UPGRADE IN PROCESS - PLEASE COME BACK AT THE END OF MAY

Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Place information text id" with value "Sentana Ida Dukuh Segening - Ngaben di Pantai Batumulapan Kauh, Nusa Penida 12 agustus 2016". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Serangan  + (Pulau Serangan merupakan wilayah pesisir yPulau Serangan merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kelurahan Serangan Kecamatan Denpasar Selatan, dan berdekatan dengan kawasan wisata Sanur dan Nusa Dua. Pulau Serangan secara geografis terletak di Kelurahan Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Propinsi Bali.sar Selatan, Kota Denpasar, Propinsi Bali.)
  • Pura Beji Sangsit  + (Pura Beji terletak di Desa Sangsit, KecamaPura Beji terletak di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan dengan jarak Sekitar 8 Km dari kota Singaraja ke arah timur. Objek ini sudah menjadi salah satu objek wisata budaya untuk kawasan Buleleng Timur dan dapat dicapai dengan kendaraan bermotor yang memakan waktu sekitar 10 menit dari kota Singaraja. Pura Beji memiliki areal seluas 2500 M² dengan perhitungan 100 M panjang dan 25 M lebar.Lokasi pura ini datar dan tidak jauh dari pantai dan lingkungan sekitarnya berupa persawahan sehingga menambah keindahan dan kesejukan objek ini.Bangunan Pura Beji dengan arsitektur khas Buleleng menghadap ke barat.</br></br>Secara historis memang agak sulit ditentukan kapan Pura Beji mulai dikenal dan dimulai dibangun, mengingat peninggalan sejarah baik berupa benda-benda purbakala maupun keterangan tertulis (prasasti) tidak ada. Tetapi setelah ditelusuri sesuai dengan nama dan keadaannya, maka “Beji” sama artinya dengan “permandian” atau sumur yang merupakan sumber kesuburan. Kenyataan di areal sebelah timur Pura Beji sendiri terdapat bekas sumber mata air yang dahulu pernah berfungsi sebagai kolam.Rupanya para petani yang sangat memerlukan air untuk pengairan persawahan sangat memuliakan sumber mata air, yang kemudian mengatur pengairan melalui subak.Subak merupakan organisasi pengairan yang sudah dikenal sejak zaman pemerintahan marakata pada tahun 1074 Masehi atau abad ke-11.</br></br>Untuk itu didirikan Pura Subak Beji. Sebutan Pura Subak Beji inilah yang dikenal oleh masyarakat luas sampai sekarang. Pencerminan lambang kesuburannya dapat dilihat pada salah satu bangunan pada Pura Beji, yakni di Gedong Simpen di atas atap terdapat patung wanita Dwi Sri, yang dikenal sebagai lambang kesuburan. Dengan demikian Pura Beji yang dikenal sekarang ini, tidak lain adalah merupakan perkembangan lebih lanjut dari Pura Subak ( Pura Ulun Suwi/Pura Bedugul) yang ada di Desa Sangsit, dan telah beberapa kali mengalami perbaikan sejak dibangunnya yang diperkirakan pada abad XV.ibangunnya yang diperkirakan pada abad XV.)
  • Pura Campuhan Windhu Segara  + (Pura Campuhan Windhu Segara terletak di piPura Campuhan Windhu Segara terletak di pinggir pantai, karena campuhan sendiri berarti juga campuran dan dalam hal ini adalah campuran atau pertemuan antara air laut dan sungai. Pura Campuhan Windhu Segara tergolong cukup baru, pura ini berawal dari kisah dari seorang pemangku yang bernama Jro Mangku Gede Alit Adnyana. Pura Campuhan Windhu Segara berdiri pada 7 Juli 2005 oleh Mahaguru Altreya Narayana sekaligus sebagai pengawit, dan diresmikan tanggal 9 September 2016 oleh Gubernur Bali I Made Mangku Pastika dan diketahui juga oleh Ida Dalem Semaraputra sebagai wakil dari Puri Klungkung.</br></br>Ada beberapa sarana yang diperlukan saat anda ingin bersembahyang dan melukat di Pura Campuhan Windhu Segara, pertama adalah banten pejati, minimal satu buah pejati di tempat penglukatan Ida Bhatara Wisnu dan satu buah bungkak (kelapa gading), kalau bawa banten pejati lebih (setidaknya canangsari) untuk di tempat melukat berikutnya yaitu di Pura Beji dan penataran utama pura.</br></br>Untuk mengakses tempat ini juga cukup mudah, dari perempatan by pass Ngurah Rai Sanur – Waribang, anda menuju jalan pantai Padang Galak (bekas Taman Bali Festival), sampai di ujung jalan maka ketemu pantai Padang Galak Sanur, yang masih merupakan wilayah desa Kesiman, Denpasar Timur, dari pantai inilah belok kiri sekitar 300 meter anda akan tiba di lokasi. Di kawasan ini setidaknya ada 3 buah komplek pura, yang pertama adalah pura Pura Segara Taman Ayung, Pura Campuhan Windhu Segara dan Pelinggih Ratu Niang di sebelah Barat.dan Pelinggih Ratu Niang di sebelah Barat.)
  • Pura Dalem Pangembak  + (Pura Dalem Pengembak berlokasi di Jalan PePura Dalem Pengembak berlokasi di Jalan Pengembak, Pantai Mertasari, Sanur, tetapi lebih mudah diakses dari Jalan Bypass I Gusti Ngurah Rai. Selain sebagai tempat melukat dan penyembuhan non medis, tempat ini juga diyakini sebagai tempat untuk memohon kelancaran bisnis.ai tempat untuk memohon kelancaran bisnis.)
  • Pura Agung Manik Batu  + (Pura Manik Batu terletak di kawasan Subak Pura Manik Batu terletak di kawasan Subak Kerdung, Pedungan, Denpasar. Pura Manik Batu ini termasuk dalam kategori pura swagina atau pura fungsional tepatnya sebagai pura subak sebagai tempat pemujaan kepada Dewi Sri. Walaupun demikian, pura ini bisa juga dikategorikan sebagai pura umum karena terdapat beberapa manifestasi Tuhan yang turut dipuja di pura ini seperti Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) beserta Sakti-nya (Dewi Sarasvati, Dewi Sri, Dewi Uma/ Durga ), Pesimpangan Ratu Gede Dalem Nusa dan Dewi Kwan Im.gan Ratu Gede Dalem Nusa dan Dewi Kwan Im.)
  • Pura Rambut Siwi  + (Pura Rambut Siwi terletak di kabupaten JemPura Rambut Siwi terletak di kabupaten Jembrana, sebelah timur desa Yeh Embang, kecamatan Mendoyo. Jaraknya sekitar 10 km dari Negara. Nama Rambut Siwi mengandung peninggalan yang merupakan kunci rambut bijak (rambut) yang dihormati (siwi). Pura Rambut Siwi adalah salah satu pura Dang Kahyangan jagat yang terletak di Kabupaten Jembrana. Di kawasan Pura Rambut Siwi setidaknya anda bertemu dengan 8 buah pura termasuk pura Pesanggrahan dan juga pura yang berada di bawah tebing tepi pantai, tempat pertama persembahyangan adalah pura Pesanggrahan kemudian Pura Taman, Penataran, Goa Tirta, Melanting, Pura Gading Wani, pura Ratu Gede Dalem Ped dan tempat terakhir persembahyangan adalah di kawasan pura Luhur yaitu Pura Rambut Siwi.kawasan pura Luhur yaitu Pura Rambut Siwi.)
