Search by property

From BASAbaliWiki

This page provides a simple browsing interface for finding entities described by a property and a named value. Other available search interfaces include the page property search, and the ask query builder.

Search by property

A list of all pages that have property "Biography example text id" with value "Gambar mozaik dari sampah plastik". Since there have been only a few results, also nearby values are displayed.

Showing below up to 26 results starting with #1.

View (previous 50 | next 50) (20 | 50 | 100 | 250 | 500)


    

List of results

  • Dewi Dian Reich  + (Cappucino dan Croissant adalah bagian dariCappucino dan Croissant adalah bagian dari rangkaian yang membawa Topeng Tua melintasi lanskap sosial dan perkotaan yang berbeda. Ada referensi di sini mengenai identitas tradisional, kesan adanya perpindahan dan keterasingan. Lapisan makna yang dapat kita uraikan di sini untuk direnungkan benar-benar terbuka. Anda bahkan mungkin menemukan humor di sini.da bahkan mungkin menemukan humor di sini.)
  • Dr. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si.  + (Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah Cerita Uwug Kengetan diawali dengan kisah perjalanan Ida Dalem Kresna Kepakisan, yang bertahta di kerajaan Samplangan Gianyar. Keberadaan beliau di Samplangan adalah berkat anugerah raja Majapahit yang menitahkan para patih andalan serta para arya Majapahit, termasuk Arya Kapakisan dari keturunan Kadiri, agar berkenan mendampingi serta menjaga secara maksimal dan penuh setia keberadaan Ida Dalem Kresna Kapakisan di Bali. Cerita Uwug Kengetan yang sarat akan nilai sejarah religius ini, digubah menjadi puisi Bali Purwa berbentuk geguritan. Disuguhkan dalam bentuk dwi aksara (Bali dan Latin), dilengkapi sejumlah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.ah ilustrasi berdasarkan isi pokok cerita.)
  • Chandra Yowani  + (Chandra Yowani Aku adalah Perempuan AkuChandra Yowani</br></br>Aku adalah Perempuan</br></br></br>Aku adalah perempuan</br>yang susuri pesisir moyangku dalam diam</br>berusaha pahami kelahiran demi kelahiran </br>di tiap semesta pada tiap masa</br></br>Aku adalah perempuan yang suatu kali </br>mungkin pernah menghangatkan ranjangmu dan </br>puaskan kelelakianmu,</br>catatkan percintaan pada ingatan jiwa </br>hingga kau buru di tiap reinkarnasi</br></br>Aku adalah perempuan yang membasuh luka sendiri,</br>perihnya tegakkan langkahku</br>tak perlu kau tanya air mata mana yang terderas, </br>telah kusurutkan sumbernya</br></br>Aku adalah perempuan yang kakinya telanjang </br>menapaki dahaga siang, juga lenguhan malam</br>tak hendak kupinjam sepatu siapa pun</br>aku ingin setiap molekul indra ku mengingat sensasinya</br>karena ini petualanganku sendiri</br></br>Aku adalah perempuan yang pernah tersesat </br>hingga terperangkap dalam labirin keakuan angkuhku, </br>ruang gelap batinku</br></br>Hingga kusadari,</br>aku hanyalah perempuan yang terbelit kumparan karma</br>tualangku aliri rekaman cinta semesta</br>hidup ini sejatinya tentang kesadaran </br>dan keberserahan pada Dia </br>yang bersemayam dalam diri sejati</br> </br></br>Juni 2020</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Perempuan Berkebaya</br></br></br>Saat diam-diam langit meminang rembulan,</br>Perempuan berkebaya, </br>arah manakah tatapnya berkelana?</br>Susuri lorong waktu dan ruang tak bertepi</br> Tak lelahkah?</br></br>Kerling mentari bersaksi, semesta mencatat,</br>Perempuan tak hanya tentang sumur, dapur, dan kasur</br>Perempuanlah pembawa rahim semesta. </br>Sejarah berganti oleh gemulai lekuk tubuh perempuan.</br></br>Perempuan berkebaya,</br>dipangkunya tangis kanak-kanak dalam buaian,</br>cerita tiap jiwa tak pernah sama,</br>maka kenalilah perjalanan, </br>gumamnya sembari mengurai kusut perjalanannya sendiri</br></br>Perempuan berkebaya,</br>disemainya cinta di ladang-ladang kosong para pengembara</br>dilagukannya nyanyian semesta "Bapaku cahaya, Ibuku bumi"</br>duhai, hati yang mabuk gairah duniawi, </br>masihkah ragu akan Kasih Sejati?</br>Perempuan berkebaya,</br>dibiarkannya para lelaki mengangkangi tubuhnya </br>tapi tidak pola pikirnya</br>direlakannya badannya dijamah kerakusan birahi </br>tapi tidak hati dan jiwanya</br>karena tubuh ini hanya sementara, </br>badan ini hanya pinjaman, katanya</br></br>Perempuan berkebaya, </br>berceritalah arah manakah deru langkah itu menuju?</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Senja di Dermaga</br></br></br>langit selalu memukau</br>bila bercerita tentang waktu</br>kelana yang lampau</br>tak pernah sengaja membuatku tergugu bisu</br></br>senja selalu jatuh dengan kesetiaan</br>pada batas cakrawala</br>memulas langit dalam kecintaan </br>dan birahi yang sama</br></br>entah mengapa,</br>dermaga seringkali</br>membawakan senja</br>untukku lebih dalam mengenal-Mu</br>membawaku kembali</br>pada ruang-ruang hati yang merindu</br>tak terkendali pada-Mu</br>tapi,</br>sering kuabaikan atas nama cinta</br>yang justru tak pernah kukenali maknanya</br></br>menatap senja di dermaga,</br>bersama siapa pun kubersisian, </br>walau dalam luka terperih,</br>aku pasti tersihir nyanyian ombak,</br>tenggelam dalam pusaran kesadaran,</br>betapa aku sering lalai,</br>sesungguhnya cinta-Mu tak pernah usai,</br>betapa telah Kau hadirkan Mahaguru yang </br>selalu menuntunku dengan kesabaran </br>dan kasih</br>tak terhingga</br></br>karena Engkau, menungguku untuk pulang </br>dalam damai</br>Tuhan, biarlah jiwaku hanya berlabuh di</br>dermaga cinta-Mu</br> </br></br>Jimbaran, 1 December 2019 cinta-Mu Jimbaran, 1 December 2019)
  • Caesilia Nina Yanuariani  + (dalam kabut waktu orang-orang singgah menidalam kabut waktu</br>orang-orang singgah</br>meninggakan zaman</br></br>kepada siapa ia menitipkan</br>buah-buah anggur di musim panen</br></br>karena ia paham</br>sebuah rumah tak lagi</br>memberinya rasa nyaman</br></br>entah siapa pula yang terjebak</br>dalam pusaran waktu</br>suara gemuruh hujan</br>menghanyutkan ladang-ladang</br>membiarkan kupu-kupu dan kunang-kunang</br>terbang jauh</br></br>hanya karena angin memanggil</br>kau surutkan air mata di pelupuk hati</br>ke dalam jeram yang menghujam bilik jantungmu</br></br>lalu negeri ini berpulang</br>meninggalkan lembah</br>burung-burung terbang</br>meninggalkan sarang. Ia merasa letih</br>menyangga bumi dengan bilur-bilur di tubuhnya</br>memerah ...</br></br>kelak perjalanan ini selalu merindukan petang</br>menimang-nimang kesepian</br></br>(BPM 10 Oktober 2010)ang-nimang kesepian (BPM 10 Oktober 2010))
  • Tjandra Hutama  + (Dalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dariDalam serial ‘Rejang, Pengingat Indah dari Ketidakkekalan’ ini, tema keindahan, ketidakkekalan dan waktu dieksplorasi. Tjandra Hutama telah memenangkan banyak penghargaan dalam kompetisi fotografi. Kejenuhan keindahan bergambar yang dia temui selama tahun-tahun itu yang mendorong kebutuhan untuk mencerminkan sesuatu yang lebih dalam tentang persepsi kita tentang keindahan. Untuk mengingatkan kita akan ketidakkekalan dan keterbatasannya.</br></br>Keindahan fisik yang tunduk pada pembusukan dan dekonstruksi menyatu dengan representasi spiritual dan sakral. Elemen yang abadi dan tak terbatas. Di dalam lapis-lapis citra Rejang, keindahan para penari menyatu dengan tekstur bangunan yang roboh, dinding yang lapuk, kayu rapuh, daun, karat, abu, dan debu. Meskipun demikian, apa yang kita lihat tetap indah. Tekstur yang diperkenalkan ke dalam karya ini mewakili lima elemen yang dikenal sebagai Panca Maha-Bhuta. Unsur-unsur yang menjadi dasar dari semua ciptaan kosmis seperti yang diyakini dalam agama Hindu.s seperti yang diyakini dalam agama Hindu.)
