuatu. Saya kagum pada kenyataan dan bukti yang menyatakan bahwa perubahan akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.an akan terjadi, tetapi pilihan tetap ada.)
  • I Putu Swaryandana Ichi Oka  + (Swasti Prapta adalah garapan tari karya koSwasti Prapta adalah garapan tari karya koreografer Dewa Ayu Eka Putri yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud bersama komposer I Putu Swaryandana Ichi Oka yang berasal dari Banjar Sayan, Ubud, Gianyar.Garapan tari ini diciptakan pada tahun 2018 dan pertama kali dipentaskan pada Festival Cudamani yang diadakan setiap tahun dari tahun 2016.</br></br>Swasti Prapta memiliki makna "selamat datang", garapan tari kreasi baru ini bertujuan untuk menghibur dan mengundang kebaikan dari segala arah. Gerakan-gerakan tari yang sederhana namun bermakna, demikianlah seharusnya penyambutan pada segala kejadian. Rangkaian nada musik yang harmonis dan dinamis, menunjukkan kesigapan dan kesiapan menyambut hal-hal yang baru. Simetri dan asimetri selalu berdampingan, kebaikan tentu tidak hanya berasal dari kebaikan, tetapi bisa jadi lahir dari pembelajaran terhadap pengalaman-pengalaman buruk. Swasti Prapta, selamat datang segala kejadian.ti Prapta, selamat datang segala kejadian.)
  • I Dewa Ketut Alit  + (Tabuh Caru Wara gubahan dari komposer I DeTabuh Caru Wara gubahan dari komposer I Dewa Ketut Alit yang berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Ubud. Dewa Alit lahir dari keluarga seniman di Bali. Sebagai komposer, ia dikenal memiliki pendekatan "avant garde" namun tetap mempertimbangkan nilai-nilai tradisi. Dewa Alit kerap diundang untuk mengajar dan membuat komposisi gamelan Bali di luar negeri, diantaranya: Boston, Massachusetts, New York, Munich, Frankfurt, dan lain-lain. Pada tahun 2007, Dewa Alit mendirikan Gamelan Salukat dan telah melakukan tur ke Amerika pada tahun 2009 dan 2010. Tabuh Caru Wara diciptakan pada tahun 2005 yang memiliki makna mengharmonikan dinamika yang kompleks dari nilai-nilai, gesekan, benturan, konflik, arah yang berlawanan, konsep saling mengisi dan kerumitan yang terkandung dalam perputaran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.taran hari-hari berdasarkan kalendar Bali.)
  • Nyoman Butur Suantara  + (Tari Topeng Wayang Wong di Pura Taman PuleTari Topeng Wayang Wong di Pura Taman Pule. Di saat-saat menjelang upacara.., hening, muram dan terbuka kedoknya.</br>Bab selanjutnya dari Living Maks of Bali: Sacred Wayang Wong Pura Taman Pule. Potret-potret yang diambil ManButur ini merupakan bagian dari rangkaian artikel 'Dancing Memories of Wayang Wong' oleh Sawidji Gallery.ries of Wayang Wong' oleh Sawidji Gallery.)
  • I Wayan Sukra  + (Tarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestrTarian Kebyar Duduk diciptakan oleh maestro tari I Ketut Mario pada tahun 1925, menjadi satu tarian repertoar Bali yang secara teknis paling menantang, gerakannya terinspirasi oleh alam dan menghubungkan penari dengan Bumi. Dijiwai dengan elemen kehalusan, ketepatan dan kekuatan yang luar biasa, tarian ini merupakan cerminan dari jalan kemanusiaan kita sendiri yang mencari keseimbangan antara maskulin / feminin; kekuatan / kelembutan; keberanian / kehati-hatian. Kemampuan penari solo untuk mencocokkan dan mengimbangi bahkan melebihi musik yang kuat dari gamelan lengkap adalah salah satu aspek yang paling menuntut dan mengesankan dari tarian ini. menuntut dan mengesankan dari tarian ini.)
  • Dewi Dian Reich  + (The Living Masks of Bali adalah seri kami The Living Masks of Bali adalah seri kami yang mengeksplorasi dan merayakan topeng tradisional Bali. Kami kembali hari ini dengan melihat dari dekat Topeng Tua, Topeng Tua. Percakapan dengan Penari dan Pembuat Topeng Kadek Sudiasa dari Mas Ubud. Serangkaian potret Topeng Tua. Diiringi perbincangan dengan Kadek Sudiasa yang mengulik hubungan dan kenangannya dengan Topeng Tua. Sebagai penari dan pembuat topeng.ng Tua. Sebagai penari dan pembuat topeng.)
  • Dewi Dian Reich  + (Topeng Dalem. Raja, Topeng dan Tarian. ToTopeng Dalem. Raja, Topeng dan Tarian.</br></br>Topeng Dalem mewakili Raja, Dalem Waturenggon, terkait dengan Zaman Keemasan Kerajaan Gelgel Bali pada abad ke-16. Dia dikenal dalam narasi ini sebagai pengasih, baik hati dan bijaksana. Raja yang penyayang. Itu sebabnya, menurut Kadek Sudiasa, untuk mengukir dan menangkap esensi Topeng Dalem sulit dilakukan. Untuk menangkap ketenangan dan kelembutan Raja ini, dengan apa yang dia gambarkan memiliki kelembutan tertentu di sekitar matanya. Kehalusan dalam karakternya inilah yang membuatnya sulit untuk ditangkap. Ia tidak memiliki ciri-ciri nyata yang terkandung dalam Topeng Keras atau Topeng Tua.andung dalam Topeng Keras atau Topeng Tua.)