  • Pura Tegal Suci Pagenian  + (Pura Tegal Suci Pagenian, Stana Hyang MahePura Tegal Suci Pagenian, Stana Hyang Maheswara: </br>NAPAS, PARU-PARU, DAPUR API SUCI DI BESAKIH</br>“… RING Usabha Badrawada, pyosan ring Batang Angsoka, céléng pajuwit 1, kebo bulén 1….” demikian, antara lain, secara jelas disuratkan dalam lembar 24a naskah rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung, koleksi I Dewa Wayan Pucangan dari Jero Kangin Sidemen, Karangasem. Rontal dengan judul dan isi sama juga ditemukan dalam koleksi Gedong Kirtya, Singaraja, bernomor 1341, serta rontal koleksi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali nomor 958. </br></br>Kutipan isi rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung pada awal tulisan ini kurang lebih berarti: “… Pada bulan Purnama Badrawada [sasih Karo, sekitar bulan Agustus] dipersembahkan upacara usaba, sebagai pemujaan ke hadapan Bhatara yang berstana di Batang Angsoka, berupa babi pajuwit 1 ekor, kerbau berbulu putih 1 ekor….”. </br>Rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung secara keseluruhan berisi perihal ketentuan dan kewajiban-kewajiban yang mesti dilaksanakan di Pura Besakih, di lambung Giri Tolangkir (Gunung Agung), yang tercantum dalam Piagam Raja (Dalem). Pada lembar 7b yang disambung ke lembar 8a secara jelas dinyatakan bahwa Piagam ini dikeluarkan pada Tahun Saka 929 😊 1007 Masehi). “Hai kamu manusia, taatilah titahku! Piagam ini telah direstui oleh para Dewata Nawasangga. Jika tidak menaati Piagam ini, semoga kamu sirna dan menjadi lintah,” demikian sangat jelas disuratkan. </br></br>Tidak ditemukan secara eksplisit dalam rontal ini siapa nama Raja/Dalem Bali yang mengeluarkan Piagam Besakih dimaksud. Namun, data-data efigrafi berupa prasasti-prasasti tembaga masa Bali Kuno mencatatkan bahwa pada tahun 1007 Masehi tersebut Gumi Bali dipimpin oleh Raja Dharma Udayana Warmadewa bersama permaisuri Gunapriya Dharmapatni (989-1011). Raja Udayana lantas digantikan oleh Ratu Śri Ajñadewi (1016), Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja (1022-1025), Anak Wungsu (1049-1077). Pada masa kepemimpinan Dharma Udayana Warmadewa bersama Gunapriya Dharmapatni yang didampingi Senapati Mpu Kuturan ini Bali tercatat mencapai zaman keemasan, dengan penataan ulang tatanan kehidupan secara komprehensif yang mencakup eko-sosio-budaya-religius (alam—masyarakat—budaya dan keagamaan).</br></br>Piagam Raja/Dalem sebagaimana disuratkan dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung ini mencatatkan secara jelas, tegas, rapi, dan terperinci bagaimana tatanan (tata titi) tata kelola ritual, sosial, bahkan asset padruwen Pura Agung Besakih mesti dilaksanakan: oleh siapa, kapan, di mana, apa jenis upakara yang utama mesti dipersembahkan. Di mana, berupa apa, berapa, dan digarap atas nama siapa asset (padruwen) Pura Agung Besakih juga dicatatkan sangat rapi dan terperinci. Bahkan bentuk bangunan palinggih utama sampai pertanda alam terkait dengan Dewata atau Bhatara yang hadir saat dihaturkan upacara tertentu di masing-masing Pura/Palinggih dalam lingkup Pura Agung Besakih pun diperinci sangat jelas. Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung ini tak ubahnya dengan “buku pegangan” (handbook) yang memuat lengkap dan terperinci tentang tatanan dan tata kelola Pura Agung Besakih. </br></br>Dalam rontal yang tiada ubahnya dengan “buku pegangan” (handbook) Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung inilah Batang Angsoka secara jelas disuratkan. Ada apa dengan Batang Angsoka? </br>Secara geografis, Batang Angsoka berada tepat di sisi sebelah tenggara Pura Panataran Agung Besakih. Meskipun agak “tersembunyi” atau “terpencil”, namun Batang Angsoka masih sebagai bagian utuh tak terpisahkan dari wewidangan [wilayah] Desa Adat Besakih dan Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem. Batang Angsoka kini menjadi dua Banjar Adat, yakni Banjar Adat Batang di bagian selatan, dan Banjar Adat Angsoka di bagian utara. Krama/Warga di kedua Banjar Adat ini hidup rukun, tenang, damai. Lahan pertaniannya pun sangat subur, dengan hasil utama yang sangat khas endemik Gunung Agung, antara lain, berupa bunga kasna berwarna abu-abu layaknya warna Dewa Sambhu, dan ubi kuning nan lezat serta manis. </br>Penyebutan secara eksplisit nama Batang Angsoka dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung menunjukkan betapa penting posisi, peran, fungsi, dan makna Batang Angsoka dalam kesatuan kosmologi dan eko-sosio-kultural-religius-spiritual kawasan suci Pura Agung Besakih. Tentu Pura yang ada di Batang Angsoka pun sangat penting, karena Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung memasukkan Pura ini menjadi bagian siklus pelaksanaan pyosan Usaba yang bersiklus setahun sekali pada bulan yang sangat khusus: Badrawada, yakni bulan penuh waranugraha kemuliaan, bulan terakhir Matahari berada di posisi sebelah utara garis Katulistiwa—sebelum akan tegak lurus (equinox) dengan garis Katulistiwa/Equator pada 21-23 September.</br></br>Pura apakah yang dimaksudkan di Batang Angsoka itu? </br>Satu-satunya pura kahyangan jagat yang sampai sekarang ini ada di wewidangan Batang Angsoka adalah Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Angsoka. Pura Tegal Suci ini memiliki beji berupa mata air (klebutan) di suatu lembah di sebelah timur jalan yang menembus Banjar Adat Batang. Pura Tegal Suci di Angsoka dengan mata air beji di Batang ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena itu dalam rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung disebutkan sebagai satu-kesatuan nan harmonis: Batang Angsoka. </br>Ilmu arsitektur tradisional kuno yang tersurat dalam Wastu Sastra menegaskan betapa pentingnya tempat suci pura berelasi dengan sumber mata air (klebutan). Bila tidak ada sumber mata air (klebutan) di kawasan terdekat, maka air bisa dialirkan di sekitar tempat suci yang dibangun. Itu sebab dalam tradisi Bali pura sebagai tempat suci, terlebih yang berkategori Pura Kahyangan Jagat, senantiasa berkaitan erat dengan sumber air, berupa Pura Beji, Telaga, Taman, atau Tirta. </br>Di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, rata-rata Pura yang berkategori Sungsungan Jagat, bersifat umum, seperti Catur Lawa, Catur Lokapala (Pangempat/Dik), Catur Eswarya (Panyirang/Widik) berelasi dengan Pura Beji, Telaga, Taman, atau Tirta. Tak terkecuali Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Angsoka memiliki relasi satu-kesatuan dengan Pura Beji di Banjar Batang—yang kini dinamakan Pura Beji Bhatara Giri Tohlangkir. Dalam bentuk tinggalan arkeologis, di lokasi Pura Beji ini ditemukan tinggalan kuno berupa genta dan mangkuk kecil berbahas dasar tembaga. Artefak ini ditemukan dari onggokan batu yang terbelah di areal Beji. </br></br>Tinggalan kuno berupa genta dan mangkuk kecil tersebut membuktikan bahwa Beji di Banjar Adat Batang ini di masa lampau memang merupakan bagian integral Kawasan Suci Pura Tegal Suci di Banjar Adat Angsoka. Dari Beji di Banjar Adat Batang inilah tirta wangsuh pada Ida Bhatara Sasuhunan yang di-sungsung di Pura Tegal Suci – Pagenian katunas untuk setiap upacara di Pura Tegal Suci – Pagenian, termasuk juga untuk upacara lingkup keluarga Krama di Banjar Batang dan Banjar Angsoka. </br></br>Diyakini Batang-Angsoka inilah di kawasan Besakih yang lebih awal ditapaki dan dijadikan tempat tinggal oleh Rsi Markandeya beserta para pengiring dari Gunung Raung, Banyuwangi, sebelum akhirnya sang Guru Suci ini mendem pancadatu di situs yang dinamakan Basukihan. Di Angsoka ini ketajaman jnana batin Ida Rsi Markandeya melihat api padupaan, sehingga kelak di situs ini dinamakan Tegal Suci. Artinya, sepadan dengan Dapur Suci. </br></br>Kenapa Pura Tegal Suci dan mata air beji di Batang-Angsoka menjadi penting dalam tatanan kosmologis, ritual, dan spiritual Kawasan Suci Pura Agung Besakih? </br></br>Secara kosmologis, Pulau Bali divisikan oleh Guru-Guru Spiritual Suci di masa silam sebagai Padma Bhuwana: pulau yang ditata sebagaimana layaknya bunga teratai (bunga Padma/lotus) yang terpola, terstruktur rapi, dan tersistem berlapis-lapis ke delapan penjuru arah angin dan satu di tengah-tengah sebagai putik sari bunga padma/tunjung. Bunga padma/tunjung ini saban hari mengembang dan menguncup. Gerakan mengembang dan menguncup bunga padma/tunjung ini dalam kepustakaan susastra Bali disepadankan dengan gerakan jantung (padma hredaya) manusia. </br></br>Secara fisik di delapan penjuru arah angin kosmologi Bali ditandai dengan bangunan pura kahyangan jagat, tempat suci untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam aspek perwujudan Dewata tertentu (istadewata), masing-masing, Pura: Lampuhyang (timur, Dewa Iswara/Hyang Gni Jaya); Andakasa (selatan, Dewa Brahma/Hyang Tugu), Batukaru (barat, Dewa Mahadewa/Hyang Tumuwuh); Hulun Danu Batur (utara, Dewa Wisnu). Ini empat pura di arah Pangempat/Dik ([empat arah utama/tanda tambah/+]. Adapun empat Panyirang/Widik (empat arah diagonal/tanda silang/X) masing-masing, Pura: Goa Lawah (tenggara, Dewa Maheswara/Mahesora); Huluwatu (barat daya, Dewa Rudra); Pucak Mangu (barat laut, Dewa Sangkara); dan Pangubengan, Besakih (timur laut, Dewa Sambhu). Sebagai titik pusat Padma Bhuwana adalah gunung (lingga acala, lingga yang tidak bergerak) yang tertinggi di Balidwipa Mandala. Itulah: Giri Tohlangkir atau Gunung Agung. Karena itu, Pura Agung Besakih merupakan titik pusat di tengah-tengah tatanan kosmologi Pulau Bali, sehingga disebutkan sebagai “madyanikang bhuwana”, sentrum dunia.