  • I Gusti Putu Windya  + (Dari geguritan cangak ini memperlihatkan bDari geguritan cangak ini memperlihatkan bagaimana tokoh cangak yang menyalahgunakan kepandaiannya dengan cara menipu untuk memenuhi ketamakannya yang nantinya tokoh cangak ini mendapatkan karma dari hasil perbuatannya yaitu terbunuh oleh tokoh kepiting. Dilain hal tokoh kepiting memperlihatkan keberanian untuk mengungkap sebuah kebenaran dan melawan kejahatan.ap sebuah kebenaran dan melawan kejahatan.)
  • Putu Sabda Jayendra  + (Di Bunutin, sebuah desa di tepi kaldera Batur, Kintamani, tinggallah Mongah, sang manusia pakis. Di sana, Mongah telah menjaga mereka dari petaka selama ratusan tahun,—petaka terbesar yang lahir dari kesombongan manusia.)
  • I Gusti Putu Hardi Yudana  + (Di daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai beDi daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai bermunculan industri kecil setingkat rumah tangga yang memproduksi kerupuk Ladrang. Dari beberapa industri kecil yang ada di Kecamatan Penebel, terdapat dua di antaranya yang digandeng sebagai mitra. Mitra pertama memproduksi dan memasarkan kerupuk Ladrang yang dikelola secara mandiri oleh Gusti Ayu Putu Sukarini yang juga sekaligus pemilik dari industri Ladrang “Biang Bagus. Mitra kedua adalah industri Ladrang “Bu Gusti” yang didirikan oleh Ni Gusti Ayu Komang Niri. Program Kemitraan Masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan produksi dengan memberikan bantuan berupa peralatan penunjang proses produksi disertai pelatihan dan pendampingan. Selain itu program ini juga bertujuan meningkatkan pemasaran dengan memberikan bantuan berupa pelatihan pemasaran melalui media sosial dan bantuan berupa aplikasi berbasis android kepada masing-masing mitra untuk menangani pemesanan. Bantuan yang diberikan adalah bantuan berupa barang, jasa, pelatihan dan pendampingan. Di mana</br>dari hasil yang diperoleh, kedua mitra merasa sangat terbantu yang dibuktikan dengan proses produksi yang menjadi lebih efisien dan cepat. Kedua mitra saat ini memiliki wawasan yang lebih luas, utamanya dalam hal penggunaan teknologi dalam bidang pemasaran. Program yang diajukan juga diharapkan mampu terus berlanjut sehingga meningkatkan omzet dari</br>kedua mitra tersebut.ingkatkan omzet dari kedua mitra tersebut.)
  • I Gusti Ngurah Ady Kusuma  + (Di daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai beDi daerah Tabanan-Bali, saat ini, mulai bermunculan industri kecil setingkat rumah tangga yang memproduksi kerupuk Ladrang. Dari beberapa industri kecil yang ada di Kecamatan Penebel, terdapat dua di antaranya yang digandeng sebagai mitra. Mitra pertama memproduksi dan memasarkan kerupuk Ladrang yang dikelola secara mandiri oleh Gusti Ayu Putu Sukarini yang juga sekaligus pemilik dari industri Ladrang “Biang Bagus. Mitra kedua adalah industri Ladrang “Bu Gusti” yang didirikan oleh Ni Gusti Ayu Komang Niri. Program Kemitraan Masyarakat ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan produksi dengan memberikan bantuan berupa peralatan penunjang proses produksi disertai pelatihan dan pendampingan. Selain itu program ini juga bertujuan meningkatkan pemasaran dengan memberikan bantuan berupa pelatihan pemasaran melalui media sosial dan bantuan berupa aplikasi berbasis android kepada masing-masing mitra untuk menangani pemesanan. Bantuan yang diberikan adalah bantuan berupa barang, jasa, pelatihan dan pendampingan. Di mana</br>dari hasil yang diperoleh, kedua mitra merasa sangat terbantu yang dibuktikan dengan proses produksi yang menjadi lebih efisien dan cepat. Kedua mitra saat ini memiliki wawasan yang lebih luas, utamanya dalam hal penggunaan teknologi dalam bidang pemasaran. Program yang diajukan juga diharapkan mampu terus berlanjut sehingga meningkatkan omzet dari</br>kedua mitra tersebut.ingkatkan omzet dari kedua mitra tersebut.)
  • Ida Ayu Oka Rusmini  + (DI DEPAN MEJA RIAS sebatang lipstik mendeDI DEPAN MEJA RIAS</br></br>sebatang lipstik mendekat. Aromanya liar.</br></br>dengan pandai dilumatnya bibirku.</br></br>dia meneteskan:</br></br>arak, kekentalan susu, dan aroma asin aku melihat topeng menari-nari lewat mataku (seorang laki-laki mendekat) Kau perlukan segenggam bedak.</br></br>kurebut kucairkan di wajahku aku mulai mengurai butir-butir itu menutupi lubang pori-pori wajahnya.</br></br>Pori-pori itu diam, menikmati kehangatannya Sebatang pensil alis mengangkat dirinya tinggi-tinggi.</br></br>Dia pandai memainkan huruf-huruf di atas mataku dia mulai melukis dan membuat huruf baru katanya: huruf ini hanya milik perempuan (seorang laki-laki mendekat) dia kagumi keliaran warna-warna yang melekat.</br></br>aku mulai menggeliat, agak panas.</br></br>benda-benda itu terus menahanku.</br></br>aku berloncatan, mengurai diriku.</br></br>hati-hati kubakar wajahku.</br></br>(laki-laki itu menjauh)</br></br>Denpasar, Januari 1997-laki itu menjauh) Denpasar, Januari 1997)
  • IDK Raka Kusuma  + (Di Lapangan Puputan DI LAPANGAN PUPUTAN (Di Lapangan Puputan</br>DI LAPANGAN PUPUTAN </br>(IDK Raka Kusuma) </br>/1/ </br>Di lapangan Puputan, Lirang saban malam aku menunggu </br>duduk di ujung yang dekat dengan trotoar hingga terbit matahari </br>seperti sebelum-sebelumnya. Akan aku ajak mengobrol hingga air liur berkecipratan membahas demokrasi membicarakan suksesi </br>hingga urat leher kencang </br>tidak mempedulikan orang-orang yang mengerumuni kami. Geleng-geleng, bingung sampai tak mempedulikan</br> anjing yang menggonggong. </br>Lirang, Lirang, Lirang </br>selalu, selalu aku menunggu </br>/2/ </br>Ada yang memberitahuku </br>bahwa dikau tidak sedang pergi tapi diberangkatkan ke tempat yang sangat sepi </br>di wilayah Sukabumi </br>konon bila sudah di tempat tersebut akan sulit kembali </br>bila sudah di tempat tersebut akan hilang, hilang untuk selama-lamanya </br>yang memberi tahu aku tanyakan tempatnya itu di mana </br>orang tersebut pucat pasi dan gemetar saat menjawab; Jangan tanyakan aku </br>lalu pergi. Masih juga pucat wajahnya berjalan menunduk. Lemas jalannya. </br>/3/ </br>ada juga yang memberitahuku </br>bahwa dikau tidak hilang namun sengaja dihilangkan di tempat yang sunyi dan tersembunyi disembunyikan </br>bagai menyembunyikan kayu bakar </br>konon mencari tempat tersebut katanya sangat sulit, konon juga sepanjang jalan ke sana dijaga oleh singa, </br>dijaga buaya </br>dijaga macan, dijaga raksasa </br>semua galak dan menakutkan apapun itu yang lewat diterkamnya, </br>dicabik-cabik sebelum dimakan tulangnya berserakan dibiarkan </br>baru aku berkata akan pergi ke sana tak terduga tersegesa-gesa dia pergi.