  • Kadek Sudiasa  + (Topeng Tuli merupakan bagian dari Topeng BTopeng Tuli merupakan bagian dari Topeng Bondres. Itu dilakukan di masa lalu sebagai hiburan selama upacara dan acara komunitas. Topeng ini dibuat oleh Kadek Sudiasa untuk Pameran 'Dunia Tanpa Suara Antologi' di Galeri Sawidji.</br></br>"Mereka yang tidak bisa mendengar, jangan anggap enteng atau kurang dari mereka.. karena mereka memiliki sesuatu yang ekstra, sesuatu yang istimewa yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Ciptaan Tuhan penuh dengan keseimbangan dan keadilan. Jika mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup mendengar.. mereka memiliki hal lain yang ekstra yang mungkin tidak kita lihat." ~ Kadek Sudiasamungkin tidak kita lihat." ~ Kadek Sudiasa)
  • Desak Ayu Putu Suciati  + (Tujuan studi ini adalah merancang wujud opTujuan studi ini adalah merancang wujud optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19. Studi ini berbentuk deskriptif-kualitatif yang lebih banyak menggunakan dan mengumpulkan informasi dengan cara mendalami setiap fenomena sosial yang terjadi. Pembagian kewenangan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Bali dalam upaya pencegahan pandemi Covid-19 mengalami banyak hambatan. Diperlukan optimalisasi peran pecalang dalam membantu penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat yang diselenggarakan oleh Tim Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19.m Gugus Tugas Pencegahan Pandemi Covid-19.)
  • I Putu Tangkas Adi Hiranmayena  + (“Laku”: perilaku aktif seseorang; arah ya“Laku”: perilaku aktif seseorang; arah yang menunjukkan permintaan. Ini juga menggambarkan aura ketersediaan. Ini adalah karya baru yang disusun sebagai tarian selamat datang yang mewujudkan gagasan perubahan. Gerakan-gerakan simultan mengikuti dan berangkat dari musik tersebut secara bersamaan, namun berbeda dengan tarian tradisional “penyambutan” yang cenderung kompak, dalam Lelaku, gerakan dinamis dan asimetris menjadi hal yang biasa. Ketika popularitas perjalanan menjadi normal, bagaimana perilaku manusia berubah? Bagaimana kita menyambut orang-orang yang mengganggu ruang kita? Apakah umat manusia berubah seiring dengan sumber daya apa yang tersedia? Jawabannya terletak pada penjajaran co-motion.bannya terletak pada penjajaran co-motion.)
  • Nyoman Butur Suantara  + (“Sihir adalah melihat keajaiban dalam seti“Sihir adalah melihat keajaiban dalam setiap hal kecil di alam, melihat betapa indahnya kunang-kunang dan betapa ajaibnya capung.”</br>― Ama H.Vanniarachchy</br>Fotografi karya ManButur Suantara yang mendalami fotografi Makro, khususnya hanya menggunakan cahaya alami di lingkungan alam tanpa pementasan.</br></br>Definisi kamus Fotografi Makro hanya mengambil gambar yang sangat dekat, lebih besar dari ukuran aslinya.</br></br>Fotografi makro adalah tentang menampilkan subjek yang lebih besar daripada aslinya — close-up ekstrim dari sesuatu yang kecil. Serangga full-frame dalam foto lima kali tujuh inci dan bidikan produk cornflake empat inci jauh di atas ukuran sebenarnya: keduanya adalah contoh fotografi makro. - keduanya adalah contoh fotografi makro. -)
  • Putu Weddha Savitri  + (Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan seperti apa representasi multilingualisme di ruang publik di kawasan ini sebagai bagian dari kajian Liguistik Lanskap. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana struktur tulisan dan pola bahasa yang digunakan di ruang publik dalam kawasan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi untuk mengumpulkan data, kemudian data akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian </br>menunjukkan bahwa ada 13 bahasa yang digunakan pada ruang publik terutama pada penanda sarana pariwisata yang ada. Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling dominan, tulisan latin juga digunakan pada hampir semua penanda, dan </br>juga pola bahasa yang menggunakan 2 - 3 bahasa yang berbeda telah menunjukkan kawasan ini bisa dikatakan sebagai kawasan internasional.a dikatakan sebagai kawasan internasional.)
  • I Ketut Suwidja  + ((catatan : generasi) Pada sisi yang buram (catatan : generasi)</br>Pada sisi yang buram dilindung selungkup senja</br>pada sisi wajah nyangkut di pohon tercerabut akar</br>tangan tangan wajah menyusup dihimpit ketiak</br>bukan sapa</br>bukan maksud apa apa</br>tak menangkap gerak, semenjak sisimu</br>hanya secercah langkah dari bingkai penghambat</br>yang melebar tinggi di ini alis dan mata</br>ditambah gerak yang tercerap namun tak terbebas</br>hasrat membahana menyayat pedalaman</br>apa katamu</br>aku tak ngerti</br>keriput ini menjadi jadi</br>kearifan senantiasa punya makna karena</br>harapan bagi yang tiada bila sepi hampa</br>mengibaskan seberkas lamunan</br>pada kenyataan menoreh impian</br>pada khayal membiaskan kecemasan</br>dan bayangan cahaya di air tangguhkan</br>kerinduan ruh terhadap laut yang meluapkan</br>beribu benturan bisa jadi beribu kegemparan</br>dan sekejap itu terjadilah sekujur injakan sembari</br>kedinaan</br>namun apa katamu</br>aku tak ngerti</br>keriput ini menjadi jadi</br></br>-singaraja November 1986-ni menjadi jadi -singaraja November 1986-)