</br></br>Sebagai titik pusat atau madyanikang bhuwana, Pura Agung Besakih pun ditata sedemikian rupa, menyerupai tatanan bunga padma/tunjung yang terpola, terstruktur, dan tersistem berlapis-lapis. Ada Catur Lawa sebagai empat helai kelopak daun terluar, masing-masing, Pura: Ratu Dukuh, Ratu Pasek, Ratu Panyarikan, dan Ratu Pande. Lebih dalam lagi ada Catur Lokapala, empat helai Pangempat/Dik, masing-masing, Pura: Gelap (timur); Kiduling Kreteg (selatan); Ulun Kulkul (barat), dan Batu Madeg (utara). Lalu, ada Catur Eswarya, empat helai Panyirang/Widik. </br>Dalam konsep Dik Widik atau Pangempat—Panyirang tatanan Padma Bhuwana Kuncup-Kembang di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, Pura Tegal Suci Pagenian di Banjar Angsoka ini menempati posisi arah GNENYA/Tenggara. Dalam konsep Dewata Nawa Sangga, 9 (Sembilan) Dewata utama penyangga 9 penjuru arah mata angin, arah Gnenya merupakan Stana/Linggih Dewa/Bhatara MAHESWARA/Mahesora. Warna: DADU/merah muda/pink sebagai perpaduan warna putih (arah timur/Purwa/Dewa Iswara/berupa Angin/Bayu) dan merah (arah selatan/Daksina/Dewa Brahma/berupa Api/Gni/Teja). Senjata: PAGENIAN/DUPA. Aksara suci: NANG. Dalam konsep Padma Bhuwana Bali, posisi ini ditempati Pura Goa Lawah di ujung timur wilayah Kabupaten Klungkung. </br>Selain Pura Tegal Suci – Pagenian, Catur Eswarya lainnya di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, masing-masing, Pura: Pasimpangan (barat daya, Rudra); Paninjoan (barat laut, Sangkara); dan Pangubengan (timur laut, Sambhu). </br></br>Sebagai putik sari Padma Bhuwana Kuncup-Kembang di Kawasan Suci Pura Agung Besakih adalah Pura Panataran Agung Besakih dengan palinggih Padma Tiga di titik pusat terinti. </br></br>Dewa MAHESWARA yang distanakan di Pura Tegal Suci – Pagenian merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran. Sakti-NYA: DEWI LAKSMI, Dewi Kemakmuran, Keberuntungan (lucky). </br>Dalam tubuh manusia/Bhuwana Alit/mikrokosmos, DEWA MAHESWARA menempati organ sangat vital: PARU-PARU. Menjadi penghubung utama tubuh/Bhuwana Alit dengan Alam Semesta Raya/Bhuwana </br>Agung/makrokosmos. Menyerap PRANA, energi penghidup kehidupan, lewat napas yang terdiri atas unsur: angin/bayu, api/agni/teja, dan air/apah. Prana lewat napas inilah yang menjadikan manusia hidup. </br>Dapatkah manusia hidup tanpa PRANA, NAPAS, dan PARU-PARU? Tidak! Dapatkah keluarga melanjutkan kehidupan tanpa API DAPUR? Tidak! Sedemikian vital-lah sejatinya posisi Pura Tegal Suci Pagenian dalam Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Dapat dipahami kenapa rontal Raja Purana Pangandika ring Gunung Agung menyuratkan: “Pada bulan Purnama Badrawada [sasih Karo, sekitar bulan Agustus] dipersembahkan upacara usaba, sebagai pemujaan ke hadapan Bhatara yang berstana di Batang Angsoka”. Upacara usaba ini sebagai rangkaian upacara usaba yang dilaksanakan secara bergiliran di Pura Dik-Widik atau Pangempat-Panyirang [Catur Lokapala—Catur Eswarya] sampai di Catur Lawa. Dimulai dari usaba Srawana (Juli, sasih Kasa) sampai pada usaba Waisaka (Maret, sasih Kadasa) berupa upacara Batara Turun Kabeh yang dipusatkan di titik sentrum: Padma Tiga Panataran Agung Besakih. </br></br>Terlupakan Sejak Gunung Agung Meletus Tahun 1963</br>Para panglingsir Desa Adat Besakih yang sempat diwawancarai memberikan kesaksian bahwa sebelum Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus tahun 1963, tatanan upacara Pura Tegal Suci – Pagenian di Banjar Adat Angsoka berjalan sepatutnya, sebagai bagian tak terpisahkan dengan tatanan upacara Pura Agung Besakih. Dalam ingatan para panglingsir Besakih yang sudah berusia belasan tahun saat Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus tahun 1963, di sebelah barat Pura Tegal Suci ada jalan setapak cukup lebar tembus sampai di depan Pura Kiduling Kreteg—sebelah kanan dari Panataran Agung Besakih. Jalan tembus inilah yang lazim dilalui oleh Krama Adat Besakih secara umum manakala hendak tangkil ke Pura Tegal Suci di Banjar Adat Angsoka. Begitu pula sebaliknya, bila Krama Banjar Adat Batang dan Angsoka hendak nangkil mabhakti ke Pura Kiduling Kreteg hingga ke Pura Panataran Agung Besakih dan Pura lain yang ada di sebelah barat Banjar Adat Batang dan Banjar Adat Angsoka. </br></br>Saat Giri Tohlangkir/Gunung Agung meletus mulai 18 Februari 1963 sampai Januari 1964, seluruh Krama Banjar Adat Batang dan Angsoka pun mengungsi jauh, menyelamatkan diri. Pura Tegal Suci di Angsoka hancur. Tidak terurus. Kondisi ini berlanjut menyusul terjadi peristiwa G-30S/PKI tahun 1965-1966. Baru sekitar akhir dasawasra 1960-an atau awal 1970-an, beberapa Krama Adat Batang dan Angsoka mulai pulang ke kampung asal. Dalam masa paceklik ekonomi, Pura Tegal Suci terabaikan. Ketika Pemerintah Daerah Tingkat I Bali menata kembali Kawasan Suci Pura Agung Besakih pascagempa 1963 dan seterusnya, Pura Tegal Suci tetap saja terabaikan, karena lokasinya memang lumayan jauh, “terpencil” di sebelah tenggara Pura Panataran Agung Besakih. Para pemimpin formal dan pemimpin nonformal Bali, termasuk pamucuk-pamucuk di Desa Adat Besakih pun, lupa, melupakan, atau tidak tahu tentang keberadaan Pura Tegal Suci linggih stana Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Maheswara/Mahesora dalam tatanan Padma Bhuwana Kembang-Kuncup di Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Yang mengetahui keberadaan Pura Tegal Suci di Angsoka ini pun tidak menginformasikan kepada pihak yang berwenang untuk mengembalikan Besakih ke dalam tatanan sepatutnya. Krama Adat Angsoka dan Batang yang rata-rata masih polos, tampak kimud menyuarakan perihal linggih stana Hyang Maheswara/Mahesora. </br>Kini, hampir 60 tahun Pura Tegal Suci terabaikan dalam kesatuan tatanan ritus dan situs Padma Bhuwana Kembang-Kuncup Pura Agung Besakih. Padahal, dalam setiap ritus berskala besar di Pura Agung Besakih, sulinggih senantiasa menguncarkan puja stuti stawa Nawa Graha, mengundang Dewata Nawa Sangga [Dewata dari sembilan penjuru arah] untuk menurunkan Tirta Nawa Ratna sebagai tirta utama. Namun, dalam aspek situs Pura Tegal Suci di Angsoka sebagai stana Hyang Maheswara tidak katuur dan/atau katuran apa pun secara Sakala. Ada yang kurang jangkep, tentu, dalam konteks tatanan kehidupan masyarakat Bali yang sangat mengedepankan prinsip Niskala-Sakala. </br>Hangayubagia, ada sejumlah Krama Adat Angsoka dan Batang yang terpanggil untuk ngaturang ayah dan mapunia sakasidan secara perseorangan. Kumpulan Krama ini sebagai Sekaa Demen, kelompok sukarelawan, mencoba berswadaya nangiang mawali linggih stana Ida Bhatara Sasuhunan di Pura Tegal Suci, sejak 5 tahun terakhir. Didukung oleh Krama Bali yang mendapat tuntunan, panggilan, dan/atau petunjuk dari luar Besakih agar ngélingin linggih stana Ida Bhatara Sasuhunan di Pura Tegal Suci, Sekaa Demen ini pun mampu membeli lahan seluas ± 14 are untuk tegak linggih Pura Tegal Suci. Meskipun masih dalam kondisi yang sangat sederhana—tinimbang palebahan Pura lain di Kawasan Suci Pura Agung Besakih yang difasilitasi resmi lewat APBD—secara Sakala terwujudlah kini Pura Tegal Suci – Pagenian di wewidangan Banjar Adat Angsoka. Jajaran kemiri palinggih utama yang ada, antara lain: Padmasana, gedong simpen, gedong masari mascatu, sapta patala. Adapun palinggih pagenian atau pasucian berupa tungku pembakaran (dalam bahasa Bali: jalikan) sebagai ciri khas Pura Tegal Suci yang merupakan Lingga Stana Hyang Maheswara, sampai kini masih berupa turus lumbung. </br></br>Pujawali atau piodalan di Pura Tegal Suci – Pagenian dilaksanakan setiap Sukra Paing, wuku Gumbreg, bersamaan dengan pujawali Pura Beji di Banjar Batang. Berlangsung hanya satu malam, langsung masineb. Biaya pujawali setiap 210 hari sekali (6 bulan kalender Pawukon Bali) dikumpulkan dari aturan punia atau sumbangan sukarela di antara Sekaa Demen serta Krama Bali lain yang terpanggil untuk ngaturang bhakti sakasidan.</br></br>Dumugi, Sameton dan Sahabat, berkesempatan ngaturang rasa suksmaning manah, rasa hangayubagia ke Pura Tegal Suci - Pagenian di Angsoka, Besakih ini: menyadari anugerah sang Maha Penghidup Kehidupan berupa Napas, Paru-paru, Dapur Suci Diri ini. Bila "tangkil" ke Pura Tegal Suci Pagenian ini, sempatkanlah terlebih dahulu tangkil dan malukat di Pura Beji Giri Tolangkir di Banjar Batang, sekitar 200 meter di sebelah selatan Banjar Angsoka, di sisi timur jalan. Untuk menuju ke lokasi Pura Tegal Suci - Pagenian ini, Sameton dan Sahabat bisa ketik di google maps: Pura Tegal Suci Pagenian, Angsoka, Besakih, Karangasem. Rahayu sareng sami. </br>Besakih, Saniscara Pon, Matal, 22.01.2022</br>@ I Ketut Sumartaa Pon, Matal, 22.01.2022 @ I Ketut Sumarta)
  • Pura Puncak Mundi  + (Pura ini terletak di Dusun Rata, Desa KlumPura ini terletak di Dusun Rata, Desa Klumpu, Nusa Penida. Lokasinya berada di Puncak Bukit Mundi yang menjadi daratan tertinggi di Nusa Penida. Ketinggian pura ini 521 meter di atas permukaan laut dan menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari Pelabuhan Nusa Penida. Biasanya umat Hindu yang akan melakukan tirta yatra ke Nusa Penida terlebih dahulu sembahyang di pura ini. Setelah itu, mereka akan menuju ke Pura Dalem Ped. Pura ini terdiri dari tiga pura yaitu Pura Krangkeng, Pura Beji, dan Pura Puncak Mundi.angkeng, Pura Beji, dan Pura Puncak Mundi.)
  • Sanur  + (Sanur berasal dari dua kata, “Saha” dan “NSanur berasal dari dua kata, “Saha” dan “Nuhur” yang secara harfiah berarti keinginan/gairah untuk mengunjungi tempat tertentu dan dapat juga berarti memohon untuk datang di suatu tempat. Dari kata tersebut lama kelamaan berubah pelafalannya menjadi Sanur. Sanur tercatat sebagai salah satu nama tempat tertua yang termuat dalam prasasti Bali berangka tahun 917 Masehi. Wilayah Sanur pada dahulunya meliputi daerah Sanur (Desa Sanur Kaja, Desa Sanur Kauh, Kelurahan Sanur) dan Kelurahan Renon.auh, Kelurahan Sanur) dan Kelurahan Renon.)