</br> /4/ </br>Lirang, Lirang, Lirang apakah benar dia diberangkatkan? Benarkah dia dihilangkan? Malam kemarin, saat memperhatikan bintang </br>ingat aku dengan dikau, empat belas tahun yang lalu </br>berbicara teramat senang: demokrasi akan menang suksesi akan dilaksanakan </br>aku bertanya: menang bagaimana? </br>Dilaksanakan bagaimana pula? Sehabis tertawa berkatalah dia </br>sang kuasa yang menginginkan kekuasaan seumur hidup bersifat raksasa </br>akan berakhir memegang kekuasaan </br>segera, secepatnya akan diganti. </br>/5/ </br>malam ini kusudahi menatap bintang walau sedang tengah malam </br>walau dingin tak terkira </br>di ujung lapangan dekat trotoar aku bernyanyi, </br>Lirang, Lirang, Lirang, masih saja aku menunggu dikau, aku akan memberitakan demokrasi sekarang, kesana-kemari menebarkan racun dengan gambaran penyakit </br>sang penguasa yang dipercaya para rakyat setelah suksesinya lewat, </br>takut, takut dan selalu merasa</br>takut terhadap bayangan seram jingkrak-jingkrak yang amat jauh </br>sungguh senang hati ini bila dikau datang berbicara di sini hingga terbit matahari </br>/2008-2012/i sini hingga terbit matahari /2008-2012/)
  • Ni Wayan Adnyani  + (di pulau nirwana singgasana sedang bercahadi pulau nirwana</br>singgasana sedang bercahaya</br>diasuh sang ibu yang selalu berwarna</br>warna di langit,</br>warna di tangan, tanah, air, </br>dan di ujung tembangnya</br> juga berwarna</br></br>Ibu menjaga dengan menari, </br>berpuisi, dan mendongengkan lakon-lakon rumit </br>lalu diterjemahkan dengan cinta </br>oleh anak-anaknya</br></br>ibu akan selalu bertanya padamu,</br>padaku,</br>pada musim,</br>setiakah aku pada aksara</br>masihkah ibu punya musim bercerita</br>karena ladang katamu</br>tak pernah habis</br>menjaga nirwana</br></br></br>Karangasem, Oktober 2020menjaga nirwana Karangasem, Oktober 2020)
  • Caesilia Nina Yanuariani  + (Di sebuah poster aku melihat wajah ibu repDi sebuah poster</br>aku melihat wajah ibu</br>repertoar unik bermandi cahaya</br>sungguh aneh kukira</br>mengapa ia ada di sana</br></br>sorot matanya tajam</br>seperti hendak menghujam</br>atau ia sedang menipu nestapa?</br></br>di setiap tembang aku melihat jiwa ibu</br>berkelana mengarungi jata raya</br>seperti hendak menemukan</br>kidung kenangan</br></br>Berpuluh abad berpuluh kesunyian</br>Menikam senja</br>Potret khayali hikayat Malinkundang</br>Legenda yang menjadi batu</br>ibarat pusaran air di gigir waktu</br>Bergulung dalam almanak</br>Memberikan warna bagi kanak-kanak</br>Perempuan menjadi ibu</br>Meneteskan darah dari rahim</br>Melahirkan perahu layar</br>Bertumbuh menjadi bahtera</br>Akankah ia menjadi batu padas?</br></br>(Bali Post Minggu, 17 Juli 2016)u padas? (Bali Post Minggu, 17 Juli 2016))
  • Tjandra Hutama  + (Dibalik Karya Seni : Kupu-kupu membutuhkanDibalik Karya Seni :</br>Kupu-kupu membutuhkan sumber daya alam, seperti tumbuhan dan bunga, untuk makanan dan tempat bertelur. Kupu-kupu tidak menyukai kebisingan perkotaan, seperti kendaraan, konstruksi, dan aktivitas manusia lainnya yang dapat mengganggu kupu-kupu dan memengaruhi perilakunya. Kupu-kupu sangat bergantung pada persepsi visual dan kemampuan penciuman, yang penting dalam menemukan makanan dan pasangan. Kebisingan dapat mengganggu kemampuan kupu-kupu untuk berkomunikasi dan memperhatikan lingkungannya. Selain itu, kebisingan yang terus-menerus dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada kupu-kupu. Karena itu, kupu-kupu lebih menyukai lingkungan yang tenang, damai, dan udara bersih.</br></br>Cerminan :</br>“Naluri untuk mencari kedamaian dan kebahagiaan menjadi acuan hidup setiap manusia. Filosofi kupu-kupu mengajarkan manusia untuk lebih luwes, terbuka, berani, sabar, dan menghargai perbedaan. Ini pelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. ."manusia dalam berbagai aspek kehidupan. .")
  • I Nyoman Ekaputra, S.Sos M.AP  + (Dikisahkan Rsi Markandeya mempunyai istri Dikisahkan Rsi Markandeya mempunyai istri yang bernama Dewi Dumara lalu memiliki seorang anak yang bernama Rsi Dewa Sirah Pertami dan Bhujangga Waisnawa. Diceritakanlah Rsi Markandeya ini bertapa di Gunung Hyangg, ternyata di disana beliau mendapatkan banyak gangguan lalu pindahlah beliau bertapa di Gunung Raung, disana beliau mendapat sabda dari Hyang Jagat Natha yang meminta beliau untuk merambas hutan agar menjadi sawah dan kebun ke daerah jawa ke timur. Lalu Rsi Markandeya merambas hutan dengan sarana yadnya dengan lancar.Setelah itu berhasillah beliau membuat persawahan, menambang emas dan sebaginya dihutan tersebut yang di berinama Desa Basukih Karanin. Dinamakan Desa Basukih Karanin karena tidak ada kekurangan apapun disana atau dapat dibilang makmur. Di sana beliau menanam panca datu, mas, perak, tembaga dan lainnya. Dan juga Rsi Markandeya ini memiliki nama lain yakni Ida Maha Rsi Hyang Nerada Tapa.lain yakni Ida Maha Rsi Hyang Nerada Tapa.)
  • Dewi Dian Reich  + (Dipercayai bahwa Barong Landung adalah manDipercayai bahwa Barong Landung adalah manifestasi dari pasangan kerajaan, Raja Jayapangus dan Permaisuri Cina Kang Cing Wie.</br>Cerita berlanjut, bahwa pasangan kerajaan itu sangat mencintai tetapi setelah bertahun-tahun tidak juga dikaruniai anak. Membutuhkan penerus, Raja pergi ke Gunung Batur untuk bertapa dan mencari petunjuk. Saat dia bertapa di sana dia bertemu dan mengambil sebagai istri keduanya Dewi Danu. Putri Dewi Danau Batur. Setelah pernikahan kedua inilah konflik terus menghantui keluarga Raja Jayapangus. Singkatnya, Dewi Danau, marah melihat putrinya terluka dan dikhianati. Karena itu Dia menghancurkan Raja Jayapangus dan istri pertamanya Kang Cing Wie.</br></br>Baca artikel terkait di www.sawidji.com. Baca artikel terkait di www.sawidji.com)
  • Ni Made Ayu Marthini, M.Sc.  + (Direktur Perundingan Bilateral, Ni Made AyDirektur Perundingan Bilateral, Ni Made Ayu Marthini meraih predikat Tiga Terbaik pada Kategori Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Pratama Teladan dalam Anugerah Aparatur Sipil Negara (ASN) Tahun 2021. Ajang ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.n Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.)