  • AG Pramono  + (AG Pramono Berita Pagi Gilimanuk nyanyAG Pramono </br></br>Berita Pagi Gilimanuk </br></br>nyanyian lautmu pagi hari </br>anak-anak berlarian </br>ke tepi dermaga </br>dan kapal-kapal bermesin tua </br>merapat di dermaga </br>aku baru saja tiba di dermaga Gilimanuk </br></br>sepeda motor, bus dan truk bermuatan berat</br>baru saja turun dari kapal ini</br>O, jalan kecil menuju kepulanganku </br>kubaca berita di harian pagi </br></br>Pintu halaman kepulanganku </br>kutulis saja pada jejaknya </br>dari atas kapal tua ini</br>kulihat penjaja nasi bungkus, penjual kopi pagi dan tukang semir sepatu</br>bersenggolan dengan para penumpang </br>belum sempat aku memotret mereka bersama para awak kapal </br>tali kapal itu begitu kokoh membelit ditiang besi</br>aku baru melangkah di dermaga </br>kapal-kapal bermesin tua</br>pulang pergi </br>menghitung waktu </br>pagi – siang – malam </br></br>dari atas kapal bermesin tua </br>ada ucap yang belum sempat diucapkan, bisikku hari ini </br>aku keburu dikabarkan cerita tentang tanah kelahiranku </br>rumahku, lautku, begitu akrab tampaknya </br>kubiarkan saja </br>terpaan angin dan ombak pagi ini </br>seperti berita di harian pagi</br>yang kutemukan di tepi dermaga </br>: kapal-kapal tua itu mesti diganti, ujar seseorang padaku </br></br>Ah, rupanya</br>berita harian pagi </br>bercerita tentang kapal-kapal bermesin tua </br>dengan segala keluh kesahnya </br>namun tetap saja begitu </br>selalu ramai penumpang</br>menuju ke kampung halamanku </br>aku masih teringat, tentang nyanyian ombak dan gelombang</br></br></br></br></br>rumAh kecil , 2017ombak dan gelombang rumAh kecil , 2017)
  • I Putu Gedé Raka Prama Putra  + (Adakah? (Tudékamatra) Bumi sekarang kalAdakah? </br>(Tudékamatra) </br></br>Bumi sekarang kalau sudah musim pemilu </br></br>Calon-calonya semakin banyak </br></br>Mungkinkah dia ikut- ikutan? </br></br></br>Supaya dapat duduk di atas </br></br>Sana sini teriak -teriak </br></br>Ke sana ke mari tidak kena tepat </br></br>Yang beruntung dapat duduk</br> </br>Hanya bisa tertawa terbahak </br></br>Memang manusia murtad! </br></br>Yang tidak dapat, membuat rusuh </br></br>Supaya tidak rugi keringat </br></br>Memang manusia gila! </br></br></br>Semua berpura- pura pintar </br></br>Tapi sebenarnya pamrih </br></br>Sama tidak suka repotnya </br></br></br>Adakah yang benar-benar perduli. </br></br>Tidak main- main </br></br>Yang pantas dipercaya? </br></br>2009main- main Yang pantas dipercaya? 2009)
  • I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani  + (Adat Bali tumpukan songket lengket pada aAdat Bali</br></br>tumpukan songket</br>lengket pada almari jati</br>bau apek kain endek</br>warna-warni kebaya brokat</br>berjejer rapi menunggu giliran</br>perak berderak emas berkemas</br>menurut undangan</br>ngotonin, metatah, pawiwahan, ngaben</br>adat Bali adalah menghitung kulkul di banjarat Bali adalah menghitung kulkul di banjar)
  • Agung Bawantara  + (Agung Bawantara Di Tengah Kabut Lima kalAgung Bawantara</br>Di Tengah Kabut</br></br></br>Lima kali sudah</br>Pesawat ini berputar-putar </br>Kabut begitu tebal</br>Tujuh bukit kapas </br>Tak menyamainya</br>Landasan buat mendarat </br>Sama sekali tak terlihat</br>Di satu kursi dengan pinggang terikat ketat</br>Aku seketika renik </br>Kebimbangan di kiri</br>Harapan di kanan</br>Dari bingkai jendela kudengar:</br>Hidup adalah perjalanan dari utang ke utang</br>Kau harus berderap </br>saban hari</br>Berputar </br>Bersama Semesta</br>Lunasi setiap janji</br></br>Dua kali lagi</br>Berputar pesawat ini </br>Kabut masih tebal saja</br>Nyatanya sembilan bukit kapas pun tak serupa </br>Landasan untuk mendarat tetap tak terlihat</br>Tapi Sang Kapten telah bersiap </br>Mengunci radar dan menukikkan pesawat</br>Ada celah tersingkap oleh cahaya</br> Jangan tanyakan dari mana cahaya itu </br>Kau sudah tahu. Kau kerap bercumbu</br>Sabuk di pingganggku semakin erat</br>Seperti tangan Ibu yang selalu membuatku jadi bocah</br>Kulirik jendela sebelah</br>Kudengar jua:</br>Hidup hanyalah perjalanan dari piutang ke piutang</br>Berputarlah terus</br>Berputar </br>Bayar tunai piutang sendiri</br>Para penerima adalah malaikat-malaikat zakat</br>Membuatmu mengecil jadi zat</br>Menyatu dengan apa saja</br></br>Ada yang keluar dari badan</br>pesawat yang siap mendarat</br>miring ke kiri </br>miring ke kanan</br>tegak kemudian</br>Pramugari pun meraih pengeras suara:</br> Karena pasti telah senantiasa </br>Dia beri selimut kabut </br>Lebih tebal</br>Dari yang kusyukuri saban hari</br>Harus kuperdalam sujud syukur </br>Agar menebal </br>Selimut kabut yang kusyukuri esok hari</br></br>Karena pasti telah senantiasa </br>Dia beri cahaya</br>Lebih terang</br>Dari yang kusyukuri saban hari</br>Harus kulipatgandakan rasa syukur</br>Agar semakin terang </br>Selimut cahaya yang kusyukuri esok hari</br></br></br>(Bandung-Denpasar PP, Agustus-September 2018)ndung-Denpasar PP, Agustus-September 2018))
  • Thomas Wright  + (Air berperan penting dalam masyarakat BaliAir berperan penting dalam masyarakat Bali. Air tidak hanya biasa dihadirkan dalam ritual Hindu Bali, namun penggunaan dan pengelolaannya juga membawa kemakmuran melalui budidaya padi. Meskipun aspek-aspek air tersebut telah dibahas dalam banyak terbitan akademik dan non-akademik, pemahaman kualitatif tentang hubungan apapun dengan perairan laut masih belum banyak didalami dalam literatur. Makalah ini bertujuan menyajikan ulasan awal mengenai literatur tentang air dan lingkungan laut di Bali, dan mengemukakan perlunya pemahaman sosio-ilmiah kualitatif lebih lanjut tentang hubungan orang Bali zaman sekarang dengan perairan laut. Pembahasan mengenai penelitian yang ada tentang masyarakat-masyarakat yang berorientasi laut dan tentang pembangunan pariwisata yang terus berlangsung di wilayah pesisir Bali dimaksudkan untuk memperkaya penelitian yang sekarang tersedia dalam kajian Bali. Dengan menghadirkan literatur yang membahas konsep Bali tentang lingkungan, air dan lautan, makalah ini berupaya menyoroti manfaat penelitian lanjutan mengenai persepsi tentang lingkungan bagi pembahasan polusi, kelangkaan air dan pengelolaan sumber daya. Meskipun obyek wisata bahari seperti Pura Tanah Lot dan Pura Uluwatu serta beberapa komunitas pantai populer berperan penting dalam industri pariwisata, makalah ini menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya obyekobyek wisata tersebut bagi wisatawan dan orang Bali, serta interpretasi sosial yang berkaitan dengan itu.rpretasi sosial yang berkaitan dengan itu.)