  • Kelurahan Sanur  + (Sanur merupakan salah satu kawasan pariwisSanur merupakan salah satu kawasan pariwisata tertua di Bali. Pada tahun 1957 untuk pertama kalinya dibangunlah hotel pertama di Desa Sanur dengan nama Hotel Sindhu Beach, disusul kemudian pembangunan Hotel Bali Beach yang mulai beroperasi pada tahun 1966. Sanur berasal dari dua kata, “Saha” dan “Nuhur” yang secara harfiah berarti keinginan/gairah untuk mengunjungi tempat tertentu dan dapat juga berarti memohon untuk datang di suatu tempat. Dari kata tersebut lama kelamaan berubah pelafalannya menjadi Sanur. Sanur tercatat sebagai salah satu nama tempat tertua yang termuat dalam prasasti Bali berangka tahun 917 Masehi. Wilayah Sanur pada dahulunya meliputi daerah Sanur (Desa Sanur Kaja, Desa Sanur Kauh, Kelurahan Sanur) dan Kelurahan Renon.</br>Kelurahan Sanur terletak diwilayah Desa Pakraman Intaran dan mewilayahi Banjar sebanyak 9 yaitu :</br>1. Banjar Singgi,</br>2. Banjar Panti,</br>3. Banjar Gulingan,</br>4. Banjar Taman,</br>5. Banjar Sindu Kaja,</br>6. Banjar Sindu Kelod,</br>7. Banjar Batujimbar,</br>8. Banjar Semawang,</br>9. Lingkungan Pasekuta.</br>Kelurahan Sanur terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, yang berbatasan dengan; Sebelah Utara: Desa Sanur Kaja, Sebelah Timur: Laut Bali, Sebelah Selatan: Selat Badung/Samudra Indonesia, Sebelah Barat: Desa Sanur Kauh.Indonesia, Sebelah Barat: Desa Sanur Kauh.)
  • Desa Anturan  + (Sebuah surga kecil yang akrab disapa DesaSebuah surga kecil yang akrab disapa Desa Anturan. Desa yang tidak terlalu luas, namun cukup nyaman bagi masyarakat yang menempatinya. Banyak para wisatawan yang mengunjungi Desa Anturan, karena Desa ini berdekatan dengan Pantai Lovina. Desa ini terdiri dari 5 Dusun, yang di setiap dusunnya memiliki keunikan masing masing. Bisa kita lihat saat Desa ini merayakan hari raya nyepi, masyarakat sangat antusias berpartisipasi dalam kegiatan ini. Di Desa Anturan banyak tempat wisata yang digemari oleh para touris manca negara, salah satunya Pantai Lovina. Selain sarana hiburan, sarana pendidikan yang ada di Desa ini juga sangat lengkap. Dari Taman kanak kanak sampai Universitas. Desa ini juga mengajak anak anak atau generasi muda untuk terus melestarikan budaya Bali. Mulai dari mengikuti Pasraman, mengikuti truna-truni, dan membuka sanggar tari dan tabuh.Menurut Kepala Desa Anturan, ia akan terus mengembangkan potensi yang ada di Desa ini.engembangkan potensi yang ada di Desa ini.)
  • Bebandem  + (Sejarah Bebandem berawal dari masa pemerinSejarah Bebandem berawal dari masa pemerintahan kerajaan di Bali yang diperintah oleh Ida Dalem Waturenggong yang kemudian setelah perkembangnya diperintah lagi oleh keturunan beliau yang bernama Ida Dalem Kepakisan dan pelanjut dinasti raja terakhir adalah Ida Dalem Ketut yang wilayah kerajaan berada di Kabupaten Klungkung.</br>Nama Desa Bebandem yang sekarang, adalah diambil dari nama I Gusti Bandem yang sudah terkenal sebagai seorang pandeta ( Dukuh Bujangga), dan tentu sebagai penghormatan bagi beliau yang telah berjasa nama beliau ditetapkan menjadi nama desa dengan imbuhan ‘Be’ yang apabila diartikan dalam bahasa sansekerta mengandung arti bertempat tinggal/diam diatas.andung arti bertempat tinggal/diam diatas.)
  • Ped  + (Sejarah Desa Ped tergolong sangat unik. DaSejarah Desa Ped tergolong sangat unik. Dalam penulisan sejarah Desa Ped ini, penulis hanya menggunakan sumber lisan, artefak dan selebihnya dari berbagai media. Hal ini disebabkan karena penulis tidak menemukan sumber tertulis yang bisa dijadikan sumber. Artefak yang dimaksud di sini adalah adanya tiga buah tapel yang sekarang di’linggih’kan di Pura Dalem Ped. Seperti uraian di atas, dengan adanya tiga buah tapel ini melahirkan sebuah nama “Ped”, yang pada awalnya dari kesaktian tiga buah tapel yang sangat populer ke pelosok Bali pada saat itu dan sampai didengar oleh seorang Pedanda yaitu Ida Pedanda Abiansemal, sehingga Ida Pedanda Abiansemal bersama pepatih dan pengikutnya secara beriringan (mapeed) datang ke Nusa dengan maksud menyaksikan langsung kebenaran informasi atas keberadaan tiga tapel yang sakti di Pura Dalem Nusa. Dulu bernama Pura Dalem Nusa tetapi sudah ada pergantian nama setelah Ida Pedanda Abiansemal beriringan (mapeed) ke Pura Dalem Nusa kemudian digantikan oleh seorang tokoh Puri Klungkung pada zaman I Dewa Agung menjadi Pura Dalem Ped.</br></br>Informasi tentang keberadaan Pura Dalem Ped atau Pura Penataran Ped pada awalnya masih sangat simpang siur. Hal ini disebabkan karena dalam penggalian sumber untuk mencari informasi tentang keberadaan pura ini, sumber-sumber yang ada sangat minim. Dengan demikian hal ini memicu timbulnya perdebatan yang cukup lama di antara beberapa tokoh-tokoh spiritual. Perdebatan yang timbul yakni mengenai nama pura. Kelompok Puri Klungkung, Puri Gelgel dan Mangku Rumodja Mangku Lingsir, menyebutkan pura itu bernama Pura Pentaran Ped. Yang lainnya, khususnya para balian di Bali, menyebut Pura Dalem Ped.</br></br>Menurut Dewa Ketut Soma seorang penekun spiritual dan penulis buku asal Desa Satra, Klungkung, dalam tulisannya berjudul “Selayang Pandang Pura Ped” berpendapat, kedua sebutan dari dua versi yang berbeda itu benar adanya. Menurutnya, yang dimaksudkan adalah Pura Dalem Penataran Ped, Jadi, satu pihak menonjolkan “penataran”-nya, satu pihak lainnya lebih menonjolkan “dalem”-nya.</br></br>Kembali pada tiga buah tapel. Saking saktinya, tapel-tapel itu bahkan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit, baik yang diderita manusia maupun tumbuh-tumbuhan. Sebelumnya, Ida Pedanda Abiansemal kehilangan ‘ tiga buah tapel. Begitu menyaksikan tiga tapel yang ada di Pura Dalem Nusa itu, ternyata tapel tersebut adalah miliknya yang hilang dari kediamannya. Namun, Ida Pedanda tidak mengambil kembali tapel-tapel itu dengan catatan warga Nusa menjaga dengan baik dan secara terus-menerus melakukan upacara-upacara sebagaimana mestinya.</br></br>Kesaktian tiga tapel itu bukan saja masuk ke telinga Ida Pedanda, tetapi ke seluruh pelosok Bali, termasuk pada waktu itu warga Subak Sampalan yang saat itu menghadapi serangan hama tanaman seperti tikus, walang sangit dan lainnya. Ketika mendengar kesaktian tiga tapel itu, seorang klian subak diutus untuk menyaksikan tapel tersebut di Pura Dalem Nusa. Sesampainya di sana, klian subak memohon anugerah agar Subak Sampalan terhindar dari berbagai penyakit yang menyerang tanaman mereka, Permohonan itu terkabul. Tak lama berselang, penyakit tanaman itu pergi jauh dari Subak Sampalan. Hasil panenpun menjadi berlimpah.</br></br>Kemudian warga menggelar upacara mapeed. Langkah itu diikuti subak-subak lain di sekitar Sampalan. Kabar tentang pelaksanaan upacara mapeed itu terdengar hingga seluruh pelosok Nusa. Sejak saat itulah I Dewa Agung Klungkung mengganti nama Pura Dalem Nusa dengan Pura Dalem Peed (Ped).</br></br>Meski pun ada kata “dalem”, namun bukan berarti pura tersebut mempakan bagian dari Tri Kahyangan. Yang dimaksudkan “dalem” di sini adalah merujuk sebutan raja yang berkuasa di Nusa Penida pada zaman itu. Dalem atau raja dimaksud adalah penguasa sakti Ratu Gede Nusa atau Ratu Gede Mecaling.</br></br>Ada lima lokasi pura yang bersatu pada areal Pura Penataran Agung Ped. Persembahyangan pertama yakni Pura Segara, sebagai tempat berstananya Bhatara Baruna, yang terletak pada bagian paling utara dekat dengan bibir pantai lautan Selat Nusa. Persembahyangan kedua yakni Pura Taman yang terletak di sebelah selatan Pura Segara dengan kolam mengitari pelinggih yang ada di dalamnya yang berfungsi sebagai tempat penyucian. Kemudian persembahyangan ketiga yakni ke baratnya lagi, ada pura utama yakni Penataran Ratu Gede Mecaling sebagai simbol kesaktian penguasa Nusa pada zamannya. Persembahyangan terakhir yakni di sebelah timurnya ada Ratu Mas. Terakhir di jaba tengah ada Bale Agung yang merupakan linggih Bhatara-bhatara pada waktu ngusaba.</br></br>Masing-masing pura dilengkapi pelinggih, bale perantenan dan bangunan-bangunan lain sesuai fungsi pura masing-masing. Selain itu, di posisi jaba ada sebuah wantilan yang sudah berbentuk bangunan balai banjar model daerah Badung yang biasa dipergunakan untuk pertunjukan kesenian.</br></br>Seluruh bangunan yang ada di Pura Penataran Agung Ped sudah mengalami perbaikan atau pemugaran, kecuali benda-benda yang dikeramatkan. Contohnya, dua area yakni Area Ratu Gede Mecaling yang ada di Pura Ratu Gede dan Area Ratu Mas yang ada di Pelebaan Ratu Mas. Kedua area itu tidak ada yang berani menyentuhnya. Begitu juga bangunan-bangunan keramat lainnya. Kalaupun ada upaya untuk memperbaiki, hal itu dilakukan dengan membuat bangunan serupa di sebelah bangunan yang dikeramatkan tersebut.belah bangunan yang dikeramatkan tersebut.)