  • I Wayan Suartha  + (DONGENG BURUNG BURUNG Dingin masih mengalDONGENG BURUNG BURUNG</br></br>Dingin masih mengalir</br>terdengar suara burung burung</br>mencari deru gelombang laut malam</br>kemana perginya burung burung itu</br>sampai malam larut tak ada suara</br>terbang terbanglah</br>menyambung luka yang lelap</br>berbagi kasih pada anak anak</br></br>bekas goresan perjalanan panjang</br>sampai jauh</br>masih terdengar suara burung burung</br>sehelai demi sehelai bulu sayapnya terlepas</br>melayang layang menumpuk rindu</br>begitu lama ia pelihara</br>kemana perginya burung burung itu</br>jelang pagi belum juga ada suara</br>terbang terbanglah mendekat matahari</br>dengan suara bahasanya</br>anak anaknya terdiam</br></br>dongeng burung burung</br>aku terhenyak masa lalu</br>aku tak pernah melihat wajah ibu</br>wajah burung burung tampak bercermin</br>menunggu bulan menyapa</br>dengan pelan kuraba dadaku</br>bekas bekas luka masa lalu hilang</br>ibu telah mengambilnya</br></br> Binduana, Klungkung 86-20 mengambilnya Binduana, Klungkung 86-20)
  • I Wayan Suartha  + (DONGENGAN SANG LELAKI Bulan mulai mengapuDONGENGAN SANG LELAKI</br></br>Bulan mulai mengapung</br>dalam isyaratmu</br>padahal aku baru tiba di puncak</br>rindu mencari</br>yang datang tak pernah bersatu</br></br>maka kubangun </br>dan menutupkan pintu pintu rumahku tua</br>dimana anak-anakku tertidur telanjang</br>memainkan diamnya yang kokoh</br>mesranya baying tak pasti</br></br>kemudian satu satu bintang menggeser</br>dudukku dari embun dan pandan layu</br>sebelum terbit, Aku</br></br> Binduana, Klungkung ‘83lum terbit, Aku Binduana, Klungkung ‘83)
  • Dewi Dian Reich  + (Dunia Tanpa Suara adalah Antologi seni danDunia Tanpa Suara adalah Antologi seni dan pemikiran. Dengan kontribusi dari Putu Suasta, Warih Wisatsana, Made Kaek, Putu Bonuz, Ellen Lane, Made Artawa, Wayan Suastama, Agung Putra, Made Delo Budiarta, Nyoman Handi, Tjandra Hutama, Made Somadita , David Hopkins, Kadek Sudiasa, ManButur Suantara, Sun Rong Fang, Wayan Juniari, Dewi Dian Reich.</br></br>Sawidji telah menyusun serangkaian karya seni dan puisi untuk presentasi khusus ini. Ini adalah sebuah antologi. Tema 'Dunia Tanpa Suara' ini terinspirasi oleh pengalaman luar biasa yang kami alami saat bekerja sama dengan Komunitas Sekolah Tuli Sushrusa. Bukan hanya tentang meningkatkan kesadaran tentang mereka yang memiliki perbedaan dalam komunitas dan bahasa isyarat kita. Mungkin yang lebih luar biasa, adalah mengalami realitas sifat inklusivitas. Sebagai nilai kuat yang memupuk empati kolektif yang tumbuh.</br></br>Sebagian besar pameran seni memiliki satu tujuan utama yaitu menampilkan dan menonjolkan karya seni dan seniman. Ini sama sekali tidak berbeda. Namun, mungkin semangat yang menyatukan ini sedikit berbeda. Agak eksperimental sehingga tidak dapat diramalkan apa hasilnya. Kami mengundang orang-orang di komunitas kami, baik itu sosial, digital, atau lokal untuk berpartisipasi dalam kontemplasi. Merenungkan konsep ‘Dunia Tanpa Suara’. Ini diterjemahkan menjadi 'Dunia Tanpa Suara' (meskipun dapat juga diterjemahkan menjadi 'Dunia tanpa suara'). Untuk berkontribusi pada refleksi ini menggunakan karya kreatif.</br></br>Semangat Inklusivitas</br></br>Undangan kami dilakukan dalam semangat inklusivitas. Bukan hanya seniman tetapi juga anggota komunitas lainnya yang merasa bahwa refleksi tentang tema ini bermanfaat. Dengan waktu dan ruang yang tersedia, kami hanya bisa mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua orang. Mereka yang karya dan kontribusinya memungkinkan kami mempersembahkan antologi ini. Satu untuk dinikmati semua komunitas kami. Ini sangat kaya dengan wawasan dan pembelajaran. Yang sarat dengan pelajaran hidup dari segala penjuru pengalaman hidup.</br></br>Dengan kebebasan dan keintiman pribadi seperti itu, semua orang datang ke pesan pribadi mereka tentang imajinasi mereka 'Dunia Tanpa Suara'. Untuk setiap kesadaran pada setiap individu, itu adalah pelajaran kebijaksanaan, empati atau hanya keindahan yang bisa kita ikuti.</br>terima kasih yang tulus kepada semua orang yang membuka diri dan dengan murah hati membagikan waktu, kreasi, dan pemikiran mereka kepada kami. Kami merasa terhormat atas kemurahan hati para seniman dan penulis berbakat yang telah bersatu dalam antologi seni dan pemikiran ini, dengan semangat inklusivitas.</br></br>Pameran Online tersedia untuk dilihat di Sawidji.com https://sawidji.com/2023/04/16/world-without-sound-an-anthology/23/04/16/world-without-sound-an-anthology/)
  • Wayan Sumahardika  + (ELEGI KOPER TUA Mungkin inilah saat mengELEGI KOPER TUA </br></br>Mungkin inilah saat mengemasi hati masing-masing.</br></br>Memasukkannya dalam koper lusuh yang lapar.</br></br>Hanya bisa mengunyah sepi sendiri. Sementara </br></br>sudah terlalu sesak kamar yang kita tinggali.</br></br>Kamar sempit di antara kesal terjepit. Pikiran </br></br>melompat ke luar jendela. Percakapan tersesat.</br></br>Ditambah para Tuhan yang keramat. Tengah sengit </br></br>berdebat. Menjadikan cinta kita kian berjarak.</br></br>Semua telah terlipat rapi dalam kotak persegi.</br></br>Laba-laba tua kehilangan sarang. Tak mampu lagi </br></br>buat menyulam benang sendiri. Hanya bisa pasrah.</br></br>Larut perlahan bersama apak koper. Memudarkan </br></br>diri. Mengekalkan perpisahan hati.arkan diri. Mengekalkan perpisahan hati.)
  • Ni Kadék Widiasih  + (EMBUN PENGHIBUR (Ni Kadek Widiasih) BagaiEMBUN PENGHIBUR</br>(Ni Kadek Widiasih)</br></br>Bagai jalannya air</br>Yang bergericik di bawah pohon</br>Memang segar menerebes ditelan</br>Untuk berteduh</br>Lebih-lebih tahu</br>Sinaran matahari setengah api</br>Di tengah jalannya hidup</br>Terasa meraup embunnya</br></br></br>Hendak selalu berdekatan</br>Menghiasi hidup</br>Dapat selalu ada di sini</br>Tatkala perasaan dijauhi</br>Disanalah membagi bagian</br>Merasa terhibur.</br></br>Karangasem, 5-1-2008ian Merasa terhibur. Karangasem, 5-1-2008)
  • Wayan Sumahardika  + (EPILOG Inikah rasanya, berada di rahim buEPILOG </br>Inikah rasanya, berada di rahim bumi </br></br>Kembali menjadi benih yang tak pasti </br></br>Lahir disambut cium bibir matahari </br></br>Atau membiarkan diri gugur </br></br> terkikis bisu tanah </br></br>Jika sekarang waktunya memilih, </br></br>Akan kupilih hidup bagi anakku </br></br>Sebab telah kesekian kali </br></br>diri lahir kembali </br></br>Namun tak pernah sanggup </br></br> menanggalkan cemberut </br></br>pada bibir anak sendiri </br></br>Apalah yang beda dari kematian saat ini </br></br>Sedang rumah tinggal berada </br></br> di antara palung dan tebing gunung </br></br>Hari-hari adalah menanggalkan ketakutan </br></br>Buat hidup sampai esok pagi </br></br>Nak, </br></br>Jika nanti, namaku ada dalam pencarian </br></br>Jangan biarkan orang-orang itu </br></br>Menggali tanah kita.</br></br>Relakan saja tubuh ini terkubur </br></br>Menjadi pupuk buat bekal hidupmu kelak </br></br>Lupakan saja aku, </br></br>Seperti kau melupakan tangis kemarin </br></br>Saat menginginkan mainan baruis kemarin Saat menginginkan mainan baru)
  • I Made Suantha  + (Equilibrium Kupu-kupu (1) Malam terlahir Equilibrium Kupu-kupu (1)</br></br>Malam terlahir karena kerlip kunang-kunang</br>Siapa terlahir ditengah isak. Didalam perasan mawar</br>Dipusaran madu yang terperah dari lenguh lembu</br>“mata air !”</br></br>Peladang kabut menyemai ilalang disebuah taman bunga</br>Menjadi gubuk dengan tiang pohon tanpa getah !</br>Kunang-kunang menyembunyikan gema</br>Menenggelamkan senja disela bayangan</br>Yang melengkung di dalam cahaya. Angin menyentuhmu</br>Sangat pekat. Kau berdiam</br>Dingin karam di diri : kulintasi matahari</br>Mengenal air mata yang sudah terbakar</br>Dibawah ufuk:burung-burung berganti kicau</br>Dengan lenguh sapi meluku endapan air</br>Menera panas</br>Dan ngiang kupu-kupu memekarkan musim bunga ?</br></br>Malam tanpa jarak dengan terbang kelekatu</br>Siapa menunggu di rumah ilalang : menyamak lelehan</br>Madu dan memahami rahasia kupu-kupu di sekuntum bunga ?</br>Kunang-kunang menera sinar bulan,”aku jadi beku</br>Pada panas kalbu !”</br>Jiwaku limbung, menanam warna terburai</br>Dari bayangan lembab !</br>Cuaca kembar berdarah : singatan dan gigilan</br>Pohon terpaku diantaranya !</br>Patung air. Patung air. Kupu-kupu membentuknya</br>Kusemai pada lendir darah : tumbuhlah hamparan</br>Memuati pelabuhan burung</br>Dan cahaya dingin teduh</br>Memanjangkan jejak kupu-kupu yang kembali</br>“aku telah menulis bening mata air !”bali “aku telah menulis bening mata air !”)