  • Ngakan Made Kasub Sidan  + (Aku Aku bukanlah aku Bukan beliau bertubuAku</br></br>Aku bukanlah aku</br>Bukan beliau bertubuh dia</br>Bukan juga dia bernama engkau</br>Bukan juga engkau memikirkan aku</br>Pula bukan beliau dan aku yang bertangan kaki diriku</br></br>Aku tetaplah aku</br>Yang tak lepas berjalan dari satu jembatan </br>Meskipun bergoyang-goyang</br></br>Aku tetaplah aku</br>Yang menuju tempat yang tunggal</br>Apalagi meninggal sendiri</br>Aku tak berani menjadi-jadikan diriku</br>Meskipun kini telah mendapat ijin</br>Aku telah diperbolehkan menjadi diriku</br>Berbadankan beliau berpikir seperti dia bertelingakan engkau</br>Bernamakan dia bermatakan beliau berkepala sendiri</br>Beliau, dia, engkau, dan aku berbadan diriku</br>:Seperti diriku</br></br>Janganlah aku diubah</br>Biarlah sudah seperti bagaimana terlahir</br>Ijinkanlah bila dikemudian kelahiran nanti pada esok belakangan</br>Aku tetaplah menjadi aku</br>:Biarkanlah sudah!ku tetaplah menjadi aku :Biarkanlah sudah!)
  • Made Edy Arudi  + (Aku Sebatang Pohon Aku sebatang pohon IngAku Sebatang Pohon</br>Aku sebatang pohon </br>Ingin menjaga musim tetap rindang</br>Sambil menunggumu datang bersandar sampai bosan</br>Karena di kulit tubuhku</br>Yang pohon ini</br>Kau pernah melemparkan sepahan kenangan;</br>Peluh</br>Bekas cinta</br>Bahkan sisa rintih</br></br>Tapi tak akan terlihat </br>Alir sungai tangis di mata sedihku</br>Yang mulai retak ini</br>Sebab aku sudah ditakdirkan </br>Dengan akar untuk selalu terpancang diam</br>Menunggu</br>Walau kulitku mengelupas</br>Daunku meranggas</br>Dan dagingku membatu</br>Menahan berabad rindu</br></br>Di usia lapukku</br>Biarlah tetap menjadi pohon saja</br>Menunggumu datang bersandar</br>Sampai bosan.</br>Hingga waktu benar-benar datang</br>Menebang usia.</br></br>(2018) benar-benar datang Menebang usia. (2018))
  • Rosvita Flaviana Osin  + (Area Desa Nyambu dan Baru Marga Kabupaten Area Desa Nyambu dan Baru Marga Kabupaten Tabanan sangatlah potensial untuk dikembangkan. Desa-desa ini memiki karakteristik alam yang menarik, keunikan kehidupan sosial dan budaya. Dalam pembangunannya, sangatlah penting untuk memperhatikan keberadaan generasi milineal yang mana dalam pariwisata terkini didominasi oleh generasi ini serta tumbuh di tengah era digital. Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk menentukan peran generasi milenial dalam membangunan desa wisata. Teknik ini juga digunakan untuk menentukan karakteristik dan motivasi turis yang tergolong generasi milenial dengan menggunakan analisa frekuensi. Studi ini mengambil data dari 100 orang responden yang mewakili karakteristik dan motivasi turis milienial di Bali dan wawancara semi-terstruktur dengan 6 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa grup usia antara 20-25 tahun, dengan jumlah total 75 orang, adalah pasar yang sangat potensial untuk mempromosikan dan mengenalkan desa wisata Nyambu dan Baru Marga. Jumlah tertinggi dari tipe turis milineal ini adalah mereka yang berprofesi sebagai murid, sebanyak 46%. Mayoritas dari turis milenial ini adalah berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 54%. Motivasi adalah faktor yang paling menentukan bagi turis milenial untuk melakukan perjalanan wisata. Dari total 100 responden, 76% menyatakan alasan utama mengunjungi Desa Wisata Nyambu dan Baru Marga Tabanan adalah karena keindahan alamnya.a Tabanan adalah karena keindahan alamnya.)
  • Helen Creese  + (Artikel ini membahas berbagai strategi yanArtikel ini membahas berbagai strategi yang diterapkan oleh janda (karena meninggal dunia ataupun bercerai) dalam menghadapi batasan-batasan kultural dan stigma sosial pada era Bali kontemporer. Di lingkungan patriarki Bali, perempuan kurang diuntungkan dalam hal akses terhadap pekerjaan dan umumnya menerima pendapatan yang lebih rendah dari laki-laki. Ketika sebuah pernikahan berakhir, seorang janda tidak hanya kehilangan pasangannya namun juga sumber pendapatan penting bagi keluarganya. Janda mungkin juga harus menerima beban tambahan dari menyokong kehidupannya sendiri dan keluarganya, yang artinya menjadi lebih rentah secara ekonomi. Selain itu, janda juga sering dianggap mudah untuk diajak berhubungan seksual, dapat menjadi target hasrat seksual laki-laki, akibatnya menjadi sumber gosip. Sistem pemerintahan dualisme, desa – nasional,di Bali turut menambah kerumitan proses perceraian dan pernikahan kembali di masyarakat patriarkal Bali. Untuk memahami bagaimana janda di Bali menghadapi tekanan sosial dan budaya ini, artikel ini fokus pada membandingkan sejarah hidup 3 orang janda. Menerapkan konsep modal ekonomi, budaya, sosial dan simbolisme oleh Pierre Bourdieu, analisis penelitian ini menunjukkan bahwa akses terhadap berbagai bentuk modal diatas berperan penting dalam kelangsungan hidup para janda di Bali. Dengan sumber ekonomi yang memadai, seorang janda tidak hanya dapat menunjukkan independensi dan kemampuan untuk menghidupi keturunannya, namun juga berbagai kewajiban sosial dan keagamaan lainnya. Dengan begitu, mereka tetap dapat diterima dan dihormati oleh komunitasnya. Temuan ini juga berkontribusi dalam memberikan gambaran yang lebih luas dan kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.)