  • Seminyak  + (Seminyak yang luar biasa adalah pusat kehiSeminyak yang luar biasa adalah pusat kehidupan bagi gerombolan ekspatriat pulau, banyak di antaranya memiliki butik, mendesain pakaian, berselancar, atau tampaknya tidak melakukan apa-apa sama sekali. Mungkin tepat di sebelah utara Kuta dan Legian, tetapi dalam banyak hal, tidak terkecuali selera gayanya yang tidak berwujud, Seminyak terasa hampir seperti berada di pulau lain.</br>Ini adalah tempat yang dinamis, rumah bagi sejumlah restoran dan klub serta banyak toko dan galeri desainer yang kreatif. Hotel kelas dunia berjajar di pantai, dan betapa indahnya pantai itu – seluas dan berpasir seperti Kuta tetapi tidak terlalu ramai.</br></br>Baca selengkapnya di https://www.lonelyplanet.com/indonesia/seminyak://www.lonelyplanet.com/indonesia/seminyak)
  • Subak Kedampang  + (Subak Kedampang terletak di Desa Adat KeroSubak Kedampang terletak di Desa Adat Kerobokan. Subak ini dibentuk pada tahun 1946 dengan enam wilayah (munduk) yaitu Munduk Kedampang Kangin,Munduk Kedampang Kauh,Munduk Kedampang Tengah,Munduk Pengubengan Dangin Jalan,Munduk Pengubengan Dauh Jalan, dan Munduk Pengipian.ubengan Dauh Jalan, dan Munduk Pengipian.)
  • Tabanan  + (Tabanan merupakan Kabupaten yang terletak Tabanan merupakan Kabupaten yang terletak di bagian selatan pulau Bali, sekitar 35 km di sebelah barat kota Denpasar. Kabupaten Tabanan dikenal juga sebagai kota Singasana. Tabanan juga memiliki tempat wisata yang popular di kalangan wisatawan seperti: Tanah Lot, yang memiliki objek pantai berkarang dan Pura yang berdiri kokoh di atas batu karang di area pantai yang membawa daya tarik tersendiri. Kemudian Bedugul Kebun Raya Bali, yang menjadi tempat untuk pelestarian tanaman langka dan merupakan kebun raya pertama buah karya orang Indonesia. Berikutnya Air Panas Penatahan yang merupakan objek wisata pemandian air panas dengan panorama alam yang indah.</br></br>Untuk sejarah dari berdirinya Kabupaten Tabanan, dimulai sejak dinasti Gelgel memegang tampuk kekuasaan di mana semua kerajaan di Bali berada di bawah naungannya. Setelah melepaskan diri dari dinasti Gelgel, pada 29 November 1493 Tabanan meresmikan Puri Agung Tabanan sebagai pusat pemerintahan. Tanggal itulah yang dipakai sebagai patokan lahirnya Kabupaten Tabanan sekarang. Kabupaten Tabanan berbatasan dengan Buleleng di seelah utara. Sebelah timur berbatasan dengan Badung. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana. Mayoritas penduduk Kabupaten Tabanan bekerja di bidang pertanian, sehingga Tabanan pun dijuluki sebagai “bumi lumbung padi".</br>https://www.tabanankab.go.id/mbung padi". https://www.tabanankab.go.id/)
  • Taman Nusa  + (Taman Nusa Bali berdiri di atas lahan seluTaman Nusa Bali berdiri di atas lahan seluas 15 hektar di jalan Taman Bali, Banjar Blahpane Kelod, Desa Sidan, Kabupaten Gianyar – sekitar 30 km arah timur laut kota Denpasar. Taman Nusa merupakan taman wisata budaya yang memberikan pengetahuan menyeluruh tentang budaya dari berbagai etnis Indonesia dalam suasana alam pulau Bali. Taman Nusa menyuguhkan panorama perjalanan waktu bangsa Indonesia yang dimulai dari masa prasejarah dengan alamnya yang tua dan primitif, jaman perunggu dan masa kerajaan dengan salah satu mahakaryanya yang berbentuk Candi Borobudur. Taman Nusa juga menampikan keanekaragaman budaya dari beragam kelompok etnis di Indonesia dengan suasana kehidupan kampung yang sederhana dan menyaksikan berbagai keterampilan serta pertunjukkan seni tradisional di kawasan kampung budaya. Tidak hanya itu, Tama Nusa juga menggambarkan tentang masa awal Indonesia pada era kemerdekaan, di mana terdapat figure Bapak Proklamator Soekarno dan Hatta dengan latar belakang teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya sampai diharapan masa depan Indonesia, di mana terdapat perpustakaan dan dua museum yang menampilkan berbagai warisan budaya Indonesia seperti: wayang, batik, tenunan dan sulaman.</br> Selain itu, Taman Nusa menyuguhkan pemandangan alam pegunungan Gianyar di Bali yang berpadu dengan arsitektur Indonesia yang tidak hanya satu bentuk, tetapi dari berbagai daerah yang mempunyai identitas khas dari satu masa ke masa lain. Mulai dari adat vernacular kuno, masa Hindu dan Budha, kemudian arsitektur islam dan arsitektur colonial atau gaya Hindia. Ke semuanya membentuk alam surgawi yang mengagumkan dan menjadi saksi bahwa lingkungan alam bisa dipertahankan. Misi Taman Nusa adalah untuk menjadikan taman budaya sebagai sarana pelestarian, rekreasi dan didaktika bagi para pengunjung, baik lokal maupun mancanegara untuk lebih memahami budaya Indonesia dengan cara yang menarik dan interaktif.</br>http://www.taman-nusa.com dan interaktif. http://www.taman-nusa.com)
  • Taman Ujung Sukasada  + (Taman Ujung atau Taman Sukasada berada di Taman Ujung atau Taman Sukasada berada di Banjar Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Taman Ujung merupakan taman yang dimiliki oleh kerajaan Bali Kuno yang menjadi sebuah tempat peristirahatan raja dan keluarga Kerajaan Karangasem di Bali. Selain itu, Taman Ujung juga dijadikan sebagai tempat bersemedi dan menjamu tamu kerajaan. Taman Ujung dibangun oleh raja Karangasem, yaitu I Gusti Bagus Jelantik pada tahun 1909 dengan arsitek Van Den Hentz seorang Belanda dan Loto Ang seorang Tiongkok. Pembangunan Taman Ujung selesai tahun 1921 dan pada tahun 1937 Taman Ujung Karangasem diresmikan dengan sebuah prasasti marmer yang ditulis dalam naskah aksara Latin dan Bali dan dua bahasa, yaitu Melayu dan Bali.</br>Taman Ujung pada masa Hindia Belanda dikenal dengan nama waterpaleis atau istana air. Di Taman Ujung terdapat 3 kolam besar dalam satu tempat. Selain itu, di Taman Ujung terdapat sebuah anak tangga di mana di atasnya terdapat bangunan pilar tanpa atap. Dari sana pengunjung disuguhkan dengan pemandangan lautan biru dan pantai ujung serta pesona keunikan dari arsitektur taman ujung – yang merupakan penggabungan dari arsitektur Eropa abad pertengahan dan arsitektur Bali. Taman Ujung sering digunakan sebagai lokasi foro prewedding. Perpaduan arsitektur Eropa dan Bali pada bagian dinding bangunan peristirahatan raja – di mana terdapat kaca berwarna-warni yang identik dengan disain arsitektur gereja-gereja di Eropa menjadikan Taman Ujung memiliki keunikannya sendiri.</br>https://www.ujungwaterpalace.com sendiri. https://www.ujungwaterpalace.com)
  • Monumen Korban Kecelakaan Pesawat PANAM  + (Terletak di pantai Padang Galak di desa PeTerletak di pantai Padang Galak di desa Perbekelan Desa Kesiman. Monumen tersebut masih sering dikunjungi anggota keluarga korban. Pan Am Penerbangan 812, dioperasikan Pan American World Airways Boeing 707-321B N446PA (Clipper Climax), adalah sebuah penerbangan internasional terjadwal dari Hong Kong ke Sydney, Australia, dengan perhentian sementara di Denpasar, Bali, Indonesia. Pada tanggal 22 April 1974, pesawat ini jatuh ke dataran berbukit saat bersiap mendekati landasan 09 di Denpasar setelah terbang selama 4 jam 20 menit dari Hong Kong. Lokasi kecelakaan ini sekitar 42,5 mil laut (78,7 km) di barat laut Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.aut Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.)
  • Uluwatu  + (Uluwatu adalah daerah favorit saya di pulaUluwatu adalah daerah favorit saya di pulau Bali. Uluwatu adalah jalur terpencil, pantai tropis dan terjal. Tapi itu juga bar matahari terbenam yang trendi dan trendi dan klub siang hari. Ini puncak Bali.</br></br>Terletak sekitar 45 menit dari bandara, dan sekitar satu setengah jam dari Seminyak/Canggu, semenanjung batu kapur yang berbukit di Uluwatu adalah rumah bagi beberapa vila dan resor mewah paling indah di Bali, pantai tersembunyi yang indah, dan tempat selancar kelas dunia, membuat itu adalah kiblat bagi peselancar di seluruh dunia.h kiblat bagi peselancar di seluruh dunia.)