  • Nyoman Butur Suantara  + (Fotografi lanskap sangat memuaskan saat AnFotografi lanskap sangat memuaskan saat Anda menjelajahi genre ini. Apalagi jika Anda cukup beruntung untuk tinggal di tempat yang memiliki destinasi menakjubkan semuanya dalam jarak dekat dan kaya keragaman seperti yang kita miliki. Gambar ini diambil di Yeh Malet di Kabupaten Karangasem Bali. Pantai Yeh Malet sebenarnya terkenal dengan Pantai Wates-nya, karena pasir hitamnya yang memantulkan cahaya. Seringkali melalui popularitas, salah satu aspek dari suatu daerah mendapat eksposur dan kita sering tidak melihat banyak lapisan keindahan yang hadir setiap hari. Seperti pada gambar ini. Bukan pantai pasir hitam populer yang cerah, tetapi di malam hari, kehidupan desa masih berjalan.malam hari, kehidupan desa masih berjalan.)
  • Ni Nyoman Srayamurtikanti  + (Garapan ini diciptakan pada tahun 2020 dalGarapan ini diciptakan pada tahun 2020 dalam rangka festival Ubud Performing Arts oleh dua seniman muda Dewa Ayu Eka Putri dan Ni Nyoman Srayamurtikanti. </br></br>Garba nenjadi awal terciptanya kehidupan. Sebuah ruang dimana semesta mikro terbentuk. Rahim perempuan tak lain adalah Brahman itu sendiri, Sang Pencipta semesta.</br>Garapan ini dipersembahkan pada seluruh rahim di semesta. Serta pada semua perempuan hebat di dunia.Serta pada semua perempuan hebat di dunia.)
  • I Putu Pradnyana Anggara  + (Geguritan Geger Kageringan (Ritatkala Sangsaya, Bingung lan Dukhitane Mapadu) merupakah sebuah geguritan yang terinspirasi dari pandemi Covid 19 yang menyerang Indonesia khususnya Bali)
  • I Made Suarsa  + (Geguritan Korona Karana lan Kirana, yang sGeguritan Korona Karana lan Kirana, yang secara sederhana geguritan ini memuat tentang dari awal munculnya virus covid-19 sampai dengan bagaimana kita hidup berdampingan dengan virus ini. Jika dilihat dari padanan kata Geguritan Korona Karana lan Kirana ini memiliki arti Korona yang artinya covid-19 ini, Karana yang artinya yang menyebabkan atau sebab, Kirana yang artinya sinar matahari. Jadi dapat disimpulkan Korona Karana lan Kirana memiliki arti yang menyebabkan penyakit (grubug) salah satu yang bisa menyebuhkan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.kan adalah dengan (Kirana) sinar matahari.)
  • I Gusti Ngurah Made Agung  + (Geguritan Niti Raja Sasana adalah salah saGeguritan Niti Raja Sasana adalah salah satu karya sastra Bali. Sebagai sebuah karya sastra Geguritan Niti Raja Sasana adalah geguritan yang mengandung ajaran-ajaran kepemimpinan Hindu. Pemimpin dan kepemimpinan merupakan dua unsur yang tidak bisa dipisahkan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang terdapat dalam diri seorang pemimpin adalah tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut.</br>Pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin. Sedangkan kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi pengikut melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu</br></br> Siapapun bisa saja menjadi seorang pemimpin atas orang lain, tapi belum tentu memiliki kepemimpinan yang diharapkan oleh orang lain. Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kepemimpinan yang memenuhi persyaratan ideal.emimpinan yang memenuhi persyaratan ideal.)
  • I Wayan Turun  + (Geguritan Penataran berisi mengenai cara pGeguritan Penataran berisi mengenai cara pengobatan obat dan lontar, geguritan ini terinspirasi saat beliau memenuhi utusan dari kantor Museum Bali untuk ikut penataran di Balai Penelitian Bahasa Singaraja. Kata penataran juga terinspirasi dikala beliau yang pada saat itu sedang mengikuti penataran mengenai klasifikasi dan pengobatan lontar.engenai klasifikasi dan pengobatan lontar.)
  • Ida Ketut Djelantik  + (Geguritan Sucita-Subudi merupakan salah saGeguritan Sucita-Subudi merupakan salah satu karya beliau yang dikenal banyak orang, mengapa begitu? Dikarenakan geguritan ini mengandung konsep budaya Bali seperti Dharma, Tri Hita Karana, Desa Kala Patra, Rwa Bhineda, dan Karmaphala. </br></br>Dharma merupakan salah satu konsep penting dalam agama Hindhu. Dharma sering disamakan artinya dengan kebenaran, kebajikan atau kewajiban dan hukum. Dharma diibaratkan sebagai jalan yang halus dan sangat sejuk yang dapat melindungi dan menolong orang yang mengikuti jalan itu dari bencana. Seorang yang melaksanakan dharma disebut dharmika. Orang yang menjalankan dharma hanya menginginkan satu hal yaitu kebahagiaan yang kekal dan abadi bukan kebahagiaan palsu yang ditimbulkan hal-hal keduniawian.</br></br>Tri Hita Karana adalah konsep tentang keselarasan hubungan yang dapat mendatangkan kebahagiaan. Keselarasan hubungan tersebut meliputi tiga hal yaitu keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan, keselarasan hubungan manusia dengan sesama manusia dan keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Dalam Geguritan Sucita-Subudi, konsep keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan disebut hubungan tidak nyata atau rohani sedangkan konsep keselarasan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar.</br></br>Rwa bhineka adalah konsep dualistis yang merefleksikan dua kategori yang berlawanan dalam hidup ini, semisal baik dan buruk atau positif dan negatif. Di dalam Geguritan Sucita-Subudi, konsep ini dijelaskan secara implisit atau secara tidak langsung dalam ungkapan di dalam sesuatu yang disebutkan byakta atau seusatu yang ada selalu terkandung dua hal yang menyatu. Konsep ini menyiratkan bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna selain Tuhan. Segala sesuatu itu pasti memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan.</br></br>Karmaphala merupakan salah satu dari lima sistem keyakinan dalam agama Hindhu yang disebut Panca Sradha. Karmaphala berasal dari kata karma ‘perbuatan’ dan phala ‘buah’ yang diartikan sebagai hasil dari perbuatan seseorang. Inti dari pengertian karmaphala adalah bahwa sesuatu sebab akan menghasilkan suatu akibat.</br></br>Geguritan Sucita-Subudi terdiri atas 1841 bait. Dari sekian banyak bait itu dibentuk oleh 11 macam pupuh. Adapun kesebelas macam pupuh tersebut adalah Sinom, Pangkur, Durma, Ginanda, Ginanti, Kumambang, Warga-sari, Pucung, Smaradana, dan Sadpada Ngisep Sekar. Di antarapupuh tersebut yang paling sering digunakan adalah pupuh Sinom yaitu sebanyak 15 kali. Penggunaan pupuh-pupuh itu dalam Geguritan Sucita-Subudi dipilih dan disesuaikan antara tugas atau watak dari masing-masing pupuh.tugas atau watak dari masing-masing pupuh.)