  • I Nyoman Darma Putra  + (Artikel ini membahas berbagai strategi yanArtikel ini membahas berbagai strategi yang diterapkan oleh janda (karena meninggal dunia ataupun bercerai) dalam menghadapi batasan-batasan kultural dan stigma sosial pada era Bali kontemporer. Di lingkungan patriarki Bali, perempuan kurang diuntungkan dalam hal akses terhadap pekerjaan dan umumnya menerima pendapatan yang lebih rendah dari laki-laki. Ketika sebuah pernikahan berakhir, seorang janda tidak hanya kehilangan pasangannya namun juga sumber pendapatan penting bagi keluarganya. Janda mungkin juga harus menerima beban tambahan dari menyokong kehidupannya sendiri dan keluarganya, yang artinya menjadi lebih rentah secara ekonomi. Selain itu, janda juga sering dianggap mudah untuk diajak berhubungan seksual, dapat menjadi target hasrat seksual laki-laki, akibatnya menjadi sumber gosip. Sistem pemerintahan dualisme, desa – nasional,di Bali turut menambah kerumitan proses perceraian dan pernikahan kembali di masyarakat patriarkal Bali. Untuk memahami bagaimana janda di Bali menghadapi tekanan sosial dan budaya ini, artikel ini fokus pada membandingkan sejarah hidup 3 orang janda. Menerapkan konsep modal ekonomi, budaya, sosial dan simbolisme oleh Pierre Bourdieu, analisis penelitian ini menunjukkan bahwa akses terhadap berbagai bentuk modal diatas berperan penting dalam kelangsungan hidup para janda di Bali. Dengan sumber ekonomi yang memadai, seorang janda tidak hanya dapat menunjukkan independensi dan kemampuan untuk menghidupi keturunannya, namun juga berbagai kewajiban sosial dan keagamaan lainnya. Dengan begitu, mereka tetap dapat diterima dan dihormati oleh komunitasnya. Temuan ini juga berkontribusi dalam memberikan gambaran yang lebih luas dan kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.kompleks mengenai kehidupan janda di Bali.)
  • Aryadimas Ngurah Hendratno  + (Aryadimas Ngurah Hendratno Menjelma Mata Aryadimas Ngurah Hendratno</br></br>Menjelma Mata Air</br></br></br>aku pernah menjelma mata air</br>aliranku kasar, menuju ngarai berakhir di kekeringan</br>jalurku berkelok menapak, mengisi lubang kosong</br>menanjak di antara nadi, bersekutu dengan darah</br>denyut jantung adalah tanda untuk pergi </br>berhenti mengolah emosi karena wujudku </br>adalah detak jantung yang tak berhenti</br></br>aku tak pernah lelah mewujud mata air</br>di selepas malam adalah waktu mengairi</br>dari keberadaannya di tempat tertinggi</br>dan kamu, selalu menjadi gumpalan</br>lemak ataukah batu, memilin jalan mencipta pusaran</br>sejenak itu perhentian yang mengikat</br>iba dan ketakutan, gelisah dan rasa bersalah</br>arus yang menarikku pulang</br></br>kembali aku mewujud mata air</br>setelah satu musim kering</br>timbaku adalah keyakinan</br>tali pengikatnya adalah jumlah kesadaran</br>penuhi dan tariklah untuk teman perjalanan</br>tetesan yang terjatuh adalah kebijaksanaan</br>kembali dan pungutlah bulir-bulir di persimpangan</br>hanya di situ kehendak mencipta </br>dan air berubah jadi mutiara</br></br>aku berusaha mewujud mata air</br>kosongkan dan dimulai kembali</br>perjalanan di antara nadi, darah dan rasa bersalah</br>lintasi kembali kelokan magis</br>temukanlah persimpangan tempat rasa terbuang</br>gumpalkan dalam renungan</br>pencapaian adalah emosi yang berulang</br>ketika kembali, kumpulkan yang hilang</br>sebab yang ada berarti tiada, </br>yang tidak ada adalah kunci segalanyada, yang tidak ada adalah kunci segalanya)
  • Pande Putu Widya Okta Pratama, S.Kom  + (BTW Edutech adalah sebuah perusahaan edukasi digital yang mempunyai misi besar membantu siswa untuk lolos seleksi masuk perguruan tinggi kedinasan, perguruan tinggi negeri, CPNS dan TNI atau POLRI.)
  • Alexander R. Cuthbert  + (Bali adalah destinasi pariwisata global daBali adalah destinasi pariwisata global dan telah ditambahkan predikat kepadanya sebagai ‘surga’ semenjak satu abad terakhir. Namun kini tampak nyata bagi para pengunjung berbagai permasalahan serius bermunculan baik pada seluruh aspek ekonomi lokal maupun lingkungan hidup. Ketidaksinkronan pembangunan sebagai yang paling disalahkan. Adanya kegagalan untuk memunculkan arsitektur Bali baru yang sejalan dengan integritas aslinya, urbanis Bali kini terjebak dalam simpul Gordian dimana arsitektur tradisional yang utuh tetap ada, namun arsitektur baru tidak muncul. Bagaimana cara mengurai simpul itu, disitulah letak pertanyaannya. Arsitektur menderita diskontinuitas besar ketika bangunan tradisional menjadi terbengkalai ketika terjadi urbanisasi yang progresif. Masalahnya tetap tidak terselesaikan. Makalah berikut merupakan upaya awal untuk mengekspos isu-isu kunci dan menyarankan metode untuk bergerak maju. Namun momentum baru menuntut filosofi baru dalam ranah teori urban, fondasi dari semua aktivitas profesional karena tidak ada kemajuan signifikan yang dapat terjadi tanpanya. Oleh karena itu, perhatian saya diarahkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana transisi dapat dilakukan dari arsitektur tradisional Bali yang muncul dari dinamika feodalisme, menuju penerjemahan dan akomodasi sadarnya dalam pasca-modernitas, kapitalisme informasi, dan globalisasi? Sementara masalah perlu ditangani di beberapa tingkatan – pendidikan, kebijakan, strategi dan penegakan, saya menyarankan dalam kesimpulan bahwa ini harus dibingkai dalam prinsip-prinsip umum yang berasal dari transformasi vernakular, budaya regionalisme Bali yang kritis, dan adaptasi leksikon urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.n urbanis baru ke dalam lingkungan tropis.)