  • Universitas Udayana  + (Universitas Udayana, disingkat Unud adalahUniversitas Udayana, disingkat Unud adalah Perguruan Tinggi Negeri pertama di Bali, yang berdiri pada 29 September 1962. Unud terdiri dari tiga kampus, yaitu: kampus Nias, yang berada di Jl. Pulau Nias, Sanglah, Denpasar Barat berdekatan dengan RSUP Sanglah Denpasar; kampus Sudirma, yang berada di Jl. Soedirman; dan kampus Pusat Bukit Jimbaran, yang berada di Jl. Raya Kampus Unud, Jimbaran, Kabupaten Badung. Cikal bakal Unud adalah Fakultas Sastra Udayana cabang Universitas Airlangga Surabaya yang diresmikan presiden Ir. Soekarno dan dibuka oleh Prof. Dr. Priyono pada tanggal 29 September 1958 sebagaimana tertulis pada prasasti di Fakultas Sastra Jalan Nias, Denpasar. Fakultas Sastra Udayana inilah yang merupakan embrio dari berdirinya Universitas Udayana. </br>Pada mulanya, berdirinya Universitas Udayana berawal dari desakan masyarakat Bali yang menginginkan adanya sebuah Perguruan Tinggi di daerah Bali pada tahun 1960an. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, maka pada 12 Mei 1961 diadakanlah pertemuan di antara tokoh-tokoh pendidikan, para pejabat daerah dan pemuka masyarakat. Pertemuan ini di ketuai oleh Prof. Dr. Purbatjaraka dan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra sebagai sekretaris. Petemuan tersebut berhasil membentuk Panitia Persiapan Universitas Udayana Bali yang kemudian disyahkan dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 4 tahun 1962 tanggal 15 Januari 1962. Pada akhirnya Universitas Udayana secara sah berdiri sejak tanggal 17 Agustus 1962 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan No. 104/1962 yang tediri dari empat fakultas, yakni: Fakultas Sastra, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, dan Fakultaa Keguruan dan Ilmu Pendidikan.</br>Oleh karena hari lahir Universitas Udayana bersamaan dengan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, maka perayaan Hari Ulang Tahun Universitas Udayana dialihkan menjadi tanggal 29 September dengan mengambil tanggal peresmian Fakultas Sastra yang telah berdiri sejak tahun 1958. Saat ini Universitas Udayana memiliki 13 fakultas, di antaranya: Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kedokteran, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Faultas Peternakan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kelautan dan Perikanan.</br>https://www.unud.ac.id/tan dan Perikanan. https://www.unud.ac.id/)
  • Badung  + (Badung merupakan kabupaten yang juga melipBadung merupakan kabupaten yang juga meliputi Kuta dan Nusa Dua yang menjadi objek wisata cukup terkenal di Bali. Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Tabanan di Barat. Samudera Hindia di sebelah selatan. Kabupaten Bangli, Gianyar dan kota Denpasar di sebelah timur. Cukup banyak objek wisata di Kabupaten Badung yang menarik untuk dikunjungi, seperti pantai Kuta Bali, pantai Dreamland, pantai Batubalong dengn pemandangan yang eksotis, Bumi Perkemahan Dukuh yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Mengwi dan masih banyak lagi.</br></br>Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan menjadi Badung pada akhir abad ke-18. I Gusti Ngurah Made Pemecutan Sakti merupakan raja pertama dari Kerajaan Badung sejak tahun 1779. Awalnya ibu kota dari Kabupaten Badung adalah Denpasar. Namun setelah terjadi pemekaran pada 1992, Denpasar beralih status menjadi Kota Madya dan ibu kota Kabupaten Badung berpindah ke Mengwi. Berdasarkan PP 67 tahun 2009 tentang pemindahan ibu kota Kabupaten Badung dari wilayah Denpasar ke Kecamatan Mengwi, lahirlah Kota Mangupura yang meliputi empat desa dan lima keluruhan. Tanggal 16 November ditetapkan sebagai hari ulang tahun Kabupaten Badung. HUT Kabupaten Badung ini sebenarnya diadakan untuk memperingati hari jadi Kota Mangupura yang diresmikan pada 16 November 2009 oleh mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. </br>Di Badung ada peristiwa sejarah yang terkenal, yaitu Perang Puputan Badung yang terjadi pada 20 September 1906. Perang ini dipicu ketika kapal Cina berbendera Belanda bernama Sri Komala kandas di pantai Sanur pada tahun 1904, yang menjadi bagian dari kekuasaan kerajaan Badung. Pemerintah Hindia Belanda menuduh masyarakat setempat telah melucuti, merusak dan merampas isi kapal Sri Komala. Sehingga pemerintah Hindia Belanda menuntut agar Raja Badung bertanggung jawab atas segala kerusakan dengan membayar ganti rugi sebesar 3000 dolar perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Akan tetapi Raja Badung menolak untuk membayar ganti rugi. Karena penolakan Raja Badung tersebut, pemerintah Hindia Belanda melakukan ekspedisi militer ke Bali pada 20 September 1906. Mereka mendaratkan tiga batalyon infantry dan dua batalyon arteleri untuk menyerang Badung. Pada akhirnya ketika militer Belanda memasuki pintu gerbang kota, mereka dihadang oleh segerombolan orang berpakaian serba putih yang siap menyerang. Maka meletuslah perang antara masyarakat Badung yang dipimpin oleh Raja Badung dengan militer Hindia Belanda yang disebut Perang Puputan yang berarti perang sampai titik darah penghabisan.</br>https://www.badungkab.go.id/ penghabisan. https://www.badungkab.go.id/)
  • Pantai Pandawa  + (Pantai Pandawa terletak di Jalan Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali 80361. Pantai ini berada di pulau Bali, Indonesia, dan merupakan bagian dari kawasan Kuta Selatan yang terkenal.)
  • Pantai Telaga Wangi  + (Pantai Tegal Wangi berada di Jl Tegal Wangi, Jimbaran, Kuta Selatan, Badung, Bali. Wisatawan harus melewati jalan setapak yang terjal dan menurun untuk bisa sampai sisir pantai.)
  • Pura Pulaki  + (Pura Pulaki berdiri di atas tebing berbatuPura Pulaki berdiri di atas tebing berbatu yang langsung menghadap ke laut yang terletak di pinggir jalan raya jurusan Singaraja-Gilimanuk atau di pesisir pantai Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgrak. Kisah berdirinya Pura Pulaki tidak terlepas dari sejarah perjalanan Dang Hyang Nirartha dari Blambangan (Jawa Timur) ke Dalem Gelgel (Bali). Pura Pulaki sebenarnya merupakan pusat dari serangkaian pura sekitarnya, yaitu Pura Kerta Kawat pada Km 51 dari Singaraja (sekitar 750 M di sebelah selatan jalan raya), Pura Melanting, Pura Pabean, dan Pura Pemuteran.elanting, Pura Pabean, dan Pura Pemuteran.)
  • Desa Batununggul  + (Sentana Ida Dukuh Segening - Ngaben di Pantai Batumulapan Kauh, Nusa Penida 12 agustus 2016)
  • Desa Canggu  + (Apa Anda sedang mencari lokasi menginap yaApa Anda sedang mencari lokasi menginap yang indah dengan suasana alam pedesaan? Jika iya, datanglah di Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Di sinilah pemandangan sawah yang indah serta udara yang sejuk bertemu pantai pasir hitam vulkanik yang langsung menghadap Samudera Hindia, dan Anda tak perlu berkompromi perihal makanan dan kehidupan malam.</br></br>Perihal sejarah, asal mula diambilnya nama “Canggu” sebagai Desa memiliki benang merah yang menghubungkannya dengan zaman kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Pada zaman Majapahit, Canggu merupakan sebuah nama pelabuhan yang terletak di Muara Kalibrantas. Raja Bali yang dipimpin oleh Sri Semara Kepakisan suatu ketika diundang oleh Hayamwuruk yang memerintah Majapahit. Tetapi Raja Bali tersebut mengutus patihnya yang bernama Kyai Petandakan. Saat Kyai Petandakan hendak pulang ke Bali, ia diberi sebilah keris sebagai jimat untuk mempertahankan Bali. Saat naik kapal di Begawan Canggu, ia mengelurkan keris tersebut dari sarungnya dan dialihkan ke udara (atas), tetapi keris itu dengan sendirinya kembali ke sarungnya. Keris itu pun akhirnya diberi nama Begawan Canggu. Setelah tiba di Bali, oleh Raja Bali keris itu diserahkan kembali pada Kyai Petandakan ditempat dekat Pantai Batu Bolong, dan tempat ia menerima dan membawa keris itulah yang saat ini kita kenal sebagai Desa Canggu.</br></br>Daerah desa Canggu kini kian berkembang. Berbagai tempat dan fasilitas penunjang perjalanan bertumbuh dengan seiring waktu. Pariwisata mulai berkembang sejak tahun 2000, dan Canggu pun mulai dilirik investor. Berdasarkan data kantor desa setempat sampai akhir tahun 2017, terdapat 479 akomodasi yang terdiri dari hotel, restoran, vila, home stay, bar dan hotspot lainnya. Hal yang perlu diingat, pariwisata boleh saja menjadi andalan utama, tapi adat dan budaya harus tetap lestari, dan itulah komitmen dari masyarakat lokal di Canggu. komitmen dari masyarakat lokal di Canggu.)
  • Desa Kayuputih  + (Bali terkenal sebagai tempat destinasi wisBali terkenal sebagai tempat destinasi wisata yang populer di Indonesia bahkan mancanegara. Sebagian besar orang mengenal Bali sebagai tempat yang ramai dengan kunjungan wisatwannya, sehingga membuat Bali tak ubahnya seperti kota-kota besar yang ada di Indonesia dengan segala hiruk-pikunya. Akan tetapi tak semua daerah di Bali melulu penuh kebisingan. Jika Anda sedang berlibur ke Bali dan ingin mencari tempat yang sunyi dan tenang dari keramaiaan, maka datanglah ke Bali bagian Utara, tepatnya di Desa Kayuputih, Buleleng.</br> Lokasi Desa Kayuputih dekat dengan pantai Lovina dan berada di tengah-tengah lanskap tropis hutan perbukitan kondisi dan suasana alam yang menakjubkan. Desa Kayupautih menyuguhkan spot-spot wisata dan pemandangan-pemandangan indah yang dibalut dengan suasan hening untuk tempat liburan Anda yang romantis. Tak hanya wisata alamnya, Desa Kayuputih juga menawarkan wisata budaya yang ikonik dari kebudayaan Bali Utara yang sudah ada sejak masa prasejarah. </br> Anda dapat mengunjungi sebuah Bangunan Cagar Budaya yang berada di Banjar Dinas Taman yang merupakan warisan dari zaman prasejarah di Desa Kayuputih. Berdasarkan penelitian arkeologi, Desa Kayuputih sudah ada sejak zaman prasejarah dengan bukti peninggalan berupa sakofagus (peti mayat) yang dahulunya ditemukan dipusat pemukiman penduduk. Selain itu, terdapat pula pabrik-pabrik tenun tradisional, museum-museum dan pura, seperti Bale Agung, Munduk Duwur, Taman Suci dan lain-lain serta kuil-kuil yang unik yang memberi ciri khas ke eksotisan Bali.</br> Tak hanya itu, di Desa Kayuputih juga terdapat tradisi unik yang disebut dengan “Nyakan Diwang.” Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Desa Kayuputih saat Ngembak Geni, yang termasuk dalam rangkaian Hari Raya Nyepi. Tradisi ini digelar saat nyepi berakhir pukul 24.00 Wita, di mana lampu di seluruh rumah mulai menyala. Suasana gelap gulita yang sebelumnya berbaur dengan ketenangan, berubah menjadi terang. Saat itulah warga mulai keluar rumah, layaknya laron yang mencari sinar. Mereka sibuk menyiapkan peralatan memasak untuk dibawa ke tungku luar rumh atau yang disebut “Diwang” yang dibuat saat Pengerupukan. Hal ini dilakukan secara serempak oleh seluruh masyarakat, dari anak-anak sampai orang tua tak mau melewatkan momen yang unik dan rutin setiap tahun ini.</br>Saat suasana demikian, rasa kekeluargaan mulai terasa, antarwaga saling mengunjugi, bersenda gurau, bertegur sapa dan tidak ada yang memakai kendaraan, tetapi semuanya berjalan kaki. Tradisi Nyakan Diwang memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Kayuputih, khususnya untuk mempererat rasa kekeluargaan. Selain itu, tradisi ini juga berkaitan dengan penyucian diri dari segala hal-hal yang negatif. </br>Oleh sebab itu, Desa Kayuputih, Buleleng, Bali Utara merupakan tempat yang sangat disayangkan untuk dilewatkan saat Anda berada di Bali. Karena Desa ini akan menjadi tempat yang sempurna untuk mengalami keajaiban Bali yang sebenarnya, sebuah pengalaman yang tak terlupakan dengan melihat sebuah permata sejati di Utara Bali, yakni Desa Kayuputih.ejati di Utara Bali, yakni Desa Kayuputih.)