  • Ni Luh Wida Apriliani, S.Pd  + (Geguritan Tamba Sastra dibuat pada ajang KGeguritan Tamba Sastra dibuat pada ajang Kreasi Sastra, Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung di Puri Kauhan, Ubud. Geguritan Tamba Sastra karya Ni Luh Wida Apriliani S.Pd. ini termasuk kedalam 5 karya terbaik katagori geguritan pada ajang Kreasi Sastra tersebut. Geguritan Tamba Sastra diikat oleh 8 Pupuh dimana pupuh-pupuh itu meliputi pupuh sinom, pupuh sembaradana, pupuh maskumambang, pupuh pucung, pupuh pangkur, pupuh ginanti, pupuh ginada dan juga pupuh durma.</br>Geguritan ini sangat menarik karena menceritakan tentang awal mulanya virus Corona yang melanda dunia terutama di Indonesia dimana Ibu Pertiwi mengalami duka yang sangat mendalam yang dilanda oleh Covid-19. Berbagai cara telah dilakukan lakukan untuk mencegah virus ini tapi karena begitu lamanya virus ini berlangsung menyebabkan keadaan masyarakat semakin hancur dikarenakan tidak bekerja, ekonomi menurut membuat banyak orang melakukan tindakan kriminal dikarenakan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di Indonesia. Dan pada akhirnya presiden Indonesia yakni bapak Jokowi ingat tentang sau hal yang sangat penting dalam kehidupan dimana pedoman tersebut merupakan kunci utama adanya sastra yakni Pancasila yang merupakan 5 dasar negara Republik Indonesia. Virus Corona sebenarnya obat bukan penyakit karena menyadarkan kita tentang 5 hal penting yang termuat dalam 5 dasar negara kita yakni Pancasila.</br></br>Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam Geguritan Tamba Sastra ini yakni nilai agama, nilai sosial dan juga nilai kemanusiaan., nilai sosial dan juga nilai kemanusiaan.)
  • Gm. Sukawidana  + (Gm. Sukawidana Cerita-cerita Kuta – SeminyGm. Sukawidana</br>Cerita-cerita Kuta – Seminyak</br></br></br>menjelang siang</br>seorang bule tidur telentang setengah telanjang di pasir pesisir kuta</br>terpesona dengan kehangatan matahari tropis yang menjilati tubuhnya</br>dibiarkan saja orang berlalu lalang.</br>“hi, sir! are you ready?</br>lets go metajen!”</br>usik lelaki pribumi setengah baya dengan penuh semangat</br>badannya penuh rajah</br></br></br>di kalangan tajen</br>orang-orang bersorak riuh</br>brumbun sangkur tajian temberang</br>mulutnya semakin menganga dan membesar</br>ni dirah pakembar menebar sihir</br>sekali patuk sebidang tanah warisan melayang</br>selalu begitu sampai habis!</br></br></br>menjelang malam</br>sepanjang jalan seminyak - kuta</br>lampu-lampu restoran mulai berbagi cahya</br>dari yang remang sampai yang benderang</br>para bule hilir mudik sepanjang trotoar</br>mencari tempat yang aman dan nyaman</br>untuk santap malam</br>masakan eropa, cina, atau …</br>seorang lelaki berambut kriting</br>hidungnya mancung ada tindik di bagian kanan</br>menawarkan menu special malam ini</br>bahasa inggrisnya sulit dipahami</br>“hi, sir! we have special menu today</br>do you like rw bumbu kering or basah</br>please mampir ke warung restoran kami</br>we have sofi, ya, hard drink!”</br></br></br>sialan!</br>siapa saja bisa meraup untung besar</br>asal bisa bersilat lidah dengan rayuan gombal selangit</br></br>menjelang tengah malam</br>sepanjang jalan raya kuta – seminyak</br>para bule hilir mudik mencari hiburan</br>sorot lampu diskotik berputar-putar membuat kepala pusing</br>berbagai irama lagu mulai berdentum memekakkan telinga</br>sementara para bencong dan perempuan malam</br>seperti laron mencari cahaya</br>berbagi ruang dengan berbagai aksi dan siulan</br>menuggu penawaran kencan</br></br></br>menjelang pagi</br>sepanjang jalan raya kuta – seminyak</br>suara hingar bingar musik mulai reda</br>pertanda pesta akan segera berakhir</br>para bule keluar diskotik dengan sumpah serapahnya</br>di jalan yang gelap berpasang mata mengintai</br>ingin hidup enak dan gampang</br>“nak mule jaen idup di bali</br>i have no money karena itu i nodong you! nyambret you!”</br>risiko babak belur digebuk massa atau didor pak polisi</br>itu urusan belakang!</br></br></br>pagi hari</br>jalan raya menuju seminyak – kuta macet</br>seperti tak memberi ruang liar bagi keliaran pikiranku!emberi ruang liar bagi keliaran pikiranku!)
  • Nyoman Butur Suantara  + (Gunung Agung dilihat dari Mahagiri. FotogrGunung Agung dilihat dari Mahagiri.</br>Fotografi lanskap sangat memuaskan apabila Anda bereksplorasi dalam bidang ini, terutama jika Anda cukup beruntung tinggal di tempat yang punya destinasi menakjubkan yang bisa dijangkau dalam waktu singkat namun memiliki keberagaman. Semua tempat di dunia ini punya keindahan alami.</br></br>Ini sifatnya teknis, Teknik eksposur nol menjangkau dasar-dasar pencahayaan dalam fotografi, dengan contoh yang indah dari Fotografi Lanskap ManButurs.ng indah dari Fotografi Lanskap ManButurs.)