  • NDM Santi Diwyarthi  + (Bali, termasuk museum, terlibat dalam induBali, termasuk museum, terlibat dalam industri pariwisata era milenial 4.0. Pengelolaan museum tidak lagi bisa bersifat inklusif tanpa analisis dan penerapan yang borderless dan out of the box. Museum merupakan salah satu sarana berkomunikasi di tengah masyarakat milenial dewasa ini yang harus dikaji manfaatnya dalam industri pariwisata. Metode penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif, menggunakan instrumen penelitian berupa angket, wawancara, studi dokumentasi, dengan populasi pengunjung museum di Bali. Hasil penelitian memperlihatkan tamu yang mengunjungi museum sebagian besar adalah orang yang sudah mempelajari informasi terkait museum terlebih dahulu, yakni 52 persen, 52 persen akan menuliskan kisah perjalanannya mengunjungi museum, 80persen akan mempromosikan keberadaan museum melalui media internet, 92 persen mengenal sejarah museum yang akan dikunjungi dan pendirinya, 60 persen akan mempromosikan kembali pada orang lain. 40 persen akan kembali mengunjungi museum yang sama.akan kembali mengunjungi museum yang sama.)
  • Mary S. Zurbuchen  + (Bali: 50 Years of Changes: A Conversation Bali: 50 Years of Changes: A Conversation with Jean Couteau, Eric Buvelot dan Jean Couteau telah menghasilkan gambaran yang rumit, menyapu, dan kontroversial tentang kesadaran, pola sosial, dan kehidupan keagamaan Bali, serta posisi Bali dalam kerangka nasional Indonesia. Tidak diragukan lagi, ini adalah upaya paling ambisius untuk menyajikan pemandangan pulau yang holistik sejak Fred Eiseman, Jr.'s Bali: Sekala and Niskala (1990), atau Adrian Vickers' Bali: A Paradise Created (1989). Namun karya ini bukanlah narasi sejarah, atau puncak dari penelitian komprehensif bertahun-tahun tentang topik tertentu. Alih-alih, kami menemukan serangkaian transkrip percakapan antara dua ekspatriat: Buvelot, seorang jurnalis yang tinggal di pulau itu sejak 1995, dan Couteau, seorang penulis, pengamat sosial, dan komentator terkenal yang terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.g terlibat erat dengan Bali sejak 1970-an.)
  • I Wayan Suardika  + (Bapak I wayan suardika dalam proses kreatiBapak I wayan suardika dalam proses kreatif menciptakan karya- karya sastra bali purwa telah melahirkan 5 karya sastra yang sangat penting bagi peradaban batin bali yaitu geguritan ki patih ganjira, geguritan jangkang plilit, geguritan I taru titiran, geguritan Ramayana, geguritan gema shanti dan babd tari sacral.</br></br>Karya sastra satra bali purwa I wayan suardika yang paling terkenal dikalangan masyarakat adalah geguritan ki patih ganjira, geguritan ini menceritakan Seorang laki-laki dari desa kilayu giri yang masih ,dan tampan.yang ingin melaksanakan Brahmacari asrama di pesraman giri wana kulantir.suatu hari ia berpamitan kepada orang tuanya jika akan pergi ke pesraman untuk mencari ilmu,kemudian ia diberikan ijin untuk melakukan Brahmacari asrama. Keesokan harinya Ki Patih ganjira memulai perjalanan menuju pesraman dan orang tua Ki Patih Ganjira sangat sedih karena akan di tinggal oleh anaknya. Singkat cerita ada raja bernama Patih Agung, Patih Agung ini memiliki anak perempuan yang bernama Wangkas Putri. Disitu bertanya kepada Ki Patih Ganjira, lalu ia menjawab "saya akan ke pesraman untuk melaksanakan Brahmacari asrama" lalu Patih Agung berkata " wahai anak muda seumuran anda sudah memiliki pemikiran untuk masa depan mu" lalu Wangkas Putri ingin ikut Ki Patih Ganjira melakukan brahmacari asrama. Lalu keesok harinya Meraka melakukan perjalanan menuju ke pesraman tersebut, tiba-tiba kaki Wangkas Putri di gigit ular lalu Ki Patih Ganjira meminta pertolongan kepada masyarakat disana. Di obatilah kaki Wangkas Putri, setelah di obati kaki Wangkas Putri. Lalu Kipatih Ganjira bertanya kepada masyarakat disana, dimanakah letak pesraman gira wana kulantir. "Apakah masih jauh dari sini" lalu masyarakat tersebut menjawab "ini lah tempat persamaan kulantir yang km cari, kebetulan sayang adalah murid dari persamaan tersebut" di antarkanlah Ki Patih Ganjira bertemu guru yang ada di sana. Singkat cerita sudah empat tahun Ki Patih Ganjira mencari ilmu disana dan usai sudah pencarian ilmu disana. Sebelum kembali pulang Wangkas Putri bertanya kepada Ki Patih Ganjira "apakah kamu sudah mempunyai wanita atau ada wanita yang km sukai di pesraman ini." Lalu Ki Patih Ganjira menjawab " ada, wanita itu adalah km" mereka berdua menjalin hubungan, keesok harinya Meraka pamit dari persamaan itu untuk balik pulang. Di tengah perjalanan mereka menyebrang lautan dan pada saat itu ombak laut sangat besar, Wangkas Putri terseret ombak. Lalu Ki Patih ganjira mencari Wangkas Putri di tengah laut dan tidak di temukan juga, Wangkas Putri di temukan oleh seorang raja. Setelah Wangkas Putri sadar Wangkas Putri mencari Ki Patih Ganjira di tepi laut, lalu Ki Patih Ganjira di temukan dengan keadaan lusuh. Setelah itu mereka berdua kembali pulang, singkat cerita Wangkas Putri dan Kipatih Ganjira pun menikah ada salah satu keluarga Ki Patih Ganjira yqng tidak suka karena ia menikah dengan putri raja. Lalu keluarga Ki Patih Ganjira itu berinisiatif untuk membuat hidup mereka sengsara, keluarlah ide licik dari keluarga Ki Patih Ganjira dengan memberikan guna-guna kepada Wangkas Putri dan menyebabkan wangkas putri meninggal. Singkat cerita setelah Wangkas Putri meninggal akhirnya Ki Patih Ganjira di angkat sebagai raja di kerajaan watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri. watu Medang mengganti ayah Wangkas Putri.)