  • Desa Benoa  + (Benoa adalah desa bekas nelayan, sekarang Benoa adalah desa bekas nelayan, sekarang menjadi pantai utama di Bali yang terletak di pantai timur pulau. Tempat ini memiliki perairan tenang dengan pantai berpasir yang bagus. Ini adalah tempat yang bagus untuk olahraga air seperti snorkeling dan scuba diving. Dari Benoa, seseorang dapat berlayar dengan perahu berlantai kaca yang berlayar di sepanjang terumbu karang. Setidaknya ada 5 pusat spa untuk memanjakan diri dan ada sekolah memasak Bali, Bumbu Bali, yang menawarkan pelajaran seni memasak Bali secara teratur. Di dekatnya ada kuil Cina Caow Eng Bio kuno yang menarik. kuil Cina Caow Eng Bio kuno yang menarik.)
  • Patung Pahlawan Mayor I Gusti Bagus Sugianyar  + (Berlokasi di perempatan Ubung Denpasar sebagai salah satu titik jalan yang ramai. Patung yang terbuat dari perunggu ini selesai pada tanggal 4 Agustus 1994 ini menggambarkan sosok pahlawan I Gusti Bagus Sugianyar saat mempertahankan kedaulatan negara.)
  • Desa Budakeling  + (Budakeling terdiri dari 8 Banjar Dinas, yaitu : Banjar Dinas Budakeling, Banjar Dinas Triwangsa, Banjar Dinas Dukuh, Banjar Dinas Pesawan, Banjar Dinas Saren Jawa, Banjar Dinas Saren Anyar, Banjar Dinas Saren Kauh dan Banjar Dinas Saren Kangin.)
  • Celukan Bawang  + (Celukanbawang atau Celukan Bawang adalah dCelukanbawang atau Celukan Bawang adalah desa di kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, Indonesia. Desa ini memiliki rata-rata ketinggian 50 meter dari permukaan laut. Celukan Bawang adalah desa pesisir pantai yang berupa Celuk sehingga sangat potensial dijadikan pelabuhan laut di kabupaten Buleleng. Di ujung pantai celukan bawang terdapat monumen perjuangan dari kapten wiroka.pat monumen perjuangan dari kapten wiroka.)
  • Legian  + (Desa Adat Legian dan Kelurahan Legian padaDesa Adat Legian dan Kelurahan Legian pada saat ini meliputi wilayah (geografis) yang sama, terdiri dari 3 banjar. Dalam “wewengkon” desa adat, ketiga banjar itu adalah Banjar SukaDuka Legian Kaja, Legian Tengah (Pekandelan) dan Legian Kelod. </br></br>Berbatasan dengan wilayah Desa Seminyak di sebelah utara dan Desa Kuta di sebelah selatan, daerah ini berdekatan dengan sungai (Tukad Mati) dan lahan persawahan. Desa Legian dikenal sebagai daerah pariwisata yang dilengkapi dengan banyaknya fasilitas kepariwisataan termasuk pusat-pusat hiburan. Selain itu, Desa Legian juga memiliki pantai yang sangat indah yang menjadi tujuan wisata utama bagi para wisatawan. </br></br>Berdasarkan sejarah, desa Legian bermula dari penemuan sebuah pohon cermai yang rasanya manis. Hal ini di luar kebiasaan karena cermai pada umumnya memiliki rasa yang asam. Sejak saat itu, wilayah desa tersebut dinamakan Karang Kemanisan. </br></br>Nama Karang Kemanisan ini diketahui dari ucapan-ucapan para sadeg patih (menusia yang dijadikan mediator Ida Bhatara) yang “kerauhan” ketika dilaksanakan upacara agama di pura-pura Desa Legian. Mereka kerap mengucapkan “Damuh Karang Kemanisan”. </br></br>Nama Karang Kemanisan juga mengandung filosofi generasi mendatang yang menempati tempat tersebut senantiasa menjaga keserasian dalam bersikap dan bertingkah laku serta, menjaga keindahan alam beserta lingkungannya. Sehingga mereka bisa dilimpahi kemakmuran dan kesejahteraan lahir batin. Lama-kelamaan nama Karang Kemanisan itu diubah menjadi Legian. Kata legian berasal dari kata dasar legi yang juga berarti manis. Dalam bahasa Jawa Kuno, legi juga berarti manis. </br></br>Sanggar Seni Taksu Murti Kemanisan di Legian kemudian membuat pertunjukkan karya seni diantaranya komposisi Tabuh Bebarongan Legi Manis, Tarian Rerejangan Upasaksi, Tari Kreasi Tri Taksu dan Tari Telek sesuai ciri khas Desa Adat Legian. Bahkan tarian ini pernah dipentaskan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41. </br></br>Kini Desa Legian terus berbenah. Selain berprofesi sebagai nelayan, rata-rata warga Legian mencari nafkah dari sektor pariwisata. Seperti bekerja di hotel atau membuka art shop. Kawasan di sekitar Legian juga sudah tertata dengan baik sehingga membuat nyaman wisatawan yang ingin berkunjung.at nyaman wisatawan yang ingin berkunjung.)
  • Desa Batununggul  + (Desa Batununggul terletak di Pulau Nusa PeDesa Batununggul terletak di Pulau Nusa Penida, sebelah selatan Pulau Bali, merupakan salah satu desa di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Secara administratif desa ini memiliki luas wilayah 1.345 Km2 yang terbagi atas 4 (empat) Dusun yaitu Batununggul, Kutapang Kangin, Kutapang Kauh, dan Batumulapan serta 13 (tiga belas) Banjar Adat. </br>Desa Batununggul merupakan pusat kota dari Kecamatan Nusa Penida.</br>Jarak desa/kelurahan yang terjauh sekitar 35 km atau dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan. Jarak pusat pemerintahan Desa Batununggul dari ibu kota kabupaten Klungkung sekitar 15 km dan dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan.an dapat ditempuh selama 2 jam perjalanan.)
  • Desa Beraban  + (Desa Beraban memiliki potensi besar di bidDesa Beraban memiliki potensi besar di bidang agrowisata dan keunikan budaya adat istiadat. Di desa ini terdapat arsitekur rumah penduduk asli yang masih sangat kental dengan ukiran-ukiran yang terdapat di gapura pintu masuknya. Di desa beraba terdapat objek wisata terkenal yakni Pura Tanah Lot dan Pantai nyanyi.al yakni Pura Tanah Lot dan Pantai nyanyi.)
  • Perkebunan Anggur Rakyat Dencarik  + (Desa Dencarik merupakan sentra anggur di kDesa Dencarik merupakan sentra anggur di kabupaten Buleleng, berlokasi lebih kurang 3 kilometer dari Pantai Lovina. Desa Dencarik merupakan salah satu desa agraris di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Desa Dencarik merupakan salah satu desa penghasil buah anggur dan produk olahan anggur di Buleleng.</br>http://dencarik-buleleng.desa.id/uleleng. http://dencarik-buleleng.desa.id/)
  • Kutampi  + (Desa Kutampi merupakan salah satu desa yanDesa Kutampi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, Indonesia. Secara administratif Desa ini terbagi atas 6 (enam) dusun, yang meliputi: Dusun Bayuh, Dusun Jurangpait, Dusun Panjok, Dusun Geragah, Dusun Pulagan, Dusun Jurangaya.n Geragah, Dusun Pulagan, Dusun Jurangaya.)
  • Macang  + (Desa Macang berdiri pada tahun 2005, desa Desa Macang berdiri pada tahun 2005, desa ini terdiri dari dua banjar dinas atau dusun, yaitu dusun Macang, dan dusun Triwangsa Macang yang dibatasi oleh beberapa desa. Selain itu, Desa Macang terdiri dari dua banjar adat, yaitu banjar adat Dukuh dan banjar adat Sirang. Komoditas andalan Desa Macang adalah buah salak.tas andalan Desa Macang adalah buah salak.)
  • Desa Manduang  + (Desa Manduang memiliki luas 250,340 Ha terDesa Manduang memiliki luas 250,340 Ha terletak di arah utara Kota Semarapura dengan jarak ±3 Km. Secara topografis Desa Manduang terletak pada ketinggian 154 Meter diatas permukaan air laut. Secara geografis berbatasan dengan beberapa wilayah diantaranya adalah Desa Selat dan Desa Selisihan di bagian utara, Kelurahan Semarapura Kauh di bagian selatan, Tukad Jinah Desa Aan di bagian barat, dan juga Tukad Kunyit Desa Akah dan Kelurahan Semarapura Kaja di bagian timur. Desa Manduang terdiri dari tiga dusun dan enam banjar adat sebagai berikut: Pertama, Dusun Kaleran terdiri dari dua banjar adat, yakni Banjar Kaleran dan Banjar Gingsir; Kedua, Dusun Tengah terdiri dari tiga banjar adat, yakni Banjar Tengah, Banjar Kanginan, dan Banjar Jero; Ketiga, Dusun Tubuh terdiri dari satu banjar adat, yakni Banjar Tubuh. Mengenai asal-usul kata Manduang ditinjau dari etimologi, kata Manduang berasal dari akar kata “manda” dan “wang” atau “wong”. Manda artinya gelombang atau tahap, sedangkan wang atau wong artinya orang atau manusia. Jadi, arti kata Manduang merupakan orang-orang yang datang secara bertahap atau bergelombang. Dikatakan dahulu, penduduk Desa Manduang merupakan pendatang yang berasal dari daerah-daerah yang memiliki adat dan kebiasaan yang berbeda-beda. Untuk melihat lebih jelas sejarah berdirinya Desa Manduang, tidak terlepas dari sejarah keberadaan banjar-banjar di Desa Manduang tersebut. Kerajinan khas Desa Manduang yakni Tenun Cakcak. Di Desa ini juga terdapat Pura Titra Gumi Uwug sebagai obyek wisata religi.tra Gumi Uwug sebagai obyek wisata religi.)