  • Nyoman Butur Suantara  + (Gunung Hitam Putih karya ManButur SuantaraGunung Hitam Putih karya ManButur Suantara. Menampilkan pegunungan di pulau kami. Apa arti dari kata 'Gunung'. Perasaan apa yang kita rasakan ketika melihat 'Gunung'? Dan pikiran apa yang kita miliki ketika kita berdiri di atas 'Gunung'? "Dari peradaban kuno sampai sekarang di belahan dunia Gunung masih ada. Menjadi salah satu sumber energi. Dalam budaya tradisional gunung memegang tempat yang signifikan dalam kehidupan masyarakat." ~ManButur Suantara kehidupan masyarakat." ~ManButur Suantara)
  • Bagas Tri Prastyo  + (Gunungan pada wayang kulit berbentuk kerucGunungan pada wayang kulit berbentuk kerucut (lancip ke atas) melambangkan kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengkerucut (golong gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta) kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta))
  • Nyoman Butur Suantara  + (Harapan)
  • Ni Putu Rastiti  + (Hari yang Pergi : di wr. made Meja Hari yang Pergi </br> : di wr. made </br></br>Meja di sudut </br>tak lagi punya ruang untuk kita </br>tiap percakapan </br>mabuk oleh segelas wiski </br>tak ada yang tau </br>kapan lagu terakhir </br> usai dilantunkan </br></br>Bulan menggenangi atap teduh </br>sepasang kekasih</br> saling meraba masa silam </br> yang tak terbaca </br></br></br>Kau yang tak pernah mengetuk pintuku katakan siapa yang tersedu </br>di depan cermin </br>antara dinding biru ini </br>berulang mengeja namamu </br></br></br>Aku di perempatan </br>menunggu isyarat lampu jalan </br>namun peta rumahmu </br>lebih dulu raib oleh waktu </br></br></br>Siapa yang tahu </br>kemana hari membawamu pergiapa yang tahu kemana hari membawamu pergi)
  • Gde Hariwangsa  + (Hartanto Elegi Sebuah Kedai Dingin senjHartanto</br></br>Elegi Sebuah Kedai</br></br></br>Dingin senja di jalan Wang Fu Jing</br>serasa menusuk tulang tualangku. </br>sayup, kudengar nyanyian misa di gereja tua</br>dilapis riuh kanak-kanak yang bermain </br>gasing nasib, seirama putaran rembulan.</br>Di kedai perempuan cantik, bir tak mampu</br>menghangatkan tubuh dan ruh</br>meski pendiangan hanya sedepa di sisiku</br>dan gerimis kembali menyentuh ingatanku</br>tentang gereja tua yang terhimpit</br>keriuhan para pejalan dan masa silam</br></br>“Ni hao ma”, sapa dan senyum manis</br>Gadis penjaja bir buyarkan lamunan</br>dan angananku yang mengembara </br>di altar tanpa jiwa, tanpa darah penebusan.</br>Hujan memacu malam, dan jiwa-jiwa</br>kian membeku di dingin alam.</br>Siapa sembunyi di remang lampu</br>ketika kudengar derit bambu </br>milik para dinasti yang beranjang</br>di singgasana sunyi.</br></br>Di mata beningmu, tergurat</br>nganga luka dari kuil di desamu</br>yang roboh dilanda air bah</br>sebab, rahib dan para pemuja kesunyian</br>kehilangan jejak perjalanan silam.</br>Cahaya bulan malam ini semburat</br>jadi simponi pemandu hati </br>ketika kau memuja Sun Yat Sen</br>dari serpihan duka purbamu.</br></br>Mari bersulang,</br>melupakan perang kemarin petang</br>ketika candu mengkoyak rumpun suku.</br>Kudengar lirih gemertak gigi rapimu</br>di tengah malam kian kelam.</br>Ada yang meleleh dari kelopak matamu</br>Itu bukan air mata, tapi perih dan rintih</br>Yang mengkristal di putaran waktu</br></br></br>Beijing – Denpasar, 2012-2020.ran waktu Beijing – Denpasar, 2012-2020.)
  • Ida Ayu Komang Sartika Dewi  + (Harus diakui, sebagai manusia yang hidup dHarus diakui, sebagai manusia yang hidup di dunia materiil ini, mau tidak mau kita harus bisa membuat diri kita semenarik mungkin. Entah dengan cara meningkatkan kualitas diri atau….bahkan mengeksploitasi diri?</br></br>Seperti manisan, tanpa mengecapnya pun kita tau pasti rasanya manis bukan? Tapi dengan tampilan yang menarik, akan lebih cepat mengambil hati yang melihat, yang akhirnya menentukan masa depan mereka (para manisan). Namun sayang, nasib mereka hanya ada dua.</br></br>Laku lalu habis, atau terbuang karna busuk.</br></br>Ini adalah karya pertamaku yang terinspirasi dari kehidupan manusia, alih-alih membicarakan diriku sendiri, namun tetap menggunakan objek tubuh dan wajahku sebagai perwakilannya. Alasannya? Aku juga salah satu dari manusia-manusia itu, aku pun mengalaminya sendiri. Menjadi menarik, atau tersisihkan.endiri. Menjadi menarik, atau tersisihkan.)
  • Ni Nyoman uli Widya Kusuma wardani  + (Hidup damai dan bahagia berdasarkan ajaranHidup damai dan bahagia berdasarkan ajaran Tri Hita Karana</br></br></br>Kita sebagai manusa yang mempunyai perbedaan,namun kita perlu mengetahui semboyan kita yaitu " Bhineka Tunggal Ika "artinya "walaupun berbeda-beda tetapi tetap Satu juga". Sudah seharusnya kita saling sayang menyayang kepada teman satu Sama lain. Di zaman modern ini,mari kita bersama-sama menguatkan Rasa pertemanan kita,agar kita bisa memproleh hidup tentram dan bahagia berdasarkan ajaran Tri Hita Karana.</br>Tri Hita Karana ialah tiga hubungan yang harmonis. Pertama, kepada Tuhan Yang Maha Esa.</br>Kedua,menjalin hubungan yang harmonis kepada sesama manusa.</br>Ketiga, hubungan harmonis kepada lingkungan.</br>Mengenai ke-tiga unsur tersebut, Kita sebagai manusia yang mempunyai perbedaan seperti,Suku,adat-istiadat,budaya, dan Agama. Nah sudah seharusnya kita tidak saling ejek,tidak saling Hina,marilah kita saling ajak,saling bina,saling hormat - menghormati dan saling bantu -membantu antar Umat ber-Agama,membangun karakter yang baik dimasing-masing raga.</br>Meskipun kita beda agama itu tidak menjadi halangan untuk menguatkan Rasa pertemanan kita.</br>Nah,jika itu sudah dilaksanakan Maka kita bisa memperoleh hidup nyaman dan damai.ta bisa memperoleh hidup nyaman dan damai.)
  • Dewi Dian Reich  + (Hutan Monyet Sangeh. Memori Hutan, KekuataHutan Monyet Sangeh.</br>Memori Hutan, Kekuatan Memori dan Rahasia Hutan Suci</br></br>Memori itu misterius. Ingatan dapat memegang kekuasaan atas kita seumur hidup. Itu bisa kuat dan jelas atau kabur dan lemah. Entah kita melihat memori atau tidak, memori itu ada di sana, berdiam di balik pikiran kita. Membentuk persepsi, tindakan, dan pilihan kita. Memori membentuk kita sejak dini. Ini adalah rekaman pengalaman kita. Kisah-kisah yang diputar ulang di benak kita yang memberi tahu kita siapa diri kita. Dari mana kita berasal dan barangkali di mana kita seharusnya berada.barangkali di mana kita seharusnya berada.)
  • I Gde Nala Antara  + (I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan Gubernur Bali pinaka Keynotespeech maosang indik Bali madué potensi peradaban sané ageng. Silih sinunggil dasar sané ngawinang Bali madué dasar panglimbak kawagedan manusané sané kuat santukan basa Bali madué aksara soang-soang. Saking akéh basa lokal sané wénten ring Indonésia, basa Bali wantah silih tunggil basa sané madué aksara. “Aksara wantah silih tunggil sarana komunikasi, mawinan inovasi aplikasi digital nganggén aksara Bali prasida kalimbakang ring sajeroning pendidikan aksara Bali.ng ring sajeroning pendidikan aksara Bali.)
  • I Gde Nala Antara  + (I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan I Gede Nala Antara pinaka Tim Pembangunan Gubernur Bali pinaka Keynotespeech maosang indik Bali madué potensi peradaban sané ageng. Silih sinunggil dasar sané ngawinang Bali madué dasar panglimbak kawagedan manusané sané kuat santukan basa Bali madué aksara soang-soang. Saking akéh basa lokal sané wénten ring Indonésia, basa Bali wantah silih tunggil basa sané madué aksara. “Aksara wantah silih tunggil sarana komunikasi, mawinan inovasi aplikasi digital nganggén aksara Bali prasida kalimbakang ring sajeroning pendidikan aksara Bali.ng ring sajeroning pendidikan aksara Bali.)