  • Caesilia Nina Yanuariani  + (Bawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadiBawa imaji ke dalam lubuk batinmu, menjadikan</br>gelap menjadi terang. Ibarat cahaya api di matamu</br>yang liar, Ketakutan menjadi sublim</br></br>kemudian pagi membujuk siang, menggoda malam.</br>Pada satu panggung ketemukan pemeran utama yang</br>gagu, musik mengalun di silau lampu. Berhamburan</br>kupu dan laron-laron</br></br>Terkadang kita tidak mampu menepis, begitu banyak</br>cemooh mengharu-biru memasuki ruang pribadimu.</br>ibarat seekor monyat tua mencabik-cabik kebun</br>mencari dedaunan, karena ia lapar. Seperti perempuan</br>yang gelisah tak menemukan sebuah payung di tengah</br>hujan</br></br>Kuletakkan dua puluh batang bunga sedap malam dalam</br>Jambangan. Berharap menjelang malam keharuman berkeliling</br>di setiap ruang. Membawa pergi seribu bayangan kelam.</br>Kecemasan adalah bingkai retak yang menjamah di dalam</br>rumah. Hari ini anak-anak mulai sekolah.</br></br>Aku selesaikan adonan dalam loyang, berwarna kuning</br>dan coklat seperti kuda zebra. Membiarkan aroma roti</br>menjelajah ke rumah tetangga, ke segenap penjuru dermaga.</br>Di bawah tangga di rumahku, aku melihat seekor kucing</br>seekor tikus, seekor anjing bercengkerama dalam senda</br>gurau yang riang.</br></br>(Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)g riang. (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016))
  • I Nengah Jati  + (Beliau mempunyai salah satu karya sastra kBeliau mempunyai salah satu karya sastra kidung yang berjudul tungtung urip, tungtung urip sendiri menceritakan bagaimana situasi dan kondisi dari pandemic covid-19, bagaimana kondisi masyarakat dalam menghadapi virus harus selalu tetap berfikir positif dan selalu mematuhi protokol kesehatan.if dan selalu mematuhi protokol kesehatan.)
  • Richard Fox  + (Bentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotoBentuk-bentuk organisasi sosial Bali, gotong royong dan solidaritas perlahan semakin bertransformasi – dan seringkali tergantikan – oleh institusi sosial baru serta ideal, keinginan, dan kesenangan yang menyertainya. Kemunculan keluarga inti, sebagai sebuah cita-cita dan institusi sosial baru, adalah salah satu satu perkembangan yang lebih penting dalam hubungan ini. Esai ini mengkaji konsepsi persaingan keluarga, dan ekonomi keluarga, yang mendasari perdebatan yang terjadi di lingkungan Bali selatan terkait pemberian bantuan di lingkungan banjar selama berlangsungnya odalan tiap enam bulan sekali. Analisis dalam esai ini memberikan wawasan mengenai bagaimana transformasi sosial dan budaya dipahami dan dialami pada tataran kehidupan sehari-hari.ialami pada tataran kehidupan sehari-hari.)
  • Komang Pramana  + (Bermain cuk cuk dar - Permainan anak jamanBermain cuk cuk dar - Permainan anak jaman dulu, sering di maninkan anak anak daerah timur. Cuk cuk dar adalah bambu muda ato disebut bambu buluh, yang amunisinya adalah air. Dan biasanya di pakai permainan perang perangan, dan dapat dimainkan berdua atau lebih.an, dan dapat dimainkan berdua atau lebih.)
  • Made Edy Arudi  + (Bukan Tubuhmu Bukan.. sama sekali bukan tBukan Tubuhmu</br></br>Bukan.. sama sekali bukan tubuhmu</br>Ia kan membusuk</br></br></br>Tapi matahari menyala di dadamu</br>Sebab aku numadi tubuh rembulan </br>Perlu sedikit cahaya</br>Karena kutuklah mesti berjalan</br>sepanjang malam keterasingan</br>Sahabat hanya gelap </br>Bintang menjauh</br>Sempurnakan kefanaan.</br></br></br>Bukan... sama sekali bukan tubuhmu</br>Ia kan menua</br>Keriput - menjadi tanah</br></br></br>Tapi deru ombak di dadamu</br>Sebab nelayan yang melaut di tubuhku sering kehilangan angin</br>Perahu tertancap di lintasan itu saja</br>Dan aku akan mati meratapi kesepian</br></br></br>Sungguh bukan tubuhmu</br>Tapi subuh di dadamu</br>Sebab kupu-kupu bersayap pelangi sepertiku</br>Suka berteduh di pepohonan berdaun fajar</br>Dan setiap helai daun jatuh membelai rambut,</br>Menenangkan raung satwa yang berumah di tubuhku</br></br></br>Sungguh bukan tubuhmu</br>Maka dijiwamu yang bergetar</br>Aku akan lepaskan ketakutan</br>Sebelum akhirnya waktu benar-benar menjauhkanmu dari jangkauanku</br>Dan kita tidak bisa berpeluk</br>Meski kedua tangan ini masih bisa kurentangkan.</br></br>(2018)angan ini masih bisa kurentangkan. (2018))
  • Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si.  + (Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah perjalanan Ida Dalem Kresna Kepakisan, yang bertahta di kerajaan Samplangan Gianyar. Keberadaan beliau di Samplangan adalah berkat anugerah raja Majapahit yang menitahkan para patih andalan serta para arya Majapahit, termasuk Arya Kapakisan dari keturunan Kadiri, agar berkenan mendampingi serta menjaga secara maksimal dan penuh setia keberadaan Ida Dalem Kresna Kapakisan di Bali. Cerita Uwug Kengetan yang sarat akan nilai sejarah religius ini, digubah menjadi puisi Bali Purwa berbentuk geguritan. Disuguhkan dalam bentuk dwi aksara (Bali dan Latin), dilengkapi sejumlah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.ah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.)