  • Desa Wisata Munggu  + (Desa Munggu yang terletak di Kecamatan MenDesa Munggu yang terletak di Kecamatan Mengwi bagian Selatan Kabupaten Badung merupakan daerah dekat pantai. Terdapat tradisi makotekan yakni semacam atraksi yang mempergunakan bambu yang dibawa oleh masyarakat lokal yang mempunyai makna keperwiraan dalam peperangan, atraksi seperti ini sudah menjadi daya tarik wisata khusus di Desa Munggu.i daya tarik wisata khusus di Desa Munggu.)
  • Desa Nyalian  + (Desa Nyalian yang terletak di kecamatan BaDesa Nyalian yang terletak di kecamatan Banjarangkan kabupaten Klungkung merupakan Desa yang penuh dengan potensi di bidang pertaniannya. Desa dengan luas wilayah 4,97 km² , memiliki delapan dusun atau banjar yaitu antara lain dusun Dukuh, Geria, Kapit, Kelodan, Pekandelan, Pemenang, Tegalwangi, dan Umanyar.ndelan, Pemenang, Tegalwangi, dan Umanyar.)
  • Nyuhtebel  + (Desa Nyuhtebel di Kecamatan Manggis, KabupDesa Nyuhtebel di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Bali memiliki asal usul nama desa berkaitan dengan keberadaan hutan kelapa. Hal tersebut tersurat di dalam prasasti Kerajaan Gelgel tentang misi pasukan Kerajaan Gelgel atas perintah Raja Gelgel tahun 1465 M Dalem Batur Enggong Kresna Kepakisan untuk melumpuhkan kekuatan dan mengambil alih kekuasaan De Dukuh Mengku Tenganan karena tidak tunduk kepada kekuasaan Kerajaan Gelgel.</br></br>Setelah misi tersebut berhasil, hutan kelapa yang sangat lebat di sebelah selatan Desa Tenganan hingga ke tepi pantai diserahkan kepada pasukan perang kerajaan Gelgel dibawah komando Ki Bedolot untuk membangun benteng pertahanan perang, mengawasi antek antek De Dukuh Mengku yang belum tertangkap dan juga melindungi keamanan Kerajaan Gelgel di bagian Timur.</br></br>Pusat Benteng pertahanan perang inilah yang lambat laun berkembang menjadi desa bernama Desa Nyuhtebel. Nyuh berarti Kelapa, tebel bermakna sangat lebat. Nyuhtebel mengandung makna hamparan hutan kelapa yang sangat lebat.</br></br>Seiring perjalanan waktun semenjak tahun 1465 hingga masa kini, hamparan hutan kelapa yang sangat lebat mengalami alih fungsi menjadi tegalan dengan tanaman campuran kelapa, pisang, kakao, dan kayu hutan. Ada juga yang diolah menjadi lahan sawah. Memasuki tahun 80-an hingga tahun 90-an, alih fungsi lahan tegalan kelapa meningkat.</br></br>(https://balebengong.id/sejarah-dan-keunikan-kelapa-di-desa-nyuhtebel/)ah-dan-keunikan-kelapa-di-desa-nyuhtebel/))
  • Pejukutan  + (Desa Pejukutan adalah salah satu dari 16 (enam belas) desa yang ada di Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Desa ini termasuk kawasan perbukitan.)
  • Pengastulan  + (Desa Pengastulan terletak di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Bali. Desa ini memiliki pantai, sungai, muara, dan juga sawah.)
  • Pengeragoan  + (Desa Pengeragoan merupakan salah satu dariDesa Pengeragoan merupakan salah satu dari beberapa desa yang ada di wilayah Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Desa Pengeragoan terletak kurang lebih 45 (empat puluh lima) kilometer ke arah timur dari pusat kota Jembrana. Secara administratif, Desa Pengeragoan terbagi atas 5 (lima) Banjar Dinas antara lain Banjar Dinas Pengeragoan Dangin Tukad, Banjar Dinas Pengeragoan Dauh Tukad, Banjar Dinas Badingkayu, Banjar Dinas Mengenuanyar dan Banjar Dinas Pasut. Objek wisata yang berada di Desa Pengeragoan yakni Pantai Yeh Leh dan Rest Area Pengeragoan. Pantai Yeh Leh dan Rest Area Pengeragoan.)
  • Desa Peninjoan  + (Desa Peninjoan memiliki potensi wisata yanDesa Peninjoan memiliki potensi wisata yang sudah dikembangkan seperti pesona alam perbukitan yang asri di dukuh hill, tempat wisata mahapraja, dan tempat wisata pantunan yang menghadirkan panorama alam berupa sawah terasering yang mirip dengan objek wisata Rice Terrace Ceking di Tegallalang.wisata Rice Terrace Ceking di Tegallalang.)
  • Desa Penyaringan  + (Desa Penyaringan adalah desa yang berada dDesa Penyaringan adalah desa yang berada di kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Desa Penyaringan yang terdiri atas 13 Banjar ini luasnya membentang dari puncak gunung di bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, hingga lepas pantai di bagian selatan. 13 banjar ini meliputi Banjar Anyar Kelod, Banjar Anyar Tengah, Banjar Anyar Tembles, Banjar Yeh Buah, Banjar Tibu Beleng Tengah, Banjar Tibu Beleng Kelod, Banjar Tibu Beleng Kaler, Banjar Anyar Kaja, Banjar Yeh Mecebur, Banjar sembung, Banjar Pangkung Kwa, Banjar Penyaringan, dan Banjar Tibu Tanggang. Pada sektor perkebunan, Desa Penyaringan memiliki komoditi seperti kakao, kelapa, dan cengkeh.moditi seperti kakao, kelapa, dan cengkeh.)
  • Desa Perancak  + (Desa Perancak merupakan desa yang berada dDesa Perancak merupakan desa yang berada di dataran rendah yang memiliki ketinggian ± 125 m di atas permukaan laut. Desa Perancak memiliki batas-batas wilayah diantaranya: daerah utara dibatasi oleh Desa Budeng, sebelah selatan dibatasi oleh Samudra Hindia, sebelah timur dibatasi oleh Desa Air Kuning, sebelah barat dibatasi oleh Desa Pengambengan. Daerah Perancak merupakan daerah pesisir yang indah, asri, dan memiliki potensi. Pantai Perancak adalah salah satu objek wisata di desa ini.dalah salah satu objek wisata di desa ini.)
  • Pertima  + (Desa Pertima terletak di Kecamatan KarangaDesa Pertima terletak di Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Luas Wilayah Desa Pertima sekitar 13,16 Km2 atau sekitar 13% luas Kabupaten Karangasem. Desa Pertima adalah salah satu desa yang ada di kecamatan Karangasem yang berjarak 7 kilometer dari Pemerintahan Kecamatan Karangasem dengan jarak tempuh kurang lebih 15 menit. Desa Pertima merupakan desa dinas yang terdiri dari tiga desa adat. Nama Desa Pertima merupakan singkatan dari tiga nama desa yaitu Perasi, Timbrah, dan Asak. Secara administratif Desa Pertima terbagi atas 13 Banjar Dinas yang ada pada masing masing desa adat yaitu Perasi Kangen, Perasi Kaler, Perasi Tengah, Perasi Kelod, Perasi Kauh, Timbrah Desa, Timbrah Desa II, Timbrah Lambuan, Timbrah Beji, Timbrah Manakyeh, Asak Kawan, Asak Tengah, dan Asak Kangin. Asak Kawan, Asak Tengah, dan Asak Kangin.)
  • Desa Pinggan  + (Desa Pinggan Kintamani, Bangli menjadi lokDesa Pinggan Kintamani, Bangli menjadi lokasi liburan yang tak kalah menariknya di Bali. Desa Pinggan bisa menjadi salah satu alternatif desa wisata saat berkunjung ke Bali. Apalagi bagi wisatawan yang suka berburu pemandangan sunrise. Dengan lokasinya yang berada di dataran tinggi, menjadikan Desa Pinggan sebagai tempat yang menyajikan panorama matahari terbit dan romantis yang tak terbantahakan saat menunggu pagi. </br>Selain itu, Desa Pinggan menyajikan pemandangan desa berkabut berlatar pegunungan yang cantik. Desa Pinggan berada didekat Gunung Batur dengan danaunya yang sangat terlihat memukau dengan udara segar dan sejuk. Danau Batur itu sendiri berada di Desa Pinggan dan sudah ditentukan oleh UNESCO sebagai taman bumi atau global geopark nertwork. Jika Anda suka wisata alam pedesaan, desa ini bisa dijadikan alternatif liburan yang bisa diambil sekaligus menjadi spot foto di Bali yang menarik.</br>Keindahan sunrise di Desa Pinggan semakin ciamik oleh adanya permadani kabut yang terhampar di areal pegunungan. Kemudian di bawahnya adalah pemandangan areal persawahan yang samar-samar tertutup kabut. Bulan terbaik untuk menikmati sunrise dan kabut di Desa Pinggan adalah sekitar bulan September sampai November.</br> Di Desa Pinggan, wisatawan bisa berileksasi sambil menikmati segaranya udara pegunungan. Setelah menikmati matahari terbit, pengunjung juga bisa melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Gitgit yang letaknya tidak begitu jauh dari Desa Pinggan. Kini Desa Pinggan menjadi tujuan wisata istimewa bagi mereka yang ingin menyaksikan keindahan wisata di Bali selain pantai. Ditempat ini pengunjung bisa lebih mudah menikmati keindahan alam sunrise dan kabut karena lokasinya bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor dan tidak perlu bersusah payah mendaki.or dan tidak perlu bersusah payah mendaki.)
  • Desa Sanur Kaja  + (Desa Sanur Kaja merupakan daerah dataran rDesa Sanur Kaja merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-7 meter diatas permukaan laut. luas wilayah 269 Ha dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut; (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kesiman, Desa Kesiman Petilan; (2) Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Badung (Pantai Sanur); (3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kauh; (4) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumerta Kelod, Kelurahan Renon. Desa Sanur Kaja terdiri dari delapan Dusun/Banjar Dinas.a terdiri dari delapan Dusun/Banjar Dinas.)