  • I Kadek Surya Kencana  + (I Kadek Surya Kencana September anjing yI Kadek Surya Kencana</br>September</br></br></br>anjing yang pandai mencuri ikan itu </br>aku </br>pengais sampah yang tertawa sendirian</br>di antara pembunuh,</br>calon pembunuh, </br> dan mereka</br>yang tak akan pernah pulang</br></br>janji-janji yang berbaris panjang </br>di televisi kujilati</br>liurku membasahi headline media massa</br>siang malam</br>kukencingi pula tembok tinggi hotel dan pura</br>serta baliho para pemain sirkus </br>yang mengemis di sudut pasar</br></br>aku betah jadi anjing</br>bisa telanjang di mana saja</br>tak perlu memeluk agama</br>atau pura-pura seperti manusia</br></br>biar aku jadi anjing</br>seperti katamu,</br>selusin giorgio armani acqua di gio pour homme </br>dan menu impor di meja makan</br>tak akan mengubah kerinduanku pada comberan</br></br>biar aku bebas menggonggong </br>mengais mimpi ikan-ikan kecil</br>yang kehilangan laut </br></br></br>2018an-ikan kecil yang kehilangan laut 2018)
  • Made Sarjana  + (I Made Sarjana Maafkan Aku Ibu (2) dariI Made Sarjana</br></br>Maafkan Aku Ibu (2)</br></br></br>dari lahirku hingga pusaramu terhapus rata </br>dan kau berangkat ke alam yang semestinya,</br>tak sedetik pun aku mampu membahagiakanmu</br>hanya anak sungai yang selalu mengalir </br>dari matamu yang kuyu</br>karena keringat deras mengucur</br>dari seluruh tubuhmu</br>menggenapi tanggung jawabmu sebagai ibu.</br></br>kini aku tak tahu</br>perjalananmu sudah sampai di mana</br>atau mungkin matamu tetap menatap</br>karena kasihmu tak pernah terhenti </br>kuyakin kini kau </br>tak perlu kata selamat dariku </br>kata selamatku tak kan mampu membalas</br>rasa kasih ibumu yang tak pernah semu.</br></br>hanya ini yang ada dalam benakku</br>terima kasih segala kasihmu</br>maafkan segala salahku</br>agar mampu kujejak langkahku</br>seperti inginmu</br></br></br>22 Desember 2016</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Menunggu Waktu</br></br></br>ufuk berkalung senja di lengkung lehernya</br>lazuardi tak lagi sebiru asaku</br>entah berapa langkah lagi</br>berhenti sebelum tiba nanti</br></br>Ketika waktu itu menyergap</br>Aku sudah tak mampu berkata apa</br>Angin berhenti berembus</br>Awan tersentak tiba-tiba pupus</br>Pohon-pohonku kering di sela gemericik air</br></br>Apa kabarmu rinduku</br>Apa masih kau simpan pandang mata penuh harapku</br></br>Di sini aku sendiri</br>Meski hanya mimpi</br>sudah pasti kita tak kan berjumpa</br>Tetap kuharap waktu kan tiba</br></br>Apa kabar suara bisik lembutku</br>Yang pernah kau ucap di liang telinga kangenku</br></br>Ah, napasku </br>Sesak</br></br>kapan kita bisa bersua</br>Dalam alunan napas dan igau tidurku</br></br>Aku di sini sendiri hanya mimpi</br>Meski mimpi tetaplah berjanji</br>Kan datang malam ini.</br></br></br>Februari 2020</br></br></br></br></br></br></br></br></br></br>Begitulah</br></br></br>Bumi larut dalam putaran porosnya</br>Waktu jenak beranjak </br>tak hendak berhenti bergerak</br>Orang orang melangkah searah nafasnya</br>Sambil membawa mimpi dari asanya</br>Kita harus melangkah bila tak ingin digilas zaman, katamu</br>Tak adakah titik perhentian? tanyaku</br>Kau dan aku bungkam kehabisan kata </br>Begitulah</br></br></br>2021u bungkam kehabisan kata Begitulah 2021)
  • Mark Hobart  + (Imajinasi terhadap Bali sebagai sebuah surImajinasi terhadap Bali sebagai sebuah surga dunia bertolak belakang dengan kondisi sesungguhnya. Memahami perbedaan tersebut membutuhkan pembahasan mengenai siapa yang berwenang mewakili Bali, seperti apa dan pada kondisi apa. Hal ini juga berkaitan dengan sifat dari pertentangan itu sendiri – apakah argumentasi atau ketidaksepemahaman – dan bagaimana isu dimaksud mengenyampingkan alternatif. Gaya berargumen hegemonic yang disukai di Bali disebut monolog, disukai oleh mereka yang berkuasa, yang secara efekfif mampu mengantisipasi dan mencegah pertikaian. Sebaliknya, dialogi bersifat terbuka, demokratis dan tersebar di kehidupan keseharian masyarakat, namun seringkali terlewati tanpa disadari. Sementara itu, dialog memungkinkan diskusi dan pemecahan masalah, monolog menekankan ideologi saat menghadapi keadaan sulit. Di Bali, bentuk ideologi berpusat pada berbagai fantasi mengenai bayangan budaya jaman kuno. Kelemahan yang dimiliki sebagai bukti bagaimana klaim terhadap Tri Hita Karana menyamarkan kekurangan dalam penerapannya.menyamarkan kekurangan dalam penerapannya.)
  • Putu Nomy Yasintha  + (Indonesia diketahui sebagai negara demokraIndonesia diketahui sebagai negara demokratis, namun masih banyak terhadap kasus intoleransi terutamanya intoleransi terhadap kaum minoritas seperti kaum LGBTQ. Indonesia juga masih tergolong kedalam negara yang belum berpihak sepenuhnya kepada kaum ini karena norma-norma agama beserta berbagai aturan yang membatasi ruang gerak kaum LGBTQ. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia masih berpegang teguh pada konsep heteronomativitas dimana kaum hetero adalah “normal” sedangkan yang lainnya adalah “abnormal.” Diskriminasi terhadap kaum LGBTQ juga muncul diantara para remaja muda, tidak diterima oleh masyarakat dan bahkan tidak bisa menjadi diri mereka sendiri didepan teman dan keluarga sendiri. Pendidikan terkait gender dan seksualitas penting adanya di tingkat universitas di Indonesia untuk dapat memberikan pemahaman yang lebih luas kepada masyarakat, terutama kepada remaja muda, yang mana diharapkan pada akhirnya akan meningkatkan toleransi masyarakat terhadap kaum LGBTQ. Studi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menyebarkan kuesioner (anonimus) kepada sejumlah informan. Data pendukung dari berbagai literatur juga digunakan dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa banyak kaum remaja muda LGBTQ yang merasa termarjinalisasi dari keluarganya sendiri maupun teman-temannya. Mereka tidak dapat menunjukkan orientasi seksual mereka tanpa disertai rasa takut dari gunjingan publik.disertai rasa takut dari gunjingan publik.)
  • I Gusti Putu Windya  + (Informasi ini saya dapat dari narasumber yInformasi ini saya dapat dari narasumber yaitu Gusti Ayu Agustini yang mana merupakan anak ke 4 beliau yang juga pewaris alm. Gusti putu windya. Beliau mengatakan bahwa alm. Bapak gusti putu windya memiliki buku biografi akan tetapi saat ini tidak ada di tempat karena dibawa ke jerman dan belum dikembalikan dan beberapa dokumen2 terkait karya2 beliau yang juga dulu dipinjam dan belum dikembalikan hingga saat ini. Selain itu pada tahun 2015 juga geguritan cangak disadur oleh malaysia dengan membuat tokoh kartun 'bangau dan kepiting' dalam animasi pada zaman dahulu tanpa izin dari pewaris alm. Gusti putu windya. izin dari pewaris alm. Gusti putu windya.)
  • David Metcalf  + (Ini adalah tarian yang sangat populer di dIni adalah tarian yang sangat populer di desa-desa. Asalnya dari tahun 1930-an. Disebut juga tari Cinta, tarian ini dibawakan oleh 10 pasangan muda yang belum menikah, serta melibatkan nyanyian dan tarian mengikuti gambelan gerakan rayuan. Janger berarti tergila-gila. Jadi, para remaja putra dan putri saling menggoda satu sama lain selama tarian itu, menciptakan hubungan yang bahagia, menyenangkan dan terkadang lucu.</br></br>Para penari telah berlatih tarian ini sejak berbulan-bulan di Desa Pesalakan, sebuah desa tradisional sekitar 15 menit dari pusat Ubud. Latihannya cukup lama karena banyak yang belum pernah menari sebelumnya.</br></br>Jadi ini adalah kebangkitan budaya melalui tarian yang sangat penting untuk disaksikan dengan banyaknya influencer modern yang mempengaruhi budaya di pulau dewata.</br></br>Salah satu tujuan utama dari Proyek Kebersamaan ini adalah untuk melestarikan dan menghidupkan kembali budaya di kalangan generasi muda. Tarian ini adalah contoh kebersamaan yang luar biasa, karena menyatukan generasi muda untuk mempraktikkan dan mengekspresikan budaya mereka.ktikkan dan mengekspresikan budaya mereka.)