  • Chandra Yowani  + (Chandra Yowani Aku adalah Perempuan AkuChandra Yowani</br></br>Aku adalah Perempuan</br></br></br>Aku adalah perempuan</br>yang susuri pesisir moyangku dalam diam</br>berusaha pahami kelahiran demi kelahiran </br>di tiap semesta pada tiap masa</br></br>Aku adalah perempuan yang suatu kali </br>mungkin pernah menghangatkan ranjangmu dan </br>puaskan kelelakianmu,</br>catatkan percintaan pada ingatan jiwa </br>hingga kau buru di tiap reinkarnasi</br></br>Aku adalah perempuan yang membasuh luka sendiri,</br>perihnya tegakkan langkahku</br>tak perlu kau tanya air mata mana yang terderas, </br>telah kusurutkan sumbernya</br></br>Aku adalah perempuan yang kakinya telanjang </br>menapaki dahaga siang, juga lenguhan malam</br>tak hendak kupinjam sepatu siapa pun</br>aku ingin setiap molekul indra ku mengingat sensasinya</br>karena ini petualanganku sendiri</br></br>Aku adalah perempuan yang pernah tersesat </br>hingga terperangkap dalam labirin keakuan angkuhku, </br>ruang gelap batinku</br></br>Hingga kusadari,</br>aku hanyalah perempuan yang terbelit kumparan karma</br>tualangku aliri rekaman cinta semesta</br>hidup ini sejatinya tentang kesadaran </br>dan keberserahan pada Dia </br>yang bersemayam dalam diri sejati</br> </br></br>Juni 2020</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Perempuan Berkebaya</br></br></br>Saat diam-diam langit meminang rembulan,</br>Perempuan berkebaya, </br>arah manakah tatapnya berkelana?</br>Susuri lorong waktu dan ruang tak bertepi</br> Tak lelahkah?</br></br>Kerling mentari bersaksi, semesta mencatat,</br>Perempuan tak hanya tentang sumur, dapur, dan kasur</br>Perempuanlah pembawa rahim semesta. </br>Sejarah berganti oleh gemulai lekuk tubuh perempuan.</br></br>Perempuan berkebaya,</br>dipangkunya tangis kanak-kanak dalam buaian,</br>cerita tiap jiwa tak pernah sama,</br>maka kenalilah perjalanan, </br>gumamnya sembari mengurai kusut perjalanannya sendiri</br></br>Perempuan berkebaya,</br>disemainya cinta di ladang-ladang kosong para pengembara</br>dilagukannya nyanyian semesta "Bapaku cahaya, Ibuku bumi"</br>duhai, hati yang mabuk gairah duniawi, </br>masihkah ragu akan Kasih Sejati?</br>Perempuan berkebaya,</br>dibiarkannya para lelaki mengangkangi tubuhnya </br>tapi tidak pola pikirnya</br>direlakannya badannya dijamah kerakusan birahi </br>tapi tidak hati dan jiwanya</br>karena tubuh ini hanya sementara, </br>badan ini hanya pinjaman, katanya</br></br>Perempuan berkebaya, </br>berceritalah arah manakah deru langkah itu menuju?</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Senja di Dermaga</br></br></br>langit selalu memukau</br>bila bercerita tentang waktu</br>kelana yang lampau</br>tak pernah sengaja membuatku tergugu bisu</br></br>senja selalu jatuh dengan kesetiaan</br>pada batas cakrawala</br>memulas langit dalam kecintaan </br>dan birahi yang sama</br></br>entah mengapa,</br>dermaga seringkali</br>membawakan senja</br>untukku lebih dalam mengenal-Mu</br>membawaku kembali</br>pada ruang-ruang hati yang merindu</br>tak terkendali pada-Mu</br>tapi,</br>sering kuabaikan atas nama cinta</br>yang justru tak pernah kukenali maknanya</br></br>menatap senja di dermaga,</br>bersama siapa pun kubersisian, </br>walau dalam luka terperih,</br>aku pasti tersihir nyanyian ombak,</br>tenggelam dalam pusaran kesadaran,</br>betapa aku sering lalai,</br>sesungguhnya cinta-Mu tak pernah usai,</br>betapa telah Kau hadirkan Mahaguru yang </br>selalu menuntunku dengan kesabaran </br>dan kasih</br>tak terhingga</br></br>karena Engkau, menungguku untuk pulang </br>dalam damai</br>Tuhan, biarlah jiwaku hanya berlabuh di</br>dermaga cinta-Mu</br> </br></br>Jimbaran, 1 December 2019 cinta-Mu Jimbaran, 1 December 2019)
  • Ida Ayu Oka Rusmini  + (DI DEPAN MEJA RIAS sebatang lipstik mendeDI DEPAN MEJA RIAS</br></br>sebatang lipstik mendekat. Aromanya liar.</br></br>dengan pandai dilumatnya bibirku.</br></br>dia meneteskan:</br></br>arak, kekentalan susu, dan aroma asin aku melihat topeng menari-nari lewat mataku (seorang laki-laki mendekat) Kau perlukan segenggam bedak.</br></br>kurebut kucairkan di wajahku aku mulai mengurai butir-butir itu menutupi lubang pori-pori wajahnya.</br></br>Pori-pori itu diam, menikmati kehangatannya Sebatang pensil alis mengangkat dirinya tinggi-tinggi.</br></br>Dia pandai memainkan huruf-huruf di atas mataku dia mulai melukis dan membuat huruf baru katanya: huruf ini hanya milik perempuan (seorang laki-laki mendekat) dia kagumi keliaran warna-warna yang melekat.</br></br>aku mulai menggeliat, agak panas.</br></br>benda-benda itu terus menahanku.</br></br>aku berloncatan, mengurai diriku.</br></br>hati-hati kubakar wajahku.</br></br>(laki-laki itu menjauh)</br></br>Denpasar, Januari 1997-laki itu menjauh) Denpasar, Januari 1997)