How to reduce waste at school canteen? Post your comments here or propose a question.

Legian

Kantor-Kelurahan-Legian.jpg
Name of Place
Legian
Location
Reference
https://kuta.co.id/directory-listing/kantor-kepala-kelurahan-legian/
Lontar
    Folktales
      Biographies
        Children's Books
          Books
            Holidays and Ceremonies


              Add your comment
              BASAbaliWiki welcomes all comments. If you do not want to be anonymous, register or log in. It is free.

              Information about place


              In English

              Legian Village currently cover the same (geographical) area, consisting of 3 banjars. In the traditional village “wewengkon”, the three banjars are the SukaDuka Banjar Legian Kaja, Legian Tengah (Pekandelan) and Legian Kelod.

              Bordered by the Seminyak Village area in the north and Kuta Village in the south, this area is adjacent to the river (Tukad Mati) and rice fields. Legian Village is known as a tourism area which is equipped with many tourism facilities including entertainment centers. In addition, Legian Village also has a very beautiful beach which is the main tourist destination for tourists.

              Based on history, Legian village began with the discovery of a Otaheite gooseberry that tastes sweet. This is unusual because Otaheite gooseberry generally have a sour taste. Since then, the village area is called Karang Kemanisan.

              The name Karang Kemanisan is known from the utterances of the "sadeg patih" (humans who are used as mediators for Ida Bhatara) who are trance when religious ceremonies are carried out at the Legian Village temple. They often say "Damuh Karang Kemanisan".

              The name Karang Kemanisan also contains the philosophy of future generations who occupy the place to always maintain harmony in attitude and behavior and maintain the beauty of nature and its environment. So that they can be blessed with prosperity and well-being. Over time the name Karang Kemanisan was changed to Legian. The word legian comes from the root word "legi" which also means sweet. In the Old Javanese language, legi also means sweet.

              The Taksu Murti Kemanisan Art Studio in Legian then performed artistic performances including the composition of the Legian Manis Bebarongan Tabuh, the Rerejangan Upasaksi Dance, the Tri Taksu Creation Dance and the Telek Dance according to the characteristics of the Legian Traditional Village. This dance was even performed at the 41st Bali Arts Festival (PKB).

              Now Legian Village continues to improve. Apart from being a fisherman, most Legian residents make a living from the tourism sector. Like working in a hotel or opening an art shop. The area around Legian is also well organized so that it makes tourists who want to visit comfortable.

              In Balinese

              In Indonesian

              Desa Adat Legian dan Kelurahan Legian pada saat ini meliputi wilayah (geografis) yang sama, terdiri dari 3 banjar. Dalam “wewengkon” desa adat, ketiga banjar itu adalah Banjar SukaDuka Legian Kaja, Legian Tengah (Pekandelan) dan Legian Kelod.

              Berbatasan dengan wilayah Desa Seminyak di sebelah utara dan Desa Kuta di sebelah selatan, daerah ini berdekatan dengan sungai (Tukad Mati) dan lahan persawahan. Desa Legian dikenal sebagai daerah pariwisata yang dilengkapi dengan banyaknya fasilitas kepariwisataan termasuk pusat-pusat hiburan. Selain itu, Desa Legian juga memiliki pantai yang sangat indah yang menjadi tujuan wisata utama bagi para wisatawan.

              Berdasarkan sejarah, desa Legian bermula dari penemuan sebuah pohon cermai yang rasanya manis. Hal ini di luar kebiasaan karena cermai pada umumnya memiliki rasa yang asam. Sejak saat itu, wilayah desa tersebut dinamakan Karang Kemanisan.

              Nama Karang Kemanisan ini diketahui dari ucapan-ucapan para sadeg patih (menusia yang dijadikan mediator Ida Bhatara) yang “kerauhan” ketika dilaksanakan upacara agama di pura-pura Desa Legian. Mereka kerap mengucapkan “Damuh Karang Kemanisan”.

              Nama Karang Kemanisan juga mengandung filosofi generasi mendatang yang menempati tempat tersebut senantiasa menjaga keserasian dalam bersikap dan bertingkah laku serta, menjaga keindahan alam beserta lingkungannya. Sehingga mereka bisa dilimpahi kemakmuran dan kesejahteraan lahir batin. Lama-kelamaan nama Karang Kemanisan itu diubah menjadi Legian. Kata legian berasal dari kata dasar legi yang juga berarti manis. Dalam bahasa Jawa Kuno, legi juga berarti manis.

              Sanggar Seni Taksu Murti Kemanisan di Legian kemudian membuat pertunjukkan karya seni diantaranya komposisi Tabuh Bebarongan Legi Manis, Tarian Rerejangan Upasaksi, Tari Kreasi Tri Taksu dan Tari Telek sesuai ciri khas Desa Adat Legian. Bahkan tarian ini pernah dipentaskan dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41.

              Kini Desa Legian terus berbenah. Selain berprofesi sebagai nelayan, rata-rata warga Legian mencari nafkah dari sektor pariwisata. Seperti bekerja di hotel atau membuka art shop. Kawasan di sekitar Legian juga sudah tertata dengan baik sehingga membuat nyaman wisatawan yang ingin berkunjung.


              https://kuta.co.id/directory-listing/kantor-kepala-kelurahan-legian/


              I Kadek